#harga beras naik
Explore tagged Tumblr posts
Text
Warga Lebak Keluhkan Harga Beras yang Terus Meroket
LEBAK – Berdasarkan kebijakan pemerintah yang diatur dalam Peraturan Badan Pangan Nasional telah meresmikan kenaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras pada tanggal 1 Juni 2024. Informasi yang didapat, jika saat ini harga beras medium Rp12.500 per kilogram yang sebelumnya Rp10.900 per kilogram. Sementara beras premium menjadi Rp14.900 per kilogram yang sebelumnya Rp13.900 per kilogram. Herawati,…
View On WordPress
#Gagal panen#harga beras naik#Kabid Perdagangan Disperindag Lebak Yani#pasar rangkasbiitung#Sembako naik
0 notes
Text
Kata Pedagang di Kota Gorontalo Soal Kenaikan Harga Beras
#HargaPasar #Ramadan2024 #HargaBeras Kata Pedagang di Kota Gorontalo Soal Kenaikan Harga Beras
Hargo.co.id, GORONTALO – Kenaikan harga beras yang terjadi sepekan terakhir menimbulkan pertanyaan dari sejumlah warga. Pasalnya, hingga Senin (04/03/2024), harga beras di pasar sentral Kota Gorontalo telah menyentuh harga Rp 19 ribu per kilogram. Hal tersebut membuat para pedagang di Kota Gorontalo harus menjelaskan perihal kenaikan harga beras ini kepada para pembeli. Salah satunya seperti yang…
View On WordPress
0 notes
Text
Jelang Hari Raya Idul Fitri 1444 H, Harga Beras Naik Hingga Rp 11 Ribu Per Kilogram
SUMENEP, detikkota.com – Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriyah, harga beras kualitas medium mengalami kenaikan, menjadi 10-11 ribu per kilogram. Kenaikan harga beras itu dikeluhkan masyarakat. “Sekarang tidak ada harga beras di bawah Rp 10 ribu, Mas. Sekarang harganya sudah diatas Rp 10 ribu, bahkan Rp 11 ribu,” kata penjaga toko yang tidak mau disebut namanya, Sabtu…
View On WordPress
0 notes
Text
Harga Beras Melonjak Naik di Gowa, Harga Perkilo Tembus Rp13 Ribu - Gosulsel
GOWA, GOSULSEL.COM — Harga beras di Kabupaten Gowa mengalami lonjakan. Harganya bisa mencapai Rp13 ribu per kilogramnya. Kenaikan harga beras itu diketahui melalui pantauan di Pasar Minasa Maupa, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa. Hal tersebut juga diakui oleh Kepala Pasar Minasa Maupa, Z...
http://gosulsel.com/2023/02/23/harga-beras-melonjak-naik-di-gowa-harga-perkilo-tembus-rp13-ribu/
#HargaBerasDiGowa #HargaBerasNaik
0 notes
Text
Kejamnya Ibu Tiri, Tak Sekejam Pay Later!
Sebuah Bom Waktu,
Duluu, orang-orang nggak punya duit buat beli beras, dia datang ke warung. Kas bon, Beres, bawa pulang beras. Begitu Juga garam, gula, minyak. Daripada anak-anak tidak makan, ndak apa-apalah kas bon dulu. Terdesak.
Tapi pada hari ini, dengan kemajuan teknologi, kas bon berubah wujud menjadi: pay later. Dan lebih massif dampaknya. bukan hanya buat beli sembako. Tapi Orang-orang bahkan bisa 'kas bon' buat beli HP baru “padahal HP lama masih bagus”, beli baju yang padahal ndak perlu-perlu amat, sepatu-sendal, beli tiket buat plesiran juga bisa, dan semua keperluan konsumtif-gaya hidup. Bahkan sampai perkara jajan dan makan. “Ingat itu tidak terdesak!”
Tapi sadarilah, Kawan. Mau apapun istilahnya, pay later ini utang.
Dan serius kawan, semoga kita tidak perlu mengalaminya, ketika pay later ini dengan kejam mengubah hidup kita semua. memang ini bukan pinjol, tapi daya rusaknya sama. Jika kita tidak bijak, tidak berhati-hati, sibuk klak-klik sana-sini, tiba-tiba penghasilan bulanan kita habis begitu saja untuk bayar pay later. Pay later itu pinjaman atau ngutang dengan suku bunga tinggi.
Wahdeeh, kita tertipu sekali jika merasa cicilannya ringan, ada promo, dan diskon-diskon menarik lainnya. Perkara paylater itu ngaweri, sesungguhnya nggak sesimpel itu rumusnya.
“Memangnya dikira yg punya duit baik hati gitu? Endaak!.”
Traveloka misalnya, bunga pay later: 2,55% sampi 4,8% per bulan.
Alias, bisa tembus 50% per tahun. Jika kita utang 10 juta, kita cicil setahun, itu sama saja dgn beli barang itu 15 juta. Belum lagi jika aplikasi mengenakan biaya admin 2%, layanan 2%, dll. Maka, diskon di awal yang seolah menggiurkan, dapat 10% misalnya, sama saja bohong.
Jadi, singkat cerita, berhati-hatilah menggunakan pay later.
Asal pakai paylater berarti sama saja sedang sadar "menggadaikan masa depan". Iya kalau masa depan kita lebih baik, gaji naik, karir naik, jika ternyata dipecat, PHK, gaji mentok, harga-harga naik? Kita justru menimbun bom waktu. “meledak”
Terus apa solusinya kalau terlanjur? Segera lunasi pay later itu. Bila perlu makan nasi-garam saja, yg penting pay later lunas. Setelah lunas, jangan lagi suka ngutang. Tahan semua keinginan konsumtif-mu. Kita itu ndak akan mati gara-gara ndak ganti HP, beli ini, beli itu kok.
Kalau pun perlu uninstall sekalian aplikasinya, larisin toko tetangga saja. Luweh manfangat!
18 notes
·
View notes
Text
Sejatinya yang lebih membuat tercekik itu harga sembako naik. Belum ada pelantikan apa-apa harga udah meroket; cabe, telur, beras, dll. Ini yang lebih ditakutin dan sering dikeluhin sama para ibu khususnya.
Makan gratis? Di samping hanya ditargetkan untuk anak-anak dan bumil, gw yakin distribusinya akan dilakukan secara maksimal utk 82jt penerima nanti di 2029. You know why. Trus abis itu dapet kiriman berita...
Uwu sekali kaaan bapak gemoy 🤣
Iya monmaap, bahkan kepercayaan sekecil bon cabe pun gak ada untuk pemerintahan tercingta kita. Buktinya? Pihak yg menjanjikan makan gratis berkata sumber dananya adalah dengan memangkas subsidi BBM 🫰🏻Belum peresmian loh, udah buka topeng 🙀
Takut banget gak tu, definisi yang kaya makin kaya, yang miskin tinggal di bikini bottom aja 😭
Jadi sekarang bisa apa? Bisa tetap kerja keras membantu perekonomian keluarga dan tentunya bisa gak sewot duluan ngeliat harga skinker karna insyaallah masih sanggup beli + tak lupa jajan kopi (aamiin).
Makasih banget loh pendukung 02 udah bikin negara makin sejahtera HAHAHA. Se-chaos apapun di luar sana, you do you guys, agar tetap waras 💃
34 notes
·
View notes
Text
DUKA LARA DAN SUKA CITA
-
Setiap hari kubuka Tiktok.
Selalu kulihat banyak video.
Terus diposting orang orang Gaza.
Bercampur antara duka lara dan suka cita.
-
Anas sang jurnalis di Jabalia.
Menyiarkan berita bombardir pesawat jet.
Menghancurkan rumah dan sekolah.
Mayat anak anak tergeletak dimana mana.
-
Hamada sang juru masak di Khan Yunis.
Bersemangat memasak shawarma ayam.
Lalu dia membagikan untuk anak anak.
Mereka tertawa gembira bisa makan enak.
-
Motasem sang jurnalis di Beit Lahia.
Mendatangi beberapa tenda pengungsi.
Anak anak di dalam tenda tenda itu.
Semuanya kurus kering kelaparan.
-
Mona sang relawan di Al Mawasi.
Sibuk membagikan bahan bahan kebutuhan.
Beras , tepung , minyak , gula , mie.
Para pengungsi senang menerimanya.
-
Bisan sang jurnalis di Al Maghazi.
Bertemu banyak rombongan pengungsi.
Mereka kelelahan berjalan jauh.
Sandal dan sepatu mereka sobek semua.
-
Tito sang badut di Gaza Utara.
Selalu enerjik menghibur anak anak.
Bermain , bernyanyi , berjoget.
Tertawa gembira bersama sama.
-
Dr Mohammed di rumah sakit Kamal Adwan.
Merasa kelelahan dan ketakutan.
Sendirian mengurusi orang orang terluka.
Sementara rekan rekannya ditangkap semua.
-
Said sang relawan di Al Nuseirat.
Tanpa lelah memasang tenda tenda.
Memasak makanan dan membagikan barang.
Untuk pengungsi yang terlantar.
-
Saleh sang jurnalis di Khan Yunis.
Menemukan anak lelaki saat tengah malam.
Menangis sendirian di kuburan ibunya.
Tidak mau kembali ke tenda hingga pagi tiba.
-
Dahlan sang relawan di Deir El Balah.
Mengadakan acara nonton kartun bersama.
Anak anak berkumpul dan merasa gembira.
Nonton kartun sambil makan popcorn.
-
Ahmed sang jurnalis di Al Nuseirat.
Merasa kasihan melihat anak anak di dalam tenda.
Mereka kepanasan saat siang terik.
Dan kebanjiran saat hujan deras.
-
Samaa sang gadis pemain biola di Tel El Hawa.
Duduk di bawah pohon sambil memainkan biola.
Anak anak yang melihatnya tampak tenang.
Terlarut melupakan semua penderitaan.
-
Youmna sang jurnalis di Shujaiya.
Bertemu anak anak yang terlantar.
Mereka memungut sisa makanan dari sampah.
Dan meminum air kotor dari comberan.
-
Alaa sang tukang cukur di Al Nuseirat.
Mencukur rambut orang orang tanpa bayaran.
Dia cukup senang mendapat sedikit imbalan.
Rokok , roti , kopi atau ucapan terima kasih.
-
Hossam sang jurnalis di stadion Yarmouk.
Meliput banyak pengungsi yang berdatangan.
Mereka kelelahan , kelaparan , kehausan.
Terlantar tak punya tenda.
-
Renad sang gadis cilik di Deir El Balah.
Selalu ceria memasak berbagai makanan.
Dia memasak maqluba tanpa ayam.
Harga ayam naik tinggi tak terbeli.
-
Doaa sang jurnalis di rumah sakit Al Nasser.
Mengunjungi anak anak yang terluka.
Ada yang tangan dan kakinya buntung.
Ada yang kulitnya mengelupas terkena fosfor.
-
Israa sang guru di Al Bureij.
Mengajak rekan rekannya membuka tenda sekolah.
Mereka memberi alat menulis dan menggambar.
Anak anak senang bisa sekolah lagi.
-
Hind sang jurnalis di rumah sakit Al Aqsa.
Menyiarkan berita yang mengerikan.
Tenda tenda di sekitarnya hancur berantakan.
Terbakar terkena bombardir pesawat jet.
-
Samih sang pemuda pemain oud di Deir El Balah.
Penuh semangat bernyanyi sambil memainkan oud.
Sementara teman temannya lincah menari dabke.
Menghibur orang orang yang mengungsi.
-
Samara sang jurnalis di Al Zaitun.
Mendatangi tenda tenda para pengungsi.
Banyak anak anak yang kulitnya gatal.
Penuh borok dirubungi lalat.
-
Abdullah sang petani di Khan Yunis.
Nekat menyelinap kembali ke kebunnya.
Agar dia bisa memanen sekarung buah olive.
Cukup untuk dibagi para pengungsi.
-
Faiz sang jurnalis di Rafah.
Meliput jalanan yang sepi.
Tak ada apapun selain mayat mayat berlumuran darah.
Tewas bergelimpangan diserang quadcopter.
-
Hassan sang dosen di Al Rimal.
Tanpa lelah melakukan kuliah online.
Para mahasiswa bersemangat melanjutkan kuliah.
Tak peduli dengan kekacauan , kesulitan dan keterbatasan.
-
Mahmoud sang jurnalis di Shujaiya.
Menutup hidungnya sambil melakukan liputan.
Mayat mayat membusuk menjadi tulang belulang.
Dimakan anjing anjing liar yang kelaparan.
-
Abdallah sang relawan di Deir El Balah.
Sibuk mengurusi banyak kucing liar.
Dia mengobati dan memberi makan.
Lalu membelai belai dan bermain main.
-
Mousa sang penyelamat sipil di Beit Hanoun.
Merasa putus asa tidak bisa menolong.
Orang orang yang terluka tertimpa bangunan.
Merintih rintih kesakitan menunggu kematian.
-
Fadi sang relawan di Al Maghazi.
Terus bergerak bersama rekan rekannya.
Mereka memasang solar panel , mengebor sumur dan membuat.
Para pengungsi memuji kerja keras mereka.
-
Yousef sang petugas medis di rumah sakit Al Quds.
Merasa ketakutan naik ambulance.
Drone pengebom terus mengejar.
Meledakkan jalanan yang dilewati.
-
Menna sang pelukis di Al Shati.
Menyuruh anak anak untuk mengantri.
Sementara dia melukis wajah mereka satu persatu.
Lukisan semangka , Handala dan bendera Palestina.
-
Nofal sang jurnalis di Shujaiya.
Mewawancarai seorang pria kurus penuh luka.
Pria itu baru saja dibebaskan dari penjara.
Terus disiksa hingga mengalami trauma.
-
Maha sang jurnalis di Deir El Balah.
Bersantai di pantai sambil memandangi senja.
Sementara anak anak muda di sekitarnya.
Penuh semangat bermain sepakbola.
-
Naji sang sopir taxi di kota Gaza.
Menyetir mobilnya pelan pelan sambil menangis.
Dia sedih melihat seluruh kotanya hancur lebur.
Tak ada yang tersisa selain puing puing reruntuhan.
-
Fatema sang relawan di Al Shati.
Berkumpul bersama anak anak perempuan di tenda besar.
Mereka duduk di tikar sambil membaca ayat ayat Al Quran.
Terdengar merdu hingga meneguhkan keimanan.
-
Ouda sang jurnalis di Jabalia.
Bertemu seorang pria yang naik kereta keledai pelan pelan.
kereta keledai itu mengangkut mayat anak anak yang berlumuran darah.
Ada yang kepalanya pecah , ada yang perutnya hancur.
-
Nour sang jurnalis di kota Gaza.
Tertawa senang melihat anak anak muda di sekitarnya.
Mereka bermain parkour melompati puing puing reruntuhan.
Lalu mengibarkan bendera Palestina di atas atap yang hampir roboh.
-
Khaled sang jurnalis di Beit Hanoun.
Tergesa gesa meliput pengeboman drone di jalanan.
Ledakan bom menghancurkan mobil hingga ringsek.
Orang orang di dalam mobil tewas mengenaskan berlumuran darah.
-
Ashraf sang insinyur elektronik di Al Nuseirat.
Tampak senang memamerkan barang barang buatannya.
Kipas angin , lampu meja , charger ponsel hingga kulkas.
Semuanya dibuat dengan rongsokan yang dia temukan.
-
Lubna sang jurnalis di rumah sakit Al Shifa.
Meliput kengerian setelah pembantaian massal.
Ratusan mayat membusuk bergelimpangan dimana mana.
Semuanya hancur tak berbentuk setelah dilindas tank dan buldoser.
-
Firas sang relawan di Al Bureij.
Naik truk bersama rekan rekannya ke tempat pengungsian.
Begitu tiba mereka langsung membagikan sepatu , mantel dan jaket tebal.
Anak anak senang tak lagi kedinginan.
-
Jumana sang janda di Al Mawasi.
Menangis teringat suaminya yang tewas tertembak quadcopter.
Dia juga lelah berusaha bertahan hidup tanpa suaminya.
Sementara anak anaknya masih kecil semua.
-
Rami sang pemuda kreatif di Al Nuseirat.
Mengumpulkan banyak kardus bekas dari tempat sampah.
Setelah itu dia membuat beraneka mainan kardus untuk anak anak.
Mobil mobilan , motor motoran , kapal kapalan dan lainnya.
-
Wedad sang gadis remaja di Al Mawasi.
Termenung sedih sambil memegang kunci tua dan kunci baru.
Kunci tua itu milik neneknya yang terusir dari rumah sejak 1948.
Kunci baru itu miliknya sendiri yang terus dibawa setelah rumahnya dihancurkan.
-
Mosab sang pelukis mural di Rafah.
Membawa banyak peralatan lukis dan cat beraneka warna.
Dengan penuh semangat dia melukis mural di reruntuhan tembok yang lebar.
Yang dia lukis adalah sosok Handala sedang makan semangka.
-
Dokter Ayaz di rumah sakit Al Awda.
Menangis melihat bayi bayi prematur yang tidur dalam inkubator.
Tak ada kiriman bahan bakar untuk terus menyalakan listrik yang hampir padam.
Bayi bayi prematur itu akan segera mati satu persatu.
-
Aboud sang pemuda kreatif di Al Maghazi.
Mengajak anak anak membuat layangan besar bendera Palestina.
Lalu mereka menerbangkan layangan besar itu di tepi pantai.
Siapapun yang melihatnya merasa masih punya harapan.
-
Duka lara yang dialami orang orang Gaza masih terus berlanjut.
Tapi orang orang Gaza masih terus melanjutkan suka cita.
Melakukan apapun yang masih bisa dilakukan.
Menikmati apapun yang masih bisa dinikmati.
-
November 2024
By Alvian Eleven
#puisiindonesia#sajak puisi#puisi#gaza genocide#free palestine#palestine poetry#from the river to the sea palestine will be free
2 notes
·
View notes
Text
Sedang merasakan takut bagaimana menjalani hari-hari ke depannya. Ketika kebijakan penguasa jauh berlari dari landasan hukum dan kemanusiaan, kita diminta diam karena kalau bersuara kita akan dibungkam dalam jeruji besi. Penguasa itu ya harusnya suka-suka saja. Kalau hukum terdahulu tidak penguntungkan, ya tinggal kita ubah saja toh siapa yang bisa larang? kitakan penguasa. Ketika kelak aku melahirkan. Aku ingin ditemani oleh Ayah dari anak-anakku. Aku ingin dibersamai ketika mengalami kesulitan-kesulitan saat menjadi Ibu baru. Bersama-masa melihat tumbuh kembang anak-anak kami di bulan-bulan pertama mereka lahir. Tapi ini hanya angan semata karena suamiku takkan bisa dapat perlop selama 40 hari.
Sekarang ini keluargaku di desa mulai mengalami kesusahan yang semakin bertambah. Harga pupuk semakin tinggi dan sulit dicari, ladang padi keluarga kami bisa kelaparan. Sementara saat Ibu pergi ke pasar harga beras juga tinggi, tidak ada program sembako murah di desa kami, apa Ayah dan Ibu harus sering berpuasa? Aku tidak bisa mengirimkan uang lebih banyak untuk Ibu dan Ayah di desa, akupun di sini harus mulai lebih hemat, atau mungkin aku harus beli sepeda? karena setelah bahan bakar minyak resmi dinaikan harganya, ongkos angkutan umumpun ikut naik sedangkan aku tidak menjadi buruh di Ibu Kota yang masih ada Jak Lingko. Aku buruh di kabupaten yang transportasi umumpun sulit dan sedikit.
Kaum menengah ke bawah sepertiku adalah pihak yang rentan, tak berdampak dengan kebijakan dan perlindungan. Aku harus terus berjuang lebih berat dari hari ke hari. Sementara mereka sedang menikmati uang dua milyar untuk keliling dunia. Kalau dua milyarnya habis, mereka tinggal kembali menjual ludah atau menjilat-jilat si pemangku kuasa. Katanya mereka tidak keberatan melalukan tindakan yang berlawanan dengan hati nurani, selagi semua yang mereka inginkan bisa didapat dengan mudah. Apa orang kecil? orang miskin? kenapa harus peduli? mereka cuma alat yang lain kali bisa kita gunakan untuk memenangkan suara eh tapi sepertinya tidak ada lain kali, karena bisa saja para pemangku kuasa itu membuat peraturan baru tanpa suara rakyat yang terlibat.
Aku ini sedang bicara apa ya? macam orang intelek, macam orang yang paling susah, macam orang yang paling mengerti, macam orang yang paling banyak tahu, macam orang yang pantas berkomentar ina itu tentang para penguasa. Hahahaha, sudahlah, mungkin aku harus bernyanyii dan berjoget supaya aku sudah tidak perlu takut dan memikirkan nasib sedihku ini. Siapa tau jugakan selesai aku joget, semua ketakutanku itu tidak akan terjadi.
#sorryforyourcountry
4 notes
·
View notes
Text
Berikut Panel Harga Pangan di Tingkat Pedagang Eceran Secara Nasional per 3 Januari 2025
JAKARTA, Cinews.id – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat harga pangan secara umum fluktuatif, bawang merah naik menjadi Rp40.920 per kilogram (kg), sedangkan gula konsumsi turun menjadi Rp17.960 per kg, per 3 Januari 2025. Berdasarkan data dari Panel Harga Bapanas, secara umum harga pangan di tingkat pedagang eceran secara nasional, beras premium naik 0,46 persen atau Rp70 menjadi Rp15.440…
0 notes
Text
Awal Tahun, Mayoritas Harga Pangan Melonjak
JAKARTA – Mayoritas harga pangan mengalami kenaikan di awal tahun 2025. Salah satunya yakni bawang merah yang pada hari ini, Jumat (3/1) mengalami kenaikan menjadi Rp40.920 per kilogram (kg). Berdasarkan data dari Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), harga pangan secara umum di tingkat pedagang eceran secara nasional mengalami kenaikan, seperti beras premium yang naik 0,46 persen menjadi…
0 notes
Text
Beras Premium di Kota Serang Tembus Rp14.900 Per Kilogram
SERANG – Harga beras premium di pasaran mencapai Rp14.900 per kilogram atau naik Rp1.000 per kilogram dari sebelumnya. Hal itu menyusul relaksasi Harga Eceran Tertinggi (HET) mulai 10 Maret sampai 23 Maret mendatang. Pantauan Bantennews.co.id di minimarket seperti Indomaret beras premium ukuran 5 kilogram dijual dengan harga Rp74.500 per pcs. “Iya harganya 75.500 di Indomaret,” ujar Linda, warga…
View On WordPress
0 notes
Text
Mimpi dan Realita - Part 1
Handoko melihat kembali dirinya 5 tahun lalu, saat ia masih kuliah semester 5. Dulu, ia ingin sekali menjadi pengusaha sukses dengan omzet miliaran per bulan. Kini, ia bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan yang membuat perangkat lunak untuk klien. Handoko merasa dirinya yang dulu belum tahu betapa kerasnya kehidupan.
Memang bermimpi itu mudah dan gratis. Kalau kata orang jaman dulu, "bermimpilah setinggi-tingginya." Handoko sudah memimpikan hal itu, tinggal pelaksanaannya. Semakin tahun menanjak, semakin tinggi harga semua barang, properti, dan biaya lainnya. Handoko merasa mimpi hanyalah mimpi, ia melihat realita yang ada di depannya.
Handoko perlu membiayai ibunya yang sakit-sakitan dan tidak mampu bekerja, adiknya yang masih kuliah dan adik satunya lagi yang masih duduk di kelas 2 SMA. Gajinya hanya cukup untuk membiayai sekolah adik-adiknya.
Biaya rumah tangga pun ditekan sedemikian rupa. Kadang ia pun meminta makanan seadanya ke saudara dan tetangga jika sudah tidak punya beras di rumah.
Suatu hari Handoko perlu ke luar kota untuk keperluan dinas. Ia hendak berpamitan kepada ibunya, "Bu, aku akan ke luar kota selama 3 hari. Untuk makan, bersih-bersih rumah, dan hal lainnya, Surti dan Kanto akan membantu sebelum dan setelah pulang sekolah. Kalau ada perlu apa-apa, telepon aja ya Bu."
"Hati-hati ya nak, tak usah khawatir. Tenang saja. Semangat bekerja di sana." Ibunya menjawab sambil tersenyum lemah. Badannya yang kurus diselimuti cukup rapat dari ujung kaki hingga bawah dagu. Seakan jika ada udara masuk sedikit saja, ia akan menggigil.
Handoko mengangguk lalu keluar kamar dengan haru di hatinya. Dengan kondisi ibunya yang lemah begitu pun, ia masih bisa menenangkan hati Handoko. Betapa kasih ibu tak terhingga, tak terhitung. Ia merasa beruntung.
Handoko naik kereta cepat Jakarta-Bandung. Setibanya di Bandung, ia langsung menuju lokasi konferensi perangkat lunak se-Asia, di mana ia diberi tugas untuk membuka booth perusahaan di sana.
Suasana ramai, ratusan orang memenuhi ruangan besar itu. Rasanya sesak, juga menarik. Berbagai jenis orang dan pekerjaan bercampur baur. Handoko diam, menikmati dan meresap semuanya dalam-dalam.
"Hai, apa kamu butuh bantuan? Kamu terlihat bingung, berdiri cukup lama di situ." Seorang pria paruh baya dengan pakaian sederhana seperti PNS menyapanya.
Handoko menoleh ke samping, memandang ke arah sumber suara tersebut. "Oh, tidak Pak. Saya lagi merenung saja barusan," jawabnya dengan suara pelan. Handoko agak malu karena dikira sedang kebingungan.
~ bersambung
1 note
·
View note
Text
12% VAT
Disclaimer: I will combine Indonesia and English for this. Explicit content.
What the hell is Indonesian Government thinking. Raising VAT to 12% is a dirty and lazy way to increase the tax ratio.
No fucking way, they let the middle to lower class income to be suffer from this increase.
They said "Kenaikan PPn ini tidak akan menganggu kebutuhan utama masyarakat, hanya barang barang tertentu", fuck ass. The "barang-barang tertentu" is the people everyday needs, contoh premium rice (premium doesn't mean premium in any way it just to tell that the rice is not from state owned company -- Bulog), semua bumbu-bumbu kemasan, minyak goreng (same like rice there's a state owned brand is excluded from VAT).
Dari contoh yg udah aing sebutin, siapa yang mau makan beras low quality dari Bulog??? even Bulog employee doesn't want to eat their rice, begitupun dengan minyak ada brand Minyakita, people complain brand ini tuh cuma untuk 1x masak max, kalo di paksa dia jadi hitam, so low fucking quality.
Alasannya untuk menaikkan Tax Ratio, kontoll. padahal ada cara yang lebih efektif untuk menaikkan tax ratio, tax the fucking top rich people bitch, atau naikin tax progresif properti, atau increase the fucking UMR supaya bisa tembus itu dari PTKP.
Yes I am aware presentase dari pelaporan PPh di Indonesia itu masih sangat kecil. tp kalo pake cara PPn di naikin itu goblog namanya.
Belum lagi kepercayaan masyarakat sama penggunaan dari pajak yang masuk ke APBN ini rendah bgt. Korupsi ratusan T penjara cuma 6 tahun, emang cursed ini negara.
Gila jujur gw sebagai middle class income tercekik bgt bangsat. udah bayar PPh lumayan, belom lagi ketambahan kenaikan PPn. dikira PPn ini naik dari 11% ke 12% cuma 1% apa yak.
dengerin apa yang gua bilang kenaikan PPn 12% ini bakal bikin semua harga naik, mo harga di pasar traditional atau supermarket, dan kenaikannya itu ga sesimple naik 1% dari yang pemerintah & 58% fikir. semua harga dari hulu sampai ke hilir bakal naik.
Buzzer bilang kalo kenaikan ini tuh ga ngaruh signifkan ke hidup orang banyak, oke mereka kasih contoh harga sayur mayur di pasar, sayur mayurnya sih bener ga kena PPn tp lu fikir ntu sayur langsung muncul instant pa gimane. dari bibit sampe ke pengiriman emang gaada 1 komponen pun yang ga kena PPn? mau beli sayunya di pasar tradisional jg bakal ada kenaikan, jangan kira yang bakal naik cuma di supermarket doang.
bodo amat gua dibilang anak abah, anak gila gua.
My personal opinion ini mah bukan buat ngejar tax ratio, tp buat biayain project project kampanye kemaren ups.
ya Allah salah apa aing dapet pemimpin kaya gini, udah dikasi pilihan dari kalangan akademisi masih aja milih yang kosong begini.
Ya Allah tolong hamba mu ini hidup tiap bulan berharap dari paycheck ke paycheck doang, gimana mau hidupin anak orang ya tuhan.
Aing yang middle class aja tercekik ya Allah apa lagi yang dibawah lagi. Aing bersyukur masih dikasi kesempatan buat bisa nyicil rumah walau harga rumah di Jakarta bikin stress. Tp untuk mereka ? udah hidup sehari sehari masih kesusahan, apalagi mikir beli rumah pun tak dapat.
Lagipula kalo memang tax ratio ini alasan dinaikin PPn kenapa ngincer tax ratio dulu dah, ga mikir efisiensi APBN gitu?, bukannya ngerampingin struktur pemerintahan tp malah nambah jadi gemuk dah tuh. banyak banget yang bisa di bahas untuk memaksimalkan penggunaan pajak rakyat, tp lebih milih untuk naikin pajak rakyat.
Terakhir, gua paling gedeg sama buzzer / diaspora yang menyepelekan ini + bandingin sama negara negara eropa barat terutama. Yes disana VAT mereka besar, tp ga sebesar itu jg. argument diaspora goblog ini selalu nganggep VAT = Income Tax. padahal gak sama sekali. mereka jg lupa yang ngelola uang pajak di Indonesia ini tuh masih itu itu aja orangnya, rawan di korupsi dan ga sampe ke rakyat lagi uangnya dengan benar. VAT Indonesia di banding sama negara southeast asean lainnya jg lebih besar. padahal average income Indonesia itu masih kecil bgt.
dah lah capek aing ngoceh panjang panjang.
0 notes
Text
Akademisi IPB: Harga Beras Naik Karena Kelalaian Bulog Serap Saat Panen Raya - Gosulsel
BOGOR, GOSULSEL.COM — Akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB) University, Prima Gandhi menyoroti anomali kenaikan harga beras di awal tahun 2023 saat ini dan stok beras yang sedikit di pasar, padahal telah mulai masa panen raya padi di berbagai daerah, utamanya sentra produksi. Melansir data Info ...
http://gosulsel.com/2023/02/06/akademisi-ipb-harga-beras-naik-karena-kelalaian-bulog-serap-saat-panen-raya/
#HargaBerasNaik #KementerianPertanian
0 notes
Text
Cabai Rawit Merah Tembus Rp44.000 per Kilogram, Harga Pangan Melonjak jelang Nataru
INGATLAH.COM – Badan Pangan Nasional (Bapanas) melaporkan adanya kenaikan harga pada sejumlah komoditas pangan di tingkat pedagang eceran nasional per Kamis (19/12/2024). Salah satu yang mengalami kenaikan signifikan adalah cabai rawit merah, yang kini dijual seharga Rp44.000 per kilogram (kg). Berdasarkan data dari Panel Harga Bapanas pukul 08.00 WIB, harga beras premium naik sebesar 2,40 persen…
0 notes