[ROTHSCHILD: SIAPAKAH INVESTOR YAHUDI YANG DISAMBUT DENGAN HANGAT OLEH PRABOWO INI?]
Selain kaya raya, keluarga Rothschild juga disebut-sebut sebagai pengendali peperangan di Eropa. Bahkan, mereka punya peran dalam pendirian Israel di tanah Palestina...
Keluarga Rothschild adalah dinasti perbankan yang naik daun pada abad ke-18. Pendiri bisnis perbankannya adalah Mayer Amschel Rothschild, seorang Yahudi asal Frankfurt, Jerman.
Meski sebelumnya ia dibesarkan untuk mengabdi pada sinagoge, ia memutuskan untuk mengganti ambisinya.
Ia beralih menjadi bankir dan sukses. Bahkan, hingga kini, ia disebut-sebut sebagai "bapak penemu keuangan internasional". Saking suksesnya, cucunya menjadi orang Yahudi pertama yang diberikan gelar kebangsawanan di Inggris usai mengekspansi kuasa perbankan Rothschild ke sana
Bertambahnya jumlah kekayaan dan pengaruh Rothschild terbilang cepat. Meski baru memulai karir sebagai bankir pada 1757, keluarga Rothschild sudah cukup kaya untuk berinvestasi dan memberi modal pada Perang-Perang Napoleon Bonaparte yang terjadi dari tahun 1803 sampai 1815.
Dari rangkaian perang inilah, dimulai fitnah kalau Rothschild mengeksploitasi perang demi kekayaan sendiri dan lanjut memakainya untuk memengaruhi ekonomi dunia.
Puncaknya adalah Pertarungan Waterloo, perang pamungkas yang mengalahkan Napoleon.
Pertarungan itu terjadi pada tahun 1815. Namun, 31 tahun kemudian, sebuah pamflet politik yang ditulis "Setan" tersebar. Pamflet itu menerangkan kalau Nathan Rothschild, penemu dari bank Rothschild cabang London, mengamati dari kejauhan Pertarungan Waterloo
Menyadari Napoleon akan kalah, ia girang. Nathan kemudian memerintahkan bawahannya untuk membawanya ke pesisir Belgia agar ia bisa naik kapal secepatnya menuju Inggris. Sayang, saat itu badai besar sehingga semua kapal tidak berani pergi.
Namun, Nathan tak menyerah.
"Memangnya keserakahan mau mengakui kalau ada hal yang mustahil?" tulis Setan di pamflet. Setan pun lanjut bercerita kalau Nathan membayar nelayan sebegitu mahalnya sampai ia bisa diantarkan dengan perahu mereka ke Inggris. Terburu-buru, ia langsung berangkat ke Bursa Efek.
Saat itu, kemenangan atas Napoleon belum resmi diumumkan. Namun, karena Nathan sudah tahu, ia membeli saham di Bursa dan saat akhirnya kemenangan diumumkan secara resmi 24 jam kemudian, Nathan telah memperkaya dinasti Rothschild sebanyak 20 juta franc.
Saudara-saudara laki-lakinya juga meraup keuntungan sebanyak 115 juta franc.
Isi pamflet ini dibantah karena saat itu, Nathan sedang tidak ada di dekat Waterloo dan tidak ada catatan cuaca badai pula di pesisir Belgia. Namun, bantahan langsung dari Nathan tidak bisa dilakukan.
Ia sudah meninggal 10 tahun sebelum pamflet itu tersebar dan melukai reputasi Rothschild.
Penulis pamflet itu sendiri adalah Georges Dairnvaell, seorang sayap kiri yang terkenal akan kebenciannya pada umat Yahudi. Ia mencurigai pesatnya pertambahan kekayaan Rothschild.
Meski akhirnya terbukti kalau yang menyampaikan informasi kekalahan Napoleon pertama di London bukanlah Nathan Rothschild dan pamflet itu dinilai anti-semitis, ada sebuah dokumen yang memberatkan posisi Rothschild: sebuah surat tertanggal sebulan usai Pertarungan Waterloo
Surat itu ditulis seorang bankir Paris pada Nathan yang berisi: "Aku diberitahu oleh Komisioner White kalau kau memakai informasi awal perihal kemenangan Waterloo dengan baik."
Meski begitu, terbukti kalau Nathan bukan satu-satunya investor yang beli saham dadakan usai Waterloo.
Di masa modern, keluarga Rothschild juga berperan mendirikan Israel.
Baron Edmond James de Rothschild sedih melihat saudara-saudari Yahudi-nya yang tinggal di Eropa hidup dalam diskriminasi di akhir abad ke-19. Ia kemudian mulai membeli tanah-tanah sejak 1882.
Tanah-tanah Palestina yang saat itu dikuasai Kekaisaran Ottoman dibangun menjadi pemukiman untuk imigran Yahudi. Pada tahun 1918, 1/20 lahan subur Palestina dimiliki secara pribadi oleh Rothschild, yang bukan hanya menjadikannya pemukiman Yahudi tapi lahan industri.
Ia jugalah salah satu tokoh utama Zionisme yang getol mempromosikan gagasan pendirian tanah air merdeka untuk para kaum Yahudi.
Pada 1934, Baron Edmond mewariskan 500 kilometer tanah di Palestina untuk Yahudi dan telah membangun sekitar 30 pemukiman.
Selain pembiayaan bombastis Rothschild, pemerintah Inggris juga berperan bekerjasama dengan mereka untuk mendirikan Israel lewat surat Menteri Luar Negeri Arthur Balfour pada 2 November 1917 yang memutuskan mereka akan membantu pendirian tanah air untuk Yahudi.
Arthur menulis kalau ia memerlukan bantuan dari Ketua Federasi Yahudi Britania Raya dan Irlandia, Walter Rothschild, untuk memakai kekuasaan dan pengaruh politiknya yang kuat di dunia internasional untuk mendeklarasikan rencana pendirian tanah air Yahudi ini.
Namun, sama persis seperti realitasnya saat ini di kalangan orang Yahudi, tidak semua anggota keluarga besar Rothschild mendukung Zionisme. Bahkan, mereka menentang pendirian negara Israel.
Kini, Presiden Terpilih Prabowo Subianto membuka jalan kerja sama dengan Rothschild
Hubungan dekat Prabowo dengan Rothschild tidak tiba-tiba ada. Sebelumnya, adik Prabowo Hashim Djojohadikusumo, yang terlibat dalam pencurian arca Museum Radya Pustaka dan pembunuhan arkeolog, sudah bermitra bisnis dengan mereka
Nathaniel Philip Victor James Rothschild mengekspansi usahanya di Batam dengan meresmikan pabrik ketiga, PT. Volex Indonesia. Prabowo menyambut antusias masuknya bisnis keluarga Rothschild ke Indonesia karena ia yakin industrinya akan berkembang pesat
Sementara itu, warganet terpecah belah dengan kritik terbesar diarahkan pada Prabowo yang membuka kerjasama dengan Israel dan Zionis di tengah genosida Palestina.
Sumber : era.id
0 notes