#dicitayam | Explore Tumblr posts and blogs

nadyanie13 · 2 years ago

Text

*KRITIK SOSIAL, KEAGAMAAN DAN KEBANGSAAN UNTUK FENOMENA "CITAYAM FASHION WEEK"*

Oleh: Saefudin Abdul Fattah

Di acara reuni pesantren di Tasik, teman lama nyantri saya yang sekarang muqim di Tapos Depok, curhat bahwa di liburan pesantren kemarin dua orang santrinya tidak balik lagi pesantren. Malah gabung dengan anak-anak punk dan nongkrong di komunitas yang sedang viral saat ini citayam fashion week.

Orang tuanya dipanggil dan didapati cerita orang tuanya bahwa anaknya itu memang sebelum dimasukan ke pesantren adalah anak yang susah diatur, sudah gabung di komunitas anak punk yang kerjaannya kelayapan dan kongkow-kongkow ngelem dan narkoba

Sesudah masuk pesantren perubahan luar biasa, ketika pulang tahun pertama banyak perubahan, keluarga dan tetangga memuji perubahan itu..

Tapi sesudah viral demam citayam fashion week, diliburan pesantren kemarin anak itu katanya kembali lagi ke jalanan.

Dan mogok kembali kepesantren dengan cara kabur dari rumah hanya sekali-sekali ke rumah untuk minta uang ke ibunya.

Dengan curi-curi waktu ketika bapaknya lagi kerja. Karena takut pada bapaknya.

Dari cerita itu saya membatin, berfikir dan membuat surat terbuka khususnya kepada para pejabat, para pesohor juga semua yang memviralkan anak-anak itu untuk mempertimbangkan beberapa hal di bawah ini:

1. Betul, bahwa kreativitas anak-anak muda harus diapresiasi bahkan di fasilitasi bentuk apapun kreativitasnya selagi positif

2. Kreativitas dan prestasi anak-anak muda macam-macam ada fashion, ada akademik, ada bisnis, ada teknologi, bahkan dibidang keagamaan. Jadi kita berkewajiban "memviralkan" semuanya dengan proporsional.

Jika tidak proporsional maka anak-anak muda yang menggeluti bidang lain akhir banyak yang latah ikut-ikutan dengan "anak- anak dicitayam" sana yang padahal belum tentu baik bagi mereka dikarena beda latar belakang dan beda orientasi bahkan beda pakem adab dan etikanya.

3. Jangan hanya karena viral terus di jadikan ajang pansos para pejabat, para pesohor dan para creator konten yang bombastis mensupport, memviralkan dan membanggakan tanpa ada catatan kritis efek negatifnya. Dimana catatan -catatan negatif yang saya amati dari fenomena ini diantaranya:

a. Mereka beraktivitas massal di marka jalan dimana zebra cross yang harusnya tempat penyebrangan orang nyebrang jadi tempat berlenggak lenggok yang membahayakan dan memacetkan.

Apakah ini tidak melanggar hukum?

Belum parkir liar dan sampah dimana-mana.

b. Dari sisi kepribadian bangsa apakah kita biarkan bahkan mendukung sebagian anak-anak ini (yang mungkin sudah terpapar virus LGBT ) berlenggak-lenggok dengan memakai baju lawan jenisnya, laki-laki pakai pakai wanita, wanita pakai pakaian laki-laki dan diantaranya terang-terangan mengkampanyekan LGBT dengan memakai atribut, warna dan aksesoris yang identik dengan LGBT

c. Apakah kita tidak menyadari bahwa dengan memviralkan dan mensupport tanpa kritis kita secara tidak langsung mengkampanyekan bahwa anak-anak yang ideal itu anak-anak yang beranting, bertindik, merokok, pakaian bolong-bolong, robek-robek, coreng moreng wajah, pakaian seksi-seksi, bertato, pacaran tanpa batas, hidup bebas, budaya permisif dan budaya-budaya urakan lainnya.

d. Walau tidak semua tapi hampir identik(kalau melihat mayoritas pesohor-pesohornya) mereka ini anak-anak putus sekolah dan anak-anak yang pengangguran yang dengannya bebas nongkrong seharian. Apakah tidak khawatir dengan memviralkan dan mensupport dengan tidak proporsional kita sama dengan mengkampanyekan ke anak-anak Indonesia bahwa gaya hidup ideal itu seperti ini

e. Apakah tidak khawatir dengan memviralkan dan mensupport dengan tidak proporsional anak-anak komunitas ini, menyebabkan anak-anak lain yang berjibaku dengan buku, yang belajar dengan disiplin menekuni berbagai disiplin ilmu, yang menekuni teknologi, yang menekuni bisnis, yang menekuni ilmu keagamaan, juga anak-anak yang mengharumkan nama bangsa dengan Juara olimpiade ini itu jadi merasa tidak dihargai, tidak disupport dan tidak dipublikasi besar-besaran seperti anak anak Citayam itu.

4. Saya mendukung jika cara mengapresiasi dan mendukung, serta memfasilitasinya secara proporsional untuk komunitas anak-anak ini, dengan dalih "daripada"; daripada anak-anak ini ngelem, daripada anak-anak ini narkoba, dari pada anak-anak ini bikin onar gank motor dll. Tapi tentu tidak proporsional bila dijadikan status setiap hari supaya viral dan supaya jadi demam anak muda lainnya yang belum tentu cocok bagi anak-anak lainnya dan baik bagi masa depannya

5. Saya mencintai anak-anak Indonesia generasi emas masa depan bangsa.

Saya berharap dengan tulisan kritis ini kita semua jadi proporsional dan tetap kritis menyikapi fenomena sebagian kecil anak-anak bangsa kita ini.

Demi masa depan anak-anak kita, demi masa depan bangsa kita

Bung Karno menyatakan dalam salah satu prinsip Trisakti yakni ‘memiliki kepribadian di dalam kebudayaan’.

Bukan berarti kita serta merta anti budaya asing tapi hendaknya budaya asing itu difilter dan disesuaikan dengan budaya bangsa dan agama kita.

Dan saya berharap berjuta-juta anak-anak kita diluar komunitas ini, tetap semangat untuk terus berprestasi memberikan yang terbaik bagi bangsa ini, walau tidak seviral anak-anak komunikasi Citayam ini. Aamiin

*Saefudin Abdul Fattah/Ajengan Aef Cimahi*

( Pengasuh Pondok Pesantren Daarul Ihsan)

085221287047

0 notes