#isi angin potong
Explore tagged Tumblr posts
Text
Jual tabung oksigen,isi ulang oksigen,isi angin potong,sewa tabung oksigen,sewa angin potong,isi angin potong,sewa oksigen medis dan industri,isi nitrogen,sewa nitrogen,isi ulang nitrogen,jual tabung oksigen jakarta, isi oksigen jakarta,sewa tabung oksigen jakarta.sewa oksigen potong,
0 notes
Text
Tengah malam, mata belum mau terpejam, menikmati grimis malam. handphone berdering menandakan ada panggilan, ternyata dari pacarku yang sangat kusayang.
hari-hari sangat menyenangkan setelah denganmu.
berbicara di telfon berjam-jam, lalu menanyakan bagaimana hari yang aku lalui apakah melelahkan itu sanggat membuatku senang.
rasanya di setiap hal yang terjadi di hari itu aku sangat ingin memberi tau kannya denganmu, apa saja misal sekedar "ada bakso bakar enak didepan kampusku" atau aku habis potong kuku. apa saja sangat ingin aku beritau denganmu.
begitu juga aku sangat ingin tau tentang yang terjadi di hari-harimu.
bagaimana bisa aku jatuh hati dengan laki-laki yang tidak pernah mengucapkan selamat tidur, selamat pagi atau kata kata lain yang selalu di ucapkan oleh semua laki-laki saat jatuh hati?
sangat menyenangkan, meski orang-orang tidak akan mengerti. aku juga sebenarnya sempat tidak mengerti, bagaimana sebenarnya cara laki-laki ini mencintai.
keraguan sempat beberapa kali menghampiri, lalu memang kau mampu menepis itu pergi. membuat aku akhirnya mengerti bahwa ada manusia yang tidak bisa dengan mudah mengungkapkan perasaannya dengan banyak kata, namun mampu menunjukan perasaan yang tanpa di beri tau pun aku bisa mengerti, berbanding terbalik dengan aku yang selalu mengatakanya.
kalau kata bubub "kita ini benar-benar berbeda" memang benar katanya.
lalu bagaimana aku tetap jatuh cinta? tentu dengan cara dia menunjukannya.
misal, sewaktu kita dalam perjalanan pulang ditengah malam, berkendara dengan sangat pelan di dampingi angin malam dan sambil berpegangan tangan kamu berkata ;
"kau lah perempuan kedua yang paling aku sayang" (sambil mengecup kecil tanganku)
dalam hatiku sudah sangat kesal, sambil ingin bertanya "mengapa aku yang kedua"
seolah tau isi hatiku kau langsung menjawab; "karna yang pertama ibuku"
sebenarnya aku sangat tersipu, untung saja tidak terlihat olehmu. sungguh aku sangat merindukan saat-saat itu.
melihatmu hari demi hari menunjukan sisi yang mungkin hanya aku saja yang bisa merasakannya, membuatku merasa sangat amat di cintai. meski kalimat-kalimat cinta jarang sekali terucap olehmu, namun aku tidak pernah ragu. lalu seiring berjalannya waktu aku sepertinya semakin menjadi pasangan yang menyulitkan mu, dengan segala inginku.
banyak sekali kata nanti yang kita gunakan, sebanarnya membuatku kesal. mengapa pertemuan itu sangat panjang, aku sudah sangat cemburu dengan hal-hal yang bisa berada didekatmu.
... dan dalam angin yang berhembus kupeluk dirimu, namun rindu tak pernah merasa cukup. mendekatlah, biar ku bisikkan kejadian paling rahasia; bahwa buah manis dari berani menunggu adalah hal-hal menakjubkan dalam perjalanan menggapainya, tentang bagaimana memeluk jarak sendiri misalnya.
karena, semakin banyak penantian
semakin tidak tergenggam
kecuali dengan pertemuan.
2 notes
·
View notes
Text
California in Love (Part 6)
-2°C
Esoknya.
Malam itu memang sangat dingin. Angin berhembus kuat pada malam itu, menerbangkan butiran-butiran salju di luar sana secara tak beraturan. Juga, menodai baju-baju mereka dengan serpihan putih es itu.
Kina, Dylan, dan Ibu Dina baru saja selesai menyantap makan malam mereka di luar. Tawa dan obrolan ringan pun masih menemani mereka bertiga. Lantas, sebelum Kina dan Ibu Dina menaikki taxi-nya untuk kembali ke hotel....
Kina's POV
"Ehm, Tante?" panggil Dylan, yang membuatku menoleh ke arahnya. Begitu juga dengan Ibu Dina. Kami memang baru saja ingin menaiki taxi.
"Dylan mau jalan-jalan bentar sebelum balik Jakarta," lanjutnya.
"Ohh, ya udah, Lan. Tante duluan, ya?"
"Tapi, Tan...," gantungnya. "Dylan... boleh ajak Kina?" ucap Dylan, menghentikan langsung gerak-gerikku. Dan... melebarkan kedua mataku secara mendadak!
Hening.
Ya, bagaimana tidak hening?? Dylan mengucap itu di depan atasanku! Yang secara otomatis melahirkan kecanggungan di antara aku dan atasanku ini!
Ibu Dina pun tertawa lirih. "Boleeeh," katanya.
"T-tapi, Bu? Ibu nanti--"
"Kina, temenin keponakan saya, ya," potong Bu Dina, menyetop perkataanku secara langsung.
IIIH! Geram hatiku.
Tapi di sisi lain, ada suatu rasa yang datang bersamaan dengan rasa jengkelku ini. Rasa... senang, kah?
"Yuk, Na," ucap Dylan, mendetakkan jantungku begitu keras.
Kami pun berjalan setelah Bu Dina pergi.
Aku berjalan beriringan dengannya. Tepatnya, lelaki yang jauh lebih tua dariku tiga tahun. Lelaki tampan bertubuh tinggi dengan kumis tipisnya.
Aku pun tahu, sebulan yang lalu ia baru menginjak umurnya yang ke 30. Dan di umurnya yang ke 30 ini, ia memang jauh terlihat lebih dewasa dan bahkan berwibawa. Ku akui, ia sungguh mempesona.
Suasana masih senyap. Tapi ku tahu, jantungku inilah yang meramaikan kesunyian mulutku. Aku berdebar tak tentu arah. Tapi di sisi lain, masih, aku memendam rasa benci dan marah pada lelaki ini.
"Ke sana yuk," ajaknya.
Aku pun berpaling ke arahnya. Mataku spontan menyorot ke suatu rumah kecil dengan hiasan lampu yang menjalar di sekeliling jendelanya. Aku hanya diam, lalu mengikuti sang penunjuk arah ini. Alias, Dylan.
Sebuah kedai kopi yang cukup sederhana dengan interior unik ini terlihat mengesankan. Mataku berkeliling mengitari tempat itu yang sudah ditumpahi oleh salju.
"Thank you," ucap Dylan kepada pemilik kedai.
"Na? Nih, buat kamu," katanya padaku.
Aku menatapnya dengan raut bingungku. Lalu, aku raih bungkus itu. Sebuah minuman hangat pun juga ia berikan padaku.
Lagi-lagi, aku hanya diam.
"Di sini rotinya enak banget. Aku dulu suka beli. Deket kampus soalnya," katanya. "Yang ini...," ucapnya seraya memberiku sebuah kantung yang masih terasa hangat. "Roti double cokelat. Kamu pasti suka."
Aku mengangguk minim, lalu membuka isi dari kantung itu.
Cokelat. Ya, ia masih ingat ternyata bahwa cokelat adalah kesukaanku.
Kami pun melanjutkan untuk berjalan.
"Di situ ramen nya enak banget lho, Na," kata lelaki itu lagi, memecah kesunyian di antara kita.
"Besok kita makan, ya, bareng Tante Dina. Enak kayaknya dingin-dingin makan ramen," lanjut Dylan antusias.
"Iya," singkatku.
Dylan pun menoleh ke arahku. Tapi aku hanya diam, tidak ingin membalas tatapannya. Mungkin... ia bingung akan sikap acuh tak acuhku ini yang belum juga sirna sejak kemarin.
"Enak rotinya?" suara beratnya tertangkap oleh telingaku.
"Enak," lirihku.
Aku kemudian melirik lelaki di sampingku. Ku lihat ia sedang menatap ke arah langit seraya menghembuskan napasnya di udara.
Maaf, Dylan, batinku.
Aku merasa bersalah. Tapi di sisi lain, aku memang masih memendam rasa kecewa itu. Luka itu kembali muncul setiap aku melihat matanya dalam jangka panjang. Sakit dan nyeri dibuatnya dadaku ini.
"Na, ke sana yuk?" ajaknya.
Ia belum menyerah ternyata, pikirku.
"Di sini suka ada kucing, Na. Gendut banget kucingnya kayak Sugar!" katanya.
Mendengar itu membuatku berpaling ke arahnya. Sugar, ya, nama kucingku yang sudah lama mati. Kami berdualah yang mengubur jasad kucing itu di taman belakang rumahku.
"Oh, ya?" kataku yang akhirnya bersuara, yang tak kusangka membuat Dylan beralih ke arahku.
Senyap.
Ia lalu tersenyum ke arahku. "Iya, biasanya dia di kursi ini."
Kami lalu duduk di salah satu kursi panjang. Ku dengar Dylan masih mencoba memanggil-manggil kucing itu.
"Kayaknya lagi enggak ada, Na. Atau mungkin... udah diambil orang," ucapnya lesu.
"Gapapa," balasku singkat.
Dylan mengangguk minim. Lantas, hening.
Aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan. Obrolan atau pertanyaan yang ingin ku tanyakan padanya itu seolah-olah dihambat langsung oleh perasaan kecewaku ini. Yang membuatku hanya terdiam membisu.
Dylan berdeham, lalu ia memanggilku, "Na?" Suara beratnya memecah keheningan.
Aku berpaling ke dia. "Iya?"
"Aku mau ngomong."
—to be continued
Written by : Me
check out the previous parts on my profile!
4 notes
·
View notes
Text
Puisi Cinta Romantis Penyair Dari Populer
Puisi Cinta Romantis Penyair Dari Populer
Puisi Cinta Romantis Cantik Penyair Indonesia - Banyak sudah puisi-puisi yang terwujud dari proses inovatif manusia untuk mengeluarkan ragam isi hati dan hati. Puisi-puisi yang tertulis atau tercatat dalam beraneka tempat itu punya kelakuan serta kekhasan semasing pada satu dengan lainnya. Ini memanglah tidak bisa lepas dari datangnya puisi sendiri yang cenderung jadi suatu wujud komunikasi yang unik. Lewat puisi, pembaca bukan cuma coba menerangkan isi dengan pemikiran, akan tetapi bisa pula rasakan di dalamnya dengan hati.
Puisi bisa pula mengubah pemikiran serta pandangan kita di sesuatu. Karena itu puisi kerap difungsikan dalam beraneka kebutuhan. Contohnya jadi lirik lagu yang bisa menggugah semangat atau puisi yang bisa bikin memilukan dan haru. Arah puisi bisa serius pribadi akan tetapi bisa sosial. Suatu wujud puisi pribadi yang banyak terjadi melalui tangan-tangan sejumlah penyair yaitu puisi cinta yang romantis.
Berikut Kawan dekat bisa baca 5 puisi romantis dari 5 penyair populer yang dibentuk dengan hati. Semasing dari puisi di bawah ini punya kelakuan yang kuat dimasing-masing puisinya. Silahkan dibaca ya Sob.. Puisi Cinta Romantis Dari Penyair Populer
Sajak Puisi - Puisi Cinta Romantis
cintaku kepada kamu tak pernah ada umpamanya cinta romeo ke juliet, si majnun qais ke laila belum apa-apa temu-pisah kita lebih punyai makna ketimbang temu-pisah yusuf serta zulaikha rindu-dendam kita melintasi rindu sakit hati adam udara saya yaitu ombak samuderamu yang lari-datang untukmu hujan yang berkilat serta berguruh mendungmu
saya yaitu wangi bungamu luka berdarah-darah durimu semilir hingga sampai badai anginmu saya yaitu kicau burungmu kabut puncak gunungmu tuah tenungmu
saya yaitu sejumlah titik hurufmu huruf-huruf katamu kalimat maknamu
saya yaitu sinar silau panas serta bayang-bayang hangat mentarimu bumi pasrah langitmu saya yaitu jasad ruhmu fayakun kunmu
Kadang-kadang baiknya kita bersusah-hati,
Agar terasa demikian puas Pada saatnya kita bersuka Kadang-kadang baiknya kita menangis, Agar terasa demikian manis Pada saatnya kita tertawa Kadang-kadang baiknya kita menanggung derita Agar terasa demikian bahagia Pada saatnya kita bahagia Kalau sekarang kita pisah Itu pula baiknya Agar terasa demikian mesra Kalau pada saatnya nantinya Kita ditakdirkan berhadapan kembali
Rindu apalah arti suatu mimpi saat lelap berserak di malam-malam tiada suara kucari hadirmu lepas fajar hingga sampai petang terusik tergeragap seperti petir tiada gelegar beberapa hari masukkan seluruh hasrat dunia seperti kapal yang karam jatuh di kedalaman tiada batas tiada yang lebih pastilah ketimbang gelap di saat bulan kehilangan cahaya serta halilintar kehilangan kilatnya apakah ada yang lebih bersusah-hati terkecuali hati yang rindu demikian mau kulihat mukamu di kesia-siaan yang dekat denganku saat ini
Puisi Cinta Romantis Dari Penyair Populer
Mawar Amat jauh - Puisi Cinta Romantis
Kau benih hujan pagi hari, saya payung yang lama iri.
Kau airmata di ujung jari, saya saputangan matahari.
Kalau kau dalam gaun merah, saya tersisa tangan di perutmu.
Akan tetapi kau genangan darah, saat saya gagal menggemarimu.
Kau cermin terlalu mengharap, saya muka yang memurnikanmu.
Tumpahkanlah tilas seluruh dara, hingga sampai jantungmu serimbun bara.
Kau pemilik hujan semua hari, saya payung begitu sembunyi. Silakan, lekaslah kelabui Januari, lantaran saya terkulai ke tepi nyanyi.
Doi Senja - Puisi Cinta Romantis
Senja ajak doinya semata-mata duduk di pantai. Pantai sudah sepi serta tidak dapat ada yang peduli. Doi senja serius pendiam: ia senyumanan-senyum saja dengar lawakan senja. Kalau senja mengharap peluk, 1/2 saja, doi senja tersipu-sipu. "Nantinya saja apabila sudah gelap. Malu dilihat lanskap."
Cinta seperti penyair berdarah dingin yang pandai mencatat luka. Rindu seperti sajak sederhana yang tidak ada matinya. Tidak terasa senyap pula ada: senja mendadak melengos ke cakrawala, meninggalkan doi senja yang megap-megap oleh ciuman senja. "Mengapa kau tinggalkan saya sebelum saat pernah sempat kurapikan kembali waktu? Demikian lekas cium jadi bekas. Demikian curangnya rindu. Awas, dapat kupeluk habis kau esok hari."
Pantai telah gelap. Ada yang tidak bisa pulas. Doi senja berangsur lebur, luluh, menggelegak dalam gemuruh ombak.
Puisi Cinta Romantis Dari Penyair Populer
Puisi Classic Pendek Terunggul serta Amat Tersohor Sejauh Saat
Kita cicip sedikit puisi kadang-kadang. Puisi dapat demikian cantik, punya irama, serta bermakna; Tidak aneh kalau puisi punyai kejadian yang panjang mulai sejak masa prasejarah. Meski saya tidak tampilkan puisi classic dari hieroglif menginginkan kuno, terdapat banyak puisi classic yang serius mengagumkan untuk dibaca. Puisi Cinta Romantis Dari Penyair Populer
Lantaran puisi merupakan soal yang amat personal, saya bikin daftar puisi classic yang terunggul untuk saya. Puisi terunggul untuk Anda kesempatan berbeda. Saya tidak selamanya cari rima atau alat sastra tersendiri seperti asonansi, onomatopoeias, atau aliterasi. Saya cari puisi yang serius kelaronansi dengan saya serta bikin saya mengalami teknik tersendiri atau memberinya saya pikiran tidak serupa berkaitan hidup. Puisi Cinta Romantis Dari Penyair Populer
Berikut beberapa puisi classic terunggul untuk Anda cicipi. Kalau Anda cari kian banyak puisi untuk isi dahaga Anda dapat puisi (atau mau tempat untuk share puisi Anda), saya rekomendasikan
1. "No Man Is An Island" oleh John Donne Puisi Cinta Romantis Dari Penyair Populer
Tidak ada manusia yang dikatakan pulau,
Seluruh dia,
Tiap-tiap orang merupakan sisi dari benua,
Sisi dari utama.
Kalau gumpalan terikut oleh laut,
Eropa kurang.
Kalau tanjung itu.
Seperti kalau bangsawan temanmu
Atau punyamu sendiri merupakan:
Kematian orang yang mana merendahkanku,
Lantaran saya ikut pula dengan umat manusia,
Serta lantaran itu jangan sampai berkirim untuk ketahui untuk siapa bel berbunyi;
Itu nyata-nyata menimbulkan kerugian bagimu.
Sumber 2. "Stop di Rimba Di Malam Bersalju" oleh Robert Frost Puisi Cinta Romantis Dari Penyair Populer
Rimba siapa ini, kurasa saya tahu.
Tempat tinggalnya ada di dalam desa;
Ia tidak memandang saya stop di sini
Untuk lihat hutannya disanggupi salju.
Kuda kecilku nyata melihat aneh
Stop tiada rumah pertanian dekat
Di antara rimba serta danau beku
Malam tergelap tahun ini.
Ia guncangkan lonceng tali kekang
Untuk bertanya apakah ada kekeliruan.
Antara lainnya suara yang lain merupakan sapuan
Angin simpel serta serpihan berbulu halus.
Hutannya cantik, gelap serta dalam,
Tetapi saya mempunyai janji untuk dipenuhi,
Serta mil untuk pergi saat sebelum saya tidur,
Serta mil untuk pergi saat sebelum saya tidur.
Sumber 3. "Still I Rise" oleh Maya Angelou
Anda bisa menulis saya dalam kejadian
Dengan dustamu yang pahit serta bengkok,
Anda kesempatan jangkau saya di tanah yang amat kotor
Tapi tetap, seperti debu, saya dapat bangkit.
Apa keringanan saya bikin Anda bersusah-hati?
Kenapa Anda diliputi kesuraman?
Lantaran saya berjalan seperti saya mempunyai sumur minyak
Memompa di ruangan tamuku.
Semacam pada bulan serta matahari,
Dengan ketetapan pasang kering,
Sama dengan ambisi yang ada tinggi,
Masih saya dapat bangkit.
Apa Anda mau memandang saya remuk?
Kepala menunduk serta mata menunduk?
Pundak jatuh seperti tetes air mata.
Amat kurang kuat oleh tangisanku yang penuh hati.
Apa kesombongan saya sentuh hati Anda?
Apa Anda tidak melihat nyata-nyata keras
Lantaran saya ketawa seperti saya mempunyai tambang emas
Diggin 'di halaman belakangku sendiri.
Anda bisa tembak saya dengan kalimat Anda,
Anda bisa potong saya dengan mata Anda,
Anda bisa membunuh saya dengan kedengkian Anda,
Tapi tetap, seperti udara, saya dapat bangkit.
Apa keseksian saya bikin Anda bersusah-hati?
Apa itu mengagetkan
Kalau saya menari seperti saya mendapat berlian
Di berbicara muka pahaku?
Keluar dari gubuk malu-maluin kejadian
Saya bangun
Bangun dari fase lalu yang berakar dari terasa sakit
Saya bangun
Saya merupakan samudra hitam, naik serta lebar,
Menjadi membesar serta menjadi membesar saya tahan di pasang.
Tinggalkan malam ancamanan serta ketakutan
Saya bangun
Ke fajar yang amat ceria
Saya bangun
Bawa hadiah yang kakek-moyang saya kasih,
Akulah ambisi budak dan mimpi.
Saya bangun
Saya bangun
Saya bangun
2 notes
·
View notes
Text
Chapter 1
Ingat An Zhe beda dengan AnZe
***
Gua itu redup dan lembab, diterangi oleh cahaya samar tanaman.
Dinding-dinding batu tertutup oleh tanaman merambat yang berwarna hijau tua, ungu gelap atau hitam pekat, seperti sekelompok besar ular yang kusut berantakan.
Seekor serangga hitam terbang terhuyung-huyung masuk. Serangga itu memiliki enam sayap yang kaku dan tiga mulut. Detik berikutnya, tanaman merambat ungu yang besar dan bengkak naik dari tanaman merambat yang kusut dan membelah menyerupai sebuah mulut. Tanaman itu menutup seketika, menelan serangga yang terbang ke perutnya.
Tanaman merambat itu menggeliat perlahan dan bagian yang bengkak secara bertahap kembali seperti bentuk semula.
.
.
.
Terdengar suara seperti sayap yang mengepak di dalam gua. Setetes lendir menyeret sebuah filamen yang bercahaya turun dari atas gua ke lumut lengket yang ada di tanah. Filamen itu menggeliat sedikit dan lendir yang tadi dengan cepat terserap ke tanah.
Di sebuah sudut yang diterangi oleh cahaya redup dari sebuah jamur hijau, ada sebuah celah. Celah di antara batu dan tanah, dari sana miselium putih menyembur keluar seperti gelombang pasang. Miselium putih menutupi sebagian besar area itu. Miselium itu tumbuh, menyebar dan merentangkan ratusan juta benang hifa, yang pada akhirnya merambat ke tengah gua. Miselium berkumpul dan memanjang hingga membentuk sebuah tubuh. Sebuah kaki muncul menginjak lumut yang lembek, tenggelam ke dalam lumut sampai hanya pergelangan kaki putih yang terlihat.
Miselium adalah bagian vegetatif dari koloni bakteri yang menyerupai jamur atau jamur, yang terdiri atas massa hifa bercabang seperti benang.
An Zhe memandangi pergelangan kakinya, yang merupakan bentuk kaki manusia. Tubuhnya kali ini adalah tubuh manusia yang terbuat dari kerangka, otot, dan pembuluh darah. Sendi-sendinya bisa bergerak tetapi tidak terlalu fleksibel karena keterbatasan dari kerangka tulang manusia. Lapisan korneum membentuk kuku, halus, bulat dan transparan. Bentuk kuku telah dimodifikasi dan mirip bentuk tajam dari cakar hewan.
Dia mengangkat kakinya dan melangkah. Lumut, yang sebelumnya tenggelam menjadi cekungan karena diinjak, basah, dan elastis, berkumpul kembali setelah ia pergi melangkah di tempat lain, seperti cacing tanah.
Kali ini, dia menginjak sesuatu yang lain di bawah kakinya — sebuah lengan kerangka manusia.
Dalam kegelapan, An Zhe memandangi kerangka itu. Jamur dan tanaman merambat telah mengakar jauh pada tulang-tulang itu. Tanaman merambat hijau telah melingkari tulang pinggul dan kaki sementara jamur kecil berwarna cerah tumbuh di tulang rusuk seperti bunga yang mekar. Beberapa jamur neon tumbuh pada mata yang berlubang dan gigi yang jarang-jarang. Cahaya hijau itu seperti redup, tidak terlalu jelas di kabut gua.
An Zhe memandanginya untuk waktu yang lama, lalu akhirnya dia membungkuk dan mengambil ransel yang terbuat dari kulit binatang di samping tengkorak itu. Isi di dalam ransel itu tidak terpengaruh oleh kelembaban. Ada beberapa potong pakaian, makanan manusia, dan air, dan chip biru sebesar setengah telapak tangan dengan nomor: 3261170514 terukir pada diatasnya.
.
.
Tiga hari yang lalu, kerangka itu adalah manusia yang masih hidup.
"3261170514," Suara pemuda itu serak dan terputus-putus, cahaya redup hijau gua bersinar di wajahnya. "Nomor ID ku. Ini kartu identitasku. Aku bisa kembali ke pangkalan manusia dengan ini. "
An Zhe bertanya, "Bisakah aku membantumu kembali?"
Manusia itu tersenyum, jari-jari tangan kanannya terkulai lemas di sisi tubuhnya. Kartu itu berguling dari tangannya, tersembunyi di dalam lumut. Dia menyandarkan punggungnya ke dinding gua, kemudian mengangkat kepalanya dan menekankan tangan kirinya ke dadanya. Ada luka besar di sana. Tulang yang patah berwarna putih keabu-abuan menusuk menembus dari dada depan sampai ke belakang dan kulit di sekitarnya bernanah. Sebagian berwarna abu-abu dan dagingnya telah menggumpal menutupi permukaan tulang yang patah. Bagian lainnya berwarna hijau gelap dan bergerak naik turun bersama dengan irama napasnya.
Dia menarik napas beberapa kali sebelum berkata dengan lembut, "Aku tidak bisa kembali, jamur kecil."
Kemejanya bernoda, kulitnya pucat, bibirnya pecah-pecah, dan tubuhnya bergetar tak menentu.
An Zhe memandangnya, tidak tahu harus berkata apa, dan akhirnya menggumamkan nama pria muda ini, "AnZe?"
"Kamu hampir bisa bahasa manusia." Pemuda itu memandang tubuhnya.
Selain nanah dan darah, ada juga miselium putih di tubuhnya. Mereka telah menjadi bagian dari tubuhnya. Miselium tumbuh berkelok-kelok dan menempel pada tubuh dan tungkai AnZe. Tujuan dari miselium ini untuk menghentikan pendarahan manusia yang sedang sekarat ini. Namun, secara naluriah, miselium juga menyerap dan mencerna darah segar.
"Apakah kamu belajar banyak dari memakan genku? Indeks radiasi tempat ini benar-benar sangat tinggi, " manusia itu bertanya.
Kepingan pengetahuan yang terfragmentasi terbentang pada benak An Zhe. Setelah lima detik, ia baru paham bahwa indeks radiasi berarti pengaruh yang membuat kecepatan dari gen-gen berubah. Sekarang, gen dari manusia mengalir dari darah AnZe ke dalam tubuhnya.
"Mungkin... Ketika aku mati, kamu akan memakan seluruh tubuhku dan mendapatkan banyak hal." AnZe memandang ke atas gua dan bibirnya mengatup. "Sepertinya aku telah melakukan sesuatu yang berarti, meskipun aku tidak tahu apakah itu baik atau buruk untukmu."
An Zhe tidak menjawab. Seluruh tubuhnya bergerak ke arah AnZe. Dia memeluk bahu AnZe dengan lengan manusia yang baru saja tumbuh. Miselium besar bergegas dan menumpuk di samping AnZe, menopang tubuhnya yang hancur.
Di dalam gua yang sunyi, hanya ada suara nafas manusia yang sekarat bernafas. Untuk waktu yang lama, AnZe akhirnya berbicara lagi "Aku orang yang hidup dengan sia-sia."
"Aku tidak memiliki hal yang luar biasa sehingga hal yang normal bagi mereka untuk meninggalkanku. Faktanya, aku sangat senang tidak kembali ke bentuk manusia. Sama halnya dengan di alam liar, tempat di mana hanya orang-orang yang kuat yang bertahan hidup. Aku telah ingin mati untuk waktu yang lama, tetapi sebelum aku mati aku tidak berharap untuk bertemu denganmu, makhluk lembut, jamur kecil. "
An Zhe tidak memiliki pengertian yang jelas tentang beberapa istilah ini, seperti kuat, kematian. Dia fokus pada satu kata lagi, 'bentuk manusia.'
Dia bersandar di bahu AnZe dan berkata, "Aku ingin menjadi manusia."
AnZe bertanya-tanya, "Mengapa?"
An Zhe mengangkat lengan kirinya dan jari-jarinya menggantung di udara.
Seolah-olah dia mencoba untuk meraih udara tetapi dia tidak punya apa-apa untuk digenggam.
Sama seperti tubuhnya.
Tubuhnya kosong.
Sebuah lubang besar lahir dari bagian terdalam tubuhnya dan tidak ada cara untuk mengisinya, tidak ada cara untuk menyembuhkan. Hanya ada kehampaan dan kepanikan yang tak berujung yang menghantuinya hari demi hari.
Dia menyusun kata-kata dengan bahasa manusia dan perlahan-lahan berbicara, "Aku kehilangan spora-ku."
"Spora?"
"Benihku." Dia tidak tahu bagaimana menjelaskannya.
Setiap jamur memiliki spora dalam masa hidupnya, beberapa di antaranya tak terhitung jumlahnya, dan beberapa hanya satu. Spora adalah benih jamur. Mereka akan tumbuh dari lipatan jamur, menyebar ke sembarang tempat di hutan dengan angin, berakar di tanah, dan menjadi jamur baru, kemudian secara bertahap jamur akan tumbuh dan memiliki spora sendiri. Memelihara dan membesarkan spora adalah satu-satunya misi jamur dalam hidupnya, tetapi ia kehilangan satu-satunya spora yang ia miliki ketika spora itu jauh dari kata dewasa.
AnZe perlahan menolehkan kepalanya. An Zhe bisa mendengar bunyi 'klik' tulangnya saat dia menoleh padanya, seperti mesin tua.
"Jangan pergi ke sana." Suara manusia itu serak dan lambat. "Kamu akan mati."
An Zhe mengulangi kata itu. "Mati?"
"Hanya manusia yang bisa menjadi bentuk manusia dan kamu tidak bisa lepas dari Hakim." AnZe batuk beberapa kali sebelum menarik nafas panjang. "Jangan pergi jamur kecil."
An Zhan berkata dengan bingung, "Aku ..."
Tangan manusia tiba-tiba menggenggam miselium An Zhe. Manusia itu menggunakan banyak kekuatan dan napasnya menjadi lebih cepat.
"Dengar." Setelah gemetar yang hebat dan terengah-engah, AnZe perlahan-lahan menutup matanya dan berbicara dengan suara rendah. "Kamu tidak memiliki kekuatan untuk menyerang atau bertahan. Kamu hanya jamur kecil. "
Terkadang, An Zhe menyesal memberi tahu AnZe bahwa dia akan mengambil bentuk manusia. Jika dia tidak memberi tahu AnZe, AnZe tidak akan menghabiskan saat-saat terakhirnya untuk menghentikan An Zhe. Dia mungkin bisa mendengarkan AnZe menceritakan sebuah kisah. Mungkin An Zhe bisa membawanya keluar dari gua yang gelap ini untuk melihat aurora yang bergerak-gerak di langit untuk terakhir kalinya. Namun, mata AnZe tidak terbuka lagi.
Kenangan singkat ini menghilang di udara, sama seperti kehidupan Anze tiba-tiba menghilang di dunia ini, dan hanya ada kerangka putih AnZe di depan mata An Zhe.
Namun, dia masih ingin menentang keinginan AnZe.
Dia perlahan membuka lima jarinya. Pada kulit halus dan garis-garis telapak tangan, ada sebuah peluru logam berwarna kuningan yang sangat berat. Ada beberapa garis yang tidak bisa dipahami dan tidak biasa di sana. Peluru ini dia temukan di tempat dia kehilangan sporanya. Dia tidak melepaskannya begitu dia menemukannya.
Jika ada peluang satu-banding-sejuta bahwa ia dapat mengambil spora-nya kembali, maka kemungkinan peluang itu ada karena benda logam ini, yang merupakan ciptaan manusia.
Dia menghela nafas ringan dan menempatkan peluru ke dalam ransel kulit binatang yang ditinggalkan oleh AnZe. Dia membungkuk dan mengambil pakaian yang dikenakan AnZe. Kemeja lengan panjang abu-abu yang ternoda darah, celana hitam, dan sepatu bot kulit hitam.
Setelah melakukan semuanya itu, dia berjalan ke luar gua. Pakaian yang agak longgar bergesekan dengan kulitnya dan arus listrik kecil tertransmisikan dari ujung sarafnya yang halus pada kulit-kulitnya. Ini pertama kalinya dia berada di tubuh manusia dan dia belum terbiasa. Dia mengerutkan kening dan menarik lengan baju kemejanya.
Gua ini panjang dan berliku-liku. Tanaman merambat menempel pada dinding gua, saling menumpuk dan mendorong satu sama lain. Ketika An Zhe melewati gua ini, jamur-jamur mundur menjauh dan bergerak ke langit-langit gua.
Setelah tiga belokan, angin bertiup masuk dan terasa sangat lembab. An Zhe menyempatkan mencabut tanaman mati dari sebuah lubang. Jamur, makhluk sejenisnya, pada penglihatannya, terbentang dari dekat sampai jauh, tanpa akhir. Jamur-jamur ini tampak setinggi langit, semuanya diam dan sunyi. Di bawah penutup payung jamur, cahaya langit yang redup masuk. Langitnya abu-abu, dengan beberapa kilau hijau berantakan. An Zhe bisa mencium bau hujan, kabut, kulit ular, dan tanaman busuk.
Saat itu sudah malam hari. Dia duduk di pintu masuk gua di bawah kanopi jamur abu-abu. Dia mengeluarkan peta kuning gelap dari tasnya. Ada berbagai corak warna pada peta, yang menandai tingkat risiko di berbagai wilayah. AnZe pernah menunjukkan perkiraan lokasi gua tempat mereka tinggal. Tempat ini adalah area yang berwarna paling gelap di peta, yang berarti tingkat bahaya enam bintang dan tingkat radiasi enam bintang. Area ini disebut 'Abyss'. Pada peta, area dimana Abyss berada juga ditandai dengan banyak simbol aneh. An Zhe memeriksa mereka satu per satu sesuai dengan indeks di sudut kanan bawah peta. Simbol-simbol ini berarti ada jamur, tanaman merambat pemakan manusia, semak pemakan manusia, monster mamalia biasa, monster mamalia tipe campuran, monster reptil umum, monster reptil sangat beracun, monster bersayap, monster amfibi, monster polimorfik campuran, dan monster mirip manusia di Abyss. Pada peta juga ada lembah, bukit, gunung, kota manusia yang tertinggal, lokasi jalan, dan topografi lainnya.
Utara dan selatan, matanya naik ke utara. Di atas peta berwarna cerah ada area putih murni yang ditandai oleh bintang berkaki lima berwarna merah. Sisi kanan bintang berkaki lima tertulis nama daerah: Pangkalan Utara.
.
.
Cahaya-cahaya hijau di angkasa menjadi lebih terang sementara langit menjadi semakin gelap. Pada tengah malam, An Zhe hampir tidak bisa mengenali bintang-bintang di langit. Dia tahu yang paling terang disebut Polaris dan bintang ini bisa menjadi petunjuk arah.
Dia mengarahkan kompas di sudut kiri atas peta ke arah bintang Polaris. Dia menginjak kayu busuk, dedaunan, miselium, dan tanah, berjalan langkah demi langkah.
Malam itu tidak gelap. Cahaya hijau yang bergerak disebut aurora yang oleh manusia, menerangi segalanya di depan. Hanya jamur yang memenuhi pandangannya. Jamur kuning, merah atau coklat dengan topi besar. Jamur kecil dan padat berkumpul pada bebatuan gunung. Bakteri-bakteri bulat tersebar di tanah. Begitu mereka dewasa, spora akan dikeluarkan seperti kabut dan hujan. Spora ini akan mendarat dan membelah di tanah yang lembab, tumbuh menjadi jamur seperti ibu mereka. Ada juga jamur tanpa payung. Hanya ada hifa putih atau kuning yang dikelompokkan bersama atau terpisahkan secara radial, mengambang di udara seperti rumput laut.
Namun, ini bukan hanya dunia untuk jamur. Ada tanaman merambat, lumut, semak-semak, bunga pemakan manusia dan pohon-pohon berbentuk aneh yang diam-diam mengintai di malam hari. Di hutan, ada beberapa bayangan gelap dan beberapa bentuk aneh. Binatang buas atau campuran dari suara derap manusia berlari di hutan, monster yang melolong dan berkelahi. Hewan bertarung dengan hewan, hewan bertarung dengan tanaman, atau tanaman berkelahi dengan tanaman. Melolong tinggi dan rendah menghantam gendang telinga sementara batu dan lumpur tercampur dengan darah segar. An Zhe melihat pohon pinus menekuk batangnya untuk menelan seekor ular dengan dua ekor. Dia juga melihat seekor katak raksasa mengulurkan lidah merah panjang yang cerah untuk meraih kelelawar dengan tangan manusia di udara. Lima menit setelah menelan kelelawar, sepasang sayap hitam tumbuh dari punggungnya. Ini hanya satu dari ribuan pemandangan yang telah dilihat jamur dan An Zhe sudah terbiasa dengan ini.
Pada saat itu, seekor monster abu-abu datang. Monster itu memiliki empat mata dan tubuhnya ditutupi dengan sisik, bulu, dan rambut. Kepalanya seperti buaya dan serigala raksasa. Tujuh giginya terbuka ke luar dan mengarah ke An Zhe, mengendusnya dengan hidung berdarah.
An Zhe tidak bergerak. Dia diam-diam bersandar pada jamur dan bernapas secara merata saat seluruh tubuh monster itu mengendusnya. Monster besar itu sepertinya tidak merasakan apa-apa dan menyeret kakinya yang berat menjauh.
An Zhe menyadari bahwa tidak ada yang akan memperhatikannya, bahkan jika dia menggunakan tubuh manusia — Mungkin itu karena jamur ada di mana-mana dan tidak bernutrisi. Mereka tidak agresif dan terkadang beracun. Dengan demikian, ia dan makhluk-makhluk dunia ini hidup dalam damai — tanpa saling memangsa.
Mungkin itu seperti yang dikatakan AnZe. Dia hanya jamur kecil.
***
Next
16 notes
·
View notes
Text
Lelucon pada malam hari dan ditertawakan pada pagi hari keesokannya.
Hari minggu di minggu awal bulan ini, kami akan bepergian. Mencari angin segar nan jauh dibalik gedung-gedung menjulang tapi tak terlalu tinggi di kota dingin tersebut. Hari minggu yang ramai, seperti pada hari-hari sebelumnya. Tapi ramainya kali ini beda, sepanjang jalan disuguhkan dengan pemandangan orang-orang yang berlari, berdampingan dengan satu atau 2 orang. Yang mungkin teman atau kenalannya yang baru dikenal saat berlari. Ada juga yang sendirian, nasib. Tapi eh bukan melulu sendirian jadi ngenes gitu, dasar yang nulis emang sensitif kalau ada kata 'sendirian' haha. Boleh jadi temannya ada cuman masih jauh tertinggal di belakang, tak sanggup mengikuti langkah santai temannya orang tersebut boleh jadi ijin duluan. Atau sebaliknya, ditinggal temannya karena malas sekali lari.
Maraton. Berbondong-bondong laki-laki dan wanita, dewasa-tua, dan sepanjang yang terlihat tidak ada anak kecil atau remaja tanggung. Ah mungkin ini lombanya khusus buat yang dewasa sampai tua ya. Mungkin. E tapi gak perlu pulalah menganalisa para pelari ini. Baiklah.
Aku melajukan sepeda pelan-pelan, dibawah 40km/jam. Sambil melirik orang-orang yang sedang berlari, bajunya udah semacam pelangi, warna-warni bahkan warnanya jauh lebih banyak dibanding pelangi, tapi sayang cantiknya pelangi di langit biru masih tetap tak terkalahkan oleh keberagaman warna di jalan raya pagi itu.
Langit pagi itu mendung. Tidak juga bergerimis. Setengah-setengah. Mungkin ia ragu karena kasihan, jika betulan mendung yang berakhir hujan maka kasianlah orang-orang yang sedang ikut lomba maraton, atau mau memancarkan sinar mentari dengan kuat-kuatnya akan membuat lelah dan napas bak kehabisan para peserta lari lomba maraton tersebut. Ah, ternyata bukan manusia aja yang galau. Alam juga bisa begitu ya. Akhirnya memutuskan untuk sedang-sedang saja. Mendung tapi sejuk jadinya. Bukan mendung yang menakutkan hati atau panas yang mengerikan kulit tubuh.
Begitulah sekelumit pagi kami di hari minggu itu.
Kami betulan mendapatkan angin segar. Tanpa tersentuh polusi kendaraan atau rumah-rumah produksi atau sumber polusi lainnya. Mata kami bahkan disuguhkan dengan pemandangan yang gak bisa kalau gak diabadikan.
"Kemudian yang akan kamu perlukan hanyalah kaki yang melangkah lebih jauh, tangan yang akan berbuat lebih banyak, mata yang akan melihat lebih lama, leher yang akan lebih sering mendongak, tekad yang setebal baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras serta mulut yang selalu berdoa"
Ada yang bisa tebak ia ada di sebuah film atau buku apa? Yang populer di tahun 2012. Yang membuat orang-orang berbondong mengunjunginya hingga detik ini. Adakah yang bisa menebaknya? Salah satu quote yang menjadi pilihan tepat untuk para traveler memadu-padankan dengan momen perjalanannya.
Betul, film 5 cm dan gunung api tertinggi di pulau jawa, Gunung Semeru dengan puncak Mahamerunya tampak gagah disaksikan oleh empat pasang mata. Hatiku berdesir. Bergemuruh senang tak terkira. Ialah gunung yang juga menyambut kami saat di jalan menuju rumah teman kami, tujuan perjalanan hari minggu itu. Selain pemandangan gunung semeru yang tanpa ada satupun warna lain selain warna abu. E begitulah nampaknya. Kami juga disuguhkan dengan warna hijau sejauh mata memandang. Pohon kelapa, tanaman singkong, sayur-mayur masyarakat setempat atau tanaman kopinya juga yang melimpah ruah di depan-belakang-samping rumah. Ada pohon alpukat juga. Yang awalnya kukira pohon kedondong.
Satu pohon alpukat berdiri kokoh depan rumahnya, sudah berbuah, satu-dua dan puluhan di berbagai ranting yang ada. Sayang, masih kecil-kecil jadi tak bisa diambil. Tapi, kalau memang sudah ditakdirkan untuk dimiliki dan dibawa pulang ada saja kebetulan yang sebenarnya bukan kebetulan sih emang sudah gitu jalannya dari Tuhan. Kami jadi membawa pulang alpukat sebagai oleh-oleh.
Alpukat itu memang tak kami bawa dari rumah teman yang dikunjungi. Alpukat itu kami dapatkan di pasar oleh-oleh saat mampir ke Masjid Turen. Masjid yang dibuat tidak hanya untuk sholat, tapi sekaligus tempat wisata. Oi, rame pula hari itu. Bis-bis besar, bis-bis sedang, mobil-mobil keluarga, dan sepeda sudah memenuhi semua lahan kosong di tempat tersebut. Jangan ditanya bagaimana manusianya. Penuh. Bahkan kalah ramai pasar.
Itu adalah kali pertama melihat langsung masjid yang ramai di fb dan diperbincangkan. Tapi cerita kali ini sedang tak ingin membahas masjid Turen. Lain waktu mungkin. The next post.
Tadi ngebahas alpukat. Kalau yg punya jiwa-jiwa bisnis tuh bersyukurlah bersyukurlah. Toko buah pertama yang kami liat saat keluar dari masjid Turen, ada jual alpukat. Ya sebut asal aja 18.000/kilo. Salah satu teman kami beli dan nawar, cuman penjualnya gak luluh kalau yang nawar kami. Wajah2 tidak meyakinkan. Haha. Kebeli, isi 5 dan agak besar. Lalu, kami jalan lagi. Menuju tempat parkir, dan langkah kami terhenti. Mata kami sudah dihipnotis oleh sebuah papan harga dari penjual buah yang lain.
"Loh, itu 15.000ribu perkilo, Kar" Ucapku. Kami resmi melihat orang2 yang memilah-milih di toko buah tersebut
"Iya, Tar. Liat yuk."
Kamipun mendekat. Melihat-lihat. Berbisik bahwa merasa kurang beruntung membeli yg agak mahal tadi.
Kami memilah-milih. Memutuskan untuk beli. 2kilo. Usut punya usut. E gimana ya enaknya, ehm. Kami tertawa. Menertawakan akan kebodohan kami yang berhasil dimarketingkan oleh pejual buah dengan papan harga yang emang lebih murah 3ribu. Tapi hei. SAMA AJA. ISINYA BAHKAN LEBIH SEDIKIT. TRUS KECIL-KECIL. Kami geleng-geleng dan ketawa. Astaga. Prasangka gak bener ke pedagang pertama.
Saat di rumah. Malam-malam, aku sedikit lapar. Pengen makan apasaja yang mengenyangkan. Hanya ada alpukat yang dibeli sore tadi. Ku kupas. Dan potong-potong seperti yang terlihat di pedagang-pedagang jus sehat di sekitaran tempat tinggal.
Aneh. Aku merasa ada yang tak biasa dan tak kukenali. Wkwkkw. Kukupas kulitnya. Daging alpukatnya dipotong.
"Kok keras ya. Perasaan kalau di buat jus sama orang-orang lunak gitu ya."
Aku nyeletuk sendiri. Gak ada orang malam-malam karena sudah di kamar masing-masing. Kucoba lagi dong potong daging buahnya. Keras. Nyerah. Gak bisa menikmati alpukat dengan enak. 4 potongan buah itu disimpan lagi bersama alpukat lain yang masih utuh.
Kalian pernah makan mangga muda yang beneran muda? Yang baru saja besar dan getahnya masih pekat banget. Warnanya beneran putih. Mangga muda. Rasanya aduhai kecut dan bikin ngilu. Tapi itu adalah favorit. Memakan dan menikmatinya agar lezat dan nikmat gampang banget. Beda sama kejadian malam itu.
Singkat cerita. Pagi-pagi aku ditertawain. Ditanyain dulu siapa yang mengiris dan mengupas buah alpukat yang belum matang itu. Aku mengakui. Dan, ditertawakan.
"Tar, Tari. Ya apa, alpukat ya dimakan kalau udah matang. Disimpan dlu beberapa hari. Gak langsung dimakan." Mbak Ayu menjelaskan. Masih tersisa tawanya setelah penjelasan itu.
"Pantesan Mbak. Aku semalam ngerasa aneh. Harus matang dulu ya." Ucapku cengengesan.
"Iya. Duh, gimana dah. Minta nikah tapi masih gak ngerti cara makan alpukat." kalimat Mbak Ayu melonjak sampai sana.
"Ya ntar juga belajar, Mbak."
Kejadian pas malam, jadi lelucon pagi keesokan harinya.
Lucu.
Dalam perkara hidup dan menjalaninya, kalimat bisa karena terbiasa, mampu karena terus latihan, adalah teman. Teman yang selalu jadi pegangan tiap langkah saat mewujudkan keinginan-keinginan. Terbiasa, latihan, mengulang lagi, hingga tidak sadar bahwa telah jago.
Sama halnya dengan mangga muda, hidup hampir belasan tahun bersama mangga berbagai rasa dan bentuk juga cara menikmatinya membuatku lebih jago untuk mengolahnya, beda dengan alpukat yang baru kutemui. Alias jarang banget dah makannya. Jadinya, begitu, gak ngerti cara ngolah dan menikmatinya. Sampai hari ini, alpukatnya tak dimakan. Sudah keburu malas kalau inget kejadian beberapa hari lalu.
Terimakasih, maaf jadi panjang. Bye
Malang, 14 Desember 2019 || @khsnlkhtmhh || #khusnulkhatimahstory
1 note
·
View note
Text
06. Kerajaan Kalingga
Informasi Kerajaan
Corak: Hindu (aliran Siwa) Berdiri: abad ke-5 Letak: Jepara, Cepu, atau Pekalongan (Jawa Tengah) lokasi belum dapat dibuktikan kebenarannya.
Bukti Kerajaan
1. Naskah Carita Parahyangan
Dalam Carita Parahyangan yang ditulis di abad ke-16 (dengan cerita berpusat pada Perang Bubat, Majapahit, dan Galuh), diceritakan bahwa Ratu Shima menikah dengan Mandiminyak, raja kedua dari Kerajaan Galuh.
Carita Parahyangan membahas silsilah sebagai berikut:
Ratu Shima menikah dengan Mandiminyak (raja kedua Galuh).
Memiliki cucu bernama Sanaha yang menikah dengan Brantasenawa (raja ketiga Galuh).
Sanaha dan Brantasenawa memiliki anak yang bernama Sanjaya (raja Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh).
Ratu Shima meninggal tahun 732, Sanjaya menggantikan Shima menjadi raja di Kerajaan Kalingga, yang kemudian berubah nama menjadi Bumi Mataram.
Setelah ini, Kalingga terbagi 2 menjadi Kalingga Utara (Bumi Mataram/Shana) dan Kalingga Selatan (Bumi Sambara/Dewa Singha).
Mendirikan Wangsa Sanjaya di Mataram Kuno.
Menikah dengan Sudiwara (anak dari Raja Bumi Sambara).
Memiliki anak bernama Rakai Panangkaran (raja kedua Mataram Kuno).
2. Berita Dinasti Tang
Berisi tentang informasi Kalingga, isi:
Kalingga terletak di Jawa, di Laut Selatan. (Di utara ada Kamboja, di timur ada Bali, dan di barat ada Sumatra)
Ibukota Kalingga dikelilingi tembok kayu.
Istananya beratap daun palem dan singgasananya terbuat dari gading.
Warga Kalingga pandai membuat miras dari bunga kelapa.
Menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula badak, dan gading gajah.
Dipimpin Shima dari 674, Kalingga sangat tenteram dan aman.
3. Catatan Perjalanan It-sing
Berisi tentang informasi Kalingga, isi:
Pada abad ke-7, Kalingga menjadi pusat penyebaran Buddha Hinayana (aliran Buddha yang berpaku pada ajaran asli Sidharta Gautama, yaitu prinsip kebajikan).
Memiliki pendeta Cina bernama Hwining yang bekerjasama dengan pendeta Jawa bernama Janabadra, bersama menerjemahkan kitab Buddha ke bahasa Tionghoa (kitabnya berisi kisah tentang Nirwana).
4. Ditemukannya Prasasti Tukmas
Ditemukan di lereng Gunung Berapi, Lebak (Jawa Tengah). Berisi tentang mata air Sungai Gangga yang sangat jernih, juga gambar-gambar (trisula, kendi, kapak, cakra, bunga teratai - semuanya menjelaskan hubungan antara manusia dengan dewa Hindu).
5. Ditemukannya Candi Angin.
6. Ditemukanya Candi Bubrah.
Struktur Kerajaan
Ratu Shima.
Setelah dipecah, Shana (Kalingga Utara).
Dewa Singha (Kalingga Selatan).
Peristiwa Penting
Ada sebuah kisah yang berkembang di Jawa Tengah mengenai keberadaan Kalingga yang dipimpin oleh Maharani Shima (Ratu Shima). Ratu Shima dikenal sebagai orang yang sangat jujur dan taat hukum.
Ada sebuah peraturan di Kerajaan Kalingga: barangsiapa yang mencuri hak yang bukan miliknya, maka dikenakan hukuman potong.
Suatu hari, seorang raja dari kerajaan seberang mendengar tentang ketaatan Kerajaan Kalingga sehingga memutuskan untuk mengujinya. Raja tersebut mennggalkan kantong berisi emas di pasar.
Selama bertahun-tahun, tidak ada yang berani menyentuh kantong tersebut. Namun, tiga tahun setelah kantong tersebut ditaruh, anak Ratu Shima menyentuhnya.
Mendengar kabar anaknya tidak berlaku jujur, Ratu Shima marah dan menjatuhkan hukuman potong kaki terhadap anaknya. Dewan Kerajaan memohon ampun terhadap Ratu Shima dan meminta kemurahan hati supaya hukuman tersebut dibatalkan. Namun, karena Ratu Shima ingin berlaku adil, hukuman tersebut tetap dilaksanakan.
0 notes
Text
Isi angin motong,sewa angin motong,jual angin motong,Jual tabung oksigen,isi ulang oksigen, isi angin potong,sewa tabung oksigen,sewa angin potong,isi angin potong,sewa oksigen medis dan industri,isi nitrogen,sewa nitrogen,isi ulang nitrogen,jual tabung oksigen jakarta, isi oksigen jakarta,sewa tabung oksigen jakarta. sewa oksigen potong,isi oksigen proyek,sewa oksigen proyek,isi oksigen industri
0 notes
Text
Happy New Year 2020
Welcoming New Year:
Read my letter from last year, repost the highlight moments of 2019, and write letter for my-next-year-me.
...
Awal tahun penuh dengan dunia kantor, pertemanan, dan keluarga.
Masih ada sisa-sisa 2018 yang belum bisa direlakan pergi, gagal, kecewa, dan emosi negatif lain yang sulit diterima. Bersyukur dan beruntung bisa mengenal Mas Adjie Santoso dan teknik Mindfulness nya. Di tahun ini, tahun pertama kali ikut sesi healingnya beliau. Worth it banget. Belajar mengikhlaskan segala sesuatu yang sudah terjadi ya terjadi. Awal tahun diajak untuk bersih-bersih jiwa. Terima kasih banyak Mas.
Terima kasih, untuk temen-temen kantor yang rela diisengin, mau ngeladenin ketidakjelasan Icha, dijutekin Icha, nurutin kekeuhan Icha, dengerin recehnya bocah ini. Makasi buat cowok-cowok di kantor yang rela dibikinin alis kalo Icha lagi gabut. Makasi untuk kalian yang selalu mau bantuin ngabisin sarapan pagi aku. "Icha Bakery ga buka nih cha hari ini?" Hahaha..
Makasi buat temen-temen yang selalu ngingetin Icha untuk ibadah. Sengaja kalo solat dijam-jam akhir biar ga digangguin. Dosa gasih ini... Mereka udah tau banget kalo Icha emang paling lemah imannya, gabisa diajak ngomong dikit kalo solat. Tapi kadang emang pada ga ada pikirannya juga kalo becanda sih. "Kalo sampe sekali lagi batal, aku ga mau solat pokoknya" "Aku gamau ambil wudhu lagi, biarin" "Bodo ah aku solat di ruang manajer aja". Emang rada-rada juga sih Icha, ya tapi gimana masa lagi solat, mukenanya diangkat terus kakinya dipegang, batal donggg.
Ditahun ini juga, dateng ke nikahan seseorang yang pernah aku sayang dengan tulus, begitu juga dia. Orang yang paling berpengaruh di kehidupan Icha delapan tahun lalu, yang mengubah Icha 180 derajat sampe sekarang, yang selalu ngajarin hal-hal baik, sayang tanpa pamrih, seseorang dengan segala talenta yang luar biasa, idealis, hampir sempurna, dewasa, temen yang baik, kakak yang baik, dan partner yang baik. Harus berpisah meski sama sama masih saling menyayangi, kadang jadi hal pelik juga. Makanya, move on lama juga waktu itu haha. Tapi ya namanya juga dulu. Bersyukur bisa kenal beliau, semoga punya keluarga yang bahagia sekarang.
Terima kasih untuk temen-temen matrix. Tiap hari, tiap minggu, pagi, siang, sore, malem, isinya kalian terus. Makasi selalu ada kapan pun. "Gue lagi ga enak badan, pengen makan yang kuah anget. Shaburi yuk" "Hari ini gue pulang dianter siapa? Masa tega gue balik sendirian" lalu, mereka malah konvoi dong ya nganterin pulang hahaha. Orang-orang yang selalu nurutin kekeuhan Icha. Mereka mah udah ngelebihin pacar, mending gausah punya pacar wkwk. Biar kata mereka punya pacar juga harus aku yang diutamain. Lah. Hahaha..
March. Trip to Bandung! Terima kasih udah diajak ke Bandung. Sama kalian tuh isinya ketawa, gila, sama bahagia. Udah. Ga ada yang lain. Sayang banget. Ngelawak mulu tiap detik. Love.
Ditahun ini juga, pernah clash sama orang yang paling deket. Cuma karena masalah sepele. Cemburu intinya mah. Di diemin sebulan. Gamau ngobrol, gamau tatap muka, gamau interaksi apa pun. Kocak sumpah! Kalo inget ini pasti pengen ngakak, kayak bocah banget ni orang tua. Hahaha... Tapi sumpah ngga enak banget dikondisi kayak gitu tuh. Apalagi dengan orang yang deket. Awkward.
April. 24 years old. Ulang tahun paling nyenening seumur hidup. Bisa ketemu anak-anak aku di panti, bisa sayang mereka. Dari sebelum kerja udah punya niat kalo punya rezeki lebih mau ketemu bayi-bayi ku, karena aku sadar aku gabisa kasih mereka materi yang lebih. Tapi aku pengen banget pelukin satu-satu, pengen sayang mereka, sampe nangis-nangis kepengen cepet dikabulin. Makasi buat tante dan anak-anaknya yang udah mau bantuin nyiapin bingkisan ulangtahun, seniat itu mereka, padahal ini acara aku. Makasi buat Mama yang udah nyiapin kue ulang tahun waktu itu, ngehandle acara, jadi mc sesaat, jadi eyang seharian buat anak-anak aku. Makasi buat sepupu aku yang udah mau nyetirin anter jemput ke acara, buat adik-adik aku yang udah mau ikut, udah mau bantuin kasih bingkisan ke adik-adik panti, ikut sayangin mereka. Makasi juga buat temen-temen matrix yang kasih surprise. Bilangnya gabisa ikut, taunya nyusul ke panti, bantuin handle acara, jadi mc dadakan, tukang potong kue, tukang foto dan video, main sama bayi-bayi aku. Bersyukur banget punya kalian, temen-temen dan keluarga yang selalu sayang sama Icha.
Dateng Wisuda UI Junior Psiko. Setelah lulus kuliah, ga pernah dateng ke wisudaan UI. Jahat gasih. Seseneng itu bisa liat crowd yang bikin senyum sendiri, tau rasanya jadi wisudawan untuk pertama kalinya kayak gimana, denger yellguys lagi, kangen banget.
Jogja! Jalan-jalan paling ngangenin. Punya temen-temen yang udah kayak sodara sendiri. Ga akan pernah lupa sama perjalanan Jogja. Becandaan di kereta, ketololan kita setiap detik, ada aja yang diketawain. Kerecehan mereka setiap kali liat tingkah aneh si Icha. Pake kacamata sekali tiga, nyanyi-nyanyi ga jelas, ketawa yang ngeselin, si ribet, si manja, si lemah, si takut. "Tik, goblok lagi dong! Sepi banget ini mobil ga ada suaranya." Makasi buat kalian yang udah mau temenan sampe sekarang. Makasi udah ngebujuk icha yang sempet jelek mood nya pas jalan ke resto malem-malem abis dari pantai. Sesayang itu kalian, padahal sama-sama lagi ga bagus mood nya, sama-sama lagi pada capek, tapi mau-mau an ngalem si icha yang ga mau diajak ngomong. Mau-maunya nurutin si icha yang udah kelaperan dan capek berjam jam di mobil karena macet. "Tik, sini foto yuk" "Ngga ah" "Udah sini ikut foto. Kenapa si neeeeng, udah ah jangan cemberut *cuddling-mode-on*" Makasi udah kasih afeksi dan nenangin si icha yang lagi pusing. Sesedih itu ninggalin jogja, kontemplasi diri waktu sunset, nangis-nangis bareng, ketawa lagi, nangis lagi, ngelawak lagi. Love.
Belum juga ilang pegel-pegel dari Jogja, udah berangkat lagi ke Puncak, ngewakilin kantor dateng ke acara gathering ketenagakerjaan. Pertama kali dateng ke Safari Night. Spooky juga yaa hihi. Masuk rumah hantu pulak, kan oon yak 😂 Capek banget sebenernya, pengen tidur banget, tapi ternyata seru. Ketemu orang baru, kenalan, pengalaman baru. Dari yang ngga saling kenal sama sekali, jadi sering interaksi, bikin group whatsapp, jadi akrab sampe sekarang. Seneng...
Ternyata puncak belum selesai. Akhir Oktober malah ke puncak lagi, acara keluarga. Semua keluarga besar kumpul, gathering pertama kalinya. Seseneng itu bisa ngajak semua keluarga besar buat ngumpul. Tetep aja jadi panitia acara 😂
October. Sorry that I disappointed you all... I dont know how to explain it. Yes, I know, I was wrong. So sorry. Cried. Love will choose their space. Stay or leave.
You know,
Baxter. Mungkin memang caraku salah. Tapi aku seneng untuk sama-sama terus sama kalian. sing along. Padahal aku lagi ga karuan banget, tapi kalian masih aja terus disamping aku. Peduli sama aku. Ngikutin maunya aku. Pulang bareng, nginep bareng, ketawa bareng, gila bareng. Tragedi takut digedor petugas hotel karena kamar lebih dari 2 orang wkwk. Tragedi kalo ketawa ditahan takut berisik ganggu kamar tetangga. Tragedi lagi pup tapi pintu kamar mandi dibuka. "Tik, Tik, buka dulu dah gue mau nanya" "Telpon ajasi elah" "Bentar doang, buka dulu pintunya" "Ngapain gila, tutup bego, itu depan pintu kaca gede keliatan dari luar" Punya temen kadang gada pikirannya, itu pintu malah dibuka udah tau depannya kaca gede, udah tau isi kamar gacuma satu gender, demen banget malu maluin orang. Tragedi HP error, mati total. Pagi-pagi udah ditemenin ke ambassador benerin HP. Tapi minta traktir nonton Avenger. "Yaudah pada nonton deh, gue mau tidur, ngantuk banget" "Kebiasaan ni anak numpang tidur mulu di bioskop" 😂 Dari awal film sampe akhir cuma tidur doang saking ngantuknya kurang tidur kebanyakan ngelawak sama nyanyi. Benerin HP satu, neraktirnya 3 orang. Benerin HP sama neraktir nonton, mahalan neraktirnya ini mah 😔
IGD. Kamis, 14 November 2019. Dari pagi berangkat kantor sampe siang masih ga kenapa napa, masih becanda, masih igstory-an, masih gila gila an. Menjelang sore lah mulanya. Jadi, setiap Kamis sore itu di kantor ada pengajian. Dari awal pengajian, baru hari itu ikutan ngaji. Sebelum ngaji emang udah gaenak badan, muka panas, lemes, pusing, meriang, diem doang. Selesai ngaji, mau buru buru pulang. Keluar lorong kantor langsung freeze menggigil kedinginan bener bener dingin sampe gemeteran gabisa gerak, sampe gemeter giginya, dingin sampe tulang. Mau balik ke arah musholla gabisa jalan. Mau manggil orang tapi sepi banget di depan. Panik. Ga lama, ada Mba Nena keluar dari arah musholla. Langsung nangis sambil gemeter. Ditanya diem doang cuma bilang dingin. Dibawa ke toilet buat ngangetin tangan pake hand dryer sambil nangis sesenggukan haha. Buru buru pulang, pake kaos kaki karena dingin banget. Sampe meja, Kak Iiq: "Buru buru amat lu. Tumben lu inget rumah. Biasanya lupa jalan pulang". Saking nahan dingin, cuma bisa nanggepin "Lets go home!". Mungkin dikiranya marah kali ya karena nanggepinnya cuma begitu haha biasanya ngeles dulu panjang lebar. Padahal ngomong aja sambil nahan gemeter. Pulang naik ojek online, tau dong ya angin flyover jalan raya kayak gimana kalo sore. Jadilah di motor gemeteran, sepanjang jalan sampe rumah cuma nangis. Paling tu abang ojek bingung ni anak ngapa nangis aja. Sampe rumah langsung minta beliin makanan. Minta suapin sama Abang. Sambil nangis, "Abang, Ceuce sakit". Baru sesuap udah nangis, nyuap nangis lagi. "Dih ngapain sih Ceu lebay banget. Udah apa jangan nangis" Mau mauan dia nyuapin tumben. Badannya makin panas, akhirnya dianter Papa ke RS Triadipa. Pertama kalinya masuk IGD sendiri. Alhamdulillah dapet dokter baik banget, Dokter: "Hai, Atikah! Keluhannya kenapa?" "Ini mau obat minum atau infus?" Waktu itu mikirnya kalo obat minum pasti penyembuhannya lama, kalo infus pasti cepet sembuh. Karena kepengen pulang malem itu juga tadinya, kepikiran harus masuk kantor karena ngurus pembayaran uang transport karyawan besok. Pokoknya pikirannya harus masuk kantor. Tapi ya gabisa dilawan, emang badannya gakuat. Untuk pertama kalinya ngerasa diinfus :( Sesedih itu di ruang IGD, sambil liat mama yang nemenin disamping dari kantor langsung ke RS. "Siapa mah yang nelfon?" "Temen-temen kamu pada mau kesini" "Gausah mah bilang udah malem besok pada kerja kasian" "Iya udah mama bilang tapi mereka tetep kesini kayaknya" Nunggu di ruang IGD yang lama banget karena blm dapet kamar. Taulah isi IGD gimana ya, orang-orang teriak karena kecelakaan, anak kecil nangis-nangis, riweh. Bersyukur banget punya temen-temen yang udah kayak timsar, malem itu juga dateng :') nemenin ke ruangan, bantu mama ngurus kamar, bantu rapi2, bantu icha yang nangis mulu. Rasanya lebih ringan nafasnya malam itu. Sesayang itu sama kalian. Orang-orang yang selalu ada buat aku, menghibur, ngingetin kalo salah, marahin kalo udah kelewatan, ngecuekin kalo udah mulai gila :'' VIP 2201 jadi ruang yang dingin sekaligus hangat. Katanya, sakit itu jadi penggugur dosa. Kalo memang benar, aku rela sakit kemarin datang seperti itu. Semalaman cuma bisa nangis, sedih, gabisa tidur. Liat mama disamping, sedih lagi, mungkin aku punya banyak salah. Inget ucapan mama hari Kamis itu, sebelum berangkat kantor, "Mah, berangkat yaa" "Iya, hati-hati. Jangan pulang malem lagi ya, Nak". Rasanya, patah hati banget. Ditambah rasanya ga tega juga liat diri sendiri yang sakit, ngedrop, ditusuk sana sini, kusam, sedih, nangis tiap hari. Ga akan pernah lupa. Hari hari sakit yang isinya cuma lagu Mantra Mantra Maskun, playlist nya itu terus. Buat healing. Katanya, "...yang sebaiknya kau jaga adalah dirimu sendiri" Maafkan dirimu, maafkan orang lain, maafkan keadaan. Terima dirimu, terima dirinya, terima keadaan. Sadar penuh, hadir utuh.
Tiga hari di rumah sakit udah gakuat, mau pulang, bosen, sedih sepi disana. Minta izin ke Profesor, akhirnya dibolehin. Sampe pulang RS temen temen masih setia nemenin, nginep, bantu mama urus RS, nganter pulang. Dari awal sakit sampe mau pilang masih aja drama. Setelah cabut infus, rasanya dingin sampe kepala, freeze, blackout, langsung mual, sesek nafas. Sambil merem, "Tik, lu gapapa?" "Tik, kenapa? Gue panggil susternya lagi ya" "Tik, jangan bikin takut dah" Icha yang lagi ngatur nafas, sambil bilang selftalk dalam hati "Oke, gapapa, ambil nafas pelan pelan Cha. Please, jangan drama lagi" cuma bisa ngasih tanda angkat tangan dengan maksud "Bentar. Udah gapapa, gausah panggil suster. Jangan ngomong terus, gue lagi ngontrol diri atur nafas" sampe sekarang gatau itu kenapa bisa begitu, apa karena infusnya dicabut terus jadi ga ada obat sedetik langsung ngedrop gitu? Atau karena saking takutnya liat infus yang masih berdarah dicabut, stelah dua kali ganti tangan buat pindah infus, tusuk sana sini, ambik darah tiap pagi, bikin shock kali ya. Sampe rumah ternyata panas lagi, ngedrop lagi, malah tambah stres karena sakitnya becanda banget. Kehilangan. Mungkin sakit jadi pengalaman untuk belajar merelakan sesuatu: merelakan Honne, merelakan JGTC, merelakan Mantra Mantra Maskun, merelakan yang tak seharusnya untukku. Mungkin memang harus begitu alurnya. Tuhan Maha Tau.
Infus lagi. Kamis, 28 November 2019. Setalah empat hari masuk kerja sejak sakit, izin pulang cepet. Again. Drama lagi. Sakit lagi. Nelfon mama nangis sesenggukan karena sakit, pengen pulang. Seserem itu ya menerjang maut sakit sekarat lalu pulang naik ojek. Rasanya mau tepar. Tiduran di kasur. Sorenya, langsung ke klinik supaya ga diinfus kalo ke rumah sakit. Ternyata, sakitnya ga ilang. Jam 10 malem ke IGD. Lagi. Baru dapet penanganan jam 2 pagi. Nunggunya aja udah sekarat. Dikasih pain killer. Simsalabim. Aku sehat kembali haha. Ambil darah lagi. Suntik lagi. Infus lagi. "Mah, gamau dirawat lagi. Mau pulang pokoknya, besok mau masuk kantor" Sejak sakit, hari Kamis jadi paling menakutkan karena sakitnya setiap Kamis. "Yah, udah kamis nih, besok gamasuk lagi dah nih Icha" "Lu mah sakit karena setan lu pada berontak dah itu abis ngaji" "Cha tadi lu ikut ngaji? Yah, Jumat gamasuk dah nih" "Gua udah bilangin, makanya lu bismillahnya yang banyak, biar setan lu kalah, lu mah ngaji juga maen hp si" hahaha kalo ngomong suka pada bener emang yaaa...
UI. Gatau kenapa, sakit yang kemarin itu sakit paling lama recoverynya. Sakit paling ringkih. Biasanya kalo sakit tuh cepet fit nya, setelah sakit juga ya normal lagi. Tapi ini, jadi lebih ringkih, lebih baper, lebih cengeng. Gasuka. Bukan Icha. Icha ga begitu. Rasanya banyak energi yang hilang. Jadi berasa capek banget. Idk. Sejak lulus kuliah, belum pernah main ke UI lagi. Udah punya rencana mau napak tilas, ngabisin seharian ke UI, ke tempat-tempat yang dulu pernah jadi cerita bahwa Icha punya semangat yang kuat untuk achieve sesuatu. Tempat-tempat yang punya banyak cerita tentang perjalanan panjang Icha menjadi mahasiswa. Semacam recharged. Terisi lagi energinya. Terisi lagi semangatnya. Terisi lagi perasaan bangga sama diri sendiri. You've been through it. I owe you, Cha.
December. Gloomy banget kayaknya akhir tahun ini. Sakit. Banyak deadline. Overwhelmed. Terlalu banyak toleransi. Kumpul sama keluarga udah paling bener deh. Terima kasih 2019. Be nice.
0 notes
Video
youtube
Setelah selama ini gue kebanyakan gagal dalam perjudian ketika memilih film untuk ditonton di bioskop, kali ini taruhan gue tepat sasaran! Yak, film ini bener-bener seru buat ditonton dan punya banyak sekali nilai positif dari berbagai aspek. Sebelumnya, ada beberapa alasan kecil yang gue buat sehingga gue memutuskan untuk memilih film ini:
(1). Nuansa filmnya pas awal nonton trailer mirip El Topo (1970) dan Holy Mountain (1973). Ada kesan “cult” di film ini yang kentara banget di benak gue dan sebagai penikmat film-film “cult” ya gue langsung terdorong untuk ingin tahu lebih, itu sih alasan numero uno-nya. Apalagi ada adegan sadistis di mana kepala orang dipotong-potong, aduh itu eyegasm lah. State of the art.
(2). Marsha Timothy. Gue suka banget film yang dibintangi oleh aktris berparas cantik “khos” -udah bukan pakai kata ‘khas’ lagi, tapi khos- sebagaimana cantiknya paras wanita Indonesia dalam buku-buku legenda. Apalagi dalam paras dan posturnya kini, Marsha sempurna secara visual dan pseudo-visual. Sebelumnya, gue juga harus jelasin kalau -secara separuh genealogis separuh konstruksional- gue punya empat karakteristik fisik -yang hanyalah satu dari entah berapa ratus determinan lain- yang membuat perempuan tuh gak sepintas lewat doang di depan mata, yakni: a) Lingkar lengan b) Bentuk tulang pipi dan dagu c). Kemampatan (Aslinya bahasa Fisika sih ini) dan d) Jatuhnya rambut di wajah tanpa riasan dan hiasan.
(3) Perempuan sebagai tokoh utama dan sudut pandang penarasian film itu gue suka banget. Ketertarikan gue dalam membedah isi kepala perempuan tuh berangkat dari keprihatinan gue akan banalitas yang menjangkiti isi kepala para perempuan. Tapi semenjak gue ketemu lagunya Interpol yang berjudul “Hands Away” dan gue super duper suka sama lagu itu, gue akhirnya sadar... bahwa sementara itu banalitas memang menjangkiti isi kepala para perempuan, tapi, ada juga sisi di dalam kepala mereka yang bisa sangat tertekan oleh keadaan. Dan bisa jadi, situasi depresi ini berkaitan dengan banalitas tadi. Siapa tau, banalitas para perempuan yang sejak dulu gue anggap semenjana adalah satu-satunya jalan hiburan yang mereka punya dari keterkungkungan mereka dalam cara hidup masyarakat patriarkis? Nah, sejak itu gue selalu tertarik kalau sudut pandang yang dipakai dalam menarasikan sesuatu tuh, sudut pandangnya perempuan. Ada sisi daya dobrak dan rasa ingin bebasnya gitu loh cara pandang perempuan-perempuan mandiri, iya kan? Dan itu tuh jarang ditemuin di isi kepala laki-laki pada umumnya. Ada yang mau dibuktiin sama perempuan, sementara laki-laki tuh cenderung nerusin yang ada~
Jatuhnya film ini di mata gue: Emang bener, udah saatnya perempuan ngebunuh laki-laki. Berontak. Melawan. Malahan, kalau bisa, putar balik zaman sampai perempuan jamak untuk memperkosa laki-laki di tempat-tempat rawan, angkot, hutan, sekolah, warnet, dsb.
Emang dasarnya gue paling ogah sih menjelakan isi film secara deskriptif karena pengalaman terbaik dari sebuah suguhan seni audiovisual gue yakin berada di mata dan telinga masing-masing penonton.
Nah, dari menonton film ini ada beberapa kesan yang gue ambil sebagai pelajaran baik:
(1) Rape Culture. Ini tuh tricky ya, karna gue selalu reflektivis jadi mungkin gue sebagai laki-laki bisa aja bilang “Gue anti rape culture.“ Tapi kadang gue gak sadar kalau mungkin hal kecil yang gue lakukan tuh, terindikasi mengarah ke sana. Walau kadang, jauh. Semisal, cat calling. Sebenarnya ini tuh yang seringkali terjadi ke diri gue tuh seperti ini: Gue selalu klaim kalau ketika gue berbicara, gue bicara dengan penuh rasionalitas. Jadi gue akan berbicara secara sopan nanhalus dengan penuh kesadaran, dan, menghina orang dengan penuh kesadaran juga walau sangat jarang gue jadikan opsi untuk dipilih. Tapi terkadang, ketika alamnya adalah tentang alam bercanda, justru di situ gue lupa kalau candaan gue yang gue selalu anggap lepas, bebas dan netral itu ternyata bisa jadi menyakiti orang lain. Tanpa sadar. Itulah fatalisme kecil yang sering terjadi ke gue. Mungkin sedikit banyak, model seperti ini terjadi juga dalam aspek rape culture atau bahkan ya, cultural violence, seperti yang diajarkan oleh Johan Galtung. Contoh cultural violence tuh kaya jaman sekarang, baik sadar maupun tidak sadar orang semenjana pada umumnya selalu mengambinghitamkan “orang cina” atas segala derita yang dia hadapi. Semacam begitulah. Penyakit mengakar, tapi sulit disadari kecuali kita melihat itu sebagai observer terhadap orang selain kita. Makanya lebih baik menjaga kan, daripada salah perilaku. Ya kalau Rape Culture tuh sebenernya definisinya cuma satu kok, ketika tidak saling mengizinkan kemudian ada perlembagaan power over something dan jadilah. Tapi semua argumentasi ini batal ya kalau digunakan untuk mengukur jasa pelacur dan mereka yang kelacur-lacuran. Kalau itu, asas resiprokal namanya.
(2) Sumba itu indah banget. Gue itu asli sukak banget sama cara si sutradara mengarahkan angle-angle kamera sehingga deru ombak, tenang laut, hembus angin, semburat jingga, dan segala pertanda alam yang indah nian itu, tereskploitasi dengan sangat baik. Birahi estetika mata gue pecah ketika lihat pemandangan hamparan bukit luas yang mencium tepi laut, haduh ini sih halu~ Asli, bumi Sumba itu indah banget. Padang rumput tandus menghampar luas, menguning sementara jalan aspal yang hanya satu-satunya itu membelah perbukitan menyelingi beberapa gubuk yang menyendiri, ujung ke ujung. Luar biasa, pemandangan yang “alam liar” bin “alam luar” sekali. Kaya ngeliat aquarium perbuktian selama nonton film ini. Dan ini, cukup mengokupasi gairah berlibur gue yang semakin membuncah semenjak kerja. Indah banget, asli.
(3) Aspek sosio-kultural masyarakat Sumba. Maklum, sebagai pengguna analisis wacana aspek sosio kultural menjadi ujung tombak dari bagaimana mengartikan suatu wacana bergulir dalam praktik-praktik teknis di antara subjek dan objek serta medium wacana. Ngarang. Tapi jujur, dari film ini gue belajar tentang rupa-rupa masyarakat Sumba dengan berbagai elemen kebudayaan dari mulai bahasa, logat, cara melafalkan kata, panggilan/sebutan, nyanyian, pakaian sehari-hari, pakaian adat, benda berharga, penerapan teknologi, mata pencaharian, fungsi kepolisian, akomodasi, logistik, pendidikan, tingkat harapan hidup, makanan, budaya pernikahan, hingga elemen-elemen budaya lainnya yang ikut terjamah dalam narasi cerita semacam bayi sungsang lah atau mahar nikah masih pakai sapi. Ini semua yang bikin rasa ingin tahu gue terus berkembang seiring berjalannya cerita. Dan yang paling mengena sih tentang gimana sulitnya hukum ditegakkan di daerah nun jauh di sana, sebab sumber daya manusia dan logistik yang minim membuat tujuan keadilan tidak bisa dipenuhi negara. Diperkosa, membunuh. Menuntut balas, memperkosa. Membunuh, lahir anak.
Film ini punya aspek narasi yang cukup kuat, dan keindahan alam serta aspek sosio-kultural yang ditampilkan membuat narasi cukup padat lagi berwarna. Dibaginya ke dalam pembabakan mengingatkan kita pada romansa zaman Pulp Fiction, walau tentu berbeda. Film ini berisi dan, berkarakter.
3 notes
·
View notes
Photo
KATHERINE ( Proses pengeditan revisi finishing novel ) Genre : Remaja
Sinopsis : Di Orchard Road Singapore itulah, tempat Ardi bekerja sebagai pramusaji, seorang diri disana dalam merintis karir tetapi belum juga mendapat uang cukup untuk pulang ke Jakarta, cutipun sulit didapatkan. Restoran ditempatnya selalu saja ramai, disaat bersamaan dia bertemu Katherine, perempuan di MRT yang terlihat seperti tidak bisa bicara bahasa indonesia, seorang berambut pirang blesteran perancis. Waktu Ardi mengenalnya teryata Katherine lancar berbahasa Indonesia meski agak belepotan sedikit, pria 21 tahun inipun teryata menemukan rahasia luka lama Katherine dan membuat dirinya menutup diri dengan lelaki manapun pada akhirnya.
Part 1
Ardi, pria yang kerap mencerminkan wajah kesepian di sela kesibukkannya sebagai pramusaji di Orchard Road Singapore, lelaki 21 tahun ini, kadang melenguh dengan angan semu jika mengingat Jakarta. Uang belum cukup ditambah cuti belum didapatkan untuk sekedar menengok kampung halaman. Bukan hanya itu, pekerjaan terlalu sibukpun membuatnya workholic yang tidak sempat mencari pasangan. Pada waktu jam istirahat kerja, Ardi duduk di kursi dengan suasana agak termenung. Rasa sunyi sesungguhnya tidak terlalu menemani dirinya karena ada teman senasib dari Jakarta juga bernama Diaz. “Dii.., aku tahu apa yang kamu pikirkan, rumah kann” Diaz menebak alam pikiran Ardi. Apa yang dirasa dirinya bukanlah hanya cukup masalah itu, tetapi masalah lebih dalam. Lama merintis karir di negeri orang tak satupun jua dapat ditemukan kebutuhan isi hatinya, kekosonganpun semakin terasa mengingat masalah lain dalam hidup. “Mungkin kita yang overwork” ucapan Ardi berkesan bukan itu ingin disampaikan pada Diaz, dia mengeliat sorot mata sayu pria tersebut. “Aku mengerti ada masalah lain, selain keluarga” Diaz mengangguk, kemudian memesan dua teh tarik ditempat lain. “Sekedar menghangatkan tubuh, angin dari laut terasa dingin” Diaz menaruh gelas di meja Ardi. Dua tangan mengenggam gelas untuk minum. “Hidup memang tidak jauh dari beban, dan kita tidak akan pernah juga bisa berlari” Diaz menasehati bijak. “Aku bukan berlari melainkan mencari sesuatu, untuk bisa kubawa pulang, lebih dari permata nilainya” Ardi menaruh gelasnya. Mereka kembali bekerja hingga nyaris larut malam. Di apartemenya, dalam lorong dia melangkah suara jejak sepatu terdengar menggema, satu tangan mengambil kunci dari resleting tas kemudian membuka pintu. Nuansa ruangan berwarna putih dengan kursi kayu didepannya, Ardi duduk disana. Dia menaruh tas abu - abu diatas meja lalu jalan kearah dispenser untuk minum. Korden berwarna motif bunga lily melayang tertiup angin, Ardi menutup sejenak lalu menghidupkan Tv, sambil bersantai di sofa hijau. Memutar remote Tv mencari tayangan favorit, pada saat bersamaan, halusinasi melayang waktu nonton Tv dulu di Jakarta. Sinetron yang membuat seru dan penasaran setiap adegan, ditambah irama musik. Ardi duduk berkumpul bersama keluarga mama dan papa juga Rana kakaknya, saling berguman menebak apa yang terjadi. Tetapi fakta kenyataan itu dulu, sebelum dirinya memutuskan hijrah ke Singapore untuk bekerja, sebagai alumni dari jurusan Tata Boga kelak impian Ardi adalah membuka usaha restoran sendiri tetapi saat ini dia ingin kerja dengan orang lain dulu. Rasa senyap sudah biasa mengusiknya karena masih berstatus single. Obrolan ditempat kerja barusan membuat merenung akan diri sendiri. Melihat sudah menunjukkan jam 1 malam, Ardi mematikan Tv untuk tidur. Keesokan paginya, pria tersebut terbangun dengan suara burung berkicau mematuk kaca jendela untuk minta makan, tetapi disini dilarang memberikan makan burung sembarangan, dia hanya bisa wajah memelas hewan itu sebelum meninggalkan jendelanya. Ardi mengambil handuk untuk mandi, setelah itu pergi kebawah. Tidak ada kata waktu terlambat biarpun sedikit saja, semua harus tepat waktu. Karenanya dia mengunyah roti sambil mengikat sepatu ketsnya. Dan berjalan keluar meninggalkan apartemen, trotoar jalanan sudah banyak aktivitas di jam 6 pagi, dirinya biasa naik MRT dari tempat tinggal yang agak jauh dari tempat kerja agar bisa cepat. Lorong dengan tangga menjulang kebawah di langkahi setapak demi setapak, lalu mengantri tiket setelah dapat MRT jurusannya tidak lama tiba, kaki dengan gerakan cepat meloncat kedalam sebelum pintu tertutup kembali membuat Ardi terengah sedikit. Pemuda tersebut duduk menghadap kearah jendela, satu tangan membuka ransel teryata mendapat dua pesan What Ap dari mamanya. “Ardi apa kabar, kami semua sehat disini. Kapan pulang ke Jakarta”? Pertanyaan itu membuat rasa bersalah dalam diri karena belum tercukupi akan semuanya. “Kalau aku nanti sudah dapat uang untuk pulang dan dapat cuti juga” rasa sesal semakin mengoyak diri betapa tidak. Semestinya dia bisa meluangkan waktu sejenak untuk menengok rumahnya. Keadaan keluarganya, tanpa sengaja pandangan mata mengarah pada wanita muda berambut pirang duduk di sebelahnya. Terlihat wajah sendu disana, tetapi juga nampak dia bukan orang singapore, sepertinya hanya tinggal disini. Wajahnya putih dan tatap mata itu memancarkan sayu, tersirat kehidupan kelam dalam dirinya. Dia menengok kearah Ardi, tetapi justru menunduk menutupi wajah dengan rambutnya. “What is your name”? Ardi mencoba menegur lebih dulu, sorot mata kepadanya tersentak bagai dia sosok penyendiri, tanpa ada orang mengajak bicara satupun padanya. “Katherine” dia tersenyum ramah. “And you”? Dia membalas perkenalan tersebut. “Ardi” senyuman ramah Ardi membalasnya sambil menjabat tangan. “Where do you come from”? Dia bertanya lagi. “Jakarta, Indonesia” Ardi menjawab. “France, but im so long stay here, aku sudah 2 tahun tinggal disini” jawaban Katherine terasa bagi Ardi adalah rasa kaget luar biasa, betapa tidak dia bisa bahasa indonesia walau belepotan. “You can speak indonesia”? Tanya Ardi. “Why you think stranger, aku memang bisa bahasa indonesia sejak tinggal disini” jawaban Katherine berkesan agak tersinggung dengan sikap Ardi. “Im sorry i dont mean anything, aku berpikir kalau kamu tidak bisa bahasa indonesia” Ardi merendah padanya. “Its ok, ever since our family moved here, i can language Indonesia. My mom from Indonesia and my father, Paris" dia bercerita panjang lebar. Tiba - tiba terdengar pengumuman pemberhentian stasiun berikutnya. “Next station Orchard Road” keduanya turun di tempat yang sama. “Boleh minta nomor kontak What Ap kamu”? Ardi bertanya padanya. “Aku bekerja disini, sebagai desainer Fashion. Aku senang bisa mengobrol denganmu” dia mengangguk sambil memberikan kontaknya. “Aku juga begitu, sebagai pramusaji, next time kita ngobrol lagi” Ardi berbicara ramah padanya, sambil berlalu. Dari kejauhan Katherine, masih terpaku disana berdiri mengamati langkah kakinya sebelum dia sendiripun berlalu, perasaan sayu dalam diri, membuat Katherine kembali melenguh, masa lalu sangat merobek lukanya bersama Matt dulu. Mantan kekasih setahun lalu, pernah hidup bersamanya. Betapa tidak rasanya, hati pada saat berbunga, patah dalam sekejap oleh pria tersebut. Dia menikah dengan perempuan pilihan orang tuanya, terlalu menusuk relung jiwa Katherine hingga sulit membuka hati pada lelaki manapun lagi selain Matt. Bayang masa lalu masih menghantui benih jiwanya, karena kegagalan cinta. Perkataan tersebut masih tergiang di telinga Katherine dengan sangat jelas “Katherine, im sorry, i was married” jelas sekali masih terdengar di telinga. Tubuh tinggi wanita berumur 20 itu mendorong pintu kantor. “Morning” dia menyapa kemudian masuk kedalam pintu lift. “Morning” Bianca pada saat berpas - pasan membalasnya. “Katherine menekan tombol lift naik keatas” kemudian masuk kedalamnya. Setelah itu menekan tombol lantai 3, kemudian masuk kedalam ruangan bagian kreatif desain. Katherine menaruh tas dibawah meja kemudian menyalakan komputer. “Katherine this is new style of the month” Bianca masuk kedalam ruangan sambil memberikan sketsa padanya diletakkan diatas meja. “Oke that good” Katherine mengangguk sambil meneruskan editannya, mata menatap fokus layar meski ada sedikit mengusik alam pikirannya menyergap. Di tempat berbeda, Ardi entah kenapa sulit melupakan pesona wajah Katherine pada saat pertemuannya, ada daya khayal menyergap diri, bosan menjadi sepi, jika mengobrol dengan teman berbeda dengan pasangan, kering sudah selama ini jika hidup lama tanpa cinta. “Wanita bule itu, maaf sebenarnya bukan tapi blesteran” Ardi bercerita pada Diaz. “Yang mana”? Tanya Diaz, dari raut wajah nampak dia ikut berpikir. “Hampa hanya menjadi teman aku selama, ditambah seperti terasing dan terbuang di negeri orang” Ardi menjelaskan maksud pembicaraannya. “Terbuang tapi hanya sementara, karena belum mendapatkan apapun untuk pulang ke Jakarta” Diaz menanggapi. “Aku tahu, tapi disamping ada yang lebih bermakna, yaitu istri” Ardi sedikit menegaskan nada suaranya. Diaz terdiam mendengar ini, tubuh tegap tinggi, tiba - tiba saja menghampiri mereka. “Mr Alex” Ardi mengangguk hormat pada atasan mereka. “Good job” dia menepuk bahu Ardi, kemudian berlalu kembali lagi, Mr Alex memang kerap memuji pekerjaan Ardi disana. Katherine, menyisir rambut di hadapan cermin, kemudian mengikat rambut. “Katherine, you want to dinner with our”? Mama Katherine bertanya. “One minute again” jawab Katherine dari dalam kamar. Pada saaat di meja makan, dia bercerita tentang dirinya. “Entah ada rasa apa yang membuat aku sulit untuk bisa membuka diri kepada pria lagi, semenjak peristiwa dengan Matt. I cant stop from the shadow about him” dia bercerita dengan nafas terengah, air mata menetes di mata. “I cant clear about all” perkataan Katherine menggambarkan kesan luka teramat dalam. Betapa tidak pedih, seorang wanita ditinggal nikah oleh orang yang dicintainya. “Maybe, more better with Matt” potong mama Katherine dengan cepat. “Bagiku dia memang sudah die ma” perkataan Katherine disini berkesan terdengar tajam. Malam itu, Ardi mendapat pesan What ap dari Katherine. “Ardi wait me at Orchard Road” pemuda itupun langsung menghampirinya di tempat dia menunggu, terlihat jauh dari Katherine menatap kearah Mall yang terang duduk di kursi putih pinggir trotoar. “Kenapa aku harus mengenalmu, diantara hitam dan putih hidupku” dia mulai berkata sambil menengok kearah Ardi yang duduk disampingnya. “Better you never know about me and stay away from me” kali ini ucapannya terdengar tegas. “Semakin kamu ingin pergi, aku semakin ingin menyelaminya” Ardi memotong dengan cepat. “Finish you and me untill here” Entah apa yang ada dalam pikiran Katherine dia marah tanpa jelas alasan kepada Ardi namun dia justru meneteskan air mata. “Matt he die from my heart, and cold inside my mind” ada luka sangat menusuk disana Ardi bisa melihatnya. “Why you want to close with me”? Dia bertanya lagi. “I dont know, but we will know” jawaban lembut Ardi membuat Katherine menghapus air matanya. “Im sorry i only person full sadness, galau kata anak sekarang” Katherine tersenyum. “Tapi aku melihat ada ketegaran dalam dirimu” ucapan Ardi sedikit membuat lega hatinya. Part 3 Katherine, entah mengapa pada akhirnya semenjak mengenal Ardi dia membuka lembaran baru hidupnya dari Matt, senyuman ceria terpancar kembali dalam hidup, bukan suatu hal yang rahasia lagi jika pada akhirnya Katherine, memilih Ardi untuk jatuh cinta padanya, teryata Ardipun dari keluarga sederhana di Jakarta tetapi sangat menjaga santun pada orang lain lelaki matang selayak Ardilah pilihan Katherine, Ardipun pada akhirnya tertarik pada Katherine, dia mencintai wanita elegan sepertinya, teryata juga keluarganya tidak sembarangan ayahnya yang orang perancis, memiliki usaha parfum dan sudah hebat. Walau Katherinenya masih belepotan bukan hal penghalan bagi Ardi untuk mencintai, baginya cintapun adalah lebih tepatnya jatuh pada wanita yang sederhaha bukan karena hartanya, sederhana dan menarik bagi pria. Suatu ketika mereka bertemu di Changi airport, Ardi pada akhirnya dapat gaji untuk pulang ke Jakarta. “Ardi” seseorang memanggil dari belakang, diapun menoleh. “May i follow, aku punya tiket ke Jakarta juga, boleh berkenalan denganmu lebih jauh. Meet yours family” dia berkata pelan. “But you much too promise, would will be my wife” Katherine langsung menghambur kedalam pelukan Ardi. “Thanks you change all my life” lirihya berbisik di telinganya. Pads akhirnya Ardi melamar Katherine yang blesteran perancis.
12 notes
·
View notes
Text
[KFWC] Day 2: Pixie Hollow
Pixie Hollow berada dalam satu kecamatan yang sama dengan Neverland. (((Kecamatan))). Bisa dibilang, Pixie Hollow itu jantungnya Neverland, dan tempat tinggal fairy (peri perempuan) serta sparowman (peri laki-laki).
Tentu saja, Gaes! Saya ingin ke sini.
Saya mau ketemu Tinker Bell dan minta dibikinkan rumah pohon, ngumpulin The Lost Things sampai menggunung, gunting-gunting, tempel, potong, susun, pasang, berantakan bareng sambil ketawa-ketawa. Sampe keluar semua isi kepala ngomongin apa aja.
Saya mau ketemu Rosetta, minta diajak ke ladang dandelion yang bisa dia tanam dalam waktu singkat. Terus gelindingan sampe tua.
Ketemu Fawn juga, barangkali dia bisa bikin kecoak jadi lucu dan nggak nyeremin. Barangkali, lho. Soalnya kayaknya nggak ada kecoak di Pixie Hollow. Kalau ada, yang nonton bubar. Haha.
Saya juga mau ketemu Silvermist. Main di sungai. Main hujan-hujanan tanpa takut sakit. Sakit juga nggak apa-apa sih, nanti saya ke sana bawa bekel tolak angin.
Ketemu Iridessa, ngumpulin cahaya kunang-kunang. Dikumpulin jadi lampion. Ketemu Vidya buat... ngapain ya? Mungkin dia enak buat diajak usil. Meski saya males soalnya dia terlalu tsundere. Hha.
Terakhir, saya mau ketemu Terence. Saya mau cerita banyak hal. Dan dia barangkali selalu punya solusi. Intinya saya ingin ke sini karena saya ingin jadi anak-anak lagi. Yang isi kepalanya cuma sekolah, ngaji, main, jajan, beli es bul-bul dan baso tusuk, sama nyemilin bumbu indomie, atau dapet surat cinta pertama. Haha. Saya nggak perlu susah-susah mikirin kenapa hidrogen cuma punya satu elektron dan kenapa etanol punya gugus -OH.
Saya juga nggak perlu mikirin kenapa hujan datang pagi ini, padahal saya mau nyuci banyak sekali. HHHH.
***
-Ditulis dalam rangka mengikuti tantangan menulis dari @KampusFiksi dan @basabasi_store
-Gambar dari sini.
1 note
·
View note
Text
kemarin, rasanya capek banget. begitu pulang rasanya sakit-sakit badan. rasanya pengen dipijet karena pegal di berbagai area tubuh. hahaha.
kemarin pulang ke bandung, dengan agenda menyukur/menebang pohon dan benerin beberapa bagian yang bocor, plus... operasi rayap. hahaha. ternyata menjadi mandor itu melelahkan, terutama kalau yang abangnya bener-bener kerjanya harus dilihatin. gak bisa yang kita kasih instruksi doang, terus kita tinggal duduk cantiek. mencari abang-abang yang jujur dan baik itu sulit jaman now.
sampe bandung pagi-pagi dengan muka bak zombie karena tidur hanya 4 jam dan di travel juga gak bisa bobo nyenyak. huft. selayaknya emak-emak, kalau mau ada tukang, pasti nyiapin minum, makanan, dan.… rupanya si mamangnya gak bawa alat potong sama sekali begitupun gak nyiapin obat rayapnya jugak, sehingga si neneng ini harus mengembara mencari obat rayap dari satu gang ke gang lain, dan ngubek isi lemari perkakas punya bapak mencari gergaji.
abis itu lupa belum makan, saking riweuhnya. hahahaha. go-food lah kupat tahu petis langganan yang cukup mengobati kerinduan. hmm, mana nih mamang yang mau benerin yang bocor….kok gak dateng-dateng.. mulai insecure. di WA centang satu, di telepon gak bisa, gelisah. ternyata gak cuma pacar aja yang bikin gue gelisah, mamang-mamang juga.
akhirnya mau minta tolong mamang yang nebang pohon buat ceki-ceki talang air di atap. baru aja mau ngambil tangga, tiba-tiba hujan gede. mas-mas yang bagian bersih-bersih rumah udah pulang pulak. kalau bocor, wassalam beresin sendiri. hamdallah hujannya cepet berhenti. mamang nebang pohon ijin pulang karena ada next order dan atap sudah licin jadi gak bisa ceki-ceki. hm, baiklah. mulai insecure lagi.
lagi santai-santai bentar nyetel tv, tiba-tiba byurrrrrr hujan gede beserta angin. langsung mata jelalatan dan pasang kuping bak serigala biar bisa kedengeran mana nih yang bocor. bener aja, tes tes tes. tuk tuk tuk. tetesan air kedengeran kenceng dan deres, kayak ada hujan di dalam rumah. hahahaha. begitu ceki ke bagian belakang, oh my God. nengok lagi ke kamar depan, netes pulak dari atas ke Kasur. basah. kuyup.
#jangannangisjangannangis, yesterday’s mantra. gak nangis sehh. mellow aja. bukan karena harus beberes sendirinya, tapi karena suatu momen yang tiba-tiba kuingat.
perkara banjir dan bocor bukan hal baru lah buat gue. dulu, sering banget air di jalanan masuk ke rumah, sampe akhirnya rumah ditinggiin beberapa kali. udah ditinggiin pun, ternyata masih sering ada rembesan muncul dari sela-sela lantai karena selokan belakang rumah meluap.
dulu, ketika banjir, aku dan bapak yang selalu jadi bagian bersih-bersih. I don't remember my brother ever did this. karena jaman-jaman banjir, dia sudah caw sekolah di semarang dan sejak itu sudah jarang-jarang ada di rumah. so, yeah. aku dan bapak yang meres-meres seluruh bagian yang banjir lalu kita gotong royong mengepel sampai kinclong kembali. teringat, ibu malah nangis sambal duduk di kasurnya karena ngerasa ga bisa bantu beres-beres (karena kondisinya). padahal ya dia berkontribusi kok, dengan memasak dan bagian mijit-mijit kalau udah kelar.
ketika gue pulang menuju ke stasiun, gue berpikir, gue ini gila juga. angkat-angkat Kasur segede gaban gitu sendiri. ngepel-ngepel dan meres-meres air bocoran dan banjiran ujan sendiri. I am amazed with myself. I feel like.... immune to the vulnerability. I am pretty much resilient. orang-orang akhir-akhir ini banyak bicara soal privilege. buatku, privilege-ku adalah kebal terhadap kerentanan. gue dikasih banyak cobaan, dan Tuhan bikin gue jadi orang kuat (walaupun suka nangis, hahaha). gue nangis bukan karena gue lemah, tapi ya gue mengakui ini tidak mudah. toh, at the end, gue bangkit lagi.
di sebagian orang-orang yang lain, mungkin banyak yang belum mengalami sesuatu hal yang berat sekali dalam hidupnya, which is itu juga adalah privilege. Tuhan dah kasih masing-masing orang privilege kok. aku meyakini, gak mungkin Tuhan akan terus-terusan kasih aku kesulitan alias, mari berbaik sangka dengan Tuhan. pasti lah suatu hari ada matahari cerah. entah itu kapan. diyakini aja.
1 note
·
View note
Text
JEJAK CINTA SANG PENDAKI
Tak butuh waktu lama bagiku menjawab “iya”. Ya, aku menyetujui ajakannya untuk mendaki. Setelah sebelumnya aku merasa nyaman ketika mendaki pertama kali dengannya. Sejak itulah, aku sudah mulai mengenalinya dengan baik. Bahkan, apabila ada 5 orang yang berdiri di hadapanku, tanpa melihat pun, aku sudah bisa menebak yang mana dia.
Perjalanan kami kali ini sedikit berbeda dari biasanya. Kami memulai perjalanan dari Terminal Jombor menggunakan bus menuju Magelang. Panas terik menyengat kala itu tidak terasa karena aku nyaman bersamanya. Dia yang selalu mendadak labil ketika memilih tempat duduk dalam bus, membuat aku harus sedikit bersabar. Kuturuti kemauannya memilih tempat duduk meskipun puluhan mata memandang keanehan yang kami lakukan. Tak lama kemudian, dia menentukan dimana kami duduk. Baris kelima sebelah kiri dari depan. Hmm, cukup nyaman.
“Panas banget ya.” keluhku.
“Iyalah. Bus biasa non AC ya panas. Kamu kira kita naik bus ber-AC?” jawabnya sedikit ketus. Ya, dia memang kalau ngomong kadang-kadang suka ketus dan ceplas ceplos.
“Kamu sudah bawa bekal?” tanyanya.
Aku menjawabnya dengan menganggukan kepala.
“Bawa bekal apa aja kamu?” tanyanya sambil melihat ke arah tasku.
“Banyak nih. Ada kue lebaran, kerupuk udang, lumpia, bakwan kawi, egg roll, ada juga..”
“Kamu mau piknik di taman apa naik gunung? Sudah tinggal aja makanannya, percuma, gak bergizi.” jelasnya memotong ucapanku.
“Hah? Kok ditinggal? Sayang ah. Mending aku makan sekarang aja.” Aku mengeluarkan isi bekalku lalu memakannya satu per satu.
“Buset, perutmu kayak Onta ya.” ledeknya.
Kusenggol lengannya karena dia telah mengejekku. Lalu kamipun tertawa cekikikan berdua di tengah cuaca panas yang aduhai dan puluhan orang yang tidak kami kenal sama sekali.
Tepat pukul 09.00 pagi, bus jurusan Jogja-Magelang ini berangkat setelah hampir 1 jam ngetem mencari penumpang. Sambil menikmati semilir angin dari jendela, aku terus melahap bekalku. Sementara dia mulai mendengarkan musik dengan headset-nya.
“Lebih baik kamu tidur. Jangan makan terus. Hemat tenaga.” Ucapnya sesaat sebelum dia memasang headset.
--
“Magelang..Magelang..Magelang.” teriak kondektur mengagetkan kami.
Kami bergegas turun dan oper bus kearah Temanggung. Perjalanannya sedikit macet, namun kami mendapatkan bus lebih nyaman dari sebelumnya. Pembicaraan kami pun semakin berwarna. Mulai dari pembahasan tentang pekerjaan hingga krisis moneter. Mulai dari kisah cinta naruto dan hinata, hingga soal Lee potong rambut. Semuanya mengalir apa adanya, dan aku menikmatinya.
Ternyata, bus hanya berhenti di depan terminal tidak tepat di tujuan kami. Sedikit kecewa tapi ya mau bagaimana lagi.
Terlihat di seberang jalan sedang ada petugas kepolisian yang sedang berupaya menertibkan lalu lintas pada jalur sempit dua arah ini. Entah apa yang membuatnya terlihat bahagia, mungkin dia senang melihat para pelanggar lalu lintas ditilang.
“Mana nih Bapak ojek yang mau jemput kita?” tanyanya.
�� “Iya belum ada tanda-tandanya. Sabar wae wis, coba ditunggu dulu.” jawabku berusaha menenangkan.
“Aku lapar.” Keluhnya.
“Lha tadi kutawari bekalku kamu gak mau. Yo wis sekarang mau makan dulu aja apa? Di depan ada tukang ketupat tahu, sekalian nunggu Bapak-Bapak ojeknya.” ajakku.
Setelah tiba di warung ketupat tahu, kami memesan 2 piring dan tiba-tiba handphone ku bunyi. Ternyata ada whatsapp dari Bapak ojek. Mereka sedang dalam perjalanan menjemput kami.
“Eh, Bapak-bapak ojeknya wis otw nih, kita gak usah makan aja gimana?” kataku sambil terus bermain hp.
Tak lama kemudian, 1 piring ketupat tahu mendarat di meja kami.
“Lhohh.. kok cuma satu?” tanyaku.
“Iyaa...” jawab mu singkat sambil terus mengaduk bumbu kacang.
“Iyaa??? Terus akuu?” belaku.
“Iya. Tadi punya mu aku cancel. Kamu sendiri kan yang bilang tadi?” Jawabmu dengan nada yang lebih santai. Seperti tak memperhatikan iler yang mungkin hampir menetes dari bibir cantik ku.
“Hah? Kok gitu? Kamu ini bagaimana? Kan aku bertanya tadi, bukannya menyuruhmu meng-cancel.. kau iniii......”
“PLAAKKK...”
Spontan aku memukul bahunya. Aku kesal. Dengan seenaknya dia membatalkan ketupat tahu pesananku. Dasar cowok, memang suka semaunya sendiri. Perutku keroncongan juga, tapi kalau pesan lagi nanti lama karena Bapak ojeknya sudah hampir sampai. Aah menyebalkan.
Setelah menyelesaikan makannya, kami bergegas. Sedikit heboh karena aku lupa membayar jus wortel dan air mineral pesananku. Belum lagi dia yang hampir ketinggalan topi di warung ketupat tahu, membuatku semakin kesal padanya. Dia memang selalu tidak memperhatikan barang-barangnya sendiri. Bagaimana bisa memperhatikan aku? Halah, lamunanku buyar ketika Bapak ojek memanggilku untuk segera naik motornya.
Setelah siap, kami melanjutkan perjalanan menuju basecamp Sumbing via banaran. Aah aku tidak sabar untuk memulai mendaki.
POS 0.
Perjalanan dimulai setelah istirahat sejenak, sholat dan repacking barang bawaan. Seperti biasanya lagi, dia selalu tidak pandai mengepak barang-barangnya ke dalam satu carriel. Medan pendakiannya sudah menanjak dari awal. Kanan kiri masih terlihat rumah-rumah penduduk dan akhirnya kami menemukan shelter pertama yang teduh.
Aku memintanya untuk istirahat sejenak dan repacking lagi. Aku perhatikan dia kebingungan menatanya dengan keluar masuk lalu dikeluarkan lagi barang-barangnya, tidak selesai-selesai. Lalu perlahan aku dekati dia dan kutawarkan jasa repacking ala pendaki perempuan.
“Sini kubantu. Packing gini aja lama. katanya pendaki, masa packing gini aja masih bingung?” kali ini gantian aku mengejeknya.
“Nih aku kasih tahu, susun barang-barang yang akan digunakan terlebih dahulu di paling atas dan paling bawah, karena tasmu ada ruang di bawah yang mudah diambil. Seimbangkan dengan muatan yang sama. Lalu atur panjang pendek tali sesuai dengan bahu dan lenganmu.” jelasku panjang lebar sambil merapihkan barang-barang miliknya.
“Nah, beres. Coba kamu pakai supaya bisa diatur talinya.” aku menyerahkan carriel berukuran 60 L miliknya itu.
“Iya e ini baru enak dipakai. Wah makasih ya, ilmumu emang kece. Ayo kita jalan.” ucapnya dengan wajah sumringah tapi cuek.
Sementara aku membayangkan, dia akan menatap mataku, memegang tanganku dan mengucapkan terima kasih dengan lembut kepadaku. Tapi ternyata itu hanya sekedar lamunan semata. Sedih.
Lamunan yang bubar karena itu hanya ada dianganku saja tidak menyurutkan semangatku untuk melanjutkan pendakian. Langkah demi langkah aku ayunkan dengan hati-hati dan tetap berusaha mencuri-curi perhatiannya. Entah, dia sadar atau tidak, aku sedang berusaha mencuri perhatian dari laki-laki yang konon sudah 4 tahun menjomblo ini.
Setelah berhasil melewati Pos O, para pendaki akan menemukan 2 gapura berpasangan selayaknya sepasang kekasih. Aku mulai berkhayal lagi. Untungnya aku mendaki bersamanya, coba kalau sendiri? Masa aku kalah sama gapura. Eh..
Gapura terakhir berhasil kami lewati, tantangan dimulai dengan eskalator yang terbuat dari pepohonan. Andai ini eskalator di mall betapa nyamannya, cukup berdiri dan voilaaa.... sampailah di lantai atas. Tapi ini adalah anak tangga dari kayu yang harus kami lalui dengan langkah kaki kecilku.
Tak mau kehilangan moment, kami segera mengambil posisi untuk diabadikan dengan kamera ponsel.
“Tahukah kamu, tanpa sadar kita telah mengukir memori bersama di pendakian ini. Akankah memori ini terus berlanjut atau hanya akan menjadi kenangan indah untuk dikenang?” aahh lagi-lagi aku berkhayal tentangnya.
Bagaimanapun akhirnya nanti, jejak ini akan menjadi kenangan terindah karena aku bisa mengenalmu. Entah bagaimana akhirnya nanti, yang penting kini aku bersamamu.
Lamunanku buyar ketika dia memanggil namaku karena kami telah sampai di pos 1.
“Iyaa, apaan sih? Manggilnya biasa aja dong, gak usah pakai teriak-teriak. Aku masih bisa mendengarmu.” jawabku ketus. Sementara dia asyik memotret-motret pemandangan sekitar.
0 notes
Text
TAS SEMINAR
CV SATU KONVEKSI
Jl. Utan Kayu Rt.005 Rw.005 No.40 (Belakang Graha Rhema), Utan Kayu Utara, Matraman, Kota Jakarta Timur 13120
Telp/SMS/Whatsapp :
Phone : 081809584233
Telepon: (021)8724697
Kami Melayani Delivery Order Wilayah Jabodetabek. Anda cukup telepon, Kami respon datang ke tempat anda.Minimal 50 pcs
Jual Tas Seminar, Tas Seminar Murah, Tas Seminar Kit, Harga Tas Seminar, Tas Seminar Jakarta, Jual Tas Seminar, Tas Seminar Bandung, Tas Seminar Jogja, Tas Untuk Seminar, Tas Seminar Murah Jakarta.
terima orderan tas untuk meeting, diklat dan seminar. Kami menjual aneka tas ransel dan selempang dengan desain yang modern, modis dan trendy. Cocok dipakai untuk segala usia, cocok dipakai untuk remaja maupun orang dewasa. Cocok anda gunakan pada acara seminar perusahaan, organisasi, maupun institusi. Dengan model dan desain modern yang tidak pasaran, bagus dan menarik juga berkualitas tentu tas seminar yang anda order disini akan banyak disenangi oleh karyawan atau anggota yang mengikuti meeting, diklat dan seminar. Sebab tas seminar yang kami sediakan adalah tas seminar yang istimewa. Yang setelah acara seminar selesai tas tersebut bisa digunakan untuk aktivitas kerja dan aktivitas sehari-hari. Atau bahkan bisa menjadi buah tangan untuk anak-anak karyawan dan anggota yang mengikuti seminar.
Paket tas seminar kit murah ini terdiri dari : tas seminar bahan kanvas dengan perpaduan kain motif batik, seminar kit document keeper dengan perpaduan kain motif tenun, block note ring ukuran A5 cetak cover batik, dan pulpen. Semuanya bisa Anda dapatkan dalam 1 pesanan, dengan harga paket seminar kit yang murah.
Tas seminar produksi kami yang terbaru bisa disimak di sini. Kami menyajikan variasi harga tas seminar, mulai dari grosir tas seminar hingga pesanan tas seminar dengan harga eceran.
macam – macam jenis bordir
Bagi pecinta fashion pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah bordir. Bordir sering digunakan pada kaos untuk membuat gambar maupun tulisan walaupun bordir dapat dibuat di media lain seperti pada tas. Namun bagi yang kurang mengetahui apa arti bordir sebenarnya, tidak perlu khawatir. Saya akan membagikan sedikit pengetahuan saya tentang bordir. Jadi bordir sebenarnya adalah hiasan pada kain bisa berupa tulisan maupun gambar yang terbuat dari benang.
harga bordir sendiri sebenarnya ditentukan oleh beberapa hal yaitu :
Jumlah bahan yang akan di bordir
Lama waktu yang diberikan
Jumlah stich pada kain
Tingkat kerumitan dari desain gambar maupun tulisan
Jumlah warna yang digunakan
Berdasarkan media pembuatnya bordir sendiri dibagi menjadi bordir manual dan bordir komputer :
Bordir komputer
Bordir komputer merupakan bordir yang pembuatannya menggunakan komputer atau mesin. cara menggunakannya pun sangat mudah yakni :
Kita dapat mendesain gambar atau tulisan yang kita inginkan di photoshop, coral drawl, atau microsoft word
Hasil dari desain gambar atau tulisan kita akan di scan
Setelah di scan dengan menggunakan komputer, kita dapat mengedit gambar yang kita inginkan menggunakan software khusus yang ada, setelah selesai mengedit, mesin bordir akan segera membuat gambar kita secara otomatis
Bordir komputer sangat cocok digunakan jika kita ingin membordir dalam jumlah besar karena kita akan menghemat biaya. Desain dengan bordir komputer pun dapat lebih kompleks dan rumit. Hasil bordir komputer akan rapi dan akurat. Waktu pengerjaan bordir komputer akan relatif cepat. Namun jika ingin membordir sepotong atau dua potong pakaian maka bordir komputer tidak disarankan karena akan memakan biaya yang mahal.
Bordir mesin sendiri mempunyai 2 jenis tusukan :
Tusuk Lurus : tusuk lurus digunakan untuk membuat pola dasar dari suatu desain bordir seperti garis lurus maupun garis melengkung
Tusuk Zig – Zag : tusuk zig – zag digunakan untuk membuat pola yang rumit dalam desain bordir seperti bentuk motif tertentu
Bordir manual bukanlah bordir yang menggunakan tangan saja. Kita tetap menggunakan mesin bordir namun mesin bordir yang digunakan perlu dipoerasikan oleh manusia tidak seperti mesin bordir komputer yang sepenuhnya otomatis dalam membuat pola bordir. Cara membuat bordir manual :
Persiapkan desain gambar atau tulisan yang kita inginkan lalu print 2 kali, yang satu berwarna agar si tukang bordir dapat lebih mengerti desain yang kita inginkan dan yang satu lagi hitam putih untuk penjiplakan ke bahan yang akan dibordir
Setelah selesai kita cukup memberikannya ke tukang bordir dan si tukang akan membuat bordir sesuai dengan desain yang kita buat
Bordir manual sangat cocok digunakan bagi anda yang ingin membordir dalam jumlah kecil seperti ingin menuliskan nama anak anda pada tasnya karena akan mendapat harga yang lebih murah. Namun karena tidak menggunakan mesin desain yang dapat dibuat pun terbatas pada skill dari penjahit. Keakuratan dari desain yang diinginkan dengan hasil bordir pun tidak akan seakurat bordir komputer. Waktu pengerjaan relatif lebih lama.
Perkembangan industri tas seminar murah seminar murah diantara tas seminar murah seminar murah seminar murah yg ada telah melahirkan banyak produk-produk new yg membangun suasana kompetisi yg lebih keras. Kompetisi tak lagi sekedar perebutan pangsa pasar, namun jugah perebutan pangsa peluang, karena itu supaya menciptakan kelebihan kompetitif diperlukan usaha supaya secara gencar memasarkan produk jugah memperkenalkan produk kedi konsumen.
Tempat produksi pesan tas seminar kami jugah akan terus menerus memfokuskan diri di kepuasan pelanggan jugah memberikan kualitas seminar murah seminar murah produk yg melebihi ekspektas seminar murah seminar murahi pelanggan.
Banyaknya industri pabrik tas seminar murah seperti tas seminar murah seminar , tas seminar murah promosi, travel bag , tas kantor, tas seminar murah haji , tentang tas seminar murah souvenir, tas seminar murah belanja, tas seminar murah anak , tas seminar murah slempang , tas seminar murah ransel , tas seminar murah mini , tas seminar murah 3in1, dikarenakan tas seminar murah sekarang sudah menjadi barang kebutuhan bagi Kita semuah, terlebih bagi orang yg mempunyai tingkat mobilitas seminar murah tinggi, Setiap orang jika bepergian tidak akan lepas dari yg namanya Tas seminar murah, baik untuk menaruh barang-barang bawaannya maupun hanya sekedar buat mode. Tas seminar murah jugah bisa di jadikan sebagai media promosi, kita bisa memanfaatkan media tas seminar murah ini untuk sablon/bordir dengan logo perusahaan. seminar kit murah. Maka visi produksi kami adalah untuk ambil bagian dalam menjawab tantangan untuk menjadi produsen tas seminar murah yg bisa diterima oleh semuah kalangan masyarakat, sehingga pada akhirnya produksi kami dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan mobilitas seminar murah mereka yg tinggi.
Banyak orang yang memiliki koleksi tas dari berbagai macam merek dan harga. Bagi anda yang menyukai tas dan memilih untuk mengkoleksinya, berapapun harganya ,anda tentunya tidak ingin tas anda rusak dan tidak terawat. Anda pun pastinya ingin agar semua koleksi tas anda awet dan tahan lama. Bagaimana jika yang anda punya bukan tas original yang berharga di atas 100 juta? Bagaimana cara perawatannya? Apakah dibutuhkan perawatan yang sama antara tas branded ,kw atau yang harga murah ?
Jika anda memiliki banyak koleksi tas, alangkah lebih baik bagi anda untuk menyimpan tas yang sedang tidak anda pakai dalam dustbag (kantong penyimpanan). Hindari mengeluarkan tas dan membiarkan tas anda terkena udara dan angin dalam jangka waktu lama tanpa anda memakai sedetik pun. Pastikan tas yang tidak terpakai anda simpan di tempat tertutup dan bersih dari debu.
Jika anda memilih untuk menyimpan koleksi tas anda di dalam lemari, pastikan anda menyertakan produk anti lembab atau anti jamur. Letakkan produk tersebut di dekat tas anda untuk menghindari tas anda berjamur dan kotor.
Jika anda memiliki koleksi tas kulit, pastikan tas anda terhindar dari kontak matahari langsung karena bisa membuat permukaan kulit rusak dan pecah-pecah. Tas kulit rentan terhadap sobekan, gesekan dan kerutan, pastikan anda menyimpan tas anda dengan posisi yang baik dan kenakan tas tersebut pada acara yang tepat. Keringkan dengan lap kering yang bertekstur lembut jika tas kulit anda terkena air.
Selain memperhatikan keseluruhan tas, rawat pula resleting tas anda. Terkadang tas memiliki resleting yang kurang lancar jika tidak pernah digunakan dalam waktu lama. Jika resleting tas anda kotor, kotoran tersebut juga dapat mengganggu gerak resleting dalam membuka dan menutup tas. Anda bisa gunakan lilin lebah dan gosok lilin tersebut di sepanjang resleting untuk menghindari macetnya resleting anda.
Jika anda memiliki banyak koleksi tas dengan kulit sintetis, anda bisa membersihkan tas anda menggunakan lap karet. Celupkan lap karet tersebut ke dalam cuka dan gosok ke permukaan tas secara perlahan. Segera bersihkan sisa cuka dengan kain bersih dan lembut.
Hindari menyimpan tas kulit asli berdekatan dan menempel dalam satu wadah dengan tas kulit sintetis. Tas kulit sintetis (plastik) dapat menyerap bahan pencelup warna pada tas kulit yang bisa menimbulkan spot seperti jamur.
Jika tas kulit anda sudah terlanjur menjamur, anda bisa membersihkan tas tersebut dengan menyikatnya memakai lap bertekstur lembut. Anda bisa menggunakan sikat halus untuk membersihkan bercak di bagian dalam tas kemudian bersihkan dengan kain yang kering. Gunakan sabun khusus untuk bahan kulit atau krim pembersih khusus untuk bahan kulit setiap kali anda membersihkan tas kulit anda dari noda. Anda pun bisa membuat tas anda mengkilap dengan menggosok tas anda menggunakan kain yang lembut.
Jangan terlalu sering memberi beban atau isi yang terlalu berat atau terlalu besar pada tas karena akan mempercepat kerusakan pada resleting, tali pada tas selempang atau tali pada tas ransel anda.
Bila tas anda berbentuk ransel dan aktivitas/mobilitas anda di luar tinggi, maka pilihlah tas yang dilengkapi oleh rain coat yang akan melindungi tas anda dari debu, sinar matahari, percikan air, hujan deras, sehingga tas anda tidak mudah kotor, berdebu, kusam, basah.
Apabila tas berupa tas laptop maka carilah tas yang sesuai dengan ukuran laptop anda. Jangan memaksakan memasukkan laptop ke dalam kantong laptop pada tas yang bukan ukurannya, bila terlalu kecil akan mempercepat kerusakan jahitan pada bagian tas, bila terlalu longgar akan berpengaruh pada keamanan laptop anda.
Itulah beberapa tips untuk merawat koleksi tas anda. Jika anda suka membeli tas, maka rawatlah tas anda agar tidak mudah rusak dan tetap tahan lama. Tas berkualitas bagus dan berharga mahal pun akan cepat rusak jika tidak rajin-rajin dalam memberikan perawatan bagi setiap detailnya.
Pesan tas seminar kit batik dengan harga murah mulai Rp 10.500 untuk souvenir event, goodies bag, seminar kit, tas rapat kerja, workshop & pelatihan atau promosi perusahaan Anda. GRATIS! pengiriman ke kota Jakarta, Bandung, Semarang, Jogja, Surabaya dan Denpasar – Bali. Pilih model tas seminar kit batik Anda disini
harga tas seminar murah jakarta,
jual tas seminar murah di jakarta,
tas seminar murah jakarta,
tas seminar murah di jakarta,
tas seminar murah jogja,
tas seminar murah surabaya,
tas seminar murah semarang,
tas seminar murah yogyakarta,
tas seminar murah di surabaya,
tas seminar di surabaya
grosir tas seminar di surabaya
harga tas seminar di surabaya
tas seminar surabaya
tas seminar batik di surabaya
grosir tas seminar surabaya
harga tas seminar surabaya
jual tas seminar surabaya
0 notes
Text
Tap Cash, alat pembayaran non tunai yang wajib digunakan di Pasar Semarangan. Doc Mauren Fitri
Semarang semakin menggeliat. Tempat wisata yang bisa dikunjungi bersama keluarga yang bernuansa alam pun, bertambah. Konsep one stop shopping yang berkonsentrasi di kuliner ini, cukup menggoda untuk disinggahi. Apalagi bagi seorang pejalan. Jajan enak, jajan murah dan ngga ribet. Yahuuuuii!
***
Merubah Kebun Binatang Menjadi Pasar
Kabar mengenai dibukanya Pasar Semarangan, tentu saja cepat beredar di kalangan para pejalan. Apalagi jika mempunyai teman yang memang berdomisili di kota tersebut. Gosip dan racun perjalanan dengan cepat menjalar memenuhi ruang-ruang aliran darah dalam tubuh pejalan.
Beberapa kali diajak mampir ketika main ke Semarang, namun belum sempat singgah. Ajakan main aja dulu, siapa tahu betah~ pun terdampar diantara beberapa kegiatan yang tak bisa ditinggalkan (sok sibuk banget sih >_< ). Hingga akhirnya, perjalanan Famtrip bersama teman-teman blogger #SemarangHebat membawa langkah saya kesana.
Berlokasi di Tinjomoyo, Kelurahan Sukorejo, Kecamatan Gunungpati, Semarang, pasar ini resmi dibuka, sejak 7 Maret 2018 lalu. Pasar Semarangan tersebut dikelola oleh 17 Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Jam operasionalnya mulai pukul 15.00-21.00 Wib, buka tiap hari Sabtu.
Awalnya, pasar ini merupakan kebun binatang yang akhirnya dipindahkan ke Mangkang. Oleh Walikota Semarang, Hendi Hendrar Prihadi, Tinjomoyo yang telah mati suri selama 12 tahun, dihidupkan serta beraktifitas kembali.
“Tentunya dalam aktifitas lain, yakni pasar rekreasi dan wisata bagi kalangan mana pun,” jelas Mia yang berdiri sebagai Mandor Juragan Pasar.
Dikatakan Mia, dari luas lahan Tinjomoyo yakni 57,5 hektare, Pasar Semarangan ini memakai sekitar 5 ribu hektare untuk outlet-outlet kuliner, outbond, juga bagi kebutuhan khusus, difabel.
Menggunakan konsep pasar digital, maka kemudahan berbelanja di Pasar Semarangan membuat Anda tidak sulit belanja, menikmati kuliner yang disuguhkan selama berada disana.
***
Transaksi Praktis
Pasar ini sudah buka lebih dari lima kali sejak Maret lalu. Sejauh ini, perkembangannya baik, sehingga bisa menggaet Genpi Jawa Tengah pula sebagai pengelola dan BNI Syariah sebagai sponsornya. Kerjasama juga terjalin baik.
Hampir di seluruh outlet yang ada, pemilik jualan mempunyai mesin EDC, sistem pembayaran digital yang diberlakukan disana. Segala pembelanjaan di Pasar Semarangan, hanya berlaku non tunai. Praktis kok, karena kita hanya perlu top up di pintu masuknya saja.
Jadi, maaf kalau Anda berbelanja menggunakan uang tunai, tidak akan berlaku disana.
Nah bagi Anda yang belum mempunyai kartunya, bisa membeli di booth depan. Kartu Tap Cash BNI adalah uang elektronik berbentuk kartu atau bentuk lainnya, sebagai pengganti uang tunai. Kartu ini digunakan sebagai transaksi pembayaran di seluruh merchant yang bekerjasama dengan BNI. Termasuk pula outlet di Pasar Semarangan.
Booth berwarna orange, berlogo BNI ini, akan ditemui tak jauh dari pintu masuk Pasar Semarangan yang unik. Ada petugas yang akan melayani kita saat membeli kartu yang menjadi alat transaksi di pasar tersebut.
Jika Anda sudah memiliki kartunya, yakni Tap Cash, bisa di top up (isi ulang) saja dengan nominal 10K, 20K, 50K, 100K, 250K, dan 500K. Selanjutnya, tinggal melakukan transaksi di outlet (gazebo bambu) makanan atau minuman pilihan Anda. Akan ada ibu-ibu berbaju Jawa yang gesit melayani dengan mesin EDC-nya saat kita melakukan pembayaran jajanan pilihan.
Selain Tap Cash, bisa pula menggunakan aplikasi YAP (Your All Payment). Bayarnya cukup pakai QR code saja, dipindai oleh penjual outlet langsung.
Simpel dan ngga nyusahin!
Malah ada bonus juga bagi para pengguna moda transportasi BRT Semarang. Tunggu apalagi? Weekend ini, main lagi dong ke Pasar Semarangan. Banyak makanan enak, yes 😘🍜🍢☕
***
Mas @disgiovery dan @wahidunited yang asik mojok makan berdua. Lapar, mas? 😀 Doc by @kulkasgendong
Roomie, Wan Rossa (Malaysia) yang makan bakso ketagihan. Doc @maurenfitri
Mie Kong, enak. Yummy! Doc @maurenfitri
@pah1tasatiti yang sebelumnya menterjemahkan Mie Kong. Doc @maurenfitri
Jajanan Pasar Semarangan
Kurang lengkap kalau ke pasar tanpa belanja dan jajan apapun, kan? Meskipun sudah mencuci mata, jalan-jalan menikmati aroma pasar, belum afdol kalau tidak duduk santai memilih dan membeli sesuatu. Tergantung apakah itu pasar basah, atau pasar kering.
Biasanya kalau di pasar, banyak tersaji jajanan tradisional. Seperti makanan khas tradisional daerah tersebut. Kue-kue dan makanan berat bikinan mbah maupun ibu-ibu dulu, masih selalu enak di lidah. Demikian pula dengan Pasar Semarangan ini.
Bukan pasar basah, apalagi becek. Asik deh disana. Mata jadi hijau kepengin jajan banyak. Apalah daya, penjualnya kebanyakan nasi yang memang merupakan makanan Indonesia banget.
Heem.. disana, Anda bisa mencicipi kuliner dari empat Negara loh. Yakni Arab, Tionghoa, Belanda dan Indonesia yang diwakili oleh Jawa, khususnya Jawa Tengah.
“Makanan dan minuman paling populer di Pasar Semarangan ini adalah nasi jantung raja yang terbuat dari jantung pisang. Ada nasi tedun yang dimakan oleh petani jaman dulu, juga nasi kebuli. Lalu wedang kawi, es timun dan minuman rempah lainnya. Makanan dari negara lain juga disukai pengunjung,” jelas Mia.
Harga makanannya pun standar. Mulai dari IDR 6K sampai dengan 25K.
Aneka minuman juga tersedia. Seperti es jeruk, teh, es timun, wedang, dan lainnya. Varian harga mulai IDR 6K hingga 10K. Dijamin ngga akan kehausan deh.
Salah satu gazebo yang menjadi perhentian saya dan Mauren setelah berkeliling adalah Mie Kong. Disini ibu Sumitri Leksono yang ramah melayani pembelinya, bersedia menceritakan makanan yang disajikannya.
Ia menjual ayam rica-rica, sayur, dan setumpuk makanan lainnya. Selain itu, bakso yang dijualnya, digemari teman-teman blogger, termasuk Amy dan rommie, Wan Rossa yang berasal dari Malaysia.
Ibu Sumitri pun membuat mie dari Singkong. Tanpa penyedap. Aromanya, sedaaaappp 🍝💗
Tanpa sungkan, ia lancar membagikan resepnya pada kami. Parahita Satiti yang pintar berbahasa Jawa, menyimaknya dan seperti biasa, ia menterjemahkan ke dalam bahasa yang saya mengerti. Ibu berbahasa Indonesia juga, tapi terlalu cepat euy… saya agak bingung 😀
Tanpa penyedap rasa! Doc @maurenfitri
Berikut adalah resep Mie Kong buatan ibu Sumitri:
Singkong diparut atau giling. Pisahkan air. Endapkan air hingga menjadi tapioka.
Peram hingga 3 hari, jemur keduanya (gilingan singkong dan airnya). Setelah kering, jadikan satu, giling kembali.
Adon menjadi mie. Potong-potong diatas daun. Kemudian kukuas setengah matang.
Masak kembali dengan bumbu yang sudah disiapkan (pilihan bumbu terserah si pembuat mie kong).
Beri taburan bawang goreng. Siap disajikan.
Bagaimana? Sudah ngences??! Hahhahahah… saya iya!!
Deuh, LAPAR! 👄
***
Hiasan Negara dan Lampu Bambu
Saya bersama Mauren, berjalan mengitari beberapa tempat di seputaran Pasar Semarangan. Nuansa lampu yang terbuat dari bambu (jadi ingat cepon), terlihat disana. Mulai dari awal pintu masuk sih saya melihatnya. Tampah nasi yang dijadikan hiasan gerbang, juga ada.
Kami mencari makanan kesukaan yang sesuai di perut. Lapar tapi ngga lapar. Ehh tapi rugi kalau ngga mencicipi makanan di PasarSemarangan. Pandangan saya lebih tertuju pada outlet gazebo bambu yang menarik.
Beberapa hiasan lain menunjukkan suasana empat negara. Mulai dari kincir angin, gapura yang ada Tionghoa, dan hiasan-hiasan yang selalu ada di Masjid.
Sepertinya kalau malam, lampu-lampu di Pasar Semarangan akan bertambah ceria ya? Belum lagi alunan musik yang didendangkan oleh penyanyi cilik yang tampil di panggung depan dengan hiasan bambu. Semakin menambah semarak suasana rekreasi keluarga dan pilihan sabtu malam minggunya, ya kan?? Deuuhh… deuuuuuhhh… *jangan sedih! Aahahahhaha
Nah, jadi sudah menentukan akan kemana di pekan nanti?
Sendiri, berpasangan maupun beramai-ramai seperti kami di Famtrip Semarang Hebat 2018, juga seru looohhh… Terpenting adalah perut kenyang, hati riang. Horeeeeeee….. Ayok hunting makanan lagi, Mauren! Kamu kan kehabisan bakso, Ejie kan belum kenyang makan. Mari keliliiiiiinngg.. ❤ (jie)
Pintu masuk Pasar Semarangan. Doc by @maurenfitri
***
Transaksi Digital Mudah, Jajan Puas di Pasar Semarangan Semarang semakin menggeliat. Tempat wisata yang bisa dikunjungi bersama keluarga yang bernuansa alam pun, bertambah. Konsep one stop shopping yang berkonsentrasi di kuliner ini, cukup menggoda untuk disinggahi.
0 notes