Tumgik
#cincin couple
cincinnikahemas · 1 year
Text
Cincin Nikah
Cincin Nikah adalah Pokok utama yang harus diutamakan dalam pernikahan karena cincin nikah bisa dijadika mahar ketika ijab qbul dan keberlangsungannya pernikahan. Disamping itu mahar perhiasan untuk mempelai wanita dari mempelai pria berupa logam mulia emas, kalung, liontin, cincin emas, gelang dan anting itulah beberapa pokok utama yang harus tersedia diwaktu pernikahan berlangsung alangkah baiknya rencanakan dan pesanlah cincin nikah anda di tempat produksi cincin nikah dengan model dan harga yang dapat disesuaikan anda sendiri seperti di Duta Jewellery yang bisa menentukan budget anda dan model cincin nikah anda sesuai harapan dan keinginan anda. website : https://cincin-kawin.com https://cincindepok.com
1 note · View note
boardthatsinkingship · 5 months
Text
Save Me a Dance:
Cinder and Jacin in Cinderella
Tumblr media
Fairytale Swaps • 1 • 2 • 3 •
✨ Extra ✨
Tumblr media
11 notes · View notes
ohmtoff · 8 months
Text
coming out as indonesian to headcanon the triplets as indos and what type of music they listen to
chris is the typical jaksel guy who strictly listens to international songs exc for a few that always hit the top 50 like hindia, kunto aji, and pamungkas. the jaksel party scene knows who he is and he has had a couple of dj gigs bc he plays good party songs that he knows everyone can bump to. the only music festival he goes to is wtf (we the fest)
matt listens to a lot of local artists and is a huge fan of BAP. and basboi. he kinda likes ENVY but their lyrics make him cringe (yes this is a self insert) bands he like includes netral and perunggu, and i just know he likes grrl gang but that’s mostly bc he’s attracted to the singer (lmao me too). he’s an annual synchronized fest visitor and the skena girls LOVE him
Nick doesn’t listen to a lot of local songs bc he hates how songs on the charts now are either sad ballads or indie-pop-rock (same tbh). he listens to american pop like how he does irl ORRR he listens to 2000s indo pop like mulan jameela, ratu, old agnez monica, and dewi-dewi. a reguler at club vixxen and videostarr bc they’re the only parties who play good pop music and not the same 20 rap songs
5 notes · View notes
shitsha · 2 years
Note
how do you see cinbox relationship after they become moon people?
I'm very delusional and cannot analyze media for shit so don't take this too seriously
but yeah we see cincin socializing other moon people and became gainfully employed so we know the worst case scenario where they are entirely dependent on someone else to achieve their version happiness didn't happen plus they legit said they are genuinely happy so you know it's a good end no matter what in my book
now onto the real delusions
cincin and box both took on the role of biologist so they probably worked on projects together. botany and marine biology are two very different fields but it's not like the moon has any other life forms for them to study so like it makes sense. trust me. they still hang out. I promise. AND they were standing close to each other in the final confrontation so yeah cinbox confirmed 🧐
tldr: career focused lowkey couple on their grind set
6 notes · View notes
diaryhimasze · 6 months
Text
KILAS BALIK ASMARA 2021
Aku masih ingat betul lagu yang kau nyanyikan..
Mungkin saat di masa itu ego kita masih sama² besarnya..
Merasa argument kita yang paling benar
Tapi sejenak ingin kutarik lagi masa² indah itu.., Salman.
Yah akhirnya aku bisa menumpahkan segala uneg²ku disini.
Mungkin kebencian ini masih sama / semakin pudar karena pemahaman kita semakin matang
Aku masih ingat betul semua tempat, lagu, hobi & hal² yang kita sukai.
Mungkin visi misi kita yang semakin berbeda?
ataukah kita yg merasa tersiksa jika semakin dipertahankan?
Tapi lihatlah aku sekarang.. Salman!
Semua rasa ambisi itu muncul setelah perpisahan kita
Apakah kau tau Salman?
Semenjak kita berpisah aku benar² menghindari semua hal yg menyangkut kita.
Aku takut untuk memulai hubungan baru yang akan menguras batinku yang lukanya masih basah.
Bukannya aku membenci tapi tidak ingin mengingat hal yg akan membuatku semakin terpuruk & terjebak dgn hal² yg membelenggu hatiku.
Terimakasih Salman.
Mungkin kalau kita tidak berpisah, mungkin masing² dari kita tak punya ambisi untuk meraih cita² sekarang.
Aku bangga melihat pencapaianmu, meskipun itu dari kejauhan hehee.
Aku masih ingat lagu “To The Bone” yang kita nyanyikan berdua di tempat teduh itu.
Aku masih ingat senyum manismu disaat melihatku di layar hp karena LDR.
Salman..
Dimanapun kamu berada jangan pernah merasa tak pantas dicintai yah
Teruslah baca buku² self improvement pemberian dariku🙂
Terimakasih u/ waktunya yg ±1 tahun membersamaiku di 2021🤝
Semoga suatu saat kau bangga melihat semua pencapaian²ku, entah itu kau yg melihatnya scr langsung / dari orang² yg pernah satu lingkungan denganku.
Semoga suatu saat kita sama² berada di titik puncak karir kita yg semakin cemerlang🙏✨
Terimakasih sudah bisa menemani sikap & egoku yg tidak diminimalisir ±1 tahun itu.
Semoga kesalahan² kita di masa lampau membawa kita menjadi insan yg lebih baik u/ diri kita sendiri.
Jangan pernah mencari sosokku di wanita manapun yah.
Jangan lupa self reward yah kalau ntar berhasil di puncak tertinggi prestasimu.
Ahmad Salman Fariz🎶
Semoga suatu saat kamu bangga pernah memilikiku & pernah jadi orang yg kubanggakan.
Kamu tau nggak?
kalo aku masih menyimpan surat tulisan tanganmu, cincin & gelang couple kita hehehee
Sampai Jumpa Salman🫂
Ini aku himas di tahun 2024🦋
#love #pastlife #ourmoments #peace
1 note · View note
anidatiara · 6 months
Text
5 Cincin Couple Tunangan Mondial Terbaik untuk Pasangan Kekasih
Memilih cincin tunangan merupakan momen spesial bagi pasangan kekasih. Cincin tunangan melambangkan komitmen dan janji untuk melangkah ke jenjang pernikahan. Mondial, brand perhiasan ternama di Indonesia, menawarkan berbagai pilihan cincin couple tunangan yang indah dan berkualitas tinggi. Berikut ini adalah 5 cincin couple tunangan Mondial terbaik untuk pasangan kekasih: 1. Cincin Couple…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
thisisjanuary4 · 10 months
Text
Mba aku lagi random
Tapi gabisa chat kamu
Badan aku panas
Aku udah minum tolak angin tapi
Aku tetep ga berani chat kamu jadinya nulis disini
Mba nanti kalo kamu udah punya bocil bocil
Aku boleh beliin mainan buat mereka ya mba
Hmm aku janji ga mainan yang bahaya
Hmm mungkin boneka
Atau pinguin?
Boleh gak dia punya pinguin?
Ah atau harimau
We'll see deh
Mba aku lagi random aja karena badan aku panas
Mba nanti anak kamu bajunya couple sama aku ya? Haha soalnya aku kan gamungkin couple sama mamanya ( which is kamu )
Oh terus kalo nanti partner kamu gabisa ngopi
Aku yang temenin papah kamu ngopi ya mba
Aku gapapa kopi item
Paling degdegan
Mba aku kangen tapi gabisa chat makanya nulis disini
Maaf ya mba badan ku panas makanya ngelantur
Mba aku sayang kamu
Dan rasanya masih sakit mba
Oiya 2024 nanti kita 10 tahun loh.
Wahh gila
Aku ga nyangka perasaan aku bisa sampe 1 dekade.
Rekor muri kamu
Aku mau kasih cincin tapi kita liat nanti
Atau boneka pinguin ah atau harimau
We'll see ya mba
1 note · View note
rahmipratiwi27 · 11 months
Text
Alhamdulillah.
Pekan yang sangat sibuk.
Senin gladi bersih ANBK SD sekaligus hari pertama P5. Sibuk sekali. Sambil tetap membantu tim AN SD, sambil ikut juga memperhatikan P5 di ruang kelas IX. Dan tadi pagi aku dikasih tahu Mr. R kalau kakak beliau kecelakaan. Semoga semua urusan beliau dimudahkan. Selasa turun lagi, hari kedua gladi AN. Alhamdulillah lancar ga error, dan sinyal aman. Sore aku ke rumah paman.
Rabu libur. Hari ini maulid agung dan aku kesana dengan mamaku. Alhamdulillah tahun ini bisa ikut hadir, tahun kemarin aku ga bisa hadir. Pulangnya ke rumah Bibi, makan siang. Setelah itu aku narik duit ke bank, buat beli cincin. Lalu mempersiapkan materi untuk P5 besok. Kamis turun lagi. Aku jadi pemateri P5. Hari ini ulang tahunnya Mr. R. Aku sudah pesankan kue untuk beliau, dan sore hari kuantar ke rumah beliau, dan sayangnya beliau sekeluarga ga ada di rumah, karena ke Brb mengurus kecelakaan kakak beliau.
Sedih sih ga ketemu, tapi ya mau gimana lah. Yang penting doa baik untuk beliau sudah aku sampaikan dinihari tadi. Alhamdulillah pas beliau pulang kuenya dimakan, kusuruh juga kakak-kakak beliau untuk ikut makan kuenya, hehe. Kalau pengajian rutin libur karena maulid agung kemarin. Jumat turun lagi, ga jadi libur karena pengawas sekolah datang. Rapat dengan pengawas membahas P5. Sore aku ke rumah paman, lanjut menyiapkan tugas untuk kelas IX besok.
Sabtu turun lagi. Ngajar di kelas IX, sambil latihan upacara untuk hari senin. Sorenya aku mengerjakan verval TIK, untung serial number chrome book-nya sudah kutulis tadi pagi. Setelah itu nonton drakor deh, santai hehe. Ahad akhirnya libur. Ke Amt dengan Mr. R, kakak dan ponakan beliau. Mau beli cincin couple ceritanya. Alhamdulillah sudah dapat cincinku, tinggal menunggu cincin beliau saja, karena harus dipesan. Akhirnya ketemu beliau lagi, setelah terakhir ketemu pas malam lamaran saja. Harus sabar, nanti kalau sudah halal bakal ketemu setiap hari kok, hehe.
#jurnal1002
0 notes
galeri-md · 1 year
Text
RENCANA
Hallo guys...
Minggu² ini aku sama Dendi sering banget ngobrolin masa depan..
Mulai dari rancangan rumah mau seperti apa, terus mendidik anak mau gimana, anak mau berapa, nama anak siapa "kalo nama anak si udah dari dulu banget kita rencanakan wkwk". Terus rencana bisnis kita pas udah nikah nanti mau kek gimana
Intinya banyak hal² besar yang udah kita bahas
Selain rencana besar kita juga bahas rencana² kecil yang mau kita lakukan pas nanti pulang.
Insyaallah aku sama Dendi pulang akhir tahun ini.
Bukan rencana kecil juga sih wkwk ada di antara nya rencana besar. Cuma setelah rencana besar itu dilaksankan kita punya rencana² kecil buat happy happy xixi..
Rencana besarnya kita mau tunangan..
Rencana kecilnya kita mau maen ke suatu tempat terus pake baju couple antara ke pantai atau ke kebun teh.
Terus kita juga mau Poto studio pake baju couple di hoki studio. Aku mau pokoknya pas foto studio outfit kita harus lucu, pake kacamata, pake topi biar ukhumm wkwk..
Terus kita mau mam di cafe Nuy, Dendi katanya belum pernah kesana jadi kita mau kesana xixi..
Pas tahun baru nanti aku juga pengennya kita tahun baruan bareng di pantai. Cuma kata Dendi gak bisa kalo ke pantai nanti kemalaman kecuali kalo bareng keluarga baru hayu.. mending di rumah katanya, tapi gak tau juga si mau dimana wkwk itumah tergantung nanti aja Weh..
Trus untuk persiapan tunangan, aku sama Dendi mau beli cincin, mau beli kaen, mau ukur baju dll..
Doain ya guys, moga semuanya lancar terus emng bener² kesampaian
Udah dulu yahhh..
See uu
Bandung, 14 Oktober 2023 [06.56]
0 notes
cincinnikahemas · 1 year
Text
https://www.cincin-kawin.com/product-category/cincin-palladium/
Duta Jewellery, Cincin Nikah, Cincin Kawin, CIncin Emas, Cincin Nikah Emas, Cincin Palladium, Cincin Kawin Palladium, CIncin Palladium, Cincin Platina, Cincin Platinum, Weddingrings
https://www.cincin-kawin.com/shop/cincin-palladium-code-13/
0 notes
emilycbride · 5 years
Photo
Tumblr media
Happy birthday to me 🎊🎂🎉🍰🦀 #happybirthday #birthday #26yearsold #growingup #happy #happiness #love #friendship #couple #cincin #unicorn #redhead #redhair #septum #piercing #makeup @nisea_8 (non abbiamo fatto una foto!!🤦🏻‍♀️) https://www.instagram.com/p/BzoVsAhiwsb/?igshid=xl01m9y5x5yj
1 note · View note
jogjabelanja · 6 years
Photo
Tumblr media
DSC_0009_1535102075673
1 note · View note
cincinkawinmakassar · 4 years
Text
WA 0852-9902-5552. Jual Cincin Kawin Couple. Bisa Kirim ke Majene. Harga 240rb Sepasang dan Free Ongkir
.
Kami menjual Cincin Nikah Bahan Stainless yang Tidak Mudah Luntur. Harga sangat terjangkau, 240rb sepasang. Sudah termasuk :
Ukir nama
Kotak cincin
Garansi 6 Bulan
Ongkir ke Mamuju dan Majene dari Makassar
.
Hubungi kami untuk pemesanan :
Randi :
Telp/WA : 0852-9902-5552
Pastikan anda ukur cincin di toko emas terdekat ya, biar tidak salah ukuran 😊
.
#jualcincinkawincouplemajene
Tumblr media
0 notes
verxsyon · 3 years
Text
·:*¨༺ ❝ 𝐂𝐎𝐌𝐏𝐄𝐍𝐒𝐀𝐓𝐈𝐎𝐍 ❞
@yanbub​  gorou picking you flowers a small gift bc he got busy with the resistance and he had to cancel in on your date, you know that he’s busy so you were okay with it but you felt bad that he had to go through the efforts of picking you flowers just to make it up for you. bonus i imagine a relationship with gorou would be those awkward anime couples HAHA. he'd also nervously scratch his head while thinking of a way to apologize to you but you just pull him for a small kiss on the cheek wwwdhsjdjxjxjdkskdkdk he’s so cute i love it.
@fadedjae​ gorou teaching you how to use a bow bc you wanted to help in the resistance 🥺.
@pastelsicheng​ gorou and his fox ears hmmm what if he likes getting ear scratches? fluff where ur just chilling and u scratch behind his ear and he loves it.
✧ 𝐩𝐚𝐢𝐫𝐢𝐧𝐠. gorou x gn!reader
✧ 𝐩𝐚𝐢𝐫𝐢𝐧𝐠. drabble ; 0.4k
✧ 𝐠𝐞𝐧𝐫𝐞. established relationship au ; fluff
Tumblr media
Gorou tries to compensate for the cancelation of the date with flowers, but they become wilted by the time he arrives at your tent.
Being the second-in-command of a movement bears the responsibility to take charge of the military front and rebel against the opposing side. As Her Excellency is rarely present around her soldiers due to her duties at another island, Gorou spends most of his time training new recruits and defending the fort. A medic such as yourself understands that the future of Inazuma is at stake, so you don’t mind when the both of you are unable to make time for leisure.
“Dendrobriums?” you chuckle at his choice of flowers and not at their current state, which makes sense given that they are mostly grown near the front lines. “Thank you, though. I can place them on the graves if I come across one.”
“Oh, of course…” Gorou becomes embarrassed at the fact that his gift is meant for the dead. You feel bad that he has to go through the efforts of picking them just to make it up to you.
“Come here, honey.” You coax your boyfriend to come closer so you can pull him for a kiss on the cheek and scratch behind his ears. Off the battlefield, he tries to maintain his persona as the general of the Resistance but ultimately fails since his tail wags every time he sees you and when you are being affectionate towards him. “Good work out there. Are you hurt anywhere?”
Gorou takes your hand and puts it on the left side of his chest. “My heart hurts because your touches aren’t enough to make it beat as fast as it should.”
“You’re so cheesy.” You burst into laughter. Hopefully Teppei and the others didn’t hear you, or else the situation would be very awkward. “I know a way for you to compensate me.”
“Oh? What is it?”
You stare at his weapon lying beside him. “I want you to teach me how to use the bow.”
Both his ears and tail straighten in surprise. “You want to fight in the front lines? I’m not against it, but—”
“Just for self-defense,” you clarify. “I’m aware that I’m needed here to tend to the wounded. In case the Shogunate invades the fort, I’ll be here to shoot them down.”
You note that Gorou cannot contain his happiness because his tail is wagging as fast as the wings of Cincins. “I’m honored to be your teacher.”
Tumblr media
✧ 𝐭𝐚𝐠𝐬. if your url is in bold, it means i can’t tag you!
@help-wtf-am-i-even-doing​
349 notes · View notes
pemintalkata · 2 years
Text
Au Revoir
Sudah hampir setengah jam, Gista, seorang perempuan dengan nama lengkap Gistari Mahika yang berarti suara paling indah yang ada di bumi, memandangi layar ponselnya. Perempuan yang memiliki kulit sawo matang dengan rambut lurus tergerai itu mematung di atas kasur kamarnya. Pandangannya tertuju pada sebuah profil laki-laki bernama Gyan Hirawan.
Ia perhatikan benar satu per satu unggahan yang ada di profil laki-laki tersebut.
Ya, sudah hampir 7 tahun ia tidak bertemu dengan laki-laki bernama Gyan itu. Setelah menyerah pada sikap Gyan, Gista tidak lagi mau berurusan dengannya.
Namun satu tahun ke belakang, Gyan kembali datang dan mengikuti akun instagram Gista. Iya Gyan, laki-laki yang dulu nggak pernah suka sosial media. Baginya apa yang ada di sosial media cuma tipuan dan nggak nyata, yang dulu selalu dibalas “Ya namanya juga dunia maya, Gy.” oleh Gista.
Saat itu Gista sempat kaget sebab lelaki yang pernah begitu ia kenal, membuat akun instagram dan menghubunginya. Gista kembali melihat story yang setengah jam lalu diunggah oleh Gyan. Nampak jelas potretnya bersama seorang perempuan yang tidak Gista kenal, sedang tersenyum memamerkan cincin pertunangan.
Air mata Gista menetes setelah menyadari semuanya. Lalu satu tahun ke belakang kemarin itu apa? Tanya Gista tanpa mampu diucapkan lewat lisan.
Gista mengahapus air matanya dan melakukan hal konyol dengan membalas unggahan Gyan.
“Wah, Gy, Selamat ya.” begitu bunyi balasan yang dikirim Gista. Baru terkirim, belum terbaca.
Ya, cerita ini tentang Gista dan Gyan. Sepasang yang sempat menjalin hubungan hampir 3 tahun lamanya sampai Gista sadar bahwa selama 3 tahun itu, bukan ia yang ada di hati Gyan. Meski raga mereka selalu bersama, meski seluruh warga kampus mengamini bahwa mereka adalah couple goal, tapi ternyata Gista hanya jadi bayang-bayang mantan pacar Gyan yang akhirnya diakui Gyan di tahun ketiga mereka bersama.
Satu notifikasi membuyarkan lamunan Gista. Gyan. Gyan membalas pesannya.
“Hai, Gis. Thank you ya, maaf nggak ngabarin kamu. Riweh banget kemarin.”
Nggak ngabarin aku, ya ngapain ngabarin aku segala kan? Balas Gista dalam hati sembari terus mengeluarkan sumpah serapah.
Gista hanya membaca pesan Gyan tanpa berniat membalasnya.
Ya, satu tahun yang lalu, Gyan menghubungi Gista kembali untuk kali pertama. Saat itu melalui DM instagram, Gyan membalas unggahan Gista.
“Hai, Gis, masih di Jogja?”
Saat itu Gista kaget karena laki-laki yang pernah begitu ia cintai 7 tahun lalu datang lagi ke kehidupannya. Setelah banyak hal yang dilalui Gista, Gyan datang tanpa aba-aba sebelumnya.
“Hai, Gy. Kok nemu instagramku?”
“Gampang kan nyari instagram kamu tuh.”
“Iya sih, tapi yang bikin kaget tuh kok kamu main instagram sih?”
“Iya nih, biar nggak kuper-kuper amat. Biar hype kayak kamu.”
“Hype apaan sih, biasa aja.”
“Pertanyaanku nggak dijawab nih?”
“Pertanyaan mana?”
“Masih di Jogja?”
“Oh, hahaha, sorry, masih Gy.” jujur, saat itu Gista merasa aneh karena berusaha terlihat akrab dan baik-baik saja dengan Gyan.
“Besok kalau aku pulang, kita ketemu ya.”
“Memang kamu udah nggak di Jogja?” Iya, setidak tahu itu Gista akan hidup Gyan, begitupun sebaliknya.
“Tahun lalu dapat penempatan di Bangka, jadi mau nggak mau harus pindah.”
“Wah, surprise banget ya. kamu beneran banyak berubah, dari mulai main instagram sampai mendadak mau ke luar pulau.”
“Lebih ke keadaan kali ya Gis yang bikin aku harus ngejalanin ini.”
“Tapi good news sih, biar makin banyak pengalamannya.”
“Haha, bisa aja kamu. Malah kamu yang betah di Jogja.”
“Rejekinya kan, Gy.”
“Iya sih, rejeki emang nggak ada yang tahu. Yaudah, pokoknya besok kalau aku pulang, aku kabari ya Gis.”
Dan dari situ kedekatan mereka kembali terbangun. Gista dan Gyan seperti dua orang yang tidak pernah bermasalah, kembali dekat entah atas dasar apa. Walau hubungan mereka juga tidak bisa dideskripsikan dengan tepat bagaimana sebenarnya.
Namun, Gista menikmatinya. Sebenarnya ia masih terlalu menyayangi Gyan saat itu. Hanya saja, ia sulit jika terus menjadi bayang-bayang masa lalu padahal ia ingin menjadi masa depan Gyan.
Satu tahun, Gista dan Gyan menjalin komunikasi yang baik. Chat, telepon, video call, tidak pernah absen. Mereka juga selalu bertemu saat Gyan pulang ke Jogja. Rasanya seperti mengulang kisah mereka yang dulu. Bahkan lebih intens. Mungkin karena terhalang jarak juga ya.
Gista terus mengutuki dirinya karena mengharpkan Gyan. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan Gyan. Pasalnya selama satu tahun kemarin, Gyan tidak pernah membicarakan kedekatannya dengan seorang perempuan, terlebih membahas akan menikah.
Ah, mana ada yang terang-terangan. Aku saja yang bodoh. Ucap Gista dalam hati. 
Jam dinding di kamar gista sudah menunjukkan pukul 22.30. Rumahnya sudah sepi, bundanya pasti sudah tidur akibat kelelahan bekerja. 
Air mata Gista kembali menetes saat ingatannya tentang Gyan kembali terputar. Gista mengusap air matanya, berniat keluar mengambil segelas air putih sebelum akhirnya niatnya digagalkan oleh panggilan telepon dari Gyan.
Gista mengucek kedua matanya, memicingkan matanya, dan memastikan bahwa nama yang tertera di layar ponselnya memang benar nama Gyan. Setelah merasa tidak ada yang salah, dengan ragu Gista mengangkat, “Halo.” ucapnya dengan suara yang masih sedikit parau.
“Eh, Gis, lagi sakit ya kamu? Udah minum obat belum? Makanya jangan minum es terus.” cecar Gyan pada Gista.
Ngapain sih masih perhatian sama aku Gy?
“Nggak kok, Gy. Aku sehat.” ucap Gista akhirnya.
“Gis, kita tuh kenal nggak baru satu dua hari, nggak perlu bohongin aku.”
Apaan sih, si Gyan ini, batin Gista lagi.
“Serius Gy, aku baik-baik aja. Kamu kenapa malam-malam telepon?”
“Hah? Emang kenapa? Kan biasanya juga jam segini, Gis.”
Iya, maksud aku setelah kamu tunangan kenapa masih telepon aku Gyan Hirawan. Ingin rasanya Gista meneriakkan kaliamat tersebut tepat di depan wajah Gyan. Tapi sayang tidak mungkin ia lakukan.
“Iya sih, tapi kan kamu udah tunangan sekarang. Pamali, telepon perempuan lain.”
“Hahaha, kok jadi kamu yang jadul sih, nggak apa-apa kali. Kan kamu sahabat aku.”
OH JADI SELAMA INI SAHABAT DOANG!!!
Gista kamu tuh beneran bodoh yaaaa!!!
Selama ini Gyan itu anggap kamu nggak lebih dari sahabat!
Namun bukan Gista jika tidak mampu menanggapi ucapan Gyan.
“Sahabat tuh emang sembunyi-sembunyi ya kalau mau nikah? Nggak ada prolog tau-tau kesimpulan gitu ya?” ucap Gista masih tetap mencoba tenang.
“Hahahahaha, bisa aja kamu Gis.”
Ketawa? Bisa ya Gy kamu ketawa di saat kayak gini!
“Dijawab Gy.”
“Iya iya, sorry, Gis. Aku tuh bukannya mau nyembunyiin ini. Tapi emang semendadak itu Gis. Aku sama Aruna juga kenal cuma 3 bulan terus langsung tunangan.”
Oh namanya Aruna.
“Beneran baru kenal 3 bulan?”
“Iya, itu juga dikenalin temen. Tapi nggak tau ya, rasanya klik aja. Aku kayak nggak pernah ketemu cewek kayak dia, Gis.”
Kayak apa sih Gy? Kayak apa?
“Kayak apa emang?” tanya Gista akhirnya karena terlalu penasaran.
“Kayak kamu.”
“Yeee, kalau kayak aku berarti bukan the one and only dong.”
“Hahaha, nggak nggak. Aku udah belajar dari kesalahanku kok, Gis. Aku nggak akan bawa-bawa masa lalu aku sama orang yang ada di masa sekarang dan masa depan aku.”
Oh aku kan cuma orang di masa lalu kamu ya, Gy.
“Bagus deh, Gy kalau kamu paham.”
“Maaf ya, Gis, dulu aku jahat banget.”
“Gapapa, udah lewat 7 tahun juga.”
“Sekarang kamu sama siapa, Gis?”
“Nggak ada, sendiri aja.”
“Masak sih? Cewek secantik, sepinter, sekeren kamu masih sendiri?”
“Nyatanya gitu.”
“Kamu kebanyakan milih ya?”
Bukan Gyaaannnn, aku nungguin kamu.
“Ya milih lah, Gy. Masa buat pasangan hidup sembarangan.”
“Iya juga sih, bener. Kamu tuh harus dapetin laki-laki yang baik, Gis.”
Iya berarti kamu emang nggak baik ya, Gy.
“Amin.” balas Gista singkat.
Dan setelah itu terjadi beberapa obrolan standar sebelum akhirnya panggilan diakhiri oleh Gista.
Gista membenamkan wajahnya di bawah bantal. Ia masih mencoba mencerna semuanya. Ia masih penasaran apa benar Gyan sama sekali sudah tidak menyimpan perasaan kepadanya. Atau mungkin sejak awal memang Gyan tidak pernah menaruh hati pada Gista, karena Gista tidak lebih dari bayang-bayang tentang mantannya?
Oh My God Gistari Mahika. Bego bener sih jadi cewek!!!
Nggak nggak, nggak mungkin Gyan nggak pernah sama sekali suka sama aku. 3 tahun kita bareng, dan setelah 7 tahun dia masih nyari aku terus masih ngehubungin aku 1 tahun terakhir. Nggak mungkin cuma iseng. Nggak mungkin.
Berhari-hari Gista sengaja menghindari Gyan yang masih menganggap semuanya baik-baik saja. Gista berniat untuk menanyai dirinya juga menyusun pertanyaan untuk ia ajukan kepada Gyan.
***
Sudah ada Gyan di depan tempat kerja Gista. Menggunakan kaos hitam polos dengan kemeja lengan pendek berwarna camel yang dibuka kancingnya, dipadukan dengan celana cream yang senada, Gyan terlihat mempesona.
Tobat Gis, itu calon suami orang. Ucap Gista dalam hati masih berusaha tenang meski ia kaget mengapa laki-laki itu bisa tiba-tiba di sini.
“Gyan.”
“Hai, Gis.”
“Kamu ngapain di sini?”
“Harusnya aku yang nanya, kamu ngapain hampir sebulan ini ngilang dari aku. Dihubungi nggak jawab, sosmed off, kamu kenapa Gis?”
Kenapa sih Gy masih harus nyariin aku segitunya.
Namun bukan kalimat itu yang keluar dari bibir Gista. “Nggak papa Gy, cuma mau me time aja.”
“Me time me time, kamu pasti lagi kenapa-kenapa. Cerita deh, kenapa?”
Karena kamu Gyannnnnn.
“Ini mau berdiri di sini aja nih?” ucap Gista kemudian.
“Ya udah, kita cari tempat ngobrol yang lebih nyaman.”
Akhirnya Gista dan Gyan tiba di sebuah kedai kopi yang tidak terlalu jauh dari kantor Gista. Dan tentu, tidak terlalu ramai.
Setelah memesan snack dan minuman, Gyan kembali mengulang pertanyannya.
“Kamu kenapa Gis?”
“Kenapa apanya sih, Gy. Aku baik-baik aja. Kamu nggak lihat aku utuh gini.”
“Bukan fisik kamu, Gis.”
“Terus?”
“Kamu tuh nggak baik-baik aja.”
“Terus kalo nggak baik-baik, kamu mau ngapain Gy?”
“Ya aku mau bikin kamu baik-baik lagi dong. Aku nggak suka lihat kamu berantakan.”
Gista menyeruput matcha latte icenya sebelum melanjutkan ucapannya, “Tapi udah, Gy.”
Gyan yang juga meminum secangkir americano terdengar kaget mendengar ucapan Gista.
“Gimana, Gis?”
“Nggak papa.”
“Nggak nggak, tadi kamu ngomong apa? Tapi udah Gy? Udah apa? Udah berantakan?”
Gista mengangguk lemah.
“Ya karena apa? Atau karena siapa? Cowok ya? Siapa siapa orangnya?”
“Gyan stop!”
Gyan pun yang sedari tadi bicara pun diam. Kali ini dia memandang wajah Gista yang menampilkan mata berkaca-kaca.
“Kamu tuh beneran nggak tau apa pura-pura nggak tau sih Gy?”
“Tau apa Gis? Nggak tau apa? Aku bener-bener nggak tau.”
“Kamu tuh kenapa sih masih peduli sama aku saat kamu udah punya tunanagan?”
“Ya aku sayang sama kamu Gis. Kamu sahabat aku, kamu orang yang pernah berarti buat hidup aku.”
“Itu masalahnya Gy. Aku cuma orang yang pernah berarti di hidup kamu, dan kamu adalah orang yang selalu berarti buat aku. Itu masalahnya.”
Akhirnya Gista mengutarakan perasaannya. Kini air mata sudah membanjiri pipinya. Sedang Gyan hanya terdiam kebingungan.
“Gimana Gis?”
“Aku tuh capek ya selalu jelasin ke kamu. Nggak dulu, nggak sekarang, selalu kayak gitu. Aku yang selalu sayang sama kamu, tapi kamu tuh nggak pernah taruh aku di masa depan kamu. Setelah 7 tahun hilang, kamu dateng lagi tuh buat apa Gy? Buat apa?”
“Gistari Mahika, oke tenang. Kayaknya aku mulai ngerti maksud kamu.”
“Aku emang bego ya Gy, selalu sayang sama orang yang sama bertahun-tahun tapi orang itu nggak pernah ngerti bahkan dari tahun pertama.”
“Gis Gis, dengerin aku dulu Gis.” ucap Gyan mencoba menenangkan Gista.
“Apa?”
“Gis, kamu layak dapetin yang lebih baik dari aku. Aku nggak mau kamu hidup sama laki-laki yang udah bikin kamu sakit. Kedatanganku kemarin adalah usahaku buat nebus semuanya walau nggak akan pernah bisa. 7 tahun aku hidup dalam bayang-bayang kesalahan aku sama kamu Gis, dan aku nggak bisa gitu terus.”
Gista mengahapus air matanya, ia menatap bola mata Gyan denagn tajam.
“Oh jadi karena rasa bersalah Gy?”
“Gis Gis maksud aku bukan gitu.”
“Terus gimana? Kamu dateng ke aku cuma buat menebus kesalahan kamu dan justru buat kesalahan baru? Kamu sadar nggak sih Gy kalau kamu tuh jahat banget.”
“Gistaaa..” Tangan Gyan berusaha meraih tangan Gista yang segera ditepis oleh Gista.
“Oh, bukan kamu sih yang salah. Aku yang salah. Aku Gy. Aku yang salah karena nggak tau kenapa aku bisa sesayang itu sama kamu. 7 tahun setelah kamu pergi bahkan nggak pernah ada laki-laki yang aku terima. Dan kamu bawa pelangi satu tahun lalu yang ternyata malah bikin badai baru. Selamat ya Gyan Hirawan, kamu selalu berhasil bikin aku sakit berulang-ulang.”
“Gis Gis.”
Kali ini Gista pergi meninggalkan Gyan.
Gyan memang nggak tau Gis, dia nggak salah.
Tetep salah dong, dia jahat sama kamu Gis.
Udahlah Gis makanya nggak usah berharap lagi sama Gyan.
Gista you deserve better.
Ngapain sih ngarepin cowok kayak Gyan. Dia aja nggak bener-bener peduli sama kamu.
Percuma nyadarin orang yang nggak pengen sadar.
Percuma minta orang buat sayang kalau emang dia nggak mau duluan.
Gista please stop jadi cewek bego, bangun Gistaa bangunnnn.
Gista pun masuk ke dalam taksi online yang dia pesan.
“Mbak Gista Mahika?”
“Iya mas betul”
“Tujuannya sesuai aplikasi ya mbak.”
“Iya mas.”
Gista masih mengusap air matanya di kursi belakang, sedang sopir taksi online yang nampak tidak berbeda jauh dengan Gista menyaksikannya dari spion mobilnya.
“Patah hati ya mbak?”
Gista melirik sopir tersebut.
Ngapain sih nanya-nanya segala.
“Kalau nggak bisa jawab nggak papa mbak, saya paham kok.”
Apaan deh nih orang.
Dan hari itu jadi hari terpanjang dan paling melelahkan bagi Gista. Tapi setidaknya ia sudah lega karena sudah bilang semuanya pada Gyan.
Memang ya, manusia emang banyak nggak taunya. Gista yang kenal Gyan sejak 7 tahun lalu ternyata nggak cukup bisa memilikinya. Justru malah perempuan baru yang belum genap 3 bulan, dikenalin pula. Haha, hidup suka banget bercanda, tapi mau gimana kan? Hidup Gista harus berjalan dan nggak perlu ada bab salah menyalahkan. Karena dalam hal ini nggak ada yang sepenuhnya salah atau benar-benar benar.
Jadi, dengan atau tanpa Gyan, Gista harus melangkah. Sebelum ada Gyan dia bisa baik-baik aja, Jadi setelah Gyan pergi beneran, harusnya Gista juga baik-baik aja. Tapi ternyata ada kata harusnya yang membuat semua jadi terasa lebih sulit. Dan dari sini, perjalanan hidup Gista baru saja dimulai.
........
20 notes · View notes
onceuponatown · 3 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Portrait of fireman from the Perseverance Hose Company. Ca. 1850.
Philadelphia fire company mobile steam driven water pump. Ca. 1850-60.
Perseverance Hose Company No. 5, 316 Race Street, Philadelphia, Philadelphia County, PA. Ca. 1933.
Humane Engine House, Norristown, Pennsylvania. 1862. 
Fire protection in its earliest form was the responsibility of all citizens, who were expected to turn out at the sound of the alarm and man the bucket brig­ade. The minimal equipment at their disposal was stored in simple, utilitarian sheds at convenient public locations; none of these early firehouses are known to have survived in Pennsylva­nia. Because the protection offered through this early eighteenth-century system was rather unreliable, public­-minded and prominent citizens of the earliest cities organized societies or com­panies to provide mutual aid to fight the fires which frequently threatened their properties. Such a society, the Union Fire Company, was founded by Ben­jamin Franklin in Philadelphia in 1736. Into the early nineteenth century, these companies continued to store their equipment in sheds and held their meetings in taverns or private homes.
During the first several decades of the nineteenth century, however, significant changes in firefighting technology simultaneously occurred with changes in the role of these mutual aid societies. This eventually led to a new generation of firehouses. With the establishment of new municipal water systems, fire­men had access to reliable water sup­plies for the first time. To take advan­tage of the available water, new and more efficient pumps and hoses were developed and the use of large, wheel­-mounted pumpers became widespread. About the same time, what had up until then been seen as a secondary function of the early fire companies, that of pro­moting social activities, was rapidly growing in importance. For many, it was becoming the primary purpose of the association.
Starting around 1830, in recognition of the improved protection provided by these organized volunteer companies and in response to their changing equip­ment storage needs, more permanent buildings were constructed by commu­nities or the volunteers themselves. These buildings not only provided room for firefighting equipment but also a meeting place for the firefighters’ organization.
Concurrent with the increased public recognition of their services and their growing effectiveness, the fire com­panies began to assume the character­istics of exclusive clubs or fraternal organizations. Membership was often restricted to persons of certain social classes or ethnic groups. In many com­panies, a large number of prominent citizens and professionals were honor­ary members. This being the case, the actual firefighting was often left to a small contingent of active members who often competed with members of other companies for the honor (and frequent­ly the cash bonus) earned by reaching a fire first. Fire companies also extended their influence in their communities by sponsoring ceremonial and social func­tions such as parades and, of course, the Firemen’s Ball. As strong community organizations, the fire companies usual­ly developed considerable political in­fluence, often managing to gain large subsidies and numerous perks from the coffers of the local government.
With these extensions of their pro­grams, companies began to use the fire­house as a clubhouse. The second floor, originally intended as the site for regu­larly scheduled meetings, became a lounge for members to use between fires. Bunk rooms were added for fire­men who often spent the night. Firemen invested more money in the buildings and sought to make the houses not only more comfortable but also more elab­orate, thus reflecting pride in their com­pany. Competition, then, extended to the design of the firehouse, both inside and out, resulting in some of the most elaborate and individualistic buildings possible.
The emphasis on manliness and the importance of competition among the companies, combined with the com­panies’ conservatism, eventually led to a dramatic change in firefighting adminis­tration, particularly in the larger urban areas. Although steam pumps and the use of horse power to reach the fire scene were demonstrated possibilities by the 1820s, use of such contrivances was ridiculed by the volunteers as “un­manly.” The resulting inefficiency, coupled with the public’s deteriorating opinion (volunteer companies were in­creasingly perceived as rowdy gangs), prompted the establishment of the first professional fire department in Cincin­nati in 1851. During the decades follow­ing the Civil War, this concept was adopted by almost every large city in the country, and the new municipal depart­ments employed the most modern steam-powered and horse-drawn equip­ment available. However, because of the political strength and extent of the volunteer system, the municipal ap­proach was not incorporated in Phila­delphia until 1871.
113 notes · View notes