Tumgik
#kajianklasik
Text
Materi Kajian Klasik: Prophethic Leadership
Ringkasan Kajian Kamisan Klasik
Kamis 03 Maret 2016. "Kepemimipinan Profetik" ---bersama kak Rizki Putri . Kepemimpinan berarti kemampuan untuk mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Kepemimpinan dalam bahasa Arab dikenal dalam 3 istilah, yaitu Imamah, Khilafah dan Imarah (meneladani, mewakili, mengelola).
Kepemimpinan profetik adalah kemampuan pemimpin utk mengendalikan diri dan mempengaruhi orang lain mencapai tujuan bersama dengan meneladani kehidupan para Nabi.
Ada 3 misi kepemimpinan profetik, yaitu: 1. Humanisasi, memanusiakan manusia 2. Liberasi, pembebasan manusia dari keterpurukan 3. Transendensi, yakni misi ilahiyah, dimana 2 misi sebelumnya termanifestasikan dalam misi ketiga ini. Bahwa segala hal yg dilakukan ialah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
Adz-Dzakiey (2013) menjelaskan bahwa kajian kepemimpinan profetik setiap diri manusia adalah pemimpin bagi dirinya sendiri, yaitu memimpin kerja hatinya (qalb), jiwa (nafs), akal pikiran, pancaindera dan jasmaninya.
Kepemimpinan propetik memiliki 4 aspek, yaitu siddiq, amanah, tabligh, dan fathonah.
Kepemimpinan juga sudah diteliti dan terbukti di dunia neurosains. Dimana terdapat "Neurospritual Leadership".
Konsep Neurospiritual Leadership dalam Perspektif Islam menjelaskan 4 kompetensi, yaitu: 1. Mutsaqqoful Fiqr (intelek dalam berpikir) 2. Munazhzhamun fi Syuunihi (teratur dalam urusan) 3. Nafi'un lighairihi (Bermanfaat bagi orang lain) 4. Akhlaqul Karimah
"Pertanggungjawaban kepemimpinan tidak hanya bersifat horisontal-formal kepada sesama manusia, tetapi juga bersifat vertikal-moral, kepada Tuhan Yang Maha Esa." (Zainuddin dan Mustaqim, 2005) . "Kepemimpinan itu amanah. Dan setiap dari kita ialah pemimpin. Maka, jadilah sebaik-baik pemimpin, dimulai dari diri sendiri, dan tebarkan pada semesta." (Klasik, 2016)
6 notes · View notes
Text
Materi Kajian Klasik: Mengenal Tokoh Psikologi Islam Indonesia
Materi Kajian Klasik Kamis, 25 Februari 2015 / 16 Jumadil Awal 1347
Mengenal Tokoh Psikologi Islam Indonesia dibahas bersama kak Aufa Liddinillah.
Psikologi Islam berkembang dari tahun 1979. Pada saat itu ada simposium psikologi dan islam di Universitas of Riyadl, Arab Saudi, dan penerbitan serta pembahasan buku "Dilemma of Muslim Psychologist" yang ditulis oleh Prof. Malik Badri. Di Indonesia sendiri, Psikologi Islam baru mulai berkembang di tahun '90-an, tepatnya di tahun 1994, dimana pada saat itu ada simposium di Universitas Muhammadiyah Surakarta dan pembahasan buku agenda psikologi islam oleh Fuad Nashori (salah satu pelopor psikologi islam di Indonesia). Saat itu, UGM menjadi pusat psikologi islam karena yang memprakasai munas itu pengurus keluarga muslim psikologi UGM.
Ada empat tokoh psikologi islam yang kami bahas yaitu:
1. Prof. Malik Badri Lahir di Sudan. Beliau merupakan pendiri International Association of Muslim Psychologists. Selain itu, atas pengabdian dan dedikasinya yang tinggi terhadap Psikologi Islam dunia, pada tanggal 16 Februari, bertepatan dengan hari lahir Prof.Badri, ditetapkan sebagai hari Psikologi Islam dunia, hang mana sejak saat itu, Prof. Malik Badri resmi dianggap sebagai Bapak Psikologi Islam Dunia.
Dalam bukunya, The Dilemma of Muslim Psychologists, beliau menyatakan bahwa ketidakselektifan psikolog muslim telah menyebabkan mereka mengikuti pola pikir dan pendekatan kaum Yahudi dan Kristen, meskipun cara itu berkualitas rendah dan tidak islami. Padahal sebagai muslim alangkah baiknya kalau kita mengikui petunjuk dan tuntunan Islam dalam memahami perspektif psikologi dengan wawasan keilmuan Islam yang memadai.
2. Prof. Dr. Hj. Dzakiyah Drajat, dari Bukit Tinggi Dalam bukunya berjudul "Psikoterapi Islam" dijelaskan  bahwa psikoterapi islami memungkinkan terjadinya self terapi dengan bekal iman, ibadah, dan pemahaman keislaman yang mantap. Beliau menjelaskan bahwa pada dasarnya prinsip psikoterapi islami itu antara lain Tauhid, Tawakkal, Syukur, Sabar, Taubah, Hidayah, dan Dzikrullah.
3. Prof. Dr. Achmad Mubarok, M.A Beliau merupakan profesor pertama di Indoneisa dalam bidang Psikologi Islam. Pandangannya mengenai integrasi Islam dan Psikologi sebagaimana dalam karya nya yang berjudul “Psikologi Islam: Kearifan dan Kecerdasan hidup” bahwa yang membedakan antara Psikologi Barat dengan Psikologi Islam adalah rumusan konsep manusia dan dalam mendekatinya.
4. Prof. Dr. H. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si Pandangannya mengenai Psikologi Islam terfokus pada konsep kepribadian dalam Islam yaitu aql, nafs dan qalb. Dimana beliau menyatakan bahwa jika dominannya aql maka akan terbentuk nafs lawamah, jika nafs, maka yang tebentuk nafs amarah, dan jika qalb maka terbentuk nafs muthmainnah. Dimana nafs muthmainnah ini merupakan fitrah asli manusia, yang dapat membentuk manusia sebagai insan kamil.
2 notes · View notes