#hematologi rutin
Explore tagged Tumblr posts
Text
Tabung EDTA untuk Pemeriksaan: Pentingnya Penggunaan Tabung Sample Darah dalam Pemeriksaan Hematologi
Tabung EDTA untuk Pemeriksaan - Pada dunia medis, pemeriksaan hematologi adalah bagian penting dari diagnosa dan pemantauan kesehatan pasien.
Tabung EDTA (Etilenediaminetetraasetat) adalah salah satu perangkat yang sangat penting dalam pengambilan dan pengawetan sampel darah untuk pemeriksaan hematologi.
Artikel ini akan membahas dengan mendalam tentang tabung EDTA, berbagai aspeknya, dan peran pentingnya dalam proses pemeriksaan hematologi.
Spesifikasi Tabung EDTA
Tabung EDTA hadir dalam berbagai ukuran dan bahan, yang memenuhi kebutuhan beragam dalam dunia medis.
Berikut adalah spesifikasi tabung EDTA yang perlu Anda ketahui:
UKURAN
Tabung ini memiliki kapasitas sebesar 3ml/3cc, yang sesuai dengan berbagai jenis pemeriksaan hematologi.
Bahan
Tabung EDTA terbuat dari plastik dan kaca, yang memastikan keamanan sampel darah dan menghindari kontaminasi.
Kemasan
Setiap kotak berisi 100 tabung EDTA, menjadikannya pilihan yang ekonomis untuk fasilitas kesehatan.
Berat dan Dimensi
Setiap kotak tabung EDTA memiliki berat sekitar 800 gram, dengan dimensi packing sekitar P: 20cm, L: 18cm, dan T: 15cm.
Harga
Harga per kotak tabung EDTA adalah sekitar Rp110.000, membuatnya terjangkau bagi banyak fasilitas kesehatan.
Fungsi Tabung EDTA
Tabung EDTA memiliki peran utama dalam pengambilan dan pengawetan sampel darah yang digunakan dalam pemeriksaan hematologi.
Fungsi utamanya termasuk:
Tabung Sample Darah: Digunakan sebagai wadah untuk pengambilan sampel darah dari needle Multi Sample/Syringe, memastikan sampel darah terjaga dengan baik.
Antikoagulan: Tabung ini mengandung antikoagulan yang mencegah penggumpalan darah saat darah dimasukkan ke dalamnya, menjaga integritas sampel darah.
Pemeriksaan Hematologi: Tabung EDTA banyak digunakan dalam pemeriksaan hematologi, seperti hitung sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.
Perlindungan Sel Darah: Sifat vakum pada tabung EDTA memberikan perlindungan komprehensif terhadap sel darah, menghentikan proses koagulasi dan menjaga bentuk serta volume sel darah dalam kondisi terbaik dalam jangka waktu yang lama.
Penggunaan Tabung EDTA dalam Praktek Medis
Dalam praktek medis, penggunaan tabung EDTA sangat umum, terutama dalam pengambilan sampel darah.
Tabung ini membantu dokter, perawat, dan teknisi laboratorium dalam mendapatkan sampel darah yang berkualitas tinggi dan terawetkan dengan baik untuk pemeriksaan hematologi.
Sebagai contoh, dalam pemeriksaan hematologi rutin, sejumlah kecil darah diambil dari pasien dan disuntikkan langsung ke dalam tabung EDTA.
Antikoagulan dalam tabung ini mencegah darah dari penggumpalan, sehingga hasil pemeriksaan tetap akurat.
Keunggulan Tabung EDTA dalam Pemeriksaan Hematologi
Tabung EDTA memiliki sejumlah keunggulan yang menjadikannya pilihan utama dalam pemeriksaan hematologi.
Beberapa keunggulannya meliputi:
Kemudahan Penggunaan: Tabung EDTA mudah digunakan, dan proses pengambilan sampel darah lebih cepat dan praktis.
Antikoagulan Efektif: Antikoagulan dalam tabung EDTA sangat efektif dalam mencegah penggumpalan darah, sehingga sampel darah tetap utuh dan bisa diandalkan.
Perlindungan Sel Darah: Perlindungan komprehensif yang diberikan oleh tabung EDTA menjaga sel darah tetap utuh dan terlindungi selama proses pemeriksaan.
Penggunaan Tabung EDTA dalam Berbagai Jenis Pemeriksaan Hematologi
Tabung EDTA digunakan dalam berbagai jenis pemeriksaan hematologi.
Beberapa contoh pemeriksaan yang melibatkan tabung EDTA antara lain:
Hitung Sel Darah Merah (RBC): Pemeriksaan ini mengukur jumlah sel darah merah dalam sampel darah dan dapat mendeteksi berbagai kondisi medis, seperti anemia.
Hitung Sel Darah Putih (WBC): Pemeriksaan ini mengukur jumlah sel darah putih dalam sampel darah dan dapat membantu dalam mendeteksi infeksi dan gangguan kekebalan tubuh.
Hitung Trombosit: Pemeriksaan ini mengukur jumlah trombosit dalam darah, yang berperan dalam pembekuan darah.
Pemeriksaan Hemoglobin: Pemeriksaan ini mengukur kadar hemoglobin dalam darah dan berguna dalam mendiagnosis anemia.
FAQ Mengenai Tabung EDTA
FAQ 1: Mengapa Tabung EDTA digunakan dalam pemeriksaan hematologi? Tabung EDTA digunakan karena mengandung antikoagulan yang mencegah penggumpalan darah, menjaga integritas sampel darah selama pemeriksaan hematologi.
FAQ 2: Apakah tabung EDTA hanya digunakan untuk pemeriksaan hematologi? Tabung EDTA umumnya digunakan dalam pemeriksaan hematologi, tetapi juga dapat digunakan dalam beberapa jenis pemeriksaan kimia darah.
FAQ 3: Apakah saya dapat menggunakan tabung EDTA di rumah? Tabung EDTA biasanya digunakan oleh profesional medis, dan tidak dianjurkan untuk digunakan di rumah kecuali oleh individu yang memiliki pelatihan medis yang sesuai.
FAQ 4: Apakah tabung EDTA memiliki tanggal kedaluwarsa? Iya, tabung EDTA memiliki tanggal kedaluwarsa, dan sangat penting untuk memeriksanya sebelum digunakan dalam pengambilan sampel darah.
FAQ 5: Dapatkah tabung EDTA digunakan untuk sampel darah lain selain darah vena? Tabung EDTA biasanya digunakan untuk sampel darah vena, tetapi tidak cocok untuk sampel darah arteri.
Kesimpulan
Tabung EDTA memainkan peran yang sangat penting dalam pengambilan dan pengawetan sampel darah untuk pemeriksaan hematologi.
Spesifikasinya, fungsi, dan keunggulan dalam menjaga integritas sampel darah menjadikannya pilihan utama dalam dunia medis.
Dengan pemahaman yang lebih mendalam mengenai tabung EDTA, praktisi medis dapat meningkatkan kualitas dan akurasi pemeriksaan hematologi yang mereka lakukan.
Sebagai alat yang efektif dan andal dalam praktik medis, tabung EDTA terus memainkan peran penting dalam diagnosis penyakit dan pemantauan kesehatan pasien.
Untuk informasi lebih lanjut atau untuk tabung edta 3 ml, jangan ragu untuk menghubungi kami melalui https://wa.me/6282311150090 atau dengan mengklik tombol "Tabung Edta 3 ML" Untuk Pemesanan.
#harga tabung darah edta#harga tabung edta 3 ml#harga tabung edta 5 ml#harga tabung edta ungu#tabung edta harga#tabung darah edta#tabung edta untuk pemeriksaan#tabung k3 edta#tabung non edta#tabung ungu edta
0 notes
Text
Pusat yang Jual Probe Cleanser 50ml dari Prima Medikatama DI TANGERANG
Pusat yang Jual Probe Cleanser 50ml KLIK https://wa.me/6282311150090, Reagen Golongan Darah, Reagen Widal, Reagen Pemeriksaan Golongan Darah, Tabung EDTA 3 ML, Alat Kesehatan Habis Pakai.
Untuk Pemesanan Klik " Probe Cleanser 50ml "
Probe Cleanser Mindray 50mL adalah produk berkualitas tinggi yang dirancang khusus untuk perawatan harian/mingguan pada sistem saluran cairan & ruang hitung (chamber) pada alat Hematology Analyzer. Berikut adalah spesifikasi dan informasi penting mengenai produk ini:
Spesifikasi:
Kandungan Sodium Hypochlorite: 5.0%
Berat Setelah Dikemas:
100 Gram
Dimensi Kemasan:
Panjang: 4 cm
Lebar: 4 cm
Tinggi: 9 cm
Target Penjualan:
50 Botol per Bulan
Harga:
210.000 per Botol
Fungsi:
Probe Cleanser Mindray 50mL berfungsi sebagai cairan pembersih yang sangat penting untuk merawat sistem saluran cairan dan ruang hitung (chamber) pada alat Hematology Analyzer. Produk ini mengandung 5.0% sodium hypochlorite, yang efektif dalam membersihkan dan menjaga kebersihan komponen-komponen penting dalam alat tersebut. Dengan pemakaian rutin, Anda dapat memastikan bahwa alat Anda tetap berfungsi dengan baik dan memberikan hasil yang akurat.
Dengan berat yang ringan dan dimensi kemasan yang kompak, Probe Cleanser Mindray 50mL mudah disimpan dan digunakan. Dengan target penjualan sebanyak 50 botol per bulan, produk ini dapat menjadi solusi yang handal untuk kebutuhan perawatan alat laboratorium Anda.
0 notes
Text
Talasemia Merupakan Penyakit Keturunan, Hindari dengan Lakukan Deteksi Dini & PGT-M
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/79b04a4e04bf86d547f3061e1e90408b/77647363ff4a6a1f-81/s540x810/97af73bc8969baadef1ee9901ed4dcb69b82e1d7.jpg)
BALIPORTALNEWS.COM, DENPASAR - Talasemia merupakan penyakit keturunan (kelainan genetik) karena kelainan sel darah merah yang mudah pecah akibat kekurangan protein pembentuk haemoglobin. Kelainan ini menyebabkan penderita kekurangan darah sehingga pada kondisi yang berat harus dilakukan transfusi darah. Kelainan ini dapat dicegah melalui deteksi dini. Talasemia diturunkan melalui perkawinan antara pasangan yang pembawa sifat (carrier). Pasangan pembawa sifat talasemia kelihatan sehat (tidak bergejala), karena kelainan ini hanya dapat diketahui melalui pemeriksaan darah dan analisis hemoglobin. “Penyakit Talasemia Mayor belum bisa disembuhkan dan harus transfusi darah seumur hidup, tetapi dapat dicegah dengan menghindari pernikahan sesama pembawa sifat Talasemia. Oleh sebab itu, deteksi dini sangat penting untuk mengetahui status seseorang apakah dia pembawa sifat atau tidak; karena pembawa sifat Talasemia sama sekali tidak bergejala dan dapat beraktivitas normal. Idealnya, dilakukan deteksi dini sebelum memiliki keturunan, melalui riwayat keluarga penderita talasemia dan melakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya pembawa sifat talasemia sedini mungkin. Dengan deteksi dini maka pernikahan antar sesama pembawa sifat dapat dihindari,” jelas Dr. dr. Arie A. Polim, D.MAS, MSc, Sp.OG(K)-FER , Direktur Medis PT. Morula Indonesia. Untuk mengetahui seorang penderita talasemia maka dilakukan pemeriksaan riwayat penyakit keluarga, adanya keluhan pucat dan lemas karena anemia, gangguan pertumbuhan, gangguan kecerdasan, gangguan nutrisi, adanya riwayat transfusi darah berulang, dan kelainan pada pemeriksaan hematologi. “Prevalensi talasemia di Indonesia sekitar 3 hingga 8 persen. Rumah Sakit Pemerintah Pusat mencatat setidaknya ada 20 kasus setiap tahunnya. Jika kedua orang tua merupakan pembawa gen talasemia minor, maka kemungkinan bayinya akan menjadi pembawa sifat (carrier) sebesar 50%, kemungkinan sehat sempurna 25% dan kemungkinan menderita talasemia mayor sebesar 25%,” ujar Dr. dr. Arie A. Polim, D.MAS, MSc, Sp.OG(K)-FER. Berdasarkan data dari Yayasan Talasemia Indonesia, terjadi peningkatan kasus talasemia yang terus menerus. Sejak tahun 2012 sebanyak 4.896 kasus hingga bulan Juni Tahun 2021 data penyandang talasemia di Indonesia sebanyak 10.973 kasus, dan Propinsi Jawa Barat merupakan daerah dengan penderita terbanyak. Dari sisi pembiayaan, menurut data BPJS Kesehatan 2020 beban pembiayaan kesehatan sejak tahun 2014 sampai tahun 2020 terus meningkat. Talasemia menempati posisi ke-5 di antara penyakit tidak menular setelah penyakit jantung, gagal ginjal, kanker dan stroke yaitu 2,78 triliun tahun 2020. Secara klinis ada tiga jenis talasemia, yakni talasemia mayor, talasemia intermedia, dan talasemia minor/trait/pembawa sifat. Pasien talasemia mayor memerlukan transfusi darah secara rutin seumur hidup (2-4 minggu sekali). Berdasarkan hasil penelitian Eijkman tahun 2012, diperkirakan angka kelahiran bayi dengan talasemia mayor sekitar 20% atau 2.500 anak dari jumlah penduduk ± 240 juta. Pasien talasemia intermedia membutuhkan transfusi darah, tetapi tidak rutin. Sementara pasien talasemia minor/trait/pembawa sifat secara klinis sehat, hidup seperti orang normal secara fisik dan mental, tidak bergejala dan tidak memerlukan transfusi darah. Sejalan dengan meningkatnya insiden talasemia di Indonesia, maka semakin banyak pasien yang bergantung pada transfusi darah sebagai pengobatan seumur hidup. Apabila sudah terjadi pernikahan sesama pembawa sifat, maka salah satu upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah melakukan penapisan kromosom pembawa penyakit melalui proses bayi tabung (IVF) yang dilanjutkan dengan pemeriksaan kromosom melalui teknologi PGT-M (Pre-Implantation Genetic Test for Monogenic disorder). Teknologi ini dapat mendeteksi mutase single-gene (monogenic) yang dapat mengakibatkan munculnya penyakit genetik bawaan seperti Thalassemia, Spinal Muscular Atropy dan Cystic Fibrosis. Teknologi PGT-M juga dapat membantu pasangan mendapatkan keturunan dengan tingkat risiko rendah untuk terkena Thalassemia, Spinal Muscular Atropy, Cystic Fibrosis dan penyakit genetik lain. “Dengan teknologi ini, kami dapat memberikan secercah harapan kepada pasien bahwa mereka dapat memiliki bayi yang sehat. Demikian juga, pasangan dengan talasemia minor dapat dipastikan memiliki anak-anak yang terbebas dari talasemia dan hidup sehat,” tutup Dr. dr. Arie A. Polim, D.MAS, MSc, Sp.OG(K)-FER.(bpn) Read the full article
0 notes
Text
Membaca hasil lab oleh babygani
!!! ingat, bukan untuk menggantikan penjelasan dokter !!! hanya untuk menambah wawasan
Hematologi Rutin (CBC) Deskripsi: Hematologi rutin atau complete blood count (CBC) merupakan penilaian dasar terhadap komponen sel darah, yaitu dengan menentukan jumlah, variasi, prosentase, konsentrasi, dan kualitas dari seluruh komponen sel darah. Pemeriksaan ini dapat memberikan informasi mengenai kondisi hematologik dan sistem tubuh yang lain sebagai diagnosis, prognosis, respon terapi, dan masa pemulihan. Hematologi rutin terdiri dari pemeriksaan hemoglobin, leukosit, trombosit, eritrosit, hematokrit, dan nilai-nilai MC.
Manfaat Pemeriksaan: Evaluasi anemia, leukemia, reaksi inflamasi dan infeksi, penanda peripheral blood cellular, tingkat hidrasi dan dehidrasi, polisitemia, penyakit hemolitik pada bayi baru lahir; penentuan terapi kemoterapi. [url=https://ibb.co/fx1BBv][img]https://preview.ibb.co/dX9bda/1.jpg[/img][/url] [url=https://ibb.co/jvfSjF][img]https://preview.ibb.co/bKRdrv/2.jpg[/img][/url]
Pemeriksaan Hepatitis HBsAg adalah suatu antigen virus yang menjadi penanda virus, sehingga hasil yang reaktif/positif menunjukan adanya infeksi hepatitis. Jika bertahan hingga lebih dari 6 bulan kemungkinan telah menjadi infeksi kronis.
Anti HCV non reaktif menunjukan tidak adanya antibodi terhadap virus hepatitis C. Yang berarti Anda tidak sedang terkena virus hepatitis C. HBeAg adalah penanda virus yang menunjukan aktifnya virus didalam tubuh. Jika hasilnya reaktif/positif maka kemungkinan ada virus yang aktif bereplikasi/memperbanyak diri didalam sel hati. Hal ini menyebabkan meningkatnya resiko penularan dan berlanjutnya proses kerusakan hati oleh virus.
HBV DNA adalah pengukuran DNA virus. Menunjukan adanya replikasi virus, sehingga biasanya hasilnya terkait atau sesuai dengan hasil pemeriksaan HBeAg. Angka yang tinggi, yaitu bila kadar HBV DNA > 10^5.
SGOT dan SGPT adalah pemeriksaan kimia darah yang menunjukan fungsi hati. Nilai yang meningkat menunjukan aktifitas nekroinflamasi/kerusakan hati yang aktif. Sehingga meskipun dari hasil pemeriksaan antigen dan antibodi menunjukan bahwa Anda dalam keadaan infeksi hepatitis B yang aktif (HBsAg positif, HBeAg positif, dan HBV DNA> 10^5), tetapi jika SGOT dan SGPT masih dalam batas normal. Hal ini berarti virus hepatitis B dalam tubuh aktif bereplikasi tetapi belum menyebabkan kerusakan hati, sehingga terapi agresif dengan obat antivirus biasanya belum dianjurkan. Kecuali apabila dari hasil pemeriksaan histologi/biopsi jaringan hati menunjukan hasil lain dan didapatkan proses kerusakan hati. Maka dalam hal ini terapi antivirus langsung diberikan. Pada kondisi terapi antivirus tidak diberikan, maka pemantauan rutin perlu dilakukan untuk memantau perubahan kondisi yang mungkin terjadi.
Pemeriksaan lab virus Dengue IgG Dengue pasien akan menunjukkan hasil positif bila pasien pernah terinfeksi virus dengue bisa sekarang, bisa beberapa tahun lalu. IgM dan IgG akan positif setelah fase demam lewat, kira-kira hari ke 5-7, memeriksakan IgM dan IgG dengue saat pasien masih demam adalah “buang-buang uang”. Pada fase demam akut, pilihan pemeriksaan laboratorium pada pasien suspek infeksi virus dengue adalah pemeriksaan darah lengkap dan NS1. Pemeriksaan darah lengkap diharapkan dapat ditemukan leukopenia dan atau trombositopenia. Kondisi leukopenia (leukosit 2000 mL/24 jam maka pasien tersebut disebut poliuria. Poliuria bisa jadi merupakan gejala pasien diabetes mellitus atau diabetes insipidu.
Pemeriksaan urine Bila jumlah urin berkisar antara 300-750 mL/24 jam maka pasien disebut oliguria. Pada kondisi oligouria, waspadai kemungkinan dehidrasi yang dapat berujung pada syok. Bila jumlah urin 0,5; jika kadar protein urin > 3%, maka akan terjadi bekuan. Adanya protein didalam urin disebut proteinuria. Makin banyak plusnya makin parah penyakitnya. Pemeriksaan radioimmunoassay untuk memeriksa mikroalbuminuria, yaitu ekskresi protein di urin 30-150 µg/menit, tidak dapat dideteksi dengan tes carik celup (dipstick) , Mikroalbuminuria merupakan indikator nefropati diabetik tahap awal.
Masih banyak lagi, diupdate sedikit sedikit
0 notes
Text
sakit pertama adek
Bulan pertama adek, udah Allah kasih ujian sakit. Adek hebat banget, kita sama-sama udah melaluinya dan kedepannya harus terus merawat diri kita supaya tetap sehat. Semoga Allah mampukan aamiinn💖 Waktu adek sakit, rasanya sedih banget, jadi salah satunya direlease lewat tulisan. Sekarang udah dirapiin😬
Kamis, 24 November 2022
Sejak malam Kamis ini, ade tidak nyenyak tidurnya. Bukan karena perutnya kembung, tapi hidungnya seperti ada lendir, dan ade belum bisa mengeluarkannya. Akhirnya ade tidur sambil dipeluk.
Jumat, 25 November 2022
Hari ini, memutuskan ke dokter untuk periksa ade karena kemarin gejala sakit ade tidak kunjung membaik, malah sebaliknya. Harap-harap cemas karena kondisi seperti ini untuk bayi baru lahir bukanlah kondisi yang tidak berbahaya.
Aku dan suami berpikir kita mungkin bisa pergi pagi-pulang siang. Tapi ternyata, ini adalah hari yang panjang untuk kami (dan adek). Setelah selesai diperiksa dokter anak, adek didiagnosa ada infeksi di paru. Langsung ambil sampel dari feses untuk di cek lab, nebulisasi, ronsen, sampai cek hematologi lengkap. Hasilnya? Sesuai, ada infeksi di paru-paru. Adek perlu dirawat inap di Rumah Sakit, di ruangan khusus bayi. Sedih rasanya. Hari itu kami pulang tidak bersama adek🥺
Sedih luar biasa, karena ternyata gejalanya sudah muncul lama, tapi aku tidak tau. Sampai muncul gejala batuk di hari Kamis baru merasa was-was. Bahkan suhu tubuh adek di hari Jumat juga sudah diatas normal. Alhamdulillah masih dikasih sadar dan diingatkan juga sama suami, jadi aku memilih untuk menerima keadaannya dan kita berusaha untuk menghadapi ini bersama dibanding menyalahkan diri sendiri (ada sih dikitt teteepp). Porsi manusia hanya berikhtiar, sementara adek perlu dirawat, aku ikhtiar nya hanya bisa pumping asi dari rumah.
Sebagai ibu dbf, aku cuma punya stok ASIP 30ml karena sempat mastitis😥 Sedih karena puting lecet dan di-pumping rasanya perih, hasilnya juga ga seberapa. Tapi bayi aku lagi berjuang di RS, dan aku harus berjuang juga. Jadilah aku belajar tentang manajemen ASIP. Alhamdulillah makin kesini makin bertambah produksi asi nya🥰
Mulai hari Sabtu rutin jenguk adek ke RS, kasih ASIP, dan ambil sesi dbf (cuma boleh 1 kali sehari antara jam 9 pagi atau 12 siang). Sesi dbf yang bener-bener dinanti untuk lihat adek. Seneng karena ketemu adek dan bisa menyusui langsung. Sedih karena kadang kondisi adek lagi yang batuk dan pilek, jadi cuma mau nyusu sedikit.
Rabu, 30 November 2022
Pagi ini aku ambil sesi dbf jam 9, tapi karena datang agak telat ternyata adek udah minum ASIP, jadi gamau nyusu. Terus minta deh buat ganti sesi ke siang jam 12, alhamdulillah boleh. Pulang dulu dan balik lagi ke RS untuk sesi dbf. Selesai itu, pulang lagi dan capek banget jadi pumping sambil duduk merem. Bangun-bangun ditelepon sama RS dan dikasih tau adek boleh pulang. SENENG BANGET!!! Akhirnya setelah 5 hari bolak-balik RS~
Adek belum 100% sembuh batpil nya. Jadi lanjut perawatan dirumah. Ada loh ya ternyata takutnya, takut adek sakit lagi. Tapi ya anak kamu masa dititip sama perawat?! Jadi inget ada yang pernah bilang: anakmu, amanahmu. Sebisa mama papa, bismillah��
Kejadian berhikmah di awal kelahiran adek yaa dek. Harus jaga kesehatan diri dan lingkungan, inget bayi newborn itu masih rentan imunitasnya. Jangan sampai tertular dari lingkungannya huhu. Tapi ketika sakit, percaya juga itu dari Allah jadi ikhlas aja dulu. Inget juga porsi manusia adalah ikhtiar dan do'a, Allah tau mana yang terbaik untuk hambanya. Allah Maha Kuasa.
1 note
·
View note
Video
tumblr
Proses pengambilan darah di laboratorium sebuah rumah sakit swasta di kota Bandung. Rumah sakitnya sedang doa pagi, jadi ada backsoundnya. :) Ini adalah satu proses yang sedang rutin ku jalankan. Saat ini, pemeriksaan darah ku lakukan hampir seminggu sekali dengan tes yang berbeda, dengan tahapan yang berbeda. Kadang harus diambil sebanyak 10ml seperti itu, atau kadang hanya 3ml saja. Video di atas adalah pengambilan darah untuk CBC dan TAT. Karena ada TAT, jadi sebelum ambil darah harus puasa dulu minimal 10 jam.
2 tahun lalu aku pernah menulis seperti ini juga. Tetang penyakit darah, hipoagregasi trombosit. Penyakit itu aktif lagi tahun ini. :)
Berdoa dan berharap tahun ini tak bersentuhan dengan dokter dan rumah sakit, namun qodarullah ini harus menjadi jalan ikhtiarku lagi. Sejak awal tahun, kondisi tubuh mulai menurun. Muncul demam, berat badan turun cukup banyak (sekitar 4-5kg), memar yang sulit memudar, sampai black-out di tempat kerja. Yang paling mengkhawatirkan adalah tiba-tiba kelenjar getah bening mulai terganggu, sampai aku tidak bisa memakai hal-hal yang mengandung bahan kimia untuk tubuh. Lalu fungsi hati, sulit masuk makanan karena mual berkepanjangan, dan air seni yang sangat keruh (yang ku takutkan itu bercampur darah karena ku tau darahku sedang mengalami pengenceran).
Setelah siap secara psikis, walaupun berbagai gejala itu sudah membaik aku pergi berkonsultasi ke dokter spesialis hematologi. Karena ku tau, tubuh ini butuh terapi (kortikosteroid) seperti 2 tahun lalu. Untuk mendapatkan second opinion, aku pun pergi mengunjungi spesialis reumatologi untuk mengetahui lebih banyak tentang penyakit ini. Penyakit yang belum ditemukan secara pasti penyebabnya oleh para ahli, penyakit yang belum ada obatnya, penyakit yang seumur hidup akan ku bawa. (sejauh ini hasil diagnosis masih) Autoimun, hipoagregasi trombosit.
AUTOIMUN adalah suatu kondisi kesehatan ketika sistem kekebalan tubuh membuat antibodi yang keliru menyerang jaringan sehat tubuh kita sendiri. - Geoff Rutledge, MD, Ph,D. HIPOAGREGASI TROMBOSIT adalah suatu keadaan trombosit yang lambat dalam membentuk bekuan darah yang dibutuhkan jika ada pendarahan.
Katanya, di masa ini para ahli semakin memperluas definisi penyakit autoimun, karena ada lebih banyak orang yang mempelajari tentang kondisi ini, akhirnya banyak kasus yang didiagnosis. Ku tak tau apakah di Indonesia sudah ada atau belum, alat pemeriksaan laboratorium yang (katanya) lebih sensitif dalam mendeteksi kondisi autoimun yang belum bergejala. California sudah punya alat seperti itu. :)
Seseorang menderita penyakit autoimun bisa dikarenakan adanya kombinasi dari faktor-faktor penyebab penyakit tersebut. Misal, seseorang mungkin memiliki resiko lebih tinggi mendapatkan autoimun karena faktor genetis. Jika orang itu terkena infeksi virus, sistem kekebalan tubuhnya akan bereaksi, kemudian muncullah gejala autoimun.
Tentang faktor lingkungan, katanya hal itu masih berupa gagasan dan para ahli masih memerlukan hipotesis dan penelitian lebih lanjut. Mungkin faktor lingkungan yang dimaksud jika seseorang itu memiliki kebiasaan merokok atau mengonsumsi obat tertentu yang mengontrol tekakan darah, katanya begitu.
Harapanku untuk masa depan, semoga para ahli segera menemukan teknologi yang lebih baik untuk mengidentifikasi dan mengobati gejala autoimun awal. Agar bisa membantu pasien mencegah timbulnya gejala awal. Kalau pun sudah menjadi gejala, semoga bisa membuat gejala minor tidak berkembang menjadi penyakit autoimun seumur hidup. Sepertiku. :(
Tahun lalu, aku sempat dirawat di rumah sakit karena tifoid pada bulan Februari dan Agustus. Salahnya aku adalah, 2 kali itu aku tidak menjelaskan kepada dokter yang menangani bahwa aku memiliki autoimun. Jadi, core permasalahannya tidak terintervensi. Seharusnya tahun lalu tubuhku mendapatkan kortikosteroid, agar sistem yang error dapat normal kembali. Tapi lupa. :( Makanya, lain kali kalau ke IGD harus didampingi orang-orang yang paham histori kita. :) *gosah sok kuat di rumah sakit sendirian.
Bagi yang memiliki keadaan yang sama denganku, ayo semangaaaaaattttttttt… Ini memang tak mudah, segala prosesnya membuat sakit dibeberapa tempat, terapinya punya banyak efek samping, tapi tetap harus semangat. :)))) Mau kita berpenyakit atau tidak, usia kita adalah yang Allah tuliskan di lauh mahfuz. Semoga ini menjadi jalan taubat, menjadi penggugur dosa, dan menjadi jalan ketaqwaan untuk kita semua.
Kadang muncul keadaan di mana aku merasa ada di titik terendah, seperti 2 tahun lalu, saat pertama diberi diagnosis ini. Aku menangis, aku takut, aku merasa bersalah karena mungkin aku pernah dzalim kepada tubuhku. Sekarang pun aku merasakan hal yang sama, apalagi dengan tahapan tes yang lebih rumit dan hasil yang menunjukan lebih banyak yang abnormal daripada sebelumnya. Tapi, pasti banyak cara dan jalan kemudahan yang sudah Allah gariskan. Seperti orang-orang terkasih yang mendoakan dan memfasilitasi semangat juga berbagai hal indah lainnya. Pun, rizki yang Allah titipkan ntah ke mana saja untuk menjalani proses ini.
Harus tetap ceria dan riang gembira~~ Ujian untuk kita ini mungkin hanya se-per-berapa-nya orang lain yang mungkin menghadapi hal yang lebih berat. Katanya agar imun tetap stabil, jangan stres. heu~
Kadang aku agak iri, saat akan konsultasi ke dokter orang-orang bisa sharing penyakit yang sama. Aku belum pernah menemukan orang yang sepenanggungan. mehehehehehe Makanya ku tulis ini, barang kali ada yang mengalami hal yang sama. Ayo diskusi dan saling menyemangati~
Setelah ada hasil tes ANA-panel (semoga hasilnya bukan SLE), dan jika harus melakukan kortikosteroid (lagi), ku ingin mencoba yang disuntikan. Hasil baca (kata temanku yang berprofesi sebagai dokter, seharusnya aku jangan banyak baca, agar tidak over-thinking. heu~) disebutkan di sana kalau kortikostreroid suntik lebih sedikit efek sampingnya daripada yang tablet. Dulu ku pakai yang tablet. Rasanya…………….. Sempat ku tanyakan pada dokter tentang kortikosteroid suntik, katanya lebih mahal. :))))))))))))))
Ummi selalu bilang, agar aku menabung untuk masa depan… untuk pernikahan. :)
Ku bilang itu pada dokter. Lalu kita tertawa terbahak. Perawat bilang, “dok, pasiennya lucu ya.”
Semoga ku bisa menyelesaikan puasa Ramadan dengan baik, dalam iman dan Islam. Semoga bisa berkumpul di hari kemenangan. Dan ku harap Allah masih memberi waktu untukku berjumpa dengan Ramadan tahun depan, tahun depannya, tahun depannya lagi, sampai aku bisa melihat anak-anak tumbuh dewasa dalam ketaqwaan, dalam fitrah Islam, di atas kalimat ikhlas, dan di atas diin Nabi Muhammad saw.
#autoimun#autoimmune#penyakit autoimun#autoimmune disease#hipoagregasi#hipoagregasi trombosit#penyakit darah#hematologi#reumatologi
3 notes
·
View notes
Quote
Anemia terbanyak di dunia adalah Anemia kurang besi, sebab utama adalah pendarahan sedikit-sedikit yang berkepanjangan, misalnya haid berlebihan atau wasir yang berdarah. Penderita terutama adalah wanita dalam usia subur karena pengaruh haid. Gambaran hematologi sedikit mirip dengan Talasemia, didapatkan juga MCV dan MCH yang menurun, namun umumnya RDW-CV meningkat. Pada tahap awal / stadium I. Hanya Ferritin yang menurun, Hb, MCV dan MCH masih normal. Tahap II penurunan Ferritin disertai penurunan MCV dan MCH. Tahap III baru terjadi penurunan Hemoglobin. Sekedar untuk dipahami bahwa tidak setiap kasus anemia dengan MCV dan MCH menurun adalah Talasemia. Talasemia merupakan kelainan genetik terbanyak di dunia. Carrier Talasemia belum tentu mengalami anemia, bahkan masih bisa berprestasi, contoh olahragawan berprestasi yang menyandang carrier Talasemia adalah Zinadine Zidane. Di Indonesia 6 - 8 % penduduk adalah carrier Talasemia (minor). Sebab itu uji saring pranikah adalah sangat penting. Pasangan yang sudah siap menikah tentunya sulit untuk diminta batal menikah, menikah adalah hak asasi manusia. Sebab itu sebenarnya lebih penting uji saring pada anak- anak yang dicurigai Talasemia, misalnya salah satu orang tuanya atau paman atau bibi atau sepupu nya sudah terbukti carrier. Selayaknya pada seluruh keluarga dilakukan uji saring darah rutin, dilanjutkan analisa Hb bagi yang diduga Talasemia. Secara kasar, Talasemia bisa diduga pada seseorang yang menderita anemia, namun dengan pengobatan preparat besi. Hemoglobin tidak juga meningkat. Di negara-negara yang sudah melakukan uji saring dan deteksi Talasemia, maka kasus Talasemia mayor bisa diturunkan hingga mendekati 0. Kemampuan diagnosis yang belum memadai dan masih kurangnya perhatian menyebabkan Indonesia masih ketinggalan dalam pencegahan terjadinya Talasemia mayor dibanding negara-negara lain di Asean. Entah berapa penderita Talasemia mayor yang meninggal di Indonesia per tahun? Kamus kesehatan: Hb (Hemoglobin) adalah pigmen pembawa oksigen dan protein utama dalam sel darah merah. Feritin adalah tes darah yang mengukur zat besi yang disimpan dalam tubuh. MCV (Mean Corpuscular Volume) adalah volume korpuskula rata-rata, yaitu ukuran dari volume sel darah merah rata-rata yang dilaporkan sebagai bagian dari hitung darah lengkap standar. MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) adalah ukuran dari massa hemoglobin yang terkandung dalam sel darah merah. RDW-CV (Red Blood Cell Distribution Width Coefficient of Variation) adalah koefisien variasi dari volume eritrosit. Sekian artikel kali ini mengenai "Inilah Perbedaan Antara Anemia Dan Thalasemia" Semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi sobat sekalian, jangan lupa di Like & Share, dan kunjungi terus ROLIYAN.COM untuk mendapatkan berbagai macam topik dan informasi menarik lainnya !!!
http://www.roliyan.com/2020/01/perbedaan-anemia-dan-thalasemia.html
0 notes
Text
Rutin protects against doxorubicin-induced cognitive dysfunction while retaining its anticancer potential.
PMID: J Environ Pathol Toxicol Oncol. 2019 ;38(2):153-163. PMID: 31679278 Abstract Title: Rutin Protects against Doxorubicin-Induced Cognitive Dysfunction While Retaining the Anticancer Potential of Dox in a Murine Model of N-Methyl-N-Nitrosourea - Induced Mammary Carcinoma. Abstract: Chemobrain is a significant post-chemotherapy complication for which no approved treatments are available. We had previously identified that rutin inhibits doxorubicin (Dox-) -induced cognitive decline in healthy rats. However, it was important to also establish that it does so in rats with mammary carcinoma without compromising Dox's antitumor potential. Mammary carcinoma was induced in female rats by intraperitonial administration of N-methyl-N-nitrosourea (i.p.). Rats that developed mammary carcinoma were treated with Dox after pretreatment with vehicle or rutin. After Dox exposure (50 days), episodic and spatial memory was assessed using the novel object recognition task and the Morris water maze, respectively. Tumor progression was evaluated by measurement of tumor weight and volume and histological analysis. Blood samples were collected to estimate hematological parameters. Oxidative status and TNF-α levels were estimated in brain homogenates. Dox treatment significantly reduced tumor size and volume. Pretreatment with rutin did not significantly alter Dox's tumor suppression potential, suggesting that it does not influence Dox's anticancer activity. In addition, rutin ameliorated Dox-inducedcognitive decline, myelosuppression, and brain oxidative stress. The present study indicates that rutin protects against Dox-induced cognitive decline and myelosuppression without affecting its antitumor potential.
read more
0 notes
Text
Deteksi Dini untuk Cegah Epidemi AIDS
Ketika HIV/AIDS mulai merebak tahun 1980-an, uji untuk menentukan seseorang tertular atau tidak bukanlah perkara mudah. Stigmatisasi dan ketidakpahaman masyarakat menjadi kendalanya.
Kini, setelah epidemi AIDS berlangsung lebih dari 30 tahun, deteksi dini ternyata berperan besar dalam menanggulangi AIDS. Deteksi bukan sekadar mencegah penularan, melainkan juga untuk pengobatan dini.
Sejak kombinasi obat anti-HIV yang disebut antiretroviral (ARV) ditemukan, angka kesakitan dan kematian menurun drastis. Mereka yang terinfeksi HIV membaik kualitas hidupnya karena tetap sehat dan yang lebih penting lagi adalah ARV signifikan menurunkan penularan.
Pengobatan dini
Pengalaman beberapa negara menunjukkan, semakin banyak yang tercakup dalam uji HIV, semakin banyak pula yang bisa segera diobati. Dalam Konferensi AIDS Internasional XIX tahun 2012 di Washington DC, Amerika Serikat, laporan beberapa negara menunjukkan bahwa pengobatan dini menekan penularan hingga 96 persen.
Menurut Zubairi Djoerban, Guru Besar Penyakit Dalam, Hematologi, dan Onkologi Medis dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang juga Ketua Masyarakat Peduli AIDS Indonesia, mereka yang minum ARV di Indonesia banyak yang tetap sehat hingga 10 tahun. ”Bahkan, ada yang telah 18 tahun tetap aktif dan produktif,” katanya.
Di seluruh dunia, lebih dari 350.000 bayi terselamatkan dari penularan sepanjang tahun 2005-2010. Sekitar 700.000 orang selamat dari kematian tahun 2010. Total yang meminum ARV dari beberapa negara saat ini sekitar 6,65 juta orang.
Amerika Serikat, yang menyadari bahwa tes HIV punya peran penting dalam penanggulangan AIDS, sudah menuai hasil: angka kematian turun dua pertiga setiap tahun. Demikian pula di negara-negara lain.
Botswana, yang sejak delapan tahun lalu rutin menguji darah 1,5 juta penduduknya, kini menuai hasil dengan berkurangnya angka kematian ataupun penularan pada bayi. Afrika Selatan pun berhasil menguji darah 15 juta penduduknya—30 persen dari total populasi—tahun 2011. Dari uji itu ditemukan 2,2 juta kasus HIV/AIDS baru. China pun sudah menguji 80 juta penduduknya tahun 2011.
Zubairi berharap, paling tidak 30 juta orang tahun ini bisa menjalani uji HIV. Dengan demikian, mereka yang terinfeksi bisa segera ditemukan dan diobati. ”Adagium AIDS sekarang adalah mengobati untuk mencegah,” ujarnya.
Hingga September 2012, lebih dari 131.000 orang didiagnosis HIV/AIDS. Dari jumlah itu, yang mendapat ARV kurang dari 30.000 orang. Padahal, angka ini masih kurang dari separuh estimasi 300.000-380.000 kasus.
Laporan PBB
Namun, semangat menanggulangi AIDS di Indonesia mendapat ujian ketika Laporan Hari AIDS 2012 yang dirilis Badan PBB untuk Masalah AIDS (UNAIDS) menyebutkan bahwa selama 10 tahun terakhir pengendalian HIV/AIDS di Indonesia jalan di tempat. Laporan juga menyebutkan bahwa program pencegahan pada populasi kunci—homoseks dan pekerja seks—hanya menjangkau kurang dari 25 persen target, sementara prevalensi HIV di kalangan pengguna narkotika masih di atas 35 persen.
Di mailing list pegiat penanggulangan AIDS Indonesia, laporan ini tentu saja mendapat tanggapan serius. Bagi Zubairi yang terlibat dalam penanggulangan AIDS di Indonesia sejak awal, banyak kesimpulan dalam laporan UNAIDS yang perlu diluruskan.
Anggapan bahwa ada kenaikan signifikan kasus baru sebenarnya tidak tepat. Kenaikan terjadi karena semakin banyaknya dokter yang waspada sehingga meningkatkan jumlah kasus yang terdeteksi. ”Data menunjukkan, jumlah CD4 pada hampir semua pasien baru amat rendah. Berarti mereka sudah terinfeksi cukup lama. Jadi, ini bukan penularan baru,” kata Zubairi menjelaskan.
CD4 adalah penanda di permukaan sel darah putih manusia dan menjadi indikator fungsi kekebalan tubuh. Maka, semakin banyak infeksi HIV yang terdeteksi harus dilihat sebagai hal positif karena semakin cepat pula pasien mendapatkan pengobatan.
Kesimpulan bahwa program tidak mencapai target pada populasi kunci juga masih bisa diperdebatkan karena ukurannya jumlah kondom yang dibagikan. Kenyataannya, kondom semakin mudah dijumpai di toko-toko kecil dan perusahaan kondom komersial mendapat keuntungan berlipat.
Demikian pula halnya dengan anggapan prevalensi HIV meningkat pada pengguna narkotika. Di sejumlah rumah sakit yang merawat pasien HIV/AIDS justru terjadi penurunan proporsi pada pengguna narkotika. Kalau pada tahun 2000-an 70 persen pasien berasal dari pengguna narkotika, sekarang hanya 44 persen.
Menurut dr Adi Sasongko, MA dari Yayasan Kusuma Buana, para pegiat penanggulangan AIDS di Indonesia perlu bertemu dengan pihak UNAIDS untuk mengetahui apa yang mendasari kesimpulan itu. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional bisa menjadi fasilitator.
Tanggapan pemerintah
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi menyatakan, apabila metode UNAIDS adalah memperbandingkan laporan kasus 2001 dengan 2011, memang terjadi peningkatan kasus yang luar biasa. Akan tetapi, kenaikan ini seharusnya lebih dikaitkan dengan upaya penanggulangan AIDS di Indonesia yang semakin sistematis, luas, dan terkoordinasi. ”Ini justru kemajuan luar biasa yang tidak mungkin dicapai tanpa kerja sama berbagai pemangku kepentingan,” katanya.
Nafsiah setuju untuk bersama-sama bertemu pihak UNAIDS, tetapi tujuan utamanya adalah untuk mencapai Target Pembangunan Milenium (MDGs) dalam menangani AIDS.
”Artinya pemerintah harus siap menguji HIV pada 5-10 persen penduduk kita tahun 2013. Tidak hanya pada mereka yang berisiko tinggi, tetapi juga semua ibu hamil dan masyarakat umum,” tutur Zubairi.
Dikutip dari ; http://regional.kompas.com/read/2013/01/23/01503744/Deteksi.Dini.untuk.Cegah.Epidemi.AIDS
0 notes
Text
Patofisiologi dan Manifestasi klinis Anemia
Cacat fisiologis dasar yang disebabkan oleh anemia adalah penurunan kapasitas pembawa oksigen darah dan akibatnya penurunan jumlah oksigen yang tersedia untuk jaringan. Sebagian besar manifestasi klinis dapat diatribusikan secara langsung hipoksia jaringan. kelemahan otot dan mudah fatigability yang umum, meskipun anak-anak tampaknya memiliki kemampuan luar biasa untuk berfungsi dengan baik meskipun rendahnya tingkat hemoglobin.
kulit biasanya pucat dengan pucat lilin di anemia berat. Sianosis biasanya tidak jelas; karena itu adalah hasil dari kuantitas hemoglobin terdeoksigenasi dan / atau sel darah merah, tidak saturasi oksigen yang tidak memadai dari hemoglobin yang ada. Dokter juga harus diingat bahwa pigmentasi kulit dapat mengubah penilaian seseorang dari kerabat pucat.
Manifestasi sistem saraf pusat cenderung sakit kepala, pusing, pusing daerah abu, lekas marah, melambat proses berpikir, penurunan rentang perhatian, apatis, dan depresi. Retardasi pertumbuhan yang dihasilkan dari metabolisme sel menurun dan hidup bersama anoreksia merupakan temuan umum pada anemia berat kronis. Hal ini sering disertai dengan kematangan seksual tertunda pada anak yang lebih tua.
Efek anemia pada sistem peredaran darah bisa mendalam. Penurunan konsentrasi hemoglobin yang menghasilkan penurunan kapasitas oksigen pembawa darah dikaitkan dengan peningkatan kompensasi dalam denyut jantung dan curah jantung. Awalnya cardiac output yang lebih besar ini mengkompensasi rendah kapasitas oksigen dukung darah, karena darah diisi ulang dengan oksigen kembali ke jaringan di lebih cepat dari tingkat normal.
evaluasi diagnostik Beberapa tes dapat digunakan untuk tingkat RBC dan hemoglobin. Ini adalah prosedur laboratorium hematologi rutin. tes lainnya digunakan untuk mendiagnosis penyebab anemia termasuk di tempat lain dalam pembahasan gangguan tertentu.
manajemen terapi Tujuan dari manajemen medis untuk membalikkan anemia dengan memperlakukan penyebab. Misalnya, pada anemia gizi kekurangan tertentu diganti. Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan, dikemas sel darah merah atau darah utuh diberikan. Dalam kasus anemia perawatan medis mendukung berat dapat mencakup pemulihan terapi oksigen dari volume darah yang memadai, cairan intravena dan sisanya buruk.
pertimbangan keperawatan Karena anemia bukan gangguan, melainkan gejala dari beberapa masalah mendasar, perawatan terkait dengan menentukan penyebabnya, membina perawatan suportif dan terapi yang tepat, dan penurunan kebutuhan oksigen jaringan.
Membantu dalam menetapkan diagnosis. Meskipun, pemeriksaan fisik menghasilkan bukti yang berharga mengenai keparahan anemia dan beberapa indikasi etiologi yang mungkin terjadi, diagnosis terutama bertumpu pada studi darah hematologi dan sejarah yang cermat.
Siapkan anak untuk tes laboratorium. Jelaskan kepada anak-anak yang lebih tua kebutuhan berulang veni-tusukan atau jari-tongkat untuk analisis darah. Terutama mengapa urutan tes diperlukan. Biarkan anak-anak untuk bermain dengan peralatan laboratorium dan / atau berpartisipasi dengan uji. Anak yang lebih tua mungkin menikmati melihat Pap darah di bawah mikroskop atau gambar sel darah.
Amati tanda-tanda shock dan hipoksia dari sampel darah berulang. Jelaskan alasan orang tua untuk mengganti darah ditarik dan perlunya melakukan tes.
Meminimalkan tenaga fisik. Kaji tingkat anak toleransi fisik. Mengantisipasi dan membantu anak dalam kegiatan-kegiatan hidup sehari-hari yang mungkin berada di luar toleransi nya. Tersedia kegiatan bermain pengalihan yang mempromosikan istirahat dan tenang tapi mencegah kebosanan dan penarikan memilih teman sekamar yang sesuai usia yang sama dan kepentingan dan orang yang membutuhkan kegiatan terbatas.
Meminimalkan stres emosional. Mengantisipasi iritabilitas anak, rentang perhatian yang pendek, dan kerewelan dengan menawarkan untuk membantu dia dalam kegiatan daripada menunggu dia untuk meminta. Menilai kesadaran orang tua 'dari kebutuhan anak untuk ketergantungan untuk menghemat kekuatan. Jelaskan kepada anak-anak dan orang tua yang lebih tua alasan untuk perubahan perilaku yang disebabkan oleh anemia. Mendorong orang tua untuk tetap dengan anak.
Menempatkan anak di kamar dengan anak-anak tidak menular; membatasi pengunjung dengan penyakit aktif. pengunjung saran (dan petugas rumah sakit) untuk cuci tangan yang baik. Laporkan setiap elevasi suhu untuk dokter. Amati leukositosis. Mempertahankan nutrisi yang cukup.
personil rumah sakit pendukung peringatan mengenai toleransi fisik anak dan kebutuhan untuk bantuan selama kegiatan. Jauhkan sisi rel mengangkat dan menggunakan pembatasan keamanan ketika berlaku.
Waspada terhadap tanda-tanda gagal jantung dari tuntutan jantung yang berlebihan dari jantung lebih beban selama transfusi darah. Praktek semua tindakan pencegahan. Periksa darah dengan perawat lain dan dokter untuk memastikan benar darah kelompok / jenis dengan yang anak. Jalankan darah perlahan-lahan dan tetap dengan anak untuk infus 50ml awal. Hentikan darah segera jika ada reaksi yang tak diinginkan terjadi. Melampirkan darah ke piggy kembali setup dengan saline normal atau solusi intravena lainnya untuk menjaga garis vena terbuka. Mengamati tanda-tanda dan gejala reaksi.
0 notes
Text
P&G Health Ajak Masyarakat Peringati Hari Kekurangan Zat Besi sebagai Momentum Pentingnya Deteksi Risiko Anemia Kurang Zat Besi dengan ANEMIAMETER
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/e9aaf16844630cfd2ac45cf624073316/1a1cd3ccc684f1a1-4d/s540x810/4bbd1b6342ed904ebc0183d1f0dbcd268aff1f2b.jpg)
BALIPORTALNEWS.COM, JAKARTA – Berdasarkan Hasil Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), prevalensi anemia meningkat dari 21,7% (2013) menjadi 23,7% (2018) dari total populasi di Indonesia. Pada 2018, 3 dari 10 remaja Indonesia menderita penyakit anemia, dan 62.6% kasus anemia yang terjadi disebabkan oleh kekurangan zat besi. Anemia kekurangan zat besi memiliki gejala seperti kelelahan, kekurangan energi, kulit pucat, rambut rontok, sesak napas, dan detak jantung yang tidak teratur yang seringkali disalahartikan oleh penderitanya sehingga penting untuk melakukan deteksi risiko anemia kekurangan zat besi agar tetap produktif dan mencegah terjadinya komplikasi. Dalam rangka Hari Kekurangan Zat Besi 2022, P&G Health Indonesia melalui brand Sangobion, melanjutkan edukasi mengenai pentingnya deteksi risiko anemia kekurangan zat besi dengan meluncurkan kampanye ‘Jangan Cuek, Ayo Cek Gejala Kurang Darah’, dan terobosan terkini, ANEMIAMETER, aplikasi digital berbasis web pertama di Indonesia untuk deteksi risiko anemia kekurangan zat besi. Kegiatan ini didukung oleh Kementerian Kesehatan RI dan Perhimpunan Hematologi & Transfusi Darah Indonesia (PHTDI). General Manager Personal Healthcare, P&G Health Indonesia, Maithreyi Jagannathan mengatakan, P&G Health melalui brand Sangobion senantiasa berkomitmen untuk mengedukasi dan meningkatkan pemahaman masyarakat Indonesia mengenai pentingnya zat besi bagi kesehatan darah, selama lebih dari 2 dekade. Di seluruh dunia, 26 November diperingati sebagai Hari Kekurangan Zat Besi, dan sebagai bagian dari upaya P&G Health mendukung Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan pemahaman masyarakat akan Kekurangan Zat Besi dan Anemia Kekurangan Zat Besi. “Kami meluncurkan kampanye ‘Jangan Cuek, Ayo Cek Gejala Kurang Darah’ dan memperkenalkan aplikasi digital berbasis web pertama di Indonesia, ANEMIAMETER, untuk deteksi risiko anemia kekurangan zat besi, melalui berbagai rangkaian kegiatan edukasi masyarakat dan praktisi kesehatan. Rangkaian kegiatan ini juga mendukung program pemerintah yaitu CERDIK dan GERMAS, yang menegaskan pentingnya gaya hidup sehat dan cek kesehatan untuk menuju Indonesia yang lebih sehat,” ujar Maithreyi Jagannathan. Ketua Tim Kerja Pemberdayaan dan Penggerakan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI, Dwi Adi Maryandi, S.KM., M.PH., mengatakan, anemia masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang menjadi fokus pemerintah hingga saat ini. Di Indonesia, prevalensi anemia sebesar 48,9% pada ibu hamil dan 38,5% pada anak di bawah 5 tahun. Bahkan lebih tinggi pada remaja usia 12-18 tahun. “Anemia bisa disebabkan oleh banyak hal, dan salah satu penyebab yang paling banyak terjadi adalah akibat kekurangan zat besi. Pemerintah telah merekomendasikan beberapa upaya pencegahan dan penanggulangan anemia yang dilakukan dengan memberikan asupan zat besi yang cukup ke dalam tubuh untuk meningkatkan hemoglobin. Masyarakat juga dihimbau untuk mengonsumsi makanan gizi seimbang, serta mengonsumsi TTD bagi remaja dan ibu hamil. Kementerian Kesehatan RI juga mendorong adanya gerakan aksi bergizi dalam mengupayakan konsumsi TTD menjadi bagian di sekolah terutama siswi SMP dan SMA atau sederajat,” tutur Dwi. Dwi melanjutkan, selain beberapa upaya diatas, pihaknya juga mendorong masyarakat untuk rutin melakukan pemeriksaan kesehatan.
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/8eb6bbd89dadb430af96f3803cb19c09/1a1cd3ccc684f1a1-ef/s400x600/fea4cb819d46e234998b1bde38d924cf7801867b.jpg)
P&G Health Ajak Masyarakat Peringati Hari Kekurangan Zat Besi sebagai Momentum Pentingnya Deteksi Risiko Anemia Kurang Zat Besi dengan ANEMIAMETER. Sumber Foto : Istimewa “Terkait anemia, kami mengapresiasi inisiatif P&G Health atas komitmen terus-menerus dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya deteksi risiko gejala anemia,” tambah Dwi. Ketua Umum Perhimpunan Hematologi & Transfusi Darah Indonesia (PHTDI), Dr. dr. TB. Djumhana Atmakusuma, Sp.PD-KHOM., menjelaskan, kurang darah atau anemia adalah kondisi ketika jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin menurun. Salah satu jenis anemia adalah anemia kekurangan zat besi yang dapat memengaruhi siapa saja, tetapi anak-anak, orang tua, dan wanita dengan usia reproduksi yang mengalami menstruasi dan kehamilan termasuk kelompok yang paling rentan. “Kondisi tubuh seperti hamil, pendarahan, menstruasi yang berlebihan, hemoroid, dan gastritis juga dapat menyebabkan tubuh mengalami kekurangan zat besi dan apabila tidak diatasi dapat menjadi anemia kekurangan zat besi,” ucap dr. Djumhana. dr. Djumhana menambahkan, kekurangan zat besi dapat membatasi pengiriman oksigen ke sel, mengakibatkan sering kelelahan, tidak produktif, dan penurunan imunitas tubuh. Maka dari itu, menjaga keseimbangan zat besi dalam tubuh sangat penting bagi kesehatan, sebagai salah satu cara untuk mengatasi kelelahan dan anemia. “Manajemen dengan pemberian suplemen zat besi juga penting diberikan sebagai terapi simptomatik apabila diagnosis anemia kekurangan zat besi telah ditegakkan. Namun, tetap perlu untuk mencari dan mengatasi penyebab anemia itu sendiri,” kata dr. Djumhana. Zat besi memberikan banyak manfaat bagi kesehatan, diantaranya: - Berperan sebagai pembentukan hemoglobin dalam sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh. Sekitar 70% zat besi ditemukan di sel darah merah dan otot. - Membantu proses metabolisme enzimatik yang berfungsi menyerap nutrisi dari makanan sehingga menghasilkan energi. - Membantu memaksimalkan fungsi otak sehingga bisa memengaruhi tingkat konsentrasi dan fokus. - Memaksimalkan fungsi otot. - Berperan penting terhadap kekebalan tubuh kita terhadap infeksi, dan mempercepat proses penyembuhan. - Berperan penting untuk kehamilan yang sehat untuk memenuhi kebutuhan janin dan plasenta.
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/5d1586fe5c98da0849654208cc83ad71/1a1cd3ccc684f1a1-dd/s400x600/5528e11327386a8d1f1630851d118821e86e3f78.jpg)
P&G Health Ajak Masyarakat Peringati Hari Kekurangan Zat Besi sebagai Momentum Pentingnya Deteksi Risiko Anemia Kurang Zat Besi dengan ANEMIAMETER. Sumber Foto : Istimewa Brand Director Personal Healthcare P&G Health Indonesia, Anie Rachmayani mengatakan, kampanye ‘Jangan Cuek, Ayo Cek Gejala Kurang Darah’ dilakukan selama bulan November 2022 hingga Januari 2023 melalui rangkaian program untuk tenaga profesional kesehatan, antara lain simposium dan artikel medis ber-SKP bersama PHTDI, POGI, IAI yang menargetkan lebih dari 10 ribu tenaga profesional kesehatan, juga edukasi masyarakat dan kampanye media sosial #JagaDarah #Anehmia melalui akun resmi Instagram, Facebook, Twitter @Sangobion4Life, dan situs Sangobion.co.id, serta roadshow edukasi dan penilaian risiko anemia gratis dengan praktisi kesehatan melalui “Tanya Anemia Center” yang tersebar di 10 titik se-Jabodetabek. “Bersamaan dengan kampanye tersebut, P&G Health Indonesia juga meluncurkan aplikasi berbasis web ANEMIAMETER untuk menilai risiko anemia kekurangan zat besi dan selanjutnya dapat menjadi referensi saat berkonsultasi kepada dokter. Aplikasi berbasis web ini bukan merupakan alat diagnosis mandiri dan tidak menggantikan diagnosis medis. ANEMIAMETER dapat diakses melalui akun resmi Instagram @Sangobion4Life dan situs Sangobion.co.id. Selain deteksi risiko, penting juga untuk mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi seperti daging merah, telur, ikan, sayuran hijau, dan kacang-kacangan, serta mengonsumsi Sangobion, suplemen zat besi dan multivitamin untuk memastikan kebutuhan zat besi dan vitamin tercukupi dan terhindar dari anemia kekurangan zat besi,” tutup Anie Rachmayani.(bpn) Read the full article
#ANEMIAMETER#AyoCekGejalaKurangDarah#JanganCuek#KurangDarah#P&GHealthIndonesia#Sangobion#TransfusiDarahIndonesia#ZatBesi
0 notes