#crowdstroia
Explore tagged Tumblr posts
Text
GANTHARA BIRU'S PAGE. Here are personal Information, my interest, and notes before follow.
Now you're currently stepping to Ganthara Biru's safe zone, and you can call me Biru for short by the way. Like the others, I'm delighted to tell you that I'm an INFJ-T Virgo. I prefer to claim my account as an unlabeled one. My pronounce is they / them. I speak in 2 language both of Bahasa Indonesia and English language.
My Interest: Reading, Movies and Series, Songs.
Reading. Untuk reading, saya tidak membatasi jenis dan genre bacaan yang saya baca. Saya suka baca buku fiksi/non-fiksi, saya juga suka baca artikel dan berita. Tapi, untuk bisa menggambarkan selera saya dalam membaca buku, saya suka baca bukunya Ziggy Z, Crowdstroia, dan Leila Chudori.
2. Movies. Untuk movies dan series saya prefer menonton dengan genre mystery, thriller, comedy, romcom, coming of age, et cetera. Sebenernya sama kayak reading sih, saya tidak membatasi tontonan saya dalam satu scope genre, selagi tontonan nya menarik, I'm gonna watch it for sure.
Untuk bisa melihat list-list dan menilai selera yang saya tonton, bisa cek list film yang sudah saya tonton di link di bawah ini.
3. Songs:
Saya banyak mendengarkan lagu-lagunya Daniel Caesar, Girl In Red, Frank Ocean, Coldplay, The Temper Trap, Kali Uchis, SZA, Niki, Kendrick Lamar, Cigarettes After Sex, Lany, Honne, Two Door Cinema Club, Bruno Major, Men I Trust, The 1975, DPR IAN, DPR LIVE, Swae Lee, Harry Styles, wave to earth, Newjeans, 2NE1, Bigbang, and many more.
Saya suka lagu-lagu Indo juga! Saya banyak mendengarkan lagu-lagunya Dewa 19, Noah, Reality Club, The Changcuters, dan Elephant Kind.
Hit my twitter direct message or mention me if you interest to be my friend!
Before you follow,
I follow people selectively.
So, it's fine to follow me first without asking.
Do not follow me, if:
You will not interact with me again after we become mutual.
I might engage in mild NSFW tweets, and talk a lot about my interest(s) a lot. If you find it uncomfortable, please do not make any scenes because of it.
So does for those who fit the basic DNI criteria, LGBTQ+ phobic, racist, or agree with any kind of discrimination, you are not welcomed here.
Hit my twitter direct message or mention me if you interest to be my friend!
1 note
·
View note
Text
Troia’s How To: Menulis Cerita Romansa Dengan Tokoh Yang Seimbang
Warning: ini cuma opini gue tentang apa yang menurut gue seimbang. Karena gue pikir, kadang tuh bukan tokohnya yang salah, kadang juga bukan dua tokoh utamanya yang tidak seimbang, kadang yang salah tuh adalah penulisnya yang nggak cukup seimbang dalam showing kebaikan dan keburukan para tokoh.
Dari tahun 2009-2013, gue sering nemu novel-novel YA Fantasy terjemahan yang polanya sama semua: cewek yang menganggap dirinya b aja atau “just your average girl” yang kehidupannya membosankan, kemudian dia ketemu cowok ganteng hot yang ternyata nephilim/vampir/imortal/werewolf/penyihir/raja kegelapan, lalu mereka jatuh cinta dan ternyata si cewek ini adalah cinta sejatinya si cowok ‘astral’. Penokohannya pada mirip-mirip sih walau beda cerita dan beda penulis. Dan meski gue masih bisa tahan baca dua-tiga novel dengan premis yang sama (cuma universe aja yang agak beda), melihat belasan bahkan puluhan novel berpremis dan berpola sama ya lama-lama bikin gue eneg juga. Berasa kayak manusia tuh sifatnya itu-itu doang gitu. Atau kisah hidup remaja menjelang dewasa yang masuk dunia fantasi ya gitu-gitu juga.
Karena bosan dengan pola-pola ini, akhirnya gue beralih ke novel-novel Indonesia. Dan meski gue menemukan beberapa novel yang tidak menggunakan pola tadi, ternyata jauh lebih banyak novel romansa atau fiksi remaja yang pake pola ala YA Fantasy terjemahan di tahun-tahun tersebut. Bedanya cuma nggak ada sisi fantasi aja. Murni tentang tokoh di dunia kita. Dan cerita dengan pola tersebut paling banyak gue temukan di Wattpad.
Nggak sedikit pula dari novel-novel itu yang cuma nunjukkin sisi badass atau sisi hot si tokoh cowok, sedangkan si tokoh cewek selalu digambarkan b aja, nggak pinter, inferior (tapi anehnya tetap dibucinin si tokoh cowok hot). Gue paham merasa inferior itu manusiawi. Tapi kenapa inferioritas si tokoh cewek di-showing lebih sering dibanding adegan si cewek dengan struggle-nya dan sisi positifnya? Sedangkan sisi merasa inferior si tokoh cowok biasanya cuma takut kehilangan si cewek/takut dia nggak cukup baik untuk si cewek, sisanya dia sempurna: sayang keluarga, atau kalau keluarganya berantakan, dia tipe yang loyal ke teman, berani take over suatu masalah, pinter, jago gombal, dsb. Aneh aja gitu kenapa si cewek lebih banyak ditunjukkan kekurangannya sedangkan si cowok lebih sering ditunjukkan kelebihannya. Itu sih jatohnya timpang, bukan opposites attract. Jadi nggak seimbang gitu showing kekurangan dan kelebihan tokoh cewek dan cowoknya.
Makanya untuk bikin dua tokoh utamanya balance, cara gue simpel sih. Tinggal bikin adegan-adegan showing kekurangan dan kelebihan si tokoh cewek dan tokoh cowok seimbang jumlahnya. Kalau gue udah showing kualitas baik si cowok, gue juga tunjukkin kualitas baik si cewek. Begitu pun dengan kekurangan-kekurangan mereka.
Dan karena gue menulis cerita romansa yang tokoh-tokohnya berusia dewasa, pembicaraan tentang prinsip-prinsip fundamental itu penting banget nget nget. Karena kalau tokohnya berusia dewasa, hubungan yang mau dijalin itu hubungan asmara berkomitmen (walau ada aja tokoh yang cuma mau main-main sih, jadi gue sesuaikan berdasarkan karakter). Tapi tokoh-tokoh gue yang udah dewasa mostly emang niatnya nyari hubungan yang buat nikah (tidak dalam waktu dekat, kalo ada tokoh gue yang nikah kilat, akhirnya pasti ancur). Dan untuk tahu prinsip-prinsip fundamental orang, ya dibutuhkan pengakraban satu sama lain, butuh ngobrol. Lo kan nggak mungkin kenalan sama gebetan terus langsung berekspektasi dia sudah pasti memiliki prinsip yang sama kayak lo tanpa harus berbicara. Pasti ada komunikasi. Gebetan atau pasangan lo kan bukan ahli nujum.
Eh, tapi porsi pembicaraan ini menurut gue nggak perlu dimasukkan ke dalam cerita teenfiction karena, yah, kejauhan bok, masa abege gak perlu terlalu serius gitu. Ya boleh aja sih. Cuma??? Buat apa??? Teenfiction kan genre yang mengulas tentang pencarian jati diri remaja. Mikir serius tentang nikah tuh agak kejauhan. Pikirin kuliah atau kerja dulu aja kali.
Sangat penting bagi gue untuk menulis tokoh yang sama-sama tahu bahwa mereka seprinsip dalam menjalani hubungan berkomitmen. Ini salah satu cara bikin mereka balance. Karena jika melihat apa yang terjadi di dunia nyata, pasangan yang nggak seprinsip tapi maksain tetep lanjutin hubungan itu jadinya kayak menekan satu sama lain untuk berubah gitu. Misal si cewek mau punya pasangan yang berprinsip no sex before marriage, sementara si cowok yang deket sama dia itu menganggap seks ketika pacaran tuh normal. Tapi si cewek maksain tetep jadian, dengan keyakinan si cowoknya saking sayangnya sama dia jadi jagain dia dan mengikuti prinsip si cewek. Terus, pas udah pacaran sih emang bener si cowok ga minta seks, tapi tau-tau si cowok ternyata ngelakuin seksnya sama cewek lain di belakang dia. Atau kadang si ceweknya akhirnya ngalah sama kemauan si cowok yang minta seks, dan akhirnya berani ngelakuin supaya si cowok nggak lepas dari dia, tapi tau-tau si cowok mutusin dia karena bosen, trus si cowok cepet dapet cewek baru. Sering terjadi di kota-kota besar.
Buat gue, orang-orang yang menggadaikan prinsip-prinsip utama hidupnya demi cinta itu kekanakan. Soalnya prinsip-prinsip yang manusia pegang itu adalah salah satu faktor bagaimana karakter kita terbentuk. Tanpa prinsip, kita cuma manusia tanpa kepribadian yang cuma iya-iyain segalanya. Dan dalam cerita apa pun, tokoh yang nggak punya kepribadian itu nggak menarik buat gue simak.
Tapi itu gue sih. Gue lihat masih banyak kok pembaca yang menganggap banyak tokoh menarik meski nggak punya kepribadian. So, you do you.
Nah, orang yang udah dewasa secara pemikiran pasti juga udah berkontemplasi cukup panjang untuk memegang suatu prinsip tertentu. Ada alasan kenapa dia memegang prinsip-prinsip hidupnya sekarang. Plus, melihat masih cukup banyak orang Indonesia yang mau berkeluarga, prinsip berikut nilai-nilai hidup yang menurut kita penting itu bakal diturunin ke anak-anak kita. Itulah kenapa (berhubung sebagian besar tokoh-tokoh novel gue pada ingin berkeluarga), showing adegan pembicaraan tentang prinsip fundamental dan nilai-nilai yang mereka pegang itu penting. Bahkan kalau pun mereka nggak berniat punya anak, tetep harus gue buat seprinsip sama love interest-nya. Kalau gue bikin mereka prinsipnya beda, bisa jadi gue satukan hanya untuk gue pisahkan lagi. Yeay, kalian dapet spoiler.
Sementara untuk perbedaan traits tokoh, kayak beda dari selera fashion, selera musik, selera film, selera makan, pendiem atau bawel, itu hal yang superfisial banget, karena itu perbedaan yang normal, yang mana kebanyakan manusia nggak merasa berkewajiban menurunkan traits itu ke anak. Walau tentu tiap orang pasti punya pet peeves sendiri yang mungkin buat orang lain ���Ih apa sih, lebay banget, biasa aja kali.” Contohnya, ada yang ilfeel kalau lihat gebetannya pake sandal Crocs, ada juga yang ilfeel kalau gebetannya ngecap-cap kalau makan (makannya nggak mingkem, jadi berisik), ada juga yang jijik kalau gebetannya malah nyebut “seks” pakai istilah “HB” (HB: Hubungan Badan, bukan jenis pensil) karena berasa kayak ngomong sama sender @/cerminlelaki, ada juga yang ilfeel kalau lihat orang ngomong tapi menyebut dirinya sendiri pakai namanya (misal namanya Anik, terus si Anik kalo ngomong ke orang tuh “Anik nggak tahu, Anik juga nanyain dari tadi.”), ada juga yang ilfeel kalau gebetannya nyebut IGstory/Instastory pakai istilah “snapgram”, dan pokoknya banyak deh macem-macem pet peeves orang. Dan, itu sah-sah aja. Sama sahnya seperti orang yang mau cari pasangan seagama. Walau pet peeves itu lebih ke ketidaksukaan karena preferensi pribadi aja, bukan karena nilai-nilai utama hidup kita.
Tapi intinya kalo di novel, entah apa prinsip hidup si tokoh, gue akan show adegan mereka mengkomunikasikannya ke love interest mereka.
Balik lagi ke penokohan yang seimbang. Gue merasa tokoh cewek lebih sering digambarkan b aja karena gue lihat, jarang ada showing tokoh cewek yang keren gitu. Bukan berarti harus bikin tokoh ceweknya jadi bad girl jagoan, bos perusahaan, Ketua OSIS andalan, atau petarung jalanan sih. Showing mereka melakukan hal-hal kecil yang bikin terkesima aja. Gue sih terkesima sama orang yang tetap tenang terkendali di saat suasana tertekan, atau orang yang pandai bikin suasana cair (humoris!), atau orang yang humble tanpa jadi pretensius, atau yang mampu memberikan argumen masuk akal, atau yang berani menolak lelaki gantengmapanCEOtapibrengsek karena si cewek ini memegang teguh prinsipnya. Gue langsung refer ke tokoh cewek karena gue lebih sering menemukan tokoh cewek yang banyak ditunjukkin kekurangannya dibanding tokoh cowok yang begitu.
To sums it all, here’s my tips:
- Ketahui apa yang menurut lo keren dari cewek (plis banget hindari cuma showing betapa keren pekerjaan si cewek atau betapa kecantikannya beda dari cewek lainnya. I mean, I’m okay with perfect characters, I even made some since some of my characters are goddesses (literally), tapi untuk tokoh manusia, kalau cuma pekerjaan dan kecantikan aja yang di-show, kesannya lo jadi menilai kekerenan seorang cewek cuma dari pekerjaan dan kecantikannya aja, padahal banyak yang keren dari perempuan selain dari itu (tapi itu menurut gue sih, barangkali menurut lo gaada yang keren dari mahkluk beruterus, who knows?).
- Tulis hal-hal yang lo suka dari perempuan ke tokoh cewek lo.
- Bikin showing adegan yang menunjukkan traits yang lo suka ke tokoh cewek ini.
- Inget, jumlah adegan yang nge-show sisi kekurangan dan kelebihan si tokoh cewek dan cowok harus seimbang.
- Walau lo udah bikin kelebihan si tokoh cewek, pasti ada aja yang nggak suka sama “kekurangan” dia. And that’s totally normal. It means she is human.
So that’s a wrap! Gue emang lebih fokus ke tokoh cewek di sini, sehingga judul lain dari tips ini adalah: How to build a female character in novel. Semoga membantu. Kalau menurut lo hal kayak gini nggak perlu dilakukan karena “Yaelah ribet amat sih, suka-suka gue dong mau nulis apa namanya juga fiksi” ya silakan saja abaikan tulisan gue ya baik oke sip.
p.s.
Padahal kalau dipikir-pikir, kan di Wattpad kebanyakan penulisnya cewek. Emangnya mereka (yang lebih sering showing kekurangan tokoh cewek dibanding kekurangan tokoh cowok) nggak pernah nemuin cewek keren kah di hidupnya? Apa jangan-jangan menurut cewek-cewek itu, orang yang bisa keren cuma cowok doang? Ck, nggak mungkin gitulah ya. Julid sekali diri ini.
73 notes
·
View notes
Quote
Ever wonder how it feels to love an ordinary man in the eyes of many people?
Crowdstroia
#crowdstroia#quotes#moviequotes#love quotes#books#book quotes#Poems#poetry#poemsporn#poemsnight#Poetrynight
10 notes
·
View notes
Photo
Tetap semangat dan ikhlaskan 💪 . . #kutipanbuku #nonatehdantuankopi #crowdstroia https://www.instagram.com/p/BtCZLbqBHpP/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=11ehh2kk2u0x0
1 note
·
View note
Photo
Selalu ada hal yang bisa diambil dari cerita yang ditulis kak Troia.
2 notes
·
View notes
Quote
Buat apa juga berusaha sempurna demi orang lain? Manusia harusnya bisa menghargai dirinya sendiri.
Versha, Nona Teh dan Tuan kopi
[Karna beberapa hal harus dimulai dari bagian terkecil, dari diri sendiri.]
24 notes
·
View notes
Photo
Tema III #MEMBABATKELABU (Buku 3) . Judul: Arkais Penulis: Crowdstoria Penerbit: @penerbitkatadepan Tahun Terbit: 2018 Tebal: 378 halaman . . Buku ini merupakan seri kedua sekaligus seri penutup dari dwilogi #nonatehdantuankopi . Judulnya "Arkais" yang berarti berhubungan dengan masa lalu. Di buku sebelumnya, cerita lebih banyak berputar di kehidupan Varsha. Di buku ini, kita diajak melihat lebih jauh tentang kehidupan Regen. Alasan-alasan mengapa Regen begitu misterius mulai diungkap satu persatu. Alasan yang rupanya menjadi "kebetulan" yang membuat Regen dan Varsha saling terhubung satu sama lain. Sewaktu baca buku pertama, aku nggak punya bayangan sama sekali tentang apa yang sebenernya terjadi sama Regen. Regen di buku pertama itu misterius. Di buku kedua, semua tentang Regen dibuka sepenuhnya. Dari masa lalu hingga masa kini. Buatku, kisah Regen jauh terasa lebih kelam daripada kisah Varsha. Karena Regen tak pernah membagi kisahnya dengan siapa pun. Ia menanggung semua beban, karena mengingat seluruh kisah kelam yang melingkupi kehidupannya. Kehadiran Varsha dalam hidupnya membuatnya memiliki alasan untuk kembali bahagia. Tapi, masa lalu yang dipendamnya kembali menghantuinya. Membuatnya dipenuhi bayang-bayang keraguan. Jika buku pertama dipenuhi dengan beragam perpisahan. Antara yang hidup dan mati, antara yang mencintai dan dicintai, juga antara keluarga. Buku kedua melengkapinya dengan kisah pertemuan. Kebahagian punya bentuk yang beragam. Bahkan perpisahan dan pertemuan jadi dua bagian tak terpisahkan dari kebahagiaan. Masalahnya, manusia seringkali menggantungkan kebahagiaannya pada hal-hal fana. Lantas menyakiti diri sendiri karena kehilangan. Padahal, sumber kebahagian sejatinya berasal dari diri sendiri. Bukan dari orang lain. Kuncinya, percaya dan bersyukur. Karena yang ada akan menjadi tiada. Dwilogi ini recommended buat kamu yang mencari kisah romance yang punya sudut pandang berbeda. . . . #MEMBABATKELABU #februaryreadingchallenge #readingiscool #bookaddict #booklovers #bookreader #bookreview #IGbookreview #INDONESIAMEMBACA #crowdstroia #arkais #MadeWithSories #ulasanbuku https://www.instagram.com/p/BuTEJ8zFhJ_/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=tg326jmws1pk
#membabatkelabu#nonatehdantuankopi#februaryreadingchallenge#readingiscool#bookaddict#booklovers#bookreader#bookreview#igbookreview#indonesiamembaca#crowdstroia#arkais#madewithsories#ulasanbuku
0 notes
Text
Beneran demi apapun gak boong Crowdstroia adalah salah satu penulis yang ikut berkontribusi dalam kedewasaan mental seorang Damay m, karya-karya dia tuh kurang lebih ngajarin kita jadi cewe tuh harus punya value gak cuma jual keindahan fisik aja. Demi apapun keren banget, berkat kakak satu ini yang tadinya adiktif konsumsi segala bentuk karya fiksi romantis. Seketika berhenti sampe lumayan lama (meskipun sebenernya ada alasan lain juga sig). Sampe akhirnya sekarang udah cukup sembuh dan pure konsumsi karya fiksi romantis untuk menghibur diri bukan lagi acuan untuk menghamba cerita Cinderella Story.
4 notes
·
View notes
Text
PENYIMPANGAN
sumber: google.com
.
Judul: Aberasi
Genre: Religi, Spiritual, Romantis
Penulis: Crowdstroia
Platform: Wattpad
.
WOW. Itulah kesan pertama setelah baca chapter satu novel ini. Iya, chapter satu. Karena percaya atau nggak, baru mulai aja pembaca langsung disuguhkan dengan hal-hal menarik—khususnya buat saya- yang dimana Crowdstroia membahas tentang pandangan Nolan, si pemeran utama, dan Bara, temannya, mengenai seks bebas dan bad boy. Sampai di chapter akhir, saya benar-benar kagum dengan novel ini terutama penulisnya. Speechless sama karya sebagus, sekeren, dan seberkualitas ini. I love it so much!
Nah, menurut KBBI, aberasi sendiri memiliki arti penyimpangan dari yang normal. Menggambarkan novel ini banget. Kalo mau tau lebih jelasnya, langsung baca! Hahah.
Secara umum, Aberasi mengangkat topik tentang seks bebas, bad boy/girl, AIDS, rokok, human trafficking, prinsip hidup, jatuh cinta yang dewasa, perubahan diri, sampai eksistensi Tuhan. Nolan, si tokoh utama dalam novel adalah lulusan Ilmu dan Teknologi Kelautan (ITK) yang kerja jadi Marine Science Technician (MST). Dia ini memang seorang cowok yang pemikirannya sangat kritis dan selalu butuh pendapat orang lain. Pokoknya novel ini akan membuatmu ikut berpikir kritis. Tapi tenang aja, narasi dan dialognya sangat-sangat pas; sesuai, sehingga tetap asik dan bisa diikuti.
Menurut pengakuan Crowdstroia sendiri, novel ini merupakan 'tong sampah' pribadinya, hasil dari keingintahuan lebih dalamnya. Novel ini seperti perwakilan penulis untuk menuangkan isi pemikirannya, pertanyaan-pertanyaan yang ingin dicari jawabannya. Saya sangat mengapresiasi Crowdstroia yang berani mengangkat tema yang sering dianggap tabu. Senang sekali terdapat tema seks tanpa ada adegan seks. Keseluruhan isi novel ini juga sangat-sangat realistis. Anti halu-halu club. Pokoknya wajib banget dibaca!
6 notes
·
View notes
Text
Day 9 : write about happiness
Kata Annisa Steviani dalam blognya:
Kita tidak perlu merasa bertanggung jawab atas kebahagiaan orang lain meski orang itu adalah pasangan kita sendiri. Marriage is not a counseling room! Istri bukan terapis untuk suami, pun sebaliknya. Kita harus menemukan kebahagiaan masing-masing baru bisa hidup berdua dengan bahagia. Itu pun kalau definisi kebahagiaannya sudah sama-sama ketemu.
Karena meski kita menikah, kita tetap sendirian di dalam pikiran. Tidak akan ada yang pernah tahu rasanya berada di pikiran orang lain.
The actual question is, how to be constantly happy?
Kalau browsing ini jawabannya banyak. Seperti dengan cara bersyukur, tak membandingkan hidup dengan orang lain, dengan merasa selalu dicintai, dengan lebih banyak tertawa, lebih banyak tersenyum, dan rentetan tips lainnya.
Ya, bisa dilakukan kalau sedang tidak ada masalah lain sementara hidup kan selalu ada masalah. Tinggal kadar masalahnya saja, berat banget sampai bikin nggak bahagia? Atau biasa-biasa saja sampai bisa diabaikan?
People say the goal is not happiness, but peace and content. I guess, since I am still wondering (and wandering), about the true meaning of happiness, peace and content is still on the way.
Calm down, deep breath.
Selanjutnya, mari kita tutup dengan kutipan dari Crowdstroia:
"Selama ini sebagian dari kita langsung menuntut Tuhan dalam doa untuk membahagiakan kita. Di saat kita lupa mempertanyakan sudah sampai mana kualitas diri kita di mata-Nya hingga layak diberi kebahagiaan."
5 notes
·
View notes
Photo
novelnya bagus cerita tdk se-simple seperti yang dibayangkan ketika pertama kali baca judulnya penyajiannya mateng, dibuat sejak penulis masih SMA (takjub) 👏👏👏
novel ini enak dibaca, fontnya agak besar jadi ga bikin sakit mata (kok berasa lansia ya..)
dan…ternyata ceritanya bersambung. grrr…
0 notes
Text
Memahami Selera Romance Diri Sendiri, dan Resolusi 2020 Crowdstroia
Gue suka banget sama romance. Tapi, gue belakangan baru sadar kalau buku-buku top ten favourite gue bahkan nggak ada yang genre utamanya romance.
Dulu, gue mikir mungkin itu artinya gue gak secinta itu sama romance kali ya. Mungkin aslinya gue lebih suka fantasi. Tapi pada suatu sore, akhirnya gue sadar kenapa gue kayak gitu.
Gue merasa romance terasa lebih wholesome kalau tokohnya punya arc sendiri, sehingga romance si tokoh jatohnya kayak sampingan aja, nggak menjadi pusat perhatian sepanjang buku. Dan gue lebih sering menemukan konten itu di novel dan komik non-romance (obviously). Kalau novel dan komik romance, romansanya akan jadi fokus utama para tokoh (yaiyala, secara itu kan genre utamanya). Dan di situlah gue merasa, kayaknya gue nggak sampai ngefavoritin novel genre romance karena alasan tersebut. Jadi gue nyari cerita dengan character's arc yang mengesampingkan sisi romansanya, which is hal itu gak bisa gue dapatkan di novel dan komik romance, karena kalau genre utama ceritanya romance pasti ceritanya akan berfokus di romansa tokohnya.
Character’s arc yang gue maksud itu, si tokoh punya petualangan sendiri di luar kehidupan cintanya. Contohnya kayak tokoh Erza Scarlet dan Jellal Fernandes dari komik Fairy Tail, terus Zoya dan Nikolai dari novel King of Scars. Masing-masing referensi bakal gue jabarin satu-satu tentang character’s arc-nya.
Dalam kasus Erza dan Jellal, kedua tokoh ini punya arc tersendiri di luar romance mereka. Fairy Tail sendiri adalah komik Shounen, genrenya petualangan, action, fantasi. Jadi wajar kalau fokus ceritanya memang bukan di romance. Tapi buat gue, itu membuat tokoh-tokohnya jadi lebih wholesome. Erza bertujuan jagain guild dari musuh, sehingga dalam prosesnya Erza juga harus mengalahkan kroni-kroni Zeref (bigboss antagonis Fairy Tail). Sementara Jellal punya tujuan mengalahkan Zeref, cara dia adalah mencari tahu tentang Zeref dan kroni-kroninya lewat underground society yang dia buat. Tujuan besar mereka sebenernya sama: melindungi manusia dan teman-teman mereka dari berbagai ancaman musuh. Tapi mereka mengambil jalan sendiri-sendiri untuk mewujudkan tujuan mereka, dan dalam perjalanan itu kadangkala jalan mereka akan bersinggungan.
Dalam kasus Zoya dan Nikolai, kisah mereka sudah dimulai dalam Trilogi Grisha, yakni trilogi sebelum King of Scars,. Di trilogi, Nik dan Zoya adalah pemeran sampingan (jadi KoS ini spin-off dari trilogi Grisha) jarang ada adegan berinteraksi karena fokus cerita Trilogi itu bukan mereka. Jadi sebelum ketemu Nikolai dan jadi Komandan Pasukan Kedua Kerajaan Ravka, gue udah tahu kalau mereka punya cerita, punya tujuan, dan dia berproses selama mewujudkan tujuan tersebut. Tujuan besar mereka itu sama: membesarkan nama negara Ravka, memperkuat kerajaan, memperkuat pasukan, memajukan negara. Dan dalam KoS mereka emang banyak interaksinya berhubung Nikolai adalah raja dan Zoya itu komandan utama untuk pasukan Grisha (semacam penyihir). Tapi interaksi mereka lebih sering bahas tentang negara. Kalaupun ada romance itu terjadi karena ... ya natural aja. Both are super good looking (they are like, two of the most beautiful people on Ravka--or the entire Grishaverse), mature, independent, charming in their own ways, popular, and they are very good at handling their job.
Gue sebagai pembaca udah ditunjukkin character’s arc Zoya di Trilogi Grisha. Zoya di trilogi Grisha itu digambarkan kayak basic bitch ala cewek paling populer berambut pirang yang sering ngebully tokoh utama (yang sering muncul di film-film remaja Amerika yang berlatar sekolahan, except that Zoya’s hair is actually black). Dan ada proses hingga gimana dia berubah (gue biasanya nyebut ini redemption arc, tapi mungkin lo lebih familier dengan istilah ‘perjalanan tobat’). Yang berubah pun bukan kepribadiannya. Zoya tetaplah bermulut tajam, nggak ada manis-manisnya, straightforward, cut to the point, dan dia bukan tipe yang bakal kasih lo comfort kalau lo udah membuka diri ke dia. Sikap dia sedikit berubah sih, jadi sedikiiiit lebih soft but that’s it. Yang berubah itu pemahaman Zoya, bukan kepribadiannya secara menyeluruh. Di Trilogi Grisha itu dia terlalu menggantungkan validasi dirinya ke Darkling, but turns out Darkling is the villain all along. Tujuan Zoya adalah melindungi Grisha, menciptakan tempat aman bagi Grisha untuk hidup tenang di bawah naungan Kerajaan Ravka. Dia mau begini karena selama ini, Grisha sering diperlakukan kayak bukan manusia (di negara lain, Grisha bisa ditangkap, diperbudak, dieksekusi karena dianggap ‘mahkluk yang menyalahi hukum alam’). Dia pikir dia bisa mencapai tujuan ini sama Darkling, tapi Darkling justru bunuh-bunuhin temen mereka yang sesama Grisha. Dengan pernah memercayai Darkling yang ternyata abusive, sex trafficker, dan justru mau melakukan genosida, Zoya merasa dia melakukan kesalahan yang dirinya sendiri nggak bisa maafkan.
Di cerita yang genre utamanya romance, umumnya back story Zoya yang gue jelasin itu bakal diceritakan di pertengahan atau akhir kisah, setelah si tokoh utama ketemu dan berinteraksi sama tokoh love interest dia. Karena memang cerita bergenre romance fokus utamanya adalah adegan dan hubungan romansa dua tokoh utamanya aja. Sementara gue mencari cerita yang character’s arc-nya berproses gitu kayak tokoh Zoya. Dan hal itu hanya bisa gue dapatkan di cerita yang genre utamanya bukan romance.
Buat gue pribadi, character’s arc itu emang sepenting dan segenting itu sih untuk dibuat. Karena menurut gue pun, sebuah cerita bisa jadi flop kalau tokoh yang udah dirancang dengan character’s arc yang ciamik, tiba-tiba di tengah jalan fokus cerita malah jadi berpusat di kehidupan romansanya. Contohnya kayak Jon Snow dan Daenerys Targaryen di Game of Thrones season 7 dan 8. Bayangin, selama enam season character’s arc mereka udah dirancang sedemikian rupa, tau-tau di season 7 dan 8 mereka malah dibuat lebih fokus ke romance mereka. Padahal kan baik Jon dan Daenerys sama-sama punya tujuan dan misi tersendiri, dan selama enam season itu struggle mereka berat banget men. Di season 8 malah semua struggle mereka kayak diperkecil gitu, ngalahin Night King aja jadi kayak gampang banget. Trus untuk duduk di Iron Throne juga malah jadi gampang banget. Aneh aja gitu. Flop. Naruto sama Hinata di versi film The Last: Naruto The Movie juga jadi flop, padahal gue suka sama pairing NaruHina di versi komiknya. Soalnya versi komiknya menyediakan character’s arc yang mumpuni. Sementara di versi film The Last itu bener-bener heavy on the romance side... which is weird, karena itu kayak bukan konsep cerita “Naruto” itu sendiri.
Jadi tuh kegunaan character’s arc adalah utk bikin hidup si tokoh gak cuma diisi sama hubungan percintaan aja, biar si tokoh has a life gitulah. Kalau tokohnya gak punya character’s arc, atau punya tapi kemudian character’s arc-nya dikerdilkan demi romance, ntar ya menurut gue jadinya flop. Masih bisa gue konsumsi sih, tapi jadinya flop aja buat gue. Karena tokoh ini jatohnya diciptakan cuma buat serve kegiatan-kegiatan romantis aja. Nggak lebih dari itu.
Contoh lain yang menurut gue character’s arc oke dan chemistry oke adalah Ferre dan Diva dari novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, (Ferre dan Diva ya, bukan Ferre-Rana, Rana terlalu b aja buat gue), serta Kahoko Hino dan Ren Tsukimori dari komik La Corda d’Oro (La Corda ini gue pikir romance, tapi dia lebih ke teenfiction manga about teenagers dream and passion dengan bumbu romance gitu), semua pairing di Fairy Tail (Zeref-Mavis, Gray-Juvia, Gajeel-Levy, Natsu-Lucy, etc, semuanya buat gue oke-oke apalagi Jellal x Erza UGH superior couple’s trope), Touka dan Kaneki di Tokyo Ghoul: Re (angsty couple parah), Alibaba dan Morgiana di komik Magi: Labyrinth of Magic, Peeta and Katniss dari The Hunger Games, sama Navier dan Heinley dari novel Remarried Empress.
Sebenernya character’s arc nggak jarang gue temui di novel romance yang gue baca sih. Kayak novel harlequin karangan Julie James yang seri FBI/Attorney series itu kan ada misterinya ya. Dan novel-novel romance yang menurut gue bagus juga rata-rata punya character’s arc. But still. Karena genre utama novel-novel itu adalah romance, jadinya romance lebih mendominasi daripada character’s arc-nya. Sehingga walau cerita begitu masih bisa gue konsumsi dan nikmati, tetep bukan cerita kayak gitu yang gue cari.
Jadi ini bukan salah genre ceritanya. Hanya krn gue nggak ngefavoritin novel dan komik romance, bukan berarti gue menganggap cerita-cerita di genre itu jelek. It's not the genre, it's just me. Novel dan komik romance itu bak roti stroberi; masih bisa gue makan, tapi walau gue masih bisa makan roti stroberi, yang gue cari adalah roti keju, bukan roti stroberi.
Sehingga datanglah gue pada resolusi 2020 gue: "Rengat" akan jadi cerita dengan genre utama romance gue yang terakhir. Novel-novel gue selanjutnya akan tetap ada romance, tapi jadi sampingan. Genre utamanya harus selain romance, entah itu genre drama, angst, misteri, teenfic, YA, fantasi, sci-fi, atau thriller.
24 notes
·
View notes
Text
Orang ke-
Fenomena orang ketiga tentu udah nggak asing lagi. Akhir-akhir ini banyak kita temui adanya orang kesekian dalam suatu hubungan baik yang disajikan di media masa maupun yang kita temui di lingkungan sekitar. Istilah 'Pelakor' (Perebut Laki Orang), makin akrab di telinga, pun sebaliknya. Banyak pula laki-laki yang memperebutkan perempuan yang sama.
Lalu teringat percakapan wa saya dan teman kuliah yang lagi-lagi si Ann. "Yas, seumuran kita gini udah nggak jamannya suka sama kakak kelas atau kakak tingkat. Bisa jadi kita suka sama suami orang." Kurang lebih begitu. Yah setelah melewati seperempat abad dimana teman sebaya sudah banyak berkeluarga, dan tentu pesona laki-laki matang dan mapan memang menyilaukan (yang kebanyakan telah berkeluarga). Sehingga tak sedikit perempuan yang terjebak dalam situasi 'nge-fan' dengan suami orang, yang jika diteruskan akan menimbulkan perselingkuhan. Tentu saja.
Dalam kasus perselingkuhan dimana orang ketiganya seorang perempuan atau 'pelakor', pada umumnya netijen akan berbondong-bondong menghakimi si orang ketiga ini. Menyalahkan sepihak tanpa memikirkan akar masalah.
Saya sependapat dengan penulis bernama Crowdstroia dalam novelnya yang berjudul "Rekonstruksi", bahwa laki-laki bukanlah benda mati yang bisa berpindah kepemilikan. Jadi jika dia berselingkuh ya karena dia yang ingin pergi. Karena sekuat apapun perempuan lain menggoda, jika si laki-laki tak menyambut dengan baik ya tak akan ada perselingkuhan.
Jika sudah terjadi perselingkuhan, maka semua pihak harus introspeksi. Menilik kembali akar masalah mengapa bisa terjadi hal tersebut. Apakah komunikasi berjalan dengan baik, apakah sudah berinovasi untuk tetap mempertahankan keharmonisan dan keseruan suatu hubungan. Selingkuh juga tak melulu tentang kebutuhan biologis kok.
"Infidelity isn't about sex. It's about desire", begitu kata Esther Perel.
Semoga tak berimbangnya jumlah laki-laki dan perempuan di akhir jaman ini, tak membuat kaum hawa menurunkan harga dirinya, mengemis perhatian pada yang tak seharusnya. Jadilah yang terkuat atas rasamu juga hatimu. Be really mature woman ya.
13 notes
·
View notes
Photo
Hmmm, iya juga ya 🤔 . . #kutipanbuku #nonatehdantuankopi #crowdstroia https://www.instagram.com/p/Bs_uTejBxWY/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=1oprl8jx4g8ku
0 notes
Text
Perasaan saya ke kamu tidaklah nyata, tetapi 'ada'.
- Crowdstroia dalam karya Aberasi.
1 note
·
View note
Photo
Tema III #MEMBABATKELABU (Buku 2) . Judul: Nona Teh dan Tuan Kopi Penulis: Crowdstoria Penerbit: @penerbitkatadepan Tahun Terbit: 2017 Tebal: 352 . . Buku ini bercerita tentang Varsha. Seorang perempuan lajang yang punya karier cemerlang. Karena kebetulan dia perempuan, sukses, dan lajang, orang-orang menganggapnya terlalu sempurna sebagai seorang perempuan. Dan tak lupa menghakiminya karena tak kunjung menikah. Hingga kemudian, Varsha bertemu dengan Regen. Seorang laki-laki mapan dan belum menikah. Regen tak menampik jika ia tertarik pada Varsha. Tapi hal-hal yang dilakukannya justru kerap menimbulkan pertanyaan. Membuat Varsha terus bertanya-tanya tentang sosok Regen yang misterius. Pertanyaan-pertanyaan itu terus timbul tanpa ada jawaban. Bahkan, hingga akhirnya Regen menghilang, hanya petunjuk yang ditinggalkannya. Petunjuk yang diperuntukkan hanya bagi Varsha. Karakter Varsha di cerita ini mungkin masuk kategori perempuan kuat. Oh, salah. Bukan mungkin, tapi memang masuk. Perceraian tak pernah jadi bagian dari keluarganya, tapi buat Varsha, keluarganya sudah hancur sejak para lelaki di rumahnya berubah jadi tukang selingkuh. Varsha itu mandiri dan kuat, dua perpaduan yang seringkali membuat laki-laki minder untuk mendekatinya. Padahal, nggak ada yang salah dengan jadi perempuan kuat. Perempuan maupun laki-laki, semuanya punya kekurangan juga kelebihannya masing-masing. Menemukan satu manusia sempurna itu jelas mustahil. Karenanya, menerima dan melepaskan ada. Ketika kamu bisa berdamai, maka kamu menerima tapi ketika kamu tak lagi sanggup bertahan, kamu melepaskan. Sederhana, tapi tak mudah untuk dilakukan. Ini seri pertama dari dwilogi #nonatehdantuankopi . Seri pertama dinamai "Parak" yang berarti perpisahan. Sesuai namanya. Perpisahan jadi bagian yang tak terpisahkan dari buku ini. Ada banyak pelajaran yang bisa diambil di sini. Tentang menghargai sesama, memahami, juga melepaskan. Varsha melepaskan Mami untuk berbahagia. Karena di sana, Mami pasti bahagia. . . . #MEMBABATKELABU #februaryreadingchallenge #readingiscool #bookaddict #booklovers #bookreview #IGbookreview #nonatehdantuankopi #NTdTK #crowdstroia #Parak #MadeWithSories https://www.instagram.com/p/BuRG2hzBRMI/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=1xfawujmn472l
#membabatkelabu#nonatehdantuankopi#februaryreadingchallenge#readingiscool#bookaddict#booklovers#bookreview#igbookreview#ntdtk#crowdstroia#parak#madewithsories
0 notes