Tumgik
itsmefitria · 2 years
Text
Being talented is not the only one to be a successful person. Success is a combination of our talent, hard work, and luck. Talent can't be useful at all if we don't want to hard work and not build the chance to get lucky in our life.
0 notes
itsmefitria · 2 years
Text
Got Feedback From My Friend’s Story
One day, during discussion time, my friend told the class that the biggest regret that he ever did is not doing what it’s supposed to do. There were many factors why he couldn’t do what he would to do, one of them was because he didn’t have enough money to help that person. So he advised us, if we have the ability to do what it’s supposed to do, please do that. Especially for dreams, make them come true. Even though when we do that we need so much effort and very hard, it’s okay, at least we have tried it. Don’t be too afraid of failure. Because we will regret it when we didn’t try to chase our dreams.
This makes me realize that I am very afraid of failure. So if I want to join a program or do anything, I will think about it many times, then I lost the chance to join it. Whereas it’s possible if I do, I can get past it. Yaa, I almost regret it when I didn’t do anything because I was afraid to face the obstacles. Because of that, I swear to myself, if I want to do what I’m supposed to do, just do it. Every obstacle will be overcome. Then yaa, I nailed it. I have braveness to join GIGIH because of my friend’s story and advice. I think his story is one of the best feedback that I have got. Thanks to my friend.
1 note · View note
itsmefitria · 2 years
Text
Got Feedback From My Friend’s Story
One day, during discussion time, my friend told the class that the biggest regret that he ever did is not doing what it's supposed to do. There were many factors why he couldn’t do what he would to do, one of them was because he didn’t have enough money to help that person. So he advised us, if we have the ability to do what it’s supposed to do, please do that. Especially for dreams, make them come true. Even though when we do that we need so much effort and very hard, it’s okay, at least we have tried it. Don’t be too afraid of failure. Because we will regret it when we didn’t try to chase our dreams.
This makes me realize that I am very afraid of failure. So if I want to join a program or do anything, I will think about it many times, then I lost the chance to join it. Whereas it's possible if I do, I can get past it. Yaa, I almost regret it when I didn’t do anything because I was afraid to face the obstacles. Because of that, I swear to myself, if I want to do what I'm supposed to do, just do it. Every obstacle will be overcome. Then yaa, I nailed it. I have braveness to join GIGIH because of my friend’s story and advice. I think his story is one of the best feedback that I have got. Thanks to my friend.
1 note · View note
itsmefitria · 3 years
Text
Nano Nano Tahun Akhir
Akhirnya aku merasakan juga bagaimana perjuangan di Tahun Akhir. Aku pikir selama 3.5 tahun kuliah lancar saja, TA pun akan demikian. Rupanya, rasanya cukup nano-nano. Banyak sekali tantangan yang dihadapi, sampai-sampai aku berpikir apakah topikku terlalu susah? Dipikir - pikir tidak juga, topik yang ku angkat bukan hal yang baru di dunia penelitian. Hanya datanya saja yang diubah menggunakan data asli agar memiliki dampak yang nyata.
Kendala bukan hanya di bagian data yang sampai sekarang pun masih harus berjuang untuk mendapatkannya, tetapi juga pada bagian metode yang cukup challenging. Hal ini dikarenakan sebelumnya tidak ada kakak tingkat yang menggunakan metode ini. Sehingga jika bingung ya tidak ada kakak tingkat yang bisa diajak diskusi. Sejauh ini hanya bisa berdiskusi dengan teman yang menggunakan metode yang dibilang mirip juga enggak wkwk dan kami sama -sama bingungnya.
Terkadang hal - hal seperti ini sempat membuatku merasa down. Kalau lagi ngerjain TA kemudian stuck dan melihat timeline yang terus berjalan tanpa menunggu kita yang masih belum berhasil, tiba - tiba aja air mata ini menetes. Apalagi kalau keingat orang tua. Bayangan ketakutan jika tidak berhasil atau tidak tepat waktu juga kerap muncul. Tentu saja hal ini jika dibiarkan akan semakin membuatku lebih terpuruk.
So, apa yang ku lakukan? Bangkit!
TA gak akan selesai jika aku hanya menangis saja bukan? Ketakukan yang muncul itu adalah hal yang wajar. Sehingga agar ketakutan itu bisa hilang maka aku harus melawannya dengan mengerjakan TA secara konsisten. Akhirnya aku mulai membuat timeline yang lebih jelas setiap minggunya harus mengerjakan apa saja. Jika pun ada yang gagal, aku berusaha untuk lebih bersabar dan memberikan catatan bahwa aku masih gagal di bagian ini. Aku tetap yakin bahwa akan berhasil, asalkan dikerjakan dan dicari tahu kesalahannya di mana, serta mau mempelajari dengan sungguh - sungguh terkait metode yang kupakai
Kemudian, aku mencoba mencari support system. Setelah kupikir - pikir, support systemku ada dosen pembimbing dan teman. Untungnya dosen pembimbingku cukup rajin dalam mengadakan bimbingan (seminggu sekali), sehingga ini bisa lebih ter-tracking. Lalu jika dalam pengerjaan ada bagian yang membingungkan atau aku stuck di bagian tersebut, maka aku bisa berdiskusi dengan teman. Walaupun aslinya kami sama - sama bingung, gak tau kenapa ya ketika kita diskusi, cerita, atau curhat sama teman serasa lebih lega saja. Kadang kalau aku lumayan senggang, aku chat teman-teman dekatku dan menanyakan bagaimana TA mereka. Aku melakukan ini agar semakin semangat dalam mengerjakan TA dan bisa saling curhat hehe. Dasar ya perempuan emang suka curhat.
Ini yang gak kalah penting dan harus dilakukan kapan pun, gak cuma pas TA aja hehe. Yaitu senantiasa mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dan Pengatur kehidupan ini. Beribadah dan berdoa itu adalah hal yang pasti harus dilakukan. Aku bukan siapa - siapa dan tidak akan bisa mengerjakan TA jika tanpa bantuan Allah. Aku berusaha meyakini dan menerima apapun ketetapan Allah. Usaha adalah ranahnya manusia, maka aku harus berusaha semaksimal mungkin. Namun, hasil tetap ranahnya Allah. Sehingga misal nanti pun masih ada kesulitan yang kuhadapi, aku berusaha untuk berdamai dengan hal itu karena itulah ujiannya. Amazingly, ketika aku mencoba untuk tawakal, ternyata hal inilah yang membuatku jauh lebih tenang.
Dan aku rasa inilah way of thinkingku, bahwa Allah itu senantiasa ada bersama kita. Setiap kesulitan akan ada kemudahan. Asalkan kita mau terus berusaha, berdoa, dan tawakal. Yakinlah pada janjinya Allah. Jikalau nanti di akhir tidak sesuai dengan ekspektasi kita, maka inilah bentuk dari tawakal bahwa semua ini adalah ketetapan Allah. Allah tidak akan menilai hasil karena itu ranah-Nya. Sedangkan Allah akan menilai ranah kita yaitu usaha. Maka berusahalah semampu yang kita bisa, masalah hasil itu serahkan ke Allah.
Yaa, walaupun rasa khawatir itu masih ada, namun aku masih bisa mengontrolnya. Tahun akhir ini jika tidak dijaga kesehatan mental dan fisik, tentu akan berbahaya karena bisa membuat hari - hari kita tidak produktif. Maka semangat semua untuk para pejuang Tahun Akhir. Percayalah kita pasti akan melewati ini dengan ujian dan waktu kita masing - masing.
1 note · View note
itsmefitria · 3 years
Text
Jika Sayang Teman, Maka Jangan Jerumuskan Mereka
Itu judul bukan buat nampar siapa-siapa kok. Tapi judul itu aku siapkan buat menampar diriku sendiri.
Nah jadi, akhir - akhir ini aku sering dapat info kajian atau webinar yang menarik. Biasanya sih suka aku share di story wa atau IG. Kadang juga ke grup liqa.
Suatu hari aku dapat info webinar yang temanya bagus banget dan aku rasa penting nih buat diikutin teman yang benar - benar dekat sama aku. Karena memang eksklusif gitu. Sebenarnya sih boleh di share ke luar, tapi gak tau kenapa ya waktu itu cuma aku share ke teman di lingkaran pertama aja.
Tibalah ketika aku mengikuti webinar itu, jeng - jeng baru 30 menitan pertama aja aku sudah gusar. Bukan karena aku ngantuk, gak sama sekali. Bahkan pematerinya gak ngebosenin dalam menyampaikan materi. Seenak dan seterhibur itu pembawaannya.
Terus gusar kenapa dong? Gusar karena penyampaian beliau ada yang bertentangan dengan Islam padahal beliau muslim dan masalahnya itu adalah hal yang krusial. Lebih masalahnya lagi aku bawa teman. Kalau teman yang liqa, aku masih lumayan tenang. Tapi ini ada yang gak liqa.
Alamak gimana ini. Takut banget kalau misalnya ada temanku yang mengiyakan pernyataan beliau. Malu juga kalau temanku dalam hati bilang gini, "Apaan sih Fitria kok ngerekomendasiin aku ikut ginian". Tapi rasa takut itu lebih besar karena apa yang kita lakukan pasti akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.
Menurutku, sikap yang dilakukan temanku setelah mengikuti webinar ini bisa saja menjadi tanggung jawabku. Karena akulah orang yang merekomendasikan mereka buat ikutan acara  itu. Akhirnya, selesai acara aku chat satu persatu temanku apakah mereka jadi ikutan webinar itu.
Uniknya semua temanku yang aku kirimin informasi webinar itu berhalangan untuk ikut. Baru kali ini lah aku mengucapkan hamdalah dan bahagia ketika  teman gak jadi ikut ke acara yang aku rekomendasikan. Fitria emang rada koplak dari dulu :v
Kapok dah buat merekomendasikan sesuatu yang aku sendiri belum tahu bentuknya seperti apa. Aku gak mau karena ajakanku justru bisa menjerumuskan orang - orang tersayangku. Sebab aku dulu pernah melakukan itu.
That's life 
Maka berhati - hatilah dalam membagikan sesuatu. Benar, bagikan yang jelas kebaikannya saja. Jangan sampai karena ajakan kita, teman yang kita sayang justru kepleset dan tragisnya masuk ke dalam lubang. Sedihnya lagi jika kitanya bisa keluar dari lubang itu tapi teman kita justru nyaman. Mungkin itu akan menjadi penyesalan terbesar dalam hidup kita ketika sadar ataupun tidak kita justru menjadi dalang di balik terjerumusnya mereka.
Tentu ini semua masih menjadi PR besar bagi diri seorang Fitria.
1 note · View note
itsmefitria · 3 years
Text
Kelakuan Unik Ibu
Ibu adalah wanita yang unik. Seorang yang galak tapi baik hati hehe... Iya aku selalu takut kalau kena marah sama ibu. Dan ibu punya beberapa kelakuan unik yang selalu bikin aku malu sama diri sendiri. Tapi di satu sisi bisa belajar bagaimana kelak menjadi seorang ibu dan istri yang benar - benar hadir dan bisa menghadirkan kehidupan dalam rumah tangga.
1. Apa - Apa di Masak Sendiri
Dulu ketika anaknya masih krucil (belum bisa mandiri), ibu sempet memakai jasa pembantu sebentar. Itupun karena dipaksa bapak. Tapi ibu selalu gak bisa puas, apalagi kalau masakan. Bukan hanya soal rasanya, tapi cinta seorang Ibu gak bisa hadir di situ. Memang air tangan ibu benar - benar penyedap rasa yang membuat ketagihan. Sesederhana apa masakannya, cuma tahu tempe pakai sambal, tapi rasanya bisa nikmat.
Makin ke sini aku makin heran sama kelakuan Ibu. Ada suatu waktu bapak memanggil tukang - tukang buat benerin rumah. Karena jam kerjanya sampai sore, jadi kami menyediakan makan siang untuk para tukang. Aku pikir bakal beli nasi bungkus atau kotak aja. Kan simple yak. Eh ibu lebih memilih masak sendiri, dini hari dan nyiapin, uprek di dapur. Aku bertanya pas bantuin Ibu kenapa kok gak beli aja.
Ibu menjawab, “Loh kalau masak sendiri justru lebih murah loh mbak. Coba deh dihitung.”
Iya sih lebih murah, tapi kan kalau beli gak ngehabisin waktu dan tenaga yak.
“Mbak, ibu kok gak tega ya kalau ngelihat tukang kerja capek-capek, panas - panasan, nyari nafkah untuk keluarganya terus makanan yang kita sediakan cuma nasi bungkus yang rasanya gak karu - karuan. Hargailah pekerjaan mereka. Jangan pandang rendah mereka. Kalau kita bisa makan enak, harusnya mereka juga bisa makan enak sama kayak makanannya kita. Kan kalau mereka kita perlakuin dengan baik, mereka akhirnya juga semangat kerja ”
2. Solat di Setiap Ruang Rumah
Ini kebiasaan ibu pas kami masih di perantauan yang mengharuskan pindah - pindah kontrakan. Setiap pindah ke kontrakan baru, ibu selalu solat di setiap ruangan yang ada di rumah. Mulai dari kamar - kamar kosong, ruang makan, bahkan garasi. Tentunya dipastikan suci dulu ya. Kalau kamar mandi yo enggak wkwk... Kelakuan unik ibu ini baru aku sadari setelah ibu solat di kamar kosong yang dijadikan tempat naruh barang. Batinku kenapa ya ibu solat gelap - gelapan di situ karena bohlamnya memang gak ada. Aku aja serem sama kamar itu.
Ibu bilang, “Biar anak - anak sama suami ibu gak takut berada di rumah sendiri. Betah lama - lama di dalam rumah. Yaa biar gak kosong dan ditempati setan juga. Lagian tempatnya udah ibu sapu dan pel, insya Allah bersih dan suci kok. Mbak kalau mau solat di kamar sini juga boleh :)”
3. Komat Kamit Sendiri
Aku paling suka merhatiin ibu. Pas aku perhatiin ibu melakukan pekerjaan rumah, pasti ibu selalu komat kamit. Aku deketin deh, ternyata terdengar lantunan dzikir, tapi paling sering hapalan surah. Masha Allah. Ini paling menohok sih. Semangatnya ibu menghapal Al - Qur’an tinggi banget walaupun di usianya beliau sudah lumayan susah untuk menghapal. Berkali - kali menghapal, berkali - kali itu juga lupa. Sedangkan aku, masih muda dan otak masih bagus performanya tapi hapalan surah masih kalah semangat :(
Bahkan di dinding dekat cuci piring, tampak ayat yang sedang ibu hapal. Ayat itu ibu tulis sendiri plus artinya terus ditempel di dinding itu. Setiap ibu masak atau mencuci piring, mata ibu selalu menatap kertas itu sambil terus berusaha ngapalin. Berhari - hari. Kalau sudah hapal, kertas itu bakal dilepas dan diganti dengan ayat yang baru.
Satu peristiwa yang bikin aku sedih plus terharu. Waktu itu ibu dan aku pernah kecelakaan pas goncengan naik motor. Aku cuma luka di kaki, tapi ibu luka di pelipis sampai harus dijahit. Ketika jatuh dari sepeda motor itu, ibu gak sadarkan diri. Aku panik banget karena tubuh ibu gak bergerak. Takut kalau ibu meninggal. Namun, aku perlahan tenang ketika melihat mulut ibu berdzikir. Aku langsung mengucap hamdalah. Saat ibu sadar, aku cerita kalau ibu tadi berdzikir. Aku nanya ibu sebenarnya sadar ya? Ibu malah bingung karena ibu malah gak ingat apa - apa. 
That’s life
Pantas saja jika ibu diibaratkan malaikat yang terlihat di muka bumi ini. Dan menjadi ibu yang seperti ibuk adalah cita - cita terbesarku sebagai seorang perempuan. Ibu yang bisa membuat rumah menjadi hidup, yang mengisi ruang - ruang rumah dengan agama, ilmu, dan cinta. Love ibu :)
2 notes · View notes
itsmefitria · 3 years
Text
Tak Semudah Itu ~ Hijrah Keluarga Part 2
“Mbak sanggup Pak. Toh Allah juga sudah menjamin rezeki kita kok”
Sebagai kepala keluarga, jelas meninggalkan pekerjaan yang menjadi tempatnya mencari nafkah satu - satunya sangat berat. Pengganti pekerjaan utama ada tapi sampai saat ini pun belum stabil. Apalagi kalau penghasilannya melebihi gaji di bank hehe. Bahkan bapak sering dihantui di mimpinya kalau ibu sama anak-anak bakal ninggalin bapak karena sudah tak berharta lagi. Setertekan itu memang. Dan keluarga besar pun menyayangkan, bahkan menganggap pilihan kami adalah pilihan yang tak benar. 
Gimana enggak,  resign dari bank artinya kita harus bisa melepaskan fasilitas - fasilitas yang didapatkan dari pekerjaan bapak sebelumnya. Seperti rumah kontrakan, kendaraan, asuransi kesehatan dari kantor, dan tunjangan - tunjangan lainnya. Dipikir - pikir kayak lucu banget gitu ya ninggalin pekerjaan yang dah stabil dan hidup pun bisa tercukupi dengan baik. Seperti orang tak tahu diuntung wkwk
Bagi kami tetap, pilihan yang salah adalah ketika kami lebih memilih menjadi pasukan yang berperang melawan Allah, yaitu pelaku dan penikmat riba. Amit... amit... gak mau banget lah di akhirat nanti Allah tidak menganggap kita sekutu-Nya (hamba) melainkan musuhnya huhu.
Namun, resign dari bank tak semudah itu ferguso. Ketika mental dan kami pun sudah siap menanggung konsekuensi setelahnya, eh rupa - rupanya bapak ini karyawan kesayangannya perusahaan wkwk. Desas desus bapak mau mengajukan resign terdengar sampai ke pusat. Tetiba dong ya, gajinya dinaikin dikasih bonus berlipat lagi. OMG, kalau anak istri mata duitan nih, auto gak jadi hijrah. Bukan gaji aja, pangkat jabatan pun mau dinaikin. Dikira perusahaan, bapak resign karena udah jenuh sama perkerjaannya sebab udah dua dekade juga. Gak mempan juga, terakhir diiming - imingi hadiah mobil baru untuk dipakai pribadi. Alamak ku melihat motorku yang kupakai kuliah, keren juga kalau ke kampus bawa mobil. Kan seru tuh Sabtu - Minggu berburu kajian dengan membawa mobil numpangin teman-teman biar gak tersengat panasnya matahari Surabaya.
Allah Yang Maha Membolak-balikkan hati, sudah meneguhkan hati kami, terutama bapak. Yang dulunya masih ragu - ragu, keraguan itu sirna dan surat pengunduran diri tetap diajukan. Uniknya di kala COVID-19 melanda orang - orang pada sedih karena kehilangan pekerjaan dan merasa bersyukur bagi yang masih bisa bekerja, bapak justru mengundurkan diri. Nekat emang yak wkwk
Saat itu, kami banyak mendengar kabar bahwa teman kerja bapak beberapa meninggal dunia. Ada yang karena covid, ada juga yang meninggal mendadak. Itu yang bikin aku sangat cemas. Aku gak mau bapak tiba - tiba meninggal ntah karena covid atau kecapekan kerja sebelum bapak keluar dari bank dan melakukan pertaubatan. That’s why aku mendorong bapak untuk segera resign karena umur gak ada yang tahu :((
Akhirnya, tahun lalu bapak sudah keluar dari bank. Kami happy, tapi teman bapak pada menangis bahkan banyak yang kaget. Pengaruh bapak di tempat kerjanya memang besar. Beliau orang yang sangat loyal, berdedikasi, dan passionate di pekerjaannya. Sedisiplinnya bapak, anak buahnya banyak yang menyukainya karena selama di tim mereka bisa bertumbuh dan tak jarang juga dipromosikan.
Sampai sekarang kalau melihat bapak, di dalam hati selalu bilang, “Bapak adalah seorang pekerja keras, baik dan unggul, tapi sayang bapak dulu bekerja di tempat yang salah”
That’s life
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui (Al-Baqarah : 216)
2 notes · View notes
itsmefitria · 3 years
Text
Kapok ~ Hijrah Keluarga Part 1
Suatu hari di tengah - tengah diskusi ada yang bertanya kepadaku dan teman. Beliau seorang ibu yang paham agama dan sedang menghadapi fase di mana anak perempuannya ingin menikah.
“Mbak anak saya sekarang lagi didekati dua orang. Satu kerja di bank dan satunya lagi di perpajakan. Lebih mending yang mana ya?”
“Maaf bu, kalau saya jadi anak Ibu, saya gak milih dua - duanya bu. Kapok bu. Tapi terpulanglah ke anaknya Ibu, kan dia yang mau menikah :)”, jawabku.
~~~~
Lah Fit kok kapok? Emang kamu pernah punya hubungan dengan pegawai bank atau pajak? Hayoloo... katanya gak mengenal istilah love before marriage di kamus hidupmu.
Pernah dong ^-^ Hubungan ayah dan anak wkwk... 
Dulu sebelum aku mengenal riba, aku banggaaaa banget sama pekerjaannya bapak. Masih terlintas di benakku betapa kerennya kantor bapak karena dulu sewaktu kecil suka diajak main ke kantor terus dikenalin ke teman - teman bapak. Semua anaknya bapak ajak ke kantor (3 krucil). Saking bangganya ya, aku sampai bercita - cita ingin menjadi bapak. Wanita karir yang bekerja di bank dengan jabatan yang tinggi. Alpha woman banget dah pokoknya.
Allah Maha Baik. Tak dibiarkan aku berlarut - larut dalam khayalan duniawi. Tiba - tiba hati ini tergerak untuk search di google “Apakah bekerja di bank konvensional termasuk riba?”. Unik kan? Padahal sebelumnya aku tahu riba itu cuma pengertian singkatnya aja di buku agama sekolah. 
Pas sudah tahu riba itu bagaimana, tahu gak sih, jantung ini kayak merosot ke bawah, hati kayak diremuk. Ah lebay kamu, Fit. Tapi itu yang aku rasain. Aku sakit hati banget. Kesel banget. Mau marah tapi gak tau mau marah ke siapa. Satu yang terlintas di benakku saat itu, “Tega banget bapak ngasih aku, ibu, sama adek - adekku makan bara api neraka!”
Aku masih respect ke bapak, tapi enggak dengan pekerjaannya. Setiap bapak pulang cerita tentang pekerjaannya, aku dah gak excited lagi. Aku dapat pesan dari ibu, “Jangan salahin bapak ya, bapak dulu gak tahu kalau kerja di bank riba. Sekarang bapak lagi berusaha untuk keluar. Resign itu butuh persiapan nak. Keluar tanpa persiapan sama aja bunuh diri”.
Bapak bukanlah satu - satunya pegawai bank yang ingin resign. Banyak teman sejawatnya yang dari dulu ingin resign, tapi terkendala izin dari istri dan anaknya. Yang unik ya bapak, justru didorong buat resign sama anak dan istrinya wkwk. Apalagi semenjak aku kuliah, setiap bulan aku kirimin kajian tentang riba atau cerita ex-banker ke grup keluarga. Tetiba suatu hari bapak ngechat aku, “Mbak sanggup kah hidup dengan kondisi bapak yang penghasilannya nanti bakal 5 - 6 kali lebih rendah dari gaji bapak di bank?”
That’s life
Ketika bayang - bayang hijrah ditakutkan dengan kondisi sengsara di dunia. Tapi yang namanya hijrah, mana ada yang gampang ya wkwk. Pasti ada tantangannya
1 note · View note
itsmefitria · 3 years
Text
Belajar Kitab Allah yang Lain?
 “Apakah perlu bagi kita mempelajari kitab Allah yang lain selain Al - Qur’an? Tujuannya untuk melengkapi dan lebih yakin dengan Al - Qur’an”
~~~~
Dulu ada seorang sahabat Rasul yang membawa lembaran Taurat. Kemudian Rasulullah menegurnya, untuk apa Ia membawa lembaran Taurat tersebut. Bahkan jikalau Nabi Musa masih hidup, maka Nabi Musa akan mengikuti Nabi Muhammad dan meninggalkan Taurat.
Ini bisa dianalogikan dengan operation system seperti Windows yang selalu diperbarui. Misal nih untuk menunjang kinerja di kantor, maka diperintahkan untuk menggunakan Windows 10. Apakah iya ketika Windows 10 sudah diinstal di laptop, Windows 7 juga masih kita pakai di laptop tersebut? Berdalih dengan tujuannya untuk melengkapi Windows 10. Untuk apa? Toh windows yang paling terakhir pasti lebih lebih lengkap dan mutakhir.
~~~~
Itu penjelasan Bang Risco ketika Nge-Slow kemarin. Pikirku, bisa aja ntar ada yang menyangkal, “La kan gak semua laptop support Windows yang paling terbaru, apalagi sekarang ada Windows 11″. 
Hmm iya sih betul juga. Tapi kita jangan suka merendahkan kemampuan akal kita. Akal kita dijamin Allah untuk support kok dalam mempelajari kitab Allah yang paling lengkap dan mutakhir, yaitu Al - Qur’an :))
Kalau aku sih sukanya yang simple - simple aja. Mempelajari Al - Qur’an saja belum tentu bisa sampai selesai walau nyawa ini sudah tercabut dari raga. Bisa saja, kita masih ragu dengan Al - Qur’an bukan karena Al - Qur’annya yang tak lengkap. Tapi kitanya saja yang masih belum mau berinteraksi lebih sering dan mempelajari lebih dalam Al - Qur’an Al Karim tersebut.
That’s life
Dibuat simple aja. Allah cuma minta kita untuk mempelajari Al - Qur’an saja. Jangan nambah - nambahin kerjaan yang lain yak wkwk
0 notes
itsmefitria · 3 years
Text
Peyek VS Kebutuhan Bayi
Ini postingan pertama yang ku buat setelah menulis di story whatsapp seputar percelotehan anak kecil tentang kiamat ketika masih tinggal di mess karyawan.
Dua belas tahun lalu lahirlah zuriat bapak dan ibu yang ketiga sekaligus yang terakhir. Banyak kolega dan tetangga datang ke rumah. Semuanya bersuka cita dan membawakan hadiah untuk si bungsu. Mulai dari kebutuhan bayi seperti bedak, sabun, shampoo, popok kain, hingga alas tidur plus bantalnya, tas bayi, dan tak lupa dengan mainannya. Banyak, lengkap, berkualitas, & branded.
“Masha Allah... Anak ibu banyak yang suka ya. Beruntung adek. Dulu mbak pas lahir, gak ada yang nengokin dek”, ucap ibu sambil menatap bungsu dengan raut wajah perpaduan bahagia dan sedih.
Bapak menimpali, “Iyaa dulu pas mbak lahir, bapak masih pelaksana. Siapa orang yang mau mandang. Yang dateng cuma bosku yang baik itu ya jeng (panggilan bapak ke ibu) ya. Udah itu aja. Ngasih boneka sama alas tidur. Tuh boneka yang kecil yang masih mbak pake itu. Beda lah sama si bungsu, bapaknya udah dipandang orang, jadinya banyak yang ngasih wkwk”.
Sedih? Enggak, sama sekali. Tapi gemes.
“Tapi pak bu, kok aneh ya? Dulu pas saat mbak lahir, bapak gak punya uang banyak untuk beli kebutuhan bayi. Sedangkan sekarang, tanpa orang ngasih pun bapak sanggup. Kenapa ya kok orang lebih seneng ngasih ke atasannya yang terbaik, sedangkan kalau bawahannya datang pun enggak?”
Di sinilah peyek mengambil alih wkwk. Ibu bilang kalau ibu suka bingung ketika mau ngehadiahin atasan bapak yang istrinya baru lahiran. Karena seberapa mahal pun barang yang sanggup bapak beli, atasan bapak pasti lebih sanggup untuk membeli itu. Belum tentu juga, ketika kita sudah menganggap barang ini bernilai tinggi, tapi bisa jadi bagi bosnya bapak biasa aja. Belum lagi kalau barang itu akhirnya tak terpakai. 
Akhirnya, ibu berinisiatif untuk memberikan peyek buatan sendiri. Karena saat itu kami tinggal di Sumatera di mana mencari peyek bercita rasa asli Jawa itu susah. Dan reaksinya atasan bapak senang sekali. Hadiah yang cukup unik dan langsung dimakan. Bahkan, meminta ibu buat jualan peyek supaya beliau bisa beli karena ketagihan sama peyek buatan ibu.
Lalu ketika bawahan bapak, office boy, supir, atau satpam kantor yang bapak kenal juga lahiran anak, bapak menghadiahkan mereka kebutuhan bayi atau jika tak sempat membeli diberikan bonus tip. Mereka sangat bahagia karena ada atasan yang perhatian dengan mereka dan barang itu memang sangat dibutuhkan.
Dari sini aku belajar bahwa berilah sesuatu yang memang benar-benar dibutuhkan oleh orang tersebut. Terkadang ketika kita ingin memberi ke atasan, pusing tujuh keliling memikirkan barang apa yang pantas kita beli. Tetapi ketika dengan orang - orang yang berada di bawah kita, ya kasih yang biasa - biasa aja, gak perlu yang mahal.
That’s life :)
Tapi Islam telah mengajarkanku ketika kita ingin memberikan sesuatu ke orang lain, terlebih lagi bagi mereka yang tidak seberuntung kita, berikanlah dengan kualitas yang terbaik minimal setara dengan yang kita gunakan.
2 notes · View notes