#fokus masa kolonial....
Explore tagged Tumblr posts
Text
Tokoh Nasional Indonesia mulai dari Kerajaan sampai sekarang, PARDOMUANSITANGGANG.COM – Indonesia memiliki sejarah panjang yang melibatkan berbagai tokoh penting dari masa kerajaan hingga era modern. Berikut adalah beberapa tokoh nasional yang berpengaruh dari berbagai periode sejarah Indonesia: Zaman Kerajaan Gajah Mada (1290–1364) Patih Kerajaan Majapahit yang terkenal dengan Sumpah Palapanya untuk menyatukan Nusantara. Hayam Wuruk (1334–1389) Raja Majapahit yang memimpin kerajaan pada masa keemasannya. Sultan Agung (1593–1645) Sultan Mataram yang terkenal dengan usahanya untuk mengusir VOC dari Nusantara dan memperluas wilayah kekuasaannya. Masa Kolonial Belanda Pangeran Diponegoro (1785–1855) Pemimpin Perang Jawa (1825–1830) melawan penjajahan Belanda. Cut Nyak Dhien (1848–1908) Pahlawan wanita dari Aceh yang memimpin perlawanan terhadap Belanda. Tjoet Nja Dhien (1848–1908) Pahlawan wanita yang juga memimpin perlawanan di Aceh, dikenal karena keberaniannya. Sultan Hasanuddin (1631–1670) Raja Gowa yang memimpin perlawanan melawan VOC di Sulawesi Selatan. Masa Kebangkitan Nasional Raden Ajeng Kartini (1879–1904) Tokoh emansipasi wanita yang memperjuangkan pendidikan dan hak-hak wanita. Dr. Wahidin Sudirohusodo (1852–1917) Pendiri organisasi Budi Utomo, organisasi modern pertama di Indonesia. H.O.S. Tjokroaminoto (1882–1934) Pemimpin Sarekat Islam, organisasi massa terbesar di awal abad ke-20. Masa Pergerakan Nasional Soekarno (1901–1970) Proklamator dan Presiden pertama Republik Indonesia, dikenal sebagai Bapak Pendiri Bangsa. Mohammad Hatta (1902–1980) Proklamator dan Wakil Presiden pertama Indonesia, juga dikenal sebagai Bapak Koperasi. Sutan Sjahrir (1909–1966) Perdana Menteri pertama Indonesia, seorang intelektual dan pemimpin perjuangan kemerdekaan. Ki Hadjar Dewantara (1889–1959) Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan pendiri Taman Siswa. Haji Agus Salim (1884–1954) Diplomat dan salah satu tokoh pendiri Republik Indonesia. Masa Revolusi Kemerdekaan Jenderal Sudirman (1916–1950) Panglima Besar TNI pertama yang memimpin gerilya melawan Belanda. Dewi Sartika (1884–1947) Tokoh pendidikan yang mendirikan sekolah untuk perempuan di Jawa Barat. I Gusti Ngurah Rai (1917–1946) Pahlawan nasional dari Bali yang memimpin pertempuran Puputan Margarana melawan Belanda. Masa Orde Lama dan Orde Baru Soeharto (1921–2008) Presiden kedua Indonesia yang memimpin selama lebih dari tiga dekade. Soeharto (1921–2008) Presiden kedua Indonesia yang memimpin selama lebih dari tiga dekade. Gus Dur (Abdurrahman Wahid) (1940–2009) Presiden keempat Indonesia yang dikenal sebagai tokoh pluralisme dan demokrasi. Megawati Soekarnoputri (1947–sekarang) Presiden kelima Indonesia dan putri dari Soekarno. Masa Reformasi dan Era Modern B.J. Habibie (1936–2019) Presiden ketiga Indonesia yang memimpin transisi demokrasi setelah era Soeharto. Susilo Bambang Yudhoyono (1949–sekarang) Presiden keenam Indonesia yang memimpin selama dua periode. Joko Widodo (1961–sekarang) Presiden ketujuh Indonesia yang fokus pada pembangunan infrastruktur dan reformasi birokrasi. Tokoh Kontemporer Sri Mulyani Indrawati (1962–sekarang) Menteri Keuangan Indonesia yang dikenal atas kebijakan ekonomi dan reformasi fiskal. Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) (1966–sekarang) Mantan Gubernur DKI Jakarta yang dikenal dengan kebijakan anti-korupsinya. Kesimpulan Indonesia memiliki sejarah panjang dengan banyak tokoh nasional yang berkontribusi besar dalam berbagai bidang, termasuk perjuangan kemerdekaan, pendidikan, politik, dan pembangunan. Mereka adalah simbol perjuangan dan inspirasi bagi generasi selanjutnya.
0 notes
Text
Apa Peran Partai Politik dalam Proses Demokrasi di Indonesia?
Indonesia adalah negara demokrasi yang dinamis dan beragam dengan lanskap politik kompleks yang dibentuk oleh banyak partai politik. Partai-partai ini memainkan peran penting dalam proses demokrasi di negara ini, mempengaruhi tata kelola, pembuatan kebijakan, dan keterwakilan politik di tingkat nasional dan lokal. Partai politik memberikan wadah bagi partisipasi politik, mewakili beragam kepentingan dan aspirasi warga negara Indonesia. Dalam artikel ini, kita akan mengkaji peran partai politik dalam proses demokrasi di Indonesia, dengan fokus pada kontribusi, tantangan, dan dampaknya yang lebih luas terhadap dinamika politik negara.
tokoh inspiratif
Sejarah Perkembangan dan Struktur Partai Politik
Sejarah partai politik di Indonesia terkait erat dengan perjuangan kemerdekaan dan evolusi sistem politiknya. Gerakan politik awal muncul pada masa kolonial, dan partai politik memainkan peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia pada pertengahan abad ke-20.
Sejak transisi Indonesia menuju demokrasi pada tahun 1998, partai politik telah berkembang pesat. Sistem ini sekarang terdiri dari berbagai partai yang mewakili berbagai ideologi, kepentingan, dan kelompok agama, etnis, dan regional. Partai-partai besar seperti Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Golkar telah mendominasi lanskap politik, sementara partai-partai kecil juga memainkan peran penting dalam mewakili kepentingan-kepentingan tertentu.
Struktur partai politik di Indonesia meliputi pengurus nasional, cabang daerah, dan kader lokal. Organisasi multi-level ini memungkinkan partai-partai untuk terlibat dengan warga di semua tingkat masyarakat dan mempengaruhi pengambilan kebijakan dari awal.
Partai Politik dan Pemerintahan
kopi indonesia
Partai politik memainkan peran penting dalam pemerintahan, khususnya melalui keterwakilan mereka di badan legislatif Indonesia. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) terdiri dari anggota-anggota terpilih dari berbagai partai politik. Badan-badan ini bertanggung jawab membuat undang-undang, mengawasi pemerintahan, dan memastikan bahwa kebijakan mencerminkan kepentingan rakyat Indonesia.
Pembentukan koalisi adalah ciri umum politik Indonesia karena sistem multipartai. Partai politik sering kali membentuk aliansi untuk mencapai mayoritas di badan legislatif, yang dapat berujung pada negosiasi yang rumit dan pengaturan pembagian kekuasaan. Hal ini dapat meningkatkan representasi beragam sudut pandang dan menciptakan tantangan dalam menjaga stabilitas pemerintahan.
Partai Politik dan Keterwakilan Warga
Partai politik berfungsi sebagai saluran bagi warga negara untuk berpartisipasi dalam proses politik dan mengekspresikan pandangan dan keprihatinan mereka. Partai memberikan platform bagi calon politisi, termasuk mereka yang berasal dari kelompok marginal, untuk terlibat dalam pelayanan publik dan mengedepankan perspektif mereka dalam wacana politik.
Salah satu fungsi utama partai politik adalah seleksi calon. Partai-partai mencalonkan calon-calonnya untuk pemilu lokal, regional, dan nasional, memberikan para pemilih pilihan wakil-wakil yang selaras dengan nilai-nilai dan prioritas mereka. Selain itu, partai-partai memfasilitasi dialog antara pemerintah dan masyarakat, membantu memastikan bahwa kebijakan publik responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
Tantangan yang Dihadapi Partai Politik
Meskipun berperan penting dalam demokrasi Indonesia, partai politik menghadapi beberapa tantangan. Salah satu permasalahan utamanya adalah maraknya politik uang, dimana partai dan kandidat menggunakan insentif finansial untuk mendapatkan suara. Praktek ini melemahkan integritas proses demokrasi dan dapat menyebabkan pemerintahan yang korup.
Tantangan lainnya adalah fragmentasi partai politik, dimana banyak partai kecil bersaing untuk mendapatkan pengaruh. Hal ini dapat menyebabkan tidak adanya arah kebijakan yang jelas dan menghambat efektivitas tata kelola. Selain itu, perselisihan internal partai dan perebutan kepemimpinan dapat melemahkan kemampuan partai untuk mewakili konstituennya secara efektif.
Arah dan Peluang Partai Politik ke Depan
Untuk meningkatkan peran mereka dalam proses demokrasi di Indonesia, partai politik perlu fokus pada penguatan demokrasi internal dan transparansi. Hal ini mencakup proses seleksi kandidat yang adil dan terbuka, kebijakan yang jelas mengenai sumbangan politik, dan langkah-langkah untuk memerangi korupsi dan politik uang.
Partai politik juga dapat mengambil manfaat dari keterlibatannya dengan masyarakat sipil dan gerakan akar rumput. Dengan membina kolaborasi dengan kelompok-kelompok ini, partai-partai politik dapat lebih memahami kebutuhan dan kekhawatiran masyarakat dan melakukan advokasi untuk kebijakan-kebijakan yang dapat mengatasi permasalahan tersebut.
Selain itu, mendorong keterlibatan pemuda dan perempuan dalam politik dapat membawa perspektif dan energi segar ke dalam dunia politik. Mendorong keberagaman dalam kepemimpinan dan kandidat partai dapat menghasilkan sistem politik yang lebih inklusif dan representatif.
Kesimpulan
Partai politik memainkan peran penting dalam proses demokrasi di Indonesia, dalam membentuk pemerintahan, pembuatan kebijakan, dan representasi politik. Meskipun menghadapi tantangan seperti politik uang dan fragmentasi internal, partai tetap berperan penting dalam memfasilitasi partisipasi masyarakat dan memastikan bahwa beragam kepentingan terwakili dalam arena politik. Dengan berfokus pada reformasi internal dan membina kolaborasi dengan masyarakat sipil, partai politik dapat berkontribusi terhadap demokrasi yang lebih dinamis dan tangguh di Indonesia.
0 notes
Text
Sejarah Perhimpunan Indonesia sebagai salah satu organisasi di Indonesia
Perhimpunan Indonesia (PI) didirikan pada tanggal 10 Juli 1908 di Batavia oleh sekelompok pemuda Indonesia yang terinspirasi oleh semangat nasionalisme dan keinginan untuk membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Latar belakang berdirinya PI sangat dipengaruhi oleh situasi politik, sosial, dan ekonomi pada masa itu, di mana rakyat Indonesia merasakan penindasan dan ketidakadilan yang dialami di bawah pemerintahan kolonial Belanda.
Dampak dari keberadaan Perhimpunan Indonesia sangatlah besar dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Organisasi ini menjadi salah satu tonggak penting dalam membangkitkan semangat nasionalisme di kalangan rakyat Indonesia, serta mempersatukan berbagai kelompok etnis dan keagamaan dalam perjuangan menuju kemerdekaan. PI juga memainkan peran kunci dalam menyebarluaskan ide-ide perjuangan melalui surat kabar dan majalah, serta mengorganisir berbagai kegiatan politik dan sosial.
Beberapa tokoh terkenal dari Perhimpunan Indonesia termasuk Douwes Dekker, yang lebih dikenal dengan nama E. Douwes Dekker atau Tjamboek Berdoeri, Tjipto Mangunkusumo, seorang intelektual dan aktivis politik yang gigih, serta Soewardi Soerjaningrat, yang lebih dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara, pendidik terkemuka yang juga merupakan pemimpin dalam gerakan nasionalis.
Program-program yang diusung oleh Perhimpunan Indonesia mencakup berbagai aspek, mulai dari pendidikan politik hingga perlawanan terhadap penindasan kolonial Belanda. Salah satu program utamanya adalah pendidikan politik kepada rakyat, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran politik dan nasionalisme di kalangan masyarakat. Selain itu, PI juga aktif dalam mengadvokasi hak-hak rakyat Indonesia, termasuk hak atas pendidikan yang setara dan hak atas kesejahteraan sosial.
Dalam hubungannya dengan organisasi lain, Perhimpunan Indonesia memiliki keterkaitan yang erat dengan Budi Utomo, organisasi nasionalis pertama di Indonesia yang didirikan pada tahun 1908. Meskipun memiliki fokus yang berbeda, keduanya saling mendukung dan bekerja sama dalam upaya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. PI juga memiliki hubungan dengan Sarekat Islam, sebuah organisasi yang memiliki basis yang lebih luas di kalangan masyarakat Indonesia pada masa itu, dan mereka sering kali berkolaborasi dalam kegiatan politik dan sosial.
Secara keseluruhan, Perhimpunan Indonesia adalah sebuah organisasi yang sangat berpengaruh dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dengan tokoh-tokoh terkemuka, program-program yang diusung, dan hubungannya dengan organisasi lain, PI berhasil memainkan peran penting dalam membentuk semangat nasionalisme dan persatuan di kalangan rakyat Indonesia, serta membawa bangsa ini menuju kemerdekaan yang telah lama dirindukan.
Penulis: Iqbal Maulana
#perhimpunanindonesia
#PI
#Sejarah
1 note
·
View note
Text
Review Profesional tentang Karya Terpilih Denny JA 3: Minah Tetap Dipancung
Dalam artikel ini, kami akan memberikan review profesional tentang karya terpilih Denny JA 3: Minah Tetap Dipancung. Denny JA adalah seorang penulis ternama di Indonesia yang telah menghasilkan banyak karya sastra yang diakui. Karya terbarunya, Minah Tetap Dipancung, akan menjadi fokus utama artikel ini. Pada artikel ini, kita akan membahas berbagai aspek dari karya ini, termasuk alur cerita, karakter, tema, gaya penulisan, dan kesan keseluruhan. Pertama-tama, mari kita mulai dengan alur cerita. Alur Cerita: Minah Tetap Dipancung adalah sebuah novel yang mengisahkan tentang perjuangan seorang wanita bernama Minah dalam mencapai kebebasan dan keadilan di tengah-tengah masyarakat yang patriarkis dan penuh diskriminasi gender. Cerita ini diatur dalam latar belakang sejarah Indonesia pada masa kolonial. Alur ceritanya terbilang kompleks dengan banyak twist dan poin jalan yang menarik. Karakter: Dalam novel ini, Denny ja berhasil menciptakan karakter-karakter yang kuat dan berkesan. Minah, sebagai tokoh utama, digambarkan sebagai seorang wanita yang pemberani, gigih, dan tidak takut untuk melawan ketidakadilan. Karakter lain dalam novel ini juga memiliki kedalaman yang menarik dan memainkan peran penting dalam membentuk alur cerita. Tema: Tema yang diangkat dalam Minah Tetap Dipancung sangat relevan dengan masalah sosial yang masih ada di masyarakat kita saat ini. Denny ja menggambarkan perjuangan perempuan dalam mencapai kesetaraan dan keadilan sebagai tema utama. Novel ini juga mengangkat isu-isu seperti diskriminasi gender, patriarki, dan perjuangan individu melawan sistem yang tidak adil. Gaya Penulisan: Denny JA dikenal dengan gaya penulisannya yang kuat dan penuh dengan kritik sosial. Dalam novel ini, dia menggunakan gaya bahasa yang jelas dan gamblang untuk menggambarkan suasana dan karakter. Gaya penulisannya juga terasa mengalir dan membuat pembaca terikat pada cerita. Kesan Keseluruhan: Minah Tetap Dipancung adalah sebuah karya sastra yang kuat dan menggugah. Denny JA berhasil mengangkat isu-isu yang penting dengan cara yang menarik dan memikat. Alur ceritanya yang kompleks, karakter yang kuat, dan tema yang relevan membuat novel ini menjadi karya yang layak diapresiasi. Kesimpulan: Dalam review profesional ini, kami telah membahas berbagai aspek dari karya terpilih Denny JA 3: Minah Tetap Dipancung. Alur ceritanya yang kompleks, karakter yang kuat, tema yang relevan, dan gaya penulisan yang kuat membuat novel ini menjadi sebuah karya sastra yang layak diapresiasi. Denny JA sekali lagi berhasil membuktikan dirinya sebagai salah satu penulis terbaik di Indonesia. Karya ini sangat direkomendasikan bagi pembaca yang tertarik dengan karya sastra yang kuat dan menggugah.
Cek Selengkapnya: Review Profesional tentang Karya Terpilih Denny JA 3: Minah Tetap Dipancung
0 notes
Text
Mendalami Karakteristik Sapu Tangan Fang Yin dalam Karya Terpilih Denny JA
Pengantar Dalam karya-karya sastra, karakteristik tokoh sering menjadi fokus utama pembaca. Salah satu karya terpilih dari Denny ja yang menarik perhatian adalah "Sapu Tangan Fang Yin". Dalam artikel ini, kita akan mendalami karakteristik sapu tangan Fang Yin dan memahami peran pentingnya dalam cerita ini. I. Latar Belakang Karya "Sapu Tangan Fang Yin" merupakan salah satu karya terpilih Denny ja yang diterbitkan pada tahun 2010. Karya ini mengisahkan perjalanan Fang Yin, seorang gadis China yang tinggal di Indonesia pada masa kolonial Belanda. II. Karakteristik Sapu Tangan Fang Yin 1. Keberanian Fang Yin digambarkan sebagai sosok yang penuh keberanian. Meskipun ia hidup dalam kondisi yang sulit, ia mampu menghadapinya dengan kepala tegak. Keberanian ini tercermin ketika ia berani melawan penjajah Belanda dan menghadapi segala rintangan yang ada. 2. Ketahanan Fang Yin memiliki ketahanan yang luar biasa. Meskipun banyak kesulitan yang dihadapinya, ia tidak pernah menyerah. Ketahanan ini terlihat dalam usahanya untuk mencari keadilan bagi dirinya sendiri dan masyarakatnya. 3. Kecerdasan Fang Yin juga digambarkan sebagai sosok yang cerdas. Ia memiliki kecerdasan yang tajam dalam berpikir dan bertindak. Kecerdasan ini membantu Fang Yin dalam menghadapi berbagai situasi yang kompleks dan sulit. 4. Empati Salah satu karakteristik menonjol dari Fang Yin adalah empatinya yang mendalam terhadap orang lain. Ia selalu peka terhadap kebutuhan dan penderitaan orang lain. Empati ini memotivasi Fang Yin untuk berjuang demi keadilan dan kebebasan. 5. Determinasi Fang Yin memiliki determinasi yang kuat. Ia memiliki tekad yang bulat untuk mencapai tujuannya, yaitu kebebasan. Determinasi ini memacu Fang Yin untuk terus berjuang meskipun dihadapkan pada berbagai rintangan dan tantangan. III. Peran Sapu Tangan Fang Yin dalam Cerita Sapu Tangan Fang Yin memiliki peran penting dalam cerita ini. Sapu tangan ini bukan hanya sebagai objek fisik, tetapi juga sebagai simbol perjuangan dan harapan bagi Fang Yin. Sapu tangan ini menjadi saksi bisu dari perjalanan hidupnya dan menjadi sumber kekuatan yang tak tergoyahkan. Sapu tangan ini juga melambangkan identitas Fang Yin sebagai seorang gadis China yang hidup di Indonesia. Melalui sapu tangan ini, Fang Yin menggambarkan keterikatannya dengan akar budayanya dan juga perjuangannya untuk mengatasi diskriminasi. Sapu tangan Fang Yin juga mencerminkan perjalanan emosional karakter utama. Dalam cerita ini, sapu tangan tersebut menjadi saksi dari sukacita, kesedihan, dan perjuangan Fang Yin. Sapu tangan ini menjadi simbol kekayaan batiniah yang dimiliki Fang Yin. Kesimpulan Dalam "Sapu Tangan Fang Yin", karakteristik sapu tangan tersebut menjadi elemen penting dalam menggambarkan karakteristik tokoh utama. Keberanian, ketahanan, kecerdasan, empati, dan determinasi Fang Yin tercermin melalui sapu tangan yang dipegangnya. Sapu tangan ini juga memiliki peran simbolik dalam cerita, melambangkan perjuangan, harapan, dan identitas Fang Yin. Melalui karakteristik sapu tangan Fang Yin, pembaca dapat mendalami lebih dalam karya terpilih dari Denny JA ini dan menghargai pesan yang ingin disampaikan.
Cek Selengkapnya: Mendalami Karakteristik Sapu Tangan Fang Yin dalam Karya Terpilih Denny JA
0 notes
Text
kadang kepikiran sebenernya spesialisasi gue di sejarah tuh apaan, campur-campur banget kayaknya 😭
0 notes
Text
Jalan Sentosa, Sore Berhujan
Mavendra pernah mendengar tentang kakak yang acuh tak acuh tentang kehidupan adiknya. Terlebih lagi jika usia mereka terpaut jauh.
Namun kini ia harus menghadapi ocehan kakak tertuanya yang sudah menginjak kepala empat, Seanan. Sejak Papa meninggal tahun lalu menyusul Mama tercinta, lelaki itu semakin gencar mencampuri hidupnya.
Contohnya hari ini. Mav mendongak menatap tetesan infus yang nantinya akan mengaliri pembuluh darahnya. Suasana hibuk lamat terdengar dari luar tirai. Seorang Mavendra Attila Rahardjo dilarikan ke IGD karena muntah-muntah. Sialnya, hal itu terjadi ketika ia menginap di kediaman mendiang orangtuanya. Tentu saja ada Sean di sana.
Lelaki jangkung dengan wajah mirip Mav tiba-tiba saja membuka tirai. “Nggak harus opname. But at least, nggak usah buka toko dulu,” kata Sean sambil menyerahkan sekantung obat yang sudah ditebus.
Dehidrasi, katanya.
“Nanti gue titip Bi Asri kirim makanan, seenggaknya buat seminggu.”
“Bang, gue nggak apa-apa. Lagian ada Ranen.”
Sean membuat gestur menunjuk botol infus yang menggantung dengan jari telunjuk. Sisa setengah. “Talk to that thing,” tuturnya dengan nada sinis.
“Yah, seenggaknya biarin gue buka toko. Hari ini ada yang mau ambil pesanan.” Mav tidak berbohong, seorang pelanggan setia akan datang hari ini mengambil buku pesanan langka yang sudah dinanti.
Kembarannya, Ranendra sedang fokus pada kanvas dan cat. Sudah beberapa hari, separuh dari dirinya itu tidak bisa membantu menjaga toko buku bekas peninggalkan Kakek Rahardjo.
“Bilang sama pelanggan lo, dateng agak sorean.” Berikutnya Sean menghilang di balik tirai, izin merokok katanya.
Diktator, pikir Mavendra. Tak terbayang bagaimana Raisa masih bertahan tinggal bersama si tua pemaksa itu.
***
Sepanjang jalan menuju Tangan Kedua, toko sekaligus rumah Mav, Seanan sibuk menelpon kliennya. Pemilik sebuah law firm, juga seorang pengacara sekaliber Seanan Asoka Rahardjo rela mengatur ulang jadwal temu klien demi adiknya.
Padahal semua orang tahu, rata-rata klien Mav adalah orang berada. Tak jarang ia mengambil kasus rumit untuk ditangani sendiri. Meski begitu, Sean jarang mau mengurus perceraian artis.
Namun Mavendra tetap pada pendiriannya menganggap Seanan lebih cocok menjajaki karier sebagai jaksa atau hakim. Pengacara menjadi pilihannya setelah ia mendapat amanat langsung dari mendiang Papa. Seanan diharapkan dapat meneruskan usaha keluarga.
Dengan karier yang terlanjur cemerlang, sepanjang sisa hidup Papa sudah tidak pernah mendorong Seanan menjadi penerus. Alhasil, Raisa yang berada di takhta mempertahankan tongkat kerajaan.
Mavendra larut dalam heningnya ketika hujan tiba-tiba saja mengguyur jalanan. Mobil Seanan berbelok ke jalanan dengan pemandangan yang sama sekali asing.
Mereka bak dibawa kembali ke masa kolonial di mana Batavia masih beralas beton persegi panjang. Gedung-gedung yang mengungkung jalanan pun rata-rata punya tiga lantai. Hampir semuanya dilengkapi dengan jendela-jendela lebar dan cat serupa gading.
Cercah modernitas tergambar dari lantai bawah di mana pertokoan dengan desain eksterior fusion barat, retro hingga berkusen kuno seperti Tangan Kedua menyemarakkan Jalan Sentosa.
“Mav, kusennya ganti deh. Mana ada toko pake kaca gede gitu kusennya udah macem lapuk,” komentar lolos dari bibir Seanan ketika menyadari rupa kusen-kusen pintu dan dinding ketika diguyur hujan.
Seanan sudah memarkirkan mobilnya di depan Tangan Kedua. Tanpa ragu sang kakak menarik hoodie yang dikenakan Mavendra hingga menudungi kepalanya. Sayang, gerakannya cukup kasar hingga Mav mengeluh.
Buru-buru mereka berteduh lalu masuk ke dalam toko buku tua peninggalan Kakek Gunadi Rahardjo, Atas wasiatnya, toko buku ini harus tetap bertahan bagaimanapun caranya. Alhasil, Mavendra berakhir di toko buku tiga lantai di mana ia mendiami yang teratas.
“Apa nih? ‘Dilarang bawa makanan kecuali roti dari toko Mbak Hira.’” Terdengar Seanan membaca ulang pengumuman yang ditempel di depan pintunya.
“Tuh tokonya dari sini keliatan kok,” kata Mav sambil menunjuk ke arah luar jendela yang tirainya baru dibuka dengan dagunya.
“Kenapa harus ada pengecualian?”
“Karena gue sering makan roti dari tempatnya juga…”
“Gratis?”
“Ya, ada yang beli juga. Bang, asli, itu cuma Mbak Hira yang nggak akan kasih racun atau bius ke kuenya.”
Seanan hendak membuka mulutnya namun urung. Lalu ia mengedarkan pandangan ke arah toko kue dengan nuansa hangat yang terhalau tirai hujan. Meski tidak bisa menangkap pemandangan di seberang jalan dengan jelas, Sean mampu menerka bahwa tempat itu hangat.
Wangi adonan yang baru diangkat dari oven seolah bisa tercium dari tempatnya berdiri. Meski terhalang ratusan meter dan jalanan berbatu.
“Halo? Ya, udah di toko. Dateng aja. Ditunggu Dorian Gray.”
Suara Mavendra terdengar dari seberang ruangan. Sementara Seanan memilih duduk di sofa pojok yang menempel dengan jendela. Mengamati pergerakan samar dari dalam toko kue milik Hira-Hira itu.
Tanpa sadar, kopi instan yang berada di meja sudah mendingin. Selama itu pula Seanan membiarkan dirinya mengamati toko beserta pemiliknya. Penasaran, apa yang membuat adiknya membangun hubungan dengan sesama pemilik toko di sekitar sini? Atau memang begitulah tabiat adiknya hingga tampak begitu bahagia tinggal di Jalan Sentosa.
Tapi Mavendra tetaplah Mavendra yang selalu punya cara membangun ikatan dengan semua hal di sekitarnya tanpa harus menjadi mencolok. Setidaknya begitulah sang adik di mata Seanan.
“Cantik, Mbak Hira itu.”
Suara Mavendra yang tiba-tiba mampir di dekat telinga sukses membuat Seanan berjingkat. Sialan, batinnya.
Benar saja, sosok perempuan Hira tampak sedang membuka pintu tokonya lebar-lebar sementara derai hujan telah berubah menjadi rintik ramah. Meski semula ekspresi sang puan tampak tegas, segarit senyum samar terlihat ketika Hira menengadah menyambut reruntuhan awan yang menjelma kesejukan.
Di belakangnya, tampak seorang pemuda kira-kira tak lebih tua dari Mavendra keluar membawa alat pel. Barangkali air di serambi tokonya begitu menggenang. Perlahan, Hira mengambil langkah ke samping untuk memberikan ruang bagi pemuda itu melakukan tugas.
“Mau gue kenalin?”
Yang satu ini bukan lagi membuat Senan terperanjat, melainkan mendelik ke arah Mavendra. Bahkan nyaris melayangkan jitakan di kepala adiknya.
“Don’t. Dengan status seperti Abang, just don’t,” kata Seanan seraya menghela napas. Disesapnya kopi instan yang sudah mendingin itu.
Mavendra membuang napas pendek lalu menatap sosok kakaknya penuh makna. Sebelum kembali ke counter, Mav berkata, “Nggak ada yang salah sama duda, Bang Sean.
— fin.
2 notes
·
View notes
Text
Pembangunan & Keterkaitan Sosial, Ekonomi, Lingkungan dan Teknologi
Makna Pembangunan
Makna pembangan seiring waktu memiliki arti yang berda. Istilah pembangunan dalam artian saat ini berasal dari pemikiran pembangunan modern era pasca perang dunia. Kurt Martin (1991) memandang bahwa para ahli ekonomi politik klasik mulai dari David Ricardo hingga Karl Max merupakan pemikir pembangunan karena menangani permasalahan pembangunan ekonomi yang serupa. Selama perang dingin terjadi persaingan dua strategi pembangunan antara kapitalisme dan komunisme. Dalam konteks umum, pembangunan adalah mengejar ketertinggalan industri maju. Cowen dan Shenton menemukan makna lain dari pembangunan. Pada abad ke-19 pembangunan menurut mereka mengacu kepada perbaikan akibat kemajuan yang terjadi. Hal ini melibatkan beragam pertanyaan seperti populasi (teori Malthus), pengangguran dan pertanyaan sosial (Karl Max).
Sejalan dengan itu, pemikiran pembangunan pada abad ke-20 di eropa merupakan reaksi atas kegagalan kebijakan dimana industrialisasi membuat orang-orang kehilangan pekerjaan dan hubungan sosial menjadi terkikis. Pembangunan ekonomi modern pendahulu adalah ekonomi colonial di Eropa dan koloninya. Singkatnya, pada awalnya perdagangan oleh perusahaan yang disewa, diikuti dengan perkebunan dan pertambangan. Pada tahap selanjutnya, kolonialisme membentuk suatu badan hukum untuk mengelola perekonomian yang tidak hanya menguntungnya penjajah tetapi juga penduduk lokal. Keunggulan komparatif koloni adalah menjual bahan mentah, sehingga industrialisasi bukan bagian dari ekonomi kolonial.
Dalam pemikiran pembangunan modern, inti dari pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi seperti teori pertumbuhan dan big push teori. Seiring berjalannya waktu mekanisasi dan industrialisasi menjadi bagian dari ini, pembangunan adalah yang digerakkan oleh negara. Ketika pemikiran pembangunan diperluas mencakup modernisasi, maka pertumbuhan ekonomi dikombinasikan dengan modernisasi politik yakni pembangunan negara, sedangkan modernisasi sosial yakni menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan orientasi pencapaian. Dalam teori ketergantungan, Inti dari pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi atau akumulasi modal. Pembangunan disebutkan sebagai ketertinggalan, sebab terjadi ketimpangan dan kebergantungan dari negara bekas koloni terhadap bangsa barat.
Pemikiran pembangunan alternatif mulai memperkenalkan pemahaman baru mengenai pembangunan yang berfokus pada pengembangan sosial dan komunitas (Friedman 1992). Pembangunan manusia pada pertengahan tahun 1980 mengantarkan pada pemahaman mengenai pembangunan kapasitas mengikuti Amartya Sen yang juga mengenai kapasitas dan hak. Dalam laporan pembangunan manusia oleh UNDP, definisi utama pembangunan adalah the enlargement of people’s choices. Dapat disimpulkan bahwa pembangunan adalah perubahan yang digerakkan oleh masyarakat.
Perspektif yang berbeda mengenai pembangunan muncul dalam waktu bersamaan. Neoliberalisme sebagai wujud baru ekonomi neoklasik menghilangkan dasar dari ekonomi pembangunan. Paham ini mengandalkan mekanisme pasar, dimana peran negara dibatasi. Adanya campur tangan pemerintah akan mendistorsi pasar, sehingga menjadi tidak efisien. Tujuan untuk pertumbuhan ekonomi dicapai dengan deregulasi, liberalisasi, privatisasi untuk mengurangi intervensi pemerintah. Neoliberalisme mengambil alih peran negara dan diberikan kepada mekanisme pasar. Pemikiran pasca-pembangunan pun mengedepankan anti pembangunan. Negara dituduh sebagai otoriter, tujuan pertumbuhan ekonomi pun disangkal dan hasilnya menjadi kegagalan atau bencana bagi mayoritas masyarakat. Perbedaan makna pembangunan ini berkaitan dengan perubahan hubungan antara kekuasaan hegemoni yang menjadi dari bagian pandangan dalam cemin kolektif.
Keterkaitan sosial, ekonomi, lingkungan & teknologi dalam pembangunan
Dimensi sosial dalam pembangunan didiskusikan dengan kriteria yang fokus pada hal-hal materialistik. Hal inilah yang menciptakan asumsi bahwa pembangunan hanya menitikberatkan pada dimensi ekonomi dan mengesampingkan dimensi lainnya seperti dimensi sosial dan lingkungan. Adapun definisi dari developed & undeveloped yang ada saat ini sangat terbatas pada kondisi ekonomi tertentu dan tidak dapat menjelaskan dinamika dari masyarakat, keinginan atas kemajuan dari populasi, tidak hanya dalam konteks materialistik, sekaligus juga pengalaman dari pengecualian sosial dari negara atau daerah yang belum maju (Willis, 2011).
Pertumbuhan ekonomi dengan model Rostow menjelaskan adanya transformasi sosial. Hal tersebut berawal dari pemikiran Herbert Spencer yang mengadaptasi teori Evolusi dari Charles Darwin dalam menjelaskan pergeseran pola organisasi sosial sebagai justifikasi atas dominasi kelompok yang kuat terhadap kelompok yang lemah atau kurang beruntung (Willis, 2011). Sedangkan Emile Durkheim mengangkat gagasan control kelompok sosial untuk mempertahankan keseimbangan. Masyarakat modern menjadi lebih kompleks sehingga individualism muncul disebabkan partisipasinya dalam kegiatan ekonomi. Gagasan tersebut kemudian dikembangkan oleh Talcott Parsons yang mengidentifikasi pengaruh eksternal masyarakat seperti teknologi dan kebudayaan serta mengangkat perbedaanstatus masyarakat tradisional dengan masyarakat modern.
Max Weber yang menganalisa fenomena keterkaitan antara kelompok Calvinis Protestantisme dengan pertumbuhan industri di Jerman pada abad ke-19, dimana individu dengan etika kerja dan penundaan terhadap penghargaan atau keuntungan pribadi akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan gagasan-gagasan tersebut, dimensi kemajuan sosial masih melekat kepada aktivitas ekonomi atau indikator materialistic lainnya. Banyaknya kritik bahwa pembangunan terlalu berorientasi pada ekonomi kemudian menyebabkan kemunculan pemikiran mengenai pembangunan yang diperkaya aspek-aspek sosial & kultural seperti mengaitkan dengan unsur keagamaan, gender, usia, serta budaya. Namun, inti pembahasan mengenai perspektif sosial dan kultural pada pembangunan maupun indikatornya masih bersifat materialis, sehingga menciptakan nuansa ekonomi dan pembangunan seolah diitekankan pada ekonomi, bukan sosial.
Pertimbangan dimensi lingkungan dan teknologi dalam pembangunan dimunculkan setelah banyaknya terjadi kerusakan lingkungan akibat penggunaan teknologi modern untuk memaksimalkan sumber daya yang langka. Jauh sebelum itu, pada saat terjadinya revolusi industri di Inggris, telah mengakibatkan terjadinya arus urbanisasi yang cepat sehingga berdampak kepada lingkungan dan kesehatan penduduk urban. Fredrich Engels melalui bukunya yang berjudul The Condition of The Working Class in England pada tahun 1840an menggambarkan kepadatan penduduk di perkotaan, kemiskinan dan proses industri yang tidak teratur, berdampak kepada lingkungan.
Modernisasi di sektor pertanian pada era revolusi hijau (1950-1960an) memperlihatkan dampak pengrusakan lingkungan. Modernisasi yang dilakukan dengan menanam tanaman pangan seperti jagung, gandum, beras dan barley di negara bagian selatan telah berdampak kepada pengurangan keanekaragaman hayati, meningkatkan kebutuhan air serta polusi yang diakibatkan oleh penggunaan zat kimia (Barrow, 1995: Willis, 2011). Terjadinya revolusi hijau ini tidak terlepas dari upaya untuk melepaskan diri dari “jebakan” Malthus mengenai batasan dalam penyediaan pangan ditengah peningkatan jumlah penduduk. Sehingga, berbagai negara terdorong untuk menggenjot produksi pertaniannya dan membuat mereka menjadi eksportir pangan. Banyaknya gerakan kampanye lingkungan pada tahu 1960an menjadi tonggak awal isu lingkungan mendapat perhatian.
Pada tahun 1983, lembaga internasional United Nation membuat organisasi semisal The World Commission on Environment and Development (WCED). Tujuan dari WCED ini untuk mengidentifikasi kerusakan lingkungan yang terjadi dan tantangan pembangunan dengan berbagai permsalahannya. Pada tahun 1987, WCED mempublikasikan temuannya dalam laporan yang berjudul “Our Common Future”. Dalam temuannya tersebut, dijabarkan mengenai tantangan lingkungan yang dihadapi dunia, meneliti bagaimana kerusakan lingkungan akan menghambat pertumbuhan ekonomi serta kemiskinan dan kerugian lainnya akibat pengrusakkan lingkungan. Laporan tersebut menekankan pentingnya pembangunan berkelanjutan sebagai tujuan bersama masyarakat global. Hingga pada akhirnya, pembangunan berkelanjutan ini dituangkan kedalam agenda Millenium Development Goals (MDGs) yang kini berganti menjadi Sustainable Development Goals (SDGs). Agenda SDGs disusun tidak hanya berfokus pada upaya pemenuhan masa kini, akan tetapi untuk masa yang akan datang. SDGs ditujukkan untuk memastikan semua manusia dapat menikmati kehidupan yang sejahtera dan kemajuan ekonomi, sosial dan teknologi yang selaras dengan lingkungan.
Sumber :
Willis, Katie. 2011. Theories and Practices of Development. Routledge
Desai, Vandana. Robert Potter. 2014. The Companion to Development Studies. Routledge
Pieterse, Jan Nederveen. 2010. Development Theory. Sage Publication Ltd
Sachs, Wolfgang. 2019. The Development Dictionary. Zed Books
9 notes
·
View notes
Text
Chapter 1
Ingat An Zhe beda dengan AnZe
***
Gua itu redup dan lembab, diterangi oleh cahaya samar tanaman.
Dinding-dinding batu tertutup oleh tanaman merambat yang berwarna hijau tua, ungu gelap atau hitam pekat, seperti sekelompok besar ular yang kusut berantakan.
Seekor serangga hitam terbang terhuyung-huyung masuk. Serangga itu memiliki enam sayap yang kaku dan tiga mulut. Detik berikutnya, tanaman merambat ungu yang besar dan bengkak naik dari tanaman merambat yang kusut dan membelah menyerupai sebuah mulut. Tanaman itu menutup seketika, menelan serangga yang terbang ke perutnya.
Tanaman merambat itu menggeliat perlahan dan bagian yang bengkak secara bertahap kembali seperti bentuk semula.
.
.
.
Terdengar suara seperti sayap yang mengepak di dalam gua. Setetes lendir menyeret sebuah filamen yang bercahaya turun dari atas gua ke lumut lengket yang ada di tanah. Filamen itu menggeliat sedikit dan lendir yang tadi dengan cepat terserap ke tanah.
Di sebuah sudut yang diterangi oleh cahaya redup dari sebuah jamur hijau, ada sebuah celah. Celah di antara batu dan tanah, dari sana miselium putih menyembur keluar seperti gelombang pasang. Miselium putih menutupi sebagian besar area itu. Miselium itu tumbuh, menyebar dan merentangkan ratusan juta benang hifa, yang pada akhirnya merambat ke tengah gua. Miselium berkumpul dan memanjang hingga membentuk sebuah tubuh. Sebuah kaki muncul menginjak lumut yang lembek, tenggelam ke dalam lumut sampai hanya pergelangan kaki putih yang terlihat.
Miselium adalah bagian vegetatif dari koloni bakteri yang menyerupai jamur atau jamur, yang terdiri atas massa hifa bercabang seperti benang.
An Zhe memandangi pergelangan kakinya, yang merupakan bentuk kaki manusia. Tubuhnya kali ini adalah tubuh manusia yang terbuat dari kerangka, otot, dan pembuluh darah. Sendi-sendinya bisa bergerak tetapi tidak terlalu fleksibel karena keterbatasan dari kerangka tulang manusia. Lapisan korneum membentuk kuku, halus, bulat dan transparan. Bentuk kuku telah dimodifikasi dan mirip bentuk tajam dari cakar hewan.
Dia mengangkat kakinya dan melangkah. Lumut, yang sebelumnya tenggelam menjadi cekungan karena diinjak, basah, dan elastis, berkumpul kembali setelah ia pergi melangkah di tempat lain, seperti cacing tanah.
Kali ini, dia menginjak sesuatu yang lain di bawah kakinya — sebuah lengan kerangka manusia.
Dalam kegelapan, An Zhe memandangi kerangka itu. Jamur dan tanaman merambat telah mengakar jauh pada tulang-tulang itu. Tanaman merambat hijau telah melingkari tulang pinggul dan kaki sementara jamur kecil berwarna cerah tumbuh di tulang rusuk seperti bunga yang mekar. Beberapa jamur neon tumbuh pada mata yang berlubang dan gigi yang jarang-jarang. Cahaya hijau itu seperti redup, tidak terlalu jelas di kabut gua.
An Zhe memandanginya untuk waktu yang lama, lalu akhirnya dia membungkuk dan mengambil ransel yang terbuat dari kulit binatang di samping tengkorak itu. Isi di dalam ransel itu tidak terpengaruh oleh kelembaban. Ada beberapa potong pakaian, makanan manusia, dan air, dan chip biru sebesar setengah telapak tangan dengan nomor: 3261170514 terukir pada diatasnya.
.
.
Tiga hari yang lalu, kerangka itu adalah manusia yang masih hidup.
"3261170514," Suara pemuda itu serak dan terputus-putus, cahaya redup hijau gua bersinar di wajahnya. "Nomor ID ku. Ini kartu identitasku. Aku bisa kembali ke pangkalan manusia dengan ini. "
An Zhe bertanya, "Bisakah aku membantumu kembali?"
Manusia itu tersenyum, jari-jari tangan kanannya terkulai lemas di sisi tubuhnya. Kartu itu berguling dari tangannya, tersembunyi di dalam lumut. Dia menyandarkan punggungnya ke dinding gua, kemudian mengangkat kepalanya dan menekankan tangan kirinya ke dadanya. Ada luka besar di sana. Tulang yang patah berwarna putih keabu-abuan menusuk menembus dari dada depan sampai ke belakang dan kulit di sekitarnya bernanah. Sebagian berwarna abu-abu dan dagingnya telah menggumpal menutupi permukaan tulang yang patah. Bagian lainnya berwarna hijau gelap dan bergerak naik turun bersama dengan irama napasnya.
Dia menarik napas beberapa kali sebelum berkata dengan lembut, "Aku tidak bisa kembali, jamur kecil."
Kemejanya bernoda, kulitnya pucat, bibirnya pecah-pecah, dan tubuhnya bergetar tak menentu.
An Zhe memandangnya, tidak tahu harus berkata apa, dan akhirnya menggumamkan nama pria muda ini, "AnZe?"
"Kamu hampir bisa bahasa manusia." Pemuda itu memandang tubuhnya.
Selain nanah dan darah, ada juga miselium putih di tubuhnya. Mereka telah menjadi bagian dari tubuhnya. Miselium tumbuh berkelok-kelok dan menempel pada tubuh dan tungkai AnZe. Tujuan dari miselium ini untuk menghentikan pendarahan manusia yang sedang sekarat ini. Namun, secara naluriah, miselium juga menyerap dan mencerna darah segar.
"Apakah kamu belajar banyak dari memakan genku? Indeks radiasi tempat ini benar-benar sangat tinggi, " manusia itu bertanya.
Kepingan pengetahuan yang terfragmentasi terbentang pada benak An Zhe. Setelah lima detik, ia baru paham bahwa indeks radiasi berarti pengaruh yang membuat kecepatan dari gen-gen berubah. Sekarang, gen dari manusia mengalir dari darah AnZe ke dalam tubuhnya.
"Mungkin... Ketika aku mati, kamu akan memakan seluruh tubuhku dan mendapatkan banyak hal." AnZe memandang ke atas gua dan bibirnya mengatup. "Sepertinya aku telah melakukan sesuatu yang berarti, meskipun aku tidak tahu apakah itu baik atau buruk untukmu."
An Zhe tidak menjawab. Seluruh tubuhnya bergerak ke arah AnZe. Dia memeluk bahu AnZe dengan lengan manusia yang baru saja tumbuh. Miselium besar bergegas dan menumpuk di samping AnZe, menopang tubuhnya yang hancur.
Di dalam gua yang sunyi, hanya ada suara nafas manusia yang sekarat bernafas. Untuk waktu yang lama, AnZe akhirnya berbicara lagi "Aku orang yang hidup dengan sia-sia."
"Aku tidak memiliki hal yang luar biasa sehingga hal yang normal bagi mereka untuk meninggalkanku. Faktanya, aku sangat senang tidak kembali ke bentuk manusia. Sama halnya dengan di alam liar, tempat di mana hanya orang-orang yang kuat yang bertahan hidup. Aku telah ingin mati untuk waktu yang lama, tetapi sebelum aku mati aku tidak berharap untuk bertemu denganmu, makhluk lembut, jamur kecil. "
An Zhe tidak memiliki pengertian yang jelas tentang beberapa istilah ini, seperti kuat, kematian. Dia fokus pada satu kata lagi, 'bentuk manusia.'
Dia bersandar di bahu AnZe dan berkata, "Aku ingin menjadi manusia."
AnZe bertanya-tanya, "Mengapa?"
An Zhe mengangkat lengan kirinya dan jari-jarinya menggantung di udara.
Seolah-olah dia mencoba untuk meraih udara tetapi dia tidak punya apa-apa untuk digenggam.
Sama seperti tubuhnya.
Tubuhnya kosong.
Sebuah lubang besar lahir dari bagian terdalam tubuhnya dan tidak ada cara untuk mengisinya, tidak ada cara untuk menyembuhkan. Hanya ada kehampaan dan kepanikan yang tak berujung yang menghantuinya hari demi hari.
Dia menyusun kata-kata dengan bahasa manusia dan perlahan-lahan berbicara, "Aku kehilangan spora-ku."
"Spora?"
"Benihku." Dia tidak tahu bagaimana menjelaskannya.
Setiap jamur memiliki spora dalam masa hidupnya, beberapa di antaranya tak terhitung jumlahnya, dan beberapa hanya satu. Spora adalah benih jamur. Mereka akan tumbuh dari lipatan jamur, menyebar ke sembarang tempat di hutan dengan angin, berakar di tanah, dan menjadi jamur baru, kemudian secara bertahap jamur akan tumbuh dan memiliki spora sendiri. Memelihara dan membesarkan spora adalah satu-satunya misi jamur dalam hidupnya, tetapi ia kehilangan satu-satunya spora yang ia miliki ketika spora itu jauh dari kata dewasa.
AnZe perlahan menolehkan kepalanya. An Zhe bisa mendengar bunyi 'klik' tulangnya saat dia menoleh padanya, seperti mesin tua.
"Jangan pergi ke sana." Suara manusia itu serak dan lambat. "Kamu akan mati."
An Zhe mengulangi kata itu. "Mati?"
"Hanya manusia yang bisa menjadi bentuk manusia dan kamu tidak bisa lepas dari Hakim." AnZe batuk beberapa kali sebelum menarik nafas panjang. "Jangan pergi jamur kecil."
An Zhan berkata dengan bingung, "Aku ..."
Tangan manusia tiba-tiba menggenggam miselium An Zhe. Manusia itu menggunakan banyak kekuatan dan napasnya menjadi lebih cepat.
"Dengar." Setelah gemetar yang hebat dan terengah-engah, AnZe perlahan-lahan menutup matanya dan berbicara dengan suara rendah. "Kamu tidak memiliki kekuatan untuk menyerang atau bertahan. Kamu hanya jamur kecil. "
Terkadang, An Zhe menyesal memberi tahu AnZe bahwa dia akan mengambil bentuk manusia. Jika dia tidak memberi tahu AnZe, AnZe tidak akan menghabiskan saat-saat terakhirnya untuk menghentikan An Zhe. Dia mungkin bisa mendengarkan AnZe menceritakan sebuah kisah. Mungkin An Zhe bisa membawanya keluar dari gua yang gelap ini untuk melihat aurora yang bergerak-gerak di langit untuk terakhir kalinya. Namun, mata AnZe tidak terbuka lagi.
Kenangan singkat ini menghilang di udara, sama seperti kehidupan Anze tiba-tiba menghilang di dunia ini, dan hanya ada kerangka putih AnZe di depan mata An Zhe.
Namun, dia masih ingin menentang keinginan AnZe.
Dia perlahan membuka lima jarinya. Pada kulit halus dan garis-garis telapak tangan, ada sebuah peluru logam berwarna kuningan yang sangat berat. Ada beberapa garis yang tidak bisa dipahami dan tidak biasa di sana. Peluru ini dia temukan di tempat dia kehilangan sporanya. Dia tidak melepaskannya begitu dia menemukannya.
Jika ada peluang satu-banding-sejuta bahwa ia dapat mengambil spora-nya kembali, maka kemungkinan peluang itu ada karena benda logam ini, yang merupakan ciptaan manusia.
Dia menghela nafas ringan dan menempatkan peluru ke dalam ransel kulit binatang yang ditinggalkan oleh AnZe. Dia membungkuk dan mengambil pakaian yang dikenakan AnZe. Kemeja lengan panjang abu-abu yang ternoda darah, celana hitam, dan sepatu bot kulit hitam.
Setelah melakukan semuanya itu, dia berjalan ke luar gua. Pakaian yang agak longgar bergesekan dengan kulitnya dan arus listrik kecil tertransmisikan dari ujung sarafnya yang halus pada kulit-kulitnya. Ini pertama kalinya dia berada di tubuh manusia dan dia belum terbiasa. Dia mengerutkan kening dan menarik lengan baju kemejanya.
Gua ini panjang dan berliku-liku. Tanaman merambat menempel pada dinding gua, saling menumpuk dan mendorong satu sama lain. Ketika An Zhe melewati gua ini, jamur-jamur mundur menjauh dan bergerak ke langit-langit gua.
Setelah tiga belokan, angin bertiup masuk dan terasa sangat lembab. An Zhe menyempatkan mencabut tanaman mati dari sebuah lubang. Jamur, makhluk sejenisnya, pada penglihatannya, terbentang dari dekat sampai jauh, tanpa akhir. Jamur-jamur ini tampak setinggi langit, semuanya diam dan sunyi. Di bawah penutup payung jamur, cahaya langit yang redup masuk. Langitnya abu-abu, dengan beberapa kilau hijau berantakan. An Zhe bisa mencium bau hujan, kabut, kulit ular, dan tanaman busuk.
Saat itu sudah malam hari. Dia duduk di pintu masuk gua di bawah kanopi jamur abu-abu. Dia mengeluarkan peta kuning gelap dari tasnya. Ada berbagai corak warna pada peta, yang menandai tingkat risiko di berbagai wilayah. AnZe pernah menunjukkan perkiraan lokasi gua tempat mereka tinggal. Tempat ini adalah area yang berwarna paling gelap di peta, yang berarti tingkat bahaya enam bintang dan tingkat radiasi enam bintang. Area ini disebut 'Abyss'. Pada peta, area dimana Abyss berada juga ditandai dengan banyak simbol aneh. An Zhe memeriksa mereka satu per satu sesuai dengan indeks di sudut kanan bawah peta. Simbol-simbol ini berarti ada jamur, tanaman merambat pemakan manusia, semak pemakan manusia, monster mamalia biasa, monster mamalia tipe campuran, monster reptil umum, monster reptil sangat beracun, monster bersayap, monster amfibi, monster polimorfik campuran, dan monster mirip manusia di Abyss. Pada peta juga ada lembah, bukit, gunung, kota manusia yang tertinggal, lokasi jalan, dan topografi lainnya.
Utara dan selatan, matanya naik ke utara. Di atas peta berwarna cerah ada area putih murni yang ditandai oleh bintang berkaki lima berwarna merah. Sisi kanan bintang berkaki lima tertulis nama daerah: Pangkalan Utara.
.
.
Cahaya-cahaya hijau di angkasa menjadi lebih terang sementara langit menjadi semakin gelap. Pada tengah malam, An Zhe hampir tidak bisa mengenali bintang-bintang di langit. Dia tahu yang paling terang disebut Polaris dan bintang ini bisa menjadi petunjuk arah.
Dia mengarahkan kompas di sudut kiri atas peta ke arah bintang Polaris. Dia menginjak kayu busuk, dedaunan, miselium, dan tanah, berjalan langkah demi langkah.
Malam itu tidak gelap. Cahaya hijau yang bergerak disebut aurora yang oleh manusia, menerangi segalanya di depan. Hanya jamur yang memenuhi pandangannya. Jamur kuning, merah atau coklat dengan topi besar. Jamur kecil dan padat berkumpul pada bebatuan gunung. Bakteri-bakteri bulat tersebar di tanah. Begitu mereka dewasa, spora akan dikeluarkan seperti kabut dan hujan. Spora ini akan mendarat dan membelah di tanah yang lembab, tumbuh menjadi jamur seperti ibu mereka. Ada juga jamur tanpa payung. Hanya ada hifa putih atau kuning yang dikelompokkan bersama atau terpisahkan secara radial, mengambang di udara seperti rumput laut.
Namun, ini bukan hanya dunia untuk jamur. Ada tanaman merambat, lumut, semak-semak, bunga pemakan manusia dan pohon-pohon berbentuk aneh yang diam-diam mengintai di malam hari. Di hutan, ada beberapa bayangan gelap dan beberapa bentuk aneh. Binatang buas atau campuran dari suara derap manusia berlari di hutan, monster yang melolong dan berkelahi. Hewan bertarung dengan hewan, hewan bertarung dengan tanaman, atau tanaman berkelahi dengan tanaman. Melolong tinggi dan rendah menghantam gendang telinga sementara batu dan lumpur tercampur dengan darah segar. An Zhe melihat pohon pinus menekuk batangnya untuk menelan seekor ular dengan dua ekor. Dia juga melihat seekor katak raksasa mengulurkan lidah merah panjang yang cerah untuk meraih kelelawar dengan tangan manusia di udara. Lima menit setelah menelan kelelawar, sepasang sayap hitam tumbuh dari punggungnya. Ini hanya satu dari ribuan pemandangan yang telah dilihat jamur dan An Zhe sudah terbiasa dengan ini.
Pada saat itu, seekor monster abu-abu datang. Monster itu memiliki empat mata dan tubuhnya ditutupi dengan sisik, bulu, dan rambut. Kepalanya seperti buaya dan serigala raksasa. Tujuh giginya terbuka ke luar dan mengarah ke An Zhe, mengendusnya dengan hidung berdarah.
An Zhe tidak bergerak. Dia diam-diam bersandar pada jamur dan bernapas secara merata saat seluruh tubuh monster itu mengendusnya. Monster besar itu sepertinya tidak merasakan apa-apa dan menyeret kakinya yang berat menjauh.
An Zhe menyadari bahwa tidak ada yang akan memperhatikannya, bahkan jika dia menggunakan tubuh manusia — Mungkin itu karena jamur ada di mana-mana dan tidak bernutrisi. Mereka tidak agresif dan terkadang beracun. Dengan demikian, ia dan makhluk-makhluk dunia ini hidup dalam damai — tanpa saling memangsa.
Mungkin itu seperti yang dikatakan AnZe. Dia hanya jamur kecil.
***
Next
13 notes
·
View notes
Text
Memoar Ben Anderson: Perihal Politik Bahasa, Alih-bahasa dan Bahasa Nasional
Ahli Asia Tenggara (khususnya Indonesia, Filipina dan Thailand) ini menyumbangkan banyak warisan pengetahuan sejarah, kebahasaan dan antropologi untuk kita. Dia meninggal Desember, 5 tahun lalu.
DI SEBUAH pertandingan lokal, hari itu Romelu Lukaku mendapat serangan rasis. Saat itu, ia masih berusia 11 tahun dan bermain di akademi Lierse. Para orang tua dari tim lawan berupaya agar Lukaku yang tinggi-besar dibanding sebayanya, tidak bermain. Salah seorang dari mereka bertanya, “Berapa umur anak ini? Mana KTP-mu? Darimana kau berasal?”
Lukaku membela diri. Dia mengambil tasnya dan menunjukkan KTP-nya ke semua orang tua. Mereka memeriksanya dengan seksama. Tentu saja Lukaku adalah warga Belgia. Dia lahir di Antwerpen. Pengalaman di-lain-kan itu memaksanya untuk belajar bahasa. Beberapa tahun setelahnya, penyerang yang saat ini membela Inter Milan itu menjadi polyglot. Lukaku menguasai tujuh bahasa.
Rasisme terus memburunya. Setiap kali Lukaku bermain buruk, ia diserang dengan ejekan: “Pesepakbola Belgia keturunan Kongo”. Dalam retrospektifnya, Lukaku yang dongkol mengatakan, “Jika kau tidak menyukai cara saya bermain, tidak apa-apa. Tapi saya lahir di sini. Saya dibesarkan di Antwerp, Liège, dan Brussel. Saya bermimpi bermain untuk Anderlecht. Saya bermimpi menjadi Vincent Kompany. Saya akan memulai kalimat dalam bahasa Prancis dan menyelesaikannya dalam bahasa Belanda, serta saya akan memasukkan beberapa bahasa Spanyol atau Portugis atau Swahili Kongo--didapat dari kedua orangtuanya yang lahir di Kongo, tergantung di lingkungan mana kami berada.”
Masalah ras pula, membuat Benedict Anderson risih ketika melakukan kerja-kerja lapangan di Indonesia. Berbeda dengan Lukaku, Ben merasa ditinggikan oleh orang-orang Jawa. Ia kurang sreg dengan panggilan “Tuan” dan kelakuan beberapa orang yang terkesan menunduk-nunduk hormat pada mahasiswa asing yang tak penting ini, semata-mata karena warna kulit. Oleh karena itu, Ben memperkenalkan sebutan “bule” bagi orang berkulit albino seperti dirinya. Sebutan yang kemudian digunakan dan dipopulerkan oleh penulis dan jurnalis Indonesia sejak tahun 1963.
Ben Anderson adalah seorang Indonesianis. Sejak 1960an, ia fokus dalam studi kajian wilayah Asia Tenggara, khususnya Indonesia, Filipina, dan Thailand. Ben kerap menulis kajian sejarah, politik, dan kebahasaan. Salah satunya adalah catatan penting tentang pembunuhan massal di Indonesia tahun 1965-66, biasa disebut Cornell Paper (Anderson & McVey, 1971).
Ben Anderson juga polyglot, ia belajar hampir selusin bahasa. Sebagai peneliti yang berfokus pada kajian Asia Tenggara, Ben merasa perlu mengetahui bahasa ibu dari subyek-subyek yang akan ia cermati. Jika Lukaku menguasai banyak bahasa sebagai bentuk perlindungan diri, motivasi Ben ialah untuk wawancara penelitian. Namun, antara keduanya ada persamaan mendasar: sebagai pesepakbola dan peneliti yang kerap berpindah-pindah tempat, ada keperluan beradaptasi pada lingkungan baru.
Akan menjadi sukar jika tak memahami bahasa setempat. “Ketika kau mulai tinggal di sebuah negara yang bahasanya nyaris tak kau pahami sama sekali,” sebut Ben dalam memoarnya, “Kau akan merasa tercerabut secara linguistik, kesepian dan bahkan terkucil, dan kau akan mencari-cari sanak sebangsa untuk bergaul. ... Namun lantas, jika kau mujur, kau tembus tembok bahasa itu, dan mendapati diri berada di dunia lain. Kau seperti penjelajah, dan mencoba mencermati dan memikirkan semuanya dengan cara yang tak pernah kau lakukan di tempat asal.” (Benedict Anderson, Hidup di Luar Tempurung, 2016, hlm. 128).
Bahasa dan Kuasa
Bagi Lukaku, bahasa adalah sarana bagi dirinya untuk menyatakan sikap politiknya terhadap rasisme. Dia takkan mampu ‘mengedukasi’ sebagian pendukung Cagliari dengan bahasa Inggris. Sedang orang-orang di pojokan Manchester emoh mendengar keluhan Lukaku, kalau ia ngoceh pake bahasa Prancis. Menjadi masuk akal kemudian, belajar bahasa, bukanlah semata-mata mempelajari sarana komunikasi linguistik. Melainkan juga mempelajari cara berpikir dan cara merasa dari suatu kelompok manusia yang bicara dan menulis dengan bahasa yang berbeda dengan kita. Berarti juga mempelajari sejarah dan budaya yang menjadi landasan pemikiran dan perasaan mereka, dan dengan demikian, belajar berempati pada si empunya bahasa.
Kombinasi empati dan rasa penasaran, bisa jadi, membuat kita bertungkus lumus mempelajari kuasa-kuasa yang membentuk bahasa menjadi sedemikian rupa. Sebuah laku perjuangan dalam melawan penyalahgunaan bahasa yang disebut George Orwell sebagai bentuk arkaisme sentimental. Mempermasalahkan kepercayaan bahwa sebuah bahasa adalah sesuatu yang tumbuh alamiah, dan bukan sebagai alat yang kita gunakan untuk memberi bentuk pada tujuan-tujuan kita (George Orwell, Politik dan Bahasa Inggris, 1946).
Belakangan, topik ini menjadi fokus Ben. Saripati pemikiran Ben Anderson tentang kekuasaan atas bahasa selanjutnya ditulis oleh Joss Wibisono dalam sebuah buku. Terbit Maret 2020, dengan judul: Maksud Politik Jahat: Benedict Anderson tentang Bahasa dan Kuasa. Sebelumnya, pada tahun 1990, Ben telah menerbitkan buku bertema sama, berjudul Language and Power: Exploring Political Cultures in Indonesia.
Menurut Ben Anderson, ada tiga masalah serius dalam diskursus politik kebahasaan di Asia Tenggara. Pertama ialah ejaan; kedua, pengkultusan bahasa Inggris; dan ketiga, pengalihbahasaan--menyasar pula terhadap kualitas terjemahan yang, meniru ungkapan tersohor Rusdi Mathari, buruk saja belum.
Menjadi masalah besar karena secara tidak disadari, pengaruh politik yang mendominasi sebuah negara berkontribusi atas pemikiran si pengguna bahasa, yaitu masyarakat itu sendiri. Bisa berdampak pada keengganan mereka belajar sejarah, tak mau membaca teks-teks lawas, hingga melanggengkan budaya dan cara pikir kolonial—sebagian negara di Asia Tenggara bekas jajahan Eropa.
Pada 1972, Orde Baru—Joss Wibisono seringkali menyebutnya dengan orde bau (tanpa “r” dan tanpa pakai kapital)—mengganti ejaan Suwandi dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Penggantian ini, sebut Ben, adalah upaya politik Soeharto memberangus segala hal mengenai kebahasaan era Sukarno. Soeharto ingin menegaskan perbedaan antara Indonesia di bawah dirinya yang ‘lebih modern’ dengan Indonesia di masa sebelumnya yang ‘lebih jadul’. Lebih dari itu, ini menjadi upaya rezim untuk membujuk generasi muda agar tidak tertarik membaca buku-buku ejaan lama karena dianggap sulit dipahami.
Dengan menguasai bahasa, otomatis Orde Baru menguasai alam pikir masyarakatnya. Praktik eufemisme adalah gejala kekuasaan merumuskan bahasa. Eufemisme dipakai untuk memanipulasi kesadaran warga saat memandang dan menilai kebijakan-kebijakan pemerintah. Sehingga tidak heran pada masa Orde Baru masyarakat cenderung statis, homogen dan hampir tidak pernah timbul gejolak sosial.
Pengaburan makna bahasa masih kerap kita jumpai, bahkan setelah dua dekade Orba tumbang. Coba perhatikan, polisi lebih memilih menggunakan frasa ‘diamankan’ ketimbang ‘ditangkap’ atau ‘diculik’ dalam wacana kebijakan teror pemerintah kepada warganya. ‘Relokasi’ dibanding ‘penggusuran’, ‘untuk kepentingan umum’ dibanding ‘kepentingan orang-orang kaya dan korporasi’.
Ben Anderson Emoh Lost In Translation
Selain penting untuk menjaga percakapan sebuah topik tetap hidup, menerjemahkan (harusnya) adalah tindakan politis. Membuat teks tertentu dapat diakses oleh pembaca tertentu dengan membawanya melintasi batas-batas linguistik, haruslah bertujuan. Terjemahan dapat digunakan sebagai instrumen dan medium kekuasaan, atau sebaliknya: gagasan politik alternatif yang, bisa saja, dianggap subversif oleh penguasa.
Tanpa terjemahan, aksi kolektif menjadi tidak mungkin. Semua potensi politik alternatif menghilang. ... Setiap pemberontak-gerakan oposisi harus melakukan penerjemahan dengan sangat baik, jika baik saja belum cukup. Sebagai jalan perjuangan, tidak mungkin melakukan gerakan politik tanpa praktek penerjemahan yang memadai (David Harvey, Spaces of Hope, 2000, hlm. 245).
Ben Anderson mengkritik pedas penyimpangan terjemahan yang, dinilai Ben, dilakukan secara sistematis oleh León María Guerrero. Ini Ben lakukan setelah ia membaca Noli Me Tángere (1887), karya Jose Rizal yang diterjemahkan oleh Guerrero ke dalam bahasa Amerika pada tahun 1950-an. Menurut Ben, terjemahan novel itu punya 7 penyimpangan, yakni; demodernisasi, penyingkiran peran pembaca, penghilangan bahasa Tagalog, pembuangan istilah atau adegan yang dianggap tidak senonoh, penyingkiran lokasi, penyingkiran unsur maupun faktor Eropa, dan yang terpenting: anakronisme. Inilah yang disebut Ben sebagai politik terjemahan (politics of translations).
Seumur hidup, Ben selalu tergugah oleh sulit dan nikmatnya terjemahan. Faktanya, dari tahun 1966 hingga 2011, Ben Anderson menerbitkan sedikitnya 20 artikel di Jurnal Indonesia--pengecualian esai "The Languages of Indonesian Politics" yang diterbitkan pada edisi pertama (April 1966). Hampir semuanya adalah terjemahan dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris, ada pula terjemahan dari serat bahasa Jawa dan satu esai sejarah yang diterjemahkan dari bahasa Belanda. Terjemahan sastra yang paling menantang dan menarik dalam jurnal itu antara lain: “The Suluk Gatoloco” (1981-1982), “Djalan Sampoerna” karya Soetjipto (2006-2007), cerpen Eka Kurniawan "Corat-Coret di Toilet" (Graffiti di Toilet) (2008), "Jimat Sero" (The Otter Amulet) (2010) dan sebuah cerita pendek gubahan Pramoedya Ananta Toer berjudul "Dendam" (Revenge) yang pertama kali diterbitkan dalam kumpulan cerpen “Subuh, Tjerita-Tjerita Pendek Revolusi” (Daybreak, revolutionary short stories) (1950).
Bagi Ben, penerjemahan adalah semacam seni. Bukan sekedar pengalihbahasaan, menerjemahkan adalah menangkap gagasan pengarang asli. Penerjemah perlu memproduksi pesan melalui seleksi ketat setiap padanan kata bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Di sinilah pentingnya memahami hal-hal yang, bisa jadi, berkaitan dengan budaya asal pengarang asli, gaya pengarang asli, dan kekhasan sebuah bahasa.
Bergulat dengan bahasa baru, kata Ben Anderson, sangatlah bagus untuk melatih diri melakukan komparasi yang serius, sebab kata-kata asing tidak langsung dengan apik terterjemahkan secara otomatis ke dalam bahasa yang ada di benakmu.
“Indonesia, misalnya, punya kata ‘gurih’ untuk menyebut rasa nasi (‘deliciously pungent’ menurut sebuah kamus). Bila kau berasal dari Inggris, kau lantas mulai menyadari bahwa rasa nasi tidak bisa dijabarkan oleh satu kata Inggris tertentu. ... Hal yang juga berlaku untuk konsep. Bahasa Jawa punya kata longan, untuk menyebut ruang kosong di bawah kursi atau ranjang, yang tidak dimiliki bahasa Inggris,” tulis Ben (2016: 129).
Setiap kali menerjemahkan, Ben selalu menaburkan banyak catatan kaki dan menyisipkan catatan penerjemah untuk menjelaskan soal definisi, idiom, ungkapan dan/atau informasi sejarah dan budaya suatu tempat yang dianggap asing oleh sasaran pembaca. Dalam “Revenge” karya Pram, ada 37 catatan kaki yang dibuat oleh Ben (Ramon Guillermo, “He was a translator”: Benedict Anderson, Translation and Cosmopolitanism, 2017).
Kerewelan Ben dalam penerjemahan juga terjadi pada bukunya yang legendaris: Imagined Communities. Diceritakan, Ben tak sreg dengan terbitan pertama terjemahan bahasa Indonesia yang berjudul “Komunitas-komunitas Imajiner: Renungan tentang Asal-usul dan Penyebaran Nasionalisme”, terbitan Pustaka Pelajar dan Insist Press, 1999. Dia melihat banyak kekeliruan definisi di dalamnya.
Dari terjemahan Intan Naomi tersebut, Ben menyadari bahwa banyak konsep dan kejadian dalam sejarah dunia tidak dikenal oleh mahasiswa (dan sarjana) Indonesia. Terjadi lost In translation. Oleh karena itu, Ben memutuskan untuk menerjemahkan sendiri Imagined Communities, dan menambahkan catatan kaki yang ditujukan untuk pembaca Indonesia—catatan kaki yang jumlahnya lebih banyak dari catatan kaki dalam Bahasa Inggris. (Terjemahan bahasa Indonesia suntingan Ben ini diberi judul “Imagined Communities: Komunitas-komunitas Terbayang”. Dicetak (ulang) oleh Pustaka Pelajar dan Insist Press pada 2001).
Bahasa Nasional dan Obsesi Globalisasi
Pada tanggal 4 Maret 1999, Ben Anderson hadir pada ulang tahun Tempo yang ke 28 dan berpidato tentang nasionalisme. “Nasionalisme bukanlah sebagai “kejayaan nenek moyang yang begitu agung” dan tak bisa diotak-atik lagi, melainkan lebih kepada sebuah proyek bersama (common project) untuk kini dan di masa depan,” ucap guru besar Universitas Cornell di New York, Amerika Serikat tersebut di Hotel Borobudur, Jakarta.
Proyek nasional yang bisa kita kerjakan kini, salah satu usul Ben adalah membebaskan bahasa Indonesia, bahasa nasional kita, dari belenggu Hukum Pidana Kebudayaan yang dijuluki Soeharto cs sebagai “bahasa yang baik dan benar”. Ben menggugat EYD sebagai ejaan yang membosankan bukan kepalang, kaku, tanpa mutu, penuh dusta dan serba seragam. Setali tiga uang, Ben sekaligus mengusulkan kita untuk membebaskan diri sendiri untuk memakai bahasa atau ejaan apa saja yang cocok dengan pribadi-pribadi kita, maksud-maksud kita, dan pergaulan-pergaulan kita masing-masing.
Namun, alih-alih memulai proyek nasional dengan mempelajarinya, tak banyak orang punya kebanggaan pada bahasa Indonesia. Bahasa sendiri dianggap lebih rendah daripada bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Pejabat pemerintahan, anggota DPR, atau tokoh masyarakat seringkali memakai bahasa “gado-gado” dalam komunikasi publiknya. Padahal, seharusnya merekalah suri teladan pengguna terbaik bahasa kita.
Saat pandemi COVID-19, pemerintah rezim Jokowi menggunakan istilah-istilah berbahasa Inggris. Tentu saja istilah-istilah itu asing bagi sebagian kalangan masyarakat. Belakangan, mereka memakai padanan dalam bahasa Indonesia; ‘kebiasaan baru’ menggantikan ‘new normal’, ‘hindari kerumunan’ menggantikan ‘social distancing’, ‘uji usap’ menggantikan ‘swab test’ dan sebagainya.
Tak hanya pejabat negara, para penggiat literasi Indonesia pun masih malu menggunakan bahasa sendiri. Sebutlah Indonesia International Book Fair (IIBF), Jogja Literary Festival (JLF) dan Jakarta International Literary Festival (JILF) yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Kenapa tak memakai bahasa Indonesia: Pameran Buku Indonesia, Festival Literasi Jogja dan Festival Literasi Jakarta?
Alih-alih menunjukkan kelas dan keakbaran acara tersebut, penempatan label ‘internasional’ malah secara gamblang memperlihatkan cara berpikir yang masih mengikuti negara tuan, sebut Anindita S. Thayf dalam esainya, Para pegiat literasi keminggris ini, tulis Anindita, selain terlena oleh iming-iming prestise dan naik kelas, mereka punya obsesi yang membabi-buta pada globalisasi.
Dan ‘globalisasi’ jenis ini yang ditentang oleh Ben Anderson. Ben melihat fenomena keminggris ini di lingkungan akademis. Makin banyak peneliti yang merasa harus menerbitkan penelitian dalam bahasa Inggris-Amrik. Hal yang lumrah asalkan tidak memengaruhi kesadaran kita. Tapi dampaknya, kata Ben, adalah makin lama makin banyak peneliti di berbagai negara yang berbeda merasa bahwa bila mereka tidak menulis dalam bahasa Inggris-Amrik, mereka tidak akan dikenal secara internasional. Dan pada saat yang sama cendekiawan Amerika sendiri makin malas mempelajari bahasa asing, kecuali mereka yang harus melakukan kerja lapangan.
Di lain sisi, Ben Anderson juga memperingatkan bahwa nasionalisme bikin kau cupet jika kau malas mempelajari bahasa asing. Seperti katak yang mendekam dalam tempurung yang kelam. “Nasionalisme dan globalisasi memang punya kecenderungan untuk membatasi pandangan kita dan menyederhanakan perkara,” tulisnya.
Sebelum meninggal pada 13 Desember di Kota Batu lima tahun silam, Ben memberi satu pedoman agar kita hidup di luar tempurung: “Itu sebabnya yang kian diperlukan adalah percampuran serius dan canggih dari kemungkinan-kemungkinan emansipatif nasionalisme dan internasionalisme.” (2016: 197).
1 note
·
View note
Text
Game Populer di Android Juli 2020
The_Otherside adalah pertandingan permainan-peran-bermain papan tentang membersihkan monster dari kota kecil. Anda melakukannya dengan menemukan dan menghancurkan 'sauh roh', yang membersihkan sebagian dari papan infeksi sendiri. Masing-masing putaran tiga poin aksi mereka dihabiskan oleh pahlawan Anda mencari amunisi, ruang berburu, bergerak, menendang atau mendirikan barikade dan makhluk. Teleport horror baru berubah. Jadikan XP untuk tingkat, membuka peralatan makhluk baru, pahlawan, dan peta yang lebih besar.
Meskipun menemukan senjata yang layak sejak dini dapat membuat perbedaan besar, keacakannya tidak terlalu brutal, dan permainan menjadi lebih menarik saat Anda maju, dengan lebih banyak karakter dan level yang lebih besar memaksa seseorang untuk menggunakan penggunaan secara bijaksana setiap kemampuan pahlawan untuk bertahan. Nilai: 8/10 iOS
The_Otherside, terdiri dari menggunakan Apple Arcade (The Tag)
Dunia tidak dalam bahaya kehabisan game, baik PC maupun seluler. Masuk akal untuk mengatakan bahwa sejumlah variasi dari permainan kartu Royal jauh lebih dapat ditoleransi daripada banyak yang lain. Flick Solitaire tentu saja mudah diapresiasi. Antarmuka yang ramping, efek suara yang memuaskan, dan juga balet formasi ketika Anda menyelesaikan gelar tidak pernah kalah dari memenangkan fungsi kartu Anda sendiri. Selain itu, ia datang dengan blackjack dasar, juga versi Piramida dan Elevens sendiri, yang keduanya termasuk aspek baru untuk olahraga. Anda harus menonton iklan singkat setiap beberapa gim, atau Anda bisa mendapatkan langganan yang memungkinkan Anda memilih tabel yang Anda mainkan dan menghapus iklan. Terserah Anda apakah itu layak untuk # 1.99 menggelikan terus terang seminggu. Nilai: 7/10
Crying Suns adalah sci-fi roguelike yang mengarah ke pertempuran antar-kapal dan pertemuan acak, tapi kali ini kurang tertarik pada manajemen tim, dengan fokus pada skuadron senjata besar pemanfaatan dan drone kapal Anda. Itu tidak bisa menyamai pengabdian FTL, dan berbagai 300 acara mulai berulang lebih cepat dari yang Anda bayangkan, masalah diperburuk membuat pengulangan melotot. Itu masih bagus dengan styling seni pixel yang indah dan skrip yang solid. Nilai: 7/10
Flick Solitaire iOS & Android, permainan bebas (Flick Games)
Crying Suns iOS & Android, # 8.99 (Permainan Humble) Ditetapkan di masa depan di tepi luar galaksi, koloni akan kesulitan mengikuti semua AI secara bersamaan berhenti bekerja. Tugas Anda adalah untuk mencari tahu apa yang terjadi dan Anda melakukannya tanpa batas waktu, dengan cara FTL. Sudah 26 tahun sejak Beneath A Steel Sky dirilis, yang membuat ini di antara sekuel yang paling lama ditunggu-tunggu tetapi penggemar akan senang menemukan bahwa tidak banyak yang benar-benar berubah. Meskipun demikian, ini adalah pengalaman yang mempertahankan selera humornya yang Patah bersama dengan kepekaan yang memesona, yang juga diatur dalam peristiwa cyberpunk yang misterius. Sayangnya, selain itu, menderita peccadillo sebagai leluhurnya. Yang utama di antara mereka adalah persyaratan untuk berolahraga sesekali tindakan non-intuitif untuk memecahkan teka-teki, karena membayangkan dan duduk melalui rim obrolan yang kadang-kadang sama lucu. Masih layak untuk mendapatkan rasa nostalgia. Nilai: 6/10
Ulasan game-game smartphone terbaik bulan ini termasuk Beyond A Steel Sky, SINoAlice karya Slay Yoko Taro, dan The Spire. Bar tersedia meskipun negara masih dalam cengkeraman pandemi di mana tidak ada vaksin atau pengobatan dan beberapa anak kembali ke sekolah. Terhadap latar belakang ini, sangat bagus untuk memiliki seluruh permainan yang langsung membatalkan keyakinan Anda pada kemanusiaan.
Beyond A Steel Sky iOS dan PC, ditambah dengan Apple Arcade (Software Revolusi) Secara mekanis, seperti apa adanya; pembangun dek roguelike yang bergantung pada taktik yang mencapai pemahaman yang lebih penuh dari interaksi mereka dan juga semakin dalam karena Anda membuka kunci kartu dan juga memerangi peluang. Ini juga sangat adiktif dan meskipun harganya tinggi - setidaknya untuk ponsel - harga adalah pembelian yang vital. Varian Android diperkirakan akan dirilis akhir tahun ini. Nilai: 9/10
Game Cellphone Terbaik di iOS dan Android Terdiri dari Apple Arcade (Cornfox) Oceanhorn 2 untuk sementara waktu, tetapi Edisi Emas saat ini menambahkan dua ekspansi: Perisai Chronos dan Perburuan Pidana. Yang pertama adalah bahwa penjara bawah tanah yang terdiri dari pertahanan yang mengeluarkan proyektil kembali ke arah penyerang, bersama dengan target kedua Anda sebagai pemburu hadiah. Saat Anda menggunakan iPad atau memiliki iPhone yang lebih mewah, peningkatan ini akan memungkinkan Anda untuk mengunci kecepatan bingkai hingga 60fps, menambah daya tarik laut langit biru Sega, beserta bentang alamnya. Berbagi pesona pedesaan dan struktur yang identik, dan meskipun sering dibandingkan dengan game Zelda, sayangnya tidak memiliki keajaiban Nintendo dan terasa biasa dan lambat meskipun memiliki nilai produksi yang tinggi. Tempat tanpa ponsel atau jejaring sosial di dunia 1990-an, Anda menelusuri seorang remaja Irlandia yang kembali ke entri jurnal bergambar di kota kelahirannya, berada di Universitas di Dublin. Percakapan Anda dengan masing-masing dan setiap bagian dari narasi adalah untuk melenyapkannya, baik memiliki penghapus, atau bahkan menyebarkan
1 note
·
View note
Text
Daendels Road
Menikmati lagi satu karya Pram dengan fisik buku yang lebih tipis dari buku-bukunya yang lain. Seperti kekhasannya, tulisan berlatar sejarah Jawa dengan tokoh-tokoh kolonial hingga Orde Baru. “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” menyuguhkan cerita mengenai pembuatan jalan raya pos atau yang sekarang lebih dikenal dengan Jalan Pantura (Pantai Utara). Dalam formatnya, Pram membagi tuisannya ke dalam beberapa belas kota yang dilalui oleh Jalan Raya Pos. Kota-kota ini adalah kota administratif yang terbentang dari Anyer hingga Panarukan. Pemberhentian demi pemberhentian pada jalan sepanjang 1000 kilometer itu disuguhkan dengan fokus cerita mengenai Si Tuan Galak atau Daendels. Lalu Pram juga menceritakan kisah pasca kolonial dengan sudut pandang orang pertama. Awalnya ia menceritakan bagaimana kondisi kolonialisme yang dipimpin Willem Daendels dalam membangun jalan megah itu, kemudian ia menjadi si aku dengan menceritakan kisah hidupnya dalam mengingat kota-kota yang menjadi sub-bab cerita - selalu menarik saat membaca sebuah cerita dengan alur waktu yang maju-mundur. Daftar referensi yang dimiliki pram dalam buku ini menunjukkan bagaimana dalamnya Pram meriset, hingga buku ini bisa dikategorikan materi sejarah. Aku rasa jika saat pelajaran IPS di sekolah dulu silabusnya membaca buku sebagai pengantar materi masa penjajahan Belanda, mungkin akan lebih asik dan kontekstual.. berhubung jalanan pantura sangat umum dilewati orang yang tinggal Jawa. Gold, Glory, Gospel ~
Kedua yang menarik selain alur bercerita Pram adalah, bagaimana Daendels terkonstruksi (lebih tepatnya terdekonstruksi) di pikiranku. Seorang pemimpin yang awalnya minim legitimasi, datang ke Hindia saja perlu sembunyi-sembunyi. Hingga memasukki tanah jawa dan menakhlukkan raja-raja lokal. Ia memandang orang-orang jawa sebagai tenaga kerja dan elit-elit lokal sebagai kongsi modal. Gambaran menakjubkan yang aku suka darinya adalah tekad dan keperfeksionisan dalam menyambut target yang diberikan. Sialnya dalam hal ini, kemanusiaan dikorbankan. Ya, tentu tak kubahas lagi tentang itu. Untuk mereka yg mengenyam bangku sekolah 12 tahun, tentu tau intisari dari topik Willem Daendels yang melegenda ini. cultuur stelsel ~ hahay diktaktor. but still, cool <3.
*Buku ini kudapat dari Dewi, dia adalah junior di FISIP. Beberapa hari yang lalu ia ke Bangko untuk mengadakan penelitian mengenai agensi KMB dalam pengaturan zonasi TNBD. Untuk itu ia memberikanku ini, Kak Reza gak dikasi wekk hihi iyala dia blm kenal. Nah, dalam rangka wabah covid19 dan kampanye #dirumahaja jadi aku baca buku itu dan coba tulis ini. udah lama banget ga nulis di sinii!!?? maap kalo jelek >,< yaa sekian. sehat-sehat semuaaa :)
0 notes
Text
Proyek Besar untuk Menata Indonesia Masa Depan
Indonesia adalah negara dengan keragaman penduduk yang tinggi, baik dari aspek budaya, suku, agama, bahasa, adat istiadat dan beragam latar belakang lainya. Heterogenitas penduduk Indonesia merupakan potensi sekaligus bukti sejarah akan kemajemukan Indonesia. Indonesia adalah negara dengan keajaiban dan anugerah Tuhan Yang Maha esa, dengan tingkat keragaman yang tinggi. Bagaimana tidak, negara dengan berbagai latar belakang agama dan suku, mampu berdiri sebagai NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Apabila kita melakukan rasionalisasi secara ilmiah, tentunya ini hal yang sulit untuk ditelaah. Ternyata perbedaan yang besar dan tinggi adalah sumber kekuatan bagi sebuah bangsa.
Saya ingin menjelaskan beberapa gagasan untuk merancang Indonesia masa depan, tentunya dengan memperhatikan beberapa potensi besar Indonesia dari berbagai sektor untuk dijadikan strategi dan pijakan pembangunan bangsa. Berikut adalah tiga segmentasi bidang yang menjadi gagasan saya menata Indonesia masa depan. 1) Potensi Maritim Indonesia sebagai negara maritim terbesar di dunia dan strategi pembangunanya, 2) Potensi agraris Indonesia menuju kedaulatan pangan yang sesungguhnya, dan 3) Potensi Indonesia dengan bonus demografi usia produktif untuk menyongosong kebangkitan menuju negara maju melalui peningkatan kualitas SDM.
Pembangunan suatu bangsa adalah proyek besar dan kerja peradaban, sehingga diperlukan suatu visi besar dan narasi yang terukur. Pembangunan pada berbagai sektor adalah keharusan, serta kebutuhan setiap bangsa dan negara. Namun, kita perlu meramu strategi yang matang dalam kaitannya dengan prioritas sektor yang akan dibangun. Hal ini tentunya berkorelasi positif dengan potensi yang dimiliki suatu negara untuk menjadi perhatian khusus fokus pembangunan. Arab Saudi negara yang kekurangan air dan bahkan dalam setahun bisa dihitung dengan jari tangan frekuensi banyaknya hujan yang turun. Namun, Arab Saudi melakukan assesment dan kebijakan yang tepat sehingga mereka fokus pada potensinya yang ada di bawah tanah-tanah padang pasirnya, yaitu minyak bumi. Hari ini kita melihat Arab Saudi dengan sumber daya minyak terkaya di dunia dan diperebutkan oleh berbagai negara besar Eropa dan Amerika.
Kemudian Jepang negara dengan kekayaan SDA terbatas, namun mereka berhasil menjadi negara dengan kekuatan teknologi transportasi terbesar di dunia. Negeri sakura ini juga pernah tercatat sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat sepanjang sejarah dunia. Dua negara di atas adalah hanya sekelumit contoh kecil untuk menjadi inspirasi kemajuan dan strategi pembangunan suatu negara.
Potensi Maritim Indonesia sebagai negara maritim terbesar di dunia dan strategi pembangunanya
Berbicara tentang Indonesia maka kita akan dihadapakan pada sebuah paradigma negara dengan potensi maritim terbesar di dunia. Menurut Baransano et.al (2011) Indonesia adalah negara kepulauan terbesar dan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada, yaitu 81.00 km terbentang dari Sabang hingga Merauke, dan memiliki sejumlah 17.508 pulau. Diperkirakan 60% dari penduduk Indonesia tinggal di wilayah pesisir (Arbi 2008). Tentunya ini bukan merupakan sebuah kebetulan semata, melainkan anugerah dan tanda-tanda dari Tuhan Yang Maha Esa, Allah subhanallahu wa ta'ala agar Indonesia memanfaatkan potensi ini untuk menjadi negara besar dan maju. Wilayah laut Indonesia 70%-nya adalah wilayah perairan. Saya berpandangan bahwa fokus pembangunan maritim bisa ditujukan beberapa hal yakni penguatan kedaulatan maritim dan pengelolaan sumber daya alam laut secara mandiri dan berkelanjutan, pengembangan infrastruktur secara mandiri dan terpadu, pengembangan sumber daya manusia (SDM), serta IPTEK dan budaya maritim juga diperlukan dalam pembangunan maritim.
Indonesia menjadi satu dari sedikit negara yang dianggap memiliki kapasitas dan potensi untuk menggunakan teknologi revolusioner yang mampu memberikan akses kepada lokasi gas yang paling sulit dijangkau ini. Pengembangan pelabuhan-pelabuhan Indonesia yang kompetitif, efisien dan maju di segenap wilayah negeri yang mampu mendorong terbangunnya aktivitas ekonomi di seluruh kepulauan maupun jalur Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). Menurut Baransano et.al (2011), peningkatan kapasitas dan infrastruktur pelabuhan mampu memberikan dampak positif bagi mata rantai suplai dan diyakini dapat mendongkrak PDB hingga 5 persen. Beberapa data di atas adalah bukti potensi maritim Indonesia yang bisa di optimalkan untuk masa depan. Tentunya ini kita juga harus serius menyiapkan strategi ini, apalagi kebijakan terbaru presiden Joko Widodo yang bermaksud memasukan Indonesia menjadi anggota TPP (Trans Pasific Partnerhsip) sebagai momentum untuk menyiapkan Indonesia untuk menjadi poros maritim dunia untuk strategi visioner dan jangka panjang Indonesia
Potensi agraris Indonesia menuju kedaulatan pangan yang sesungguhnya
Sejarah Indonesia tidak terlepas dari sektor agaris (menghasilkan bahan baku seperti padi, jagung, sagu, dll) dan perkebunan (menghasilkan buah-buahan). Pada masa kolonial penjajahan Belanda kegiatan pertanian dan perkebunan menjadi penentu tingkat sosial dan perekonomian seseorang. Berdasarkan data BPS (2010), bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja sekitar 44,3% bagi penduduk meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto.
Hari ini Indonesia belum berdaulat pada pangan, kita masih rajin melakukan impor pangan, termasuk beras, dan daging. Padahal Indonesia negara agraris dan potensi pertanian yang sangat besar. IPB sebagai perguruan tinggi yang mengambil tanggung jawab ini berperan besar dalam mendukung kedaulatan pangan Indonesia, tentunya dengan kerjasama dengan semua pihak. Bahkan Soekarno, ketika pidato peletakan batu pertama pembangunan IPB mengatakan bahwa pangan adalah persoalan hidup atau mati suatu bangsa.
Daerah asal saya di Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki potensi besar untuk pengembangan teknik Syilvopastura (model agroforestry dengan peternakan), sehingga kebutuhan akan daging dan beras bisa dipenuhi. NTB juga memiliki sejarah perdagangan sapi yang sukses sejak beberapa ratus tahun lalu, sehingga tidak salah jika NTB dipilih sebagai pusat kajian pengembangan sapi di Indonesia (Republika 2017). NTB juga memiliki potensi lahan pertanian yang besar, dan terkenal dengan sebutan BUMI GORA karena kemandirian dalam menghasilkan produk pertanian, di antaranya adalah beras. Ini hanya salah satu contoh daerah potensial, walaupun kita tidak bisa memungkiri bahwa Indeks pembangunan manusia (IPM) NTB masih rendah. Namun pembangunan tidak boleh berhenti dan sektor agraris ini harus menjadi rencana kerja strategis yang serius dan berkelanjutan, apalagi Indonesia akan menghadapi momentum bonus domegrafi sehingga SDM unggul juga harus disiapkan di segmen ini. Model pembangunan sektor agraris ke depanya harus memiliki jiwa enterpreneurship sehingga mampu beradapatasi dengan era dirupsi yang sedang menguat.
Potensi Indonesia dengan bonus demografi usia produktif untuk menyongosong kebangkitan menuju negara maju melalui strategi peningkatan kualitas SDM
Bonus demografi adalah peluang yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan yang dialaminya (Kementrian PPN/ Bappenas 2017). Indonesia akan mengalami bonus demografi ini pada rentang waktu 2020-2030 dan puncaknya adalah pada tahun 2030 di mana 70% dari jumlah penduduk Indonesia adalah usia produktif. Hal ini memberikan data bahwa jumlah tanggungan usia produktif lebih kecil sehingga ini adalah potensi besar Indonesia untuk menjadi negara maju dengan jumlah usia angakatan kerjanya yang dominan. Kondisi ini pernah dialami oleh negara Jepang pada tahun 1950 dengan 70% penduduknya adalah usia produktif, mereka berhasil memanfaatkan moment itu untuk maju sehingga menjadi negara kekuatan ekonomi terbesar ketiga di dunia pada tahun 1970.
Saya mengutip Siaran Pers Bappenas (2017) tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, Indonesia fokus pada dua isu, yakni tenaga kerja dan pendidikan. Terkait tenaga kerja, salah satu arah kebijakan adalah memperkuat daya saing tenaga kerja dalam memasuki pasar tenaga kerja global. Kebijakan tersebut diimplementasikan melalui empat strategi utama. Pertama, harmonisasi standardisasi dan sertifikasi kompetensi melalui kerja sama lintas sektor, lintas daerah, dan lintas negara mitra bisnis, dalam kerangka keterbukaan pasar. Kedua, pengembangan program kemitraan antara pemerintah dengan dunia usaha/industri dan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah untuk peningkatan kualitas tenaga kerja. Ketiga, peningkatan tata kelola penyelenggaraan program pelatihan untuk mempercepat sertifikasi pekerja. Keempat, perluasan skala ekonomi ke arah sektor/sub-sektor dengan produktivitas tinggi.
Indonesia harus segera bergerak merumuskan strategi kerja jangka panjang untuk menyambut momentum ini, namun hari ini saya melihat belum ada narasi secara terukur, serius dan jelas dari pemerintah untuk mempersiapkan potensi ini, sebab bonus demografi hanya terjadi sekali dan jangka waktu kembalinya bisa berabad-abad. Tentunya bonus demografi ini harus didukung oleh kualitas SDM yang kompeten, pakar diberbagai bidang yang akan mengisi banyak sektor penting negeri ini. Salah satu strategi kuat adalah pendidikan yang merata, dan kemerataan kesempatan sekolah bagi warga Indonesia. Strategi bonus demografi melalui pendidikan perlu ditangani secara serius, karena tantangan kemerataan pendidikan masih jauh dari kata baik. Daerah saya NTB IPM masih rendah berada pada posisi 29 dari 34 provinsi di Indonesia. Potensi SDA yang besar ini harus dikelola oleh SDM yang berkualitas, memberikan dampak kemajuan ekonomi, dan meningkatkan taraf hidup serta IPM masyarakat NTB.
Indonesia harus bisa memulai kemandirian di bidang kemaritiman, kedaulatan pangan, dan kekuatan ekonomi secara bertahap melalui momentum bonus demografi ini. Sehingga gagasan saya di awal tiga sektor prioritas pembangunan Indonesia adalah satu kesatuan strategi dengan potensi bonus demografi Indonesia. Sekian. Terima kasih
1 note
·
View note
Text
TURISIAN.com – Wisata edukasi budaya ke Yogyakarta menjadi pilihan yang tepat karena banyak tempat wisata sejarah dan budaya favorit. Banyak dikunjungi wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Salah satunya Museum Sonobudoyo Yogyakarta. Lokasinya di Jalan Pangurakan (Trikora) No. 6, Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tak jauh dari Keraton Yogyakarta dan Benteng Vredeburg, sehingga tingkat kunjungannya cukup tinggi. Museum Sonobudoyo Yogyakarta memiliki koleksi benda yang bernilai budaya ilmiah. Meliputi koleksi pengembangan dan bimbingan edukatif kultural. Juga memiliki tugas mengumpulkan, merawat, melaksanakan penelitian, pelayanan pustaka, bimbingan edukatif kultural, serta penyajian benda koleksi. Baca juga: Watu Tapak Camp Hill, Tempat Terbaik Menikmati Lanskap Jogja Keberadaan museum di Jogja ini berkaitan erat dengan yayasan pada masa kolonial, yaitu Java Institut. Sebuah yayasan yang fokus terhadap kebudayaan Jawa, Madura, Bali, dan Lombok. Lembaga ini menjadi cikal bakal berdirinya Museum Sonobudoyo Yogyakarta. Sejarah Gedung Museum Sonobudoyo Jogja Gedung Museum Sonobudoyo berdiri di atas tanah hadiah dari Sri Sultan HB VIII dengan bukti berupa Sengkalan Candrasengkala, Buta Ngrasa Estining Lata pada tahun 1865 Jawa atau tahun 1934 Masehi. Peresmiannya oleh Sri Sultan HB VIII pada Rabu, 6 November 1935. Ketika masuk masa pendudukan Jepang di Indonesia, bagian dari museum ini berubah fungsi menjadi Kantor Sosial bagian Pengajaran oleh Bupati Paniradyapati Wiyata Praja. Setelah Indonesia merdeka kembali beralih fungsi menjadi Kantor Jajaran Pemerintah DIY pada masa pemerintahan Bupati Utorodyopati Budaya Prawito. Pengelolaan dan fungsi bangunan Museum Sonobudoyo Yogyakarta terus mengalami perubahan. Pada akhir 1974, museum diserahkan ke Pemerintah Pusat melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sejak Januari 2001, Museum Sonobudoyo bergabung dalam Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi DIY. Koleksi & Jam Buka Museum Sonobudoyo Di dalam museum ini, Sobat Turisian bisa melihat beragam koleksi yang terbagi ke dalam 10 jenis kategori. Antara lain Jenis Koleksi Biologika, Ethnografkai, Arkeologi, Numismatika/Heraldika, Historika, Filologika, Keramologika, Seni Rupa, dan Teknologika. Baca juga: Sedapnya Jadah Tempe, Kuliner Yogyakarta yang Sudah Melegenda Sejak 1950 Sobat Turisian yang akan berkunjung ke Museum Sonobudoyo, bisa langsung datang ke lokasi. Museum ini buka setiap hari dari Selasa sampai Minggu, mulai pukul 07.30 hingga 15.00 WIB. Kecuali hari Senin dan Hari Besar tutup.* Sumber: Dispar Kota Yogyakarta
0 notes
Text
Metode Sosiologi
Setelah sebelumnya kita membahas tentang paradigma sosial dan jenis atau cabang sosiologi, kini kita akan membahas metode sosiologi. merupakan langkah-langkah ilmiah yang diterapkan peneliti dalam rangka penelitian sosiologi. Metode sosiologi menjelaskan tentang posisi disiplin sosiologi sebagai metodologi.
Tokoh sosiologi klasik Georg Simmel dianggap sebagai orang pertama yang mendefinisikan sosiologi sebagai sebuah metode, alih-alih ilmu pengetahuan. Sosiologi, menurut Simmel, merupakan cara investigasi fenomena sosial. Jika sosiologi adalah metode, darimana data penelitiannya? Data penelitian sosiologi dapat diambil dari disiplin ilmu sosial lain seperti politik dan budaya, misalnya.
Metode sosiologi yang sering diajarkan oleh para guru kepada siswa adalah metode ilmiah dalam rangka penelitian sosiologi. Kita bisa menangkap perbedaannya di sini. Pendapat Simmel mengatakan bahwa sosiologi itu sendiri merupakan metodologi. Pendapat ini tentu saja bukan berarti disetujui oleh semua pihak. Dalam mata pelajaran sosiologi dan mata kuliah sosiologi, metode sosiologi selalu merupakan bagian dari sosiologi sebagai ilmu pengetahuan.
Ternyata didalam metode sosiologi terdapat begitu banyak metode, yang pertama metode kualitatif yang dibagi dibagi juga menjadi tiga yakni historis, komparatif, dan studi kasus. Metode kualitatif sendiri merupakan metode sosiologi yang menekankan pada pengumpulan dan penggunaan data deskriptif atau naratif. Data tersebut merupakan rangkaian kata-kata. Selanjutnya metode historis yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data berupa peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau. Data sejarah tersebut diolah untuk memperoleh gambaran umum tentang kehidupan sosial di masa silam. Sebagai contoh, penelitian tentang ”Kehidupan Masyarakat Minangkabau pada Era Kolonial Belanda”. Kemudia metode komparatif yaitu metode riset yang dilakukan dengan cara membandingkan fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. Perbandingan fenomena tersebut dapat berupa pembahasan mengenai kondisi sosial di beberapa kelompok masyarakat yang berbeda atau di zaman yang berbeda. Sebagai contoh, penelitian tentang ”Industri Budaya di Indonesia di Era Awal Perkembangan Televisi dan Internet: Sebuah Perbandingan”. Kemudian metode studi kasus yaitu metode penelitian yang dilakukan dalam rangka mengleksplorasi isu sosial secara terbatas namun mendalam. Metode ini fokus pada satu atau dua isu yang digali terus-menerus hingga data menjadi jenuh. Contoh penelitian studi kasus: ”Jejak Trauma Peristiwa Malari di Tanjung Priok”.
Metode selanjunya merupakan kuantitatif yang dimana di dalam metode kuantitatif terbagi menjadi dua yakni metode statistik dan sosiometri. Metode kuantitatif sendiri merupakan metode sosiologi yang menekankan pada pengumpulan dan penggunaan data numerik atau angka-angka. Penggunaan angka dimaksudkan untuk mengukur secara numerik gejala-gejala sosial yang terjadi di masyarakat. Sedangkan metode statistik merupakan metode penelitian yang digunakan untuk melakukan pengolahan dan analisis fenomena sosial melalui data statistik. Penggunaan data statistik menjadi kunci penelitian jenis ini. Peneliti dapat menggunakan data set yang sudah tersedia atau mengumpulkan sendiri melalui survey. Dan metode sosiometri yaitu metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis pola hubungan, relasi atau jaringan sosial antar individu atau kelompok. Metode sosiometri sering disebut juga analisis jejaring sosial atau dalam bahasa Inggris social network analysis. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi jejaring sosial antarmanusia sebagai bagian dari atau pembentuk fenomena sosial.
Metode selanjutnya ada metode induktif yang merupakan metode sosiologi yang penerapannya dimulai dengan pencarian data lapangan, kemudian diolah, dianalisis, sampai disimpulkan menjadi teori-teori yang umum. Proses penelitiannya bersifat induktif, artinya gejala-gejala sosial yang khusus dan muncul dilapangan dirangkai sedemikian rupa hingga mencapai kesimpulan umum dan menghasilkan teori.
Kemudian ada metode deduktif yang di mana metode sosiologi yang penerapannya dimulai dari teori yang berada di kepala peneliti, kemudian teori tersebut digunakan untuk memandu proses analisis data yang diperoleh di lapangan. Metode ini boleh dibilang kebalikan dari metode induktif. Peneliti memiliki teori yang berasal dari hasil penelitian sebelumnya. Teori tersebut kemudian diuji dengan kenyataan (data) di lapangan.
Dan yang terakhir metode empiris yang merupakan metode sosiologi yang digunakan untuk mencari data objektif di lapangan. Data objektif tersebut bersifat empiris artinya berasal dari realitas di lapangan tanpa intervensi kepentingan peneliti. Peneliti adalah manusia yang dalam ilmu sosial memiliki kemampuan menginterpretasi realitas sesuai kepentingannya. Metode empiris berupaya menjaga data agar steril dari kepentingan subjektif peneliti.
Diatas merupakan pengertian dan sekaligus contoh dari beberapa metode sosiologi, menurut saya pribada metode sosiologi akan terus berkembang dengan seiring berjalannya waktu, hal ini dikarenakan manusia dan perkembangan industri yang terus berkembang seiring berjalannya waktu yang dimana secara tidak langsung mengubah tingkah laku masyarakat sekitar juga. Seperti contoh pada zaman dahulu masyarakat masih banyak menggunakan sepeda gowes, karena pada zaman dahulu masih belum berkembang yang namanya sepeda motor dan hanya beberapa orang yang bisa mempunyai sepeda motor terutama kalanga atas. Tetapi sekarang berbeda semua orang hampir punya setidaknya mempunyai satu sepeda motor pada setiap keluarga, fenomena seperti inilah yang akan terus mempengaruhi metode sosiologi.
0 notes
Text
Perihal Pergerakan Pemuda
Kalau kita mau menapaki cerita-cerita masa lampau tentang para pemuda, mungkin akan merasa kecil. Mulai dari jaman penjajahan, saat para pemuda serentak mengupayakan kemerdekaan. Baik melalui jalur angkat senjata dan gugur di medan perang, hingga jalur perjuangan intelektual dengan artikel-artikel dan pergerakan yang mengecam kolonial. Baik yang berada dalam negeri dengan pendidikan rendah, hingga yang berada di luar negeri dan menempuh pendidikan tinggi ternama.
Bergeser sedikit pada masa orde lama. Para pemuda bersemangat membangun partai-partai politik, menyebarkan ideologi-ideologi, dengan satu tujuan: kemajuan Indonesia. Meski tak bisa dipungkiri, ada saja ideologi yang bertolakbelakang dengan Pancasila. Tapi coba kita pelajari bagaimana semangat mereka. Antusiasme untuk belajar dan mengajarkan agar Indonesia yang baru merdeka bisa bertumbuh kembang menjadi negara yang “terpandang”.
Maju pada masa orde baru. Saat media dan pergerakan pemuda mulai diatur. Atau mungkin lebih tepatnya dibungkam; hanya yang pro pemerintah saja yang muncul ke permukaan. Para pemuda tak tinggal diam. Sembunyi-sembunyi membuat artikel dan menebarkan propaganda. Kejar-kejaran dengan aparatur keamanan sekadar untuk rapat pergerakan pemuda. Demo ke jalan meski nyawa menjadi taruhan. Hingga akhirnya reformasi dapat terwujud menjadi kemenangan.
Tentu tidak akan terjadi tanpa kemauan para pemuda untuk belajar lebih dari apa yang diberikan pada bangku-bangku pendidikan formalitasnya. Tidak pula terjadi tanpa tekad untuk mau mendengar lebih keluhan yang ada di sekitarnya. Tidak akan mungkin terjadi tanpa niat untuk melihat lebih dekat sekelilingnya. Dan tentu saja usaha. Yakin akan usahanya untuk memperbaiki sebagaimana mestinya. Mengenai hasil? Itu persoalan tawakal pada Tuhan.
Ah, pemuda dan pergerakannya. Bagaimana dengan kita sekarang?
Apakah sudah cukup ilmu yang dicari? Apakah sudah selesai kita berdiskusi? Atau sudah larut kita mengaji? Jangan-jangan kita terlalu congkak merasa berilmu sedang kita tidak tahu apa yang tidak kita tahu.
Bagaimana dengan kontribusi? Sudahkah memberi sesuatu untuk negeri? Atau membanggakan untuk almamater dan organisasi? Atau kembali pada masyarakat dan memberi bukti? Atau minimal untuk kedua orang tua kita saja, sudahkah berbakti? Jangan-jangan kita terlena, merasa sudah cukup berguna padahal belum melakukan apa-apa.
Terlalu asik dengan media sosial, pencitraan yang tak sesuai dengan realita. Terlalu sibuk dengan pengakuan manusia dan lalai mencari ridhaNya. Terlalu fokus memikirkan nasib jomblo daripada memikirkan hal-hal penting lainnya. Terlalu banyak berdiam, mengutuk diri, dan mengeluh tanpa ada sedikitpun usaha.
Mana gelar pemuda yang selalu ditunggu-tunggu pergerakannya?
6 notes
·
View notes