#intelijen
Explore tagged Tumblr posts
Text
Kalapas Binjai Hadiri Penguatan oleh Dirpamintel Brigjen Pol Teguh Yuswardhie
Asaberita.com, Medan — Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas) Kelas IIA Binjai, Kanwil Kemenkumham Sumatera Utara, Theo Adrianus, A.Md.I.P., S.H., M.H., didampingi oleh Kepala Keamanan dan Ketertiban (Ka KPLP) Pariaman Saragih, serta Kepala Seksi Administrasi Keamanan dan Ketertiban (Kasi Adm. Kamtib) Serikat Sembiring, menghadiri penguatan yang diberikan oleh Direktur Pengamanan dan Intelijen…
0 notes
Link
Nota Hasil Intelijen (NHI) dalam Kepabeanan dan Cukai
#risiko#intelijen#djbc#analisisintelijen#distribusiNHI#kepabeanan#penindakan#pengawasan#Cukai#NotaHasilIntelijen#pelanggaran
0 notes
Text
Pangdam XII/Tanjungpura: Dorong Transformasi TNI AD Pada Acara Serah Terima Asrendam & Asintel
Pangdam XII/Tanjungpura: Dorong Transformasi TNI AD Pada Acara Serah Terima Asrendam & Asintel KBRN1, KALBAR|| Pangdam XII/Tanjungpura, Mayjen TNI Jamallulael, S.Sos., M.Si., memimpin serangkaian acara penting yang berlangsung di Aula Sudirman, Makodam XII/Tpr, pada hari Jumat, (28/2/25), Acara yang sarat makna ini melibatkan serah terima jabatan Asisten Rendam (Asrendam) dan Asisten Intelijen…
#Asisten Intelijen#Asisten Rendam#Kodam XII/Tpr#Makodam XII/Tpr#Mayjen TNI Jamallulael#Pangdam XII/Tanjungpura#Profesionalisme Perwira#Serah Terima Jabatan#TNI AD#Transformasi Organisasi
0 notes
Text
Mayat di Marunda Anggota BIN ?
JAKARTA – Ditemukan sebuah mayat berjenis laki-laki di perairan Marunda, Cilincing, Jakarta Utara. Penemuan mayat tersebut terjadi pada hari Jumat, 10 Januari 2025. Kabar tentang penemuan mayat di Marunda ini dibenarkan oleh Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi. “Telah ditemukan sesosok mayat berjenis kelamin laki-laki yang mengapung di perairan Pelabuhan Marunda,” kata…
0 notes
Text
STIH Adhyaksa Menggelar Seminar Internasional: Bahas ESG dan Perlindungan Data Untuk Mendukung Visi Indonesia Emas 2045
BELANEGARANEWS.ID, JAKARTA || Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Adhyaksa, bekerja sama dengan PT Pertamina (Persero), sukses menyelenggarakan Seminar Internasional bertajuk “Energi, Sosial, dan Tata Kelola (ESG) untuk Memastikan Transparansi, Akuntabilitas, dan Perlindungan Data dalam Semangat Indonesia Emas 2045. ” Acara ini dihadiri oleh berbagai pakar, akademisi, dan pembuat kebijakan dari…
0 notes
Video
youtube
CANGGIHNYA INTELIJEN, ALAT JADUL MENJADI SENJATA MEMATIKAN
0 notes
Text
Kejari Hentikan Perkara Dugaan Korupsi Lahan RSUD Tigaraksa
TANGERANG – Kejaksaan Negeri (Kejari) Kabupaten Tangerang menghentikan kasus dugaan korupsi pengadaan tanah untuk pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tigaraksa tahun anggaran 2020-2022. Penghentian penyidikan itu menyusul setelah terbit Surat Perintah Penghentian Penyidikan (P-14) Nomor : Print – 2464/M.6.12/Fd.1/08/2024 tanggal 30 Agustus 2024. Sebelumnya Tim Penyidik Kejari Kabupaten…
#Kasi Intelijen Kejari Kabupaten Tangerang Doni Saputra#Kejari Kabupaten Tangerang#korupsi lahan#Korupsi Lahan RSUD Tigaraksa#penghentian kasus RSUD Tigaraksa#PT Panca Wiratama Sakti#Tjia Welly Suciadi
0 notes
Text
Media ‘Israel’: Dokumen Intelijen terkait Serangan Oktober Diragukan Keakuratannya
GAZA (Arrahmah.id) – Media ‘Israel’ menyoroti rincian sebuah dokumen, yang diduga dimiliki oleh intelijen ‘Israel’, memperingatkan kemungkinan serangan perlawanan Palestina untuk menyerbu perbatasan Gaza, namun diabaikan. Media ini juga membahas kemungkinan eskalasi di front utara, dan kondisi berkurangnya jumlah tentara pendudukan, mengingat kebutuhan mendesak untuk merekrut pasukan cadangan…
View On WordPress
0 notes
Text
Perkara Perdata Banyak Terjadi di Kota Tangsel Akibat Duplikasi
Tangerang Selatan – Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) memaparkan permasalahan perdata dan tata usaha negara (PTUN) di wilayah administrasi hasil pemekaran Kabupaten Tangerang tersebut. “Karena kita pemekaran yah. Dokumen-dokumen zaman (Kabupaten Tangerang) sudah tidak ada. Ini kita ingin menyelesaikan dari permasalahannya,” ujar Kabag Hukum Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang Selatan Ita…

View On WordPress
#Duplikasi#Kabag Hukum Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang Selatan Ita Kurniasih#Kepala Seksi Intelijen Kejaksaan Negeri Tangerang Selatan Hasbullah#Kota Tangsel#Pemkot Tangsel#Perkara Perdata
0 notes
Text
Dalam Waktu Dekat,Penyidik Kejari Kab. Madiun Akan Panggil Pejabat RTH Terkait Kasus Dugaan Korupsi Rp 2 M,
MADIUN,detikindo24.com – Dalam waktu dekat, Penyidik Kejaksaan Negeri Kabupaten Madiun akan memanggil sejumlah pihak terkait kasus dugaan korupsi pembangunan 5 ruang terbuka hijau senilai 2 miliar rupiah yang dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup pada tahun 2019. Untuk diketahui, terhadap proyek RTH Dinas Lingkungan Hidup Kab Madiun senilai 2 milyar tahun 2019 dan pada masing -masing sebesar Rp…

View On WordPress
0 notes
Text
وَلَنْ تَرْضٰى عَنْكَ الْيَهُوْدُ وَلَا النَّصٰرٰى حَتّٰى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka.
RAND Corp adalah Pusat Penelitian dan Kajian Strategis tentang Islam di Timur Tengah atas biaya Smith Richardson Foundation, berpusat di Santa Monica-California dan Arington-Virginia, Amerika Serikat (AS). Sebelumnya ia perusahaan bidang kedirgantaraan dan persenjataan Douglas Aircraft Company di Santa Monica-California, namun entah kenapa beralih menjadi think tank (dapur pemikiran) dimana dana operasional berasal dari proyek-proyek penelitian pesanan militer.
Garis besar dokumen Rand berisi kebijakan AS dan sekutu di Dunia Islam. Inti hajatannya adalah mempeta-kekuatan (MAPPING), sekaligus memecah-belah dan merencanakan konflik internal di kalangan umat Islam melalui berbagai (kemasan) pola, program bantuan, termasuk berkedok capacity building dan lainnya.
Sedang dokumen lain senada, terbit Desember tahun 2004 dibuat oleh Dewan Intelijen Nasional Amerika Serikat (National Inteligent Council) atau NIC bertajuk Mapping The Global Future. Tugas NIC ialah meramal masa depan dunia.
Tajuk NIC di atas pernah dimuat USA Today, 13 Februari 2005 — juga dikutip oleh Kompas edisi 16 Februari 2005.
Inti laporan NIC tentang perkiraan situasi tahun 2020-an. Rinciannya ialah sebagai berikut: (1) Dovod World: Kebangkitan ekonomi Asia, dengan China dan India bakal menjadi pemain penting ekonomi dan politik dunia; (2) Pax Americana: Dunia tetap dipimpin dan dikontrol oleh AS; (3) A New Chaliphate: Bangkitnya kembali Khilafah Islamiyah, yakni Pemerintahan Global Islam yang bakal mampu melawan dan menjadi tantangan nilai-nilai Barat; dan (4) Cycle of Fear: Muncul lingkaran ketakutan (phobia). Yaitu ancaman terorisme dihadapi dengan cara kekerasan dan akan terjadi kekacauan di dunia — kekerasan akan dibalas kekerasan.
Jujur harus diakui, ke-empat perkiraan NIC kini riil mendekati kebenaran terutama jika publik mengikuti “opini global” bentukan media mainstream yang dikuasai oleh Barat.
Isi dokumen NIC di atas menyertakan pandangan 15 Badan Intelijen dari kelompok Negara Barat. Tahun 2008 dokumen ini direvisi kembali tentang perkiraan atas peran AS pada tata politik global. Judulnya tetap Mapping The Global Future, cuma diubah sedikit terutama hegemoni AS era 2015-an diramalkan bakal turun meski kendali politik masih dalam cengkeraman.
Tahun 2007, Rand menerbitkan lagi dokumen Building Moderate Muslim Networks, yang juga didanai oleh Smith Foundation. Dokumen terakhir ini memuat langkah-langkah membangun Jaringan Muslim Moderat pro-Barat di seluruh dunia. Baik Rand maupun Smith Foundation, keduanya adalah lembaga berafiliasi Zionisme Internasional dimana para personelnya merupakan bagian dari Freemasonry-Illuminati, sekte Yahudi berkitab Talmud.
Gerakan tersebut memakai sebutan “Komunitas Internasional” mengganti istilah Zionisme Internasional. Maksudnya selain menyamar, atau untuk mengaburkan, juga dalam rangka memanipulasi kelompok negara non Barat dan non Muslim lain. Pada gilirannya, kedua dokumen tadi diadopsi oleh Pentagon dan Departemen Luar Negeri sebagai basis kebijakan Pemerintah AS di berbagai belahan dunia.
Berikut ialah inti resume dari Agenda dan Strategi Pecah Belah yang termuat pada kedua dokumen tersebut, antara lain:
Pertama, Komunitas Internasional menilai bahwa Dunia Islam berada dalam frustasi dan kemarahan, akibat periode keterbelakangan yang lama dan ketidak-berdayaan komparatif serta kegagalan mencari solusi dalam menghadapi kebudayaan global kontemporer;
Kedua, Komunitas Internasional menilai bahwa upaya umat Islam untuk kembali kepada kemurnian ajaran adalah suatu ancaman bagi peradaban dunia modern dan bisa mengantarkan kepada Clash of Civilization (Benturan Peradaban);
Ketiga, Komunitas Internasional menginginkan Dunia Islam yang ramah terhadap demokrasi dan modernitas serta mematuhi aturan-aturan internasional untuk menciptakan perdamaian global;
Keempat, Komunitas Internasional perlu melakukan pemetaan kekuatan dan pemilahan kelompok Islam untuk mengetahui siapa kawan dan lawan, serta pengaturan strategi dengan pengolahan sumber daya yang ada di Dunia Islam;
Kelima, Komunitas Internasional mesti mempertimbangkan dengan sangat hati-hati terhadap elemen, kecenderungan, dan kekuatan-kekuatan mana di tubuh Islam yang ingin diperkuat; apa sasaran dan nilai-nilai persekutuan potensial yang berbeda; siapa akan dijadikan anak didik; konsekuensi logis seperti apa yang akan terlihat ketika memperluas agenda masing-masing; dan termasuk resiko mengancam, atau mencemari kelompok, atau orang-orang yang sedang dibantu oleh AS dan sekutunya;
Keenam, Komunitas Internasional membagi Umat Islam ke dalam Empat Kelompok, yaitu:
(1) Fundamentalis: kelompok masyarakat Islam yang menolak nilai-nilai demokrasi dan kebudayaan Barat Kontemporer, serta menginginkan formalisasi penerapan Syariat Islam;
(2) Tradisionalis: kelompok masyarakat Islam Konservatif yang mencurigai modernitas, inovasi dan perubahan. Mereka berpegang kepada substansi ajaran Islam tanpa peduli kepada formalisasinya;
(3) Modernis: kelompok masyarakat Islam Modern yang ingin reformasi Islam agar sesuai dengan tuntutan zaman, sehingga bisa menjadi bagian dari modernitas;
(4) Sekularis: kelompok masyarakat Islam Sekuler yang ingin menjadikan Islam sebagai urusan privasi dan dipisah sama sekali dari urusan negara.
Ketujuh, Komunitas Internasional menetapkan strategi terhadap tiap-tiap kelompok, sebagai berikut:
1) Mengkonfrontir dan menentang kaum fundamentalis dengan tata cara sebagai berikut: (a) menentang tafsir mereka atas Islam dan menunjukkan ketidak-akuratannya; (b) mengungkap keterkaitan mereka dengan kelompok-kelompok dan aktivitas-aktivitas illegal; (c) mengumumkan konsekuensi dari tindak kekerasan yang mereka lakukan; (d) menunjukkan ketidak-mampuan mereka untuk memerintah; (e) memperlihatkan ketidak-berdayaan mereka mendapatkan perkembangan positif atas negara mereka dan komunitas mereka; (f) mengamanatkan pesan-pesan tersebut kepada kaum muda, masyarakat tradisionalis yang alim, kepada minoritas kaum muslimin di Barat, dan kepada wanita; (g) mencegah menunjukkan rasa hormat dan pujian akan perbuatan kekerasan kaum fundamentalis, ekstrimis dan teroris; (h) kucilkan mereka sebagai pengganggu dan pengecut, bukan sebagai pahlawan; (i) mendorong para wartawan untuk memeriksa isu-isu korupsi, kemunafikan, dan tak bermoralnya lingkaran kaum fundamentalis dan kaum teroris; (j) mendorong perpecahan antara kaum fundamentalis.
2) Beberapa aksi Barat memojokkan kaum fundamentalis adalah dengan menyimpangankan tafsir Al-Qur’an, contoh: mengharaman poligami pada satu sisi, namun menghalalkan perkawinan sejenis di sisi lain; mengulang-ulang tayangan aksi-aksi umat Islam yang mengandung kekerasan di televisi, sedang kegiatan konstruktif tidak ditayangkan; kemudian “mengeroyok” dan menyerang argumen narasumber dari kaum fundamentalis dengan format dialog 3 lawan 1 dan lainnya; lalu mempidana para aktivis Islam dengan tuduhan teroris atau pelaku kekerasan dan lain-lain.
3) Mendorong kaum tradisionalis untuk melawan fundamentalis, dengan cara: (a) dalam Islam tradisional ortodoks banyak elemen demokrasi yang bisa digunakan counter menghadapi Islam fundamentalis yang represif lagi otoriter; (b) menerbitkan kritik-kritik kaum tradisionalis atas kekerasan dan ekstrimisme yang dilakukan kaum fundamentalis; (c) memperlebar perbedaan antara kaum tradisionalis dan fundamentalis; (d) mencegah aliansi kaum tradisionalis dan fundamentalis; (e) mendorong kerja sama agar kaum tradisionalis lebih dekat dengan kaum modernis; (f) jika memungkinkan, kaum tradisionalis dididik untuk mempersiapkan diri agar mampu berdebat dengan kaum fundamentalis, karena kaum fundamentalis secara retorika sering lebih superior, sementara kaum tradisionalis melakukan praktek politik “Islam pinggiran” yang kabur; (g) di wilayah seperti di Asia Tengah, perlu dididik dan dilatih tentang Islam ortodoks agar mampu mempertahankan pandangan mereka; (h) melakukan diskriminasi antara sektor-sektor tradisionalisme berbeda; (i) memperuncing khilafiyah yaitu perbedaan antar madzhab dalam Islam, seperti Sunni – Syiah, Hanafi – Hambali, Wahabi – Sufi, dll; (j) mendorong kaum tradisionalis agar tertarik pada modernisme, inovasi dan perubahan; (k) mendorong mereka untuk membuat isu opini-opini agama dan mempopulerkan hal itu untuk memperlemah otoritas penguasa yang terinspirasi oleh paham fundamentalis; (l) Mendorong popularitas dan penerimaan atas sufisme;
4) Mendukung sepenuhnya kaum modernis, dengan jalan: (a) menerbitkan dan mengedarkan karya-karya mereka dengan biaya yang disubsidi; (b) mendorong mereka untuk menulis bagi audiens massa dan bagi kaum muda; (c) memperkenalkan pandangan-pandangan mereka dalam kurikulum pendidikan Islam; (d) memberikan mereka suatu platform publik; (e) menyediakan bagi mereka opini dan penilaian pada pertanyaan-pertanyaan yang fundamental dari interpretasi agama bagi audiensi massa dalam persaingan mereka dengan kaum fundamentalis dan tradisionalis, yang memiliki Web Sites, dengan menerbitkan dan menyebarkan pandangan-pandangan mereka dari rumah-rumah, sekolahan, lembaga-lembaga dan sarana lainnya; (f) memposisikan sekularisme dan modernisme sebagai sebuah pilihan “counter culture” kaum muda Islam yang tidak puas; (g) memfasilitasi dan mendorong kesadaran akan sejarah pra-Islam dan non-Islam dan budayanya, di media dan di kurikulum dari negara-negara yang relevan; (h) membantu dalam membangun organisasi-organisasi sipil independen, untuk mempromosikan kebudayaan sipil (civic culture) dan memberikan ruang bagi rakyat biasa untuk mendidik diri sendiri mengenai proses politik dan mengutarakan pandangan-pandangan mereka.
Beberapa bukti tindakan program ini misalnya mengubah kurikulum pendidikan di pesantren-pesantren dengan biaya dari Barat, kemudian menghembuskan dogma “Time is Money – dengan pengeluaran sekecil-kecilnya menghasilkan pendapatan sebesar-besarnya”.
5) Tempo doeloe, pernah dalam mata pelajaran PMP dtampilkan gambar rumah ibadah masing-masing agama dengan tulisan dibawahnya: “semua agama sama”.
Mendirikan berbagai LSM yang bergerak dibidang kajian filsafat Islam, menyebar artikel dan tulisan produk LSM yang dibiayai Amerika. Intinya menyimpulkan bahwa semua agama adalah hasil karya manusia dan merupakan peradaban manusia. Tujuannya tak lain guna menggoyah keyakinan beragama, termasuk mendanai beberapa web site di dunia maya dan lainnya.
6) Mendukung secara selektif kaum sekularis, dengan cara: (a) mendorong pengakuan fundamentalisme sebagai musuh bersama; (b) mematahkan aliansi dengan kekuatan-kekuatan anti Amerika berdasarkan hal-hal seperti nasionalisme dan ideologi kiri; (c) mendorong ide bahwa dalam Islam, agama dan negara dapat dipisahkan dan hal ini tidak membahayakan keimanan tetapi malah akan memperkuat.
7) Untuk menjalankan Building Moderate Muslim Networks, AS dan sekutu menyediakan dana bagi individu dan lembaga-lembaga seperti LSM, pusat kajian di beberapa universitas Islam maupun universitas umum lain, serta membangun jaringan antar komponen untuk memenuhi tujuan-tujuan AS. Contoh keberhasilan membangun jaringan ini ketika mensponsori Kongres Kebebasan Budaya (Conggress of Cultural Freedom), dimana pertemuan ini berhasil membangun komitmen antar elemen membentuk jaringan anti komunis.
Hal serupa juga dilakukan dalam rangka membangun jaringan anti Islam. Kemudian membangun kredibilitas semu aktivis-aktivis liberal pro-Barat, demi tercapai tujuan utama memusuhi Islam secara total. Bahkan apabila perlu, sikap tidak setuju atas kebijakan AS sesekali diperlihatkan para aktivisnya seolah-olah independen, padahal hanya tampil pura-pura saja.
AS dan sekutu sadar, bahwa ia tengah terlibat dalam suatu peperangan total baik fisik (dengan senjata) maupun ide. Ia ingin memenangkan perang dengan cara: “ketika ideologi kaum ekstrimis tercemar di mata penduduk tempat asal ideologi itu dan di mata pendukung pasifnya”.
Ini jelas tujuan dalam rangka menjauhkan Islam dari umatnya. Muaranya adalah membuat orang Islam supaya tak berperilaku lazimnya seorang muslim.
Pembangunan jaringan muslim moderat ini dilakukan melalui tiga level, yaitu: (a) menyokong jaringan-jaringan yang telah ada; (b) identifikasi jaringan dan gencar mempromosi kemunculan serta pertumbuhannya; (c) memberikan kontribusi untuk membangun situasi dan kondisi bagi berkembangnya sikap toleran dan faham pluralisme.
Sebagai pelaksana proyek, Departemen Luar Negeri AS dan USAID telah memiliki mandat dan menunjuk kontraktor pelaksana penyalurkan dana dan berhubungan dengan berbagai LSM, dan para individu di negeri-negeri muslim yaitu National Endowment for Democracy (NED), The International Republican Institute (IRI) The National Democratic Institute (NDI), The Asia Foundation (TAF), dan The Center for Study of Islam and Democracy (CSID).
Pada fase pertama, membentuk jaringan muslim moderat difokuskan pada organisasi bawah tanah, dan kemudian setelah melalui penilaian AS selaku donatur, ia bisa ditingkatkan menjadi jaringan terbuka.
Adapun kelompok-kelompok yang dijadikan sasaran perekrutan dan anak didik adalah : (a) akademisi dan intelektual muslim liberal dan sekuler; (b) cendikiawan muda muslim yang moderat; (c) kalangan aktivis komunitas; (d) koalisi dan kelompok perempuan yang mengkampanye kesetaraan gender; (e) penulis dan jurnalis moderat.
Para pejabat Kedutaan Amerika di negeri-negeri muslim harus memastikan bahwa kelompok ini terlibat, dan sesering mungkin melakukan kunjungan ke Paman Sam. Adapun prioritas pembangunan jaringan untuk muslim moderat ini diletakkan pada sektor: (a) Pendidikan Demokrasi. Yaitu dengan mencari pembenaran nash dan sumber-sumber Islam terhadap demokrasi dan segala sistemnya; (b) dukungan oleh media massa melakukan liberalisasi pemikiran, kesetaraan gender dan lainnya — yang merupakan “medan tempur” dalam perang pemikiran melawan Islam; (c) Advokasi Kebijakan. Hal ini untuk mencegah agenda politik kelompok Islam.
AS dan sekutu sadar bahwa ide-ide radikal berasal dari Timur Tengah dan perlu dilakukan “arus balik” yaitu menyebarkan ide dan pemikiran dari para intelektual moderat dan modernis yang telah berhasil dicuci otak dan setuju westernisasi yang bukan berasal dari Timur Tengah, seperti Indonesia dan lainnya. Tulisan dan pemikiran moderat dari kalangan di luar Timur Tengah harus segera diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, kemudian disebarkan di kawasan Timur Tengah.
Agaknya inilah jawaban, kenapa Indonesia seringkali dijadikan pertemuan para cendikiawan dan intelektual muslim dari berbagai negara yang disponsori AS dan negara Barat lain. Banyak produk baik tulisan maupun film diproduksi “Intelektual Islam Indonesia”, kemudian disebarkan dan diterjemahkan dalam bahasa Arab. Semua bantuan dana dan dukungan politik ini tujuannya guna memecah-belah umat Islam.
Seperti berkembang banyak LSM memproduk materi-materi dakwah atau fatwa namun isinya justru “menjerumuskan” Islam, termasuk munculnya banyak tokoh liberal sebagai opinion maker di tengah masyarakat, merupakan isyarat bahwa konspirasi menghancur Islam itu ada, nyata dan berada (existance). Yang paling memprihatinkan, justru jurus pecah belah dilakukan menggunakan tangan-tangan (internal) kaum muslim itu sendiri di negara tempat mereka lahir, tumbuh dan dibesarkan, sedang mereka “tak menyadari” telah menjadi pengkhianat bagi bangsa, negara dan agamanya!
2 notes
·
View notes
Text
SYAIKH ABU ALI AL-ANBARI (rahimahullah) SEORANG 'ALIM, DA'I, 'ABID DAN MUJAHID
Allah Subhanahu wa Ta'ala memberi karunia kepada Irak sebelum invasi Amerika dengan
sekumpulan muwahhid yang memikul harapan dakwah tauhid dan memerangi kesyirikan serta bid’ah sekalipun di bawah tirani Partai Ba’ats sekuler yang selalu memerangi Islam dan kaum muslimin. Ketika salibis menjejakkan kakinya di bumi Irak, merekalah tembok kokoh yang menghalangi derap salibis. Mereka berhasil menggagalkan strategi salibis dan mengusirnya dengan kehinaan. Mereka tegakkan Daوlah Islam di bumi Rafidain (Irak). Mereka terus teguh dalam jihadnya. Sebagian dari mereka telah menemui Rabbnya dan sebagian lain Allah beri kesempatan untuk menikmati hidup ketika seluruh Dien itu milik Allah, dalam naungan Daوlah Islam yang dipimpin oleh seorang Khalifah keturunan Quraisy yang mengarahkan manusia dengan manhaj kenabian. Diantara para juru dakwah itu yang menapaki manhaj para Nabi dalam
mempelajari dan mengajarkan tauhid,
menjihadi musuh-musuh Allah dengan pedang dan hujjah, bersabar atas ujian yang menimpa mereka di jalan ini, sampai mereka terbunuh syahid di jalan Allah; adalah Syaikh Mujahid Abu Ali Al-Anbari rahimahullah demikian kami kira dan kami tidak menyucikan seorangpun di hadapan Allah.
Ketika thaghut Ba’ats Saddam Husein yang binasa itu bersama partai murtadnya
menguasai Irak layaknya Fir’aun yang kejam, yang tidak saja mengganti hukum Allah dengan undang-undang buatan, namun juga berusaha merubah akidah kaum muslimin dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya dan membuka pintu selebar-lebarnya kepada orang-orang sufi musyrik dan Rafidhah untuk menyebarkan agama rusak mereka, serta menyebarkan sekulersime dan berbagai isme lain, di saat manusia dikangkangi oleh thaghut kejam ini; di salah satu masjid kota Tal ‘Afar yang terletak di barat kota Mosul, Syaikh
Abdurrahman Al-Qoduli (yaitu nama aslinya) berdiri menyeru manusia kepada tauhid. Tiap hari Jum’at, orang banyak selalu berkumpul di masjidnya sampai memenuhi jalan-jalan di sekitarnya. Dan iapun tidak terlepas dari kekejaman taghut dan perangkat intelijennya.
Namun ancaman-ancaman Ba’atis tidak
dipedulikannya. Sekalipun ia adalah satu-satunya tulang punggung keluarga
besarnya, hal itu tidak mencegahnya terus
menggelorakan jihad. Di antara tiang-tiang masjidnya, ia terus menyeru kepada Allah, mengkafirkan Partai Ba’ats dan anggotanya, serta memprovokasi teman-temannya untuk juga mengkafirkan dan memerangi mereka.
Orang-orang Ba’ats murtad tidak mampu
bersabar lebih lama lagi terhadapnya. Segera saja mereka mencekalnya dari berkhutbah, bahkan adzanpun mereka melarangnya. Mereka terus mempersempit ruang geraknya sampai tidak pernah berlalu satu bulan kecuali ia dipanggil oleh intelijen thaghut.
Pada saat itu, rezim Ba’ats Irak semakin
melemah setelah rangkaian perang gagal yang mereka terjuni. Para muwahhid sedang menunggu-nunggu kehancurannya. Mereka sudah mengira jika di saat yang sama salibis Amerika akan datang menginvasi Irak dengan alasan menjatuhkan pemerintahan thaghut. Namun mereka tidak mempunyai kemampuan untuk membentuk gerakan yang kuat yang mampu melengserkan thaghut pada saatnya. Maka solusinya adalah setiap elemen di setiap daerah berkumpul membentuk kelompok-kelompok kecil untuk saling mengenal dan mempelajari Dien pada tempat yang jauh dari pantauan orang-orang Ba’ats. Terbentuklah beberapa kelompok yang tidak saling terikat di Baghdad dan daerah sekitarnya, di Anbar dan pedesaannya, di Diyala, Karkuk, Mosul, dan Tal ‘Afar yang mana Syaikh Abu ‘Ala’ (yaitu kunyah aslinya) adalah pemimpinnya dan sumber fatwa serta keputusannya.
Aktifitas Syaikh Abu ‘Ala tidak terbatas di kota Tal ‘Afar, kota tempat tinggalnya dan tempat mengajarnya pada salah satu ma’had syar’i’ di sana. Aktifitasnya meliputi banyak tempat lain di Irak, khususnya Baghdad sebagai tempatnya mengajar pada salah satu universitasnya, yang mana di situ terjalin hubungannya dengan jama’ah salafiyah Syaikh Fayiz taqobbalahullah dengan para muwahhid kota Mosul yang ketika itu berada di utara Irak, dan dengan para mujahid Kurdistan yaitu Jama’ah Anshar al-Islam yang mengatur satu-satunya medan jihad di daerah tersebut yang menjadi tujuan jihad banyak pemuda Irak dan negeri-negeri lain.
Dakwah Syaikh Abu ‘Ala dan kawan-kawannya di Tal ‘Afar membuahkan hasil baik. Banyak dari elemen-elemen Rafidhah penduduk kota Tal ‘Afar bertaubat di hadapannya. Penduduknya juga banyak yang telah mengkafirkan akidah Ba’ats, dan berlepas diri dari bekerja di dinas ketentaraan dan perangkat keamanan thaghut Saddam. Diantara mereka ada yang Allah tetap teguhkan pada akidahnya dan menjadi sebaik-baik mujahidin sampai Allah wafatkan mereka sebagai syuhada di jalan-Nya, demikianlah kami kira dan kami tidak mensucikan seorangpun di hadapan Allah.
Disamping kegiatan dakwah, Syaikh tidak
melalaikan jihad fie sabilillah. Maka beliau bekerja sama dengan mujahidin di gunung-gunung Kurdistan. Ia juga bekerja sama dengan muwahidin Tal ‘Afar yang dipercayanya membentuk jama’ah jihad untuk melaksanakan operasi militer melawan pemerintahan thaghut Saddam Husein dan partai jahiliyahnya, serta tentara dan pendukung murtadnya. Pelatihan jama’ah jihad tersebut dikomandoi oleh Syaikh Abu Al-Mu’taz Al-Qurasyi taqobbalahullah yang sebelumnya merupakan perwira Ba’ats yang telah bertaubat dan mengkufuri serta berlepas diri dari loyalitas kepada thaghut dan tentara murtadnya. Namun Allah mentakdirkan aktifitas jama’ah jihad ini menghadapi musuh yang lebih besar, yaitu tentara salibis pimpinan Amerika yang menginvasi Irak.
Invasi salibis atas Irak mengakibatkan banyak hal. Hancurnya pemerintahan Ba’ats dan tentara serta seluruh perangkat keamanannya, kekacauan melanda seluruh negeri, senjata tersebar di tangan penduduk, hantaman kuat atas Jama’ah Anshar Al-Islam dengan banyaknya anggotanya yang terbunuh oleh rudal-rudal penjelajah Amerika, masuknya sejumlah besar muhajirin ke bumi Irak memanfaatkan kekacauan tersebut yang diantaranya adalah Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi taqobbalahullah demikian juga Ikhwanul Murtaddin di Irak memanfaatkan kekacauan tersebut untuk menampakkan akidah syirik dan manhaj kufur mereka dengan masuk ke dalam barisan salibis dan Rafidhah.
Tidak beberapa lama setelah Baghdad jatuh ke tangan salibis, di seluruh penjuru Irak telah terbentuk sejumlah besar faksi-faksi perlawanan dengan aliran dan tujuan yang bermacam-macam. Diantara jama’ah-jama’ah tersebut terbentuklah Jama’ah Tauhid wal-Jihad yang beranggotakan sejumlah muhajirin dan anshar di bawah pimpinan Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi, dan Jama’ah
Ansharussunnah yang terbentuk dari sisa-sisa Anshar Al-Islam setelah mereka mundur ke kota-kota Irak ditambah dengan sekelompok muwahid yang tersebar di berbagai penjuru Irak, yang petingginya melindungi petinggi Anshar Al-Islam setelah mereka kehilangan kontrol atas gunung-gunung Kurdistan. Majmu’ah salafi Tal ‘Afar adalah diantara kelompok-kelompok yang bergabung dalam Ansharussunnah, segera setelah mereka memulai aktifitas militernya dengan nama Batalyon Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tidak berselang lama sampai Syaikh Abu Iman (yaitu kunyah Syaikh Al-Anbari yang dipilihnya sendiri setelah invasi Amerika) diangkat menjadi penanggung jawab syar’i tentara Ansharussunnah.
Allah menakdirkan kedua syaikh, yaitu Syaikh Abu Mush’ab dan Syaikh Abu Iman bertemu. Pertemuan itu membuahkan kecintaan di antara mereka berdua, dan masing-masing pihak senang mengetahui kebersihan akidah dan manhajnya. Ketika itu opini umum mujahidin Ansharussunnah adalah berusaha menyatukan kalimat dan bersatu di bawah kepemimpinan Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi dan Tanzhim Al-Qoidah. Maka mereka menekan petinggi jama’ah untuk mewujudkan hal itu. Syaikh Abu Iman sendiri berusaha sungguh-sungguh mengadakan pertemuan langsung petinggi kedua jama’ah. Pertemuan antara Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi dengan amir Ansharussunnah Abu Abdillah Asy-Syafi’i berhasil diadakan, namun Syaikh Abu Abdillah menolak bergabung dengan alasan hendak bermusyawarah terlebih dahulu dengan prajuritnya, sekalipun sebenarnya ia mengetahui bahwa prajuritnyalah yang mendorong Ansharussunnah berbaiat kepada Tanzhim Al-Qoidah. Ketika itu Syaikh Abu Iman segera mengumumkan baiatnya kepada Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi dan bergabung dalam barisan Tanzhim Al-Qoidah fi Bilad Ar-Rafidain bersama dengan mayoritas mujahidin Ansharussunnah. Baiat ini merupakan baiat terbesar dalam sejarah jihad Irak, yang ketika itu terkenal dengan baiat “Al-Fatihin”. Syaikh Abu Mush’ab lalu memilih Syaikh Abu Iman sebagai wakilnya dalam struktur Tanzhim. Namun tidak beberapa lama salibis berhasil menangkapnya dan menjebloskannya dalam penjara Abu Ghuraib. Tetapi selang beberapa bulan beliau kembali bebas setelah mata salibis dibutakan oleh Allah sehingga tidak mengetahui identitasnya dan perannya dalam medan pertempuran yang sedang memanas.
Ketika itu media salibis sedang melancarkan kampanye media sengit untuk merusak nama baik mujahidin Irak, khususnya Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi taqobbalahullah dan teman-temannya. Kampanye ini diikuti oleh petinggi-petinggi faksi-faksi sesat itu dan juga petinggi partai Ikhwanul Murtaddin yaitu Al-Hizbu Al-Islami, khususnya setelah nama Syaikh Az-Zarqawi berdengung memenuhi langit Irak, dan mujahidin Tanzhim Al-Qoidah fi Bilad Ar-Rafidain menjadi batu sandungan kokoh setiap proyek khianat orang-orang sesat yang terang-terangan murtad itu. Namun yang membuat Syaikh Az-Zarqawi bersedih adalah kritikan-kritikan yang bersumber dari Tanzhim Al-Qoidah di Khurasan. Tidak diragukan lagi jika mereka malah percaya dengan isu yang disebarkan oleh media salibis. Namun dengan tersingkapnya topeng penyimpangan mayoritas faksi-faksi perlawanan, mereka tidak punya pilihan kecuali mengkritik buruknya hubungan Syaikh Az-Zarqawi dan kawan-kawannya dengan petinggi Ansharussunnah, dan ketika itu petinggi Ansharussunnah terus berhubungan dengan Athiyatullah Al-Libi melalui jalur Iran. Menghadapi prasangka buruk dan kritikan demi kritikan Tanzhim Al-Qoidah Khurasan, pilihan terbaik yang ada adalah mengutus utusan khusus kepada mereka untuk menjelaskan hakikat permasalahan yang terjadi dan tuduhan-tuduhan petinggi Ansharussunnah atas mujahidin. Dan siapa yang lebih baik daripada Syaikh Abu Iman untuk melaksanakan tugas ini. Beliau dahulu adalah penanggung jawab syar’i Ansharussunnah yang pasti lebih tahu dengan kondisi mereka dan mengerti hal-hal yang mereka sembunyikan. Maka Syaikh menyambut dengan senang hati permintaan amirnya. Beliau lalu pergi ke Khurasan, menerangkan hakikat permasalahan yang terjadi, lalu kembali ke Irak untuk memberitahukan kisah perjalanannya dan hasil yang dicapainya.
Tentara salibis Amerika semakin merajalela di Irak. Proyek orang-orang sesat juga mulai mencengkeram bumi Irak. Semuanya berusaha mencuri buah jihad Irak melalui permainan setan-setan Sururi dan intelijen pemerintahan Arab murtad terkhusus negara-negara Teluk. Maka Syaikh Az-Zarqawi dengan kawan-kawannya segera bergerak mengembangkan proyeknya dengan menyatukan faksi-faksi terbaik dari sisi aqidah dan manhajnya termasuk Tanzhim Al-Qoidah fi Bilad Ar-Rafidain dalam payung Majelis Syuro Mujahidin Irak. Mereka sepakat bahwa kepemimpinan majelis digilir di antara faksi-faksi yang menjadi anggota majelis. Dan dipilihlah Syaikh Abu Iman sebagai amir pertama Majelis Syuro Mujahidin. Beliau sendiri yang menyampaikan statemen pertama majelis dengan nama samaran Abdullah bin Rasyid Al-Baghdadi, yang kemudian menjadi terkenal dikalangan media.
Pada bulan Rabi’ul Awwal 1437 H, Allah
mentakdirkan Syaikh Abu Iman harus pergi dari utara Irak untuk bertemu dengan dua penanggung jawab tanzhim yang lalu mereka bersama-sama pergi untuk bertemu dengan Syaikh Az-Zarqawi di daerah selatan Baghdad. Ketika mereka sedang menginap di suatu rumah dalam perjalanan ke Baghdad, mereka dikejutkan dengan penerjunan pasukan Amerika pada rumah yang mereka tempati. Ketika itu mereka terpaksa tidak membawa senjata karena harus melewati jalur yang banyak terdapat cekpoin. Dengan takdir Allah, salibis berhasil menangkap mereka setelah baku tembak dengan majmu’ah istisyhadi yang tinggal di dekat rumah tersebut. Sehingga tersingkaplah tempat peristirahatan yang ditempati Syaikh Abu Iman dan kawan-kawannya. Peristiwa itu adalah pukulan terberat yang menghantam Tanzhim Al-Qoidah fi Bilad Ar-Rafidain.
Di penjara, Allah kembali membutakan
penglihatan interogator akan hakikat mayoritas peran dua mas’ul (penanggung jawab) tanzhim yang menjadi tawanannya. Ketika salibis mendapati betapa para ikhwah bersungguh-sungguh berusaha menjauhkan Syaikh Abu Iman (ketika itu salibis Amerika menyebutnya Haji Iman) dari segala tuduhan dan membebaskannya dengan segala cara sekalipun para ikhwah harus menanggung tuduhan itu, mereka semakin curiga dengan beliau. Kecurigaan itu semakin bertambah melihat betapa tenang dan bermartabatnya Syaikh. Mereka meningkatkan usaha penyelidikan untuk menyingkap indentitasnya karena mereka yakin beliau adalah orang penting dalam tanzhim. Namun Allah menggagalkan usaha mereka, paling jauh mereka hanya mendapati bahwa beliau adalah anggota tanzhim, dan mereka menyangkanya amir Tal ‘Afar lantaran Syaikh beraktifitas di kotanya hampir terang-terangan karena beliau adalah orang yang dikenal di daerahnya.
Sehingga mendekamlah beliau di penjara selama beberapa tahun. Masa-masa penahanannya dihabiskan dengan
berpindah-pindah dari satu blok ke blok lain dan dari satu penjara Amerika ke penjara-penjara lain di penjuru Irak. Tidak lama berdiam di salah satu blok sampai segera dipindahkan ke blok lain, tidak lama berdiam di satu penjara sampai segera dipindahkan ke penjara lain yang jauh. Karena mereka mengetahui pengaruhnya atas para tahanan. Di setiap tempat yang dimasukinya, para tahanan segera berkumpul di sekelilingnya. Hampir-hampir salibis membunuhnya di penjara ketika salah satu murtadin terbunuh namun tidak diketahui pelaku dan provokatornya. Namun Allah menyelamatkannya dari makar mereka
dengan keutamaan-Nya. Mereka terus
berusaha meletihkannya dengan terus
memindah-mindahkannya di perbagai penjara. Sedang mereka tidak tahu usaha itu justru amat membantunya. Tiap kali pindah ke tempat yang baru, kesempatan untuk berdakwah dan mengajar kembali terbuka di hadapannya. Mayoritas dakwahnya berfokus pada pengajaran tauhid kepada Allah dalam hukum-Nya dan yang membatalkannya berupa syirik keta’atan, istana dan undang-undang.
Tidaklah beliau bertempat di suatu tempat kecuali menyeru penghuninya dengan seruan Yusuf 'Alaihissalam [Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa]. Maka para ikhwah pun berkumpul di sekelilingnya menadah ilmu yang mengalir darinya, dan jadilah beliau amir serta sumber keputusan dalam seluruh perkara mereka. Pada saat itu banyak dari Junud Daulah yang belajar lewat tangan dinginnya, diantaranya adalah dua orang wali yang Allah jadikan keduanya adzab bagi Rafidhah di Baghdad, yaitu Manaf Ar-Rawi dan Hudzaifah Al-Bathawi taqobbalahumullah.
Pada masa penahanannya terjadi
peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah jihad Irak. Yaitu kepindahan Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi taqobbalahullah ke Diyala untuk menyiapkan deklarasi Daوlah Islam Irak. Namun beliau terbunuh di tangan salibis sebelum mendeklarasikannya sendiri. Tongkat kepemimpinan kemudian diterima oleh Syaikh Abu Hamzah Al-Muhajir taqobbalahullah, yang kemudian mengumumkan pembubaran Tanzhim Al-Qoidah fi Bilad Ar-Rafidain dan berbaiat kepada Syaikh Abu Umar Al-Baghdadi taqobbalahullah amir pertama Daوlah Islam
Irak. Juga peristiwa murtad kolektif faksi-faksi perlawanan yang berpartisipasi dalam proyek shahawat Amerika. Bumi menjadi sempit bagi muwahidin. Mujahidin banyak yang terbunuh, sampai Syaikh Abu Umar Al-Baghdadi dan Abu Hamzah Al-Muhajir taqobbalahumullah pun terbunuh. Kemudian bendera diambil oleh Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi rahimahullah dan dimulailah tahapan baru dalam sejarah Daوlah Islam Irak.
Syaikh Abu Ali Al-Anbari bebas dari penjara pada permulaan tahapan penting ini yang ditandai dengan masuknya mujahidin Daوlah Islam Irak ke Syam setelah gelombang demonstrasi yang melanda banyak dari negeri-negeri kaum muslimin (revolusi Arab spring). Daوlah Islam Irak berekspansi ke Syam, berubah menjadi Daوlah Islam Irak dan Syam. Beliau rahimahullah berpartisipasi dalam banyak peristiwa penting sampai kematiannya, setelah matanya disejukkan dengan tegaknya Dien dan kembalinya Khilafah. Dan ini yang akan kita bicarakan pada
biografi indah beliau rahimahullah berikutnya.
Diantara tanda-tanda penjagaan Allah atas jihad Irak adalah Ia menjaga banyak dari pemimpin-pemimpinnya setelah hampir dibinasakan oleh salibis dan antek-anteknya. Ia titipkan mereka dalam penjara dan tahanan thaghut agar merasakan kebengisannya, lalu Ia selamatkan mereka dengan kehendak-Nya, sehingga dengan takdir-Nya Ia jadikan mereka para penegak agama dan penjunjung panji jihad.
Setelah mengecap kebebasan, mereka segera kembali menerjuni medan jihad. Dengan perantara mereka Allah hidupkan front-front jihad. Mereka tularkan pengalaman selama bertahun-tahun menghadapi berbagai macam musyrik dan murtad. Lewat mereka Allah mengangkat semangat para mujahidin dan meneguhkan mereka.
Diantara orang yang Daوlah Islamiyyah
diberi anugerah besar dengan kebebasan
mereka itu adalah Syaikh Abu Ali al-Anbari.
Setelah menjalani masa penahanan selama enam tahun, beliau keluar dari kurungannya. Ternyata situasi yang didapatinya berbeda jauh daripada sebelum masa penahanannya. Salibis telah hengkang dari Irak dengan berdarah-darah dan terlilit ekonominya, meninggalkan budaknya musyrik Rafidhah menguasai Irak. Mujahidin mundur ke gurun-gurun dan daerah terpencil setelah mengecap masa-masa emas kemuliaan, yang pada masa itu mereka deklarasikan Daوlah dan membaiat seorang imam. Sedangkan faksi-faksi perlawanan sudah tidak ada wujudnya lagi setelah mayoritasnya jatuh dalam kubangan lumpur shahawat. Mereka rontokkan sendiri amalnya dengan palu murtad yang nyata. Rezim thaghut di beberapa negara berjatuhan satu demi satu. Tahapan baru perjuangan menuju berkuasanya islam telah dimulai, dibuka dengan keikut sertaan mujahidin Daوlah Islam dalam memerangi thaghut Syam Basyar Asad.
Beliau keluar dari penjaranya. Kehadirannya telah ditunggu ikhwan-ikhwan yang dahulu bersamanya di Majelis Syuro Mujahidin untuk kembali menempati posisinya di barisan Daوlah Islamiyyah yang deklarasinya telah didengarnya sewaktu masih berada di penjara. Beliau memimpin prajurit Daوlah Islamiyyah, mengajari, dan menjadi rujukan mereka tiap kali dipindahkan di suatu penjara. Maka tidak lama setelah kebebasannya beliau segera memperbarui baiat kepada Amirul Mukminin Syaikh Abu Bakar al-Baghdadi rahimahullah dan menjadi salah satu prajuritnya. Tidak peduli dengan masa lalunya yang mempunyai kedudukan tinggi dimata murid-murid dan sahabatnya, juga sekalipun ia mempunyai segudang ilmu dan pengalaman. Beliau relakan dirinya diatur oleh ikhwan-ikhwan yang dahulu dipimpinnya baik ketika sebelum ditahan atau ketika di penjara. Namun mereka bukanlah orang yang tidak mengetahui kedudukan orang atau pura-pura tidak tahu, apalagi jika ia adalah seorang ulama mujahid. Mereka memberinya posisi yang sesuai dengan kedudukannya dan sangat bersungguh-sungguh menampung ilmu dan pengalamannya.
Tugas pertama yang dibebankan kepadanya adalah membangun hubungan dengan jamaah-jamaah jihad di luar Irak khususnya cabang-cabang Tanzhim al-Qaidah. Bertujuan membangun kembali hubungan yang sempat terputus selama beberapa tahun lantaran factor keamanan, juga karena ketika itu para pengurus Tanzhim menjelek-jelekkan Daوlah. Para ikhwah mengira hal itu lantaran ketidak tahuan akan kondisi sebenarnya karena masifnya pencitraan buruk media atas Daوlah Islamiyyah. Maka Syaikh Abu Ali mengirim beberapa surat untuk menerangkan beberapa perkara yang dikiranya sulit dipahami oleh petinggi Tanzhim. Beliau menganggap dirinya sedang berdiskusi dengan suatu kaum yang sama manhajnya dengan Syaikh az-Zarqawi taqobbalahullah yang telah dikenalnya dan rela dengan manhajnya lalu membaiatnya berdasarkan atas manhaj itu. Surat-surat itu adalah awal mula rehabilitasi hubungan antara Daوlah Islamiyyah dengan Tanzhim al-Qaidah beserta seluruh cabangnya.
Di tengah-tengah usaha itu, prajurit Daوlah Islamiyyah di Syam telah mempunyai kekuatan dan menyebar di berbagai penjuru Syam. Sekalipun kabar-kabar kemenangan dan futuhat Syam terus mengalir, namun laporan-laporan yang sampai di Irak menunjukkan sebaliknya. Khususnya yang berhubungan dengan melencengnya para penanggung jawab amal di sana dari manhaj Daوlah Islamiyyah. Ternyata mereka dari awal sudah berusaha mendapatkan dukungan kelompok-kelompok musyrik dan murtad. Disamping administrasi yang buruk dan ditambah dengan kuatnya fanatisme keluarga dan daerah dalam barisan internal. Semua itu menyebabkan amal yang telah dibangun terancam runtuh atau dicuri lewat konspirasi sekelompok pengkhianat.
Maka Amirul Mukminin memutuskan mengutus perwakilannya untuk mengetahui duduk permasalahannya dan memeriksa keabsahan laporan tersebut. Beliau memilih Syaikh Abu Ali al-Anbari untuk mengemban tugas tersebut dengan alasan telah mengenal al-Jaulani pada beberapa kesempatan ketika di penjara. Ketika itu si konspirator ini menunjukkan pengormatannya kepada beliau baik ketika di penjara atau setelah bebas. Sampai-sampai ia menyebut Syaikh dalam
beberapa suratnya sebagai “bapakku yang mulia”. Beliau juga berhusnuzhan kepadanya, mengira bahwa kesaksian-kesaksian yang melawannya itu layaknya perselisihan yang terjadi antara prajurit dan komandannya, atau antara para komandan itu sendiri.
Syaikh Abu Ali al-Anbari segera menyeberang ke Syam. Perjalanannya itu ternyata adalah anugerah besar dari Allah kepada Daوlah Islamiyyah. Sesampainya beliau di Syam, beliau segera berkeliling ke berbagai daerah sampai menghabiskan waktu beberapa minggu. Beliau melihat dengan mata kepala sendiri seberapa buruknya administrasi yang berjalan. Beliau juga mengidentifikasi penyimpangan yang melanda pimpinan dan anggotanya, yang terjadi lantaran para penanggung jawabnya tidak mentarbiyah dan membekali anggotanya dengan ilmu syar’i yang cukup. Namun beliau rahimahullah menganggap bahwa kekeliruan itu masih bisa diperbaiki asal berusaha berusaha sekeras mungkin. Kemudian datanglah kesempatan emas bagi Syaikh untuk menyingkap tirai yang menutupi ketika beliau memutuskan tinggal di kediaman yang sama dengan al-Jaulani agar bisa membersamainya selama beberapa waktu sehingga bisa mengamati lebih dekat karakter dan sikapnya. Maka selama sebulan atau kurang Allah singkapkan untuknya banyak perkara, yang menyebabkannya segera mengirim surat peringatan kepada Amirul Mukminin untuk segera bertindak sebelum lepas kontrol. Beliau mengirim surat yang menyingkapkan hakikat al-Jaulani si pengkhianat. Beliau ceritakan apa yang dilihatnya. Beliau gambarkan dengan teliti karakternya. Diantara yang beliau tulis tentang al-Jaulani adalah: “Seorang konspirator, bermuka dua, mencintai dirinya sendiri dan tidak peduli dengan agama prajuritnya. Ia siap mengorbankan darah mereka agar media menyebut-nyebutnya. Jika media menyebut-nyebutnya kegembiraannya meluap-luap seperti anak kecil…”
Surat inilah faktor utama kedatangan Amirul Mukminin ke Syam. Baginya Syaikh Abu Ali bukanlah pendusta, dan ia tidak mempunyai motivasi menjatuhkan lawan. Maka beliau segera menyeberangi perbatasan sekalipun amat berbahaya. Di Syam beliau telah ditunggu Syaikh Abu Ali yang segera meminta izin untuk kembali ke Irak karena telah menunaikan tugasnya, lagipula ia juga tidak menyukai buruknya kondisi di Syam. Namun permintaannya ditolak oleh Amirul Mukminin yang memintanya menemaninya dan menjadi tangan kanannya untuk memperbaiki kekeliruan al-Jaulani dan kawan-kawannya.
Usaha al-Jaulani dan kawan-kawannya untuk mempersempit gerakan Amirul Mukminin dengan alasan berusaha menjaga keselamatannya itu tidak berhasil. Beberapa pertemuan terbatas dengan para penanggung jawab dan sedikit berkeliling kepada para prajurit, cukup bagi Amirul Mukminin untuk mengetahui persoalannya. Beliau yakin bahwa para penanggung jawab amal sudah membuat kerusakan. Mereka hanya mementingkan dirinya sendiri, yang berdampak negative kepada para prajurit. Maka beliau segera memanggil al-Jaulani dan kawan-kawannya untuk meminta pertanggung jawaban dan mendengarkan alasan mereka ketika kesalahannya terbukti. Pertemuan ini menjadi pertemuan masyhur yang di situ al-Jaulani mementaskan sandiwara tangisnya dan al-Harari ngotot memperbarui baiatnya kepada Amirul Mukminin yang diikuti oleh kawan-kawannya satu demi satu. Mereka berharap mengulur waktu untuk menyempurnakan konspirasinya memecah barisan dan mengambil semua personel dan dana yang diamanahkan kepada mereka.
Dengan keutamaan Allah, Amirul Mukminin dan majelis syuronya tidak termakan tipuan murahan mereka. Mereka sepakat untuk memakzulkan al-Jaulani dan kawan-kawannya lalu mengangkat pemimpin baru Jabhah Nusrah, nama mujahidin Daوlah Islamiyyah di Syam ketika itu. Namun sempitnya waktu membuat pilihan itu tidak bisa dilaksanakan karena mereka mengetahui jika para pengkhianat itu mempercepat strateginya untuk membatalkan baiat dan mendeklarasikan
keluar dari imam mereka. Karena seminggu setelah pertemuan dengan Amirul Mukminin, terdengar kabar bahwa al-Jaulani memanggil kawan-kawan dekatnya dan memberitahu mereka tentang rencananya memisahkan diri dari Daوlah Islam Irak lewat konspirasi dengan petinggi Tanzhim al-Qo’idah di Khurasan. Maka pilihan terbaiknya ketika itu adalah membubarkan Jabhah Nusrah dan mendeklarasikan bahwa Jabhah Nusrah adalah bagian dari Daوlah Islamiyyah. Pilihan ini didukung penuh oleh Syaikh Abu Ali al-Anbari, dan pilihan inilah yang kemudian dirilis dalam kalimat Amirul Mukminin yang berisi penghapusan nama Daوlah Islam Irak dan Jabhah Nusrah menjadi ad-Daوlatul Islamiyyah fi al-Iraq wa as-Syam.
Konspirasi para pengkhianat itu gagal total. Mereka terpaksa memutuskan rangkaian konspirasi yang dijalinnya atas Daوlah Islamiyyah dengan dukungan amir al-Qo’idah Aiman azh-Zhawahiri. Maka mereka segera mengumumkan baiatnya kepada Zhawahiri untuk membingungkan anggotanya sehingga tidak mampu mengambil keputusan jelas. Dengan ini para pengkhianat itu mendapatkan kesempatan baru untuk mengambil langkah lain.
Allah menakdirkan Syaikh Abu Ali al-Anbari disukai dan dihormati banyak kalangan dari para thalibul ilmi, prajurit, dan amir dari berbagai penjuru Syam ketika beliau berkeliling ke berbagai daerah menunaikan amanat Amirul Mukminin. Hal itu kemudian menjadi salah satu factor pendukung keteguhan Junud Daوlah Islamiyyah ketika diterpa badai fitnah. Hanya dengan beberapa kunjungan ke beberapa tempat untuk menjelaskan duduk permasalahannya dan sebab diambilnya keputusan pembubaran Jabhah Nushrah, beliau bisa membuat mayoritas prajurit di daerah-daerah itu tetap memegang baiatnya kepada Amirul Mukminin. Sehingga para pengkhianat itu terpaksa kehilangan sebagian besar sumber dayanya karena tidak tersisa kecuali sedikit orang yang tertipu dan tukang catut dan sebagian kecil anggota wilayah timur yang terikat dengan si dajjal al-Harari. Konspirasi mereka gagal total. Tidak tersisa kecuali membesarkan persoalan tahkim ala Zhawahiri yang mereka kolaborasikan dengannya dan dengan Abu Khalid as-Sūri.
Kemurkaan mereka kepada Syaikh Abu Ali al-Anbari yang dengannya Allah menggagalkan sebagian besar proyek itu membuat mereka sampai merancang usaha pembunuhan terhadapnya dan beberapa amir lain. Sebagai bagian dari strategi lebih besar yang bertujuan menguasai garis perbatasan untuk memutuskan hubungan antara Junud Daوlah yang berada di Irak dan Syam. Namun mereka membatalkannya lantaran takut dengan pembalasan Junud Daوlah Islamiyyah yang mereka ketahui nama-namanya. Mereka yakin
detasemen-detasemen keamanan Daوlah Islamiyah yang tersebar di Syam mampu menghabisi mereka jika rencana tersebut dilaksanakan.
Syaikh Abu Ali al-Anbari kembali melakukan aktivitasnya tanpa kenal lelah, sebagai penanggung jawab Hai’ah Syar’iyyah dan anggota Komite Umum Pengawas seluruh amal di Syam. Masa-masa itu adalah masa yang paling berat baginya karena besarnya tanggung jawab yang dipikulkan di atas pundaknya. Usahanya dicurahkan untuk memberikan taklim, berdakwah, dan melakukan riset-riset syar’i. Ditambah persoalan administrasi daerah yang dikuasai, dan mengatasi permasalahan yang terjadi dengan faksi-faksi dan organisasi-organisasi perlawanan setempat. Diluar tanggung jawab pengawasannya atas hakim dan mahkamah-mahkamah islam yang mulai dibentuk di daerah-daerah yang berhasil dikontrol, yang mana tugasnya adalah menjaga keberlangsungan aktivitas peradilannya sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
Pada masa itu, salah satu sifat beliau yang paling nampak adalah beliau tidak pernah putus asa mendakwahi faksi-faksi perlawanan untuk beriltizam kepada tauhid dan Sunnah. Beliau menemui komandannya dan memperingatkan mereka akan bahayanya berhubungan dengan negara-negara thaghut dan intelijennya, beliau memberi tahu mereka bahwa intelijen thaghut itu hendak menyeret mereka menjadi murtad melalui dukungan yang diberikannya. Memanfaatkan bantuan itu untuk mengontrol jihad di Syam dan
memanfaatkannya untuk memerangi Daوlah Islamiyyah melalui perekrutan proyek-proyek shahawat yang mirip dengan di Irak. Dan itulah yang terjadi beberapa bulan kemudian, ketika faksi-faksi itu menyerang Daوlah Islamiyyah. Kisah pengkhianatan mereka di daerah-daerah di Aleppo, Idlib, as-Sahil, dan wilayah timur Syam bukan rahasia lagi.
Setelah kegagalan proyek shahawat di Syam
– dengan keutamaan Allah – dan keberhasilan Daوlah Islamiyyah mengontrol wilayah yang cukup luas, lembaga-lembaga negara yang berfungsi menopang penegakan hukum Allah mulai bekerja secara aktif. Syaikh Abu Ali al-Anbari bekerja secara aktif mensukseskan proyek pendirian kantor-kantor kenegaraan seperti Dewan Peradilan, Hisbah, Dakwah dan Zakat, disamping juga Kantor Riset dan Penelitian, setelah Hai'ah Syar’iyyah dibubarkan dan tanggung jawabnya dibagi-bagikan kepada dewan-dewan tersebut. Setelah Allah menaklukkan Mosul dan daerah-daerah lain di Irak melalui tangan hamba-hambanya para muwahhid, dan penggabungan Irak dan Syam dengan penghilangan batas-batas negara, beliau rahimahullah memohon dibebastugaskan dari tanggung jawab yang selama ini diembannya untuk kembali ke tempat dimulainya dakwah dan jihadnya, yaitu kota Tal ‘Afar. Permohonannya dikabulkan. Beliau tinggal di sana selama beberapa waktu
menjadi prajurit Daوlah Khilafah. Beliau ikut serta dalam berbagai pertempuran melawan atheis Kurdi, Peshmerga murtad, dan Yazidi musyrik di Gunung Sinjar dan daerah sekitarnya. Allah meneguhkan para mujahidin lewat tangan beliau di berbagai pertempuran.
Perjalanan hidupnya ditutup ketika menjadi bendahara baitul mal ketika beliau kembali dipanggil untuk mengaturnya. Beliau tinggal di kota Mosul selama mengemban tanggung jawabnya itu. Beliau mengawasi sendiri banyak dari tahapan proyek penggantian mata uang kertas thaghut yang tidak ada nilainya dengan mata uang logam yang bernilai intrinsic sebagaimana seharusnya. Allah menyejukkan matanya dengan melihat pedagang di Daوlah Islamiyyah saling tukar menukar dinar emas dan dirham perak.
Ketika itu para salibis terus mengawasi
pergerakan Syaikh melalui jaringan mata-mata dan pesawatnya. Beberapa kali mereka mengumumkan berhasil membunuhnya. Sedangkan beliau terus melanjutkan dakwah dan jihadnya, melaksanakan tanggung jawabnya tanpa takut sedikitpun dengan ancaman mereka. Beliau menemui para pedagang, berkumpul dengan para penanggung jawab administrasi Daوlah Islamiyyah dan berpindah-pindah tempat mengajarkan Dien kepada masyarakat sebagai khatib dan guru. Sampai kemudian Allah menakdirkan beliau terbunuh di tangan salibis dengan meledakkan sabuk peledaknya ketika terkepung salibis yang diterjunkan untuk menangkapnya dalam perjalanannya menyeberang ke Irak. Beliau menolak menyerah tidak membiarkan salibis menangkapnya. Syaikh Abdurrahman bin Musthafa al-Hasyimi al-Qurasyi terbunuh
ketika umurnya mencapai 60 tahun.
Mayoritasnya dihabiskan di mimbar-mimbar masjid, halaqah ilmu, berada di barisan mujahidin dan di balik jeruji penjara salibis.
Syaikh Abu Ali al-Anbari terbunuh sebagai syahid di tangan orang-orang musyrik, menyusul kedua anaknya ‘Alā dan Imaduddin yang terbunuh dalam jihad, dan menyusul kawan-kawannya yang telah syahid seperti Abu Mush’ab az-Zarqawi, Abu Hamzah al-Muhajir, Abu Abdurrahman al-Bilawi, Abu al-Mu’taz al-Qurasyi dan Abu al-Harits al-Anshari, demikianlah kami kira dan kami tidak menyucikan seorangpun di hadapan Allah.
Seorang alim, ‘abid, da’i, dan mujahid terbunuh meninggalkan warisan ilmu dan dakwah kepada tauhid dan menjauhi syirik dengan segala macam bentuknya khususnya syirik taat, yang beliau sempat menulis sebuah buku tentang itu dan menyampaikan puluhan khutbah, kuliah umum dan pelajaran dengan tema itu.
Semoga Allah menerima Syaikh mujahid kita, membalasnya dengan pahala sebaik-baiknya, dan mengumpulkan kita dengannya di surga firdaus yang tertinggi bersama para nabi, syuhada, dan orang-orang jujur, dan merekalah sebaik-baik kawan.
#Sumber : Rumiyah2
Barokallohu fiikum
3 notes
·
View notes
Text
🇵🇸 🇮🇱 Conflict Update
🚨War Update‼️Doa Kembali Guys bagi Mujahidin Palestina 🇵🇸
🔻 Dalam operasi gabungan.. Brigade Al-Quds dan Brigade Al-Aqsa - Brigade Al-Amoudi mengebom konsentrasi musuh di sekitar Sekolah Tinggi Sains dan Teknologi di Khan Yunis dengan rentetan mortir kaliber berat.
⭕️ Brigade Al-Quds: mujahidin kita berhasil menembak seorang tentara Zionis di garis depan penyerangan di pusat kota Khan Yunis.
🇵🇸 Pada saat-saat ini, bentrokan sengit terjadi di poros serangan Khan Yunis dan kamp Bureij dan Maghazi, di mana rudal yang diarahkan ke kendaraan lapis baja dan individu juga ditembakkan, dan sejumlah perangkat diledakkan pada kendaraan dan tank musuh.
🇮🇱 Pengeboman dengan serampangan menargetkan rumah warga di kamp Al-Maghazi, dekat sekolah persiapan putri, yang menampung sejumlah besar pengungsi.
🇮🇱 Pesawat penjajah melancarkan serangan di kota Deir al-Balah di Jalur Gaza tengah.
🇵🇸 Brigade Mujahidin:
Kami bentrok dengan kendaraan dan tentara musuh Zionis di area Menara Intelijen di utara Kota Gaza, dan melakukan serangan langsung ke barisan pasukan yang maju.
🇵🇸 Sumber Lapangan - Gaza:
Pasukan pendudukan terjebak dalam serangan perlawanan Tenggara Khan Yunis..🔥🔥🔥
Ya Allah, kuatkanlah kaki saudara-saudara Mujahidin kami di Gaza
Stay Tuned For More Updates 🚀🚀🚀
#ZionistTerror #GenocideSupporters #ZionistCensorship #ZionistLobbyAttack #FreePalestine #ConflictUpdate #WeStandWithPalestine #JulidFiSabilillah #JulidFiiSabilillah #EndIsraelsGenocide

قوتنا في وحدتنا
( Kekuatan kita ada pada kesatuan kita)
الله اكبر

2 notes
·
View notes
Text
Keseimbangan Dua Sisi
Manusia setidaknya memiliki dua dimensi utama, yaitu ruh/jiwa dan jasad. Selain dituntut untuk menjadi saleh secara ruhani/jiwa, sebagai muslim kita juga harus berusaha mencapai kondisi jasad terbaik. Begitu juga dalam ibadah, dimana selain kewajiban untuk menjalankan ibadah personal, kita juga dituntut untuk melaksanakan ibadah sosial dengan baik. Artinya, seorang muslim ideal harus memiliki sifat kesalehan baik personal maupun keshalihan sosial.
Keseimbangan antara fisik dan ruhani; kesalehan personal dan sosial ini merupakan modal ideal bagi seorang pemuda untuk bisa menghasilkan karya penuh kebermanfaatan. Sosok yang mampu menyeimbangkan keduanya dalam level terbaik sudah pernah diperlihatkan sejak generasi terbaik umat ini, bahkan di sekitar kita hari ini.
Untuk memberikan gambaran mengenai hal ini ada sebuah adagium yang masyhur, berasal dari kesan seorang intelijen yang dikirim petinggi Romawi untuk memata-matai pejuang muslim ketika perang Yarmuk hendak bergejolak. Sebuah perang yang pada akhirnya berhasil meruntuhkan kejayaan Romawi yang terkenal tak tersentuh itu.
"Mereka (pasukan muslim) itu…” sang intel mulai menyampaikan hasil pengamatannya, “seperti rahib di malam hari dan pejuang di siang hari.”
Kalimat yang menggambarkan bagaimana gagah dan kuatnya pasukan muslim, baik secara fisik maupun ruhani. Kalimat yang seolah-olah ingin menyatakan bahwa sekuat apapun kalian (pasukan Romawi) berusaha, kalian tidak akan mungkin mampu mengalahkannya. Kalimat yang menjadikan para petinggi Romawi mulai berpikir untuk mengadakan perdamaian dan membatalkan peperangan, padahal pasukannya lebih banyak dan memiliki peralatan yang lebih canggih, kalimat yang menjadi gambaran utuh generasi yang didambakan hadir kembali di masa kini.
Itulah gambaran generasi muda yang diharapkan hadir di tengah gejolak umat hari ini. Sekelompok pemuda yang memiliki sifat “seperti Rahib di malam hari (saking khusyuknya beribadah seolah tidak mempedulikan dunia) dan pejuang di siang hari (memiliki daya juang dan daya kontribusi tinggi, serta kekuatan prima).”
5 notes
·
View notes
Text
Daftar Tunjangan Kinerja Pegawai BIN Berdasarkan Perpres 203
JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto menetapkan nilai tunjangan kinerja pegawai di lingkungan BIN (Badan Intelijen Negara) melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 203 Tahun 2024. Dalam putusannya, Prabowo Kepala Badan Intelijen Negara akan mendapatkan tunjangan 150% dari tunjangan kinerja di lingkungan BIN. Hal ini termaktub di dalam Pasal 5 Perpres tersebut. “Kepala Badan Intelijen Negara yang…
0 notes
Text
Satgas SIRI Kejaksaan Agung Berhasil Mengamankan Buronan (DPO) Atas Nama Terpidana ZULFIKAR
RELASIPUBLIK.OR.ID, JAKARTA IIBertempat di Pasar Sungai Manau, Tim Intelijen Kejaksaan Agung (Satgas SIRI) dibantu Tim Intelijen Kejaksaan Negeri Merangin berhasil mengamankan Terpidana yang masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) asal Kejaksaan Negeri Negeri Sorolangun Senin 6 Mei 2024, sekitar pukul 08.01 WIB,” Berdasarkan surat permohonan dari Kejaksaan Tinggi Jambi.Identitas Terpidana yang…

View On WordPress
#Kejaksaan Tinggi Jambi#Puslabfor Bareskrim Polri#Satgas SIRI Kejaksaan Agung#Tim Intelijen Kejaksaan Negeri Merangin
0 notes