#gagal menjadi manusia
Explore tagged Tumblr posts
diksibising · 3 months ago
Text
Jalanmu takkan tersesat, selama dirimu masih tahu arah kiblat.
Gagal menjadi yang terbaik dimata manusia tak mengapa, asalkan jangan gagal menjadi hamba yang baik dimata sang maha pencipta.
352 notes · View notes
kurniawangunadi · 8 months ago
Text
Kamu telah berupaya keras untuk mengenal dirimu sendiri selama ini meski ujung dari pencarianmu masih belum ada tanda-tandanya. Apa yang telah kamu alami bisa jadi memberikanmu petunjuk atau justru malah membuatmu semakin kebingungan menerjemahkannya.
Kamu telah atau mungkin sedang melewati masa-masa banyak sekali hal yang dipikirkan setiap kali sendirian. Setiap kali pintu kamar ditutup, kegelisahan itu datang seperti hujan. Menyelinap ke pembuluh darahmu, seolah-olah semua hal yang kamu takutkan itu akan menjadi kenyataan. Meski kenyataannya, itu bahkan belum terjadi sama sekali.
Barangkali kamu bersedia untuk sejenak melihat lagi apa yang telah dilewati. Apakah kamu pernah menyakiti orang lain? Apakah kamu pernah mengatakan sesuatu yang tidak sebenarnya tentang orang lain? Apakah selama ini kamu tak pernah merasa bahwa kamu adalah pihak yang sebenarnya bersalah? Apakah kamu tidak mau minta maaf untuk kesalahanmu? Sebab barangkali memang ada kesalahan yang pernah kita lakukan. Dan kita tidak sadar atau tidak mengakui kesalahan. Dan hal itu yang membuat kita terus berjalan di jalan yang tidak seharusnya.
Entah kesalahan kepada sesama manusia.
Entah kesalahan dalam mengambil keputusan.
Entah kesalahan dalam memetakan konsekuensi.
Entah kesalahan-kesalahan lainnya yang saking keras kepalanya diri atau merasa benar, kamu gagal mengambil pelajaran pentingnya sehingga harus mengulang-ulang kondisi yang sama bertahun-tahun. Untuk satu tujuan, mengubah dirimu : cara berpikirmu - cara bertuturmu - caramu mengambil keputusan - caramu menghadapi kehidupan.
(c)kurniawangunadi
326 notes · View notes
yunusaziz · 1 month ago
Text
Tumblr media
2024
"Penghujung tahun dua ribu dua empat... hikmah apa yang bisa kita ambil kali ini, Yunus?" adalah pertanyaan yang saya ajukan untuk diri sendiri pada penghujung tahun ini.
Berbicara hikmah, tidak sedikit yang selalu mengaitkannya dengan sesuatu peristiwa yang tidak menyenangkan—kehilangan, ketertinggalan, kegagalan, atau luka yang membekas di hati. Namun bagi saya tidak, hikmah adalah hikmah. Ia adalah kado terindah yang Tuhan selipkan di setiap fragmen kehidupan hamba-Nya. Tak peduli apa pun bentuk peristiwanya—bahagia atau duka—semuanya menyimpan makna yang terlalu berharga untuk dilewatkan.
"Lagipula, memang begitu cara kehidupan berjalan, bukan?"
Manusia hanya diminta berjuang dari setiap kesempatan yang diberikan padanya, dan dengan mengais hikmah di balik semua peristiwalah kita bisa bertahan. Sebab dengan hikmah, kita selalu memiliki alasan logis untuk yakin bahwa, Tuhan yang Maha Agung itu selalu akan memberikan kehendak terbaik-Nya^^
"Ah dua ribu dua empat..."
Tahun yang penuh cerita, kejutan, dan pelajaran penuh makna. Banyak hal yang tak pernah terbayangkan sebelumnya akhirnya terjadi. Ada tangis haru karena impian yang akhirnya tercapai, ada juga air mata yang tumpah karena beberapa rencana yang harus tertunda.
Masih teringat jelas kilas memori bagaimana penghujung tahun sebelumnya, perencanaan yang terbukukan dengan jelas, lengkap dengan kotak kecil di samping kalimat rencana yang siap dieksekusi, berakhir menyisakan kotak kecil yang kosong tanpa coretan tanda centang, tanda ketercapaian.
Sedih? Tentu saja tidak. Sebab jika menghitung apa yang hilang, masih jauh lebih sedikit dari apa yang Tuhan masih sisakan. Tentu saya tidak memiliki perhitungan akuratnya, perhitungan ini lagi-lagi hanya berlandaskan keyakinan seorang hamba kepada Tuhan-nya. Bahwa Dia tidak akan pernah dzalim. Sesederhana itu.
Mungkin ada yang bertanya, "Bagaimana mungkin rasa syukur masih bisa tumbuh di tengah keadaan yang tak sesuai rencana?"
Jawaban saya sederhana: karena percaya. Keyakinan bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan hamba-Nya. Bahkan ketika doa terasa lama terjawab, saya yakin itu bukan berarti Tuhan tak mendengar. Mungkin, Dia sedang menyiapkan sesuatu yang jauh lebih indah, atau sedang menguatkan hati ini agar lebih siap menerima jawaban-Nya.
Kadang keyakinan-keyakinan yang terdengar klise bagi sebagian orang seperti itulah yang justru bisa membuat kita bertahan.
Untukmu yang membaca ini, izinkan saya menitipkan pesan:
Hidup adalah perjalanan yang penuh dengan hal-hal di luar kendali kita. Ada impian yang tercapai, ada juga yang harus dilepaskan, yang terpenting adalah kita harus selalu yakin bahwa semuanya adalah bagian dari rencana besar Tuhan untuk membentuk kita menjadi pribadi yang lebih kuat, lebih bijaksana, dan lebih dekat dengan-Nya.
Jika ada air matamu yang sempat terjatuh atas peristiwa yang mungkin tidak menyenangkan, atau kita harapkan? Biarlah. Biarlah bumi menjadi saksi bagaimana ketulusan hati yang kita miliki, biarkan ia menjadi bukti kesungguhanmu dalam upaya menggapainya.
Jangan pernah lupa untuk terus memupuk rasa syukur, bahkan di tengah keadaan yang sulit. Karena di situlah letak kekuatan kita sebagai manusia. Dan jangan lupa, tidak apa jika beberapa rencana tertunda. Sebab, tertunda bukan berarti gagal—itu hanya cara Tuhan meminta kita untuk bersabar sedikit lebih lama.
Terima kasih, 2024, untuk segala pelajaran yang telah kau hadirkan. Untuk segala tawa, tangis, dan hikmah yang tak pernah habis. Semoga langkah kita di tahun berikutnya senantiasa dipenuhi dengan kebaikan, keberkahan, dan cinta.✨
79 notes · View notes
andromedanisa · 1 year ago
Text
Ujian itu bernama, keyakinan..
Jika Allaah sudah berkehendak, dibelahan bumi yang jauh sekalipun. Jika memang takdirnya bertemu dan bersatu, maka mereka akan bertemu dan bersatu dalam kebaikan.
Sebab jika memang jodoh, Allaah akan menggerakkan kedua hati seseorang, bukan hanya salah satu diantaranya.
Pagi ini berjalan-jalan santai dengan ibu, ketika perjalan menuju pulang kerumah. Kami berdua mampir disalah satu teman dekat ibu yang sudah sepuh. Tahun ini memasuki usia 79 tahun, Masya Allaah sepuh sekali. Namun ingatan dan cara bicara beliau ini masih Masya Allaah baik sekali.
Dalam pertemuan kami, banyak sekali hal yang dibicarakan, dan banyak sekali hikmah yang saya dapatkan. Perihal takdir dan kehendak Allaah kepada hamba-hambaNya.
"mohon doanya ya, Bu. Mb Nisa ini sudah empat tahun menikah namun belum Allaah karuniai keturunan. Dua kali keguguran, semoga Allaah beri ganti dengan yang lebih baik lagi." Ucap ibuku kepada teman ibu yang sepuh itu.
"Qadarullaah, ya mb Nisa. Nggak apa-apa, Insya Allaah, baik. Yang penting kita sebagai manusia harus yakin, bahwa Allaah memberikan yang terbaik untuk kita. Mungkin terlihat sedikit lama, tapi percayalah pasti ada kebaikan yang sudah Allaah siapkan nantinya. Karena jika Allaah sudah berkehendak, sekalipun jauh dan nggak mungkin untuk ukuran manusia, hal itu akan terwujud diwaktu yang tepat." Ucap teman ibu dengan mata yang begitu berbinar sambil menatapku.
"Anak perempuan saya yang keempat mbak, dia paling sukses diantara ketiga kakaknya yang laki-laki. Menikah diusia 33 tahun sempat membuat saya dan suami khawatir sebagai orangtua. Perempuan usia segitu sudah waktunya menikah.
Berkali-kali gagal proses ta'aruf sebab dinilai kurang cantik, tak menyurutkan keyakinannya, bahwa takdir Allaah tidak pernah salah. Kalau dihitung-hitung mungkin sekitar lima belas kali gagal saat proses nadzor, mbak.
Singkat cerita, waktu aku ke rumah Malang, saya itu sakit. Dan pergilah berobat ke dokter. Saat itu saya diantar suami dan yang berjaga dokter laki-laki. Ketika diperiksa kami banyak ngobrol tapi saya nggak pernah bilang kalau saya punya anak perempuan yang belum menikah. Intinya, saya diminta untuk kontrol lagi satu minggu jika dirasa masih ada keluhan.
Satu Minggu saya ndak kontrol, karena saya harus balik ke Surabaya esok harinya. Ternyata malam harinya waktu saya dan suami silaturahmi ke rumah kerabat yang lain. Dokter tersebut telpon kerumah saya yang di Malang, nah yang nerima telpon itu anak perempuan saya.
Sampai rumah, anak perempuan saya bilang, "Bu, tadi ada telepon dari dokter A temen ibu katanya. Minta tolong ibu telpon balik, ini nomernya." Anak saya ngasih nomer yang sudah dia catat tadi waktu tadi mereka ngobrol.
Lalu, cepat-cepat saya hubungi dokter tersebut dan bilang kalau mungkin saya nggak bisa balik kontrol pekan depannya. Ketika saya telepon, dokter tersebut malah minta izin mau datang kerumah mau nadzor anak perempuan saya katanya. Saya masih kaget, langsung mengiyakan saja tanpa sempat bertanya kepada suami. Dan benar, keesokan harinya dokter tersebut dateng kerumah mbak, dan bilang kalau dia ini seorang dokter, duda punya anak satu, istrinya sudah meninggal setahun yang lalu karena sakit. Dan kedatangannya disini mau nadzor anak perempuan ibu buat menjadi calon istrinya.
Ditemuin sama Bapak diajak ngobrol panjang lebar dari jam 8 sampai jam 4 sore. Setelah sholat Dzuhur, suami saya bertanya ke anak perempuan saya tentang dokter laki-laki ini dan tentang niat baiknya ini. Siapa yang menyangka mbak Nisa. Anak saya yang sebelumnya nggak pernah pacaran ini, selalu menjaga diri, nggak pernah saya tahu dekat dengan siapa, suka sama siapa, nggak panik dengan usianya yang belum menikah yang penting baginya adalah belajar tentang persiapan pernikahan. Allaah gerakkan hatinya mau untuk proses dengan dokter tersebut. Setelah mereka nadzor dan banyak berbincang. Mereka berdua sepakat untuk lanjut ketahap berikutnya. Dan akhirnya mereka menikah, dikaruniai tiga orang anak.
Anak perempuan saya ini mbak, Masya Allaah sekali. Dia mungkin memang tidak cantik seperti perempuan pada umumnya, tapi hatinya sungguh cantik. Terkadang saya sebagai orangtuanya sampai mikir, ya Allaah apa bisa anakku ini menikah meski parasnya tidak cantik. Namun Allaah menjawab keragu-raguan saya. Allaah datangkan seseorang yang tampan, berbudi baik, bertanggung jawab dan menerimanya apa adanya. Kadang suka nggak nyangka aja dengan kisah perjalanan anak perempuanku ini mbak, namun sekali lagi sayapun takjub dengan kuasa Allaah. Sekalipun mustahil untuk ukuran manusia, tidak ada yang mustahil untuk Allaah. Jika memang jodoh, akan ada jalannya. Jika memang sudah Allaah kehendaki, akan terwujud sebagaimana sukarnya dalam proses itu.
Anak perempuan saya, selalu bilang gini ke saya, "Bu, tidak ada yang sulit bagi Allaah jika Allaah sudah menghendaki. Yakin saja sama Allaah, sebab Allaah sudah menjamin semuanya dengan ukuran kita sebagai manusia. Insya Allaah, keyakinanmu pada Allaah nggak bergeser dengan apapun Bu. Sekalipun usiaku untuk menikah nanti mungkin sudah tidak muda lagi."
Saya selalu membesarkan hati orang-orang yang sedang menunggu apapun itu dengan kisah ini mbak, bahwasanya Allaah Maha Mendengar doa para hambanya yang berdoa dengan penuh keyakinan kepadaNya. Tidak akan tertolak sebuah doa, sebab Allaah mengabulkan semua pinta hambaNya. Saya dulu sampai hampir putus asa, saya sampai mikir bagaimana kalau saya meninggal sementara anak saya masih belum juga menikah. Namun keyakinan saya hanya satu, bahwasanya Allaah tak akan memberikan ujian diluar batas kemampuan saya. Ketika saya diuji sebuah penantian tentang jodoh anak saya. Maka Allaah sudah menyiapkan balasan terbaik setelahnya.
Takjub sekali rasanya mendengar kisah yang penuh hikmah ini. Amalan apa yang dia lakukan sehingga kebaikan itu datang kepadanya dengan banyak kebaikan yang tak terduga-duga. Perihal keyakinan penuh kepada Allaah. Bahwa hanya karena sedikit terlambat, bukan berarti tidak pernah sampai. Semua penantian akan sampai diwaktu yang tepat menurut Allaah.
Before we question Allah timing, we must ask the more important question: am I ready to receive the answer to my prayer?
415 notes · View notes
nonaabuabu · 1 month ago
Text
Tumblr media
selamat ulang tahun dek.
seharusnya hari ini kau 24 tahun sudah, bukan lagi remaja yang berhenti di usia 19. tapi tuhan lebih sayang, dan tak apa-apa sekarang, toh pada akhirnya semua juga kembali kepadanya. juga kelak kakak, ayah dan semua orang yang kita cinta bahkan tidak kita suka.
memang benar tak lagi ada yang sama setelah kehilangan, tapi hidup yang terus berlanjut layak untuk dibenahi kembali dari semua sisi. panjang perjalanan hingga akhirnya lapang dada bukan berarti lupa, tapi selayaknya manusia yang hidup harus tetap bertahan, bukan?
sudah lima tahun dek, sampai akhirnya kakak berhenti melarikan diri. tak banyak yang tahu, dan mungkin mereka tak perlu tahu, upaya pulang adalah pulang dalam segala makna, rumah, penerimaan, pemaafan dan juga pencarian.
tak lagi masalah jika kakak gagal menjadi siapa saja yang mereka harapkan, untuk diri sendiri dengan semua yang pernah terjadi bagi kakak di titik ini adalah hasil yang pantas disyukuri. meski jalan yang dilalui jauh lebih suram dari apa yang pernah dibayangkan.
dek, maaf jika ini terlalu lama. tak mudah berkompromi dengan apa-apa yang ingin kita tinggalkan jauh di belakang. setiap langkah setelah di tempat ini, kakak seperti berziarah pada makammu setiap hari. setiap sudut kota ini adalah tempatmu tumbuh, tempatmu ingin berumah dan menua. meski pada akhirnya bukan di sini kau bersemayam selamanya.
kakak kembali sekarang, menjadi kakakmu yang terakhir kali kau ingat. maaf jika terlalu lama, terlalu berbelit dan terlalu jatuh dengan semua hal yang terjadi di kala kau pergi. tak pernah salahmu, dan tak pernah salah siapapun kecuali kakak. semoga tuhan turut mengampuni.
tak ada selamat ulang tahun dek, tenanglah di sana. semoga tuhan selalu menerimamu, sebagaimana ia melindungi kita sepanjang hidup.
26 notes · View notes
kkiakia · 9 months ago
Text
Sebagai manusia.
Sesekali kita salah, sesekali kita benar.
Sesekali kita kalah, sesekali kita menang.
Sesekali kita gagal, sesekali kita berhasil.
Tetapi, kadang-kadang kita tahu bahwa kita salah, bahkan "sering" terjatuh di kesalahan yang sama. Tapi terus mengulangi pola kekeliruan itu. Hingga pada akhirnya....setelah sering merasa terjatuh di tempat yang sama, rasa sakit itu tumpuk menumpuk lalu menjerit nyeri di alam bawah sadar. Barulah kita sadar diri untuk mengambil pelajarannya—berbenah dan beranjak meninggalkan kesalahan itu. Hmm
Pun saat tahu bahwa kita salah, harusnya mudah untuk meminta maaf pada diri sendiri semudah mengakui dan minta maaf kepada orang lain, tetapi ada beberapa keadaan tertentu yang seringkali membuat kita enggan mengakui kita salah, lalu membuang maaf karena ego sedang tidak mau kalah. Padahal maaf itu sangat dibutuhkan oleh sisi lain diri kita, tapi kita sering melupakan dan tidak menganggap itu penting.
Saat ada penyesalan yang rasanya ingin kita perbaiki namun tidak bisa, ah sekuat tenaga kita membenci diri kita sendiri.
Tapi anehnya, saat ada orang yang berlaku jahat atau buruk pada kita, kita malah sering memberi mereka pemakluman.
"Mungkin dia tidak sengaja berbuat demikian, mungkin besok dia berubah".
Hmm. Kenapa sih kita tanpa sadar sejahat itu sama diri kita sendiri?
Harusnya maaf paling banyak adalah untuk diri sendiri.
Harusnya semangat, kekuatan dan afirmasi positif yang paling banyak kita beri adalah untuk diri sendiri.
Harusnya kita mendengarkan suara hati kita, bukan terus mengabaikannya. Seolah semuanya baik-baik saja dan baik-baik terus. Sebab hidup tidak seideal dan selurus itu setiap harinya.
Ada momen-momen kita salah, akuilah.
Ada momen-momen kita kalah, terima dan perbaikilah.
Ada momen-momen segalanya terasa riuh, ambilah jeda.
Ada momen-momen dimana kita merasa lelah, maka istirahatlah sejenak.
Menikmati hidup yang penuh dinamika dan menjadi manusia yang tidak sempurna nan rumit diantara seluruhnya memang tidak mudah. Kita tidak harus berlari seolah akan tertinggal. Kita tidak harus merasa dikejar sebab kita tidak sedang berlomba dengan siapapun. Kita manusia, yang seringkali bersemangat lalu dilain waktu kelelahan. Kita manusia, yang ada kalanya senang hingga seakan ingin terbang, lalu dilain waktu merasa sedih seakan ingin tenggelam. Tapi kita semua juga manusia yang diciptakan Tuhan dengan desain yang hebat dan luar biasa. Banyak-banyak bersyukur dan jangan menyerah ya.
Harusnya kita menyayangi diri kita, sebagaimana kita pun juga menyayangi orang-orang yang kita cintai. Bukan sebaliknya, kita memberikan terlalu banyak cinta yang berhamburan kepada orang lain, tapi untuk mencintai diri sendiri kita tertatih-tatih, kesulitan dan tidak apa adanya.
Harusnya kita menerima diri kita seutuhnya, seluruh utuh dan rumpangnya. Setelah selesai dengan itu semua, kita pasti akan merasa cukup. Tanpa harus bergantung penuh pada kasih sayang dan puja-puji manusia lain yang mungkin sesungguhnya tidak semanis yang terlihat oleh mata dan tidak sejujur yang terdengar oleh telinga kita.
Siang terik, 15 Mei 2024 12.32 wita
126 notes · View notes
ajinurafifah · 1 year ago
Text
Cukup Tidur
Seperti biasa, malam yang sunyi
Suara hati lebih terdengar jelas
Sesekali dia marah, banyak kali rasanya kudengar ia gelisah
Tak jelas apa yang dia risaukan
Kadang merasa tak begitu baik menjadi manusia
Kadang merasa tak begitu baik menjadi ibu
Kadang merasa banyak sekali salahnya sebagai istri
Berulang-ulang kali kepala menyuruh diam
Tapi hati terus bertanya,
"Apa aku cukup?"
Begitu terus sampai tertidur
Kadang juga malah terjaga
"Apa aku cukup?"
Cukup tidur maksudmu?
Ya tentu akan cukup kalau kamu berhenti menyalahkan diri sendiri.
Ada kala kamu salah
Ada kala kamu kurang
Yang kamu hitung selalu itu, kamu takpernah menghitung kapan kamu berhasil, kapan kamu berdampak, kapan kamu bahagia
Karena lebih banyak kan?
Kamu itu cukup, celahmu cukup untuk kau perbaiki esok hari.
Kalau gagal? Tak apa. Yang penting kita tidak gagal untuk terus berusaha menjadi lebih baik.
Kamu itu cukup.
Besok-besok kita lebih semangat lagi...
Ayo tidur.
166 notes · View notes
apriliakinasih · 4 months ago
Text
Perjalanan
Tiba-tiba saja aku terpikirkan, bahwa semua pengalaman kita ternyata merupakan jalan yang memang harus kita lewati agar kita bisa sampai ke tujuan. Kita tidak harus sampai ke tujuan hari ini juga, atau besok. Kita bisa sampai ke tujuan besok lusa, atau besoknya lagi, atau bahkan suatu saat nanti.
Jika kita melihat teman kita sudah sampai ke tujuannya terlebih dulu, tak perlu risau. Sebab rute yang harus dilewati masing-masing orang itu berbeda. Dan jalan kita tidak harus mulus, lurus, lancar tanpa hambatan apa pun.
Kadang-kadang jalan itu berbelok, terjal, menanjak, menurun curam, licin, becek, atau bahkan penuh dengan bebatuan. Selama berjalan, kita sering terpeleset, jatuh, terengah-engah, terluka di sana-sini, lelah dan pasti sakit sekali rasanya. Itu semua menunjukkan bahwa ternyata jatuh bangun, kegagalan, kesedihan, keterpurukan yang pernah kita alami adalah juga bagian dari jalan panjang ini. Dan kita—mau tidak mau—harus melewatinya.
Perjalanan ini memang sangat menguras tenaga. Kita dibuat lelah fisik, lelah mental. Lelah, selelah-lelahnya. Jalan yang kita lalui ini rasanya tidak berujung. Sementara itu, apa yang kita jadikan tujuan belum terlihat barang seujung kuku pun. Masih jauuuh sekali rasanya.
Di tengah perjalanan, kadang kita bertemu dengan orang yang senasib. Hal itu membuat kita kembali bersemangat. Kita dengan orang itu pun saling memberi semangat. Tapi ada juga orang yang akan memandang kita sebelah mata, tanpa tahu sedikit pun tentang bagaimana kita melalui jalan panjang ini. Mereka hanya tahu bahwa kita belum sampai ke tujuan. Mereka hanya menilai dari itu, tidak lebih.
Kalau bertemu dengan tipe orang yang kedua ini, abaikan saja. Sebab ada hal yang lebih penting untuk kita lakukan: melanjutkan perjalanan. Tak peduli selelah apa kita, tetap langkahkan kaki. Yakinkan dalam diri bahwa suatu saat nanti kita akan sampai pada apa yang menjadi tujuan, pada apa yang kita damba. Pada apa yang sekarang hanya menjadi cita-cita.
Maka wahai kawanku, jika saat ini kamu sedang terpuruk, merasa menjadi manusia gagal, jauh dari apa yang kamu cita-citakan, ingatlah selalu bahwa cerita hidupmu hari ini juga merupakan bagian dari perjalanan yang mau tidak mau harus kamu lewati. Memang seperti ini rute yg harus kamu lalui untuk sampai ke tujuan. Jadi, sabar dulu ya. Tetap berusaha melakukan yang terbaik. Mari kita sama-sama berdoa agar dijauhkan dari rasa putus asa dan prasangka buruk terhadap-Nya, selelah apa pun rasanya.
(14 Oktober 2024| 21:45WIB)
33 notes · View notes
sepertibumi · 1 year ago
Text
"Kalau kamu pengen beli martabak tapi di tengah jalan ternyata pengen cilok, yaudah beli cilok aja. Artinya kamu ga bener-bener pengen martabak."
Manusia seringkali dihadapkan dengan banyak pilihan. Kemampuan untuk memutuskan satu yang terbaik tentu bukan hal mudah. Yang harus disadari betul, bahwa semua hal memiliki konsekuensi dan resiko. Tentukan satu, lalu hadapi semuanya dengan yakin.
Beberapa kali bertukar cerita dengan teman sejawat. Asyiknya menjadi seorang pendengar, kau bisa mendapat banyak sudut pandang baru tanpa harus menghakimi. Kau bisa melatih kemampuan berpikir tanpa harus berdebat dengan siapapun.
Banyak yang gundah karena takut apa yang ia perjuangkan selama ini ternyata salah. Padahal sejatinya rasa takut itu akan selalu hadir, dimanapun, kapanpun. Ia seperti bayangan yang tak bisa kau hindari.
Pilihannya dua; berdamai atau berperang. Yang kedua jelas melelahkan, karena kau akan menghabiskan hidup untuk menyangkal kenyataan.
Tenang kawan, kau cukup berakal untuk menimang dan mempertimbangan resiko dari setiap tindakan. Selanjutnya, kau hanya perlu cukup berani untuk menjatuhkan pilihan. Menyemai prasangka baik pada setiap hal yang sedang kau perjuangkan.
Kalau gagal, tentu wajar. Ini hidup pertamamu dan kau belum pernah mendapat kisi-kisi sebelumnya. Toh mereka yang hebat bukan mereka yang tak pernah gagal, tapi yang selalu bangkit setiap kali terjatuh.
Ini hidupmu, kendalinya ada di tanganmu. Perjuangkan apa yang kau mau, dan lepas apa yang menghambatmu bernafas.
Percaya padaku, kau mampu. Dan kau selalu mampu untuk itu! :)
— @sepertibumi
137 notes · View notes
85kilometer · 2 months ago
Text
Dosa yang Kita Rayakan
Tumblr media
Orang-orang suka berpura-pura suci di depan publik. Seolah-olah dunia ini panggung teater dan mereka pemeran utamanya. Tapi, tahu apa yang lucu? Dosa paling manis justru dilakukan di balik pintu terkunci, bukan di bawah sorotan lampu. Kita semua punya rahasia, tapi tak semua orang cukup berani mengakuinya.
Aku, misalnya. Aku punya kebiasaan buruk yang tidak ingin kuceritakan kepada siapa pun. Bukan kebiasaan mencuri atau berbohong, bukan pula hal-hal klise yang biasa kau dengar dalam seorang motivator, influencer, bahkan psikiater. Ini lebih licik, lebih subtil. Aku suka merasa benar saat orang lain salah. Aku suka menguliti kesalahan orang di dalam kepalaku, menyusunnya seperti trofi kemenangan pribadi. Tidak aku ucapkan, tentu saja. Aku hanya menikmatinya dalam diam, seolah-olah menjadi hakim di pengadilan sunyi.
Orang-orang bilang, iri hati itu dosa. Tapi bukankah iri adalah satu-satunya emosi yang kita jaga paling rapi? Tidak ada yang berani bilang, "Aku iri padamu." Sebaliknya, kita akan berkata, "Wah, keren banget, ya!" sambil diam-diam berharap sesuatu yang buruk menimpanya. Tragis, bukan? Kita hidup di zaman di mana senyum bisa lebih tajam daripada alat pencukur manapun.
Kalau sudah bicara soal dosa, semua orang tiba-tiba jadi hakim. Seolah-olah dosa mereka lebih kecil daripada dosa orang lain. Selingkuh dianggap lebih buruk daripada menghabiskan waktu kerja untuk scrolling media sosial. Padahal, pada intinya, keduanya sama-sama pengkhianatan. Tapi karena satu lebih kasat mata, kita merasa punya hak untuk mencela. Lucu, ya? Kita ini makhluk yang butuh penjahat dalam cerita hidup kita, supaya kita merasa lebih baik.
Aku pernah bertanya pada temanku, "Kalau dosa itu begitu buruk, kenapa rasanya enak?" Dia hanya tertawa. Katanya, "Karena manusia selalu tergoda untuk merusak hal yang paling indah." Lihat saja cinta. Awalnya, cinta itu bersih, jernih, dan tanpa cela. Tapi begitu manusia masuk ke dalamnya, mereka mulai membangun perangkap. Cemburu, obsesi, manipulasi—semua itu tidak ada sebelum manusia masuk. Jadi, ya, mungkin dosa adalah bumbu dalam sup kehidupan. Tanpa itu, semuanya hambar.
Tapi, inilah yang paling ironis. Kita tidak pernah benar-benar ingin berhenti. Kita mengaku ingin berubah, ingin "menjadi versi terbaik dari diri sendiri," tapi lihat saja ke sekeliling. Berapa banyak orang yang benar-benar berubah? Bukannya berubah, mereka cuma lebih pandai menyembunyikan diri. Lihat orang yang mengaku "healing." Mereka pergi ke tempat wisata, foto-foto, pakai filter pastel, dan bilang, "Akhirnya berdamai dengan diri sendiri." Padahal yang mereka lakukan cuma lari dari masalah, bukan menghadapinya.
Dan di sinilah kita, setiap malam sebelum tidur, memikirkan dosa-dosa kecil yang kita rayakan secara privasi. Dosa-dosa yang tidak kita akui bahkan pada diri sendiri. Seperti rasa puas saat seseorang yang kita benci mengalami nasib buruk. Seperti kebahagiaan aneh ketika seseorang yang kita cemburui gagal. Seperti keinginan untuk menang, bahkan di atas penderitaan orang lain.
Mungkin, kita memang diciptakan tidak sempurna supaya kita punya sesuatu untuk diperjuangkan. Tapi jangan salah, perjuangan itu tidak selalu tentang menjadi lebih baik. Terkadang, perjuangan terbesar adalah menerima bahwa kita manusia yang penuh cacat—dan tidak apa-apa tetap seperti itu.
Karena, pada akhirnya, dosa-dosa kecil kita tidak lebih dari pengingat bahwa kita hidup. Dan meski kita pura-pura suci di depan orang lain, di dalam diri kita, kita semua tahu satu hal ini: tidak ada yang benar-benar bersih.
Jadi, malam ini, ketika kau merasa bersalah karena mengutuk seseorang dalam hati, atau merayakan kekalahan orang lain, atau menunda pekerjaan yang harusnya selesai, ingatlah ini—kita semua melakukannya. Bedanya, ada yang mengaku, ada yang menutupinya rapat-rapat.
Dan aku? Aku sudah bosan berpura-pura.
20 notes · View notes
kayyishwr · 3 months ago
Text
"Dik, kok mas rasanya ga tenang gini ya". Aku yang sedari tadi membuka-buka file materi, akhirnya berani bersuara. Dia menatapku sambil tersenyum, "coba pejamkan mata, terus tarik nafas dalam dan hembuskan perlahan mas"
Dan anehnya ku turuti saja perintah itu.
"Mas ingat ga? Dulu pernah cerita, punya senior yang lagi sekolah spesialis neuro, trus sama persis mau ujian kaya gini" aku yang sedari tadi masih memejamkan mata, sambil bernafas dalam, perlahan membuka mata dengan nafas yang lebih tenang. Dan reflek kujawab "oh iya, kok kamu ingat!"
"Astaghfirullah bikin kaget, tadi masih merem sekarang udah melotot" caranya menjawab membuatku lebih tenang dari sebelumnya. "Tentu aku ingat, beliau kan mentormu mas, iya to?" Aku mengangguk.
"Ya cerita jenengan pas itu kan, beliau mau maju ujian, juga agak panik, tapi ditenangkan oleh istrinya; jika gagal bisa diulang lagi, jika berhasil ya, alhamdulillah" sekarang aku lebih tenang, karena itu sebagai tanda, tidak masalah jika semua tidak sesuai dengan harapan terbaik kita
"Ummi kan juga pernah bilang; gak apa-apa to, walaupun tetap berharap yang terbaik"
"Lagi pula mas, manusia itu pasti selalu menginginkan kebaikan bagi dirinya. Namun, Allah Maha Melihat dan Maha Mentakdirkan Sesuatu; yang jauh lebih baik dari harapan kita" aku menyimak dengan seksama. "Hanya saja karena kita punya nafsu, kadang yang sudah ditakdirkan Allah berupa kebaikan, bisa jadi dianggap sebagai keburukan; begitulah manusia"
"Ah cerdas sekali kamu". Gantian dia yang melotot, namun sambil tersenyum aneh.
"Mas sudah berusaha semaksimal mungkin, walaupun pasti ada kurangnya juga. Tinggal sekarang perkuat tirakat doa, amal, dan istighfar. Supaya dosa dari kesalahan yang kita perbuat, tidak menjadi hambatan untuk mendapatkan cahaya ilmuNya Allah"
Sekarang aku mendapat suntikan energi yang luar biasa, ku pejamkan mata sekali lagi, sambil menarik nafas lebih dalam, dan mengeluarkan secara perlahan.
Telingaku mendengar air mulai turun dari langit yang bertabrakan dengan genting rumah. Namun kembali tersadar dengan ucapannya lagi, "itu aku kirim ucapan Gus Baha lewat whatsapp, semoga menambah ketenangan, bukan cuma buat jenengan tapi buat kita semua, bismillah ya mas!"
Tumblr media
29 notes · View notes
juliarpratiwi · 1 year ago
Text
Tumblr media
"Kalau ta'aruf pasti gak akan sedih semisal gak jodoh dan tidak sampai pada pernikahan?"
Apakah iya? Hmm, untuk hal ini ternyata saya kurang setuju. Seterjaga apapun prosesnya, pasti ada sedih ketika memulai proses dan tidak sampai pada apa yang menjadi harapan. Karena itu tadi kita menyimpan harapan berapapun besaran porsinya.
Berani memulai proses pasti karena ada kecenderungan dan biasanya akan menyelipkan sebuah harapan. Harapan bahwa seseorang yang kita nilai baik ini akan menjadi teman perjalanan ibadah seumur hidup.
Jadi, sedih ketika tidak sampai pada apa yang menjadi harapan, adalah hal yang wajar. Hanya, memaknai sedihnya ini mungkin akan berbeda. Ketika menjaga proses, ada langkah pertama yang kita dahulukan; tawakal kepada Allah. Ada niat yang senantiasa diluruskan; bahwa ta'aruf ini adalah ikhtiar dalam rangka ibadah, bahwa ta'aruf ini adalah ikhtiar dalam rangka menjemput takdir pernikahan dari-Nya. Hasil sepenuhnya berada dalam kuasa Allah ta'ala. Sehingga kita akan mengembalikannya kepada pemilik segala rasa. Sedih yang ada adalah tanda kita ini manusia yang lemah, jadi harus terus dan selalu bergantung erat kepada-Nya. Karena Allah paling tahu (si)apapun yang terbaik untuk hamba-Nya.
Saya pernah menuliskan ini untuk seorang teman yang kala itu qadarullah 'gagal menuju pernikahan'.
Tidak perlu tergesa-gesa menerka-nerka apa hikmahnya. Nikmati saja dulu rasanya.
Siapa sangka qadarullah tahun 2023 saya diuji dengan tulisan saya sendiri dan dipaksa untuk mengaplikasikannya sendiri. Alhamdulillah 'ala kulli haal.
Hingga beberapa waktu kemarin saya masih menikmati rasanya. Saat ini, insyaAllah saya akan siap membuka ruas-ruas hikmah dibalik rahasia takdir-Nya.
Ketetapan Allah selalu baik dan pasti yang terbaik.
21.24 WIB
79 notes · View notes
jejaringbiru · 1 year ago
Text
Memulai
Tumblr media
@hardkryptoniteheart
Aku sendirilah yang memilih menapaki jalan ini sejak beberapa tahun lalu. Aku pun memulai sesuatu yang terasa asing dan baru ini dengan keberanian sampai kesempatan itu dihadirkan ke dalam hidupku. Meski aku memiliki ketakutan dan kekhawatiran, aku ingin mencoba menghadapinya. Bukankah aku tidak pernah dibiarkan untuk berjalan sendiri di dalam menjalani hidup ini?
@yustrialubna
Mari selesaikan apa yang semestinya diselesaikan.Terlalu banyak yang dipikirkan tak akan lantas membukakan jalan. Sudah cukup mencari alasan membuatnya terbengkalai, inilah saatnya untuk memulai.
@shofiyah-anisa
Mari kita awali tulisan ini dengan ayat Al-Qur’an 'Faidhaa Faroghta Fanshob', yang artinya “maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.)” (QS. Al-Insyiroh : 7). Di ayat tersebut ada perintah yang bisa menjadi motivasi untuk manusia supaya selalu produktif. Sedikit ataupun banyak agar selalu bergerak dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain. Selanjutnya mari kita kaitkan ayat ini dengan hadits Nabi “ ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhori no. 6412, dari Ibnu Abbas). Yap, sebuah motivasi yang sangat luar biasa bukan?
Memulai itu susah-susah gampang. Banyak yang pandai memulai, ngide, ataupun mempunyai banyak hal yang bisa di tulis dan dibicarakan. Namun tidak sedikit jua yang susah memulai. Mau nulis, bingung tema apa, bingung tentang apa, dll. Maka dari kedua hal diatas kita bisa membuat kesimpulan "udah mulai aja dulu, nanti pasti akan sampai." Oh iya saya ingat salah satu perkataan dari seorang teman "kita hanya butuh kebiasaan aja. Coba kamu nulis satu hari satu tulisan, nanti akan terbiasa, insyaaAllah ndak ada itu bingung dalam memulai menulis". Begitulah. Maka masalah 'memulai' adalah masalah saya masa silam. Seakan stagnan di proses "buka laptop atau memegang bolpen" tapi gak tau mau nulis apa.
Semoga dengan kedua potongan ayat al-Quran dan hadits Nabi diatas bisa memotivasi kita dan mendorong diri untuk menghadirkan niat terlebih dahulu. Sebelum akhirnya membuka laptop untuk mencoba menulis satu kata. Karena kebiasaan juga perlu dibangun bukan?
Mari lakukan.!
@rumelihisari
Tak apa jika baru memulai
Orang lain sudah mau wisuda dan memakai toga, sedang kamu baru memulai perjalanan menjadi mahasiswa ditengah kesibukan peran utama sebagai ibu muda
aku tahu kamu merasa tertinggal dari teman-temanmu. mereka terlihat seperti berlari begitu kencang mencapai berbagai impian, sedang dirimu masih ada di garis start dengan segala kekhawatiran yang mengintai.
Khawatir gagal, khawatir tak sampai pada tujuan, khawatir melalaikan kewajiban, khawatir menyerah di perjalanan, khawatir dengan cibiran orang-orang yang meremehkan.
Kamu tidak tertinggal, sayang. ini hanya perkara garis start yang berbeda dan tak perlu disamakan. Tidak apa jika baru kembali memulai disaat orang sudah dekat untuk mencapai tujuan.
Tidak ada yang terlambat. Kamu hanya perlu kembali menata diri, memulainya dengan niat yang benar, bahwa apa yang ingin kamu capai dan tengah kamu lakukan hanya untuk mencari dan mendapatkan rida' Allah saja. sehingga tak perlu membandingkan diri dengan pencapaian orang lain, cukup membandingkan diri hari ini dengan hari sebelumnya. mencatat juga mengevaluasi diri supaya hari-hari berjalan dengan baik dan sesuai dengan jalanNya.
@cicakuaci
Tahun dua ribu dua puluh empat diawali dengan memulai hal baru dan hal lama. Hal baru ini benar-benar baru— yang ternyata merupakan bagian dari doa yang selalu dirapal dan diyakini dalam hati. Alhamdulillah, sangat bersyukur atas itu. Sedangkan pada hal lama, aku ingin melakukan sesuatu yang sudah sejak lama terencana tapi belum sempat dilakukan dan memulai kembali beberapa hal yang pernah terhenti. Semoga selalu diluruskan niat dan segala prasangka di dalamnya, ya. Hwaiting!
@padangboelan
Seringkali kita takut untuk memulai sesuatu. Padahal jika kita tidak memberanikan diri untuk memulainya, bagaimana mungkin kita akan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya?
@gndrg
Badai telah usai Barangkali, puas sudah ia membantai Sore itu, suasana kota begitu ramai Dipenuhi orang-orang yang bersantai menikmati jalan kota yang menjajakan mimpi-mimpi yang terburai Diselai kelakar renyah seolah menertawai kenyataan yang tak berperi Isi kepalaku pun sama ramainya Namun ia justru sibuk merencanai berbagai andai Membenahi yang terbengkalai Mengutuhkan yang tercerai berai Memulai kembali sesuatu yang hampir usai
@yurikoprastiyo
Jika ditanya penyesalan terbesar saat ini ialah tak berani memulai apa yang menjadi ambisiku sejak dulu. Berpikir bahwa akan tak siap menerima segala konsekuensi yang harus diterima. Memilih jalan yang berbeda, mengarungi ketidakpastian dan merasakan ketidaknyamanan.
Padahal jika memulainya sejak dulu mungkin saja aku sudah ditahap yang sedikit lagi sampai ditujuan atau barangkali sudah merasakan gagal atas apa-apa yang diupayakan. Bukankah tak apa merasakan kegagalan, ia memberitahu kita bahwa tak semua harapan harus terwujudkan.
Tetapi tanpa memulai aku tak bergerak sama sekali, bahkan tidak tau akan gagal atau berhasil karna tak sedikitpun berani mencoba. Meski mimpi itu telah tertidur tapi ia tidak benar-benar mati, seringkali ia bangun untuk menghantui. Bahwa penyesalan terbesar itu bukan gagal tapi takut memulai melangkahkan satu kaki.
@semangaaaatt
Bagaimana caraku memulainya? Kapan aku akan memulainya? Dimana aku bisa memulainya? Mengapa aku harus memulainya? Apakah aku sanggup memulainya? Jika aku tidak memulainya, lantas siapa?
57 notes · View notes
mulyanah · 1 year ago
Text
Jangan merasa buruk pada dirimu sendiri. Pahamilah bahwa Allah menciptakanmu Sebab ada alasan. Kau tidak tahu bisa jadi alasan keberadaanmu adalah kebahagiaan dan ketenangan bagi yang lainnya.
Mulailah menerima segala kekurangan dalam diri kemudian Mulailah untuk percaya sama diri sendiri dan mulailah untuk mencintai segala takdirmu. Adanya dirimu bukan tanpa alasan. Untuk itu, Hilangkan semua perasaan yang akan menjatuhkan dirimu sendiri gantilah dengan perasaan positif yang akan membangun dan mengembangkan dirimu menjadi sosok yang lebih baik dan berarti. Perasaan gagal, tidak baik dalam segala aspek dan merasa tidak pantas untuk siapapun adalah perasaan yang akan membunuhmu perlahan-lahan.
Menghargai dan mencintai diri sendiri salah satu bentuk aplikasi dari rasa syukur kita kepada Allah. Bukankah Allah sebagai pencipta kita selalu memaafkan sebanyak dan sebesar apapun kesalahan bahkan jika kesalahan itu berulang kali kita lakukan selagi kita bertaubat dan mau berubah jadi manusia yg lebih baik Allah pasti memberi maaf dan memberi kesempatan,lalu kenapa memaafkan diri sendiri dan memberi diri kesempatan begitu sulit??
111 notes · View notes
kaktus-tajam · 1 year ago
Text
List Kegagalanku di Tahun 2023
Di luar arus umumnya, aku ingin berbagi kegagalan apa saja yang ditakdirkan di tahun 2023. Hehe. Panjang.
Januari
Tentunya skenario mengawali tahun baru dengan sakit.. tidak pernah ada dalam bayanganku.
Bukan. Bukan karena harus dirawat inap selama 6 hari dengan 3 dokter spesialis, sampai harus izin ganti jaga IGD karena masih berstatus dokter internsip. Bukan karena diagnosisnya cukup langka jadi ragam tes harus dilakukan. Bukan.
Agaknya aku lebih ingin menggarisbawahi bahwa 6 hari itu mengubah persepsiku tentang 24 tahun hidupku.
Dan kegagalan pertamaku adalah sempat menyalahkan diri, bahkan.. sempat mempertanyakan Allah: kenapa aku?
Sikap kontraproduktif.
Ternyata manusia memang tempatnya mengeluh, tempatnya ketidaktahuan ya.
Siapa sangka, sakitku itu justru membawa banyak keberkahan di kemudian hari. Membuka pintu-pintu unik yang belum pernah terbayangkan sebelumnya.
Februari
Kegagalan keduaku adalah gagal mengkomunikasikan dengan baik terkait pekerjaanku sebagai asisten penelitian.
Akhirnya aku memutuskan resign dari pekerjaan sampinganku untuk fokus ke internsip dan pemulihan sakit. Di momen ini aku malu, karena rasanya gagal membina hubungan baik dengan dosen. Gagal pula manajemen diri dan waktu dengan baik. Sampai bertanya-tanya, kok bisa ya saat S1 dan koass kuat? Apa tidak pernah diuji sedemikian fisikku dan mentalku?
Tapi justru di titik ini aku belajar, suatu pelajaran penting. Ingatkah kisah tentang contoh mastatha’tum seorang syaikh, yang berlari sampai pingsan?
Di sini Allah sedang mengingatkan pertanyaanku ke seorang ustadz 2018 silam: bagaimana kita mengetahui batas kita dalam mastatha’tum ustadz?
Maret
Aku gagal menyelesaikan amanahku di komunitas yang kuikuti dengan baik. Adabku nampaknya perlu ditilik kembali.
Aku tidak bisa ikut rihlah dan menyelesaikan tugas akhirku di kelas tersebut. Pasalnya, setelah ke beberapa dokter di Indonesia, akhirnya orang tua membawaku ke Singapura untuk check up. Dan seperti cerita-cerita yang sering viral di sosial media, dokter di sana berbeda pendapat dengan dokter di Indonesia.
Aku dinyatakan berstatus “saat ini Anda sehat, tapi perlu pengawasan.” Suatu diagnosis abu-abu. Tidak dapat tegak, tapi juga tidak dapat dieksklusi. Menarik.
Siapa sangka, sebagai dokter aku justru jadi pelaku health tourism sebagai pasien? Ayah dan ibu berkata: kelak perjalanan ini pasti akan bermanfaat bagi kamu. Aamiin.
Oh ya di sisi lain, aku merasa gagal juga membuat orang tuaku bangga. Jadi sedih karena merepotkan. Terharu karena melihat sedemikian khawatirnya mereka.
April
Ternyata dalam bab ber-Qur’an pun, aku gagal mencapai target. Aku tertinggal jauh.
Kebanyakan alasan. Kebanyakan bermalas-malasan. Jaga lah, capek lah, badan sakit lah.
Tapi Allah kasih rezeki berupa Ramadhan. Dan Allah karuniakan rasa di hati: bagaimana kalau ini Ramadhan terakhirku? Itikaf terakhirku?
Rasa yang membuat bulan mulia itu begitu sulit dilepas. Alhamdulillah. Semoga kita tidak termasuk dari mereka yang mahjura terhadap Al-Qur’an.
Di kegagalan ini aku belajar tentang adab izin ke Allah: bahwa keikhlasan pun perlu diminta, keistiqomahan pun perlu diminta.. dan ternyata Qur’an memang jadi obat terbaik untuk sakitku.
Mungkin memang sebenarnya jiwaku ini yang banyak penyakitnya, ya.
Mei
Laju hidupku berubah ketika internsip periode rumah sakit selesai dan beralih ke puskesmas. Layaknya testimoni teman-teman, periode puskesmas akan lebih luang dan tidak melelahkan (dan membuat naik berat badan).
Tapi aku gagal menaikkan berat badan. Haha (naik sih, tapi turun lagi)
Memang tiga hari setelah pindah stase dari RS aku tidak nafsu makan. Aku hanya banyak menangis dan mencoba alihkan pikiran dengan game kucing. Haha.
Kenapa? Aku merasa gagal manajemen code blue dengan baik, di jaga malam terakhirku. Aku kehilangan seorang pasienku. Innalillahi wa inna ilaihi raajiun. Kepergiannya, kelak menjadi kebaikan bagiku (dan untuk almarhum lah, aku dedikasikan sertifikat ACLS-ku). Terima kasih Pak, semoga Allah lapangkan kuburmu. Al fatihah.
Juni
Lagi-lagi gagal untuk mengelola stress. Haha. Di bulan Juni aku mendaftar tes TOEFL iBT. Setelah memantapkan hati mendaftar LPDP. Tentunya belajarnya H-10 karena mepet. Akhirnya gejala sakit kemarin muncul lagi. Duh, Hab.
Sedih juga, karena gagal mendapat nilai yang kutargetkan, kurang 4 poin.
Tapi alhamdulillah, memenuhi syarat. Walau ujian sambil merasakan macam-macam gejala efek samping obat.
Juli
Gagal mengumpulkan berkas LPDP sebelum deadline.
Terbukti benar kata Ibu, perjalanan sakitku dari Januari membawa hikmah. Itulah yang menjadi kisah latar belakang di esai kontribusi, yang seakan Allah tunjukkan: ini nih my calling.
Tapi aku mengulur waktu, dan akhirnya baru mengumpulkan berkas di beberapa jam sebelum tenggat. Di mobil. Saat aku perjalanan dari Jakarta ke Jogja. Haha. Terbayang betapa tingginya adrenalin malam itu.
Agustus
Gagal juara 1 di lomba yang kuikuti.
Sakitku.. selain menghantarkanku untuk daftar S2 (ketimbang langsung PPDS/ kerja), juga menghantarkanku untuk mencoba banyak hal untuk menambah pengalaman di CV untuk persyaratan S2.
Termasuk ingin ikut berbagai mentorship dan lomba. Aku gagal daftar mentorship dan training Cochrane. Tapi aku akhirnya memberanikan diri mengikuti MIT Hacking Medicine di Bali.
Alhamdulillah, walau gagal juara 1, mendapat juara 3 dan mendapat pengalaman yang jauh lebih berharga dari piala itu sendiri. Oh ya dan mendapat teman-teman internasional juga.
September
Gagal rasanya ketika sempat ditegur konsulen karena scientific poster ku perlu berulang kali revisi.
Pengalaman pertama mengirimkan case report
Lalu kelelahan setelah lomba. Dan akhirnya September penuh dengan bolak-balik check up kembali.
Aku pun gagal manajemen emosi ketika harus sulit mengurus rujukan ke RS dan mengorbankan banyak hal.. lalu ketika di sana.. diperlakukan kurang sesuai ekspektasi oleh dokter.
Ternyata kekecewaan itu menjadi pengingat terbaik: oh ya, kalau jadi dokter, jangan seperti ini ke pasien.
Oktober
Gagal pakai software asli non-bajakan untuk mini project di Puskesmas. Huhu.
Ketika mini project, aku berkali-kali gagal menganalisis data. Bahkan beberapa jam menjelang presentasi, aku baru menyadari kesalahan krusial yang membuatku mengulang seluruh pekerjaanku haha. Panik.
Akhirnya aku refleksi dan istighfar, mungkin ini akibat SPSS bajakan. Jadi tidak berkah. Teringat peristiwa serupa saat skripsi, akhirnya menggunakan free trial (yang legal) baru berhasil.
November
Gagal menulis rutin di Tumblr. Gagal mengajar Quranic Arabic sampai tuntas.
Nampaknya bulan November merupakan bulan yang butuh ruhiyah yang lebih kuat. Segala persiapan S2, perpisahan, pindah kembali ke Jakarta setelah internsip, adaptasi hidup bersama orang tua lagi..
Dan aku rasa futur iman-ku, terbukti dari writer’s block yang cukup lama. Pun semangat mengajar juga redup. Meng-sedihkan diri ini.
Oh ya tapi ternyata tentang kegagalanku di Maret.. Allah masih menurunkan rahmat-Nya dan mengizinkan aku ikut kembali komunitas tersebut kembali. Menebus kesalahanku yang lalu. Ya Allah. Alhamdulillah. Semoga diridhai Allah dan guru-guru kami.
Desember
Dan kurasa kegagalan terbesarku adalah sempat merasa kehilangan arah. Kehilangan diri yang dulu.
Aku ingat ketika pertama kali dengar diagnosisku, duniaku seperti dalam kondisi pause. Aku takut bercita-cita. Aku takut menulis mimpiku lagi. Aku takut membuat rencana.
Di akhir tahun ini, akhirnya aku beranikan diri menulis kembali: cita-cita, rencana, dan mimpi. Dan yang utama, cita-cita bersama Al-Qur’an.
Guru kami berkata: untuk Al-Qur’an, jangan pernah takut bermimpi
Maka aku coba kembali, tertatih-tatih sekali pun. Dan ternyata dengan memberanikan diri merapikan rencana ziyadah, murajaah, tilawah, tadabbur.. menghidupkan kembali semangat diri untuk cita-cita yang lain.
Allahummarhamna bil Qur’an..
..Sepertinya masih banyak. Kegagalan-kegagalanku.
Tapi dengan segala kegagalan, aku bersyukur Ditipkan pelajaran bersamanya.
Dan bukankah itu kesuksesan? Ketika segala tinggi dan rendahmu, menghantar kepada syukur dan sabar ke Allah.
Semoga dimampukan ya, Hab.
Selamat mensyukuri “kegagalan”, semoga Allah takdirkan setelah dosa ada taubat, setelah kegagalan ada pelajaran.
-h.a.
Kalau kamu juga berbagi kegagalanmu, sertakan #perjalanankegagalan ya, siapa tau kita saling menemukan bahwa kita semua memang hanya manusia biasa
83 notes · View notes
nonaabuabu · 1 year ago
Text
Untuk Kau di Masa Depan
Tumblr media
Aku tidak tahu kau siapa dan jika pun kau adalah nama yang pernah aku simpan, tubuh yang pernah memelukku erat atau bibir yang pernah menjanjikan aku istana, aku tetap ingin meninggalkan ini untuk siapapun kau.
Jelas kau tahu tak ada yang sempurna dalam hidup ini. Dan aku adalah ketidaksempurnaan dari yang tak sempurna itu. Aku cacat sana-sini, aku rumpang, aku gagal, aku tersayat, terseok, atau apapun kau ingin membahasakan untuk sesuatu yang tak bisa kau lihat utuh.
Tapi itu tak akan pernah menjadi alasanku untuk sembarang menemukanmu di manapun. Aku tak akan membawa kau ke hidupku sebagai obat atau jenis penyembuh. Tidak akan pernah.
Aku tahu aku tak bisa menyembuhkan diriku sendiri, jika pun aku mampu menyembuhkan satu dua hal dalam hidupku akan ada luka baru, sebab waktu terus melaju dan aku manusia dengan perasaan yang mudah sekali dicambuk. Percayalah, jika kau lihat aku tak tergoyahkan, maka itu adalah buah dari latihan mengeraskan jiwa. Sebab aku belajar bagaimana beradaptasi dengan kerasnya kehidupan.
Maka sekalipun nanti kita bertemu, tak akan ada yang kubebankan padamu sebagai bukti yang kuinginkan bahwa kau layak. Aku sudah lama tak menggantungkan kebahagiaanku kepada manusia lainnya.
Mungkin kau akan bingung, untuk apa kau ada di hidupku. Percayalah aku juga mencari makna hadirmu bertahun lamanya, hingga aku pernah merasa tak ada titik krusial yang membuat kau harus ada di hidupku. Hanya saja aku ingin hidup memberikan bonus yang baik lewat hadirmu. Biar seisi dunia tak baik padaku, mungkin akan impas jika kau ada memeluk saat duniaku hancur lebur. Itu saja, rasanya sudah jauh dari kata cukup.
Aku sudah menyiapkan diri seandainya takdir tak membawamu padaku, meski begitu aku tidak ingin angkuh lagi dengan mengatakan bahwa aku tak ingin kau. Setiap darah yang dipompa jantungku kepada seluruh tubuh di pukul dua pagi, saat seisi bumi dalam hening, aku tahu aku menginginkanmu. Meski sisanya aku berjalan sebagaimana seluruh mahkluk bumi melanjutkan hidup.
Maka datanglah dengan gagah, dengan keberanian yang tak akan bisa kutolak. Dengan semua hitam, putih, abu-abu, dan segala warna yang pernah kulukis, aku tak lagi memanipulasi ingin.
Ini aku, yang tak akan membuaimu dengan janji paling manis, sebab manusia yang aku benci setelah pembohong adalah yang mengingkari. Aku tak punya banyak, selain daya hidup yang terus meredup lalu benderang sedetik kemudian. Aku tak akan menyembunyikan satu inci pun kekuranganku agar kau tak menyesal memilih.
Sebagai bentuk dari hadiah yang hidup berikan padaku, sudah banyak yang ingin kuberikan padamu dan kulakukan bersamamu. Namun biarlah kau yang melihat dan merasakan sendiri, dengan segalaku apa saja yang mampu kuberi dan kulakukan. Aku tak akan bertaruh kau akan bahagia, bukan karena aku ingin melempar tanggung jawab. Hanya saja aku tetap lah pemula untuk hubungan dua manusia yang kuinginkan selamanya.
116 notes · View notes