#filosofi pendidikan
Explore tagged Tumblr posts
Text
T4 Filosofi Pendidikan Tugas Demonstrasi Kontekstual - Kontekstualisasi Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa
View On WordPress
#Abad 21#Demonstrasi kontekstual#emenisme#filosofi pendidikan#Guru#guru penggerak#Pancasila#PPG Prajabatan#PPG UMP#Profil Pelajar Pancasila#usman nurfatah
0 notes
Text
Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media.
CGP dapat melakukan refleksi bersama fasilitator untuk mengambil makna dari pengalaman belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan keputusan yang telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan yang dilakukannya.
Assalamu'alaikum, Wr.Wb
Saya Maulina, S.Pd Calon Guru Penggerak Angkatan 11 Kabupaten Bireuen . Pendidikan guru penggerak sudah banyak mengubah mindset saya sebagai guru, banyak hal yang sudah saya pelajari dan saya dapatkan. Selama menjadi CGP Angkatan 11 ini saya didampingi oleh Bapak Heri Susanto, S.T.,Gr selaku Fasilitator dan Ibu Rizayani, S.Pd.,Gr selaku pengajar praktik.
Mendidik tidak hanya menstrafer ilmu ke peserta didik namun juga mengajarkan nilai-nilai kebajikan, kita membantu anak-anak menjadi individu yang beradab dan bermoral. Pendidikan yang berfokus pada karakter menghasilkan manusia yang mulia dan menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Jadi, pendidikan tidak hanya tentang membuat anak-anak pintar, tetapi juga tentang membentuk mereka menjadi orang yang baik dan bertanggung jawab.
berikut adalah kesimpulan yang saya buat pada tahap koneksi antar materi di modul 3.1. Kesimpulan ini dibuat berdasarkan panduan pertanyaan yang ada di LMS.
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Seorang pemimpin pembelajaran dapat menggunakan filosofi Ki Hadjar Dewantara (Ing Ngarso Sung Tuludo, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani) sebagai landasan dalam membuat dan menjalankan berbagai keputusan. Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran akan lebih efektif jika ia mampu memberikan teladan untuk dijadikan contoh bagi murid dan lingkungannya. Berikutnya, sebagai bagian dari komunitas ia turut serta menggerakkan komunitasnya untuk melaksanakan keputusan yang telah dibuat. Pada kesempatan lain pemimpin juga menempatkan dirinya sebagai motivator sehingga murid dan lingkungannya termotivasi untuk melaksanakan berbagai keputusan yang telah dibuat oleh pemimpinnya.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri kita akan muncul dalam bentuk karakter pribadi kita. Karakter seorang pemimpin merupakan akumulasi dari kepribadian, watak serta sifat yang dimiliki dan mengarahkannya pada kebiasaan maupun keyakinan pemimpin tersebut dalam kehidupan sehari-harinya. Pembentukan karakter dalam diri seseorang akan terjadi melalui proses pembelajaran sepanjang hidupnya. Karakter seorang bukanlah bawaan sejak ia lahir, akan tetapi terbentuk karena suatu proses pembelajaran dari lingkungan keluarga dan orang-orang sekitar. Seseorang pemimpin yang berkarakter baik akan mampu menghasilkan keputusan-keputusan yang baik pula. Dengan kata lain karakter seorang pemimpin akan berbanding lurus dengan prinsip-prinsip yang akan digunakannya dalam mengambil keputusan.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Seorang pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang baik dengan berpedoman pada 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan. Pendamping atau fasilitastor pada kegiatan coaching dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berbobot dapat menggali potensi CGP dalam mendapatkan alternatif opsi lainnya pada langkah investigasi trilema sebagai opsi trilema dari kasus yang terjadi. Efektifitas dalam pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan melihat kembali atau merefleksikan proses pengambilan keputusan yang telah dilakukan sebelumnya. Refleksi ini nantinya dapat diambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Jika kita melihat kembali 9 langkah dalam menguji dan membuat keputusan maka pada setiap langkahnya kita menyadari betapa besarnya peran kompetensi sosial dan emosional disana. Mengenali berbagai emosi dan menerapkan kesadaran penuh adalah hal yang sangat penting agar kita tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Berempati terhadap orang lain serta kemampuan menjalin relasi sangat berguna ketika kita berupaya menemukan fakta-fakta yang relevan dengan kasus yang berhubungan dengan dilema etika tersebut. Lalu pada akhirnya tentu saja sesorang yang memiliki kompetensi sosial emosional akan mampu mengambil keputusan-keputusan yang bertanggung jawab bagi dirinya dan lingkungannya.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Nilai-nilai yang dianut seorang pendidik akan menuntunya dalam membuat keputusan yang baik. Jika seorang pendidik meyakini berbagai nilai-nilai kebajikan merupakan bagian dalam dirinya maka dipastikan itu akan menjadikan dirinya sebagai sosok yang memiliki integritas dan bertanggung jawab.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat tentu dapat berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman karena semua pihak yang terlibat dalam kondisi tersebut tidak merasa dirugikan oleh keputusan yang dibuat pemimpinnya. Prosedur pengambilan keputusan yang mengakomodir banyak pertimbangan dan pandangan dari berbagai sisi tentu saja akan melahirkan sebuah keputusan yang baik. Keputusan yang baik tentu saja akan berimbas terhadap tumbuhnya kepercayaan dari semua pihak dan dengan kepercayaan itu lah lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman itu tercipta.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan yang paling berat adalah perbedaan pandangan dari lingkungan saya terhadap kasus-kasus yang berhubungan dengan dilema etika. Ada sebagian kelompok yang begitu kaku terhadap aturan dan disisi lain ada kelompok yang cukup permisif sehingga cenderung mengabaikan aturan dengan dalih berbasis pada hasil akhir. Apalagi jika berhubungan dengan kasus-kasus yang dianggap mencoreng nama baik sekolah, seringkali keputusan yang dibuat tidak berpihak kepada murid. Nah, mencari titik tengah dari 2 pandangan ini adalah tantangan tersendiri bagi kami.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil dengan pengajaran memerdekakan murid -murid kita adalah adanya diferensiasi dalam pembelajaran. Pembelajaran yang berdiferensiasi akan mampu mengakomodir kebutuhasn setiap murid sesuai dengan kodratnya masing-masing. Guru sebagai pemimpin pembelajaran memfasilitasi berbagai perbedaan potensi yang ada pada murid-muridnya dengan tujuan agar pembelajaran yang diberikannya dapat menuntun tumbuh kembangnya berbagai potensi tersebut. Murid-murid akan merasakan pembelajaran yang memerdekan dirinya. Ia akan merasa memiliki kebebasan yang bertanggung jawab terhadap berkembangnya potensi yang dimilikinya
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Keputusan seorang pemimpin pembelajaran yang memposisikan dirinya sebagai pendidik yang menuntun segala kodrat muridnya tentu saja akan mempengaruhi kehidupan atau masa depan mereka. Guru sebagai pemimpin pembelajaran akan menyadari betul dan melakukan berbagai upaya dalam menghadirkan pembelajaran yang berkualitas sesuai kebutuhan murid-muridnya di masa depan. Guru tak akan membuat keputusan-keputusan yang tidak berpihak kepada murid. Keputusan-keputusan dalam tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan maupun penilaian pembelajaran sudah pasti tidak mempertimbangkan dirinya semata. Kehidupan dan masa depan muridnya lah yang akan jadi pertimbangan utamanya dalam mengambil keputusan.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan akhir yang saya peroleh dari pembelajaran materi ini dan keterkaitannya dengan modul sebelumnya bahwa pengambilan keputusan merupakan kompetensi harus dimiliki oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran. Keputusan pemimpin pembelajaran berlandaskan pada filosofi Ki Hajar Dewantara yaitu menuntun murid sesuai kodratnya dan berpihak kepada murid karena setiap keputusan yang diambil nantinya akan mewarnai karakter murid di masa depan. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang baik dengan mengedepankan nilai-nilai kebajikan yang telah menjadi kesepakatan kelas. Pembelajaran sosial emosional dan pembelajaran berdiferensiasi merupakan bentuk apresiasi guru terhadap keberagaman murid-muridnya. Selanjutnya pada tahap perencanaan dalam mengambil keputusan, seorang pemimpin pembelajaran dapat menggunakan alur BAGJA untuk mewujudkan budaya positif sehingga dapat menciptakan kondisi lingkungan yang nyaman (well being).
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Setelah mengikuti tahapan demi tahapan dalam mempelajari modul 3.1, saya merasa cukup memahami konsep-konsep yang dipelajari pada modul ini, seperti dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Hal yang diluar dugaan menurut saya adalah bahwa sebagai pemimpin pembelajaran kita tidak semata mengambil keputusan hanya merujuk aturan saja, namun diatas itu semua bahwa keputusan yang dibuat harus berpihak kepada murid.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Pernah, saya menerapkan pengambilan keputusan dengan menggunakan 3 prinsip penyelesaian dilema. Langkah-langkah dalam mengambil keputusan pun sebagian digunakan meskipun langkah-langkah yang saya tempuh tidak dengan mempunyai prosedur baku seperti 9 langkah yang dipelajari pada modul ini. Beberapa langkah saya lakukan meskipun tidak persis berurutan, seperti menggali fakta dan menentukan pihak-pihak yang terlibat untuk selanjutnya meminta keterangan yang relevan dari pihak-pihak yang tersebut. Pengujian benar salah pun dilakukan dengan melihat apakah ada apakah ada aspek pelanggaran hukum dan peraturan dalam situasi tersebut. Perbedaan dengan apa yang saya pelajari pada modul ini adalah tidak adanya opsi trilema dan refleksi terhadap keputusan yang telah dibuat.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Dampak yang paling signifikan bagi saya setelah mempelajari konsep ini adalah saya mampu mengenali dilema etika dan bujukan moral. Kemampuan ini nantinya tentu saja akan mendorong keterampilan saya dalam membuat berbagai keputusan yang tepat. Jika seorang pemimpin tidak mampu membedakan 2 hal ini maka dikhawatirkan keputusan yang dibuat menjadi tidak tepat. Oleh sebab itu saya merasa bahwa seorang pemimpin harus mampu mengidentifikasi antara dilema etika dengan bujukan moral. Setelah mengenali dilema etika dan bujukan moral saya bisa menerapkan 9 langkah dalam menguji dan mengambil sebuah keputusan.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Sangat penting karena modul ini memberikan pemahaman yang komprehensif bagi saya dalam mengambil keputusan, baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin. Melalui modul ini saya memahami cara membuat keputusan yang baik dengan menerapkan 9 langkah dalam menguji dan mengambil sebuah keputusan. Dengan menggunakan langkah-langkah ini maka keputusan yang saya ambil akan jauh lebih baik dari kondisi saya sebelum mempelajari modul ini.
4 notes
·
View notes
Text
Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media.
CGP dapat melakukan refleksi bersama fasilitator untuk mengambil makna dari pengalaman belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan keputusan yang telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan yang dilakukannya.
Assalamu’alaikum Wr. W
Perkenalkan saya Mutiana, S.Pd Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan 11 Kabupaten Bireuen dari UPTD SMPN 1 Bireuen.Selama menjadi CGP Angkatan 11 ini saya didampingi oleh Heri Susanto, S.T.,Gr selaku Fasilitator dan Ibu Rizayani, S.Pd.,Gr selaku pengajar praktik saya
Sebelum saya menjelaskan rangkuman materi pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin, marilah kita renungkan
Pendidikan tidak hanya tentang pengetahuan kognitif. Tetapi pendidikan yang mengajarkan Pendidikan karakter seperti adab sopan santun (karakter), integritas, kejujuran, keadilan, empati, dan nilai-nilai kemanusiaan lainnya. Pendidikan yang berkarakter akan menghasilkan produk dan sumber manusia yang mulia dan beradab.
Pada modul 3.1 ini kita belajar bagaimana mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin. Sebagai pemimpin pembelajaran, pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal sangat dibutuhkan oleh seorang guru atau kepala sekolah.
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Ki Hajar Dewantara adalah tokoh pendidikan Indonesia. Filosofinya, yang dikenal dengan "Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani," menekankan tiga prinsip utama:
Ing Ngarsa Sung Tuladha: Seorang pemimpin harus memberi contoh yang baik.
Ing Madya Mangun Karsa: Seorang pemimpin harus bisa memotivasi dan menginspirasi di tengah-tengah kelompoknya.
Tut Wuri Handayani: Seorang pemimpin harus memberikan dorongan dan dukungan dari belakang, mendorong dan membiarkan yang dipimpin berkembang secara mandiri.
Dalam konteks pengambilan keputusan, filosofi ini mengajarkan bahwa pemimpin harus memimpin dengan memberikan contoh yang baik, mendorong kreativitas dan partisipasi dari bawah, serta memberikan dukungan dan bimbingan yang diperlukan untuk memungkinkan anggota tim berkembang dan mengambil inisiatif sendiri.
Sedangkan Pratap Triloka merupakan pemikiran tentang keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan. Dalam konteks pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin, filosofi Ki Hajar Dewantara dan Pratap Triloka dapat saling melengkapi:
Keseimbangan dan Harmoni: Pratap Triloka mengajarkan pentingnya keseimbangan antara berbagai aspek kehidupan dan pemahaman mendalam. Seorang pemimpin yang mengintegrasikan prinsip ini akan mengambil keputusan yang mempertimbangkan berbagai dimensi dan dampak dari keputusan tersebut, serta keseimbangan antara kebutuhan individu dan kelompok.
Contoh dan Inspirasi: Filosofi Ki Hajar Dewantara menggarisbawahi pentingnya memberi contoh dan inspirasi. Pemimpin yang memahami filosofi ini akan tahu bahwa keputusan mereka harus mencerminkan nilai-nilai yang ingin mereka tanamkan dan bahwa keputusan tersebut harus menginspirasi orang lain untuk berperilaku dan bekerja dengan cara yang diharapkan.
Dukungan dan Dorongan: Seperti prinsip Tut Wuri Handayani, seorang pemimpin yang baik harus memberikan dukungan dan dorongan, memungkinkan orang lain untuk berkembang dan berkontribusi secara efektif. Filosofi Pratap Triloka mendukung ini dengan menekankan pentingnya harmoni dan integrasi dalam seluruh sistem, yang membantu dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan inovasi.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai-nilai bagi seorang guru penggerak adalah berpihak kepada murid, mandiri, kolaboratif, reflektif dan inovatif. Nilai-nilai tersebut harus ada dalam proses pengambilan keputusan. Nilai-nilai tersebut sebagai cerminan dari arah keputusan yang akan kita ambil. Seperti tujuan pengambilan harus berpihak pada murid, mandiri bagaimana kita sebagai guru merespon suatu konflik dan permasalahan yang ada, kemudian adanya kerja sama dan kolaborasi tim di dalam penyelesaian masalah, pengambilan keputusan yang selalu dievaluasi dan direfleksikan untuk perbaikan ke depannya, serta penanganan masalah dengan cara kreatif dan praktis. Selain itu, pengambilan keputusan ini juga harus berdasarkan nilai-nilai kebajikan yang lain seperti keadilan dan bertanggung jawab.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Coaching bertujuan untuk membantu individu atau kelompok dalam proses pengambilan keputusan dengan cara yang lebih terstruktur dan reflektif. Dalam sesi coaching, pendamping atau fasilitator akan:
Membantu Mengidentifikasi Tujuan: Mengarahkan klien untuk memahami tujuan mereka dengan lebih jelas, yang akan membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih terfokus.
Menyediakan Perspektif Baru: Mengajukan pertanyaan yang mendorong klien untuk melihat situasi dari berbagai sudut pandang, sehingga keputusan yang diambil lebih informatif.
Memfasilitasi Refleksi: Membantu klien untuk merefleksikan keputusan yang telah diambil, termasuk mengevaluasi hasil dan proses pengambilan keputusan tersebut.
Coaching dengan TIRTA dapat membantu guru dan pendidik untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi, sehingga dapat membantu klien untuk menyelesaikan masalahnya dengan pertanyaan-pertanyaan berbobot. Model alur TIRTA sangat berkaitan dengan 9 langkah pengambilan keputusan. Secara keseluruhan, coaching memberikan kita dukungan dalam proses pengambilan keputusan dengan memfasilitasi refleksi, evaluasi, dan pengembangan keterampilan. Ini memungkinkan kita untuk membuat keputusan yang lebih baik dan lebih efektif serta menghadapi tantangan dengan lebih percaya diri.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Pengelolaan dan kesadaran aspek sosial-emosional memainkan peran penting dalam proses pengambilan keputusan, terutama ketika menghadapi dilema etika. Guru yang mampu mengelola emosi mereka (kesadaran diri), manajemen diri, kesadaran sosial dengan rasa empati yang tinggi terhadap orang lain, tetap menjaga hubungan komunikasi baik dengan orang yang terlibat dan tetap konsisten dengan nilai-nilai etika mereka, akan membuat keputusan yang bertanggung jawab, lebih adil, rasional, dan berdampak positif bagi lingkungan pendidikan.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Pembahasan studi kasus yang fokus pada dilema etika danbujukan moral sangat bergantung pada nilai-nilai yang dianut pendidik. Sehingga pendidik atau guru harus memiliki nilai-nilai kebajikan universal, seperti: kebenaran, keadilan, kejujuran, integritas, tanggung jawab, empati, kemanusiaan dsb. Dengan merujuk pada nilai-nilai kebajikan universal dan profesional, pendidik dapat memastikan bahwa keputusan yang diambil tidak hanya adil dan etis tetapi juga konsisten dengan prinsip-prinsip yang mereka anggap penting. Pendekatan berbasis nilai ini membantu dalam membuat keputusan yang lebih informatif, reflektif, dan bertanggung jawab, sambil memastikan bahwa keputusan tersebut mendukung kesejahteraan semua pihak yang terlibat.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Keputusan yang tepat memainkan peran penting dalam menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Dengan memastikan keadilan, membangun kepercayaan, meningkatkan kesejahteraan, dan mendukung partisipasi serta keterlibatan, keputusan yang bijaksana dan etis dapat secara signifikan mempengaruhi kualitas dan atmosfer lingkungan, baik di tempat kerja, sekolah, maupun dalam komunitas.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan dalam pengambilan keputusan terkait dilema etika sering kali terkait dengan konflik nilai, tekanan eksternal, keterbatasan informasi, kompleksitas situasi, perbedaan perspektif, dan kepatuhan terhadap regulasi. Empat paradigma dilema etika yang sering berkaitan dengan lingkungan sekolah adalah:
Individu lawan kelompok (individual vs community)
Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Menyadari dan mengatasi tantangan ini secara proaktif dapat membantu kita dan sekolah membuat keputusan yang lebih baik dan lebih etis dalam lingkungan yang terus berubah.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengambilan keputusan dalam pengajaran mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemerdekaan murid dalam proses pembelajaran. Seorang guru atau pendidik harus memahami kebutuhan dan potensi murid, menetapkan tujuan pembelajaran yang relevan, menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dengan pendekatan sosial emosional. Pembelajaran berdiferensiasi dapat menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan belajar murid berdasarkan kesiapan belajar, minat belajar dan profil belajar murid. Memilih metode pengajaran yang tepat untuk berbagai potensi murid dapat menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung pembelajaran. Dengan keputusan yang baik, pendidik dapat menciptakan pengalaman pembelajaran yang memberdayakan murid untuk mencapai potensi optimal mereka.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran mempengaruhi berbagai aspek pengalaman pendidikan murid. Keputusan yang bijaksana dan berorientasi pada kebutuhan murid dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung, adil, dan berkualitas tinggi, yang pada gilirannya mempersiapkan murid untuk masa depan yang sukses. Dengan memprioritaskan perkembangan holistik, keterlibatan keluarga, dan perbaikan berkelanjutan, pemimpin pembelajaran dapat memberikan dampak positif yang mendalam pada kehidupan dan masa depan murid-murid mereka.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Secara keseluruhan, modul 3.1 ini menggarisbawahi hubungan erat antara pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin dengan materi pada modul-modul sebelumnya. Prinsip dan paradigma dilema etika dalam pengambilan keputusan hendaknya harus berdasarkan dengan nilai-nilai kebajikan universal, bertanggung jawab dan berpihak kepada murid. Semua dasar pengambilan keputusan tersebut terdapat dalam modul sebelumnya, yaitu filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara, nilai dan peran guru penggerak, dan budaya positif. Seorang guru harus memenuhi kebutuhan belajar muridnya dengan pembelajaran berdiferensiasi. Keterkaitan antara modul-modul ini menunjukkan bahwa keputusan yang bijaksana dan berbasis nilai-nilai kebajikan universal mempengaruhi kualitas pembelajaran dan hasil pendidikan murid secara menyeluruh. Integrasi aspek-aspek ini dalam praktik sehari-hari mendukung pembelajaran yang memberdayakan murid dan mempersiapkan mereka untuk masa depan dengan lebih baik.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
A. Dilema etika (benar vs benar) adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Sementara itu, bujukan moral (benar vs salah) yaitu situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar dan salah.
B. Empat paradigma pengambilan keputusan
Individu lawan kelompok (individual vs community)
Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
C. Tiga prinsip pengambilan keputusan
Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
D. Sembilan langkah pengambilan keputusan
Mengenali nilai yang bertentangan
Menentukan pihak yang terlibat
Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi
Pengujian benar atau salah
Pengujian paradigma benar lawan benar
Melakukan prinsip resolusi
Investigasi opsi trilema
Buat keputusan
Lihat lagi keputusan dan refleksikan.
Hal-hal di luar dugaan saya adalah dalam mengambil keputusan sebagai guru atau pendidik kita diharuskan untuk memahami lebih dalam tentang masalah atau kasus dari perspektif yang berbeda. Karena dalam dilema etika terdapat nilai-nilai yang sama-sama benar tetapi saling bertentangan, dan dalam kasus bujukan moral terdapat nilai benar vs salah.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Pernah, tetapi yang saya lakukan tidak selengkap dengan apa yang saya pelajari dari modul 3.1 ini. Sebelumnya, dalam pengambilan keputusan saya hanya berpikir satu dua kali secara matang dan dampak yang akan ditimbulkan setelah mengambil keputusan tersebut. Setelah mempelajari modul 3.1, sebelum pengambilan keputusan ternyata seorang pendidik harus mengetahui paradigma dan prinsip dilema etika, serta melalui tahapan pengujian pengambilan keputusan.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Dampak yang saya dapatkan setelah mempelajari modul 3.1 ini adalah pengambilan keputusan dalam kasus dilema etika dan bujukan moral lebih bijaksana dan reflektif, dengan pertimbangan yang mendalam tentang etika, prinsip, dan proses pengambilan keputusan. Adanya peningkatan kemampuan untuk menganalisis dan mengevaluasi keputusan dengan cara yang lebih kritis dan sistematis. Kemudian dalam konteks kepemimpinan atau manajemen, pemahaman ini membantu saya dalam membuat keputusan yang lebih adil, bijaksana, efektif dan bertanggung jawab sehingga meminimalisir dampak negatif yang dapat merugikan orang lain akibat keputusan yang sudah saya buat.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Menurut saya modul 3.1 ini sangat penting karena memberikan dasar yang kuat untuk pengambilan keputusan yang adil, bijaksana, etis, efektif, dan bertanggung jawab baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin. Sebagai individu, topik modul 3.1 ini membantu saya dalam membuat keputusan yang lebih bijaksana dan konsisten dengan nilai-nilai kebajikan universal yang saya yakini. Sebagai pemimpin, topik modul 3.1 ini meningkatkan kemampuan saya untuk memimpin dengan adil dan efektif, serta dapat meciptakan lingkungan kerja yang positif. Keterampilan dan pemahaman yang diperoleh dari modul ini tidak hanya meningkatkan kualitas pengambilan keputusan tetapi juga memperkuat integritas dan kredibilitas saya sebagai pendidik.
5 notes
·
View notes
Text
Ki Hajar Dewantara mengemukakan bahwa pendidikan merupakan sebuah cara untuk menuntun tumbuh kembang anak agar mereka dapat menjadi manusia dan masyarakat yang memiliki keselamatan dan kebahagiaan setinggi tingginya.
Pendidikan di Indonesia mengalami perubahan dan perkembangan dari masa ke masa,baik dari segi kurikulum yang diterapkan ataupun cara pendidikan disampaikan.
Sebelum saya mempelajari makna pendidikan menurut filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara,saya memiliki sudut pandang bahwa murid sudah seyogyanya diberi pembelajaran yang sesuai dengan teori atau buku teks yang di selenggarakan oleh pemerintah.Mereka harus bisa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditentukan oleh masing-masing sekolah . Murid idaman bagi seorang guru menurut pemikiran saya adalah apabila ada anak yang rajin datang ke sekolah,mengerjakan tugas dengan rapi dan baik ,aktif bertanya dan selalu mendapat nilai diatas kriteria ketuntasan minimal.Menjadi seorang murid menurut saya juga lebihbaik mendengarkan guru menjelaskan daripada bertanya terlalu berlebih yang diluar konteks pembelajaran.
Ternyata,selama ini saya telah abai terhadap karakter anak yang harus dituntun sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman menurut Ki Hajar Dewantara.Bagaimana bisa seorang guru hanya menjadi guru yang mampu mencerdaskan murid tanpa memikirkan budi pekertinya atau tanpa mengetahui kebutuhannya?Saya merasa bersyukur mendapat pengetahuan baru sehingga saya berharap saya belum terlambat mempelajari bagaimana menjadi guru yang tidak hanya mampu mengajar ��namun juga mampu mendidik sesuai kodrat zaman dan kodrat alam.Kodrat alam sesuai dengan kondisi alam mereka tinggal,dan kodrat zaman sesuai dengan perkembangan anak agar mereka menjadi anggota masyarakat yang mampu berguna di masa depannya.
Beberapa hal yang bisa diterapkan didalam kelas pada saat proses pembelajaran yaitu dengan membuat iklim belajar yang lebih interakitf dan kondusif serta berpusat kepada siswa .Kondusif dalam artian tidak hening namun aktif dalam sebuah diskusi yang menyenangkan dan dapat memberi makna bagi murid.Mengajar sesuai dengan kodrat zaman anak-anak yaitu dengan selalu berinovasi terhadap perkembangan teknologi contohnya.Selain hal tersebut,sebagai seorang guru yang telah mempelajari makna pendidikan dan pengajaran menurut KHD,tentunya budi pekerti merupakan hal yang tidak , dapat dipisahkan dari pendidikan dan pengajaran.Tidak hanya kecapakan kognitifnya saja yang penting melainkan guru harus bisa mengajarkan budi pekerti yang baik seperti kejujuran,saling tolong menolong,toleransi,kerjasama dan lain sebagainya.Semoga,kelak kita bisa menjadi guru yang sesuai dengan yang murid butuhkan.
11 notes
·
View notes
Text
Kesimpulan & Refleksi Pengetahuan serta Pengalaman Mempelajari Materi Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
Sofia Mega Seftriana • Filosofi Pendidikan Nasional • PPG Prajabatan Gelombang 1 Tahun 2023
Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
Pendidikan merupakan proses memberikan tuntunan terhadap segala kodrat yang dimiliki seorang anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Pengajaran merupakan bagian dari Pendidikan, dimana pengajaran adalah proses Pendidikan dalam memberikan ilmu sebagai bekal kecakapan hidup seorang anak secara lahir dan batin. Pendidikan dan pengajaran bertujuan untuk memerdekakan manusia. Melalui pendidikan, peserta didik dapat tumbuh secara utuh agar mampu memuliakan dirinya dan orang lain dan menjadi mandiri.
Arti kata menuntun adalah proses mengarahkan dan membimbing seorang anak agar dapat menemukan ataupun memperbaiki jati dirinya. Anak diberikan kebebasan dalam bertingkah laku maupun mengeksplor pengetahuannya. Namun dalam proses menuntun, seorang pendidik harus berperan penting dalam memberikan arahan dan tuntunan agar seorang anak tidak salah dalam bertindak, tidak kehilangan arah, serta tidak melakukan hal-hal yang membahayakan.
Banyak contoh hal-hal baik yang dapat diberikan dan dipelajari seorang anak melalui pendidikan sosio-kultural. Salah satunya melalui potensi budaya yang ada di Indonesia. Seperti mengenalkan tari tradisional yang dilakukan secara berkelompok kepada siswa, dan menjelaskan bahwasanya untuk mendapatkan hasil tarian serta pertunjukan yang baik dibutuhkan suatu adanya usaha dan kerjasama antarsesama anggota. Indonesia juga terdiri dari banyak suku dan etnis, sehingga dengan mengenalkan keberagaman tersebut kepada anak akan menumbuhkan sikap toleransi saling menghargai dan menghormati perbedaan.
Pendidikan anak perlu mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat jaman. Kodrat alam berkaitan dengan kondisi sifat dan bentuk lingkungan sekitar tempat tinggal peserta didik, dimana seorang anak harus memperhatikan norma-norma dan nilai-nilai, serta kebergaman budaya yang ada disekitarnya. Selain itu, anak juga harus mengetahui kondisi alam disekitarnya sehingga dapat menerima dan menghargai segala perbedaan terkait kondisi tersebut. Jika didasari pada kodrat jaman, berarti seorang anak harus belajar dan bersifat terbuka terhadap bentuk perubahan-perubahan yang terjadi. Semisal pada abad 21 ini, anak dituntut untuk melek terhadap penggunaan teknologi, namun sebagai seorang pendidik baiknya mengawasi dan memberikan arahan kepada peserta didik terkait dampak positif yang dapat diambil, serta dampak negatif yang harus diperhatikan peserta didik.
Lingkungan keluarga memegang peranan penting dalam pembentukan karakter atau watak seorang anak. Keluarga menjadi wadah terbaik dalam memberikan pendidikan sosial dan pendidikan karakter, serta membantu anak dalam memperoleh teladan dan tuntunan dari orang tua. Budi pekerti seorang anak ditekankan pada interaksi sosial antarsesama, sehingga kemandirian anak dapat tumbuh melalui proses belajar bersama orang lain. Oleh sebab itu, budi pekerti melatih seorang anak untuk memiliki kesadaran diri dalam menjadi dirinya (kemerdekaan diri) dan memberikan kemerdekaan pada orang lain. Pemberian contoh tentang baik ataupun buruknya sesuatu tanpa harus mengambil hak murid agar mereka bisa tumbuh dan mengembangkan jadi dirinya (kemerdekaan dirinya) disebut dengan sistem Among. Sistem among didasari pada metode pendidikan yang diterapkan oleh Ki Hadjar Dewantara yaitu:
Ing Ngarso Sung Tulodho (Di depan memberikan teladan), guru menjadi teladan dalam tingkah laku dan budi pekerti
Ing Madya Mangun Karso (Di tengah membangun kehendak), guru memberikan semangat dan berkreasi bersama murid melalui jalinan komunikasi serta menjadi penuntun dan narasumber.
Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan), guru memberikan motivasi, saran, dan masukan agar siswa dapat bereksplorasi dari segi pengetahuan dan keterampilan.
2. Penerapan Konteks Sosial Budaya dalam Pembelajaran
Penerapan konteks sosial budaya penting diterapkan dalam kegiatan pembelajaran agar peserta didik dapat menanamkan sikap saling menghargai, saling menghormati, dan toleransi terhadap keberagaman budaya yang ada didaerahnya. Hal yang dapat saya lakukan untuk mewujudkan pendidikan yang relevan dengan konteks sosial budaya di daerah saya yaitu seperti, dalam pembelajaran IPA mengaitkan beberapa materi dengan kebudayaan Burdah Keliling yang biasanya dilakukan oleh masyarakat Keluraharan Gili Barat, Kecamatan Kamal, Kabupaten Bangkalan. Burdah keliling dilakasanakan oleh warga desa tersebut bertujuan untuk menolak bala atau menolak segala hal-hal buruk, seperti wabah penyakit maupun bencana alam. Masyarakat di desa tersebut melantunkan sholawat sambil berkeliling desa dengan membawa obor. Kemudian warga yang tidak ikut berkeliling, memberikan makanan dan minuman kepada warga yang ikutserta dalam burdah keliling serta melakukan makan bersama. Dalam kegiatan tersebut, terdapat beberapa konsep IPA yang dapat dipelajari seperti:
Obor berkaitan dengan materi suhu serta zat dan perubahannya.
Berkeliling desa berkaitan dengan materi gerak dan perpindahan.
Makan makanan bersama berkaitan dengan materi sistem pencernaan, energi, dan zat aditif.
Selain dapat menghubungkan dengan pembelajaran IPA, peserta didik juga memperoleh makna bahwasanya budaya Burdah Keliling sangat berkaitan erat dengan konteks sosial. Dimana, jiwa gotong royong, kebersamaan, bekerjasama, dan saling menghargai dapat diteladani.
3. Refleksi Pengetahuan dan Pengalaman
Apa yang Anda percaya tentang peserta didik dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari topik ini?
Saya sebagai guru hanya bertugas memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan perangkat pembelajaran.
Peserta didik dituntut untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, dan melengkapi catatan sehingga membuat murid merasa tertekan dan merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran di kelas.
Saya mengenal dan memahami kepintaran peserta didik melalui "Nilai" yang mereka punya, bukan melalui pengamatan dari segi keterampilan dan sikap sosial.
Peserta didik diwajibkan memahami semua materi yang diberikan dan mampu mencapai batas KKM yang ditentukan agar target kurikulum dapat terpenuhi.
Saya tidak terlalu memperhatikan minat dan bakat yang dimiliki peserta didik, saya menganggap semua memiliki kesamaan, karena samanya fokus materi dan tugas yang diberikan.
2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda Setelah mempelajari topik ini?
Hal yang berubah dari pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari topik ini yaitu, saya mempercayai bahwasanya setiap peserta didik memiliki kelebihan, bakat, dan minatnya masing-masing, serta mereka memiliki kecerdasan dan kepintaran dengan caranya sendiri. Sebagai seorang pendidik, memberikan kebebasan pada peserta didik dalam belajar merupakan hal yang penting agar peserta didik dapat mengeksplor pengetahuannya, mengembangkan keterampilan yang mereka punya, dan dapat menanamkan nilai-nilai sosial pada peserta didik melalui berbagai kegiatan kelompok seperti berdiskusi, bergotong royong, berkreativitas, bertanggung jawab, dan saling menghargai satu sama lain. Oleh sebab itu, pentingnya menerapkan pendidikan yang berpihak pada peserta didik dan menuntun mereka agar mereka memperoleh keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya bagi diri sendiri dan orang lain. Selain itu, saya harus berperan penting dalam memberikan arahan, tuntunan, serta bimbingan kepada peserta didik. Sebagaimana semboyan pendidikan Ki Hadjar Dewantara yaitu:
Ing Ngarso Sung Tulodho (Di depan memberikan teladan), guru menjadi teladan dalam tingkah laku dan budi pekerti
Ing Madya Mangun Karso (Di tengah membangun kehendak), guru memberikan semangat dan berkreasi bersama murid melalui jalinan komunikasi serta menjadi penuntun dan narasumber.
Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan), guru memberikan motivasi, saran, dan masukan agar siswa dapat bereksplorasi dari segi pengetahuan dan keterampilan.
3. Apa yang dapat segera anda terapkan lebih baik agar kelas anda merefleksikan pemikiran KHD?
Hal-hal yang akan segera saya terapkan dalam pembelajaran agar pembelajaran dikelas mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara yaitu:
Memahami karakteristik, gaya belajar, minat, dan bakat masing-masing peserta didik
Menerapkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan memberikan peserta didik kebebasan dalam belajar mengembangkan keterampilan dan pengetahuan melalui beberapa model pembelajaran seperti PBL dan PJBL
Menanamkan sikap sosial kepada peserta didik melalui pendidikan sosio-kultural dengan melibatkan peserta didik dalam kegiatan kelompok seperti berdiskusi, bekerjasama, dan bertanggung jawab dalam tim, sehingga mereka dapat menghargai perbedaan anggota kelompoknya.
11 notes
·
View notes
Text
Koneksi Antarmateri Modul 3.1 : Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin
Mengambil Keputusan dengan Bijaksana: Filosofi, Nilai-Nilai, Coaching, dan Dampaknya dalam Pendidikan
Pendidikan bukan hanya tentang membagikan pengetahuan, tetapi juga tentang pembentukan karakter, bahkan juga tentang kemampuan untuk mengambil keputusan yang bijaksana. Banyak hal yang harus dijadikan landasan untuk mengambil Keputusan yang berdampak positif dalam dunia Pendidikan. Misalnya perihal Filosofi Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, nilai-nilai guru penggerak, coaching, dan kemampuan sosial emosional.
Kaitan Filosofi Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara dengan Pengambilan Keputusan
Filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, sebagai bapak pendidikan Indonesia, memberikan landasan yang kuat dalam pengambilan keputusan. Pratap Triloka, konsep tiga aspek penting, mengajarkan bahwa menjadi teladan, memberikan motivasi, dan memberikan dukungan adalah kunci utama dalam pengambilan keputusan yang berlandaskan nilai-nilai kebajikan.
Ing Ngarso Sung Tuladha: Menjadi teladan dalam pengambilan keputusan yang berlandaskan nilai-nilai kebajikan.
Ing Madya Mangunkarsa: Memberikan motivasi dan inspirasi dalam pengambilan keputusan yang berpihak pada murid.
Tut Wuri Handayani: Memberikan dukungan dan dorongan dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
Membentuk Guru Penggerak: Nilai, Coaching, dan Etika dalam Pengambilan Keputusan
Guru Penggerak bukan hanya penuntun di kelas, tetapi guru penggerak adalah pemegang peranan penting dalam pembentukan karakter dan lingkungan belajar yang menginspirasi. Guru penggerak harus mengerti cara mengadopsi nilai-nilai seperti kemandirian, refleksi, kolaborasi, inovasi, dan dukungan terhadap peserta didik, tidak hanya menjadi pijakan teoretis. Namun, nilai-nilai tersebut harus dijadikan penuntun dalam setiap langkah pengambilan keputusan.
Nilai-nilai tersebut bukan sekadar kata-kata hampa, tetapi nilai-nilai tersebut adalah katalisator langsung dalam proses pengambilan keputusan. Seorang Guru Penggerak yang menganut nilai-nilai kebajikan tidak hanya menjadikan integritas dan moralitas sebagai landasan untuk mengambil sebuah keputusan, tetapi juga menggambarkan keputusan yang penuh tanggung jawab dalam setiap tindakannya.
Proses menjadi Guru Penggerak yang profesional tidak terjadi begitu saja. Dalam perjalanan ini, fase coaching memegang peran penting dalam proses pendidikan guru penggerak. Lebih dari sekadar meningkatkan keterampilan pengajaran, coaching membentuk kesadaran diri yang mendalam. Guru Penggerak belajar dari pengalaman, merenung atas tindakan mereka, dan mengembangkan perspektif yang lebih kaya melalui diskusi dengan mentor atau rekan sejawat.
Selain pemahaman mengenai nilai-nilai guru penggerak dan proses coaching, kemampuan guru dalam mengelola dan memahami aspek sosial emosional memiliki dampak besar pada pengambilan keputusan. Kesadaran diri membantu guru memahami reaksi emosional mereka, sementara kemampuan mengelola emosi membantu mereka tetap tenang dan fokus dalam situasi sulit. Empati, keterampilan komunikasi, dan kolaborasi semuanya menjadi fondasi kuat untuk pengambilan keputusan yang seimbang.
Pembelajaran mengenai kasus dilema etika dan bujukan moral bukan hanya menjadi alat evaluasi formal. Pembelajaran tersebut adalah jendela yang membuka pandangan ke dunia nyata guru sebagai pemimpin pembelajaran. Guru Penggerak tidak hanya berhadapan dengan konsep teoretis di kelas. Guru penggerak dihadapkan pada dilema etika dan bujukan moral yang nyata. Studi kasus membuka ruang untuk refleksi kritis, pertimbangan perspektif yang beragam, dan memperkuat kemampuan membuat keputusan yang bijaksana dan bertanggung jawab.
Secara keseluruhan, pembahasan ini menyoroti nilai-nilai, coaching, kemampuan sosial emosional, dan studi kasus dapat bersinergi untuk membentuk seorang Guru Penggerak yang tidak hanya mahir dalam pengajaran tetapi juga bijaksana dalam pengambilan keputusan dalam kasus dilema etika.
Menciptakan Lingkungan Positif melalui Pengambilan Keputusan yang Bijaksana
Pengambilan keputusan yang bijaksana oleh guru memiliki dampak besar pada lingkungan belajar. Membangun kepercayaan, meningkatkan motivasi murid, menciptakan rasa aman, dan meningkatkan kualitas pembelajaran semuanya dapat dicapai melalui keputusan yang bijaksana.
Tantangan Membentuk Masa Depan Pendidikan: Tantangan, Dampak, dan Peran Pemimpin Pembelajaran
Perubahan paradigma dalam dunia pendidikan membawa tantangan kompleks yang memengaruhi pengambilan keputusan. Tantangan kompleks tersebut seperti keberagaman nilai, kurangnya pedoman, dilema etika baru, dan kapasitas yang kurang menjadi rintangan yang harus diatasi oleh pemimpin pendidikan. Meskipun kompleks, dengan keterampilan dan pengetahuan yang tepat, pemimpin pendidikan dapat menghadapi tantangan ini dengan bijaksana.
Pengambilan keputusan oleh guru tidak hanya memengaruhi keseharian di kelas, tetapi juga memberikan dampak besar pada proses pembelajaran. Keputusan yang bijaksana dapat menciptakan lingkungan belajar yang aman, kondusif, dan positif, dan mendukung perkembangan potensi murid yang beragam.
Pemimpin pembelajaran memegang peranan penting dalam menentukan masa depan pendidikan. Keputusan pemimpin pembelajaran terkait dengan karakter, kualitas pembelajaran, dan persiapan masa depan menjadi langkah yang harus dilaksanakan dalam membentuk generasi yang tangguh. Dengan demikian, tantangan pengambilan keputusan dalam perubahan paradigma tidak hanya menjadi ujian, tetapi juga kesempatan bagi pemimpin pembelajaran untuk menciptakan transformasi positif dalam pendidikan.
Membentuk Masa Depan Pendidikan: Pemahaman, Refleksi, dan Transformasi
Modul materi ini bukan sekadar panduan, tetapi kunci dalam memahami dan menerapkan pengambilan keputusan etis di dunia pendidikan. Guru Penggerak, melalui nilai-nilai seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada peserta didik, menjadi agen perubahan yang memainkan peran penting dalam membentuk karakter dan menciptakan lingkungan belajar yang positif. Dalam menghadapi perubahan paradigma, tantangan kompleks seperti keberagaman nilai, kurangnya pedoman, dilema etika baru, dan kurangnya kapasitas menjadi ujian nyata. Namun, dengan keterampilan dan pengetahuan yang tepat, pemimpin pendidikan dapat mengatasi tantangan ini dengan bijaksana.
Seiring pemahaman konsep yang kuat dan refleksi kritis, guru dapat menghadapi dilema etika, perubahan paradigma, dan tantangan pembelajaran dengan bijaksana. Modul ini memberikan landasan yang kokoh dalam pemahaman konsep-konsep penting seperti studi kasus dilemma etika, coaching, dan pembentukan lingkungan belajar positif. Melalui langkah-langkah sistematis, guru dapat menghadapi tantangan dengan bijaksana dan memilih solusi yang paling tepat. Dampak pembelajaran ini tidak hanya terbatas pada level individu, tetapi juga menciptakan perubahan positif dalam dinamika pembelajaran, menciptakan lingkungan yang aman, kondusif, dan positif, serta mendukung perkembangan potensi murid yang berbeda-beda.
Pentingnya pembelajaran ini tidak hanya bagi individu tetapi juga bagi pemimpin. Dengan pemahaman dilema etika, paradigma pengambilan keputusan, dan langkah-langkah sistematis, pemimpin pendidikan dapat membentuk lingkungan belajar yang berkualitas dan menciptakan dampak positif pada generasi mendatang. Dengan tantangan dan peluang ke depan sebagai pendorong, pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperoleh dari modul ini menjadi fondasi kokoh untuk terus berkembang sebagai pendidik yang bertindak sesuai dengan prinsip etika dan berdampak positif.
2 notes
·
View notes
Text
Topik 4 Filosofi Pendidikan Indonesia Koneksi Antar Materi - Pancasila dan Profil Pelajar Pancasila dari Perspektif lain
3 notes
·
View notes
Text
Nilai-nilai Pancasila dan Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-hari
Pancasila adalah dasar negara, filosofis dan ideologi bangsa Indonesia yang terdiri dari 5 prinsip yaitu:
1. Ketuhanan yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila merupakan landasan moral dan spiritual bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Setiap warga negara Indonesia diharapkan untuk memahami, menghargai, dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dari Sila pertama sampai Sila ke lima yang harus diaplikasikan dan diuraikan dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan atau penanaman nilai- nilai setiap butiran pancasila yang harus diajarkan agar individu memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan karakter luhur bangsa dan tidak menyimpang dari nilai pancasila yang sesuai dengan sila-sila dalam pancasila adalah sebagai berikut :
1. Dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai religius, kepercayaan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta segala sesuatu dengan sifat-sifat yang sempurna dan suci seperti Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Adil, Maha Bijaksana dan sebagainya. Dalam penerapan kehidupan sehari-hari yaitu selalu tertib dalam menjalankan ibadah, tidak berbohong kepada orang lain, bersyukur kepada Tuhan karena Tuhan selalu menyayanginya, tidak mengganggu orang lain yang berbeda agama dalam beribadah, percaya pada kemampuan sendiri dalam melakukan apapun, karena Tuhan sudah memberikan kelebihan dan kekurangan kepada setiap manusia.
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab terkandung nilai-nilai perikemanusiaan yang harus diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penerapan kehidupan sehari-hari yaitu menolong orang yang sedang kesusahan, tidak membeda-bedakan dalam memilih teman, berbagi makanan dengan orang lain jika sedang makan didepan orang lain, mengajarkan orang lain yang belum mengerti dengan hal hal-hal yang bermanfaat, memberikan atau mempersilahkan duduk di tempat duduk kepada orang tua, ibu hamil, atau orang yang lebih membutuhkan saat ada di kendaraan umum, tidak memaki-maki orang lain yang bersalah kepada diri sendiri, selalu meminta maaf atau memaafkan apabila melakukan kesalahan, hormat dan patuh kepada yang lebih tua serta menyayangi yang lebih muda.
3. Dalam Sila Persatuan Indonesia terkandung nilai persatuan bangsa, dalam arti dalam hal-hal yang menyangkut persatuan bangsa perlu diperhatikan aspek-aspek yaitu Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia serta wajib membela dan menjunjung tinggi (patriotisme), pengakuan terhadap Ke Bhinneka Tunggal Ika dan suku bangsa (etnis) dan kebudayaan bangsa (berbeda-beda namun satu jiwa) yang memberikan arah dalam pembinaan kesatuan bangsa, cinta dan bangga akan bangsa dan Negara Indonesia (nasionalisme). Dalam penerapan kehidupan sehari-hari antara lain dengan melakukan inventarisasi tata nilai tradisional yang harus selalu diperhitungkan dalam pengambilan kebijaksanaan dan pengendalian pembangunan lingkungan di daerah dan mengembangkannya melalui pendidikan dan latihan serta penerangan dan penyuluhan dalam pengenalan tata nilai tradisional dan tata nilai agama yang mendorong perilaku manusia untuk melindungi sumber daya dan lingkungan di sekitarnya.
4. Dalam Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan terkandung nilai-nilai kerakyatan. Dalam hal ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab para pengambil keputusan dalam pengelolaan lingkungan hidup, dan meningkatkan kemitraan, masyarakat, dunia usaha dan pemerintah dalam upaya pelestarian daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Dalam penerapan kehidupan sehari-hari yaitu membiasakan diri bermusyawarah dengan orang lain dalam menyelesaikan masalah, memberikan suara dalam pemilihan, tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain, menerima kekalahan dengan ikhlas apabila kalah bersaing dengan orang lain, mempunyai iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah, berani mengkritik orang lain dalam hal-hal yang buruk, berani mengemukakan pendapat di depan umum, melaksanakan segala aturan dan keputusan bersama dengan ikhlas dan bertanggung jawab.
5. Dalam Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia terkandung nilai keadilan sosial. Dalam hal ini harus diperhatikan beberapa aspek yaitu penerapan sila ini tampak dalam ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur masalah lingkungan hidup. Dalam penerapan kehidupan sehari-hari yaitu berlaku adil kepada siapapun, Seorang pemimpin memberikan tugas yang merata dan sesuai dengan kemampuan anggotanya, tidak memilih orang lain dalam berteman, tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum, suka bekerja keras.
Untuk membentuk generasi bangsa yang bermoral dan berkualitas tentunya memerlukan beberapa proses salah satunya dengan membekali nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila karena Pancasila merupakan Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa dalam menjalankan kehidupannya, harus memahami, memaknai dan mengamalkan keseluruhan nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila karena nilai-nilai itu dapat menjadi fondasi dan benteng dari berbagai pengaruh yang dapat merusak moral. Dengan penerapan nilai-nilai Pancasila maka sikap dan perilaku yang menyimpang akan menjadi lebih baik dan bentuk penyimpangan-penyimpangan tidak akan terjadi baik pada individu yang memiliki karakter dan jiwa yang nasionalis dan patriotis.
6 notes
·
View notes
Text
tetapi ada yang jadi tanggungan, sampe sampe begadang 🤣
sebab manusia selama hidup, diijinkan untuk memilih dan memiliki sesuatu yang nantinya juga akan dipertanggungjawabkan. huhuhu 😳
dan disini juga, menengok dalam maksud/ tujuan dari syariat yang dijadikan ajaran (maqosidus syariah)
Maqasid al-Shariah, atau tujuan hukum syariah, merujuk pada tujuan dan tujuan yang lebih tinggi yang mendasari prinsip-prinsip dan hukum syariah Islam. Tujuan ini diperoleh dari Al-Quran, Sunnah (ajaran dan praktik Nabi Muhammad), dan konsensus para ulama Islam. Maqasid al-Shariah memberikan kerangka kerja untuk memahami maksud dan filosofi keseluruhan hukum Islam. Mereka berfungsi sebagai panduan untuk penafsiran dan penerapan prinsip-prinsip Islam dalam berbagai konteks, memastikan bahwa hukum dan praktik sesuai dengan tujuan yang lebih luas dari syariah. Ada lima tujuan utama, atau maqasid, dari syariah yang disebutkan sebagai berikut: 1. Memelihara Agama (Hifz al-Din): Tujuan ini menekankan perlindungan dan pemeliharaan keyakinan Islam, termasuk kebebasan untuk beribadah dan menyebarkan agama. 2. Memelihara Kehidupan (Hifz al-Nafs): Pemeliharaan dan perlindungan kehidupan manusia merupakan hal yang sangat penting. Hukum Islam bertujuan untuk memastikan keselamatan, kesejahteraan, dan martabat individu. 3. Memelihara Garis Keturunan (Hifz al-Nasl): Tujuan ini berfokus pada menjaga struktur keluarga dan sosial, mempromosikan pernikahan, melindungi hak-hak anak, dan memelihara integritas garis keturunan. 4. Memelihara Akal (Hifz al-Aql): Tujuan pemeliharaan akal mencakup mempromosikan pendidikan, pengetahuan, dan kegiatan intelektual, sambil menghindari tindakan yang merusak kemampuan mental atau menghalangi berpikir rasional. 5. Memelihara Harta (Hifz al-Mal): Tujuan ini bertujuan untuk melindungi hak milik individu dan kolektif, mendorong aktivitas ekonomi, menghindari pencurian dan penipuan, serta mempromosikan keadilan sosial dalam hal distribusi kekayaan. Tujuan ini tidaklah lengkap dan dapat diperluas lagi berdasarkan konteks dan kebutuhan masyarakat. Mereka memberikan kerangka kerja komprehensif untuk memahami prinsip-prinsip mendasar hukum Islam dan menjadi dasar untuk mengatasi tantangan dan isu kontemporer.
Selain dari tujuan utama yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat beberapa tujuan lain yang juga dianggap sebagai bagian dari maqasid al-Shariah. Berikut adalah beberapa di antaranya: 1. Keadilan (Al-'Adl): Tujuan ini mencakup penegakan keadilan dalam segala aspek kehidupan, baik dalam sistem hukum, pemerintahan, maupun hubungan sosial. Hal ini termasuk perlakuan yang adil terhadap individu, keadilan dalam distribusi sumber daya, dan perlindungan terhadap hak-hak individu. 2. Kemashlahatan (Al-Maslahah): Tujuan ini berkaitan dengan mencapai kesejahteraan dan kebaikan umum. Prinsip ini mengharuskan untuk memperhatikan manfaat sosial, kesejahteraan masyarakat, dan mencapai keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan umum. 3. Pemeliharaan Lingkungan (Hifz al-Bi'ah): Tujuan ini menekankan perlindungan lingkungan alam, termasuk menjaga keberlanjutan alam, menjaga kelestarian sumber daya alam, dan bertanggung jawab terhadap bumi sebagai amanah dari Tuhan. 4. Kesetaraan (Al-Musawah): Tujuan ini mencakup prinsip kesetaraan antara individu tanpa memandang ras, etnis, atau status sosial. Hal ini juga mencakup perlindungan terhadap diskriminasi, penindasan, dan perlakuan yang tidak adil. 5. Keseimbangan (Al-Tawazun): Tujuan ini mengacu pada mencapai keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti keseimbangan antara hak individu dan tanggung jawab sosial, keseimbangan antara hak dan kewajiban, dan keseimbangan antara kebutuhan dunia dan akhirat. Tujuan tambahan ini memberikan dimensi lebih lanjut dalam pemahaman tentang prinsip-prinsip syariah dan memastikan bahwa hukum dan tindakan yang diambil mengarah pada keadilan, kesejahteraan, dan keseimbangan yang seimbang.
😶🌫️ byChatGPT
nah gitu loo 😅🤔😮💨🤕 (saya berwasit pada diri saya sendiri dan kepada sidang pembaca sekalian 🥲😂)
youtube
🥺
1 note
·
View note
Text
Resume Sembilan Tahun Pertama
Sembilan Tahun Pertama / Ringkasan Home Education Volume 1 Pemikiran Charlotte Mason / Ellen Kristi - Penerbit CMid - 2022 - 120hlm
Pendahuluan
Charlotte Mason adalah seorang filsuf pendidikan Inggris kelahiran tahun 1800-an. Dia menulis buku berisi tawaran idealisme yang tinggi sekaligus panduan praktik yang lemah-lembut, a gentle art of learning. Ada 6 volume buku CM masing-masing tebalnya ratusan halaman ditulis dalam bahasa Inggris ala era Victoria, muatannya filosofis. Para praktisi CM di Amerika Utara menulis situs amblesideonline.org. Mereka menyediakan ringkasan dari setiap volume buku CM. Terinspirasi dari situs tersebut Mbak Ellen Kristi membuat buku ini agar kita mudah memahami value yang dibawa CM.
Bagian 1
- Pekerjaan paling penting di masyarakat ialah membesarkan anak-anak. Di tahun pertama kehidupan anak akan dipengaruhi oleh ibu, sehingga ibu harus berbekal pengetahuan. Ibu harus belajar serius tentang ilmu mendidik, ia perlu cinta yang berpikir, paham dasar fisiologi dan psikologi agar tahu cara membesarkan anak. Saat lahir anak terlihat tidak bisa apa-apa tapi semakin besar setiap ciri khas anak akan bermunculan. Pada tahun pertama prinsip masterly in activity tampak memadai untuk kegiatan anak. Meski orang tua tidak terlalu banyak ikut campur anak sibuk belajar, rasa penasaran mereka cukup besar. Kita cukup menyediakan makan yang bergizi, istirahat cukup, kasih-sayang, buku-buku, membiarkannya bermain bebas.
- Ada banyak pilihan cara untuk mendidik anak, zaman dulu orang-orang percaya mitos tetapi saat ini sudah banyak bukti sains yang mendasari pengasuhan. Ada yang memilih untuk mendidik dengan sangat disiplin sampai ke tahap kekerasan, ada juga yang sangat menghamba kepada anak. Tidak ada yang benar antara dua ekstrem itu, kita harus tahu visi pengasuhan anak kita sehingga bisa memilih prinsip mana yang sesuai.
- Kata CM anak tidak terlahir sebagai kertas kosong. Dalam agamanya, ada perintah : jangan melecehkan merendahkan atau merintangi salah satu dari anak-anak kecil ini. Contoh tindakan melecehkan anak dalam buku ini : melabeli anak nakal, membuat mereka melakukan sesuatu karena takut dengan hukuman, tidak konsisten mengajari aturan, membiarkan mereka tidur malam/ makan tidak sehat, menonton dan membaca yang tidak baik, pilih kasih. Contoh sikap merendahkan anak adalah Ibu tidak memberikan jam terbaik paling bugar untuk mengasuh anaknya, membiarkan mereka mengulang sikap buruk. Contoh perilaku merintangi anak adalah menganggap dia masih kecil dan tidak paham bab terkait relasi dengan Tuhan tapi jangan jadikan juga nama Tuhan untuk mengintimidasi anak.
- Setelah mengetahui yang tidak boleh dilakukan CM memberitahu apa yang sepatutnya dikerjakan. Pertama olahraga, Kedua istirahat - fokus kepada satu pekerjaan per satu periode waktu. Pagi hari setelah sarapan baik untuk pelajaran akademis. Setelah makan siang baik untuk kegiatan rekreatif di luar ruangan atau tugas prakarya. Malam sebaiknya tidak ada lagi pelajaran akademis. Cacah pekerjaan maksimal 20 menit per sesi sampai anak berusia 9 tahun dan sajikan variasi. Pendekatan ini bernama short lessons membantu anak agar tidak kelelahan, yang menjadi ciri khas metode CM. Ketiga nutrisi yang baik dan cukup, udara yang segar dan berlimpah minimal 1 jam sehari menghirup udara luar, sirkulasi udara yang bagus dan sinar matahari.
- Memahami hukum pendidikan, cinta, akal sehat dan doa tidak cukup. Perlu ilmu untuk menumbuhkan karakter anak.
Bagian 2
- Never be within doors when you can rightly be without, melatih kepekaan anak untuk mengamati.
- Meminta mereka bercerita tentang yang dilihat, melatih kecermatan dalam mengamati.
- Melukis secara lisan, lihat lalu pejamkan mata dan cerita.
- Mengakrabi bunga dan pohon : mengamati ciri, membuat kalender alam, ngumpulin dan gambar tanaman.
- Menelateni binatang : mencatat makhluk yang dilihat, bentuk warna lokasi apa yg sedang.
"Alam sumber hiburan yang tak ada habisnya, meningkatkan rentang perhatian, menempa ketelitian dan ketekunan, berpusat pada alam (mengalihkan ego)"
- Membaca alam dan buku tentangnya : ciri tanaman dan hewan.
- Belajar lewat indra. Tanpa disuruh, bayi akan meraba/ mengemut dll apalagi di alam. Tidak berkata apa-apa bukan brati tidak belajar apaapa.
- Mengakrabkan anak dengan alam. Alam selalu baru, berubah dan tersirat.
- Geografi luar ruangan : menjelaskan kontur bumi yang bermacam, melihat bentuk awan, posisi matahari, konsep jarak
- Mengingatkan anak bahwa semua ini ada penciptanya.
- Permainan luar ruangan yg diciptakan anak sendiri : lari loncat naiknaik.
- Sesekali di cuaca buruk dengan syarat.
- Keterampilan mencari jejak.
- Udara dan sinar matahari akan membuat anak sehat dan bahagia.
Bagian 3
- Setelah mengenal dunia dengan menjelajah, selanjutnya adalah membangun kebiasaan baik dalam diri anak. "The formation of habits is education and education is formation of habits.
- Anak belum bisa mengendalikan kehendak, melawan impuls2 yang ada.
- Anak membawa potensi fisik dan genetik dari orangtua, memiliki hasrat alami sbg manusia, pengetahuan, kebanggaan diri, cinta dan persahabatan, punya kemampuan merasa.
- Kebiasaan bisa mengganti sifat bawaan lahir "habit is ten time nature". Sifat bawaan lahir yang buruk. Dengan keseharian kita, kita menanamkan kebiasaan pada anak, pilihannya : yang baik atau buruk?
- Memasang rel kebiasaan dengan menetapkan tujuan / visi pendidikan. Anak tidak bisa mengenali otomatis mana impuls baik atau buruk. "Man is a creature of habit". Ada bbrp prinsip dalam habit training agar tidak ada penyalahgunaan konsep diantaranya adalah menghormati anak sbg pribadi yg utuh.
- Fisiologi kebiasaan : otot dan otak akan lebih mudah melakukan hal yang terus menerus diulang berkaitan dengan simpuls otak atas pengulangan tsb. Tidak semua kebiasaan bisa ditanamkan saat dewasa. Anak bisa 10x lebih cepat mempelajari kebiasaan baru.
- Kebiasaan buruk tidak bisa hilang dgn bertambahnya umur atau dengan ancaman dan hadiah. Bisanya dengan diganti kebiasaan baru. Kita harus memenangkan kerjasama dengan anak, mulai dari penjelasan lembut, kesepakatan dan peringatan.
- Kebiasaan bisa ditanamkan sejak bayi, mereka akan merekam. Dan perlu dilatih dgn bbrp kegiatan fisik.
Bagian 4
- Sebagai guru baiknya mengenal siswa secara mendalam, jadi ortu adalah guru terbaik bagi anakanaknya. Tp mendidik tidak cukup dgn intuisi. Dalam habit training, perlu cara tepat. Ini akan mempermudah orangtua menjalani hari. Dari sekian banyak habit training, dilakukan secara bertahap.
- Habit of attention menjadi prioritas utama, fondasi untuk menguasai displin mental lain. "Pencapaian intelektual tertinggi bergantung kepada kebiasaan memperhatikan". Bisa dilatih sejak bayi dengan melafalkan apa yang sedang dikerjakan, pada umur sekolah memakai prinsip short dan varied lessons. Habit ini bertentangan dengan stimulasi audio visual berlebih. Beri apresiasi, bukan ranking. Sesuaikan target sesuai kemampuan, pelajari tenggat waktu, jangan biasakan berlambat-lambat.
- Kebiasaan terapan agar anak gesit dalam berpikir dan bertindak, melatih mereka lebih baik dari hari ke hari. Selalu antusias, tidak tergantung mood, tidak banyak mengeluh. Memberi mereka supply ide yang menarik dan menggugah, memuji saat bersungguh-sungguh mengerjakan sesuatu.
- Kebiasaan berpikir menumbuhkan pola pikir yang acak dan tak urut menjadi logis dan kritis pada anak. Kecepatan menalar harus kita latih sehari-hari, mereka perlu melacak/ menduga sebab dari akibat, membandingkan hal, melihat kesamaan dan perbedaan.
- Kebiasaan berimajinasi yang dilatih dengan buku berisi kisah khayalan/ adegan di zaman yang berbeda/ petualangan aksi dll.
- Kebiasaan mengingat dapat diperoleh dengan : atensi penuh yang tidak bisa dipaksa dari luar harus dari niat anak itu sendiri; asosiasi - materi pelajaran harus berkaitan satu sama lain; memakainya terus-menerus.
- Kebiasaan mengerjakan dengan sempurna/ habit of perfect execution dilatih dengan mengingat target yang sesuai dengan kemampuan, mengajak anak untuk evaluasi kesalahan, merayakan momen pencapaian, menyelesaikan apa yang telah dimulai.
- Orang tua adalah perwujudan dari semua otoritas (hukum alam, hukum sosial, Tuhan) untuk menanamkan kebiasaan taat kita harus bisa menjadi contoh untuk anak. Inti dari latihan habit of obedience ini adalah mengasah kepekaan anak pada kebenaran dan memperkuat kehendaknya untuk memilih kebenaran itu. Kita harus menaati aturan secara konsisten (pengulangan tanpa henti) dan paham mengapa itu harus ditaati. Ketaatan melahirkan kebebasan.
- Melatih kejujuran dengan menyampaikan sesuai keadaan, peka pada ketidakbenaran.
Bagian 5
- Sebaiknya orang tua tidak menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak kepada sekolah kita harus tahu apakah sekolah punya visi misi yang jelas dan sesuai dengan keluarga masing-masing? Orangtua juga harus tau : apa tujuan belajar; mana yang harus diprioritaskan untuk dipelajari; belajar seperti apa yang efektif. Seharusnya pelajaran itu menggugah rasa ingin tahu anak; melatih kekuatan daya pikir anak; meningkatkan pengetahuan anak; membekaskan kesan pada jiwa anak untuk dikenang terus dengan hati senang dalam jangka waktu panjang.
- Untuk anak usia dini kita harus memilih guru yang tepat. Di bawah usia 6 tahun tidak perlu diberi target pelajaran, cukup dibiasakan melakukan setiap tugas sebaik mungkin. Dalam keseharian di rumah ada banyak sekali kesempatan belajar bagi seorang anak.
- Anak terlihat bahagia, dominasi guru yang terlalu besar, sosialisasi : membuat kita terlalu cepat memasukkan anak ke sekolah. Hal ini bisa menjadi overstimulasi karena akan menimbulkan gesekan emosi pada anak. Akan lebih baik memaparkan mereka dengan orang-orang berbagai umur seperti berkumpul dengan keluarga besar & komunitas. Di bawah 6 tahun tidak perlu pelajaran formal terstruktur akan lebih baik membebaskan mereka bergembira menciptakan permainan sendiri tanpa jadwal saklek. "Menciptakan berbagai peluang belajar lalu menyingkir dan mundur berjaga-jaga kalau sewaktu-waktu anak butuh bantuan darurat"
- Mengajari membaca dengan memahamkan bahwa huruf itu melambangkan bunyi dan ada maknanya. Sering dibacakan, mengekspos mereka pada tulisan, memberi tahu nama huruf bunyi dan cara menyuarakan nya, mengajari mereka dengan permainan, dimulai dari kata-kata yang mereka pahami misal lirik lagu. Belajar membaca adalah lanjutan dari proses anak mengenal kata di sekitar. Ajari anak membaca terstruktur sejak 6tahun.
- Melatih anak untuk rutin deklamasi, bisa dari puisi pendek atau ayat suci. Kemudian ditambah latihan intonasi dan ekspresi agar makin memahami makna kata yang dibaca. Untuk anak 8-9tahun paparkan berbagai jenis buku untuk bisa dibaca anak. Buku yang menggugah ide. Gunakan prinsip short lessons, sekali baca lalu narasikan. Jangan brondong dengan pertanyaan, masuklah saat mereka bertanya dengan pertanyaan terbuka.
- Saat melakukan narasi anak akan mengerahkan kemampuan untuk mengingat, imajinasi, perbendaharaan konsep dan daya nalar. Sehingga bisa mengevaluasi seberapa jauh anak menyerap pelajaran. Dimulai saat 6 tahun tapi jangan lebih mudah daripada itu dengan menggunakan literatur klasik. Di umur itu mereka dibacakan buku klasik tapi tidak membaca sendiri cukup 10-15 menit per buku, sekali pembacaan.
- Belajar menulis diawali dengan menulis huruf yang mudah, ukurannya tidak besar/ tidak kecil alias sedang, bisa dimulai dengan alat yang mudah seperti spidol jangan langsung menggunakan pensil di kertas, biasa kan habits of perfect execution sebelum lanjut ke setiap hurufnya, 5-10menit.
- Belajar menulis diawali dengan menulis huruf yang mudah, ukurannya tidak besar/ tidak kecil alias sedang, bisa dimulai dengan alat yang mudah seperti spidol jangan langsung menggunakan pensil di kertas, biasa kan habits of perfect execution sebelum lanjut ke setiap hurufnya, 5-10menit.
- Menyalin : membuat anak belajar akan ejaan dan pemakaian tanda baca, anak dibiarkan memilih sendiri kalimatnya, batasi panjangnya sesuai kemampuan, menggunakan kertas bergaris ganda, durasinya 10-15 menit. Perhatikan postur tubuh dan cara tangan memegang alat tulis, juga cahayanya serta ketinggian meja dan kursi.
- Ejaan dan dikte : membuat anak untuk memvisualisasikan kata dan semakin hafal bagaimana kata-kata harus ditulis, dimulai dengan anak membaca terlebih dahulu kemudian seseorang membacakan frasa demi frasa, hanya diulang sekali, bacakan dengan ekspresi, tanyakan kata mana yang susah dipahami dan sulit ditulis anak.
- Anak sebaiknya tidak diminta mengarang sampai umurnya 10 tahun karena sebelum itu anak hanya akan mengoplos kata-kata. Biarkan saja mereka menyelami bahasa dan membaca buku-buku bermutu, membuat narasi dan menyalin juga diminta bercerita tentang kegiatan sehari-hari.
- Pelajaran kitab dimulai sejak anak berumur 6 tahun fokusnya untuk menggambarkan kasih sayang Tuhan kepada makhlukNya, biarkan mereka mencerna dan menyimpulkan sendiri bacaannya dan sudah bisa mulai menghafal. Gunakan ilustrasi untuk membantu pemahaman.
- Berhitung : meningkatkan kekuatan dan ketajaman daya nalar anak. Mulai dengan memperkenalkan konsep nyata matematika setelahnya baru melangkah ke simbol matematis. Bisa dibantu dengan alat peraga tapi perlahan untuk sementara. Selanjutnya masuk ke tambah dan kurang sampai angka 20. Berikan soal cerita untuk memahami pembagian dan perkalian sebagai bentuk mudah dari penambahan dan pengurangan. Selanjutnya anak belajar sistem bilangan puluhan dan nilai mata uang juga konsep ukuran dan berat.
- Mempelajari ilmu pengetahuan alam dimulai dengan membawa anak akrab dengan alam sejak kecil dan membiarkan mereka penasaran terhadapnya lalu mengajak mereka bereksperimen sederhana tentang alam.
- Mengenalkan anak pada konsep geografi dimulai dengan mengajak mereka berkegiatan di luar ruangan mengamati sungai, bukit, tanah lapang, kolam dan yang lainnya untuk membayangkan permukaan bumi di tempat lain dari cerita yang dia baca. Kemudian disambung dengan keterampilan membuat dan menggunakan peta, dimulai dari membuat peta rumah sekitar rumah, kota tempat ia tinggal, belajar menggunakan kompas, memahami kode dalam peta, mengamati bola dunia.
- Pendekatan umum ke khusus bukan pendekatan tepat untuk sejarah. Biarkan anak terlebih dahulu akrab dengan sosok historis tertentu menjalin relasi dengan hidupnya. Memahami periode sejarah saat toko hidup, siapa yang sezaman, bagaimana karakter masyarakatnya, seperti apa sistem sosialnya, hal apa saja yang terjadi di negeri lain selama periode itu --akan menjadi titik pijak anak untuk belajar babak lainnya.
- Tata bahasa tidak diminati anak sampai dia mungkin berumur 9 tahun yang penting anak itu bisa mengetahui logika berbahasa membedakan subjek dan kata kerja.
- Dalam mempelajari bahasa asing yang penting adalah telinga bukan mata yang pertama harus dilihat bagaimana dia bisa mengucapkan dengan benar, tidak perlu melihat ejaan tertulis dari kata asing tersebut, paling mudah belajar di usia muda dengan teknik imersi atau membuat anak bergaul dengan penutur asli, tapi jika tidak bisa bisa dikenakan lewat percakapan sehari-hari, dan diutamakan tahu kata kerja sebelum kata benda bahasa asing.
- Pelajaran seni dasarnya : menciptakan dan mengapresiasi yang paling utama adalah yang kedua. Sejak 6 tahun pelajaran seni bisa dilakukan dimulai dengan menceritakan ringkas tentang siapa seniman, memperlihatkan karya seni, mendorong anak untuk mengamati hal kecil dalam sebuah seni, melihat konteks lukisan, menanyakan anak tentang pesan yang disampaikan oleh lukisan, kemudian mereproduksi. Arahkan anak untuk terbiasa melukis dengan bentuk dan warna yang mereka inginkan. Ajari juga seni rupa dengan tanah liat atau play-doh, seni musik, seni olah tubuh, hasta karya juga.
Bagian 6
Anak harus punya : (1) kehendak kuat untuk dapat menyelesaikan apa yang akan dikerjakan, (2) nurani sebagai pembeda mana yang baik dan buruk, (3) relasi dengan Tuhan agar menyadari setiap aktivitasnya adalah bentuk kasih sayang Tuhan.
2 notes
·
View notes
Text
Demonstrasi Kontekstual - Kontekstualisasi Manusia Indonesia T3 PPG Prajabatan G2 PGSD UMP
View On WordPress
#Demonstrasi kontekstual#emenisme#filosofi pendidikan#identitas manusia indonesia#PPG Prajabatan#tugas topik 3#ump#usman nurfatah
1 note
·
View note
Text
Mengenal NSR4D: Langkah Menuju Inovasi dan Kreativitas
NSR4D adalah nama yang mencerminkan visi modern dan penuh ambisi. Dengan makna dan potensi yang terkandung di dalamnya, NSR4D hadir sebagai simbol inovasi, eksplorasi multidimensi, dan pertumbuhan di era digital yang terus berkembang.
Apa Itu NSR4D?
Nama NSR4D bisa diartikan sebagai akronim yang unik, di mana masing-masing huruf memiliki arti tertentu sesuai dengan tujuan atau filosofi di balik pembentukannya. Dalam konteks umum, "4D" mengacu pada empat dimensi: panjang, lebar, tinggi, dan waktu, yang menunjukkan perspektif holistik dalam memahami dan menciptakan sesuatu.
NSR4D menggambarkan entitas atau platform yang memanfaatkan teknologi, kreativitas, dan inovasi untuk memberikan solusi di berbagai bidang, baik itu hiburan, pendidikan, teknologi, atau layanan interaktif lainnya.
Filosofi dan Nilai Utama NSR4D
Inovasi Tanpa Batas NSR4D mengusung semangat untuk terus berkembang dan menciptakan sesuatu yang baru, relevan, dan berdampak besar. Pendekatan kreatif dan adaptif menjadi fondasi utama dalam setiap langkahnya.
Pendekatan Multidimensi Dengan memanfaatkan konsep "4D", NSR4D berkomitmen untuk menjelajahi berbagai perspektif dan menghadirkan solusi yang mempertimbangkan semua aspek kehidupan, baik itu teknologi, waktu, maupun hubungan manusia.
Kolaborasi dan Keberlanjutan Seperti halnya dimensi yang saling terhubung, NSR4D menekankan pentingnya kerja sama, keberlanjutan, dan manfaat jangka panjang bagi komunitas.
Fokus Utama NSR4D
NSR4D dapat beroperasi di berbagai sektor inovasi modern, seperti:
Teknologi Digital Pengembangan aplikasi berbasis web, kecerdasan buatan (AI), realitas virtual (VR), dan solusi teknologi lainnya yang dirancang untuk mempermudah kehidupan manusia.
Hiburan Interaktif NSR4D berpotensi menjadi platform permainan atau konten digital yang menawarkan pengalaman yang imersif, baik melalui teknologi AR/VR maupun pendekatan kreatif lainnya.
Edukasi dan Pelatihan Teknologi NSR4D juga dapat menjadi pelopor di bidang pendidikan, dengan menawarkan platform pelatihan berbasis teknologi canggih yang mempersiapkan individu menghadapi tantangan masa depan.
Inovasi Kreatif dan Desain Berfokus pada desain multidimensi, NSR4D dapat menjadi pionir dalam menciptakan karya seni digital atau produk kreatif yang menggabungkan teknologi dan seni.
0 notes
Text
pohon4d
Mengenal Pohon4D: Inovasi dan Solusi Terbaru
Pohon4D adalah sebuah entitas yang membawa konsep kreatif dan inovatif dalam berbagai bidang, mulai dari teknologi hingga hiburan. Nama ini menggambarkan sebuah visi besar tentang perkembangan, pertumbuhan, dan eksplorasi di berbagai dimensi. Berikut adalah pandangan mendalam mengenai apa yang ditawarkan oleh Pohon4D.
Filosofi di Balik Nama "Pohon4D"
Nama "Pohon" melambangkan pertumbuhan, kekuatan, dan fondasi yang kokoh. Pohon tumbuh dari akar yang kuat dan menjulang ke langit, memberikan manfaat bagi makhluk hidup di sekitarnya. Tambahan "4D" melambangkan empat dimensi: panjang, lebar, tinggi, dan dimensi waktu, yang menunjukkan kesadaran akan dinamika kehidupan yang terus berkembang.
Filosofi ini mencerminkan misi Pohon4D untuk menjadi pelopor yang menghadirkan pertumbuhan berkelanjutan di dunia modern yang serba cepat.
Bidang Layanan atau Fokus Utama
Pohon4D dapat beroperasi di berbagai sektor, tergantung pada spesifikasinya, seperti:
Teknologi dan Inovasi Digital Pohon4D mungkin menghadirkan layanan berbasis teknologi, seperti pengembangan perangkat lunak, aplikasi berbasis web, atau solusi berbasis AI (Artificial Intelligence) yang membantu memecahkan tantangan sehari-hari.
Hiburan dan Permainan Interaktif Jika Pohon4D berfokus pada game, namanya bisa diasosiasikan dengan platform permainan berbasis digital yang memadukan elemen interaktif dan pengalaman realistis.
Pendidikan dan Pelatihan Dengan nama yang unik dan modern, Pohon4D juga bisa menjadi platform edukasi yang memberikan pelatihan berbasis virtual atau augmented reality.
Keunikan Pohon4D
Kreativitas Tanpa Batas Nama Pohon4D mencerminkan semangat untuk selalu berinovasi dan menghadirkan sesuatu yang segar di setiap aspek.
Pendekatan Multidimensi Tidak hanya berfokus pada satu bidang, Pohon4D dapat mencakup berbagai sektor, memastikan relevansi dengan kebutuhan zaman.
Komitmen Terhadap Keberlanjutan Seperti pohon yang memberi oksigen dan kehidupan, Pohon4D juga membawa visi keberlanjutan dan manfaat jangka panjang bagi komunitasnya.
Masa Depan Pohon4D
Sebagai simbol inovasi, Pohon4D berpotensi menjadi nama besar yang diingat karena kontribusinya di dunia modern. Dengan pendekatan multidimensi dan filosofinya yang kuat, Pohon4D dapat terus berkembang menjadi entitas yang relevan di berbagai lini kehidupan.
Apakah artikel ini sesuai dengan tujuan Anda? Anda juga bisa memberikan tambahan informasi jika ada hal spesifik yang perlu dimasukkan. 😊
1 note
·
View note
Text
Sunan Bonang: Sejarah, Dakwah, dan Warisan yang Berharga
Pendahuluan
Sebagai salah satu anggota Wali Songo, Sunan Bonang memainkan peran penting dalam penyebaran agama Islam di Jawa. Namanya begitu melekat dalam tradisi Islam Nusantara karena pendekatannya yang unik melalui seni dan budaya. Dalam artikel ini, saya akan menjelaskan perjalanan hidup Sunan Bonang, metode dakwahnya, serta warisan yang ditinggalkannya hingga kini.
Kehidupan Awal Sunan Bonang
Sunan Bonang lahir dengan nama Raden Maulana Makdum Ibrahim pada tahun 1465 di Rembang, Jawa Tengah. Ia adalah putra Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila, serta merupakan keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad SAW. Lingkungan keluarganya yang religius memberikan fondasi pendidikan agama yang kuat sejak dini.
Sejak kecil, Sunan Bonang belajar di pesantren Ampeldenta, Surabaya, di bawah bimbingan langsung ayahnya. Ia juga memperluas wawasan agamanya dengan belajar kepada ulama besar seperti Syekh Maulana Ishak, bahkan melakukan perjalanan ke Pasai untuk mendalami ilmu tasawuf. Kombinasi pendidikan fikih, tasawuf, dan seni inilah yang kelak membentuk metode dakwahnya【8】【10】.
Metode Dakwah yang Unik dan Kreatif
1. Melalui Musik Tradisional
Sunan Bonang dikenal dengan inovasinya menggunakan gamelan, terutama instrumen bernama bonang, sebagai media dakwah. Dengan suara yang merdu, alat musik ini sering dimainkan untuk menarik perhatian masyarakat, sekaligus menyampaikan pesan-pesan Islam yang sarat nilai moral dan spiritual. Cara ini menjadikan Islam mudah diterima oleh masyarakat yang sebelumnya akrab dengan budaya Hindu-Buddha【8】【9】【10】.
2. Karya Sastra dan Tembang
Sunan Bonang menciptakan berbagai tembang yang menyisipkan nilai-nilai keislaman. Salah satu tembang terkenal yang masih relevan hingga kini adalah *Tombo Ati*, yang berisi nasihat untuk mendekatkan diri kepada Allah. Selain itu, karya sastra seperti *Suluk Wujil* mencerminkan kedalaman spiritualitasnya. Naskah ini tidak hanya mengajarkan tasawuf tetapi juga menawarkan panduan moral bagi pembacanya【10】.
3. Wayang Kulit sebagai Media Dakwah
Sebagai seniman, Sunan Bonang juga memodifikasi cerita wayang kulit yang sebelumnya bercorak Hindu-Buddha. Tokoh-tokoh seperti Pandawa dan Kurawa diberi makna baru yang sejalan dengan ajaran Islam. Dengan cara ini, masyarakat dapat mengenal Islam tanpa merasa tercerabut dari tradisi mereka【9】.
4. Pendidikan di Pesantren
Sunan Bonang mendirikan pesantren di Tuban, yang menjadi pusat dakwah dan pendidikan Islam di wilayah Jawa Timur. Pesantren ini melahirkan banyak tokoh besar, termasuk Sunan Kalijaga, yang kelak melanjutkan dakwah Islam dengan cara serupa【10】.
Perjalanan Dakwah di Jawa
Sunan Bonang memulai dakwahnya di Tuban, lalu meluas ke Kediri, tempat ia menghadapi tantangan besar. Pada awalnya, dakwahnya ditolak oleh Adipati Arya Wiranatapada. Namun, berkat pendekatan persuasif yang santun, ia berhasil mengislamkan sang adipati beserta keluarganya【9】【10】.
Setelah sukses di Kediri, ia diundang ke Demak oleh Raden Patah untuk menjadi imam Masjid Agung Demak. Di sini, Sunan Bonang memainkan peran penting dalam memperkuat Islam sebagai agama resmi kerajaan dan membimbing masyarakat setempat【8】【10】.
Ajaran dan Filosofi Sunan Bonang
1. Tasawuf Sebagai Dasar Dakwah
Ajaran Sunan Bonang banyak berakar pada tasawuf, yang menekankan pentingnya cinta kepada Allah dan keseimbangan antara duniawi dan ukhrawi. Pendekatan ini berhasil menarik hati masyarakat yang sebelumnya akrab dengan spiritualitas Hindu-Buddha【8】【10】.
2. Integrasi Seni dan Agama
Sunan Bonang memadukan seni dan agama, menciptakan harmoni antara tradisi lokal dan nilai-nilai Islam. Hal ini menjadikannya tokoh yang dihormati dan dicintai oleh masyarakat Jawa【9】.
Wafat dan Warisan Sunan Bonang
Sunan Bonang wafat pada tahun 1525 di Tuban. Makamnya yang terletak di Desa Kutorejo, Tuban, menjadi salah satu destinasi ziarah populer di Indonesia. Hingga kini, pengaruhnya dalam seni, budaya, dan keislaman tetap hidup di tengah masyarakat【10】.
Kesimpulan
Sunan Bonang adalah sosok ulama, seniman, dan cendekiawan yang berhasil menyebarkan Islam melalui pendekatan damai dan menghormati tradisi lokal. Dengan seni, sastra, dan tasawuf, ia tidak hanya memperkenalkan Islam tetapi juga menciptakan harmoni budaya yang terus diwarisi hingga kini.
Referensi
1. Katadata.co.id, "Biografi Sunan Bonang"【10】.
2. Wikipedia Indonesia, "Sunan Bonang"【9】.
3. Tirto.id, "Sejarah Hidup Sunan Bonang"【8】.
4. Buku *Sejarah Kebudayaan Islam* oleh Hery Nugroho (2013).
5. Abdul Karim, *Sunan Bonang dan Seni Musik Islam Jawa*.
6. Jurnal Islam Nusantara, "Islamisasi Jawa Abad ke-15 dan 16".
7. Situs Resmi Pemkab Tuban, "Makam Sunan Bonang".
8. Ensiklopedia Islam, "Wali Songo dan Peran Mereka".
9. Buku *Dakwah Wali Songo* oleh Ahmad Murtadha (2008).
10. Universitas Leiden Archives, "Suluk Wujil".
1 note
·
View note
Text
Angklung: Harmoni Budaya Indonesia yang Memikat Dunia, Sejarah, Filosofi, dan Peranannya dalam Pelestarian Tradisi serta Pendidikan Musik
SELENGKAPNYA
Angklung adalah alat musik tradisional Indonesia yang tidak hanya mempesona dengan suara khasnya, tetapi juga sarat akan makna budaya dan sejarah. Terbuat dari bambu yang dipotong dengan ukuran dan panjang tertentu, angklung menghasilkan suara yang merdu saat digoyangkan. Keunikan angklung terletak pada cara memainkannya, di mana pemain menggoyangkan alat musik ini untuk menghasilkan nada-nada tertentu, menciptakan harmoni yang mengalun indah. Angklung berasal dari Jawa Barat, tetapi seiring waktu, ia telah dikenal luas di berbagai belahan dunia sebagai simbol kekayaan budaya Indonesia.
Selain keindahan suaranya, angklung juga menyimpan filosofi yang mendalam. Dalam setiap nada yang tercipta, terwakili konsep kebersamaan dan kekompakan. Setiap pemain angklung berperan dalam menciptakan sebuah komposisi yang utuh, yang menggambarkan betapa pentingnya kerja sama dalam kehidupan. Hal ini menjadikan angklung lebih dari sekadar alat musik, tetapi juga sebagai sarana untuk mengajarkan nilai-nilai kebersamaan, gotong royong, dan toleransi.
Angklung juga memiliki peran besar dalam pelestarian tradisi dan pendidikan seni di Indonesia. Di sekolah-sekolah dan lembaga budaya, angklung sering digunakan sebagai alat untuk mengenalkan anak-anak pada pentingnya seni dan budaya tradisional. Melalui permainan angklung, generasi muda dapat belajar untuk lebih menghargai warisan budaya dan memperkuat rasa nasionalisme mereka terhadap Indonesia.
Pada tahun 2010, UNESCO bahkan mengakui angklung sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia dari Indonesia, yang semakin menegaskan nilai historis dan budaya yang terkandung dalam alat musik ini. Kini, angklung tidak hanya dimainkan dalam konteks tradisional, tetapi juga telah berkembang dalam berbagai bentuk, termasuk kolaborasi dengan genre musik modern, menambah daya tarik angklung di mata dunia internasional.
Secara keseluruhan, angklung bukan hanya sekadar alat musik, tetapi sebuah simbol dari kekayaan budaya, kebersamaan, dan kebanggaan Indonesia yang mampu menghubungkan generasi, melestarikan tradisi, serta menyatukan berbagai komunitas di seluruh dunia dalam harmoni musik yang universal.
0 notes
Text
Protes Jalan Rusak Tak Diperbaiki, Warga Gayam Kulonprogo Tanam Pohon Pisang
Aksi protes yang kreatif namun penuh sindiran terjadi di Gayam, Kulonprogo, Yogyakarta, ketika warga setempat memutuskan untuk menanam pohon pisang di jalan-jalan yang rusak parah. Aksi ini dilakukan sebagai bentuk kekecewaan warga terhadap pemerintah daerah yang dianggap lamban dalam memperbaiki jalan-jalan tersebut. Kerusakan jalan yang telah berlangsung lama ini membuat aktivitas harian masyarakat terganggu, mulai dari kegiatan bersekolah, bekerja, hingga distribusi barang di wilayah tersebut. Melalui aksi ini, warga berharap suara mereka lebih didengar, dan perbaikan jalan bisa segera terealisasi.
Latar Belakang Aksi Tanam Pohon Pisang
Jalan di wilayah Gayam sudah lama mengalami kerusakan, namun perhatian untuk perbaikannya minim. Lubang-lubang besar yang menganga, jalan yang bergelombang, dan becek saat hujan turun, sudah menjadi pemandangan sehari-hari bagi warga. Kondisi ini menjadi lebih parah ketika hujan mengguyur karena jalan berubah menjadi licin dan rawan terjadi kecelakaan. Selain itu, kerusakan jalan juga mempengaruhi kenyamanan dan keselamatan pengendara motor maupun mobil yang melintasi jalan tersebut.
Upaya warga untuk melaporkan kondisi jalan yang rusak ini kepada pihak pemerintah desa hingga kabupaten sebenarnya sudah dilakukan. Beberapa kali warga sudah menyampaikan keluhan dan mengajukan permohonan perbaikan, namun respons yang diterima selalu sebatas janji tanpa tindakan nyata. Lama menunggu tanpa ada perubahan, akhirnya warga merasa tidak ada pilihan lain selain melakukan aksi protes dengan cara yang unik ini.
Bentuk Aksi Protes: Tanam Pohon Pisang di Tengah Jalan
Dalam aksi ini, warga menanam pohon pisang di beberapa titik di jalan yang rusak parah. Aksi tanam pohon pisang dipilih karena tanaman ini memiliki filosofi mendalam bagi warga. Pohon pisang adalah tanaman yang mudah tumbuh di lingkungan tropis, bahkan di lahan yang kurang subur sekalipun. Dalam konteks ini, pohon pisang menjadi simbol sindiran bahwa jalan yang rusak sudah tidak cocok lagi untuk dilalui kendaraan, namun lebih cocok sebagai lahan untuk tanaman.
Penanaman pohon pisang ini juga diikuti dengan pemasangan spanduk yang berisi pesan-pesan sindiran kepada pemerintah daerah. Pesan-pesan tersebut mengungkapkan kekecewaan warga, namun tetap dengan nada yang penuh kejenakaan. Beberapa warga juga memotret dan membagikan aksi ini di media sosial, yang kemudian membuatnya menjadi viral. Banyak warganet yang memberikan dukungan kepada aksi ini dan berharap pemerintah daerah segera merespon permintaan warga.
Respons Warga: Protes Sekaligus Humor
Aksi penanaman pohon pisang ini tak hanya menjadi bentuk protes warga, tetapi juga menyisipkan humor di dalamnya. Warga berharap aksi ini tidak hanya sekadar dianggap sebagai kemarahan, tetapi sebagai sindiran yang menyiratkan pesan mendalam. Humor yang digunakan dalam protes ini merupakan cara warga untuk menunjukkan bahwa mereka sudah lelah menunggu tanpa adanya kejelasan mengenai kapan perbaikan akan dilakukan.
Selain itu, aksi ini juga menunjukkan kreativitas warga dalam mengekspresikan kekecewaan mereka. Mereka menganggap bahwa dengan cara ini, pesan mereka bisa lebih menarik perhatian pemerintah dan pihak-pihak yang berwenang untuk segera menindaklanjuti laporan mereka. Aksi yang penuh humor dan kreatifitas ini pun mendapat dukungan dari masyarakat luas, yang sebagian besar berharap pemerintah dapat segera turun tangan.
Dampak dan Resiko dari Kondisi Jalan Rusak
Kerusakan jalan di Gayam Kulonprogo ini tidak hanya memengaruhi kenyamanan, tetapi juga keselamatan warga. Berikut beberapa dampak dari jalan rusak ini:
Kecelakaan Lalu Lintas Lubang-lubang besar dan jalan yang bergelombang dapat meningkatkan risiko kecelakaan, terutama bagi pengendara sepeda motor. Beberapa warga telah mengalami kecelakaan ringan akibat kondisi jalan yang licin atau tidak rata.
Menghambat Akses Pendidikan dan Ekonomi Kerusakan jalan juga menghambat akses warga untuk bekerja atau bersekolah. Bagi warga yang setiap harinya bergantung pada kendaraan bermotor, kondisi jalan yang rusak tentu menjadi tantangan tersendiri. Distribusi barang dan komoditas juga menjadi terganggu karena kendaraan pengangkut harus berjalan lebih lambat untuk menghindari jalan yang berlubang.
Kenaikan Biaya Perbaikan Kendaraan Kerusakan jalan menyebabkan kendaraan yang sering melintas menjadi lebih cepat rusak. Suspensi dan roda kendaraan lebih mudah mengalami kerusakan ketika harus melewati jalan yang bergelombang dan berlubang setiap harinya. Hal ini menambah beban biaya perawatan dan perbaikan bagi warga.
Penurunan Produktivitas Waktu tempuh yang lebih lama dan kondisi jalan yang tidak nyaman juga berdampak pada produktivitas warga. Keterlambatan akibat harus menghindari lubang di jalan ini menyebabkan warga membutuhkan waktu lebih lama untuk sampai di tempat tujuan.
0 notes