#ch: darth jadis | Explore Tumblr posts and blogs

60b3r · 5 years ago

Text

Literally Tao #3: May The Dao Be With You

Dalam hidup kita ini, kita sering menemukan hal-hal yang berlawanan atau berseberangan. Kaya, miskin; penyabar, pemarah; tertata, kacau. Semua konsep dalam kata-kata ini dapat kita susun dalam pasangan semantik yang kita sebut lawan kata (opposites). Pertentangan—secara sains modern— tampaknya muncul hanya karena ketiadaan salah satu kondisi: dingin sebenarnya menjelaskan keadaan tanpa kalori (panas), gelap hanyalah kondisi tanpa cahaya, kejatuhan dalam dosa adalah kehilangan kasih Allah (lho kok jadi doktrin Semitik), dan lain sebagainya. Dalam Taoisme hal tersebut dilambangkan menjadi karakter Yin dan Yang (陰 dan 陽), konsep dualisme China Kuno. Seperti apa perbedaan mereka, di kutipan DDJ Ch. 2 berikut adalah deskripsinya:

皆知美之為美斯惡已 jiēzhī měi zhī wèi měi sī è yǐ 皆知善之為善斯不善已 jiēzhī shàn zhī wéi shàn sī bùshàn yǐ

‘jie’ artinya ‘semua’; ‘zhi’ artinya ‘mengetahui’. ‘mei’ adalah ‘cantik’/’indah’; lawan katanya ‘e’ artinya ‘buruk’. ‘zhi’, ‘wei’, dan ‘yi’ adalah partikel aksesoris untuk mempertegas makna. ‘shan’ adalah suatu konsep abstrak yang secara kasar dimaknai sebagai ‘betul’ atau ‘tepat’. Konsep Shan ini mestinya dibahas juga di episode lainnya. Jangan lupa baca!

Kalimat ini kalau diterjemahkan semuanya menjadi: “Semua tahu bahwa indah, jika tanpa keindahan, maka disebut buruk. Semua tahu bahwa benar, jika tanpa kebenaran, maka disebut tidak benar.” Nahlo. Ruwet lagi kan. Konsep Yin dan Yang (dan segala kombinasinya) ini adalah salah satu dari banyak produk Tao. Nantinya dengan membaca lengkap DDJ pasal 1 dan pasal 42, mereka berdua sama-sama akan membawa kalian kembali kepada kosmologi Dao yang sudah dibahas di episode sebelumnya.

Untuk lebih jelasnya, kita sejenak mengkhianati fantizi yang paripurna menengok kepada karakter simplified dari Yin dan Yang. Yin jika ditulis menggunakan aksara jianti adalah 阴, sedangkan Yang dilambangkan dengan 阳. Bisa dilihat disana, depannya adalah lambang radikal sebelah kiri ( 阝) yang dalam sejarahnya menunjukkan makna ‘kumpulan’. Di sebelah belakang setiap karakternya, ada aksara bulan (月) dan matahari (日), masing-masing bermakna ‘malam’ dan ‘siang’. Dalam literatur sastra China Kuno, esensi Yin seringkali melambangkan filosofi negatif, pasif, feminim, bawah, putus, basah dan dingin; sedangkan esensi Yang melambangkan filosofi positif, aktif, maskulin, atas, utuh, kering dan panas. Meskipun demikian, konsep Yin-Yang ini bukan bermaksud rasis atau seksis atau sis-sis yang lainnya, tapi malah bersifat setara dan saling melengkapi.

Jika kalian peka, konsep Yin dan Yang pasti sudah lama kalian kenal. Mereka sering dilambangkan dengan lingkaran Tao: ada putih dalam hitam dan hitam dalam putih. Konsep ini mirip seperti dalam teori Anima dan Animus yang dicetuskan psikiater dan psikoanalis Carl Jung bahwa sifat maskulin juga ada dalam wanita dan sifat feminin masih ada dalam pria. Jadi bukan hitam itu selalu kalah, feminin jauh lebih lemah. Mereka setara, seperti materi dan antimateri. Eh, apa iya?

Untuk menambahi menghindari kebingungan yang amat sangat, kita mesti balik lagi ke Ch. 2 dan meneliti interaksi dari Yin dan Yang ini:

難易相成 nányì xiāng chéng 長短相較 chángduǎn xiāng jiào 高下相傾 gāoxià xiāng qīng 音聲相和 yīnshēng xiāng hé 前後相隨 qiánhòu xiāng suí

Mereka semua memiliki struktur yang sama: “AB 相 C”; dimana ‘xiang’ artinya ‘saling’ atau ‘timbal balik’; A adalah lawan kata dari B; sedangkan C ini artinya berbeda-beda namun maknanya sama-sama 'berdampingan’. Jika diurutkan, maka sajak tersebut dibaca: “Sulit dan mudah saling melengkapi, panjang dan pendek untuk membandingkan, tinggi rendah untuk mengukur, suara (musik) dan bunyi (bising) menjadi utuh, kepala (lewat/dahulu) ekor (nanti/kemudian) saling mengikuti.”

Ternyata konsep dasar Yin dan Yang—setelah saya renungkan lagi—kalau disandingkan dengan analogi materi dan antimateri kayaknya kurang tepat, ya? Kalau antimateri dan materi bertumbukan, mereka akan saling meniadakan dan menghasilkan energi yang sangat besar sebagai konsekuensi dari mutual annahilation tadi. Tetapi, beda dengan Yin dan Yang: mereka tidak lantas saling meniadakan jika hadir bersama, melainkan mereka malah menghasilkan suatu harmoni yang indah.

Bahkan, dari hanya dua unsur Yin dan Yang, bisa dibuat 64 kombinasi hexagram Yi Jing yang berbeda. Kok banyak amat? 64 hexagram adalah versi ribet dari bagua (八卦, delapan trigram) yang lebih sederhana. Kalian pernah lihat bendera Korea Selatan kan? Disekeliling lambang Yin-Yang merah biru itu, ada 4 kombinasi dari 8 trigram. Disana, ada 3 strip garis kan? Setiap garis itu melambangkan keadaan, apakah dia Yin atau lagi Yang. Garis yang utuh disebut Yang, yang putus disebut Yin. Dua pangkat tiga, jadi delapan. Masuk? Nah kalau 64 hexagram, garisnya ada 6. Jadi, itu 2^6 jadinya 64. Untuk penjelasan singkat buat 8-gua yang saya harap mewakili 64-gua, bisa dilihat di tulisan lain saya dalam serial Imlek: Kalender, Homofonologi, dan Angpao #5. Tulisan itu berbicara mengenai kenapa zodiak China (肖, xiào atau shio) sebenarnya ada lebih dari 2880 macam dan gak cuma 12 macam hewan yang biasa kita kenal!

Sebentar nih. Ngomong-ngomong soal Yin dan Yang—pertentangan yang maha-hadir ini—saya jadi ingat ‘agama’ Jediism. Itu, lho, yang ada di Star Wars-nya George Lucas. Kan itu ada light side dan dark side, dimana mereka memiliki sumber kekuatan sama (The Force) cuma manifestasinya aja yang beda. Apakah The Force bertindak sebagai hukum alam (Dao)-nya Star Wars universe? Apakah penulis Star Wars sebetulnya terinspirasi Yin dan Yang tapi penyajian mereka keliru? Mereka tampaknya cenderung melakukan whitewash dengan terlalu mengangungkan Jedi Order dengan segala pakaian serba putih-putihnya itu sebagai sisi The Force yang baik dan benar (tapi kan Mace Windu-nya Samuel Jackson kulit hitam ya?). George Lucas juga seolah-olah memiliki pemahaman nenek lu campur aduk dengan penyajian Dark Side of The Force itu sebagai kekuatan jahat yang harus dimusnahkan demi perdamaian galaksi. Disinilah letak kegagalan cultural (mis)appropriation Star Wars terhadap Daoisme. Mestinya kan imbang! Dalam DDJ Ch. 36 kita akan bisa melihat keseimbangan tersebut:

將欲歙之、必固張之 jiāng yù shè zhī, bì gù zhāng zhī 將欲弱之、必固強之 jiāng yù ruò zhī, bì gù qiáng zhī 將欲廢之、必固興之 jiāng yù fèi zhī, bì gù xìng zhī 將欲奪之、必固與之 jiāng yù duó zhī, bì gù yǔ zhī

Format struktur dasar sajak di pasal 36 adalah “ 將欲 A 之、必固 B 之”. ‘jiangyu’ disini menekankan keinginan atau kemauan (intention); sedangkan ‘bigu’ menjembatani A dan B dengan makna ‘surely and undoubtedly must first’ atau ‘mulanya harus’. Seperti di pasal 2, kita memahami bahwa A dan B adalah lawan kata. Pasangan pertama mengandung aksara kuno yang bahkan tidak diketahui pinyinnya apakah dia ‘she’ atau ‘xie’ dan aksara kedua ‘zhang’. Berurutan, ‘shezhang’ artinya ‘sedot’ dan ‘mekar’. Mungkin disini maksudnya kembang-kempis ya. Pasangan kedua adalah ‘ruoqiang’ yang maknanya ‘ringkih’ dan ‘kokoh’. Di baris ketiga kita menemui ‘feixing’ yang dimaknai jadi ‘runtuh’ dan ‘bangun’; lalu terakhir pasangan ‘duoyu’ masing-masing artinya ‘rampas’ dan ‘saji’.

Dengan demikian setelah dipoles sedemikin rupa, sajak ini bisa dibaca dengan format “Jika mau A maka harus siap B”. Kalau tidak dirapikan dan pakai terjemahan literal, begini jadinya: “Mau menyatukan, berserakan dulu. Mau melemahkan, dikuatkan dulu. Mau merobohkan, ditata dulu. Mau mengambil, persembahkan dulu.” Jadi, Yin dan Yang juga sifatnya mengikuti satu sama lain ya, mereka akan hadir silih berganti. Nah jelas kan, kalau konsep yang saling berlawanan ini bukan saling meniadakan, tapi malah saling hadir mengikuti, membentuk sebuah keseimbangan yang disebut harmoni. Anyway, aku tetap akan mengampuni segala dosa kru Star Wars kok. Paling nggak, mereka bikin pembawaan karakter Yoda seperti Shifu silat yang bijaksana dan overpowered banget, sekalin sama gaya bicaranya yang ala grammar Mandarin. Makan bakpao, aku sudah. WKWKWK.

Jadi, kan Anakin dalam ramalan kuno Jedi-Sith itu harusnya membawa keseimbangan dalam The Force dengan memelihara sedikit hitam di putihnya saat berpangkat Jedi Knight, dan saat jadi Darth Vader ia tetap memelihara sedikit putih dalam hitamnya. Gitu ya? Nah ini mirip dengan tulisan yang ada di DDJ Ch. 28:

知其雄守其雌、復歸於嬰兒 zhī qí xióng shǒu qí cí, fùguī yú yīng'ér 知其白守其黑、復歸於無極 zhī qí báishǒuqí hēi, fùguī yú wújí 知其榮守其辱、復歸於樸 zhī qí róng shǒu qí rǔ, fùguī yú pǔ

Struktur jelas nampak ya, “ 知其 A 守其 B, 復歸於 C“. ‘Shou’ disini artinya conserve, protect atau ‘memelihara’; sedangkan ‘fugui’ artinya secara bersamaan ‘kembali mengulang’. ‘Qi’ dan ‘yu’ disana adalah partikel yang berfungsi sebagai preposisi atau keterangan kedudukan. A dan B, seperti yang sudah-sudah, adalah lawan kata. Anak kalimat C adalah kata atau frase yang menunjukkan suatu tahapan atau kondisi pencapaian. Jadi, kalau dimaknai strukturnya adalah: “Memahami A dan menjaga B, akan mengembalikan kepada kondisi C”. Tanpa diterjemahkan satu-satu, langsung saja saya berikan secara lengkap terjemahan literal komplit bagian ini: “Paham ketegasan tetapi tetap memiliki kelembutan, maka anda akan menjadi layaknya anak bayi. Mengetahui yang putih dan tetap memelihara yang hitam, membawa kita kembali kepada yang tak terhingga. Dalam kemashyuran tapi menjaga kehinaan, akan menjadikan kita tulus dan tabah.”

Pada sajak kali ini, kita mendapatkan beberapa petunjuk mengenai beragam konsep selanjutnya, yang dilambangkan dengan kata-kata mencurigakan membingungkan seperti ‘anak bayi’ dan ‘tak terhingga’. Memang, Anakin yang so powerful to the infinity and beyond waktu ditemui oleh Master Obi-Wan masih tampak polos banget. Tampaknya ini semua merupakan manifestasi dari konsep kesederhaaan dan kepolosan yang menaklukkan dunia (kayak nasihat Yesus di Matius 5:5) yang akan dibahas di episode lainnya. Sabar ya.

Nah, sekarang nampak salah satu hal cerdas yang Lucas lakukan adalah penulisan plot bagian berpindahnya Anakin Skywalker dari Jedi lalu masuk Sith lalu tobat dan balik ke Jedi lagi. Kan, Yin dan Yang itu selalu hadir bersama dan bergantian. Cuma cara penyampaiannya aja mungkin yang kurang tepat. Mestinya, kedua ‘agama’ di Star Wars universe akan sama-sama bubar ketika mereka sudah imbang dan kembali ke pangkuan The Force yang adidaya. Namun, itu kan memang plot machine (deus ex machina) yang dirancang Lucas. Maka dibuatlah pertentangan abadi sampe Sith dan Jedi mengalami konflik perpetual yang sebenarnya hanya disebabkan oleh perbedaan interpretasi bagaimana memahami potensi The Force, Dao-nya Star Wars. Kalo gak gitu, satu film doang trus tamat dong. Kan gak seru. Dan gak cuan. Hehehe.

Hah. Kok aku jadi fanboying Star Wars gini sih, dasar geek. Iya, saya kalau udah nonton film yang sarat nilai filosofis, kadang jadi baper. Malahan sering mau niat bikin esai tentang nilai-nilai moral dan pengaruh-pengaruh pop culture pada penulis atau sutradara dalam mengarang epik mereka ini. Saya mohon maaf episode kali ini nulisnya lama. Demi memahami muatan Yin dan Yang dalam karya fiksi, saya sampai-sampai kudu nontonin semua film Star Wars: trilogi asli, trilogi prekuel, dan trilogi aneh Lucasfilm saat udah dibeli Disney. Niat apa nganggur ya? Oh juga jangan lupa nih, untuk pembahasan konsep DDJ lainnya nantikan di serial Literally Tao episode berikutnya ya. May the Dao be with you, always.

#starwars #daoism #taoism #pop culture #philosophy

0 notes