Text
Lain Jiwa
Ada masa dimana aku ingin memakinya, membunuhnya hingga tak ada lagi berisik yang terus mengganggu di kepala. Tapi aku juga tidak tau siapa dia? Aku takut di tengah usahaku membunuhnya ternyata aku malah membunuh diriku sendiri.
Kadang kala aku ingin menggenggam tangannya, mengajaknya duduk bersama untuk berdiskusi dan berkompromi hal-hal yang seharusnya bisa dinegosiasikan alih-alih sama-sama mengeras. Atau mungkin aku ingin memohon dan berlutut kepadanya untuk melunak dan sedikit iba kepada diri yang semakin lemah. Karna sesungguhnya aku sangat lelah dengan segala sikap kerasnya.
3 notes
·
View notes
Text
Banyak cerita yang ingin aku tumpahkan di tengah air mata yang menganak deras. Menceritakan semuanya hingga si pendengar muak. Aku ingin menceritakan cerita yang sama berkali-kali. Aku ingin berteriak dan meracau tidak jelas. Aku ingin menjadi gila sesaat lalu kembali normal seperti sedia kala.
6 notes
·
View notes
Text
Dan entah sudah kali ke berapa aku lagi-lagi mendengarkan dia. Jeritan kecil dari hati yang tak kasat mata, yang selalu ingin aku abaikan tapi rintihnya yang memekakkan selalu berhasil membuatku pasrah dan hanya diam di tempat aman. Sekali lagi aku kalah, dan kuakui jeritnya benar menyelamatkan aku pada petaka yang tak kusangka.
3 notes
·
View notes
Text
Mungkin kita tidak pernah kehilangan apapun. Mungkin yang hilang memang bukan milik kita.
7 notes
·
View notes
Text
Awan menutupi indahnya langit yang diterangi matahari. Membawa derai hujan untuk membasahi bumi. Bersama duka yang datang tanpa ada satupun yang mengundang. Membuat bunga itu kembali sedih karena deras hujan menghancurkan indah kelopak mekarnya. Hingga gugur satu persatu.
2 notes
·
View notes
Text
Damay lagi mode random ga galau bahagia selalu pengen ngepost yang kocak-kocak.
2 notes
·
View notes
Text
Semesta membawaku untuk percaya, bahwa semua hal yang berjalan tak sesuai rencana akan mengantarku pada bahagia yang tak pernah aku duga. ❤️✨
4 notes
·
View notes
Text
Hadirnya tak lagi menjadi candu, tawanya berubah menjadi dengung yang mengganggu.
7 notes
·
View notes
Text
Aku putuskan membuka kembali pintu yang penuh dengan tanya, dengan tenaga yang tersisa kucoba kembali susun satu persatu kekacauan yang ada. Aku belum menemukan satu jawabanpun, namun tidak ada yang salah untuk sejenak merapikan tanya itu. Mungkin aku bisa menemukan jawaban dibalik pertanyaan yang lain. Mungkin.
4 notes
·
View notes
Text
Ia bergerak, menari sesuka hati berusaha dengan baik menghibur para khalayak. Aku mendekat menyentuh goresan lukanya yang sudah kering. Ia tersentak kaget, namun detik berikutnya mencoba memberi senyuman terbaik meski tidak berhasil di mataku. Senyumnya palsu, duka itu terbaca mataku. Meski di saat yang sama aku juga sudah berkali-kali tertipu dengan tawa nyaringnya. Ia menjauh ketika aku masih berusaha mencerna semuanya, aku bergeming tidak mencoba berlari. Kulihat ia kembali menari di depan seorang gadis, gadis itu tersenyum pipinya memerah tersipu dengan goda dan tawa yang manusia bertopeng itu ciptakan. Aku dapat merasakan sesekali matanya menatapku meski hanya sekilas dan kembali dengan raut terbaik menghibur gadis itu. Dengan segala bentuk rasa yang tidak kupahami aku hanya terduduk dan menatap dari jauh interaksi mereka yang menarik sambil bertanya-tanya akhir seperti apa yang akan kulihat nantinya.
1 note
·
View note
Text
Aku tidak pernah bosan berharap semesta berpihak kepadaku
Membiarkan aku menang dan tertawa lepas dengan angkuh
Tapi semesta selalu punya caranya memukul mundur aku hingga tersungkur
Sampai-sampai tidak terluka saja sudah sangat bersyukur
29 Januari 2023
3 notes
·
View notes
Text
Dan aku tidak pernah menyangka pada halaman berikutnya aku menemukan cerita ini. Cerita yang tidak pernah terlintas di kepalaku. Cukup menarik, dan aku sangat tidak sabar menantikan setiap episode berikutnya. Apakah akan berakhir duka kembali atau semesta sedang iba dan berbaik hati memberi akhir yang bahagia untuk aku? Entah.
0 notes
Text
Aku berlari sekuat tenaga lalu menjatuhkan diri ke dalam jurang. Merasakan setiap angin yang meniup tubuhku dan jantung yang rasanya ingin lepas. Aku sudah siap dengan segala rasa sakit yang sebentar lagi akan kurasakan, aku siap merasakan bagian tubuhku yang meremuk, dan tulang yang patah. Namun saat aku telah menyiapkan semuanya, tak satupun nyeri aku rasakan. Aku bingung. Apakah Tuhan sedang berbaik hati menyabut nyawa hambanya yang pendosa ini tanpa rasa sakit? Atau aku hanya bermimpi? Entah.
Aku membuka mata dan benar saja semua ini hanya mimpi, aku tak pernah benar-benar berani untuk mengakhiri hidup. Semua selalu berhenti di dalam pikiran terliarku.
Tidak sekali mimpi untuk mengakhiri hidup itu datang. Bahkan di titik terberat mimpi itu hampir datang setiap hari, dan selalu menambah kegamangan dan rasa sakit ketika aku terbangun dari tidur. Kadang kala aku benar-benar ingin tetap bermimpi tanpa bangun. Namun tentu saja tidak mungkin.
Aku menghela nafas berat kemudian membuka layar telepon untuk melihat jam. Masih pukul 7 ada cukup waktu untuk bersiap sebelum aku berangkat ke kantor. Jujur sekali aku sangat bosan dengan rutinitas ini. Aku selalu ingin berlari sejauh mungkin dan melupakan seluruh tanggung jawab yang harus aku selesaikan tapi sayang aku tidak sejahat dan setega itu. Pada akhirnya aku menjalani hari seperti biasa dan menyelesaikan semua tugasku. Dewasa yang melelahkan tapi yasudah.
TBC (dilanjut kalo mood)
2 notes
·
View notes
Text
Luka-luka itu sudah berusaha ku lupa dan selalu hampir berhasil hilang. Namun saat semua hampir pudar selalu saja mimpi itu datang lagi. Membuka kembali luka yang hampir kering. Mungkin semesta memang tidak ingin aku pulih.
3 notes
·
View notes
Text
Bunga itu sudah layu tanpa sempat mekar dengan sempurna. Ronanya pudar, tangkainya rapuh, daun dan kelopaknya berjatuhan. Tinggal menghitung hari saja tubuhnya akan mati dan melebur bersama tanah. Tak meninggalkan apa-apa ataupun kenangan.
1 note
·
View note
Text
Aku berlari menghampiri sang terang yang nampak menenangkan, tapi semakin aku dekat silaunya semakin menyakitkan membakar kulit hingga membuat luka. Terus kucoba untuk berlari, menyangkal kenyataan, dan berusaha percaya akan kutemukan tenang di sana. Tapi nyatanya salah, tak ada tenang di sana. Hanya silau yang menyiksa.
1 note
·
View note
Text
Aku sebuah buku yang takut bagian tertentunya terbaca oleh mereka. Sehingga sekuat tenaga bersembunyi diantara tumpukan buku lain. Agar hadirku tak nampak jangkauan mata. Meskipun sesekali aku juga egois. Ingin hadirku yang tak kasat mata ini ditemukan Sang Pembaca yang tepat.
2 notes
·
View notes