Tumgik
#islamismysoul
itsmefitria · 3 years
Text
Peyek VS Kebutuhan Bayi
Ini postingan pertama yang ku buat setelah menulis di story whatsapp seputar percelotehan anak kecil tentang kiamat ketika masih tinggal di mess karyawan.
Dua belas tahun lalu lahirlah zuriat bapak dan ibu yang ketiga sekaligus yang terakhir. Banyak kolega dan tetangga datang ke rumah. Semuanya bersuka cita dan membawakan hadiah untuk si bungsu. Mulai dari kebutuhan bayi seperti bedak, sabun, shampoo, popok kain, hingga alas tidur plus bantalnya, tas bayi, dan tak lupa dengan mainannya. Banyak, lengkap, berkualitas, & branded.
“Masha Allah... Anak ibu banyak yang suka ya. Beruntung adek. Dulu mbak pas lahir, gak ada yang nengokin dek”, ucap ibu sambil menatap bungsu dengan raut wajah perpaduan bahagia dan sedih.
Bapak menimpali, “Iyaa dulu pas mbak lahir, bapak masih pelaksana. Siapa orang yang mau mandang. Yang dateng cuma bosku yang baik itu ya jeng (panggilan bapak ke ibu) ya. Udah itu aja. Ngasih boneka sama alas tidur. Tuh boneka yang kecil yang masih mbak pake itu. Beda lah sama si bungsu, bapaknya udah dipandang orang, jadinya banyak yang ngasih wkwk”.
Sedih? Enggak, sama sekali. Tapi gemes.
“Tapi pak bu, kok aneh ya? Dulu pas saat mbak lahir, bapak gak punya uang banyak untuk beli kebutuhan bayi. Sedangkan sekarang, tanpa orang ngasih pun bapak sanggup. Kenapa ya kok orang lebih seneng ngasih ke atasannya yang terbaik, sedangkan kalau bawahannya datang pun enggak?”
Di sinilah peyek mengambil alih wkwk. Ibu bilang kalau ibu suka bingung ketika mau ngehadiahin atasan bapak yang istrinya baru lahiran. Karena seberapa mahal pun barang yang sanggup bapak beli, atasan bapak pasti lebih sanggup untuk membeli itu. Belum tentu juga, ketika kita sudah menganggap barang ini bernilai tinggi, tapi bisa jadi bagi bosnya bapak biasa aja. Belum lagi kalau barang itu akhirnya tak terpakai. 
Akhirnya, ibu berinisiatif untuk memberikan peyek buatan sendiri. Karena saat itu kami tinggal di Sumatera di mana mencari peyek bercita rasa asli Jawa itu susah. Dan reaksinya atasan bapak senang sekali. Hadiah yang cukup unik dan langsung dimakan. Bahkan, meminta ibu buat jualan peyek supaya beliau bisa beli karena ketagihan sama peyek buatan ibu.
Lalu ketika bawahan bapak, office boy, supir, atau satpam kantor yang bapak kenal juga lahiran anak, bapak menghadiahkan mereka kebutuhan bayi atau jika tak sempat membeli diberikan bonus tip. Mereka sangat bahagia karena ada atasan yang perhatian dengan mereka dan barang itu memang sangat dibutuhkan.
Dari sini aku belajar bahwa berilah sesuatu yang memang benar-benar dibutuhkan oleh orang tersebut. Terkadang ketika kita ingin memberi ke atasan, pusing tujuh keliling memikirkan barang apa yang pantas kita beli. Tetapi ketika dengan orang - orang yang berada di bawah kita, ya kasih yang biasa - biasa aja, gak perlu yang mahal.
That’s life :)
Tapi Islam telah mengajarkanku ketika kita ingin memberikan sesuatu ke orang lain, terlebih lagi bagi mereka yang tidak seberuntung kita, berikanlah dengan kualitas yang terbaik minimal setara dengan yang kita gunakan.
2 notes · View notes