#kacamata motor
Explore tagged Tumblr posts
Text
BOLLFO Kacamata Goggles Mask Motor Retro Windproof
paket produk kacamata dan masker, cocok digunakan untuk pengendara motor retro atau motor klasik. Pengendara motor trail juga sangat cocok menggunakan paket produk ini
0 notes
Text
Makan yang banyak, jangan terlalu kenyang.
Hamid tak pernah menyukai pertemuan formal yang sesak seperti ini, dulu jika ada rapat orangtua mama pun jarang datang dan selalu diwakilkan oleh orangtua Ule���tetangga sekaligus teman mamanya. Makanya, hari ini dirinya lah yang sebagai orang dewasa mewakilkan kehadiran orangtua pada rapat pendidikan adik perempuannya.
Hamid selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk Maya, ingin memberikan energi positif akan kehadiran sang kakak di sampingnya. Bahkan Hamid seringkali mengelus bahu atau mengajak ngobrol perempuan yang beranjak remaja itu untuk mendistraksi kesedihan melihat teman-temannya datang bersama orangtua mereka.
Tapi, Maya juga bangga ketika banyak pasang mata melihat ke arah kakaknya, binar-binar kagum dan senang akan paras Hamid yang begitu enak dipandang. Beberapa murid pun guru di sana sudah mengenal lelaki dengan jas hitam itu adalah alumni sekolah mereka.
Hamid hanya menangkap poin-poin penting tentang pendidikan dan acara-acara tertentu yang akan diadakan di sekolah adiknya.
Setelah selesai dengan tubuh yang gerah karena hari mulai beranjak siang ditambah perutnya yang belum terisi apa-apa, Hamid segera keluar dari sana setelah berpamitan dan Maya mengikutinya untuk mengantarkan sang kakak menuju parkiran.
“Aa kayak cowok fiksi yang Maya baca di novel,” kata gadis itu terkikik ketika Hamid mencari kunci motor di sakunya sementara jas yang sudah ia lepas tersampir pada tangan kirinya.
Maya melanjutkan ucapannya, “Aa cepet gedenya. Beda banget kalo lagi pake seragam sekolah sama jas begini.”
Lantas Hamid terkekeh menanggapi ucapan Maya. “Masa sih? Makin keliatan kah gantengnya?”
Gadis itu mengangguk semangat, setuju dengan tuturan kata sang kakak.
Dengan tengil Hamid menambahkan, “Bukannya Aa dari dulu gantengnya nggak pernah luntur ya?”
Tentu saja, hal itu malah membuat Maya mencebik kesal, lagi-lagi ya kakaknya itu kalau dipuji sekali dia akan percaya diri dua kali lebih banyak. “Ya, ya penting Aa seneng.”
Lelaki itu kembali mengenakan jas pada tubuhnya, membenarkan letak kacamata dan mengambil helm untuk segera ia pakai. “Nanti kalau pulang jangan lupa kasih tau Aa ya?” usulnya menatap Maya yang tak melepaskan pandangannya dari wajah sang kakak. Gadis itu hanya menjawab dengan anggukan kepala sebagai responsnya.
Tarikan tangan kecil di jas miliknya membuat Hamid menolehkan kepala menatap raut wajah sang adik yang sulit untuk ia cerna. Bahkan kepalanya belum siap mencari jawaban ketika tiba-tiba adiknya bertanya, “Aa sekarang bahagia, 'kan?” —atas banyak kenyataan yang menimpanya bertubi-tubi.
Lengkung bibirnya seperti sulit untuk ditarik membentuk senyuman yang akan menghilangkan tanda tanya di kepala mungil gadis di depannya. Hamid jadi banyak berpikirnya untuk pertanyaan sesederhana yang dilontarkan Maya padanya.
Beberapa waktu terlihat singkat, namun bak menunggu bertahun-tahun lamanya untuk Maya tahu jawaban Hamid sebenarnya.
“Emangnya ada alesan Aa sekarang nggak bahagia?” katanya dengan nada sumbang, dan tawa memalukan kalau jelas-jelas terdengar.
Terlihat seperti kepura-puraan yang tak Maya pahami.
Lantas gadis itu berakhir tak peduli, toh, sudah ia dengar sebenar-benarnya jawaban. Apa yang harus ia takutkan? Maya tersenyum lebar pada akhirnya.
Pun Hamid tersenyum sebagai balasan, mengusap kepala sang adik sejenak sebelum mengeluarkan motornya dari tempat parkiran.
“Hati-hati, A!” kata sang adik yang dibalas lambaian tangan oleh kakaknya.
Hamid membawa motor miliknya menjauh dari sekolah itu, menjemput satu-satunya bahagia yang ia miliki saat ini.
Bagi Hamid, kekasihnya adalah satu-satunya bahagia yang ia bawa dari masa-masa berat itu. Hanya tersisa Disa dari segala memori baik yang merenggutnya habis.
Kesepian—lebih seperti kehampaan yang Hamid rasa selepas semuanya tak lagi sama seperti semula. Maka, dengan bertemu Disara—gadis yang menemani masa-masa sulitnya—Hamid merasa sembuh seketika, kehadiran kekasihnya mampu mengusir rasa kesepian pada hari-harinya.
Disa tumbuh dengan cepat, sama seperti dirinya. Parasnya semakin dewasa, semakin cantik dengan rambut panjang—yang tak Hamid kira-kira akan panjang lebih cepat dari dugaannya—pun senyumnya makin mengembang manis. Walau kadang gadis itu masih gengsi untuk meminta atau memanggilnya lebih romantis seperti kebanyakan pasang kekasih, tapi Hamid tak terlalu memusingkan hal itu.
Di ujung jalan ramai tempat orang-orang menepi sejenak untuk duduk di bawah rindangnya pohon, terlihat seorang gadis familier sedang bicara dengan seorang lelaki asing di mata Hamid, namun Disa tampaknya mengenal dengan baik sebab gadis itu tampak nyaman bicara dengannya.
Saat motor Hamid mendekat barulah jelas siapa laki-laki dengan kemeja tartan dan tas tersampir di bahunya, mereka alihkan atensi pada seorang lelaki berjas hitam memanggil kekasihnya.
Disa tersenyum lebar melihat Hamid menepikan motor di dekatnya, mereka bertegur sapa sejenak dan Hamid memberikan helm pada kekasihnya.
“Nunggu lama nggak?” tanya Hamid pada Disa yang sedang memasang helm kaca di kepalanya. Ditanggapi gelengan kepala dari sang kekasih.
Hamid alihkan atensi pada lelaki yang sedari tadi memandang mereka setelah Disa berpamitan pada orang itu.
“Kak, saya duluan, ya!” pamitnya yang dibalas anggukan dari lelaki itu sementara Hamid pun ikut bereaksi sama seperti Disa yang menundukkan kepalanya sopan untuk pamit pulang.
“Siapa tuh?” tanya Hamid ketika motor mereka melaju menjauh dari sana.
“Kakak tingkat aku,” jawaban Disa direspon oh ria oleh kekasihnya. Hamid tak terlalu banyak bertanya atau resah karena perutnya berteriak ingin segera diisi.
Mereka tidak tau mau mengisi perut ke mana, Disa bertanya dengan menepuk pelan punggung Hamid yang sedang fokus menyetir kuda besi miliknya. “Mau makan apa?”
“Bingung, bubur aja kali ya,” jawab Hamid membuat Disa mencebik bibirnya.
“Kok makan siang bubur, tadi perut kamu udah diisi emangnya?”
“Belum."
Mendengar jawaban kekasihnya yang makin membuat Disa kesal, lantas gadis itu refleks menampar punggung Hamid tak keras namun mampu membuat kekasihnya berjengit kaget. “ADUH!” Untung saja motornya tidak hilang keseimbangan.
“Perut kosong sampe siang cuma mau makan bubur doang?!”
“Iya atuh iya, apa ya?” Barangkali perut kosong membikin kepala Hamid ikut kosong juga.
“Itu aja tuh di depan ada kupat tahu.” Disa menunjuk pedagang kaki lima yang tak jauh dari jalur mereka.
“Ah, bosen atuh, Sa!” keluh Hamid.
“Biarin atuh kenyang, aku juga lagi pengen,” katanya.
Fakta menarik di hubungan mereka; yang paling ribet soal makanan sudah pasti Hamid.
“Ya udah, tapi disuapin kamu ya?” ujarnya tengil yang dibalas cubitan ringan di pinggang Hamid oleh kekasihnya.
“Enak nggak?”
Pertanyaan retoris yang dilontarkan Disa di depannya hanya dibalas deheman dan senyum singkat oleh kekasihnya yang sedang sibuk menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
Disa tak lanjut bertanya, membiarkan Hamid di depannya itu makan dengan lahap sementara ia memperhatikan lelaki berkemeja hitam yang digulung hingga sikut dengan rapi, jas miliknya sudah ia simpan pada bangku di sampingnya. Beberapa kali Hamid membenarkan letak kacamata pada batang hidungnya.
Surai hitam pemuda itu sudah tak tertata dengan rapi lagi, ditelisik dengan saksama bahwa rambut itu panjangnya sudah sampai belakang telinga.
Disa menyadari banyak hal bahwa kekasihnya sudah tumbuh dewasa, kontras ketika menjadi bocah SMA tengil dan mahasiswa maskulin dengan kemeja hitamnya.
Hamid banyak berubah, dan Disa tak bisa memprediksi perubahan yang Hamid bawa akan menjadi hal yang baik atau tidak.
Ia usap surai hitam yang jatuh di dahi pemuda itu, membenarkannya agar tidak menganggu kekasihnya yang sedang makan siang. Namun, siapa sangka sentuhan tiba-tiba itu membuat Hamid tersedak dan Disa kaget.
“Pelan-pelan ai kamu,” kata Disa memberikan segelas air putih untuknya.
“Atuh kaget dipegang-pegang,” ujar Hamid membuat Disa mendelik.
“Aku benerin rambut kamu ih,” bela gadis itu dan menambahkan ucapannya, “Rambutnya potong, Mid. Udah mau panjang gitu nanti ganggu kamu.”
“Nggak ah, mau dipanjangin biar bisa dikepang,” candanya.
“Kayak yang bisa aja.”
“Lho, kan ada kamu.” Hamid tersenyum hingga matanya menyipit di balik kacamatanya itu.
“Hahahaha iya deh, tapi kalo kamu nggak skip sarapan terus. Nanti sekalian aku sanggulin rambut kamu,” katanya dengan jenaka.
Hamid tertawa mendengar, tersenyum lagi, lalu makan lagi. Sementara gadis itu diam-diam terkekeh sembari memperhatikan kekasihnya.
“Habisin, makan yang banyak,” kata Disa dengan nada yang tenang.
Makan yang banyak, Mid. Tapi, jangan sampai kenyang, soalnya aku mau temenin kamu duduk di angkringan kaki lima setiap hari. Atau aku bakal belajar masak apa-apa yang bikin perut kamu senang, sebab aku tau betul rumah milik kamu itu punya tempat paling dingin—barangkali bakal jadi tempat yang nggak pernah lagi disentuh pemiliknya—meja makan keluarga di sudut rumah sederhana.
85 notes
·
View notes
Note
Permisi mas, saya mau izin tanya. Menurut mas bagaimana pandangan terhadap laki-laki dan perempuan yang bukan mahrom berboncengan motor berdua? Dalam hal ini kondisi mendesak harus menyusul ke suatu tempat (di organisasi) yang cukup jauh sekitar 2 jam. Apakah hal tersebut termasuk haram atau tidak?
saran saya, ikut majelis yang pematerinya beneran ustadz, kemudian tanyakan soal ini
tapi klo dari saya gini :
inget, pertama hukum itu tidak cuma halal dan haram saja, kedua ini itu masalah fiqh yang tentu banyak ikhtilaf di kalangan para ulama (bukan seperti syariat sholat, puasa, zakat, haji yang sudah disepakati), ketiga diperlukan pemahaman konteks di saat itu (kejadiannya seperti apa, kondisinya bagaimana, orangnya siapa), sehingga tidak bisa menghukumi tepat atau kurang tepat
satu kasus ini, tergantung kita mau lihat pake kacamata yg mana; kacamatan organisasi, kacamata fiqh prioritas, kacamata fiqh dakwah, kacamata fiqh secara umum, atau kacamata yang lainnya
begitu
6 notes
·
View notes
Text
Sunset Bersama Rosie
Penulis: Tere Liye
Tahun terbit: 2011
Halaman: 429 halm
Premis: Tegar—Laki-laki yang dulu sangat mencintai sahabatnya Rosie dan telah kehilangan kesempatan untuk menyatakannya—sangat ingin tinggal di Jimbaran, Bali untuk mendampingi anak-anak Rosie, yaitu Anggrek, Sakura, Jasmine, dan Lili, yang kehilangan sosok ayah dan berpisah dengan ibunya yang depresi, tetapi Tegar memiliki janji kehidupan bersama Sekar di Jakarta.
Tema: Keluarga, Kesempatan, Berdamai
Plot: Tragedi (Rosie dan keempat kuntum bunganya yang tiba-tiba kehilangan Nathan sebagai suami dan ayah karena kejadian meledaknya bom di Jimbaran, Bali)(Tegar yang kehilangan kesempatan mengungkapkan cintanya kepada Rosie)
POV: Sudut pandang orang pertama, Aku (Tegar)
Alur: Campuran (Mayoritas alur maju, tapi ada alur mundur, yaitu ketika Tegar mengingat kejadian 15 tahun lalu (menyaksikan Nathan menyatakan perasaannya kepada Rosie dan kehilangan kesempatan untuk menyatakan perasaannya kepada Rosie) dan ketika Tegar tidak sengaja mengungkapkan perasaannya 15 tahun yang lalu untuk menenangkan Rosie yang kalap karena depresi berat).
Ritme: Lambat. Suasana, perasaan, raut muka, gestur tubuh digambarkan secara detail dengan bahasa yang indah.
Latar: Gili Trawangan, Pantai Jimbaran Bali, Gunung Rinjani, Bali, Jakarta
Tokoh
Tegar: 35 tahun. Bertanggung jawab. Baik dan sabar. Bisa diandalkan. Atletis, bisa mengendarai mobil, motor, dan kapal cepat dengan ngebut. Terlalu mencintai Rosie. Cintanya melebihi cinta Rosie ke Nathan ditambah cinta Nathan ke Rosie. Terlalu mencintai anak-anak. Om, uncle, dan paman yang paling hebat, keren, dan super bagi anak-anak Rosie.
Rosie: 35 tahun. Sahabat terdekat Tegar, suami Nathan, ibu dari Anggrek, Sakura, Jasmine, dan Lili. Sangat menyukai sunset. Terlambat menyadari perasaannya kepada Tegar. Mengalami depresi berat setelah ditinggal mati Nathan, suaminya.
Sekar: Gadis cantik. Lebih cantik daripada Rosie. Mudah menangis. Sangat mencintai Tegar. Cintanya melebihi cinta Tegar ke anak-anak, ditambah dengan cinta anak-anak kepada Tegar, ditambah cinta Tegar kepada Rosie, juga ditambah cinta Oma kepada anak-anak.
Nathan: 35 tahun. Suami Rosie.13 tahun menjalani pernikahan dengan Rosie dengan intensitas kebahagiaan tinggi. Lebih agresif daripada Tegar. Dua bulan mengenal Rosie, langsung menyatakan perasaannya. Meninggal dunia akibat kejadian bom di Jimbaran
Anggrek: Sulung Rosie dan Nathan. 12 tahun. Wajahnya mewarisi gurat muka Rosie. Keibuan dan bisa diandalkan. Rambutnya lurus tergerai. Senang membaca buku. Pandai menulis cerita, pandai menjelaskan banyak hal dan selalu bertanya hal aneh dan ganjil. Memanggil Tegar dengan sebutan Om
Sakura: Anak kedua Rosie dan Nathan. 9 tahun. Lancar empat bahasa asing. Menyukai segala hal yang berbau komik. Rambutnya suka dikepang.Aktif, memiliki otak kanan yang sama hebatnya dengan otak kiri. Pandai bermain musik, biola. Jahil dan super-ngeles. Memanggil Tegar dengan sebutan Uncle.
Jasmine: Anak ketiga Rosie dan Nathan. 5 tahun. Pendiam, pemerhati yang baik, penurut, dan tidak banyak membantah. Rambutnya ikal. Kalimat-kalimatnya selalu menyentuh. Bisa memerjemahkan perasaan orang lain dengan baik. Suka merajut dan merawat Lili. Memanggil Tegar dengan sebutan Paman.
Lili: Bungsu Rosie dan Nathan. 1 tahun. Selalu digendong Jasmine. Setelah berusia 3 tahun, hanya dengan Jasmine, ia berbicara. Rambutnya panjang hitam. Kelak memanggil Tegar dengan sebutan Papa.
Oma: Nenek kandung Rosie dan nenek bagi Tegar. Mengetahui perasaan Tegar kepada Rosie dan Rosie kepada Tegar.
Ayasa: Dokter psikiater perempuan yang merawat Rosie ketika depresi berat. Masih muda, Seumuran Tegar, Cantik. Tidak pakai kacamata.
Clarice: Peneliti dari Sydney yang memperkenalkan dr. Ayasa untuk perawatan depresi Rosie. Punya helikopter. Menyayangi Tegar dan keluarga Rosie dan Nathan.
Michell: Turis yang langganan menginap di Resort Rosie. Dokter Anestesi.
Linda: Mantan sekretaris Tegar saat Tegar bekerja di Jakarta. Sahabat Sekar.
Bagi kamu yang udah baca novelnya,
pilih tim Tegar-Rosie atau Tegar-Sekar?
Pic: google
13 notes
·
View notes
Text
Keram 18 Km? Siapa Takut? Ya, Saya
wkwk oke, waktunya bercerita kisah keram 18 km seorang pemuda asal Sukoharjo di event lebarannya maraton Indonesia. Borobudur Marathon.
Singkat cerita, kita flashback dulu dari keberangkatan. Hari Sabtu, habis dzuhur tet, naik apa? yak benar, motor, biar hemat. Panas? apa itu? buah? salahh ee salahh, nanas. Berdua, dengan fotografer pribadi, Fatih Ndut. Perjalanan ke Magelang via Kopeng. Sampai di penginapan (baca : rumah bude nya teman) sekitar bada ashar. Langsung lanjut ambil Racepack di Artos, Armada Town Square, one and only Mall in Magelang.
Kalo mau dibandingin sama Mangkunegaran Run, ini sih 1000 kali lebih jos. Baru masuk, gapake ngantri langsung ambil. Dan disambut gapura sok neon neon dan futuristik. Ditambah ada nama yang bisa muncul di layar, auto foto lah jelas. Boothnya ngga ada yang terlalu menarik, karena mahal semua. Paling ya cuma foto di beberapa spot aja, sama ikut ngeramein corat coret. Agak kecewa ga ketemu artis, cuma ketemu Mas Aiman aja, uhuk, hiks.
Kelar dari racepack, jelas lah, H-1 raceday, apalagi marathon, wajib carbo loading. Kamu ga punya duit? jangan santai, karena minimal tetep harus punya lah wkwk, walau dikit. Duitmu dikit? santai, ada Geprek Mantul, ayam boleh satu, tapi jangan sampai nasi cuma satu (centong) juga, karena apa? karena ambil sendiri. Yak benar, sefruit tips carbo loading bagi yang, ehem, punya keinginan yang cukup besar di masa depan kan ya, sehingga menunda pengeluaran berlebih hari ini (baca : duitnya dikit) kunjungilah warung nasi sepuasnya terdekat.
Kelar makan balik ke penginapan (baca : rumah budenya temen), langsung apa? yoi, langsung buka racepack, ambil baju racenya, pake buat tidur semalaman, biar 'adaptasi' dululah ya kan? (baca : seneng dapat baju baru). Dan jangan lupa, mandatory foto, gear race esok hari, ditata, difoto flat dari atas. cekrek. turu.
Bangun jam 2.30 WIB, adus, sumringah, makan pisang, minum air putih, macak ganteng, sikatan, biar nyaman mlayune, apik fotone. Berangkat naik motor lagi, sampai di kawasan borobudur, ebuset, emang bole semacet ini. Dalam hati mbatin, ni mesti ketar ketir yang naik mobil, auto pemanasan dari dalem. wkwk. Parkir di warung deket loket masuknya borobudur.
Sampe sono pas banget adzan subuh, langsung cari toilet. (baja kalimat setelah ini pake iklan klinik Tong Fang) Awalnya saya agak kebelet, tapi setelah saya meihat antriannya, perut saya membaik seketika wah! terima kasih antrian. Dan apalah guna menyegerakan hajat ketika kamu punya Yang Maha Kuasa Atas Segala, termasuk rasa mules di perut, so mari lanjut ke Musholla terdekat, mendekat diri dan mengadukan rasa dan antrian ini kepadaNya.
Sholat berjamaah, kelar solat nitipin barang bawaan sama siap siap ke startline. Ga pake pemanasan, cuma pake baju celana sepatu leg sleeve jam tangan sama semangat. Jangan ditiru, hanya dilakukan oleh profesional segelintir orang tolol.
Menunggu race, seperti biasa, kita screening gear manusia manusia masokis yang mau lari 42k. 910? ortus? apa itu gaes? minimal sepatu tuh New Balance lahh. Nike Adidas Hoka Asics Puma udah kayak sandal di masjid. Tapi nih kalo jumatan, fix pergi pulang beda semua sih alas kakinya. Baju bola? kaos oblong? cuih, minimal kaos tu singlet ada tanda garis tiga, nb, centang, atau macan lompat lah, kalo masi pake lambang klub bola, mundur dulu selangkah. Kamu gapake kacamata? gapake visor? mending tambah lagi mundurnya selangkah. leg sleeve kamu bukan 2XU? dah gausa dikasi tau, selangkah lagi ya bang. Lari olahraga paling murah? pfft, situ lari apa latian dikejar habis maling? aowkwowk
ya kira kira gitu lah penampilan sebagian rangorang wkwkwk.
Dan tibalah 05.00 am 19 November 2023, bendera dikibarkan, terompet ditiupkan, penyiksaan 42 km + dirasakan. gwencana yo gwencana. Duh kedawan, lanjut part 2
3 notes
·
View notes
Text
Medan gila hujannya, nonstop dari magrib dan sudah menyebabkan munculnya "sungai" bahkan "ombak" dadakan di mana2. Literally ituuu, mobil sejenis cayla, brio, dan temen2nya kagak lewat. Lah airnya udah nyampe kaca mobil 🥺
Arah pulang tadi gak ada yg bisa bebas dari banjir. Yg paling parah selutut dong tadi ya allaaah aing mana gemeteran setangan-kaki, kedinginan, kudu 2x dorong motor, kacamata berembun mulu. Untunglah sudah makan bestie, kalau tidaq sudah ....
..... namaste 🙏🏻
Yang kepo se-apabanget itu banjir, bisa cek ig story nya @medantalk. Itu story udah tinggal titik titik saking banyaknya yg ngupload video banjir.
Bisa dibilang, selamatnya w sampe rumah malam ini itu adalah sebwa ✨keajaiban✨
ALHAMDULILLAAAAAAAH YA ALLAH TAKBIR !!!
Semangat yg masih di jalaaaan, semoga dimudahkan jalannya sampe rumah 🥺
9 notes
·
View notes
Text
Menyayangimu adalah sebuah keikhlasan
3 Januari 2013 pas 10 tahun berikutnya adalah lanjutan dari sebuah garis waktuku.
Di tempat baru dengan suasana baru, tanggung jawab baru dan teman2 baru, besar harapan bisa menjadi brugak yg meneduhkan.
Sambutan hangat ala-ala kunjungan ke rumah nenek di saat liburan natal, kembali aku rasakan di tempat ini. Semua orang asyik dengan candaannya, bahkan raja pun tak segan untuk bercanda dengan pengawal-pengawalnya wkwkwk…
Datang dengan langkah kaki yg cepat selayaknya korban begal yg ingin segera melaporkan kasusnya kepada kepolisian, sosok perempuan itu pun tidak lama menghampiriku.
Perkenalanpun mulai dari situ, bukan dari sana atau dari mana-mana.. Di ruang kerja yg kadang nyaman kadang juga bikin kesal.
Namanya Endah. Sekilas ku lihat Endah itu seperti ibu-ibu yg berpuluhan tahun bekerja disana, namun setelah ku fokuskan kembali mata ini ternyata salah, yg kulihat malah seorang perempuan berkerudung pashmina yg tampak cantik jelita, mungkin sekilas mirip namanya yaa Indah..
“Emang dasar mata nggk bisa diajak berpegang tangan, mungkin karena minus tiga dan tanpa kacamata..hahaha”
Pekerjaan ini adalah pengalaman baru, yg biasanya situasi membuat diriku untuk membersihkan tubuhku 3-4 kali sehari, disini aku cukup sekali dua kali.
Banyak sekali hal-hal baru yg ku jumpai dan pelajari namun bersyukurnya ada yg mau mengajari tanpa pamri apalagi minta balas budi dan tanpa sogokan indomie.
Hari demi hari di jalani, ehh lucu juga ya orang yg ku kenal ini. Seringkali godain Endah, dari dia yg mencoba bersabar, mengelus dada hingga benar-benar marah, hahahah meskipun ujung-ujungnya kudu minta maaf yahh 🫠
Setelah dipikir-pikir ada keunikan dari sisi dia yg tidak pernah aku temukan dari beberapa orang yg pernah singgah.. yg biasanya jalan 20km/jam uda cepet sampe, yg ini 120km/jam malah gk sampe-sampe.. sampai motor tua biru yg ku kendarai seringkali mogok bahkan dua rodanya sempat mau berhenti menggelinding.. Syukurlah ada tiga tukang servis yg selalu bisa tau harus diapakan motor tua ini agar bisa berasa seperti ninja 4 tak 2023.. wkwkwkk
Setelah waktu membawa semua hal terlewat, tidak terasa sudah hampir bulan ke empat. Sedikit demi sedikit tau apa yg harus dilakukan. Berusaha mendapatkan gadis idaman memang nggk harus seperti layaknya orang balapan, nggk harus berada paling depan, kadang perlu tarik ulur tangan sekiranya terlihat berkesan.
Salah satu temanku, Mila, pernah bertanya kepadaku “kamu suka Endah sudah lama yaa? Endah bilang ke aku kalo kamu awal-awal masuk kerja sudah chat-chat dia.”
Benar juga kata Mila, dari awal aku memang uda tertarik aja, uda empat bulan ini perasaanku masih tidak berubah, meskipun rasanya selama ini aku seperti jatuh cinta sendirian.
Merindukanmu dengan sederhana, mengejarmu dengan wajar, menyayangimu dengan luar biasa dan menyakitimu dengan mustahil. Itulah yang dapat aku lakukan saat ini.
Membuatmu tertawa dan menyelamatkanmu. Memegang tanganmu sampai kamu pergi. Aku menyadari sangat sulit untuk bernafas. Aku masih disini untuk menunggumu.
Pepatah seorang ustad di daerah Prigen pernah terdengar, “kalo niat awalnya baik, ya akan berakhir baik” meskipun terdengar ambigu tp kalo pak ustad yg ngomong aku setuju aja udahh..
Belajar mengerti dan belajar sabar pasti semua orang akan menjawabnya tidak mudah, apalagi keras kepala dan penyakit kepala kadang suka tidak bisa diajak kompromi.
Tapii kalo tidak dicoba mulai saat ini mana bisa kita tau kalo sebenarnya kita ini salah satu golongan orang yg sabar..
2 notes
·
View notes
Text
Bab 2: Rumah ke Rumah
Semalam Chia tidur tidak nyenyak. Matanya bengkak akibat terlalu banyak mengeluarkan air mata. Ia jatuh tertidur akibat lelah menangis dan lemas karena sedikit asupan makanan yang masuk ke lambungnya. Ayah dan ibu juga sama terpukulnya dengan Chia. Suasana rumah menjadi hening dan tegang.
Saat orang tua Satya bertandang ke rumah untuk melihat kondisi Chia dan memohon maaf atas tindakan Satya, ia tak kuasa untuk menemui mereka. Alhasil kedua orang tua, dua keluarga, bertemu terlibat perbincangan yang intens. Papa Satya berulang kali mengucapkan maaf, sedangkan Mama Satya terisak. Mereka mengaku tidak tahu menahu jika Satya kabur. Sebagai orang tua, mereka merasa telah dibohongi dan dipermainkan oleh Satya. Ayah dengan kesabaran yang masih ada tetap berpikir jernih serta menahan marah. Ibu tak jauh beda dengan Mama Satya, terisak dalam tangis dan tanpa kata.
Chia sendiri menghubungi semua teman-teman Satya. Menanyakan keberadaan Satya. Namun, tidak ada jawaban yang memuaskan. Begitu kabar Satya hilang dan akad batal tersebar, puluhan pesan masuk memenuhi notifikasi ponsel Chia. Semua temannya juga terkejut mendengar berita itu, terutama yang datang langsung ke rumah dengan niat menyaksikan akad.
Meski hampir semalaman menangis, Chia dengan sisa-sisa ketenangan dapat berpikir logis. Dengan mata yang bengkak, Chia membaca kembali surat dari Satya dan pesan percakapan mereka sebelum Satya tidak dapat dihubungi. Aneh. Satya nggak mungkin tiba-tiba kabur tanpa alasan, batinnya.
Dari puluhan pesan yang masuk dan tak sempat terbaca oleh Chia, ada satu pesan dari rekan kerja Satya yang mengejutkan. Isi pesan itu mengabarkan bahwa satu minggu sebelum hari pernikahan—seharusnya—Satya telah resign dari kantor. Chia tak habis pikir bagaimana ia bisa tidak tahu. Lalu semua berjalan seperti biasa, seperti tidak terjadi apa-apa.
Maka pagi ini Chia memutuskan untuk pergi dari rumah dengan dalih mencari jejak Satya. Terbesit pikiran nekat untuk menyendiri di suatu tempat, sehingga ia pun bersiap dengan ransel berisi beberapa potong pakaian. Ia sudah bangun sebelum azan subuh berkumandang, mendahului penghuni rumah lainnya.
Nampaknya semua orang di rumahnya kelelahan menghadapi kejutan. Hal ini akan memudahkan dirinya menyelinap keluar rumah diam-diam. Seperti Satya, ia meninggalkan pesan di secarik kertas yang dirobek dengan kasar. Ia tempelkan di cermin meja rias dalam kamarnya. Sang adik perempuan, si bungsu, yang menemani tidur pun masih terlelap. Lalu agar tetangganya tak curiga jika berpapasan, Chia telah berkamuflase dengan pakaian laki-laki. Tak lupa menggunakan kacamata gelap untuk menutupi mata bengkaknya. Pukul 05.00 ia sudah berada di atas motor membonceng ojek online.
Chia mampir ke kompleks rumah Satya. Tujuannya mencari CCTV terdekat, ia ingin menebus rasa penasaran akan pergerakan Satya. Ada satu CCTV yang mengarah ke jalan depan rumah Satya. Monitor pengawasnya ada di pos satpam. Mudah bagi Chia untuk meminta akses sebab pak satpam sudah kenal. Sebelum menunjukkan rekaman CCTV, pak satpam mengucapkan keprihatinan atas gagalnya pernikahan Chia dan Satya. Dari hasil rekaman CCTV, terlihat Satya keluar rumah dan berjalan ke kiri, menjauh dari radar CCTV. Hanya itu yang didapatkan Chia. Tak ada lagi CCTV di jalan yang dilalui Satya.
Masih dengan pengemudi ojek online yang sama Chia memutuskan ke kantor Satya. Karena hari Sabtu kantor tutup. Terbayang kembali pesan yang dikirimkan rekan kerja Satya. Satya telah resign. Chia mendesah dengan berat.
Motor kembali berjalan di jalanan yang mulai ramai dan berhenti di depan kantor polisi. Chia bergeming di belakang pengemudi. Ia mengenyahkan pikiran untuk melaporkan hilangnya Satya.
"Maaf Mbak, mau kemana lagi?" tanya pengemudi ojek online membuyarkan lamunan Chia.
"Hmm, ke terminal, Pak."
Chia sudah berada di bus menuju rumah eyang di desa yang telah diserahkan padanya sebagai hadiah pernikahan. Letak rumah itu di kota lain dengan waktu tempuh empat jam perjalanan. Eyang membeli rumah itu setahun lalu dari kenalannya yang butuh uang cepat. Alasan eyang selain membantu kenalannya, rumah itu bisa menjadi investasi jangka panjang. Kemudian saat Chia mengabarkan telah dilamar Satya dan segera menikah, eyang tanpa ragu menyerahkan kunci rumah itu padanya. Hadiah untuk cucu perempuan pertama yang akhirnya mau menikah.
Chia tertidur selama perjalanan. Hingga saat telah sampai terminal, pemberhentian terakhir, kernet bus membangunkannya. Ia turun dari bus dan berganti naik angkot. Menurut penuturan sopir angkot untuk sampai ke tujuan, Chia akan naik dua angkot yang berbeda. Angkot pertama membawanya menuju setengah perjalanan disambung dengan angkot kedua yang melintasi tujuan Chia.
Angkot kedua menurunkannya di pinggir jalan. Chia harus berjalan kaki 500 meter menuju rumah eyang. Ia telah dua kali datang ke sini bersama eyang saat survei rumah dan saat penyerahan kunci serta surat tanah. Sehingga ia sudah hafal jalan dari jalan raya menuju rumah eyang.
Selama rumah kosong, ada salah seorang warga yang mendapat amanah untuk mengurus rumah. Atas rekomendasi pemilik rumah yang lama, Jatmiko atau biasa disapa Iko, menjadi pengurus rumah. Chia belum mengabari Iko jika akan datang. Ia pun belum pernah bertemu Iko. Selama ini hanya berkomunikasi melalui telepon dan pesan jarak jauh.
Saat akan mengabari Iko bahwa dirinya datang, notifikasi pesan dan panggilan tak terjawab di pnselnya bermunculan. Ayah, si tengah, si bungsu, sepupu, serta paman dan bibi saling mengirimkan pesan. Semuanya menanyakan keberadaan Chia dan apa yang diperbuatnya. Jemarinya dengan lincah mengirimkan pesan di grup keluarga. Mengabarkan bahwa ia mencari Satya dan sedang ingin sendiri. Tak lupa berpesan agar mereka tidak khawatir. Lalu sekejap kemudian mengirimkan pesan pemberitahuan kepada Iko. Dan diakhiri dengan mematikan data seluler serta mengaktifkan mode pesawat.
"Mbak Chia?" sapa seseorang dari arah belakang Chia. Hampir membuatnya terlonjak.
"Iko?" tebak Chia. Orang yang dipanggil Iko mengangguk. "Saya baru kirim pesan ke kamu, kok sudah sampai?" tanyanya heran.
"Oh, Mbak kirim pesan ke saya? Handphone saya di rumah. Kebetulan saya lewat. Nebak aja tadi. Ternyata betul," jelas Iko.
"Silakan masuk mbak. Baru kemarin rumahnya saya bersihkan. Tapi kuncinya ketinggalan di rumah juga," lanjut Iko.
"Saya bawa kunci kok," ungkap Chia. "Saya mau berkabar aja kalau beberapa hari ke depan akan tinggal di sini. Jadi kamu nggak kaget kalau rumahnya ada orang."
Iko manggut-manggut mendengarkan penjelasan Chia. "Kalau butuh apa-apa, jangan sungkan hubungi saya, Mbak."
"Oke. Makasih, ya."
"Kalau begitu, saya permisi, Mbak. Mari."
"Iya."
Saat masuk rumah, Chia lekas menuju kamar. Benar-benar bersih dan rapi. Chia menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Matanya terpejam namun pikirannya melayang. Satya kamu di mana?
6 notes
·
View notes
Text
Kisah di Malam 1 April
Malam pertama di bulan April, kami sekeluarga dikejutkan dengan kondisi pintu rumah yang terbuka sedikit. Tidak biasa, padahal saat pergi semua terkunci rapat. Sore pukul 4.30 kami semua pergi menuju undangan buka bersama di rumah keluarga. Kami tiba kembali di rumah kurang lebih pukul 7.30.
2016 juga pernah terjadi hal serupa, tapi di hari Idul Fitri. Pintu depan dijebol. Tahun 2017 sempat mau diulang tapi lewat pintu samping, kebetulan saya dan istri di rumah. Sempat saya teriakkan waktu pelaku mau mendobrak pintu samping. Saya mengintip dari lobang kunci tampak sesosok orang yang berdiri di depan pintu. Waktu itu tanah sebelah kanan masih kosong belum jadi rumah seperti sekarang.
Saat kami masuk ke dalam rumah, dua kamar tidur sudah berantakan. Semua lemari dan laci terbongkar. Barang-barang berserakan di kamar. Tas-tas dan dompet istri juga sudah terbongkar. Sebuah tas ransel merek Palazzo pemberian teman saat di Austria, skincare dan kosmetik, beberapa kacamata, sound system portable, dan suvenir dari Austria bertuliskan Vienna menjadi sasaran maling.
Pelaku diduga masuk mendobrak pintu garasi di sisi kiri rumah. Pintu terbuka kecil saat kami mengecek setelah melihat dua kamar dibongkar. Jok motor dipenuhi bekas alas kaki. Kemudian ventilasi wc kamar utama sudah jebol, dibongkar paksa. Dari situ sepertinya dia masuk ke bangunan rumah. Sebelumnya mungkin mencoba merusak pintu satunya di samping, tapi tidak berhasil.
Dua anak bujang dapat pengalaman berharga. Respon mereka terhadap kejadian semalam luar biasa sekali. Barra dengan tenangnya bilang, "Mama sabar ya?" Kavi juga langsung marah-marah dan kesal, "Awas ya pencuri, Dedek tangkap nih!" Tidak lupa dia bawa senapan mainan untuk mundar mandir seisi rumah mengikuti kami yang memeriksa kembali seisi rumah. Mereka juga aktif mengikuti kakek nenek yang kedatangan Pak RT dan tim keamanan RT. Bahkan Kavi sempat nangis saat mau ikut buat laporan ke Polsek Pontianak Selatan. Barra dengan sigap membujuk adeknya dengan rayuan-rayuan tawaran nonton atau bermain bersama.
Pengalaman lain yang juga tidak kalah menyenangkan adalah respon polisi di Polsek yang tanggap. Saat tiba dan membuat laporan, saya diterima dengan baik. Diinterogasi pertanyaan-pertanyaan. Salah satu tim Reskrim langsung sigap mengatakan akan mengecek TKP, bahkan tanpa saya menyebutkan nominal kehilangan. Kami sempat diskusi ringan soal kerawanan sosial di Pontianak dan beberapa solusinya, termasuk beliau tidak sungkan mengakui kepolisian tidak mampu berbuat banyak tanpa bukti plus kekurangan personil. Beliau berharap dukungan dan bantuan masyarakat dalam pengamanan wilayah. Malam itu juga setelah surat keterangan laporan dibuat, sekitar 21.30 mereka melakukan olah TKP.
Semoga kita kuat dan sabar semua. Semoga diberikan keselamatan selalu. Tidak lupa pula, semoga pencurinya juga diberikan Allah hidayah.
Pontianak, 1 April 2023/11 Ramadan 1444
2 notes
·
View notes
Text
Akhirnya kemarin setelah ditimbang selama berbulan-bulan, gw beli kacamata baru, yang gak minus, yang biasa aja, buat dipake kalo bawa motor. jadi nanti kacamatanya di simpen di jok motor kalo lagi ga dipake. beli wadahnya juga betewe.
Kacamata yang minus gw tinggal di kantor aja, gamau dibawa-bawa pulang atau pergi, soalnya ngeri rusak lagi, pr banget kudu ke optik.
Lagian emang butuh kacamata kalo lagi kerja aja si, buat di komputer, buat training dan meeting.
Kadang tuh ya males kalo ga butuh-butuh banget kacamata tapi dipake, butuhnya saat di motor doang, kalo udah sampe tujuan udah males pake kacamata, nah kalo bawa wadah kacamata isi tas jadi penuh. jadi kudu beli kacamata baru wkwk
Ribet banget ya wkwk
Semoga memudahkan hidup ya, ini pengeluaran yang udah direncanakan lama, jadi gak masalah. gak mengganggu pos lain.
Sekian...
2 notes
·
View notes
Text
Dilema Kacamata Bersaudara
(Sedang naik motor berdua, tiba-tiba berhenti)
Old: Dek, catat dulu, dong, itu nomor telepon tempat yoganya (nunjuk plang di seberang jalan)
Young: Oke. Bacain ya ...
Old: (Seketika ngakak)
Young: Ih, aku nggak bisa baca, ini udah nyipitin mata maksimal, nih (padahal pakai kacamata)
Old: Ya aku juga sama. Nggak kebaca juga.
(Ngakak berdua)
Begitulah kami, dua saudara berkacamata yang minusnya makin nambah dan nggak kebantu meski sudah pakai kacamata.
Faktanya, kacamata yang kami pakai minusnya berada di bawah seharusnya demi menjaga keseimbangan karena naiknya selalu drastis.
5 notes
·
View notes
Text
Cahaya Dari Masa Depan
Part. 1
Hari ini seperti biasanya, langit negeri ini cerah. Hanya saja cuacanya yang tak sehangat biasanya, dan tak ada bunga tulip yang mekar hari ini. Iya karena ini memang belum saatnya untuk bunga tulip bermekaran karena ini masih musim dingin. Hari ini adalah musim dingin pertamaku sejak ku putuskan untuk berangkat ke negeri ini, iya negeri 1000 kincir angina tau lebih dikenal dengan sebutan negeri kincir angin karena sangking banyaknya kincir angin yang ada di negeri ini. Iya kalian pasti tahu negeri apa yang ku maksud in ikan?
Iyaps benar sekali negara Belanda atau Netherlands. Aku masih ingat sekali pertama kali aku mulai merasa jatuh cinta dan berkeinginan untuk pergi ke negeri ini, iya ini tak lepas dari ceritaku sebelumnya dimana awalnya aku tak mau untuk melanjutkan pendidikanku di Universitas Bengkulu, akan tetapi Ibu ku seakaan tahu dengan masa depanku.
“Tak harus menyukai sesuatu dulu baru kau mau, bisa jadi hal yang tak kau sukai justru akan menjadi sumber kehidupanmu nantinya, coba aja dulu, jalani, nikmati. Karena hidup itu harus dijalani baru tahu yang terbaik bukan dengan di pikirkan” begitulah kira-kira perkataannya waktu itu.
Iya berawal dari ketidak sengajaan masuk kejurusan pertanian dengan perasaan yang seakaan tersesat ku coba untuk mengikuti nasehatnya. Semester pertama masih terasa berat bagiku, ku habiskan waktu ku dengan kuliah pulang saja. Kemudian semester selanjutnya ku coba mencari kesibukan lainnya dengan bergabung dengan organisasi, dan mungkin ini takdir dari-Nya entah aku dapat hidayah atau mungkin ini memang sudah ketetapan-Nya.
Pagi itu seperti biasanya berangkat dari rumah menuju kampus menggunakan sepeda motor Vega-R tahun 2006 berwarna biru yang sudah menemani ku sejak masa-masa SMA. Pagi itu aku menjemput sahabatku, M. nurrudin syahid Namanya biasa ku panggil Nurdin M. Top hhe.
“Co, kelak berangkat bareng ya” wa dari dia.
“oke, otw” jawabku.
Jadi ini dia orangnya unik, badannya cukup tinggi, memakai kacamata, memiliki kumis dan jenggot tipis dan kenapa dia selalu barengan dengan ku karena dia tidak bisa memakai motor. Kebayang gak tuh udah mahasiswa gak bisa memakai motor dan parahnya lagi dia ini orangnya ngantukan, setiap kali perjalanan pergi-pulang dari kampus dia pasti ada aja ketiduran dijalannya saat bergoncengan denganku padahal jarak kampus kerumahnya hanya kurang lebih 10 menit tapi dia sempat tertidur. Darrr.. helm nya menabrak helmku.
“Co, kau tertidur ya?” tanyaku
“aman..aman co” jawabnya dengan nada linglung. Udah kebayangkan ya gimana.
“sehabis kuliah nanti, temani aku ya” kata nurdin.
“mau kemana?” jawabku
“Udah, ikut aja” balasnya sambil menepuk pundakku.
“ohh.. hohoho” timbalku.
Siang sehabis kuliah yang cukup menarik sebelumnya karena dosennya mengajar cukup menyenangkan tidak seperti kemarin dosen yang mengajarnya membosankan.
“ayok co, ikutin aku” bilang nurdin.
Aku hanya dia mengikutiin dia, karena ruang kuliah kami berada dilantai dua jadi kami turun tangga meuju lantai 1, kemudian berjalan menuju mushola shelter tepi danau.
“ini kita mau ngapai ke sini co? tanyaku.
Dia tak menjawab, terus berjalan menuju pintu masuk, disana ku lihat ada keramaian, dan ada meja dengan karton bertuliskan pendaftaran UKM MGC. Iya hari itu aku diajak nurdin mendaftar UKM itu, aku tak tahu awalnya ini UKM apa, iya ku pikir okelah untuk mengisi waktuku. Ternyata MGC itu singkatan Moeslem Generation Club semacam Risma jika di SMA, UKM yang kegiatannya banyak berhubungan dengan agam islam kajian, mengaji, mabit, puasa dll. Aku yang tak memiliki pemahaman agama yang baik awalnya ingin keluar saja terlebih lagi disini memiliki aturan yang cukup dan pertama kali kegiatan mahasiswa yang menggunakan hijab pembatas antar laki-laki dan perempuan ku temui, tapi karena ada temanku iya udh aku ikut-ikut aja dlu.
Saat itu ada pembagian kelompok kecil mentoring sesuai prodi untuk lebih memudahkan dan kami mendapatkan pementor kak tingkat jurusanku. Kak Yanda dan kak sukirno Namanya. Kak yanda ini merupakan mahasiswa berprestasi, student exchange ke Thailand dan saat itu dia juga merupakan Presiden mahasiswa, lulusan terbaik fakultas pertanian, pergi ke pare kemudian mendapatkan beasiswa LPDP untuk s2 ke Wageningen University di Belanda. Saat ini dia sudah kembali ke Indonesia mengembangkan star-up Arconesia membantu para petani.
Dia sangat menginspirasi Ku ingin menjadi seperti dia dan dia juga yang cukup berperan membuatku menjadi mencintai dunia pertanian. Dia sering bercerita tentang hal-hal yang menarik dan dia juga memberikan kami semangat saat itu kami berjumlah 7 orang sehingga kelompok kami di namakan “Ashabul Khafi”. Malam itu kak yanda bercerita ditengah guyuran hujan kami berkumpul di masjid An-nafi tentang Mimpi dan kekuatan doa dengan khasnya dia mengatakan dengan bersemangat “kita itu harus berani bermimpi teman-teman bermimpilah setinggi mungkin, sehingga kalaupun terjatuh setidaknya nanti teman-teman terjatuh diantara bintang-bintang tak akan begitu sakitlh, dan yakin dan berdoalah untuk mimpi-mimpi itu, tuliskan, tempelkan mimpi-mimpi itu dinding-dinding kamar kalian dan berusahalah untuk itu terjadi, saat ini mungkin akan merasakan itu hanya mimpi tapi lihat 5 atau 10 tahun lagi dari sekarang mimpi itu terwujud dan teman-teman mencoret lembaran-lembaran mimpi teman-teman. Jadi tulislah dan imajinasikan mimpi kalian apapun itu”.
Dia juga menceritakan banyak hal tentang beasiswa, belanda dengan universitas pertanian terbaik di dunia. Itulah awal mula aku mulai mempersiapkan diriku menjadi seorang pemimpi dengan segala angan dan rencana-rencanaku untuk ke negeri ini. Aku membuat angan setinggi bintang untuk s2 di belanda meski kadang takdir tak selamanya berpihak, aku terjatuh akan tetapi benar kata-kata ka yanda sebelumnya setidaknya aku terjatuh diantara bintang-bintang dengan melanjutkan kuliah S2 ku tetap di bumi pertiwi ini disalah satu kampus terbaik ini toh ilmu dan gelar yang ku dapatkan tetap sama dengan kuliah diluar yaitu gelar M.Sc sembari tetap menyiapakan rencana untuk hari ini datang.
Hari ini dengan pakaian hangat ku langkahkan kaki ku menuju kampus impianku, untuk bertemu dengan rekan seperjuanganku disini, Habibi Namanya.
“hey brother. Sorry I come late” sapaku.
“it’s okay, I just arrived to here. Let’s go to the lab” jawabnya
“gimana project penelitianmu? Tanyaku
“iya begitulah, sini-sini lihat ini” dia menujukkan kepadaku
“ wahh.. pesat ya kemajuannya” pujiku
“iya begitulah, gimana hasil analisis datamu? Aman dong?” tanya dia
“ahhh.. itu yang masih ku kerjakan, aku kesulitan dengan aplikasinya jadi mungkin bsok aku akan menemui prof ku dulu untuk konsultasi lgi dah” jawabku
“cepatlah,, biar cepat selesai, cepat pulang kita” ucapnya
“siap-siap.. aku pulang dulu ya” ucapku
“okey, hati-hati diluar dingin” kata Habibi
“Siappp… sudah biasa dingin sendiri dari dlu” jawabku sambil bercanda.
Ku buka pintu lab kemudian berjalan menuju apartemenku. Karena suhu udara yang dingin ku percepat langkahku sambil memasukkan tanggan ku kedalam saku mantel hangatku. Tiba di apartemen ku ganti baju dan menyeduh kopi dan roti panggang, sambil mulai menghidupkan laptopku untuk mengerjakan project penelitianku hingga larut malam dan suhu semakin dingin. Ku putuskan untuk melanjutkan besok pagi lagi dengan segera menuju ranjangku.
Cesss…ceess.. suara air keran ku berbunyi, terdengar suara sayup-sayup seperti ada orang yang sedang menyuci piring dan gelas ku yang sudah menumpuk di wastapel, menyapu, dan merapikan apartemenku yang berantakan. Aku pun terbangun dengan setengah sadar karena suara air keran, berjalan menuju ke ruangan dapur untuk mematikan airnya. Dari kejauhan ku lihat samar-samar sosok seorang Wanita dengan pakaian rapi berhijab berwarna biru tertutup sempurna mengenakan setelan gamis biru toska yang indah sedang mencuci piring.
“Hey.. siapa kamu? Maling ? dari mana kamu? Kenapa bisa ada disini” tanyaku dengan nada keras.
Dia tiba-tiba berhenti mencuci dan berbalik badan, Wanita itu hanya terdiam, tersenyum sebentar dan kemudian tertunduk tak menjawab apa-apa.
“heii, aku bertanya. Who are you?’’ tanyaku kembali
“Aku… akuu.. ‘’jawabnya terbata-bata
“siapa kamu? Aku lapor ke polisi jika kamu tidak menjawab” paksaku
“ Aku cahaya... aku istri kamu mas ” jawabnya.
“yang benar saja, aku tidak kenal kamu siapa , datang dari mana, lagi pula aku belum menikah” jawabku dengan kesal sambil meninggalkan dia di ruang dapur menuju ruang kerjaku.
“tapi benar aku istri kamu” terang dia sambil menyusul ku.
“istri dari mana, orang aku belum menikah. Ohh aku tahu siapa yang bayar kamu untuk berpura-pura?” tanyaku
“aku istri kamu dari masa depan” jawabnya singkat.
“yang benar saja, mana mungkin” jawabku kesal.
Aku pun mengambil Handphone ku dan menelpon Habibi, menanyakan apakah ini ulah dia mengerjaiku. Karena memang kami suka bercanda dan saling mengerjai. Tapi kali ini dia berkata tidak dengan sangat serius bahkan dengan sumpah dan aku tahu jika dia sudah seperti itu tidak mungkin dia. Terus siapa Wanita ini, bagaimana dia bisa ada di apartemenku dengan segala kebingunganku. Ku ambil jaket hangatku kemudian ku tinggalakn dia.
“mau kemana mas? Tanya Wanita itu.
“pergi” jawabku singkat sambil membuka pintu dan menutupnya kembali dengan membantingnya.
Aku pergi berjalan menyusuri jalan biasanya menuju tempat biasa menenangkan diri. Dan ternyata Wanita itu mengikuti ku.
<<< To be continued>>>
3 notes
·
View notes
Text
beberapa waktu sekali, saya biasa melatih kaki dari beratnya hidup dan beratnya badan dengan rute dari kantor menuju stasiun. biasa waktu tempuh kurang lebih yaa sekitar 30 menit sampe 40 menitan, jalan kaki gak begitu kebut, karena niatnya juga selain biar olahgerak, tapi juga bisa cuci mata bisa tengok kiri kanan bisa liat keadaan sekitar dari sudut yang lain. apalagi ya beberapa minggu ini jalur kendaraan dari kantor menuju stasiun selalu macet paraah karena ada galian. hari ini, saya jalan kaki lagi. jalur dari kantor maceet parah, dari seringnya saya berjalan, jadinya saya melihat tipe pengendara motor dan mobil yang bikin geleng geleng.
1. tipe pantang menyerah
tipe yg ini yaa selalu mencari jalan keluar di kemacetan, bagaimana caranya bisa terlepas dari macet walaupun kanan kiri tengah udah semrawut dan penuuh. mau lewat bahu jalan kek, mau lewat arah berlawanan kek, atau mau loncat juga dijabanin kayaknya
2. tipe pemenang
tipe yg pas di pertigaan langsung kebut padahal maceet gara2nya gak mau keduluan diambil posisinya sama kendaraan yang arahnya dari pertigaan, pokoknya saya duluan saya duluan dan itu harus! apapun kondisinya jangan sampai kasih celah.
3. tipe penyumbang sampah
lagi macet2 nya eeeeeh buang sampah tanpa malu2.
kaki terus berjalan lagi dan pemandangan macet akhirnya terlewati, kali ini saya tiba berjalan di arah hampir menuju kota tua. disepanjang jalan ini banyak gedung bangunan belanda tertulis "bangunan ini milik pemerintah" yang gak terawat dan gak digunakan. bangunan kokoh tapi kumuh ini ditempati sama para pemulung botol plastik, karton2. ada banyak penghuni di dalamnya. bangunan kosong itu dibangun sekitar 2 m x 3 m dengan triplek, banyak sekat2, mungkin ada puluhan penghuni yang masing2 punya tempatnya sendiri2 di masing2 sekat. kondisinya sangat2 gak nyaman kalo buat saya ya, tapi siapalah saya, mengukur kenyamanan oranglain dari kacamata saya pribadi, kalo ditanya ke mereka, bisa jadi itulah tempat dimana mereka bisa tidur dengan tenangnya. saya gumam dalam hati, beneran Allah baik banget sama saya. Walaupun hidup masih pas2 an, tapi saya masih bisa tidur enaaaak di tempat yg lebih layak. Sering saya ngingetin diri biar gak lupa bersyukur sama hal hal yang kecil, bisa nafas hari ini, masih sehat bisa jalan kaki hari ini, bisa pilih pilih menu makan apa yg mau saya nikmati hari ini, masih punya orangtua yg bisa dikunjungin. tapi apalah daya namanya juga manusia, sesekali curhat sama encok pegel linu yang kambuh karena naik kereta pagi, kecewa ketika keadaan gak sejajar harapan padahal sudah harusnya percaya bahwa garis ceritaNya gak pernah buruk dari yang diharapkan sejak lama, sedih pas ditinggal si abang pergi padahal dengan jarak kita jadi punya jeda untuk menyisipkan rindu, saya jadi punya waktu kumpul sama orangtua.
Berjalan buat saya kembali mengevaluasi diri, sudahkah saya bersyukur sebanyak banyaknya, dalam kondisi apapun?
0 notes
Text
Air Mata Bagian III
Selesai membetulkan gelang. Ibu dan anak itu segera meninggalkan pasar dan mulai mencari warung makan lainnya. “kita makan di warteg aja ya bu.”Usul Naufal. “Boleh,” kata ibu. Warteg Bahari menjadi pilihan nya, selain banyak pilihannya, harga merayat juga menjadi alasan warung makan ini selalu berjejar di setiap sudut jalanan di pulau Jawa khususnya di kota-kota besar seperti Jabodetabek.
Warteg Bahari, warung makan khas Indonesia, mulai dari masakan lauk pauk tradisional yang resepnya sudah menyebar keseluruh penjuru rumah-rumah di Indonesia, cara penyajian nassi di Tengah lalu dkelilingi oleh lauk pauk di satu piring yang sama, juga letak meja dan kursi panjang yang saling berhadap-hadapan.
Lima menit waktu yang dibutuhkan untuk mengantri dan mendapatkan seporsi yang diinginakan. Kini Naufal dan sang Ibu sudah duduk berhadap hadapan dan mulai menyantap makanan. Sang Ibu memperhatikan makan anaknya. Setelah kejadian semalam, nafsu makan Naufal mulai kembali seperti sediakala, meski beban yang menumpuk didadanya belum diceritakannya.
15 menit kemudiian motor berwarna merah di depan warteg telah dinyalakan dan siap untuk dinaiki Naufal dan Ibunya. “Abang katanya mau ceriita, jadi ga?” Iyah bu, jadi”
Di sudut pojok ruangan, berjarak 20 cm dari jendela Naufal menyiapkan hati dan ceritanya untuk ditumpahkan kepada Ibu nya. Ia mengawali dengan kata “Apa boleh aku berbuat nakal bu, mengapa menjalani hidupp sebagai anak baik-baik itu capai bu?” Lalu Ia mengeluh dengan membandingkan jalan hidupnya dengan temannya yang dari kacamata dan sudut pandang dirinya. "Mengapa ada orang yang jalan hidupnya berisi senang-senang dan kemudahan, padahal dia kerjanya clubbing, mabok-mabokkan, gonta-ganti pacar tapi hidupnya enak, makan selalu di restoan mahal, pergi kemana-mana dengan nyaman dengan kendaraan pribadi bahkan kadang sama supir pribadi." Ungkap Naufal heran. Kali ini air mata sudah tak keluar, kali ini ia lebih siap mengeluarkan uneg-uneg, pertanyaann dan juga kekecawaan nya tentang ketidakadilan menjalani hidup.
Sang ibu hanya diam mendengarkan, lalu tersenyum dalam-dalam. "Nak sebagai sesama manusia, kita akan selalu melihat nikmat orang lain dari sudut pandang yang kita tidak miliki." Jawab ibu
"Kita hanya mampu melihat seseorang dari apa yang ditampakkan saja. Sejatinya kita tidak pernah tau seseorang seutuhnya, tentang derita nya, sakitnya, atau kekurangan nya. Ada kalanya kenakalan yang dia perbuat adalah tanda kekurangan nya, ada kalanya kenakalan itu adalah dampak dari kekurangan yang tidak tampak seperti orang tua yang tidak hadir." Jelas ibu panjang lebar
Anak ini ternyata masih sangat polos, batin sang Ibu. Dia membutuhkan lingkungan yang bisa membentuk kematangan pola pikirnya.
"Rabbi aku memohon penjagaan dan bimbingan Mu untuk diriku dan anakku. Temukanlah dirinya dengan lingkungan yang baik, guru yang dapat menjadi wasilah kematangan pola pikirnya. Engkau jaga dia dari segala hal yang dapat merusaknya, baik itu teman-teman dunia nyata maupun dunia maya. Aku sadar, bahwa aku tak akan mampu mengawasi dan membimbingnya 24 jam full non-stop, namun Engkau mampu Ya Rabbi." Do’a sang Ibu penuh khusyuk di dalam hatinya sambil mengelus-ulus kepala putra terkasihnya.
Tamat
0 notes
Text
MEMUASKAN! 0818-465-463 jasa pembuatan kanopi Seyegan Sleman
0818-465-463 Jasa Pembuatan Kanopi Terdekat Seyegan Sleman
Langkah-Langkah Pengelasan yang Aman dan Tepat di Bengkel Las Karya Mandiri
Pengelasan bukan hanya tentang menyambung dua logam, tetapi juga tentang bagaimana memastikan proses tersebut dilakukan dengan aman dan tepat. Di Bengkel Las Karya Mandiri, kami selalu mengutamakan kualitas dan keselamatan dalam setiap pekerjaan pengelasan yang kami lakukan. Berikut adalah langkah-langkah pengelasan yang aman dan tepat yang selalu kami terapkan.
Persiapan Material dan Lingkungan Kerja
Sebelum memulai proses pengelasan, persiapan adalah kunci. Kami memastikan semua material yang akan dilas dalam kondisi bersih dan bebas dari debu, minyak, atau kotoran lainnya yang bisa mengganggu hasil pengelasan. Lingkungan kerja juga dijaga agar bebas dari risiko kebakaran atau kontaminasi yang bisa mempengaruhi hasil akhir.
2. Penggunaan Alat Pengaman yang Sesuai
Keselamatan pekerja adalah prioritas utama. Setiap tukang las kami dilengkapi dengan alat pelindung diri (APD) seperti helm las, sarung tangan tahan panas, sepatu pengaman, dan kacamata khusus untuk melindungi mereka dari bahaya percikan api dan radiasi ultraviolet yang dihasilkan selama pengelasan.
3. Teknik Pengelasan yang Presisi
Setiap proyek memerlukan teknik pengelasan yang tepat, baik itu untuk besi maupun stainless steel. Kami menggunakan berbagai metode pengelasan seperti las MIG, TIG, atau las busur listrik, sesuai dengan kebutuhan proyek. Teknik yang tepat menjamin bahwa sambungan las yang dihasilkan kuat, rata, dan bebas dari cacat.
4. Pengawasan dan Pengecekan Berkala
Selama proses pengelasan, tim kami selalu melakukan pengawasan ketat untuk memastikan bahwa setiap tahap berjalan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Setelah proses pengelasan selesai, kami melakukan pengecekan ulang pada setiap sambungan untuk memastikan kualitas dan keamanannya.
5. Penyelesaian dan Perlakuan Pasca-Las
Setelah pengelasan selesai, kami tidak berhenti sampai di situ. Bagian akhir dari pekerjaan las di Bengkel Las Karya Mandiri adalah memberikan perlakuan finishing yang sesuai. Hal ini penting untuk mencegah karat dan memastikan hasil akhir terlihat rapi dan estetis.
Dengan menerapkan langkah-langkah pengelasan yang aman dan tepat, kami memastikan setiap proyek yang kami kerjakan memiliki hasil yang kuat, aman, dan tahan lama.
Bengkel Las Karya Mandiri Monjali Yogyakarta 0818-465-463
Melayani seluruh daerah Sleman seperti: Gayamharjo, Sambirejo, Madurejo, Bokoharjo, Purwomartani, Tirtomartani, Tamanmartani, Selomartani, Sindumartani, Bimomartani
tukang las harian sleman, tukang las kapal laut sleman, tukang las kapal sleman, tukang las listrik sleman, tukang las listrik terdekat dari sini sleman, tukang las mobil sleman, tukang las motor sleman, tukang las pagar stainless sleman, tukang las patri sleman, tukang las profesional sleman
0 notes
Text
TURISIAN.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mengeluarkan data terbaru bahwa jumlah pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) pada Juli 2024 mengalami penurunan signifikan. Meski secara keseluruhan mencapai 598,72 juta perjalanan dalam periode Januari-Juli 2024. Angka ini menunjukkan kenaikan 18,03 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, khusus pada Juli, terjadi penurunan 7,46 persen dibandingkan bulan Juni, dengan total pergerakan 77,24 juta perjalanan. BACA JUGA: Balai Besar TNBTS Larang Wisatawan Dirikan Tenda di Gunung Bromo, Ini Alasannya Sementara itu, Nia Niscaya, Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf, mengungkapkan hal ini dalam forum Weekly Brief with Sandiuno pada Senin, 2 September 2024. "Meskipun ada penurunan di bulan Juli, jika dilihat dari kacamata tahunan, pergerakan wisnus masih menunjukkan peningkatan dibandingkan 2023," ujar Nia. Sedangkan, fokus Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dalam memulihkan sektor pariwisata domestik terbukti. Yakni, melalui upaya mendorong segmen wisatawan nusantara. Pulau Jawa menjadi pusat pergerakan wisnus sepanjang tahun ini. Hal ini didukung oleh populasi yang tinggi serta infrastruktur transportasi yang memadai, khususnya dengan adanya jaringan tol. BACA JUGA: Disiasati Pakai Tiket Harian, Destinasi Wisata Venesia tetap Dibanjiri Wisatawan "Moda transportasi paling banyak digunakan adalah mobil pribadi. Infrastruktur di Pulau Jawa, terutama jalan tol, sangat menunjang mobilitas wisatawan," jelas Nia. Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jakarta, Banten, dan Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi destinasi favorit wisnus, mencakup 69,93 persen dari total pergerakan. Di luar Pulau Jawa, Sumatera Utara mendominasi dengan 4,07 persen. Meski mengalami fluktuasi, sektor pariwisata domestik terus dipacu untuk menjadi motor penggerak pemulihan ekonomi Indonesia. ***
0 notes