Tumgik
#dwcjilid43
rainingyuki · 1 year
Text
Kagum.
I should write you down -- because I’m forgetful and you shone so bright that time.
Sepanjang hidup, pasti ada orang-orang yang membuat kita kagum.
Entah karena penampilannya, kepintarannya, tutur katanya, pembawaan dirinya, prestasinya, kelembutannya, keberaniannya, pengorbanannya, kejujurannya, dan masih banyak lagi.
Aku kagum pada orang-orang yang bangga akan pekerjaannya.
Bukan bangga dalam arti kata sombong. Tapi bangga karena meyakini bahwa apa yang dilakukannya adalah hal yang berarti dan kemudian melakukan pekerjaan itu dengan sepenuh hati.
Sinar wajah mereka berbeda – bahagia, tanpa paksaan.
Tutur katanya juga berbeda – jujur, tanpa kepalsuan.
Hebat, ya, orang-orang yang dapat melakukan sesuatu dengan bangga.
Atau mungkin, bangga bukanlah kata yang benar-benar tepat.
Content.
Puas.
Cukup.
Aku kagum pada orang-orang yang tidak membutuhkan pengakuan orang lain – karena sudah cukup dengan kepuasan batin yang mereka dapatkan dari hal berarti yang mereka lakukan.
Menemukan, atau menentukan, hal yang berarti lalu kemudian melakukannya dengan sungguh-sungguh adalah perilaku orang yang mengagumkan.
Mungkin tidak mudah menemukan, atau menjadi, orang yang mengagumkan seperti itu.
Bahkan sepertinya, perlu proses yang tidak sebentar untuk dapat menemukan atau menentukan hal berarti apa yang ingin dilakukan dan kemudian dilakukan dengan sepenuh hati.
Tidak mudah, namun bukan berarti tidak mungkin.
You shone so bright.
I was watching you in delight.
One day, I am going to shine that bright.
For you taught me that life could be full of light.
27 notes · View notes
rainingyuki · 1 year
Text
Kamu pasti akan menyesal.
Dulu aku pernah membaca sebuah buku tentang petualangan beberapa orang menjelajahi sebuah pulau. Di pulau itu, mereka bertemu dengan penyihir dan gua ajaib. Kalau tidak salah, penyihir itu menyuruh mereka masuk ke dalam gua yang gelap dan bebas melakukan apa yang mereka mau. Tapi dia berkata, yang mengambil barang di gua itu pasti menyesal, dan yang tidak mengambil barang juga pasti menyesal.
Akhirnya beberapa orang bergiliran masuk.
Si A tidak melakukan apa-apa dan hanya masuk sebentar lalu keluar dari gua tersebut.
Sementar si Bi masuk dan mengambil beberapa barang dengan ragu-ragu kemudian keluar.
Setelah mereka berkumpul, penyihir itu menanyakan alasan masing-masing melakukannya.
Si A mengatakan untuk apa dia bersusah payah mengambil sesuatu yang tidak jelas. Si B menjawab dia rasa tidak ada ruginya mengambil beberapa barang yang mudah dijangkau.
Kemudian penyihir tersebut menyuruh si B membuka tas dan melihat barang yang dia ambil dari gua.
Ternyata isinya ada berlian dan permata.
Si A, yang tidak mengambil apa-apa merasa menyesal karena telah melewatkan harta berharga. Ia meratapi nasibnya dan menyesal begitu dalam
Sementara si B, yang sekarang memiliki harta, ternyata tidak merasa bahagia. Sesuai dengan perkataan penyihir tersebut di awal, si B juga menyesal. Dia menyesal kenapa tidak lebih banyak mengambil permata di dalam gua itu. Akhirnya dia meratapi nasibnya dan menyangsikan kebodohannya.
Begitulah manusia.
Apapun yang dilakukan, pasti akan ada penyesalannya. Akan ada rasa tidak puasnya. Selalu ada salah dan kurangnya. Tidak pernah merasa cukup dan bahagia.
Tapi, apakah penyesalan pasti terjadi pada setiap manusia?
12 notes · View notes
rainingyuki · 1 year
Text
Berani.
Acara pernikahan merupakan acara yang membuat hatiku berbunga-bunga. Salah satunya adalah karena banyak sekali orang-orang yang berbahagia di saat itu. Bukan hanya sang pengantin, tapi juga para anggota keluarga besar yang akhirnya kembali bertemu setelah mungkin berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun tidak pernah berkumpul kembali. Aku sering mendapati diriku tersenyum lebar melihat kerabat, kenalan yang saling tertawa dan menyapa hangat satu sama lain.
Di sisi lain, kerap muncul pertanyaan yang sama ketika aku menghadiri pesta pernikahan.
Kapan menyusul?
Apakah sudah ada calon?
Kenapa belum menikah?
Dsb
Jujur, aku tidak terlalu memusingkan pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Terkadang orang tidak tahu apalagi yang harus dibicarakan, sehingga muncullah pertanyaan-pertanyaan "usil" tersebut.
Tetapi, ada satu pertanyaan yang menggelitik yang dilontarkan seseorang yang tidak begitu aku kenal tapi kami sudah bertemu beberapa kali.
Seperti yang lainnya, dia bertanya, "Kamu sudah punya calon?" Dan aku jawab "Belum."
Kemudian dia melanjutkan, "Belum ada yang berani ya?"
Aku tertegun, dan kemudian menjawab, "Sepertinya begitu."
Belum ada yang berani.
Komentar yang menarik.
Analisa yang menggelitik.
Membuatku mendapatkan sudut pandang yang baru.
Pernikahan itu memang dilakukan oleh orang-orang yang berani.
Berani berkenalan, berani menjalani proses yang baik, berani memantapkan diri untuk melanjutkan proses perkenalan ke jenjang yang lebih serius, berani mengambil risiko kegagalan, berani menghadapi realita pahit yang tidak sesuai dengan angan yang dibuat. Berani mengajak sosok yang dia rasa baik, yang dia kagumi, yang dia pikir dapat menjadi partner hidup yang dapat berjalan bertumbuh bersama.
Mungkin saat ini aku masih belum bertemu dengan orang yang berani tersebut.
Tapi, tidak apa. Karena aku pun sedang memupuk keberanianku.
Hai, semoga keberanian kita segera bertemu.
16 notes · View notes
rainingyuki · 1 year
Text
Mandiri.
Dari dulu aku sering diajarkan untuk hidup mandiri. Bisa melakukan berbagai hal sendiri, mulai dari pekerjaan rumah, membawa kendaraan, menyelesaikan masalah, dsb. Mandiri berarti kita bisa berdiri di kaki sendiri dan tidak merepotkan orang lain.
Tapi sepertinya ada konsep mandiri yang tidak terlalu benar.
Mandiri bukan berarti kita tidak boleh merepotkan orang lain atau tidak meminta bantuan ketika sebenarnya membutuhkan.
Ada kejadian yang mengingatkanku tentang perlunya “merepotkan” orang lain. Dulu ketika aku sedang berada di negara asing dan belum familiar dengan transportasi umumnya, aku berencana untuk naik uber ke stasiun kereta. Karena saat itu adalah hari terakhirku di sana sementara temanku akan melanjutkan perjalanan ke tempat lain, aku sampaikan kalau dia tidak perlu mengantarku ke luar rumah. Kami cukup berpamitan di kamar saja. Aku tidak ingin merepotkan dia yang kelihatan masih belum ready di pagi hari dan aku juga bisa pergi sendiri.
Tapi temanku mengatakan kalau dia ingin mengantarku dan membantuku. Aku awalnya kekeuh dia tidak perlu repot-repot melakukannya, tapi diapun kekeuh mau menemaniku sampai naik uber. Akhirnya kamipun keluar dari hostel bersama-sama.
Tidak ku sangka, betapa bersyukurnya aku akhirnya karena dia ikut menemani.
Ternyata koperku yang cukup besar membuatku kesulitan menuruni tangga. Temanku menawarkan untuk menurunkan koper bersama-sama. Tapi karena tangga yang sempit, aku menurunkannya sendiri. Kemudian ketika kami tiba di luar hostel, uber yang dipesan tidak kunjung datang. Aku saat itu mulai panik karena harus segera naik kereta. Aku bingung dengan lokasi yang ditunjukkan uber, kemudian temanku yang sudah lama tinggal di sana berusaha lebih tenang dan mencari lokasi tersebut. Dia membantuku membawa koper sembari kami mencari titik yang tepat. Di negeri asing, dengan keterbatasan yang diri ini punya, ternyata menyadarkan bahwa bantuan orang lain itu sangat dibutuhkan.
Aku merasa sangat bersyukur karena dia tetap menemaniku walaupun aku katakan tidak perlu. Sepertinya dia lebih bijak dan melihat kemungkinan masalah yang dapat timbul jika aku pergi sendiri. Betapa baiknya dia mau membantu bahkan di saat aku tidak tahu bahwa aku perlu dibantu.
Ternyata, menjadi mandiri bukan berarti tidak perlu dibantu. Sepertinya begitu.
12 notes · View notes
rainingyuki · 1 year
Text
Reminder.
Catatan dari seminar yang kemarin aku ikuti.
Menunggu tidak selamanya membosankan. Untuk hal-hal yang kita inginkan, tapi belum kita dapatkan, kita menunggu ketetapan. Semua orang memiliki hal yang sedang mereka tunggu. Apa yang harus kita lakukan pada saat menunggu? Kita harus tetap berhusnudzhon atas ketetapan Allah SWT.
Kunci utamanya adalah melibatkan dalam setiap keputusan kita.
Misalnya menunggu pernikahan.
Pernikahan itu punya value yang tinggi. Bukan masalah pernikahannya harus megah, dengan pasangan yang ganteng atau cantik, tamu dan kado yang melimpah. Bukan tentang itu.
Yang kita cari adalah bagaimana pernikahan dapat meningkatkan iman kita.
Kita mencari teman hidup yang bisa mengingatkan diri. Sama-sama bergerak menuju kebaikan.
Kemudian jangan lupa istikharah.
Dalam menentukan pilihan hidup, apapun itu, hadirkan istikharah. Ini adalah bentuk benar-benar melibatkan Allah di keputusan dan pilihan kita.
Harus ada keseimbangan antara cita dan cinta. Karena dalam pernikahan, kita tidak sedang membangun satu candi tapi kita berusaha mengangkasa bersama. Perlu menemukan pasangan dengan visi pernikahan yang sama. Kemudian sinkronisasi cita, dibangun dengan landasan kerja sama.
Kerja sama. Bukan sama-sama kerja.
Menunggu adalah pekerjaan yang tidak mudah. Membosankan, kadang. Meresahkan juga.
Tapi menunggu ketetapan yang baik dengan cara yang baik serta mindset yang baik, insya Allah akan berbuah manis. Kebaikan demi kebaikan semoga menjadi hasil dari penantian kita.
Tetap tersenyum, ya.
7 notes · View notes
rainingyuki · 1 year
Text
Kembali.
“You can’t just give up on someone because the situation’s not ideal. Great relationships aren’t great because they have no problem. They’re great because both people care enough about the other person to find a way to make it work.”
Begitu banyak hubungan yang tidak berhasil, bukankah begitu?
I am no expert in romantic relationship, but I guess all kind of relationships work the same.
Hubungan yang sehat, langgeng, bahagia adalah hubungan antar orang yang sama-sama berusaha untuk menyelaraskan ideal masing-masing.
Terutama hubungan di dalam keluarga. Ikatan darah, hubungan keluarga, orang-orang di dalamnya adalah mereka yang idealnya akan selalu bersamamu. Seberapapun jauh kamu pergi, mereka akan menjadi tempatmu pulang Kembali. Seberapapun dalam kamu jatuh terpuruk, mereka adalah orang-orang yang akan menerimamu Kembali.
Bukankah kita sering mengecewakan orang tua kita, saudara kita?
Tapi bukankah pada akhirnya kita Kembali bersama?
Setelah lebih dari dua puluh tahun hidup menjadi seorang anak, adik, kakak -- sepertinya sudah tidak terhitung berapa kali aku jatuh dan membuat masalah. This is my first life, yang penuh dengan trial and error, sehingga wajar begitu banyak drama yang aku timbulkan. Terkadang rasanya tidak ada yang mau bertahan. Tapi keluarga, dengan segala dinamikanya, adalah yang tetap bertahan menemani.
We care enough to find a way to make it work.
We care enough because we have each other’s back.
We care enough because if we don’t, what would that make us be?
6 notes · View notes
rainingyuki · 1 year
Text
Dewasa.
Menjadi orang dewasa tidaklah mudah. Banyak tanggung jawab yang harus dilakukan. Banyak hal yang memerlukan perhatian. Banyak harapan yang disandarkan sehingga rasanya begitu berat.
"Tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan. Anakmu sekarang banyak menanggung beban," penggalan lirik lagu Ebit G. Ade yang dulu sangat sering diputar ayah. Sekarang aku bisa merasakan apa yang lagu ini katakan.
Betapa cepat waktu berlalu. Kadang nafasku tertahan menyadari hal ini. Hati terasa berat. Waktu yang pergi, tak akan bisa kembali.
Tapi menjadi dewasa -- aku juga menikmatinya.
Terutama beragam pengalaman hidup yang aku jalani seiring dengan bertambahnya usia. Dan juga, pemahaman baik. Yang muncul setelah bertahun-tahun aku hidup lalu menemukan hikmahnya.
Ya, menjadi dewasa juga membuat hatiku tenang.
Banyak hal yang aku pertanyakan. Pertanyaan-pertanyaan tentang hidup yang membuatku gelisah karena tidak mengetahui apa jawabannya.
Tapi kemudian, waktu berlalu dan aku menjadi dewasa. Lalu Allah memberikan jawabannya.
Sepertinua tidak akan hilang kegelisahan ini jika waktu tidak membuatku lebih dewasa. Karena itu, aku bersyukur. Alhamdulillah umurku di dunia ini bertambah dan jawaban itu aku temukan juga.
Pengalaman-pengalaman menemukan jawaban ini membuatku lebih bersabar menghadapi pertanyaan-pertanyaan baru yang muncul seiring aku bertambah dewasa. Manusia sepertinya tidak pernah berhenti bertanya.
Akan tetapi, aku tahu aku akan menemukan jawabannya.
Mungkin tidak sekarang, tapi nanti setelah aku lebih dewasa.
Dan saat itu, aku akan tersenyum menang.
5 notes · View notes
rainingyuki · 1 year
Text
Practice.
“No one tells you how much of life takes practice. Not just writing, painting, running, singing, etc. But practicing how to make friends. How to make the right ones. Getting practiced at how to be a good friend, a good sibling, a good person. Practice identifying when people haven’t earned that. Learning to recognize your right to rage and eventually how to offer mercy. “
Tulisan yang aku temukan di social media ini rasanya memiliki makna yang dalam.
Hidup itu ternyata penuh dengan practice. Bukan hanya penuh, tapi juga perlu practice. Practice, atau dalam istilah lain, trial and error.
Kita lebih sering terpapar cerita tentang para ahli, talented people, prodigy, yang memiliki innate talent di suatu hal dan sangat mahir di bidang itu. Mereka tidak perlu latihan berkali-kali untuk bisa mahir dan tampil dengan baik. Kamu dikatakan mahir atau hebat jika kamu bisa melakukan sesuatu dengan mudah dalam waktu yang singkat dan tanpa latihan.
Tapi, bukankah ini adalah hidup pertama kita? Bukankah wajar jika kita tidak mengetahui banyak hal dan tidak bisa melakukan banyak hal? Apakah jika kita tidak bisa melakukan sesuatu di kali pertama, artinya kita memang tidak bisa melakukannya?
Padahal, hidup ini perlu trial and error.
Dan uniknya lagi, trial and error ini bukan hanya untuk skill yang berhubungan dengan pekerjaan, teknis atau hard skill. Tapi trial and error ini juga diperlukan dalam menjalani hubungan dengan orang lain.
Mungkin kita merasa diri ini bukan seorang teman yang baik, yang sulit mendengarkan dan berempati dengan orang lain. Tapi, ternyata untuk menjadi teman yang baik, memang harus dilatih.
We are not a good friend… yet. We are not a good person… yet.
Mengganti kata bukan menjadi belum memiliki dampak yang sangat besar.
Pasti ada hal-hal dalam diri yang ingin kita ubah. Daripada stuck dan percaya bahwa kita tidak dapat berubah, lebih baik menyadari bahwa banyak hal di hidup ini yang memerlukan trial and error. Memerlukan latihan. Dan juga kesabaran. Terlebih bagi orang-orang perfeksionis yang merasa bahwa semua hal harus sempurna dalam percobaan pertama – tarik nafas yang dalam dan buang pikiran itu.
So much in life takes practice. Be patient, be kind to yourself.
3 notes · View notes
rainingyuki · 1 year
Text
Tidak akan kuat.
Apakah penyesalan pasti terjadi pada setiap manusia?
Sepertinya semua orang pernah merasa sedih, jika ada hal yang terjadi tidak sesuai dengan kehendaknya.
Tapi apakah setiap manusia pasti merasakan penyesalan?
Kata-kata pasti sepertinya harus dihindari. Karena malang sekali jika setiap manusia hidup dalam penyesalan.
Tentu ada manusia yang menyesal, tapi ada juga mereka yang tidak.
Mereka adalah orang-orang yang beriman, yang percaya bahwa seluruh cerita dalam hidupnya berjalan sesuai dengan ketetapan Rabb yang sangat mencintainya.
Karena itu, mereka tidak hidup dalam penyesalan yang berlarut-larut.
Sakit, memang.
Jika ternyata kita melewatkan kesempatan yang begitu berharga karena ketidaktahuan kita.
Sedih, memang.
Jika ternyata kita tidak memanfaatkan kesempatan yang berharga padahal ia sudah dalam genggaman kita.
Tapi apakah kita harus menyesal?
Sepertinya tidak.
Karena, kisah yang telah menjadi masa lalu, berarti terjadi atas kehendak Allah.
Berarti, ada hikmah dibalik itu semua.
Berarti, ada hal baik di dalamnya.
Orang-orang beriman bukanlah orang-orang yang tidak pernah sedih. Tapi mungkin mereka adalah orang-orang yang sedikit rasa penyesalannya.
Jika kita berbuat dosa, tentu kita harus menyesal. Tapi jika yang kita lakukan bukan didahului niat untuk berbuat dosa ataupun merugikan diri sendiri maupun orang lain, hasil yang kita dapatkan akhirnya adalah hasil terbaik yang Allah berikan kepada kita.
Living in regrets is painful.
Kamu tidak akan kuat.
Oleh karena itu, Allah meringankan beban kita dan berfirman,
"Tiada sesuatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Luhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu…" (QS. Al-Hadid: 22-23)
Wahai manusia yang mencari ketenangan, kembalilah ke fitrah.
3 notes · View notes
rainingyuki · 1 year
Text
Tell me your story.
Dari dulu aku suka membaca cerita. Buku komik, novel petualangan, biografi tokoh, dsb.
Aku juga suka membaca cerita hidup orang-orang. Di era digital ini, sangat mudah membaca cerita hidup orang-orang yang aku kenal.
Lewat Tumblr, misalnya.
Banyak orang yang menuliskan pengalaman hidupnya di sini.
Dan kata-kata yang dituliskan memiliki 'cerita' yang berbeda dari apa yang dapat dikatakan.
Aku suka membaca cerita, dan aku suka orang yang menulis cerita.
Orang yang membagikan cerita hidupnya dengan jujur, terbuka, dan tetap memperhatikan batas kewajaran tentang apa yang boleh diketahui orang luar.
Orang yang tidak hanya menceritakan kesuksesannya, tapi juga kegagalannya. Kebahagiaannya, dan juga kesedihannya. Halaman 17, dan halaman 3 cerita hidupnya.
Melihat beragam foto dan video orang-orang yang terlihat bahagia di media sosial sering kali membuatku lupa -- bahwa mereka punya masalah besar di hidupnya, seperti aku juga.
Mereka pernah menderita, seperti aku juga.
Mereka pernah tidak dapat tidur, seperti aku juga.
Mereka pernah mempertanyakan masa depan, seperti aku juga.
Orang-orang yang bercerita, menulis pengalaman hidupnya, berbagi jatuh bangun dirinya, membuatku tersadar bahwa orang-orang yang aku sukai sebenarnya hidup seperti aku juga.
Orang-orang yang aku kagumi juga pernah menjalani hidup yang "biasa" saja.
Dari cerita mereka aku bisa belajar banyak hal. Pahitnya hidup, manisnya kesabaran, pentingnya rasa syukur, sulitnya menunggu, dsb.
Dari cerita mereka aku juga menjadi punya harapan -- masalah, kesedihan, dan kekhawatiran yang aku hadapi adalah hal yang mereka juga hadapi dan akhirnya dapat lewati.
Harapan, pengingat -- bahwa aku baik-baik saja.
Karena itu mari kita saling bercerita.
Semoga ceritaku bisa menguatkanmu juga.
6 notes · View notes
rainingyuki · 1 year
Text
Jangan sakiti.
Aku pernah membaca sebuah quote yang kira-kira isinya begini:
"Anak kecil itu, jangan kamu sakiti kepolosannya.
Anak muda itu, jangan kamu sakiti mimpinya.
Orang tua itu, jangan kamu sakiti kenangannya."
(Or something along the line)
Setiap fase memiliki cerita yang berbeda.
Salah satu kenangan yang membekas bagiku adalah ketika berjalan-jalan dengan om ku. Saat itu kami bepergian dari satu kota ke kota lain yang berdekatan. Om mengemudikan mobil dan kita bercerita sepanjang jalan.
Saat itu, om bercerita suatu kejadian yang menurutnya lucu. Cerita tentang kekonyolan temannya di masa lalu. Aku pun ikut tertawa mendengarnya. Om ku juga karismatik, jadi pembawaannya menarik.
Tapi tidak selang beberapa lama, mungkin 5 menit setelahnya, beliau kembali menceritakan hal yang sama. Aku kembali tertawa, berpikir bahwa mungkin om hanya ingin menceritakannya kembali.
Beberapa menit kemudian, beliau menceritakan hal yang sama kembali. Untuk ketiga kalinya. Kali ini aku hanya merespon seadanya.
Kemudian beliau bercerita untuk keempat kalinya. Dan kali ini aku tertawa. Menertawakan om ku yang sedang semangat bercerita.
Saat aku sambil tertawa mengatakan beliau lucu sekali menceritakan hal yang sama berulang kali, om ku terdiam.
Sepertinya beliau tidak sadar sudah menceritakan hal yang sama beberapa kali.
Aku, yang saat itu masih belasan tahun, masih tertawa.
Tapi kemudian, aku mengetahui hakikatnya.
Orang tua itu, jangan disakiti kenangannya.
Karena bagi mereka, hal itu sangat berharga.
Berharga seperti mimpinya anak muda.
Pernah kah seseorang menggampangkan atau merendahkan mimpimu? Sedih kan rasanya?
Melihat om ku yang terdiam, sepertinya beliau juga merasakan kesedihan itu.
Seperti kaset, hal-hal yang kita peluk berharga adalah hal-hal yang sering kita ulang dan bagikan.
Orang lain memiliki hal berharga yang jangan sampai kita anggap tidak bermakna.
Lebih pekalah, terhadap ketulusan dan kebahagiaan manusia yang berbeda.
4 notes · View notes
rainingyuki · 1 year
Text
Ketemuan.
Tidak mudah bertemu dengan kawan-kawan lama yang sudah lama tidak saling berkabar. Teman kuliah yang biasanya selalu menghabiskan waktu di kelas, nongkrong, jalan-jalan bersama-sama sekarang sudah bekerja, menjalani kehidupan yang berbeda-beda. Sulit sekali bertemu, bahkan menanyakan kabar melalui pesan singkat juga sering terlupakan karena sibuknya pekerjaan atau alasan lainnya. Karena lingkaran pertemanan baru, misalnya.
Tapi, teman-teman di masa kuliah memiliki tempat tersendiri yang sepertinya akan selalu spesial di hati.
Akhirnya minggu ini aku berhasil mempertemukan dua orang temanku yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu.
Kenapa aku yang mempertemukan? Well, karena mereka sudah beberapa kali jalan denganku, tapi mereka tidak pernah melakukannya bersama. Jadilah aku yang ditugaskan untuk mengajak kedua orang temanku ini.
Ada-ada saja, memang.
Setelah beberapa kali gagal menemukan waktu yang cocok, diiringi dengan todongan temanku yang terus menagih janji untuk bertemu dan mempertemukan mereka, akhirnya tibalah hari dimana kami benar-benar bisa bertemu.
Teman-teman kuliah, yang pernah melihat bagaimana tingkah kita saat umur masih belum mencapai angka 20 hingga sekarang sudah bertambah dewasa, yang pernah merasakan bagaimana moody dan labilnya seorang young adult yang masih sulit menavigasikan hidupnya (bahkan hingga sekarang), yang pernah melakukan hal-hal bodoh dan konyol bersama-sama.
Walaupun repot, tapi aku bahagia bisa mempertemukan mereka.
Karena waktu seakan-akan kembali sejenak ke masa-masa itu -- dimana kita masih jalan bersama-sama, saling bercerita dan tertawa.
Semoga waktu itu bisa kembali terulang, di masa yang akan datang.
Kita usaha sama-sama, ya.
3 notes · View notes
rainingyuki · 1 year
Text
Emas.
Dubai bukanlah kota yang ada di dalam daftar tempat yang sangat ingin aku kunjungi. Sudah terbiasa menghadapi musim panas di Indonesia, aku lebih suka mengunjungi negara empat musim. Musim semi, musim gugur, dan musim salju rasanya lebih menarik dan memang terasa “luar negeri”-nya.
Tapi tentu saja, ketika aku tahu bahwa bulan ini aku akan melakukan perjalanan dinas luar negeri untuk pertama kalinya ke negara Uni Emirat Arab dan khususnya kota Dubai, aku merasa bersemangat. Aku belum pernah menginjakkan kaki di negara tersebut, jadi perjalanan ini harusnya menyenangkan dengan discoveries tempat baru, manusia baru, budaya baru dsb. Sesuatu yang baru itu memang menyenangkan (walaupun di beberapa situasi juga menegangkan).
Dengan segala keruwetan persiapan, dari hal-hal teknis hingga non-teknis, akhirnya aku sampai juga di Kota Emas. Awalnya aku bingung dengan julukan tersebut. Tapi ketika aku berpergian di malam hari (sepertinya dari Abu Dhabi ke Dubai), aku melihat gemerlap emas yang dimaksud. Cahaya lampu kota ini berkerlap-kerlip. Indah, memang. Waktu itu aku baru saja terbangun dari tidur dan ketika aku melihat pemandangan ini aku merasa kagum.
Selain Kota Emas, aku rasa Dubai seharusnya juga memiliki julukan untuk gedung-gedung pencakar langitnya. Burj Khalifa, gedung yang paling tinggi di dunia berada di kota metropolitan ini. Gedung ini digunakan sebagai kantor, hotel, pusat perbelanjaan, dsb. Dubai itu kering, tapi mewah. Panasnya membakar, tapi eksotis. Aku merasa aneh karena perjalanan dinas pertamaku adalah ke Dubai. Tapi alhamdulillah, ini adalah pengalaman yang tidak mengapa untuk diulang di masa depan.
2 notes · View notes
rainingyuki · 1 year
Text
One thing off the plate.
I want to write down some inspiring quotes and writings that open my mind so I that will remember.
“Andai tanpa bekas luka ini, mungkin kamu tidak akan tahu berapa kali kamu bertahan, dan seberapa kuatnya kamu untuk kembali berjuang. Andai lelah, coba lihatlah pada bekas luka, menandakan bahwa semuanya pasti bisa dilewati. Sebab terkadang sabar itu butuh airmata, untuk melepaskan beban dan menguatkan hati, agar kaki kembali bisa berjalan. Bismillah, nanti Allah kuatkan.” – jndmmsyhd
“Seorang ibu, rela sakit-sakitan, demi buah hatinya bahagia. Bukan lelah yang patut disanding dengan daya juang. Perjuangan lebih elegan bersanding dengan bahagia yang tercipta dari tujuan yang benar. Jika diri kita ingin mampu, jangan takutkan lelahnya. Takutkan kita bergerak tapi tanpa ada tujuan.”
“A happy life is a simple life. 1) A family you love who loves you back 2) A healthy body built from years of good sleep, good diet, good exercise 3) A clear mind built from years of reading, writing, following your curiosity 4) A purpose that provides meaning and peace of mind.” - orangebook
I guess writing these down really has different effect on my mind. Writing forces me to be more mindful about the message. More efforts (compared to reading) result in more benefits, perhaps. May you remember them, contently.
3 notes · View notes
rainingyuki · 1 year
Text
Tidak ada.
Dulu aku suka menonton drama korea yang rata-rata terdiri dari 16 episode. Belakangan ini, aku sudah jarang melakukannya. Sepertinya karena sudah terbiasa mendapatkan dopamin instan dari media sosial, menonton berjam-jam tidak terlalu menarik lagi buatku. Tapi tentu saja ada pengecualian untuk drama-drama yang memang bagus dan sesuai selera.
Menonton drama korea dulu cukup menyenangkan. Ceritanya beragam, banyak topik yang dibahas, dan dengan menontonnya terkadang menambah pengetahuan terkait profesi tertentu, kejadian tertentu dsb. Tentu saja, pesan-pesan moral yang terselip di drama-drama yang bagus (karena tidak semua drama korea bagus) juga menjadi poin tambahan yang selama ini aku sukai.
Salah satu scene drama yang aku masih ingat saat ini adalah adegan dari salah satu pemain figuran. Dia adalah seseorang yang pemalu dan sulit mengungkapkan pendapat karena sifatnya itu.
Saat itu dia berusaha untuk menjadi lebih berani dan mulai bercerita tentang dirinya. Tapi rekannya malah menimpali dan tidak membiarkannya selesai bercerita. Sepertinya hal ini telah beberapa kali terjadi. Dia akhirnya berkata, "Orang-orang sangat mudah mengatakan aku harus berubah dan menjadi lebih berani. Sementara mereka tidak mau mendengarkan."
Tidak ada yang mendengarkan.
Situasi ini sangat sering terjadi.
Seperti berharap kupu-kupu lahir tanpa bermetamorfosis dari fase ulat bulu.
Tidak memberi ruang yang aman dan dukungan yang diperlukan.
Memang, kita tidak boleh bergantung pada orang lain untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Tapi, hei, manusia itu tidak bisa kuat sendiri.
Untuk menjadi berani, tanpa ada yang mendampingi, akan terasa sangat berat.
Untuk menghargai diri, tanpa ada yang menyemangati, akan terasa sangat sepi.
Untuk melanjutkan hari, tanpa ada yang menemani, akan terasa sangat sulit.
Kita memang manusia kuat, tapi kebutuhan akan dukungan dari manusia lain juga sangat kuat.
Karena itu, mari menjadi orang baik.
Orang yang memahami bahwa tidak semua hal bisa dilakukan sendirian.
Orang yang memahami bahwa kita harus saling memberikan bantuan, dukungan, dan rasa aman.
Kita semua memiliki fase ulat bulu yang berbeda-beda. Tidak ada yang lepas dari kebutuhan akan orang baik di hidupnya. Karena itu, berbuat baiklah. Agar semakin banyak orang baik yang menjadi baik pada orang di sekitarnya.
Dan untuk para ulat bulu yang sedang tidak berada di lingkungan yang baik, peluklah dirimu sendiri.
Kamu kuat, kamu hebat.
Kamu hanya perlu waktu yang diiringi dengan usaha untuk menjadi lebih baik. Dan semoga, seiring berjalannya waktu, kamu akan menemukan orang-orang baik itu.
Yang mendengarkan. Yang ada.
4 notes · View notes
rainingyuki · 1 year
Text
Namamu cantik.
Hai, kawan.
Terima kasih sudah menjadi orang baik.
Aku samar-samar masih ingat situasi itu. Kita sedang berjalan ke ruang kelas untuk mengikuti sebuah seminar bersama-sama. Kamu bertanya nama lengkapku, dan aku menjawabnya sambil tersenyum.
Kemudian kamu berkata, "Namamu cantik ya."
Dan aku terdiam sejenak kemudian tersenyum lebar.
Hai, kawan.
Terima kasih sudah mengatakan kata-kata yang baik.
Entah kenapa, aku dulu merasa namaku terlalu panjang. Tiga suku kata untuk masing-masing nama depan dan belakang. Sepertinya terlalu panjang untuk dipanggil oleh orang-orang. Aku tidak suka sesuatu yang menyulitkan. Oleh karena itu, aku tidak pernah merasa namaku spesial.
Hai, kawan.
Terima kasih sudah membuatku memiliki pandangan yang lebih baik.
Karena semenjak hari itu, aku merasa namaku cantik. Ucapan yang kamu sampaikan dengan singkat waktu itu ternyata membekas bagiku hingga sekarang. Namaku memang panjang, tapi juga cantik. Kata-kata yang kamu utarakan tanpa maksud apapun membuatku jadi menyukai namaku sendiri.
Hai, kawan.
Terima kasih telah mengajariku untuk menjadi orang yang bertutur kata baik.
Karena aku telah merasakan kebaikanmu, dan hal itu mengubah diriku. Perubahan yang kecil namun berarti.
Ternyata kata-kata yang baik, yang diucapkan dengan tulus, yang tidak termasuk pujian yang berlebihan, adalah salah satu kunci membahagiakan hati seseorang.
Hai, kawan.
Namamu juga cantik. Terima kasih, ya.
3 notes · View notes