#cerita islami menyentuh hati
Explore tagged Tumblr posts
Text
AYO, TERUS MENJAGANYA...
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS 3;104)
Surat Ali Imran : 104, memang mempunyai power besar terhadap ia yang menekatkan diri untuk berjuang atas nama Allah, menyuarakan kebaikan, mencegah keburukan; Aktivis Dakwah. Surat ini pertama kali saya jumpai ketika di SMP. Pada saat itu ada di mata pelajaran KeMuhammadiyahan. Makna suratnya masih bersinggungan dengan perjuangan K.H Ahmad Dahlan (sang pendiri Muhammadiyah, pada 1912 silam).
Surat itu kembali saya termukan, tatkala mengikuti kegiatan bernama Dauroh (semacam agenda pelatihan dan penambah wawasan). saat itu juga Allah pertemukan saya dengan puluhan kawan yang shalih (in Syaa Allah) dan memiliki macam-macam potensi yang keren-keren.
Sejak masuk kampus, pada agenda LFK Show (dimana saat itu seluruh lembaga formal kampus ditunjukan pada ribun mahasiswa baru) yang bertujuan untuk mempromosikan UKM dan lain sebagainya. Mata saya sudah terfokus pada Lembaga Dakwah Kampusnya. Dengan menampilkan orasi islami dan nasyid membuat saya tergugah. Dalam hati, “wah semenark itu kah?”. Maka, tanpa ragu saya ambil flyernya. Juga beberapa flyer lainya, seperti PEC (English), GEMA (Jurnalistik), ASTADECA (Mapala), dan Poros (Radio Kampus).
Dari semua itu, saya terfokus pada LDKnya saja. Singkat cerita saya tergabung dalam keanggotaannya. Pada divisi Syiar. Wah, Maa Syaa Allah, kenapa saya ditempatkan pada divisi seberat ini? Kenapa gak di divisi yang berhubungan dengan media? Yang pada saat itu menjadi salah satu passion saya. Tapi, namanya mau menambah wawasan, saya ikuti alurnya.
Kurang lebih satu periode kepengurusan, saya mendapat banyak pelajaran. Salah satu program kerja divisi syiar adalah mensyiarkan islam yang dikemas melalui kajian-kajian rutin pekanan juga event keislaman lainnya. Di situ para anggota dituntut untuk kreatif dalam mensyiarkan islam pada civitas akademik atau bahkan khalayak umum. Bisa bayangkan? Pada era saat ini kegiatan keagamaan memang menjadi salah satu hal yang paling membosankan.
Tapi, saya dikelilingi oleh kawan-kawan yang seakan tak kenal lelah asal lillah. Membuat saya tergakum oleh mereka. Yang rela habis waktunya untuk berkumpul membahas kegiatan apa saja yang bisa dilakukan? Mereka tidak memilih diam. Tidak memilih untuk sekadar menjadi penonton. Keringat mereka bercucuran untuk agamanya. Tapi alangkah indahnya ada di sekeliling mereka. Senyum manisnya selalu membuat lupa masalah. Di setiap perbincangan selalu ada do’a yang tersemat antar satu dengan yang lain. Di saat sedang lemah dan susah selalu saja ada tepukan dan uluran tangan sebagai penguat. Mereka begitu memperhatikan makna ‘satu tubuh’ dalam islam, yang juga tertuang dalam sebuah hadits;
“Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” [HR. Muslim]
Beradanya saya di tengah-tengah mereka membuat saya merasa memiliki keluarga yang utuh. Memang benar, antar sesama itu bisa lebih erat ikatan melalui segelas air dari pada ikatan satu darah (anonim). Keseharian mereka juga membuat saya terbius oleh aroma positifnya. Maka saya mulai memutuskan untuk bisa memperbaiki kembali apa-apa yang bisa saya perbaiki pada diri saya.
Kala itu, saya melihat senior-senior saya tak saling bersentuhan antar laki-laki dan perempuan. Maka setelah saya berdiskusi dengan salah satu abang kelas saya yang teduh rupanya. Ia menuturkan sebuah hadits, yang isinya, “Ditusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi, sungguh lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya.” (HR. Thobroni). Merinding seketika saya. Bahwa dahsytnya ancaman Allah bagi para pelakunya. Hal itu sungguh sulit saya terapkan (awalnya). Hingga di awal semester tiga, Alhamdulillah Allah yakinkan hati saya. Hingga sejak semester 3 di perkuliahan saya belajar untuk tidak menyentuh wanita yang bukan mahrom (semoga Allah istiqomahkan di sepanjang hidup saya, aamiin).
Ya, selama satu periode saya bersama LDK membuat saya merubah banyak gaya hidup. Dari mulai cara berpakaian hingga berinteraksi dengan lawan jenis. Itu saya dapatkan tak lain dari apa yang selalu saya saksikan dari kawan-kawan di sekitar saya. Mereka menyajikan contoh dari perilakunya. Mereka menerapkan yang diajarkan Al-Qur’an dan Sunnah dengan akhlaknya. Sehingga, tersentuhlah hati saya. Saya cari dan yakinkan kembali pada diri saya, bahwa berbuat baik yang bermuara pada Allah itu memang tidaklah mudah. Banyak tantangan dan godaannya.
Terlebih, saat usai menjadi anggota LDK di satu kepengurusan LDK, saya menjadi salah satu kandidat calon Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Jurusan. Yang mana HIMA ini tentu tak sama dengan LDK dari segi pelaksanaan kegiatan sampai interaksi antar anggotanya (Yaa Allah ini ujian banget, disaat lagi belajar buat jadi lebih baik harus dihadapi hal seperti ini).
Masa-masa kampanye yang begitu mlelahkan. Saat tak ingin bersentuhan dengan lawan jenis menjadi bahan lawakan, saat ditantang memakai celana bolong menjadi bullyan, dan hal lainnya. Tapi, saya ingat. Semua harus memiliki strategi. Dari situ saya memilih tim sukses dari teman-teman dari kalangan anak-anak nongkrong. Sehingga, Alhamdulillah dihari-hari berikutnya, tim saya yang berasal dari anak tongkrongan itu bisa mengkomunikasikan pada sekalangannya dengan bahasa mereka alasan saya yang tak bersentuhan dan lainya. Lagi-lagi jika kita hanya diam dan pasrah dengan keadaan maka pasti kita yang malah akan terbawa, bukan malah membawa. Kita harus selalu punya strategi khusus untuk mempertahankan hal-hal terkait habluminallah tanpa membuat rishi habluminanas.
Maka, setelah saya terpilih menjadi Ketua Himpunan Jurusan. Saya merasa harus tetap membawa prinsip pada background awal terbentuknya saya. Iya! Saya dari divisi Syiar LDK. Maka, minimal saya harus bisa menjaga akhlak saya dimanapun saya bergerak. Jangan jadikan syiar selama satu periode sekadar hanya pengalaman. Maka, mensyiarkan kebaikan itu adalah sebuah keharusan. Entah, dikemas dalam bentuk apapun itu.
Dewasa ini saya melihat kondisi para pejuang-pejuang kampus memang seakan tenggelam. Meski, ditiap zaman pasti ada beda. Beda alur beda tantangan. Bahkan disuatu hari saya sempat berdiskusi dengan kawan saya, katanya “mungkin itu disebabkan mereka bukan atau ga memiliki background rohis atau contohnya kaya ente pernah di KPMD bang. Jadi ga terlalu kuat pegangannya.” Hmm, mendengar pernyataan ‘mungkin itu’ membuat saya tidak menyetujuiinya. Karena, bukankah masa lalu itu tidak selalu berkaitan erat dengan masa kini atau masa depan.
Ada juga yang neyeletuk,"Namanya orang itu kan beda-beda." Aduh, kalimat ini seakan menjadi senjata pembela (terkuat) bagi siapapun ia. Benar sekali orang itu berbeda-beda, tapi bukankah perubahan itu bisa dibuat. tak peduli seberbeda apapun ia, jika mau berubah, maka in Syaa Allah bisa. Bahkan, banyak yang justru baru mendapat hidayah ketika di kampus dia malah lebih semangat dan taat dari pada yang selama bertahun-tahun memiliki pengalaman rohis di sekolahnya. Bukankah, pernah dikisahkan dimasukannya ke Surga, seorang preman yang telah membunuh hampir seratus org karena taubatnya, dan dimasukan ke neraka seorang alim yang tak bisa menahan godaan syaitan di akhir hayatnya?
Jadi, benteng terkuat pada diri kita ya memang diri kita sendiri. Sejauh mana pertahanan yang sanggup kita jaga? Sekencang apa tekad kita untuk menjadi lebih baik lagi? Kita pertanyakan kembali itu hanya sebuah keinginan atau tekad sungguhan?
Bukankah Allah dalam firman-Nya menegaskan,
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (QS Muhammad ; 7)
Maka, masihkah kita terus mencari celah. “Aduh sekarang tuh begini, kalau dulu enak begitu”. Kawan, sejatinya perjuangan selalu pahit dari para pejuang-pejuang terdahulu. menemui pedang yang bisa menghunusnya, menemukan cacian yang pedih, menemukan ancaman yang nyawa taruhannya. Gak ada perjuangan yang enteng. Ga ada perjuangan yang enak. Surga harganya mahal, gabisa diraih dengan ‘halu’.
Bahkan sahabat Rasul-pun mersakan lelah. “Yaa Rasulullah, kapankah kita beristirahat dari ini semua.” Tanya para sahabat, dan Rasu-lpun menjawab, “ketika kelak kaki kita telah menapak di surga-Nya”
Pernah dengar atau baca pujian Allah untuk orang-orang yang lebih lelah untuk-Nya?
“Tidaklah sama orang-orang yang duduk dari kaum mukminin dan tidak menanggung risiko bahaya apapun dibandingkan dengan orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan diri mereka. Allah mengutamakan kedudukan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwa mereka ketibang orang-orang yang duduk (tidak melakukan apa-apa). Dan setiap mereka dijanjikan kebaikan oleh Allah.’’ (QS An-Nisa ; 95)
Ya, perjuangan selalu memiliki risiko, kawan. Tinggal bagaimana kita minta dikuatkan dalam menanggungnya. Bagaimana keyakinan kita akan Allah selalu menyertai kepedihan dan kelelahan. Bagaimana siapnya kita dalam menanggung itu. MAU dan TIDAK MAU itu yang memutuskan kita. Maka, mau-kah kita menjadi orang yang sedikit yang dipilih Allah itu?
Dalam bukunya bang Edgar Hamas menuturkan sebuah renungan yang begitu menohok (bagi saya pribadi), “Renungan Bagi kita, generasi yang lahir di persimpangan sejarah; dunia sedang tidak baik-baik saja, dan kita anggap segalanya berjalan biasa, tentu ini sebuah kesalahan fatal. Maka, pastikan segala pekerjaan dan talenta yang kita punya menjadi bahan bakar untuk terus berjalananya kereta dakwah agar makin cepat lajunya.Jika kita tak memberikan yang terbaik yang kita punya, mudah bagi Allah untuk menggeser peran kita dan menggantikannya dengan kaum yang lain. Dan sejarah berjalan tanpa sedetikpun berhenti, mengabarkan lirih pada kita bahwa telah banyak umat dihempas karena meremehkan amanah penciptanya."
Ayo kita selalu menjadi perenung dan pembelajar dari –pedihnya sejarah terdahulu. Seperti keruntuhan yang dialami Granada, Yang kepedihannya sampai mengilangkan cahaya islam di tanah Spanyol. Semoga kita bisa menjadi sang pengembali cahaya islam, bukan malah menjadi penyebab redupnya. Semoga kita bisa menjadi muslim yang menggambarkan islam sebagai rahmatan lil alamin.
Sungguh kawan, tulisan ini saya buat semata-mata untuk pengingat saya pribadi. Apapun yang dirasa kurang baik, itu semata-mata karena belum baiknya diri saya. Dan, jika ada kebaikan sedikitnya, semoga bermanfaat.
“Allah takan melupakan kebaikan yang kau beri, kesusahan orang lain yang kau atasi, dan mata yang hamper saja menangis lalu kau buat bahagia. Hiduplah di atas prinsip –Jadilah orang baik, meskipun kau tak diperlakukan baik oleh orang lain-“, Aan Chandra.
Mari, lanjutkan perjalanan.
Sampai bertemu di tulisan berikutnya.
3 notes
·
View notes
Text
Angan-Angan Seorang Suami
Cerita Sex ini berjudul ”Angan-angan seorang Suami” adab berjima,berhubungan badan islami,cara berhubungan secara islami,cerita ml islami,hubungan pasutri,pasutri islami,tata cara berhubungan,tata cara berhubungan badan,wanita syiah hot. Namaku Mia, karyawati sebuah bank swasta terkenal, yang semenjak beberapa lama aku mengalami frigiditas dalam persetubuhan, terutama sejak melahirkan anak pertamaku. Atas anjuran suamiku, aku dibawa suamiku ke dukun yang bernama Ki Alugoro yang bermukim di desa kecil di luar Jakarta untuk menyembuhkan frigiditasku. Sejak itu, setelah sembuh, gairahku untuk bersetubuh malah jadi menggebu-gebu, mungkin karena dalam rangka penyembuhan tersebut aku harus mau menuruti semua persyaratan yang diajukan oleh Ki Alugoro, antara lain diurut dengan semacam obat dalam keadaan telanjang bulat dan disetubuhi olehnya (waktu itu disetujui dan malah disaksikan oleh suamiku). Akupun setuju asal aku dapat sembuh dari frigiditasku. Dan mungkin karena kontol Ki Alugoro memang benar-benar besar, lagi pula dia pandai sekali mencumbu den membangkitkan gairahku, ditambah dengan ramuan-ramuan yang diberikan olehnya, maka sekarang aku benar-benar sembuh dari frigiditasku, dan menjadi wanita dengan gairah seks yang lumayan tinggi. Hanya saja, karena ukuran kontol suamiku jauh lebih kecil dari kontol Ki Alugoro, maka dengan sendirinya suamiku tidak pernah bisa memuaskanku dalam bersetubuh. Apakah aku harus datang lagi ke tempat Ki Alugoro dengan pura-pura belum sembuh? (padahal supaya aku disetubuhi lagi olehnya). Mula-mula terbersit pikiran untuk berbuat begitu, tapi setelah kupikir-pikir lagi kok gengsi juga ya? Masak seorang istri baik-baik datang ke laki-laki lain supaya disetubuhi walaupun kalau mengingat kontol Ki Alugoro yang luar biasa besar itu aku sering tidak bisa tidur dan gairahku untuk bersetubuh memuncak habis. Sering-sering aku harus memuaskan diri dengan dildo yang kubeli tempo hari di depan suamiku sehabis kami bersetubuh karena suamiku tidak bisa memuaskan diriku. Malah sering suamiku sendiri yang merojok-rojokkan dildo itu ke dalam tempikku. Untunglah, entah karena mengerti penderitaanku atau tidak, ternyata suamiku mempunyai angan-angan untuk melakukan persetubuhan three in one atau melihat aku disetubuhi oleh laki-laki lain, terutama setelah dia melihat aku disetubuhi Ki Alugoro tempo hari. Pantesan sejak itu, sebelum bercinta, dia selalu mengawalinya dengan angan-angannya. Angan-angan yang paling merangsang bagi suamiku, adalah membayangkan aku bersetubuh dengan laki-laki lain dengan kehadiran suamiku, seperti dengan Ki Alugoro tempo hari. Setelah beberapa lama dia menceritakan angan-angannya tersebut, suatu hari dia bertanya bahwa apakah aku mau merealisasikan angan-angan tersebut. Pada awalnya aku pura-pura mengira dia cuma bercanda. Namun dia semakin mendesakku untuk melakukan itu, aku bertanya apakah dia serius. Dia jawab, ”Ya aku serius!” Kemudian dia berkata, bahwa motivasi utamanya adalah untuk membuatku bahagia dan mencapai kepuasan setinggi-tingginya. Karena dengan melihat wajahku ketika mencapai orgasme dengan Ki Alugoro tempo hari, selain sangat merangsang juga memberikan kepuasan tersendiri bagi dirinya (rupanya, waktu melihat tempikku dianceli kontol gede Ki Alugoro, diam-diam dia mengocok-ngocok kontolnya sendiri sampai orgasme.) Tentu saja hal itu sebetulnya sangat aku harapkan. Inilah yang namanya dildo dicinta, kontolpun tiba. Secara terus terang, seperti aku tuturkan diatas, aku tidak pernah merasa puas dengan kontol suamiku yang kecil, terutama setelah tempikku dianceli oleh kontol Ki Alugoro yang luar biasa itu. Wah, rasanya sampai tidak bisa aku katakan. Kuakui selama ini aku juga sering mengalami gejolak birahi yang tiba-tiba muncul, apalagi di pagi hari apabila malamnya kami melakukan persetubuhan karena suamiku tidak dapat melakukannya secara sempurna dan aku tidak sampai orgasme. Rupanya angan-angan seksual suamiku tersebut bukan hanya merupakan sekadar angan-angan saja akan tetapi dia sangat bersikeras untuk dapat mewujudkannya menjadi suatu kenyataan dan suamiku terus membujukku agar aku mau membantunya dalam melaksanakan angan-angannya (padahal sebenarnya aku sudah sangat mengharapkan, kapan rencana itu diwujudkan?). Tetapi untuk meyakinkan keseriusannya aku pura-pura terpaksa mengalah dan berjanji akan membantunya sepanjang aku dapat melakukannya dan kutanyakan apakah dia tidak cemburu melihat istrinya ditelanjangi dan tempiknya dianceli dengan kontol orang lain? Dia bilang sama sekali tidak. ”Karena aku hanya ingin melihat kau bahagia dan terpuaskan dalam persetubuhan” jawabnya mantab waktu itu. ”Tentu saja aku akan mencarikan kau temanku yang mempunyai kontol besar dan keras. Setidak tidaknya sama dengan kontol Ki Alugoro tempo hari” janjinya lebih lanjut. Sejak itu dia rajin menawarkan nama-nama temannya untuk mensetubuhiku. ”Terserah kaulah, kan kau yang punya rencana aku disetubuhi temanmu” jawabku waktu itu. Akhirnya di suatu hari suamiku berbisik padaku, ”Aku telah mengundang Edo untuk menginap di sini malam ini” Hatiku berdebar keras mendengar kata-kata suamiku itu, karena Edo teman suamiku itu adalah salah seorang idola di sekolahku dulu dan dia adalah cowok yang menjadi rebutan cewek-cewek dan sangat kudambakan jadi pacarku semasa SMA. Suamikupun kenal baik dengan dia karena kami memang berasal dari satu kota kabupaten yang tidak seberapa besar. Terus terang kuakui bahwa penampilan Edo sangat oke. Bentuk tubuhnya pun lebih tinggi, lebih kekar dan lebih atletis dari tubuh suamiku karena dia dulu jago basket dan olah raga yudo. Walaupun Edo adalah cowok yang kudambakan semasa SMA dulu, tetapi kami belum pernah berpacaran karena dia memang agak acuh terhadap cewek dan disamping itu, banyak sainganku cewek-cewek yang mengejar-ngejar dia. Apalagi waktu itu sudah menjelang EBTANAS, dan setelah itu dia sibuk dengan persiapan masuk universitas. Waktu itu aku kelas 1, sedang dia kelas 3 SMA. Ketika Edo datang, aku sedang mematut-matut diri dan memilih gaun yang seksi dengan belahan dada yang cukup rendah agar aku terlihat menarik. Dari cermin rias di kamar tidurku, kuamati gaun yang kukenakan terlihat sangat ketat melekat pada tubuhku sehingga lekukan-lekukan tubuhku terlihat dengan jelas. Susuku kelihatan sangat menonjol membentuk dua buah bukit daging yang indah. Tubuhku memang ramping dan berisi. Susuku yang subur juga kelihatan sangat kenyal. Demikian pula pantatku yang cenderung nonggeng itu menonjol seakan menantang laki-laki yang melihatnya. Dengan perutku yang masih cukup rata dengan kulitku yang puber (putih bersih) membuat tubuhku menjadi sangat sempurna. Apalagi wajahku memang tergolong cantik. Dan terus terang, dari dulu aku memang bangga dengan tubuh dan wajahku. Tiba-tiba aku baru tersadar, pantas saja suamiku mempunyai angan-angan untuk melihat aku disetubuhi oleh laki laki-lain. Ingin membandingkan dengan film BF yang sering kami lihat mungkin. Setelah mematut-matut diri, aku keluar untuk menyediakan makan malam. Setelah makan malam, Edo dan suamiku duduk mengobrol di teras belakang rumah dengan santai sambil menghabiskan beberapa kaleng bir yang dicampur dengan sedikit minuman keras pemberian teman suamiku yang baru pulang dari luar negeri. Tidak berapa lama aku pun ikut duduk minum bersama mereka. Malam itu hanya kami berdua ditambah Edo saja di rumah. Pembantuku yang biasa menginap, tadi siang telah kuberikan istirahat untuk pulang ke rumahnya selama beberapa hari, sedang anakku satu-satunya tadi siang dijemput mertuaku untuk menginap di rumahnya. Ketika hari telah makin malam dan udara mulai terasa dingin, tiba-tiba suamiku berbisik kepadaku, ”Aku telah bicara dengan Edo mengenai rencana kita. Dia setuju malam ini menginap di sini. ”Tapi walaupun demikian kalau kamu kurang cocok dengan pilihanku ini, kamu tidak usah takut berterus terang padaku!” bisik suamiku selanjutnya. ”Tapi kujamin kontolnya memang gede, aku beberapa kali melihatnya waktu kencing di kantor. Tapi soal kekerasannya, kamu sendiri yang dapat membuktikannya nanti” lanjutnya lagi. Mendengar bisikan suamiku itu, diam-diam hatiku gemetar sambil bersorak gembira, tetapi aku pura-pura diam saja, tidak menunjukkan sikap yang menolak atau menerima. Dalam hati aku mau lihat bagaimana reaksinya nanti bila aku benar-benar bersetubuh dengan laki-laki lain. Apakah dia nanti tidak akan cemburu melihat istrinya disetubuhi lelaki lain secara sadar dan seluruh bagian tubuh istrinya yang sangat rahasia dilihat dan dinikmati oleh laki-laki lain yang sudah amat dia kenal (kalau dengan Ki Alugoro kan dalam rangka penyembuhan?). Tidak berapa lama kemudian aku masuk ke kamar dan berganti pakaian memakai baju tidur tipis tanpa BH, sehingga susuku, terutama pentil susuku yang besar itu terlihat membayang di balik baju tidur. Ketika aku keluar kamar, baik suamiku maupun Edo kelihatan terpana untuk beberapa saat. Akan tetapi mereka segera bersikap biasa kembali dan suamiku langsung berkata, ”Ayo..!” katanya dengan senyum penuh arti kepada kami berdua dan kamipun segera masuk ke kamar tidur. Di kamar tidur suamiku mengambil inisiatif lebih dulu dengan mulai menyentuh dan melingkarkan tangan di dadaku dan menyentuh susuku dari luar baju tidur. Melihat itu, Edo mulai mengelus-elus pahaku yang terbuka, karena baju tidurku tersingkap ke atas. Dengan berpura-pura tenang aku segera merebahkan diri tengkurap di atas tempat tidur. Sebenarnya nafsuku sudah mulai naik karena tubuhku dijamah oleh seorang laki-laki yang tidak lain adalah idolaku waktu di SMA dulu, apalagi aku dalam keadaan hanya memakai sehelai baju tidur tipis tanpa BH. Akan tetapi kupikir aku harus berpura-pura tetap tenang untuk melihat inisiatif dan aktivitas Edo dalam memancing gairah birahiku. Aku ingin tahu sampai seberapa kemahirannya. Beberapa saat kemudian kurasakan bibir Edo mulai menyusur bagian yang sensitif bagiku yaitu bagian leher dan belakang telinga. Merasakan gesekan-gesekan itu aku berpikir bahwa inilah saat untuk merealisasikan angan-angan suamiku. Seperti mengerti keinginanku, Edo mulai mengambil alih permainan selanjutnya. Aku langsung ditelentangkan di pinggir ranjang, kemudian tangannya yang kiri mulai memegang sambil memijit-mijit susuku yang sebelah kanan, sedangkan tangannya yang kanan mengelus-elus dan memijit-mijit bibir tempikku yang masih dibalut celana dalam, sambil mulutnya melumat bibirku dengan gemas. Tangan Edo yang berada di susuku mulai memelintir dengan halus ujung pentilku yang besar dan mulai mengeras. Masih dalam posisi terlentang, kurasakan jemari Edo. terus meremas-remas susuku dan memilin-milin pentilnya. Saat itu sebenarnya nafsuku belum begitu meninggi, tetapi rupanya Edo termasuk jagoan juga karena terbukti dalam waktu mungkin kurang dari 5 menit aku mulai mengeluarkan suara mendesis yang tak bisa kutahan. Kulihat dia tersenyum dan menghentikan aktivitasnya. Kini Edo mulai membuka baju tidurku dan beberapa saat kemudian aku merasakan tarikan lembut di pahaku. Lalu aku merasakan hembusan lembut hawa dingin AC di tempikku yang berarti celana dalamku telah dilepas oleh Edo. Kini Edo telah menelanjangi diriku sampai aku benar-benar dalam keadaan telanjang bulat tanpa ada sehelai benangpun yang menutupi tubuhku. Aku hanya bisa pasrah saja merasakan gejolak birahi dalam diriku ketika tubuhku ditelanjangi laki-laki idolaku dihadapan suamiku sendiri. Kulirik Edo penuh nafsu menatap tubuhku yang telah telanjang bulat sepuas-puasnya. Aku benar-benar tidak dapat melukiskan betapa perasaanku saat itu. Aku ditelanjangi oleh laki-laki idolaku dan yang sebenarnya aku harapkan kehadirannya. Belum pernah aku bertelanjang bulat di hadapan laki-laki lain, kecuali dengan Ki Alugoro dalam keadaan setengah sadar dalam rangka penyembuhan tempo hari, apalagi dalam situasi seperti sekarang ini. Aku merasa sudah tidak ada lagi rahasia tubuhku yang tidak diketahui Edo. Maka, secara reflek dalam keadaan terangsang, aku mengusap-usap kontol Edo yang telah tegang dari luar celananya. Ini kelihatan karena bagian bawah celana Edo mulai menggembung besar. Aku mengira-ngira seberapa besar kontol Edo ini. Kemudian aku mengarahkan tanganku ke arah retsluiting celananya yang telah terbuka dan menyusupkan tanganku memegang kontol Edo yang ternyata memang telah ngaceng itu. Aku langsung tercekat ketika terpegang kontol Edo yang seperti kata suamiku ternyata memang besar. Kulirik suamiku sedang membuka retsluiting celananya dan mulai mengelus-elus kontolnya sendiri. Dia kelihatan benar-benar sangat menikmati adegan ini. Tanpa berkedip dia menyaksikan tubuh istrinya digauli dan digerayangi oleh laki-laki lain. Sebagai seorang wanita dengan nafsu birahi yang lumayan tinggi, keadaan ini mau tidak mau akhirnya membuatku terbenam juga dalam suatu arus birahi yang hebat. Jilatan-jilatan Edo pada bagian tubuhku yang sensitif membuatku bergelinjang dengan dahsyat menahan arus birahi yang mulai menjalari diriku dan tempikku. Setelah beberapa saat aku memegang sambil mengelus-elus kontol Edo, tiba-tiba Edo berdiri dan membuka celana beserta celana dalamnya sehingga kontolnya tiba-tiba melonjak keluar, seakan-akan baru bebas dari kungkungan dan sekarang aku bisa melihatnya dengan jelas. Setelah membuka seluruh pakaiannya, kini Edo benar-benar bertelanjang bulat. Sehingga aku dapat melihat dengan jelas ukuran kontol Edo dalam keadaan ngaceng, yang ternyata memang jauh lebih besar dan lebih panjang dari ukuran kontol suamiku. Bentuknya pun agak berlainan. kontol Edo ini mencuat lurus ke depan agak mendongak ke atas, sedang kontol suamiku jauh lebih kecil, agak tunduk ke bawah dan miring ke kiri. Aku betul-betul terpana melihat kontol Edo yang sangat besar dan panjang itu. kontol yang sebesar itu memang belum pernah aku lihat (waktu dengan Ki Alugoro aku tidak sempat memperhatikan seberapa besar kontolnya, karena aku agak malu-malu dan setengah sadar). Batang kontolnya kurang lebih berdiameter 5 cm dikelilingi oleh urat-urat yang melingkar dan pada ujung kepalanya yang sangat besar, panjangnya mungkin kurang lebih 18 cm, pada bagian pangkalnya ditumbuhi dengan rambut-rambut keriting yang lebat. Kulitnya kelihatan tebal, lalu ada urat besar disekeliling batangnya dan terlihat seperti kabel-kabel di dalam kulitnya. Kepala batangnya tampak kenyal, penuh, dan mengkilat. Kemudian dia menyodorkan kontolnya tersebut ke hadapan wajahku. Aku melirik ke arah suamiku, yang ternyata tambah asyik menikmati adegan ini sambil tersenyum puas dan mengelus-elus kontolnya, karena melihat aku kelihatan bernafsu menghadapi kontol yang sebesar itu. Aku sebenarnya sudah amat terangsang, tetapi untuk menunjukkan pada Edo, aku agak tidak enak hati. Tapi entah kenapa, tanpa kusadari tiba-tiba aku telah duduk di tepi ranjang sambil menggenggam kontol itu yang terasa hangat dalam telapak tanganku. Kugenggam erat-erat, terasa ada kedutan terutama di bagian uratnya. Lingkaran genggamanku hampir penuh menggapai lingkaran batang kontolnya. Aku tidak pernah membayangkan bahwa aku akan pernah memegang kontol sebesar ini, dari seorang laki-laki lain secara sadar dan penuh nafsu dihadapan suamiku. Kembali aku melirik kepada suamiku. Kulihat dia semakin bertambah asyik menikmati adegan ini, malah kali ini bukan hanya mengelus-elus, tetapi malah sambil mengocok kontolnya sendiri, yaitu adegan istrinya yang penuh nafsu birahi sedang digauli oleh laki-laki lain, yang juga merupakan idolaku dulu. Tiba-tiba muncul nafsu hebat terhadap idolaku itu, sehingga dengan demonstratif kudekatkan mulutku ke kontol Edo, kujilati seluruh permukaannya dengan lidahku kemudian kukulum dan kuhisap-hisap dengan nafsu birahi yang membara. Aku merasa sudah kepalang basah maka aku akan nikmati kontol itu dengan sepuas-puasnya sebagaimana kehendak suamiku. Kuluman dan hisapanku itu membuat kontol Edo yang memang telah berukuran besar itu menjadi bertambah besar, bertambah keras dan kepala kontolnya jadi tambah mengkilat merah keungu-unguan.. Dalam keadaan sangat bernafsu, kontol Edo yang sedang mengaceng keras dalam mulutku itu mengeluarkan semacam aroma yang khas yang aku namakan aroma lelaki. Aroma itu menyebabkan gairah birahiku semakin memuncak dan lubang tempikku mulai terasa berdenyut-denyut hebat hingga secara tidak sadar membuatku bertambah gemas dan semakin menjadi-jadi menghisap kontol itu seperti hisapan sebuah vacuum cleaner. Kuluman dan hisapanku yang amat bernafsu itu rupanya membuat Edo tidak tahan lagi. Tiba-tiba dia mendorong tubuhku sehingga telentang di atas tempat tidur. Aku pun kini semakin nekat dan semakin bernafsu untuk melayaninya. Aku segera membuka kedua belah pahaku lebar-lebar. ”Do…” kataku pelan dan aku bahkan tidak tahu memanggilnya untuk apa. Sambil berlutut mendekatkan tubuhnya diantara pahaku, Edo berbisik, ”Ssttt…………!” bisiknya sambil kedua tangannya membuka pahaku sehingga selangkanganku terkuak. Itu berarti bahwa sebentar lagi kontolnya akan bercumbu dengan tempikku. Benar saja, aku merasakan ujung kontolnya yang hangat menempel tepat di permukaan tempikku. Tidak langsung dimasukkan di lubangnya, tetapi hanya digesek-gesekkan di seluruh permukaan bibirnya, ini membuat tempikku tambah berdenyut-denyut dan terasa sangat nikmat. Dan makin lama aku makin merasakan rasa nikmat yang benar-benar bergerak cepat di sekujur tubuhku dimulai dari titik gesekan di tempikku itu. Beberapa saat Edo melakukan itu, cukup untuk membuat tanganku meraih pinggangnya dan pahaku terangkat menjepit pinggulnya. Aku benar-benar menanti puncak permainan ini. Edo menghentikan aktivitasnya itu dan menempelkan kepala kontolnya tepat di antara bibir tempikku dan terasa bagiku tepat di ambang lubang tempikku. Aku benar-benar menanti tusukannya. ”Oocchh.. Ddoo, please..” pintaku memelas. Sebagai wanita di puncak birahi, aku betul-betul merasa tidak sabar dalam kondisi seperti itu. Sesaat aku lupa kalau aku sudah bersuami, yang aku lihat cuma Edo dan kontolnya yang besar dan panjang. Ada rasa deg-deg plas, ada pula rasa ingin cepat merasakan bagaimana rasanya dicoblos kontol yang lebih besar dan lebih panjang. ”Ooouugghhh……” batinku yang merasa tak sabar benar untuk menunggunya. Tiba-tiba aku merasakan sepasang jemari membuka bibir-bibir tempikku. Dan lebih dahsyat lagi aku merasakan ujung kontol Edo mulai mendesak di tengah-tengah lubang tempikku.. Aku mulai gemetar hebat, karena tidak mengira akan senikmat ini aku akan merasakan kenikmatan bersetubuh. Apalagi dengan orang yang menjadi idolaku, yang sangat kukagumi sejak dulu. Perlahan-lahan Edo mulai memasukkan kontolnya ke dalam tempikku. Aku berusaha membantu dengan membuka bibir tempikku lebar-lebar. Kelihatannya sangat sulit kontol sebesar itu masuk ke dalam lubang tempikku yang kecil. Tangan Edo yang satu memegang pinggulku sambil menariknya ke atas, sehingga pantatku agak terangkat dari tempat tidur, sedangkan tangannya yang satu memegang batang kontolnya yang diarahkan masuk ke dalam lubang tempikku. Pada saat Edo mulai menekan kontolnya, aku mulai mendesis-desis, ”Sssshhhhh…… Eddooo…… ppelan-ppelan Ddooo… ssshhhh…… desisku gemetar. Edo lalu menghentikan aktivitasnya sebentar untuk memberiku kesempatan untuk mengambil nafas, kemudian Edo melanjutkan kembali usahanya untuk memasukkan kontolnya. Setelah itu kontol Edo mulai terasa mendesak masuk dengan mantap. Sedikit demi sedikit aku merasakan terisinya ruangan dalam lubang tempikku. Seluruh tubuhku benar-benar merinding ketika merasakan kepala kontolnya mulai terasa menusuk mantap di dalam lubang tempikku, diikuti oleh gesekan dari urat-urat batang kontol itu setelahnya. Aku hanya mengangkang merasakan desakan pinggul Edo sambil membuka pahaku lebih lebar lagi. Kini aku mulai merasakan tempikku terasa penuh terisi dan semakin penuh seiring dengan semakin dalamnya kontol itu masuk ke dalam lubang tempikku. Sedikit suara lenguhan kudengarkan dari Edo ketika hampir seluruh kontolnya itu amblas masuk. Aku sendiri tidak mengira kontol sebesar dan sepanjang tadi bisa masuk kedalam lubang tempikku yang kecil. Walaupun belum seluruh kontol Edo masuk ke dalam tempikku, rasanya seperti ada yang mengganjal dan untuk menggerakkan kaki saja rasanya agak aneh. Tetapi sedikit demi sedikit aku mulai bisa menyesuaikan diri dan menikmati rasa yang nyaman dan nikmat. Ketika hampir seluruh batang kontol Edo telah amblas masuk ke dalam lubang tempikku, tanpa sengaja aku terkejang sehingga berakibat bagian dinding dalam tempikku seperti meremas batang kontol Edo. Aku agak terlonjak sejenak ketika merasakan kontol Edo seperti berkerojot di dalam lubang tempikku akibat remasan tersebut. Aku terlonjak bukan karena kontol itu merupakan kontol dari seorang laki-laki lain yang pertama yang kurasakan memasuki tubuhku selain kontol suamiku dan Ki Alugoro, akan tetapi karena aku merasakan kontol Edo memang terasa lebih istimewa dibandingkan kontol suamiku maupun kontol Ki Alugoro, baik dalam ukuran maupun ketegangannya. Selama hidupku memang aku belum pernah melakukan persetubuhan dengan laki-laki lain selain dengan suamiku dan Ki Alugoro dan keadaan ini memberikan pengalaman baru bagiku. Aku tidak menyangka ukuran kontol seorang laki-laki berpengaruh besar sekali terhadap kenikmatan bersetubuh seorang wanita. Oleh karena itu secara refleks aku mengangkat kedua belah pahaku tinggi-tinggi dan menjepit pinggang Edo erat-erat untuk selanjutnya aku mulai mengoyang-goyangkan pinggulku mengikuti alunan gerakan tubuh Edo. Saat itu kakiku masih menjuntai di lantai karpet kamar. Tanganku memegangi lengannya yang mencengkeram pinggulku. Aku menariknya kembali ketika Edo menarik kontolnya dari tempikku. Tapi dan belum sampai tiga perempat kontolnya berada di luar tempikku, tiba-tiba dia menghujamkannya lagi dengan kuat. Aku nyaris menjerit menahan lonjakan rasa nikmat yang disiramkan kepadaku secara tiba-tiba itu. Begitulah beberapa kali Edo melakukan hujaman-hujaman ke dalam lubang tempikku tersebut. Setiap kali hujaman seperti menyiramkan rasa nikmat yang amat sangat ke tubuhku. Aku begitu terangsang dan semakin terangsang seiring dengan semakin seringnya permukaan dinding lubang tempikku menerima gesekan-gesekan dari urat-urat kontol Edo yang seperti kabel-kabel yang menjalar-jalar itu. Biasanya suamiku kalau bersetubuh semakin lama semakin cepat gerakannya, tetapi Edo melakukan gerakan yang konstan seperti mengikuti alunan irama musik evergreen yang sengaja aku setel sebelumnya. Tapi anehnya, justru aku semakin bisa merasakan setiap milimeter permukaan kulit kontolnya dengan rytme seperti itu. Tahap ini sepertinya sebuah tahap untuk melakukan start menuju ke sebuah ledakan yang hebat, aku merasakan tempikku baik bagian luar maupun dalam berdenyut-denyut hebat seiring dengan semakin membengkaknya rasa nikmat di area selangkanganku. Tubuh kami sebentar menyatu kemudian sebentar lagi merenggang diiringi desah nafas kami yang semakin lama semakin cepat. Sementara itu aku pun kembali melirik ke arah suamiku. Kulihat suamiku agak ternganga menyaksikan bagaimana diriku disetubuhi oleh Edo. Melihat penampilan suamiku itu, timbul kembali rasa puas di hatiku, maka secara lebih demonstratif lagi kulayani permainan Edo sehebat-hebatnya secara aktif bagaikan adegan dalam sebuah BF. Keadaan ini tiba-tiba menimbulkan suatu kepuasan lain dalam diriku. Bukan saja disebabkan oleh kenikmatan persetubuhan yang sedang kualami bersama Edo, akan tetapi aku juga memperoleh suatu kepuasan lain karena aku telah dapat melaksanakan angan-angan suamiku. Suamiku menghendaki aku bersetubuh dengan laki-laki lain dan malam ini akan kulaksanakan sepuas-puasnya. Tiba tiba Edo semakin mempercepat hunjaman-hunjaman kontolnya ke dalam lubang tempikku. Tentu saja ini membuat aku semakin bernafsu sampai-sampai mataku terbeliak-beliak dan mulutku agak terbuka sambil kedua tanganku merangkul pinggulnya kuat-kuat. Aku tadinya tak menyangka sedikitpun kalau kontol Edo yang begitu besar mulai bisa dengan lancar menerobos lubang tempikku yang sempit dan sepertinya belum siap menerima hunjaman kontol dengan ukuran sedemikian besar itu. Terasa bibir tempikku sampai terkuak-kuak lebar dan seakan-akan tidak muat untuk menelan besar dan panjangnya kontol Edo. . ”Ooukkhhss.. sshhh.. Ddoo ..! Terrruusshh.. terrusshh.. Ddoo… mmmmhhhh…!” rintihku merasakan kenikmatan yang semakin lama semakin hebat ditempikku. . ”Hhhmmh.. tempikmu.. niikmaat.. sekalii.. Mmiiaaa.. uukkhh.. uukkhh..” Edo mulai mengeluarkan kata-kata vulgar yang malah menambah nafsu birahiku mendengarnya. Gejolak birahi Edo ternyata makin menguasai tubuhnya dan tanpa canggung lagi ia terus menghunjam hunjamkan kontolnya mencari dan menggali kenikmatan yang ia ingin berikan kepadaku. Untuk tambah memuaskanku dan dirinya juga, batang kontol Edo terus menyusupi lubang tempikku sehingga akhirnya betul-betul amblas semuanya. ”Aarrggccchhhhhh…!!” aku melenguh panjang, kurasakan badanku merinding hebat, wajahku panas dan mungkin berwarna merah merona. Mataku memandang Edo dengan pandangan sayu penuh arti meminta sesuatu, yaitu meminta diberi rasa nikmat yang sebesar-besarnya. Edo kelihatan betul-betul terpana melihat wajahku yang diliputi ekspresi sensasional itu. Kemudian Edo tambah aktif lagi bergoyang menarik ulur batang kontolnya yang besar itu, sehingga dinding tempikku yang sudah dilumuri cairan kawin itu terasa tambah banjir dan licin. Wajahku semakin lepas mengekspresikan rasa sensasi yang luar biasa yang tidak pernah aku perkirakan sebegitu nikmatnya. Saking begitu nikmatnya perasaan maupun tempikku disetubuhi oleh Edo, tanpa kusadari aku mulai berceloteh di luar sadarku, ”Ohhss.. sshhh.. enaakk.. sseekalii… kkontolmu Ddoo…!! Oougghh.. terusshh…. teerruusshh..!!! Aku mendesah, merintih dan mengerang sepuas-puasnya. Aku sudah lupa diri bahwa yang menyetubuhiku bukanlah suamiku sendiri. Yang ada di benakku hanyalah letupan birahi yang harus dituntaskan. Dengan penuh nafsu kami saling berpelukan sambil berciuman. Nafas kami saling memburu kencang, lidah kami saling mengait dan saling menyedot, saling bergumul. Edo mengambil inisiatif dengan menggenjot pantatnya yang tampak naik turun semakin cepat diantara selangkanganku yang semakin terbuka lebar, akupun mengangkat kedua kakiku tinggi-tinggi sambil kutekuk dan kusampirkan ke pundaknya, pantatku kuangkat untuk lebih memudahkan batang kontol Edo masuk seluruhnya dan menggesek syaraf-syaraf kenikmatan di rongga tempikku, akibatnya Edopun semakin mudah menyodokkan kontolnya yang panjang, besar dan keras itu keluar masuk sampai ke pangkal kontolnya hingga mengeluarkan suara berdecak-decak crot… crot… seperti suara bebek menyosor lumpur seiring dengan keluar masuknya kontol itu di dalam tempikku Edo melihat ke arah selangkanganku, tempikku mencengkeram kontolnya erat sekali, ia tersenyum puas bisa menaklukkan tempikku, yang semakin basah membanjir penuh dengan lendir pelumas putih kental sehingga membasahi bulu-bulu jembutku yang tidak terlalu lebat maupun bulu-bulu jembutnya itu dan sekaligus juga batang kontolnya yang semakin tambah mengeras. Edo mendengus-dengus bagai harimau terluka, genjotannya makin ganas saja. Mata Edo terlihat lapar menatap susuku yang putih montok dikelilingi bulatan coklat muda di tengahnya dan pentilku yang besar dan sudah begitu mengeras karena birahiku yang sudah demikian memuncak, maka tanpa menyia-nyiakan kesempatan Edo langsung menyedot pentil susuku yang begitu menantang itu. Tubuhku menggelinjang hebat. Dan susukupun makin kubusungkan bahkan dadaku kugerakkan ke kiri dan ke kanan supaya kedua pentil susuku yang makin gatal itu mendapatkan giliran dari serbuan mulutnya. Desahan penuh birahi langsung terlontar tak tertahankan begitu lidah Edo yang basah dan agak kasar itu menggesek pentil susuku yang peka. Edo begitu bergairah menjilati dan menghisap susu dan pentilku di sela-sela desah dan rintihanku yang sedang menikmati gelombang rangsangan demi rangsangan yang semakin lama semakin menggelora ini. ”Oouugghhss.. oouugghhss.. sshhhh… tteerruss Ddooo…” aku makin meracau tidak karuan, pikiranku sudah tidak jernih lagi, terombang ambing di dalam pusaran kenikmatan, terseret di dalam pergumulan persetubuhan dengan Edo, tubuh telanjangku serasa seenteng kapas melambung tinggi sekali. Aku merasakan kenikmatan bagai air bah mengalir ke seluruh tubuhku mulai dari ujung kaki sampai ke ubun-ubun terutama sekali di sekitar tempikku. Tubuhku akhirnya mengejang sambil memeluk tubuh Edo erat sekali sambil menjerit-jerit kecil tanpa sadar. ”Aaaaccchhh…… Dddooo… mmmmmhhhhhh… konnttolmmmuuu… aakkkuu…… kkeeelluuaaarrrr……” jeritku keenakan. Badan telanjangku terasa berputar-putar merasakan semburan kenikmatan yang dahsyat diterjang gelombang orgasme. kontol Edo masih terus menggenjot lubang tempikku, dan aku hanya pasrah dipelukannya mengharapkan gelombang kenikmatan selanjutnya. Lebih dari sejam Edo menyetubuhiku tanpa henti, aku makin lama makin terseret di dalam kenikmatan pergumulan persetubuhan yang belum pernah kurasakan. Tubuhku akhirnya melemas setelah aku menyemburkan lagi cairan kawinku untuk kesekian kalinya bersamaan dengan Edo yang juga rupanya sudah tidak tahan lagi dan…… ”Aaacchhh….. oooccchhh… Mmiiaaa… teemmpiikkmmuuu…… nniikkkmaattttt… sseekkalliiii… adduuhhh…… aaakkuu.. kkekkeeeluaarrr…” erangnya sambil menyemburkan pejunya di dalam tempikku Kemudian untuk beberapa saat Edo masih membiarkan kontolnya menancap di dalam tempikku. Akupun tidak mencoba untuk melepas kontol itu dari tempikku. Setelah agak beberapa lama, Edo mengeluarkan kontolnya yang ternyata masih berdiri dengan tegar walaupun sudah orgasme di lubang tempikku. Walaupun kontolnya masih sangat tegar berdiri dengan kerasnya, Edo menghentikan persetubuhan ini karena dia meminta suamiku menggantikannya untuk menyetubuhiku. Kini ganti dia yang akan menonton diriku disetubuhi oleh suamiku sendiri yang ternyata entah sejak kapan dia sudah bertelanjang bulat. Suamiku dengan segera menggantikan Edo dan mulai menyetubuhi diriku dengan hebat. Kurasakan nafsu birahi suamiku sedemikian menyala-nyala sehingga sambil berteriak-teriak kecil dia menghunjamkan kontolnya yang kecil itu ke dalam lubang tempikku. Akan tetapi apakah karena aku masih terpengaruh oleh pengalaman yang barusan kudapatkan bersama Edo, maka ketika suamiku menghunjamkan kontolnya ke dalam lubang tempikku, kurasakan kontol suamiku itu kini terasa hambar. Kurasakan otot-otot lubang tempikku tidak lagi sedemikian tegangnya menjepit kontol suamiku sebagaimana ketika kontol Edo yang berukuran besar dan panjang itu menerobos sampai ke dasar lubang tempikku. kontol suamiku kurasakan tidak sepenuhnya masuk ke dalam lubang tempikku dan terasa lebih lembek bahkan dapat kukatakan tidak begitu terasa lagi dalam lubang tempikku yang barusan diterobos oleh kontol yang begitu besar dan panjang. Mungkin disebabkan pengaruh minuman alkohol yang terlalu banyak, atau mungkin juga suamiku telah berada dalam keadaan yang sedemikian rupa sangat tegangnya, sehingga hanya dalam beberapa kali saja dia menghunjamkan kontolnya ke dalam lubang tempikku dan dalam waktu kurang dari satu menit, suamiku telah mencapai puncak ejakulasi dengan hebat. Malahan karena kontol suamiku tidak berada dalam lubang tempikku secara sempurna, dia telah menyemprotkan separuh pejunya agak di luar lubang tempikku dengan berkali-kali dan sangat banyak sekali sehingga seluruh permukaan tempik sampai ke sela paha dan jembutku basah kuyup dengan peju suamiku. Selanjutnya suamiku langsung terjerembab tidak bertenaga lagi terhempas kelelahan di sampingku. Sementara itu, karena aku pasif saja waktu disetubuhi suamiku, dan membayangkan kontol Edo yang luar biasa itu, maka aku sama sekali tidak kelelahan, malah nafsuku kembali memuncak. Bagaikan seekor kuda betina binal aku jadi bergelinjangan tidak karuan karena aku ingin mengalami puncak orgasme lagi dengan disetubuhi oleh Edo. Tapi yang disampingku kini suamiku, yang telah lemas dan tak berdaya sama sekali. Oleh karena itu dengan perasaan kecewa berat aku segera bangkit dari tempat tidur dalam keadaan tubuh yang masih bertelanjang bulat hendak menuju kamar mandi yang memang berada di dalam kamar tidur untuk membersihkan cairan-cairan bekas persenggamaan yang melumuri selangkangan dan tubuhku. Namun untunglah, seperti mengerti perasaanku, tiba-tiba Edo yang masih dalam keadaan bertelanjang bulat dan ngaceng kontolnya itu memelukku dari belakang sambil memagut serta menciumi leherku secara bertubi-tubi. Selanjutnya dia membungkukkan tubuhku ke pinggir ranjang. Aku kini berada dalam posisi menungging. Dalam posisi yang sedemikian Edo menusukkan kontolnya ke dalam tempikku dari belakang dengan garangnya. Karena posisiku menungging, aku jadi lebih leluasa menggoyang-goyangkan pantatku, yang tentu saja tempikku juga ikut bergoyang ke kiri dan ke kanan. Hal ini membuat Edo semakin bernafsu menghujam-hujamkan kontolnya ke dalam tempikku sehingga dengan cepat tubuhku kembali seperti melayang-layang merasakan kenikmatan yang tiada tara ini. Tak berapa lama tubuhku mengejang dan… ”Dddooo…… oooccchhhh… aacchhh… Ddooo… akk… aakkuu… mmaaauu… kkkeelluuuaaaarrrrrr……” rintihku sambil mencengkeram pinggir ranjang, aku telah mencapai puncak persetubuhan terlebih dahulu. Begitu aku sedang mengalami puncak orgasme, Edo menarik kontolnya dari lubang tempikku, sehingga seluruh tubuhku terasa menjadi tidak karuan, kurasakan lubang tempikku berdenyut agak aneh dalam suatu denyutan yang sangat sukar sekali kulukiskan dan belum pernah kualami. Namun walaupun sudah orgasme, aku masih berkeinginan sekali untuk melanjutkan persetubuhan ini. Dalam keadaan yang sedemikian tiba-tiba Edo yang masih bertelanjang bulat sebagaimana juga diriku, menarikku dan mengajakku tidur bersamanya di kamar tamu di sebelah kamarku. Bagaikan kerbau dicocok hidung, aku mengikuti Edo ke kamar sebelah. Kami berbaring di ranjang sambil berdekapan dalam keadaan tubuh masing-masing masih bertelanjang bulat bagaikan sepasang pengantin baru yang sedang berbulan madu. Kemudian Edo melepaskan pelukannya dan menelentangkan diriku lalu dengan bernafsu menciumi susuku dan menyedot-nyedot pentilnya yang mancung itu sehingga aku kembali merasakan suatu rangsangan birahi yang hebat. Tidak lama kemudian tubuh kami kami pun udah bersatu kembali dalam suatu permainan persetubuhan yang dahsyat. Kali ini rupanya Edo ingin mengajakku bersetubuh dengan cara yang lain. Mula-mula Edo membalikkan tubuhku sehingga posisiku kini berada di atas tubuhnya. Selanjutnya dengan spontan kuraih kontol Edo dan memandunya ke arah lubang tempikku. Kemudian kutekan tubuhku agak kuat ke tubuh Edo dan mulai mengayunkan tubuhku turun-naik di atas tubuhnya. Mula-mula secara perlahan-lahan akan tetapi lama-kelamaan semakin cepat dan kuat sambil berdesah-desah kecil, ”Occhhh… oocchhh… acchhh… sssshhhh…” desahku dibuai kenikmatan. Sementara itu Edo dengan tenang telentang menikmati seluruh permainanku sampai tiba-tiba kurasakan suatu ketegangan yang amat dahsyat dan dia mulai mengerang-erang kecil, ”Oocchhh… oocchhh… Mmiiaaaa… ttteeemmpppiikkmuuu… mmmhhhhh…” Akupun semakin cepat menggerakkan tubuhku turun-naik di atas tubuh Edo dan nafasku pun semakin memburu berpacu dengan hebat menggali seluruh kenikmatan tubuh laki-laki yang berada di bawahku. Tidak berapa lama kemudian aku menjadi terpekik kecil melepaskan puncak ejakulasi dengan hebat. ”Ooooccchhhhh…… mmmmhhhhhh… ooocccchhhh…… mmmmhhhhhh……” pekikku keenakan dan tubuhkupun langsung terkulai menelungkup di atas tubuh Edo. Tapi ternyata Edo belum sampai pada puncaknya. Maka tiba-tiba dia bangkit dengan suatu gerakan yang cepat. Kemudian dengan sigap dia menelentangkan tubuhku di atas tempat tidur dan mengangkat tinggi-tinggi kedua belah pahaku ke atas sehingga lubang tempikku yang telah basah kuyup oleh lendir kawin tersebut menjadi terlihat jelas menganga dengan lebar. Selanjutnya Edo mengacungkan kontolnya yang masih berdiri dengan tegang itu ke arah lubang tempikku dan menghunjamkan kembali kontolnya tersebut ke lubang tempikku dengan garang. Aku menjadi terhentak bergelinjang kembali ketika kontol Edo mulai menerobos dengan buasnya ke dalam tubuhku dan membuat gerakan mundur-maju dalam lubang tempikku. Aku pun kini semakin hebat menggoyang-goyangkan pinggulku mengikuti alunan gerakan turun-naiknya kontol Edo yang semakin lama semakin cepat merojok-rojokkan kontol besarnya ke lubang tempikku. Aku merasakan betapa lubang tempikku menjadi tidak terkendali berusaha menghisap dan melahap kontol Edo yang teramat besar dan panjang itu sedalam-dalamnya serta melumat seluruh otot-ototnya yang kekar dengan rakusnya. Selama pertarungan itu beberapa kali aku terpekik agak keras karena kontol Edo yang tegar dan perkasa itu menggesek bagian paling dalam tempikku (mungkin titik itu yang dinamakan G-Spot atau titik gairah seksual tertinggi wanita) Akhirnya, bersamaan dengan orgasmeku yang entah ke berapa kali aku tak ingat lagi, kulihat Edo tiba juga pada puncaknya. ”Mmmiiiaaaa… ooocchhh…………… ooocccchhhhhh… Mmmiiiiaaaaaaaa…………………… ttteeemmmppikkkmmmuuu… ooccchhhsss… aakkkuu… kkkellluuaaarrrrrr……” rintihnya dengan mimik wajah yang sangat luar biasa dia menyebut-nyebut namaku sambil mengeluarkan kata-kata vulgarnya lagi dan melepaskan puncak ejakulasinya secara bertubi-tubi menyemprotkan seluruh pejunya di dalam tempikku dalam waktu yang amat panjang. Sementara itu kontolnya tetap dibenamkannya sedalam-dalamnya di lubang tempikku sehingga seluruh pejunya terhisap dalam tempikku sampai titik penghabisan. Selanjutnya kami terhempas kelelahan ke tempat tidur dengan tubuh yang tetap menyatu. Selama kami tergolek, kontol Edo masih tetap terbenam dalam tempikku, dan aku pun memang tetap berusaha menjepitnya erat-erat karena tidak ingin segera kehilangan benda tersebut dari dalam tubuhku. Setelah beberapa lama kami tergolek melepaskan lelah, Edo mulai bangkit dan menciumi wajahku dengan lembut yang segera kusambut dengan mengangakan mulutku sehingga kini kami terlibat dalam suatu adegan cium yang mesra penuh dengan perasaan. Sementara itu tangannya dengan halus membelai-belai rambutku sebagaimana seorang suami yang sedang mencurahkan cinta kasihnya kepada istrinya. Suasana romantis ini akhirnya membuat gairah kami muncul kembali. Kulihat kontol Edo mulai kembali menegang tegak sehingga secara serta merta Edo segera menguakkan kedua belah pahaku membukanya lebar-lebar untuk kemudian mulai memasukkan kontolnya ke dalam tempikku kembali. Berlainan dengan suasana permulaan yang kualami tadi, dimana kami melakukan persetubuhan dalam suatu pertarungan yang dahsyat dan liar. Kali ini kami bersetubuh dalam suatu gerakan yang santai dalam suasana yang romantis dan penuh perasaan. Kami menikmati sepenuhnya sentuhan-sentuhan tubuh telanjang masing-masing dalam suasana kelembutan yang mesra bagaikan sepasang suami istri yang sedang melakukan kewajibannya. Aku pun dengan penuh perasaan dan dengan segala kepasrahan melayani Edo sebagaimana aku melayani suamiku selama ini. Keadaan ini berlangsung sangat lama sekali dan kubisikkan padanya bahwa ada bagian tertentu di dalam tempikku yang kalau tersentuh kontolnya, dapat menghasilkan rasa nikmat yang amat sangat. Edopun kelihatannya mengerti dan berusaha menyentuh bagian itu dengan kontolnya. Keadaan ini berakhir dengan tibanya kembali puncak persenggamaan kami secara bersamaan. Inilah yang belum pernah kualami, bahkan kuimpikanpun belum pernah. Mengalami orgasme secara bersama-sama dengan pasangan bersetubuh! Rasanya tak bisa kulukiskan dengan kata kata. Kami kini benar-benar kelelahan dan langsung tergolek di tempat tidur untuk kemudian terlelap dengan nyenyak dalam suatu kepuasan yang dalam. Semenjak pengalaman kami malam itu, aku selalu terbayang-bayang kehebatan Edo. Tetapi entah kenapa suamiku malah tidak pernah membicarakan lagi soal angan-angan seksualnya dan tidak pernah menyinggung lagi soal itu. Padahal aku malah ingin mengulanginya lagi. Karena apa yang kurasakan bersama suamiku sama sekali tidak sehebat sebagaimana yang kualami bersama Edo. Kuakui malam itu Edo memang hebat. Walaupun telah beberapa waktu berlalu namun bayangan kejadian malam itu tidak pernah berlalu dalam benakku. Malam itu aku telah merasakan suatu kepuasan persetubuhan yang luar biasa hebatnya yang belum pernah aku alami selama ini. Bahkan dengan Ki Alugoropun tidak sehebat ini, karena dengan Edo aku merasakan orgasme berkali-kali, sedang dengan Ki Alugoro cuma sekali. Dan walaupun telah beberapa kali menyetubuhiku, Edo masih tetap saja kelihatan bugar. kontolnya pun masih tetap ngaceng dan berfungsi dengan baik melakukan tugasnya keluar-masuk lubang tempikku dengan tegar hingga membuatku menjadi agak kewalahan. Aku telah terkapar lunglai dengan tidak putus-putusnya mengerang kecil karena terus-menerus mengalami puncak orgasme dengan berkali-kali namun kontol Edo masih tetap ngaceng bertahan. Inilah yang membuatku terkagum-kagum. Terus terang kuakui bahwa selama melakukan persetubuhan dengan suamiku, aku tidak pernah mengalami puncak orgasme sama sekali. Apalagi dalam waktu yang berkali-kali dan secara bertubi-tubi seperti malam itu. Sehingga, karena desakan birahi yang selalu datang tiap hari, dengan diam-diam aku masih menjalin hubungan dengan Edo tanpa sepengetahuan suamiku. Awalnya di suatu pagi Edo berkunjung ke rumahku pada saat suamiku sudah berangkat ke tempat tugasnya. Secara terus terang saat itu dia minta kepadaku untuk mau disetubuhi. Mulanya aku pura-pura ragu memenuhi permintaannya itu. Akan tetapi karena aku memang mengharapkan, akhirnya aku menyetujui permintaan tersebut. Apalagi kebetulan anakku juga lagi ke sekolah diantar pembantuku. Sehingga kubiarkan saja dia menyetubuhiku di rumahku sendiri. Hubungan sembunyi-sembunyi itu rupanya membawa diriku ke dalam suatu alam kenikmatan lain tersendiri. Misalnya ketika kami bersetubuh secara terburu-buru di ruang tamu yang terbuka, kurasakan suatu sensasi kenikmatan yang hebat dan sangat menegangkan. Keadaan ini membawa hubunganku dan Edo semakin berlanjut. Demikianlah sehingga akhirnya aku dan Edo sering melakukan persetubuhan tanpa diketahui oleh suamiku. Pernah kami melakukan persetubuhan yang liar di luar rumah, yaitu di taman dibelakang rumah, sambil menatap awan-awan yang berarak, ternyata menimbulkan sensasi tersendiri dan kenikmatan yang ambooii. ”Mestinya pemerintah memperbolehkan rakyatnya melakukan persetubuhan di tempat terbuka, asal tidak terdapat unsur paksaan!” anganku saat itu. Aku berpikir, kalau melakukan persetubuhan di tempat terbuka dengan disaksikan oleh orang lain, pasti lebih nikmat lagi deh! Sampai di suatu hari, Edo membisikkan rencananya kepadaku bahwa ia ingin bercinta secara three in one, tetapi bukan satu cewek dua cowok, tetapi satu cowok dua cewek. Maksudnya dia minta aku melibatkan satu orang temen cewekku untuk bersetubuh bersama. Mula-mula aku agak kaget dibuatnya, tetapi aku pikir-pikir boleh juga ya, hitung-hitung buat menambah pengalaman dalam bersetubuh. ”Wuih, pasti lebih seru nih” pikirku dalam hati sambil membayangkan kenikmatan di tempikku, apalagi sambil melihat juga Edo bersetubuh dengan cewek lain. ”Eh, tapi.. aku cemburu nggak ya? Tapi biarlah, ini kan suatu sensasi lain yang belum pernah kualami” pikirku lagi. Aku malah menambahkan usul kepada Edo, bagaimana kalau dilakukan di taman belakang rumah, habis asik sih! Lagipula aku memang punya temen (namanya Lina) yang ketika aku ceritain soal pengalamanku dengan Ki Alugoro maupun dengan Edo, keliatannya dia bernafsu banget dan pengin ikut-ikutan menikmati, boleh secara three in one ataupun sendiri sendiri, katanya. Soalnya kontol suaminya memang berukuran kecil dan pendek, apalagi suaminya sekarang lagi bertugas ke luar negeri dalam waktu yang lama, sehingga dia selalu kesepian di rumahnya yang besar itu. Ketika hal itu aku katakan pada Edo, dia langsung setuju dan menanyakan kapan hal itu akan dilaksanakan? Tentu saja aku jawab secepatnya. Keesokan harinya, sehabis berbelanja di salah satu mall aku mampir ke rumah Lina dan menceriterakan tentang rencanaku tersebut. Tentu saja dia sangat setuju dan antusias sekali mendengarnya, tetapi dia mengajukan sebuah syarat, yaitu itu dilakukan di taman di tepi kolam renang di belakang rumahnya. adab berjima,berhubungan badan islami,cara berhubungan secara islami,cerita ml islami,hubungan pasutri,pasutri islami,tata cara berhubungan,tata cara berhubungan badan,wanita syiah hot Read the full article
#adabberjima#berhubunganbadanislami#caraberhubungansecaraislami#ceritamlislami#hubunganpasutri#pasutriislami#tatacaraberhubungan#tatacaraberhubunganbadan#wanitasyiahhot
2 notes
·
View notes
Text
Don't Judge a Book by its Cover
Aku adalah mahasiswi yang berkuliah di kampus yang bisa dibilang cukup Islami kota Bandung. Dengan kampus yg terpisah jauh dengan ikhwan rasanya kami lebih terjaga dari pandangan yg membelenggu hati, untuk itu kami lebih terfokus pada kuliah.
Oh iya, sekarang aku sedang menempuh kuliah di jurusan Sastra Arab. Disana banyak sekali akhwat dengan pakaian yg syar'i, terlebih akhwat dengan pakaian serba hitam seperti burung gagak, ditambah lagi mereka bercadar. Tapi pakaian aku mah belum syar'i-syar'i banget kadang suka iri dan kagum dengan mereka.
Suatu hari sepulang kampus, seperti biasa aku pulang bersama kawanku sebut saja ia Ziza, nama aslinya sih Azizatunnisa. Sahabat dari mulai Ospek. Ziza emang teenager hits zaman now banget! Playlist lagu di hp nya nggak jarang berisi lagu lagu korea, jarang banget deh lepas earphone. Pun setiap ada info baru di kampus, dia yg sering pertama tau.
Sambil menunggu angkot, kami duduk di halte depan kampus. Tiba-tiba aku terkagum oleh sepasang merpati yg sedang berjalan di sebrang kampus, eh maksudnya sepasang suami-istri. Aku kadang suka baper kalau lihat pasangan yg baru-baru menikah yg pakaian keduanya nyunnah banget! Iya, si akhwat pakai cadar plus pakaian hitam-hitam, dan ikhwannya berjenggot dengan celana cingkrang. Kulihat mereka berdua sedang bercanda, dan tertawa satu sama lain sambil sesekali si ikhwan menyentuh si akhwat.
Seketika ku kagetkan Ziza, "iiiih Ziza! Liat ituuu, baper banget aku liatnya!" Ziza terkejut dan menatapku sinis "ish biasa aja tau!". "Loh kok begituu? liat deh kapan aku bisa se nyunnah itu, bareng pasangannya pulaa pasti berpahala banyak. Kamu mah malah sinis begitu, huh. Emang nggak pengen begitu?" Ziza menarik nafasnya sambil menepuk pundakku "Ukhty... mereka itu bukan suami istri! Puas?" aku terkejut dan sedikit marah "hah! tau dari mana ah? jangan gosip!" Ziza dengan kesalnya mengingatkanku "Akhwat yg pakai tas pink itu kan? Aku satu kelas dengan dia, dia sendiri yg bilang. Cukup kan baper gak jelasnya? yu ah, udah ada angkotnya."
Aku hanya tertegun dan berusaha menarik hikmah. Yaa Allah, masih nggak percaya dengan itu semua. Masa iya akhwat dengan pakaian serba taat sunnah, melanggar larangan Allah? Wah ini betul betul fitnah yang nyata, orang-orang kan pasti berfikir kalau mereka itu suami istri.
Dari situ Aku menarik kesimpulan, jangan menilai hanya dari fisik saja. Fisik itu bisa menipu, toh yang bertampilan syar'i belum tentu akhlaknya sesuai, yang penampilannya nyunnah banget ternyata bisa jadi orang yg paling depan membela kebatilan.
Belum tentu yg berpenampilan ala preman dengan celana sobek itu orang yg nggak beriman, kali aja dia orang terdepan membela yg hak.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah : Ayat 216)
Kadang kita terlalu suka judge a book by the cover. Padahal isinya kan belum tentu buruk bahkan sebaliknya. Tabayyun mungkin bisa jadi solusi, tanyakan "kenapa antum pakai pakaian yg sobek begitu?" bisajadi ia nggak punya baju lagi jadi pakai pakaian yg begitu.
Tapi bukan jadi kita harus ninggalin sunnah yaa ikhwah fillah... Wajib dan Sunnah harus jadi pegangan hidup.
Wallahu a'lam bisshawab
*Cerita ini diambil dari kisah nyata pengalaman kawan saya, nama sudah samarkan, semoga kita bisa mengambil hikmah. Aamiin Allahumma aamiin
2 notes
·
View notes
Text
ISLAM DAN UJIAN NASIONAL
Hari – hari semenjak masa SMA dahulu begitu mengenang, memiliki banyak cerita heroik, asmara, dan barang tentu sebuah kemalangan anak ingusan yang baru menginjak dewasa. Masa transisi dari kanak-kanak menjadi seorang remaja, agaknya memiliki banyak kisah-kisah yang hingga diumur saya yang hampir kepala tiga saat ini begitu berdampak. Di lingkungan SMA saya dulu yang agamis, ditambah keluarga dan desa yang terpapar paham islamis yang mendarah daging, saya yang baru belajar agama ini di doktrin agar kelak menjadi anak kebanggaan keluarga, desa, bahkan kalau muluk bisa sampai bangsa ini. Berlatar belakang sekolah Islam yang agak tenar di daerah tempat saya tinggal, himbauan agar terus mengkaji kiab suci Al-quran, nyaring terdengar pada setiap detik-detik menjelang isya. “Dalam beribadah tidak ada kata libur, kecuali wanita” ucap ibu, beliaulah yang paling rajin mengingatkan saya setiap selesai melaksanakan salat magrib, agar tidak lupa menjadikan Al-quran makanan setiap hari selain nasi dan tahu tempe.
Saya masih ingat, setiap minggu selepas salat magrib di kediaman pak Urip, rutin diadakan kajian Al-quran dan As-sunnah (Hadist), setiap minggunya berbeda-beda tema dan tentu pengajarnya pula, kajian itu bergulir lama, semenjak ayah saya masih rutin menjadi pemateri, saat itu umur saya baru tujuh tahun untuk seorang bocah yang diajak ayahnya datang kedalam majelis ilmu. Kemudian saya baru kembali begabung dalam majelis tersebut ketika kelas dua SMA, lama memang, untuk sebuah kefakuman setelah ayah saya sudah tidak menjadi pemateri dalam kajian tersebut. Kini generasi penerusnya tinggal beberapa bapak seumuran Menteri BUMN Erick Thohir dan beberapa biji anak muda yang bisa dihitung jari. Rasanya agak miris, di Era ketika anak mudanya sibuk berfoya-foya dan berusaha mencari jati diri, beberapa lagi bingung meneruskan sebuah generasi. Kehadiran saya rutin, jika tidak berbenturan dengan jadwal Moto GP main di trans7, maklum iman saya masih receh sekali untuk anak seumuran itu, naik turun ndak karuan. hehe
Islam dan kehidupan saya memang begitu akrab, seakrab Conrad Anker dan Mungs Stump ketika menggapai puncak denali, puing-puing hidup saya adalah islam dan setiap dosa yang saya buat adalah bentuk kekufuran saya akan islam. Bentuk syukur saya adalah kembali belajar agama sebab terlalu miskin ilmu, dan setali tiga uang, saya dihadapkan dengan kebodohan tentang dunia luar. Bisa dibilang, separuh umur saya saat ini telah saya habiskan di rumah dan lingkungan tempat saya tinggal. Sebab jarak tempat saya sekolah dari rumah bisa ditempuh dengan berjalan kaki, dekat sekali hingga ketika saya berinisiatif untuk naik sepeda saja, rasanya saya ini kok tergolong hamba-hamba yang kurang bersyukur ya.
Klimaksnya adalah ketika saya akan melangsungkan ujian Nasional pada tahun 2014 lalu, kabarnya ujian ini adalah penentu kelulusan hingga seratus persen, yang berarti bahwa tidak ada sumbangsih nilai tambahan dari ujian sekolah lain termasuk ujian praktik dkk, dugaan itu telah membuat diri saya menjadi terlalu paranoid, memunculkan ketakutan-ketakutan yang sebelumnya saya tidak tahu. Selain giat belajar, kriteria seseorang akan berhasil melalui badai Ujian Nasional ini adalah rajin beribadah, begitulah petuah setiap guru yang setiap hari saya temui ketika sedang break di sela-sela mengajar bimbel. Dulu sebulan sebelum melangsungkan agenda teatrikal macam Ujian Nasional, saya di karantina bersama seluruh teman sekelas. Setiap hari tersusun schedule berisi kegiatan selama sebulan penuh tanpa boleh seorang pun meninggalkan area sekolah, mulai dari bangun pagi sampai tidur lagi.
Hal yang paling berat di masa karantina itu adalah bagun pagi untuk menjalankan salat tahajud, bagi saya yang notabene memang sering begadang walau kadang tidak ada gunanya, semacam menonton film atau sesekali membaca buku hingga larut malam, bagun pagi adalah keniscayaan. Berat diatas berat luur, bagaimana perasaanmu ketika peraturan itu menyentuh hal wajib, padahal secara hukum tahajud adalah sunnah, tapi, mau bagaimana lagi peraturan tetaplah peraturan, dengan berat hati dan kedongkolan yang merong-rong setiap di bangunkan tengah malam, saya mencoba ikhlas dan menerima keadaan. Hari demi hari kebiasaan menjalankan tahajud mulai menemukan titik terang, kedongkolan ini perlahan hilang, bersamaan dengan antusiasme kawan-kawan untuk bermunajad kepada Tuhan, di waktu yang tidak semua orang bisa melakukan, memang sebuah keajaiban untuk saya pribadi waktu itu hehe. Menyambung dengan betapa berat salat ini dikerjakan, ada sebuah dalil yang di riwayatkan oleh Abdullah : bahwa disisi Nabi ada seorang yang selalu tidur sampai pagi tanpa mengerjakan shalat (tahajud). Lalu beliau bersabda "Sungguh syaitan telah mengencingi telinganya". (HR. An Nasa'i dan Ibnu Majah)
Ujian Nasional tinggal menghitung hari, seperti tahun-tahun sebelumnya, upacara yang wajib dilakukan sebelum menempuh titik itu adalah meminta restu pada guru-guru tercinta, upacara ini selalu dilakukan dengan mengharap doa dan retu mereka, tentu selain restu kedua orang tua kita. Sore hari dengan membawa beberapa gawan, rombongan kita yang akan melangsungkan Ujian itu melenggang di setiap sudut rumah, bertamu dan sedikit merayu agar sudi kiranya mendoakan anak didiknya. Entah sejak kapan, upacara teatrikal ini bermula hingga di lesatarikan oleh generasi-ke generasi, seperti malika kedelai hitam itu. Wqwqwq
Setan selalu menggoda manusia dari berbagai sudut, dari kanan, kiri, atas sampai bawah, depan juga belakang, tipu muslihatnya enggan pudar sebelum manusia terjerembab dalam api neraka. Pun begitu juga saya yang ketika hari pertama Ujian Nasional itu berlangsung, godaan untuk mencontek kunci jawaban yang di bawa oleh teman-teman memang sulit sekali dielakkan, rasanya kurang percaya pada kemampuan diri sendiri. Padahal kita tahu bahwa masa karantina adalah bagian paling sulit dilakukan, diri saya ditempa oleh berbagai kegiatan yang tujuannya untuk mempermudah melalui Ujian ini. Tapi rasa-rasanya saya mamang pecundang, pada hari penting ini saya gagal menjadi diri saya sendiri, saya tergoda oleh sebuah kepastian yang relatif, dan iming-iming kebenaran yang belum terbukti. Saya seperti kehilangan taji, sebulan lalu yang saya lalui dengan berat itu, kini semakin tidak berarti, tahajud yang saya lakukan pudar, dan doa baik orang tua dan dewan guru kemarin, secara tidak langsung saya khianati.
Hari itu membuktikan bahwa, anak remaja kemarin sore itu tidak yakin pada kemampuan dirinya sendiri, doktrin-doktrin agamis yang ia terima belum cukup untuk memantapkan dirinya akan kemisteriusan rencana Tuhan (Grand Design). Semula campur tangan manusia tidak cukup, tanpa ada cawe-cawe Tuhan dalam harapan saya, tapi tingkat kepercayaan saya yang rutin saya bagun sebulan yang lalu nyatanya belum cukup, remaja ini lagi-lagi harus kalah, oleh dirinya sendiri dan godaan setan yang tiada henti.
0 notes
Photo
Refleksi Berdakwah
Sejujurnya saya kaget juga dapat respon seperti ini atas tulisan yg saya share di Instagram. Saya sadar tulisan saya ini 'sangat' islami, dan teman teman Instagram saya kebanyakan anak psiko, anak guim, anak rk. Sejujurnya saya sangat merasa insecure menulis hal hal yang bernuansa islami di Instagram. Karena kalo boleh jujur, pengalaman S1 di psikologi UI tidak membuat saya merasa secure menyampaikan dengan terus terang refleksi dan pemikiran islami saya. Mungkin saya salah memandang, mungkin ini pengertian yang belum selesai, tapi saya merasa kalo ada perkataan "anak psiko (UI lebih tepatnya) itu open mind" maka itu perkataan yang belum selesai, lanjutannya adalah "anak psiko (UI lebih tepatnya) itu open mind kecuali yang berkaitan dengan agama dan ketuhanan" ini kesimpulan saya ketika mengobrol dengan seorang teman psiko UI yang punya sudut pandang Islam. Mungkin term open mind itu sendiri perlu dicari tau lagi (?) Eheheh
Oke, singkat cerita sejujurnya saya berpikir beberapa kali sebelum memutuskan post tulisan ini di Instagram, btw ini adalah tugas setelah ikut pelatihan training jurnalistik beasiswa biman batch 3 yang diisi oleh bang Edgar Hamas. Kalo ditanya tentang menulis saya suka menulis (terlepas dari bentuk tulisannya ya), tapi saya gak nyaman menuliskannya di Instagram, sedangkan peraturannya harus dipost di Instagram. Akhir akhir ini yang menarik bagi saya adalah refleksi atas kelas kelas tafsir yang saya ikuti. Maka kalo diminta menulis saya akan menulis tentang itu. Saya gak bisa menuliskan sesuatu yang gak menarik buat saya. Jadi kalo demi menyesuaikan diri karena ini medianya Instagram saya menghindari menulis hal hal yang islami, saya tidak bisa karena nanti tidak datang dari hati.
Setelah berpikir beberapa kali dan merasa redaksinya sudah cukup 'aman' saya memutuskan share ini di Instagram. Tapi kemudian saya kaget ada respon yang seperti ini. Achmad ini salah satu pengajar guim ketika saya jadi panitia, anak hubungan internasional, bukan anak lembaga dakwah. Ini jadi mengingatkan saya dengan suatu waktu ketika saya masih menjadi mahasiswa psikologi dan pengurus mentoring di fusi. Selepas kelas, ada seorang teman yang menghampiri saya mengajak bicara, dia ditemani oleh seorang temannya yang berbeda agama. Dia Islam tapi sepertinya masih mencari cari, termasuk yang cukup vokal di angkatan. Dia menyampaikan kepada saya ingin belajar Islam, tapi bingung kemana. Dia adalah tipe orang yang kamu akan berharap dakwah menyentuh hatinya. Tapi kesalahan saya setelah itu, ketika saya menghubungi beberapa mentor yang ada, kurang ada respon karena merasa tidak mampu Nerima anak itu ke grup mentoringnya. Singkat cerita, akhirnya anak itu tidak ikut mentoring dan akupun tidak berusaha mencoba menangkap temanku itu. Saat itu aku dipenuhi perasaan minder dan mungkin disibukkan dengan kesibukan kesibukan lain hingga tidak mengusahakan temanku itu. Padahal jika mengingat ingat waktu itu, saya jadi ingat yang dia butuhkan adalah teman untuk berdiskusi, jadi sebenarnya asal ada teman diskusi itu cukup. Dia mungkin sedang di titik ragu, bimbang, ingin mencari tahu untuk mencari kebenaran bukan pembenaran. Saya yakin dia sendiripun beberapa kali mempertimbangkan diri sebelum akhirnya bilang ke saya. Jika mengingat hal itu saya sedih dan rasa rasanya itu salah satu kelalaian saya.
Dan respon teman saya atas postingan saya di Instagram mengingatkan saya dengan hal itu. Saya jadi berpikir, ada loh orang orang yang mungkin gelisah menjalani hidup saat ini, dan mencari hal hal yang memberinya ketenangan. Dan saya percaya segala hal di Islam akan mendatangkan ketenangan. Refleksi refleksi ini mengingatkan saya dengan esensi dakwah itu sendiri. Saya jadi ingat dua orang teman guim saya ketika ramadhan ini pernah menghubungi menanyakan kajian kajian keislaman. Saya tahu saya sendiri masih banyak kurang dan perlu belajar, saya sendiri masih banyak salah dan lalai, tapi saya sungguh senang ketika bisa menjadi perantara bagi orang lain. Semoga saya selalu Allah beri nikmat berdakwah. Dan dipertemukan dengan orang orang yang mencari kebenaran dan Allah ijinkan salah satunya perantaranya melalui saya. Aamiin ya rabbal alamiin..
#refleksi #dakwah
0 notes
Text
Film Religi? Film Islami?
Dalam KBBI, Film berarti lakon (cerita) gambar hidup. Dengan kata lain, Film menceritakan suatu cerita atau kisah secara audio visual sehingga mampu menghidupkan imajinasi penikmat film dari bentuk tulisan.
Terlepas dari salah satu komponen yang ada dalam film, yakni musik; dalam Islam haram/halal, boleh/ga boleh?; Ditulisan ini tidak mengkaji boleh/ga boleh dari musik atau film, tapi mencoba mengambil hal positif dari film. Perbedaan itu indah bukan? Perbedaan yang ada untuk pembelajaran saling menghargai. Perbedaan pada sesama muslim menjadi warna kehidupan, yang penting aqidahnya sama. Kalau bisa dihindari karena musik akan melalaikan, ya berarti harus dikurangi. itu pendapat saya lhoo; cmiiw.
Saya yang masih suka menonton film pun ga bisa menghindari untuk mendengar musik yang ada di dalam film, sekalipun film islami atau film religi yang terus berkembang saat ini.
Jika musik islami banyak dikaji, bagaimana dengan film islami yang didalamnya ada musiknya? Film menjadi sebuah media dakwah, mewadahi anak muda berkreasi sehingga Iman, Islam tertanam dengan baik menjadi muslim yang selalu ber-fastabiqul khairat; bagi saya itu tidak apa, bagus malah menjadi sarana kebaikan. Yaa siapa tau, suatu hari ada film yang no music, vocal only; dimana backsound film-nya itu suara alam aja, banyak bukan backsound yang instrumen musiknya minim bahkan tidak ada?
Film religi? Kenapa random mau nulis tentang ini, hmm saya mau nulis tentang review film, film religi; sehingga kepikiran kapan sih mula-nya film islami di indonesia, sudahkah film religi benar menyentuh hati dan meningkatkan iman islam saya juga kamu(bagi yang menonton)?
Saya bukan yang suka banget nonton film dan jago me-review film. Namun, ada makna dibalik cerita pada film-film yang ada. Kalau diingat, film Indonesia pertama kali bangkit kembali sekitar tahun 2000-an, saya baru SD. 2000-an awal sepertinya belum ada film religi, film petualangan sherina dan AADC yang lagi booming. AADC saya ketahui dari kakak saya yang sudah SMP menjelang SMA, hehe. Setelah masuk SMP, tepatnya di 2008 Film pertama yang saya tonton dengan teman-teman adalah Ayat-ayat Cinta. Kalu ditanya kenapa mau nonton itu? Saya juga ga tau kenapa, karena hits mungkin; kekinian di masa itu. Hits? iya. Saya masih ingat betapa penuhnya bioskop kala itu, 1 studio full banget; sampai teman saya dapat seat di dekat layar. Selain itu karena diangkat dari novel yang ditulis oleh Habiburrahman El-Shirazy. Ada hal positif apa yang saya dapat? Saya lupa-lupa ingat, tapi yang jelas saat itu saya bisa melihat mesir di film itu. Selain itu, yang baru terpikir saat ini, moral value-nya yakni pentingnya menjaga interaksi dengan lawan jenis yang bukan mahram hingga adanya syariat yang mengatur pernikahan. Pernikahan yang akan membuat hubungan laki-laki perempuan halal dan juga menghindari fitnah. Ayat-ayat cinta menjadi film islami satu-satunya yang saya tonton dalam rentang 5 tahun lebih
Setelah saya googling dengan keyword ‘film islami’, muncul lah 10 film box office bergenre islami dari link ini, yaitu Ayat-ayat Cinta (2008) dengan jumlah penonton = 3.581.947, Ketika Cinta Bertasbih (2009) dengan jumlah penonton = 3.100.906 dan sekualnya dengan jumlah penonton = 2.003.121, Sang Pencerah (2010) dengan jumlah penonton = 1.206.000, 99 Cahaya di langit Eropa (2013) dengan jumlah penonton = 1.189.709, Negeri 5 Menara (2012) dengan jumlah penonton = 772.397, HIjrah Cinta (2014) dengan jumlah penonton = 711.205. Assalamu’alaikum beijing (2014) dengan, DIbawah Lindungan Ka’bah (2011), Dalam Mihrab CInta (2010).
Dari 10 film diatas, yang saya pernah tonton dibioskop hanya Ayat-ayat Cinta :”). I guess, i’m not capable to write this topic, but it’s okay. Film-film bernafaskan islam saat ini menjadi alternatif tontonan bagi yang kurang suka membaca novel atau yang suka banget nonton; yang boleh aja ditonton sebanyak-banyaknya asal tidak melalaikan, dibanding genre film lain. Loh? Genre film lain kenapa? Yaa itu balik ke pilihan masing-masing orang, asal tidak melalaikan~
Dengan jumlah penonton yang cukup banyak, film box office bergenre religi dapat diperhitungkan dalam menanamkan nilai islami. Ditulisan berikutnya mungkin akan saya sambung kembali mengenai film, review-nya dan kisah-kisah lain
Namun, kisah terbaik tetap yang ada dalam Al-Qur’an; Jadi, tetap harus memprioritaskan membaca Al-Qur’an dan mengkajinya yaa.
Tulisan ini sebagai partisipasi pertama saya dalam project challenge #30daysramadhanwriting -nya kak @novieocktavia dan #RamadhanInspiratif dari salman ITB untuk menghidupkan Ramadhan dan membiasakan menulis kembali buat saya. Untuk lihat tulisan saya lainnya di Ramadhan1438H berikutnya klik link ini.
3 notes
·
View notes
Text
Cerpen Lebaran dan Baju Baru, Cerita yang Menyentuh Hati dan Penuh Makna
Cerpen Lebaran dan Baju Baru, Cerita yang Menyentuh Hati dan Penuh Makna
Cerpen Lebaran dan Baju Baru, Cerita yang Menyentuh Hati dan Penuh Makna. Semalam Sulamin tak nyenyak tidur. Di telinganya terus terngiang kata-kata Sadeli, anak semata wayangnya. Sebulan lalu Sulamin telah berjanji pada Sadeli. Jika Sadeli puasa sebulan penuh pada ramadhan tahun ini, maka ia akan dibelikan baju baru, celana baru, dan sandal baru.
Bagi Sulamin, janjinya pada Sadeli sebenarnya…
View On WordPress
0 notes
Photo
Booklovers mau berjumpa dengan penulis-penulis novel Laiqa Elex Media? Catat ya info acara Meet and Greet Penulis Laiqa ini, bersama penulis #TheSpecialBoy Husain Suitaatmadja, penulis #HijabForSisters Anastasia Hardi, dan dimoderasi penulis #TheBoarding Triani Retno! . #LaiQa.. berarti indah dan cerdas. Lini #NovelElex ini mewadahi karya-karya novel dengan napas dan corak Islami. Dengan #LaiQa, Elex Media berharap pembaca terhibur, semakin memahami indahnya Islam, dan terinspirasi dengan cerita Islami yang menyentuh hati. . Tempat: Gramedia Merdeka, Bandung Waktu: tanggal 10 Maret 2018 pk. 14:00 - 16:00 WIB. . Acara ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya, namun karena tempat terbatas, pastikan kamu registrasi dahulu ya di: bit.ly/meetandgreetlaiqa . Informasi: Panitia 0812-88199427 Marketing 021-53650110 / 1 GRAMEDIA 022-4233287, WA 0812-2005146 . . . @gramediabooks @eventjakarta @seputarevent @event.seru @eventgramedia @gramediacentralpark @bita.mwt @praditaseti @sagirangisme @retnoteera @coach.aaboy @gramediabandung #event #bookevent #meetandgreet #novel #elexnovel #fiksi #fiksielex #novelelex #elexfiksi . #ElexMedia #gramedia #elexinstagram #booklover #bookaholic #bukubaru #buku #pecintabuku #bookstagram #booknerd #bookworm #goodreads #instagood #follow #followme http://ift.tt/2FpBjKk
0 notes
Text
Banyu Meneng
Liburan kontroversial. Dari awal diajak mbak Diska ke pantai, kukira ini agenda khusus akhwat. Eh, taunya ikhwan dan akhwat -____-
Banyak sekali pelajaran hari itu. Baik buruknya, dapet.
1. How to Treat a Girl
Saat berangkat, adalah konflik ecek-ecek gegara aku berangkat duluan ke titik kumpul sama mbak Rani. Dan meninggalkan dua teman yang lain. Ya, gitu doang. But, at least, aku belajar, kalau wanita benar-benar memperhatikan hal kecil. Jadi, dekat-dekat sama wanita itu harus mikir2 banget, takut menyakiti. Ngeri ya? Ya. Dan aku ingin segera terlepas dari kengerian ini hahaaa. Pelajarannya, mungkin aku harus sedikit menyesuaikan diri. Tipeku, yg tidak suka tunggu menunggu dalam hal-hal kek gini. Misal kajian gitu, kalau memang bukan karna tidak tau jalan menuju TKP, maka berangkat nggak bareng-bareng juga nggak apa-apa. Aku memang begitu dari dulu. FYI. Tapi yaudah deh, mau belajar sedikit setia dari peristiwa itu. *To be honest, I am not really into it, but I'll try. 'Cause I do care of her. Akhirnya, 2 teman yang lain itu nggak jadi ikut. Awalnya aku kayak mau kebawa sedih gitu, tapi akhirnya sadar, aku tidak boleh menggantungkan mood, perasaan, pikiranku pada sifat dan sikap orang lain. Aku yakinkan diri, pasti Allah sudah mengatur ini sedemikian rupa, sehingga memang lebih baik mereka di rumah saja. Dan sepertinya mereka memang lebih produktif karena ketika pulang, kulihat tugas bersih2 mereka sudah selesai. Endingnya? Alhamdulillah kami sudah berbaikan. Aku minta maaf. Dia memaafkan. Semoga tidak ada hal-hal begini lagi. Karna menurutku, hal-hal seperti ini terlalu murah untuk ditukarkan dengan ukhuwwah. Karna kupikir, emosi semacam ini adalah sulutan dari setan. Jadiii harus dilawaaan~~~~ ^_^ dan aku jugaaa, harus berubaaah... jadi Dora. Eh, jadi teman yang baik!
2. Rentan
Sepanjang jalan, sebagian besar musik yang diputar adalah lagu favoritku dulu. Lagu-lagu Westlife yang pertama kali membuatku jatuh pada dunia bahasa Inggris~ Rasanya masih sama, mendengar lagu WL, seperti mengingat kembali orang yang sempat benar-benar kusayangi. Kurang lebih begitu. Jadii, kucoba lobby supirnya, tapi gagal. Ngga bisa diganti sama murottal wkwkwk. Yaudah, jadi kadang aku ngikut2 nyanyi jugaaa. Rentan kaaan? Yaaa, makanya aku masih sangat butuh banyak belajar, bersama orang-orang yang bersemangat menuju wajah Rabbnya. Bukan karna aku merasa pantas, sudah setara dengan mereka, tapi karena aku sadar, betapa rentannya aku.
3. A Man = A child
Melihat adik-adik pengajar yang Ikhwan nyebur di pantai lengkap dengan bola, nggak ada bedanya kayak ngeliat anak-anak seumuran SD lagi main. Ya mungkin begitu kali ya. Seru sih. Cuma, pada saatnya harus bersikap dewasa, kamu nggak boleh kayak anak kecil ya, nanti. *ngomong sama angin*
4. Every Man is Interesting on his own way
Kupikir laki-laki paling menarik di dunia ini adalah dia. Hahaaa. Yang sevisi dan semisi sama aku~ Eh, pas di mobil, yang nyetir dan satu teman lainnya adalah anak UB angkatan '13. Alhamdulillah sudah bertahun-tahun ini Allah membuatku tidak mudah menyukai laki-laki. Bersyukur banget sama ini. 'Cause I know how much it hurts when you love someone that you should not. Kayak rada-rada trauma jatuh cinta, begitu. Hahaa. Semoga terus begitu, sampai saat kejatuh-hatian itu menjadi ladang pahala. Aamiin.
Jadi maksudku begini, mungkin dari segi fisik, dia kurang menarik menurutmu. Tapi karna selera humornya baik, kamu tertarik. Bisa jadi dia tidak kaya, tapi karena dia bertanggung jawab dengan tugas-tugas yang diberikan padanya, kamu jadi suka. Bisa jadi ilmu agamanya tidak sedalam yang kamu ekspektasikan, tapi dia berusaha berbuat baik dari hal-hal kecil di kesehariannya. Mungkin begitu. Jadi, kesimpulannya, Insya Allah menumbuhkan cinta tidak akan sulit jika saja nanti, kita bersama seseorang yang baru kita kenal, tapi berani menjemput kita dengan modal keimanannya. Akan selalu ada jalan menuju cinta. Jika kita mau membuka hati, jika ia berawal dan berlandasan iman.. Untuk saat ini, tutup dulu. Yang rapat! Biar nggak terambil, terus dikembalikan dalam keadaan retak, patah, ataupun remuk. Nggak mau kan? Eh, nggak mau lagi kaaaan?
5. Hindari Liburan Semacam Ini
Poin pentingnya, usahakan banget ya Na, nggak ikut jalan-jalan ikhwan-akhwat begini. Walaupun niat awalnya hanya tidak ingin mengecewakan Mbak Diska, tapi akhirnya aku mikir... Kalau misal murid-muridku, ikhwan dan akhwat mengadakan perjalanan semacam ini, pasti langsung disidang guru BK -.- nah aku? Sejak saat itu, aku dibayang-bayangi tabungan maksiatku hari itu. Aku mulai takut, esok harinya sudah tidak bisa menyentuh hati anak-anak lagi, dalam keadaan hatiku yang kotor begini~ Semoga ke depan, lebih bisa menjaga.
6. Bercanda
Saat sampai kembali di PDM, titik kumpul awal, aku dan Mbak Rani masih berdiri sebentar, mencari kunci motor. Tentor-tentor lain, yaa teman-teman kontrakan dia... diaaa.. diaaaaaaaaa... nanya, "Nunggu apa, Mbak?" Aku refleks jawab, "Nunggu kamu selesai S2." Eh mereka bengong, tersentak gitu.
"Bener Mbak?"
Sambil mendekati motor kujawab, "Nggak, nggak." Dengan tampang kayak meyakinkan tadi itu cuma becanda.
"Beneran aja Mbak, kasian dia."
"Nggaaaaaak."
Aku pulang.
Pelajarannya... Anna, becandanya hati-hati. Nanti dikira kamu masih menunggu... walaupun sebenarnya memang menunggu *eh. Maksudnya, menunggu pintu ilmu selanjutnya terbuka! Tentang dia, tentang jodoh, kuserahkan sama Allah dulu. Aku masih tertatih menambal-nambal hati kembali.. T.T
7. Bersama Orang-Orang Solih
Di kursi belakang, ada aku dan Mbak Rani. Sepanjang jalan, kami sharing tentang banyaak hal. Dominan tentang Kuttab dan IT. Hahaaa. Aku suka banget sharing2 tentang lembaga pendidikan Islami. Masya Allah-lah, pokoknya. Semoga kelak, lulusan-lulusannya menjadi jundi Islam yang kuat, menembar kebermanfaatan di manapun mereka berada, apa pun posisinya.
Mbak Rani juga cerita tentang 2 Ustadzah kuttab yang tinggal bersamanya. Betapa solihahnya mereka. Tentang Mbak Mei, yang menjadi guru Quran + Iman. Saking ekspertnya. Masya Allah. Kata Mbak Rani, hidup dengan Quran itu, paling nggak, seperti Mbak Mei. Yang bangun jam 1 untuk tahajjud sampai subuh, dilanjutkan dengan solat dhuha, kemudian ngajar, dan di sela-sela itu, ngaji lagi. Dilengkapi juga dengan mempelajari tafsir lengkap yang beliau beli. Kata Mbak Rani, Mbak Mei memang bertekad untuk hidup bersama Al Qur'an. Akhlak beliau? Jangan ditanya, Masya Allah-lah pokoknya. Jadi kata mbak Rani, hidup bersama Quran itu nggak cuma ngafal, dan udah gitu aja. Nggak sesederhana itu. Gitu Na. Nggak malu? -___________-
8. Jatah Liburan, dari Allah
Seminggu di Lombok, aku tak meniatkan untuk ke pantai dan semacamnya. Niatku memang ingin mengabdi pada keluarga, bersilaturrahim dengan kerabat. Dan itulah yang kudapat. Itu sudah sangat membahagiakan. Eh, pas di Malang, malah diajakin. Kan? Pokoknya, tenang aja, ada Allah. Segala sesuatu memang ada saat terbaiknya. Walaupun dari awal ke Malang, aku tidak terlalu tertarik untuk memdatangi tempat-tempat wisata, gegara Lombok sudah terlalu indah T.T Tapi.. Melihat pantai, selalu bisa merekahkan senyum, membahagiakan. Tak peduli keadaan hatimu sedang seperti apa. Kamu akan tersihir, kemudian memuji kebesaran Allah atas keindahan di depan matamu. Dan kamu tahu? Membaca buku di atas pohon pinggir pantai itu rasanya seperti... Oh meeeeen, this is a real holiday! Rasanya kayak bener-bener santai. Padahal di asrama, di sekolah, kewajiban sudah memanggil-manggil untuk dikerjakan. Nggak apa-apa ya, sekali-sekali? 😅
9. Jangan Putus Asa dari Ampunan dan Rahmat Allah
Akhirnya ketika pulang, aku sadar betapa banyak cobaan hari ini.. Ya memang dasarnya tidak syar'i kali ya? Tapi dengan harap, takut, dan cinta aku kembali menghadap-Nya. Mohon ampun atas semua ini. Atas noda-noda yang kubuat lagi dengan keputusan sadar. Astagfirullaha'adzim.
Ini dulu saja, semoga ada manfaatnya. Setiap episode hidup, pasti ada hikmahnya yang jika kita mau, akan menjadi jalan-jalan untuk kembali, setelah kita sempat lupa dan luput.
Yaa muqollibal quluub, tsabbit qolbi 'ala diinik.
SDIT IP-SMPIT IP Malang, 29 Januari 2018
0 notes
Text
Catatan Mahasiswa (2): Tempat Istimewa Bernama CIES
2016 sudah menginjak bulan juli, cepat sekali rasanya semenjak 7 bulan lalu telah demisioner dari chairman of CIES FEB UB –atau bisa dibilang ketua umum– periode 2015. CIES (Center for Islamic Economics Studies) sebuah organisasi lebih tepatnya Lembaga Otonom mahasiswa di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya yang fokus utamanya adalah mengkaji dan belajar mengenai ekonomi pada umumnya dan ekonomi islam pada khususnya. Di CIES lah saya belajar berpikir kritis dan berorganisasi, di CIES lah saya belajar islam lebih lebih dalam, di CIES lah saya belajar karya tulis, karena di CIES lah saya bisa meraih 20 piala dan penghargaan dan keliling Indonesia + 2 negara luar, di CIES lah saya banyak mengenal orang-orang hebat dan inspiratif dengan nuansa kekeluargaan yang kental, di CIES lah saya belajar menjadi leader, di CIES lah saya belajar mengenal apa itu dewasa, dan bagaimana menjadi bijaksana. Dan tanpa ragu, saya mengganggap bahwa CIES adalah keluarga ke-2 saya, juga rumah saya. Semua bermula di 2012. Saya tergabung dengan CIES semenjak September di tahun itu hingga berakhir di Desember 2015 atau selama 3 tahun lebih dan mengikuti semua jenjang kaderisasi serta merasakan di dalam struktur organisasi mulai dari menjadi anggota, manager hingga pimpinan tertinggi. Tentu ada banyak sekali cerita yang rasanya sayang sekali jika saya pendam saja di dalam memori. Dan terbitlah tulisan ini untuk menceritakan kembali memori-memori berserakan yang coba dirangkai kembali sekaligus juga pengobat rindu dengan setiap sudut sekretariat dan orang-orang di dalamnya. Ya, karena saya merasakan CIES mulai ketika masa pergolakan politik mahasiswa di 2012 akhir hingga 2013, masa transisi yang menguras hati dan pikiran di tahun 2013 sampai 2014 awal serta masa stabil dan jaya di tahun 2014, 2015 –dan insyaAllah akan jauh lebih lagi di 2016 dan seterusnya– Teringat di tahun 2012, open house, ada beberapa ukm yang menarik hati saya, dan satu yang utama adalah, tentu saja, CIES. Seperti maba-maba yang lain –bahkan sampai sekarang—dibuat terkesima dengan deretan puluhan prestasi regional sampai internasionalnya. Tentu saja tawaran deretan prestasi sebagai output belajar ekonomi islam yang merupakan basically disiplin ilmu yang akan saya pelajari di bangku kuliah ini membuat mata saya berbinar dan tanpa ragu saya tekadkan untuk bergabung. Formulir CIES saya isi dengan lengkap bersama formulir BEM FEB UB, dan UAKI (rohis kampus). selain dunia ilmiah dalam bentuk CIES, Saya juga ingin merasakan dunia politik dalam bentuk BEM dan dunia rohis dalam bentuk UAKI. Namun, ketika beberapa hari hendak mengikuti gathering maba CIES, ada desas-desus yang berseliweran di antara para maba FEB UB mengenai dependensi CIES pada suatu golongan tertentu, omek (organisasi mahasiswa ekstra kampus). Isu omek ketika itu sangatlah sensitif, omek diidentikkan oleh para panitia probinmaba, dan senior yang lain sebagai organisasi konservatif yang cenderung destruktif dan ekstrimis. Yang saya tangkap ketika itu adalah komando secara tidak langsung “hindarilah mereka sejauh-jauhnya, termasuk jaringan-jaringannya dan orang-orangnya” , dan CIES mereka anggap adalah salah satunya, menurut mereka CIES adalah wadah penghubung antara omek dan mahasiswa kampus dan bahkan ada yang menyebut bahwa CIES adalah omek itu sendiri yang dilegitimasi –dan saya hanya bisa tertawa geli membayangkannya di posisi saya sekarang–. Belakangan saya tahu penyebabnya adalah perebutan kursi kekuasaan presiden BEM yang memang selalu panas sejak jauh tahun-tahun sebelumnya yang melibatkan omek dan anti omek. Sudah lama kursi presiden bem dikuasai oleh anak omek yang kebetulan banyak diantaranya juga merupakan anak CIES, dan pihak anti omek mengambilnya di tahun 2011 dan 2012 dan “membalas dendam” dengan membersihkan orang-orang omek bahkan, seperti nyamuk malaria, sampai jentik-jentiknya pun dibasmi. Itulah, yang menyebabkan juga saya di black listuntuk masuk BEM dan kami dicap negatif oleh teman-teman yang lain. Dan Ya, itulah masa-masa sulit CIES, masa pergolakan politik mahasiswa, semoga adik-adik bisa menjaga agar hal-hal seperti itu tidak terjadi lagi. Don’t take it seriously, it just a politics kata pak Hibibie. Ada sisi positif sebenarnya dengan adanya desas-desus itu,jadinya orang-orang yang bertahan di CIES ketika itu merupakan orang-orang yang menawarkan daya juang dan totalitas yang jauh lebih tinggi, diterpa isu apapun mereka tetap percaya dan istiqomah di jalan ini, sesuai tagline FoSSEI, induk CIES se-nasional, yaitu membumikan islam di bidang ekonomi. Saya ingat di angkatan saya bahkan yang ikut Training CIES (TC) atau jenjang kaderisasi tingkat 2 CIES “hanya” berjumlah sekitar 25-30 orang saja. Bandingkan dengan ketika TC tahun 2016 ini yang pesertanya sampai menyentuh 80 orang. Tapi output orang yang dikeluarkan dari angkatan saya pada akhirnya, siapa yang meragukan seorang Izzi ketua KAMMI UB sekarang, Azmul Fauzi kapel PK2MU UB tahun 2014, Faiz Sanad ketua HMI FEB UB tahun lalu, Jawwad seorang Mawapres UB tahun lalu hingga saya sendiri. Belum lagi jika menarik lagi ke angkatan-angkatan sebelumnya ada banyak “legenda” yang terlahir dari kondisi seperti itu misalnya mbak Shinta, sekdept RnD dan HRD 2012-2013, lulusan terbaik feb tahun 2014 yang sekarang menjadi best researcher di lembaga semegah indef, hingga mas Afif – CM 2013– dengan lembaga koperasinya, Pandawa dan idealisme yang selalu membawanya sampai-sampai mendeklarasikan “Bank Indonesia” sendiri untuk masyarakat miskin dan juga sebagai bentuk protes atas ketidakberpihakan perbankan dengan rakyat kecil. Ya, memang CIES memiliki keunikan sendiri karena fokusnya adalah pada ukhuwah, dakwah dan ilmiah yang kental, mudahnya bayangkan saja Forstilling (Lembaga Dakwah di FEB) dan LSME (Lembaga keilmiahan di FEB) dipadukan, nuansanya Forstilling dengan budaya “akhi-ukhti” nya dan nuansa LSME dengan PKM-nya. Dan CIES mengambil posisi yang tegas dengan mengedepankan ukhuwah dan dakwah nilai-nilai islami terlebih dahulu dari pada ilmiah sehingga maka dari itu kami lebih condong ke anak-anak Forstilling. Karena kami menyadari bahwa untuk membumikan islam dalam bidang ekonomi dasar yang paling utama adalah penanaman nilai islami terlebih dahulu lebih daripada penjelasan dan pembahasan sistem bagaimana ekonomi islam seharusnya. Kombinasi ukhuwah-dakwah-ilmiah yang kental di dalamnya yang membuat saya menyadari pada akhirnya bahwa organisasi ini bukan organisasi biasa, saya amati dengan formula itu plus kombinasi totalitas dan komitmen dari setiap CIESer, lahirlah pribadi-pribadi berkelas yang berpengaruh, mawapres FEB UB dari tahun 2008 hingga 2016 merupakan anak CIES, Pimnas dari sejak CIES berdiri di tahun 2000 sering menjadi delegasi satu-satunya dari FEB UB, dan CIES juga rutin melahirkan banyak tokoh berpengaruh hingga lingkup UB. CIES adalah faktor mayor penyebab itu semua. Atas izin Allah, semoga istiqomah di jalan-Nya. Dan di CIES saya merasakan perubahan transendental dalam diri saya mulai ketika menjadi anggota, manager departemen hingga ketua umum. Rizky sekarang jauh berbeda dengan Rizky tahun 2012 lalu, bagaimana saya dulu, seorang mahasiswa baru yang idealis buta tanpa diimbangi dengan kedewasaan dalam mengambil sikap dan tentu saja ilmu terutama ilmu agama yang sangat cetek membuat saya ketika itu adalah seorang mahasiswa baru dengan ambisius buta, lihat kerennya presiden EM, pingin jadi presiden EM, lihat mas-mbak di CIES bisa keliling Indonesia dan luar negeri dengan karya tulis ikutan kepingin, hal-hal semacam itu sempat terjadi pada diri saya namun sayangnya tanpa diimbangi dengan niat, kerja keras yang sungguh-sungguh dan rendah hati yang benar membuat saya melihat diri saya saat itu tampak sangat puritan. Namun tetap saya tidak menyesal dengan sikap saya ketika itu, karena dari situlah saya belajar, bagaimana untuk tidak lagi menjadi seperti itu, bukankah tidak mungkin seekor kupu-kupu tanpa sebelumnya menjadi ulat dan kepompong? Dan selama di CIES-lah saya diajarkan untuk bagaimana menata niat, pentingnya sebuah kerja keras (belajar) dengan dibarengi kesabaran dan rendah hati. Namun di awal tidak berjalan mudah, Puncaknya adalah 2013, ketika saya waktu itu merasa bahwa impian saya di CIES tidak jua terwujud, lomba paling banter hanya PKM maba itupun lingkupnya kampus saja ketika itu, dan lebih buruk lagi amanah datang bertubi-tubi dengan jumlah personel yang sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah program kerja sampai proker yang saya menjadi kapel ikut juga terbengkalai karena masalah itu dan yang paling parah, di ajang Olimpiade CIES akhir 2013 cabang olimpiade ekonomi islam, ada kejadian memalukan –sekaligus menggelitik jika mengingatnya—bagi saya. Ketika itu babak semifinal, saya melawan 4 tim, saya sangat enjoy dan santai ketika itu tidak merasa bahwa itu adalah sebuah kompetisi. Sama sekali. Tim saya meraih poin terbanyak hingga pertanyaan terakhir babak semifinal menanyakan PSAK No. 109, saya lupa dan seketika secara spontan saya buka buku catatan yang tergeletak di meja saya dan membuka di depan umum, langsung saya jawab tentang Ziswaf dan benar. Teman yang lain protes karena saya membuka buku, setelah panitia berdiskusi, akhirnya keputusan finalnya adalah, tim saya didiskualifikasi. Saya shock. Saya benar-benar tidak tahu ada aturan itu, saya mengindahkan peraturan mengenai larangan membuka catatan karena memang saya benar-benar tidak tahu ada aturan tersebut, pikiran saya macam-macam ketika itu, harga diri saya seperti terinjak di bumi yang paling dalam karena yang lain menganggap saya curang. Dan hal itulah sehingga membuat saya sampai pada satu titik, ingin keluar dari CIES saat itu jua! Alhamdulillah keputusan itu sekali-pun tidak benar-benar terjadi, beruntung saya mempunyai senior-senior dan rekan-rekan hebat yang support saya meluaskan hati saya bahwa semua kejadian itu pasti ada hikmahnya. Ya, kejadian itu memang berhikmah besar bagi saya, setelah itu saya berkontemplasi lama sekali mengenai niat saya apa sudah benar, apa saya sudah ikhlas berjuang di jalan ini? Mungkin itulah cara Allah mengingatkan kita dengan rahmatnya, belakangan saya tahu memang benar adanya. Hasil kontemplasi itu dalam beberapa hari seketika membuat hati saya menjadi lapang, meminta maaf kepada senior dan rekan-rekan, akhirnya saya mengikuti dua proker tersisa di 2013 dengan perasaan berbeda, lebih tenang, merasa lebih dewasa, semacam mendapat sebuah pencerahan baru hingga saya tidak merasakan proker itu bukanlah suatu beban, melainkan sebuah kenikmatan. Dan Benar saja di awal 2014, saya sempat terkejut karena selang beberapa bulan setelah saya “hampir keluar” dari CIES saya dipercayakan oleh majelis syuro CIES menjadi pengurus harian sebagai kepala departemen RnD. Bismillah wa Innalillah. Berbeda dengan suasana 2 tahun sebelumnya, tahun 2014-2015 relatif saya rasakan lebih stabil. Masa itu fokusan utamanya lebih ke membuat platform yang baru pasca masa gonjang-ganjing itu. Pertanyaan semacam, “bagaimana menjaga suasana syar’i tetap terjaga di sekretariat, tapi menjaga komunikasi tetap dinamis dan bagus?” , atau “ bagaimana membuat CIES menjadi lembaga yang bisa lebih ekstrovert agar dakwah bisa tersampaikan lebih luas ke luar” itulah yang menjadi bahasan utama bph ketika itu, beruntung ada ahlinya Public Relation di struktur bph kami dengan mas Ardiyan sendiri selaku CM tahun itu, Jawwad “The Great” sebagai manager PR plus 2 orang sekelas Azmul dan Sandy sebagai kepala divisinya. CIES kembali lagi ke fitrahnya. Dan di tahun 2015 ketika saya diangkat menjadi chairman. Kami tinggal menyempurnakan platform yang dibuat sebelumnya. Fokusan di masa saya adalah ketika itu memperbaiki sistem keilmuan dan sistem kaderisasi. Alhamdulillah walaupun tentu saja ada onak dan duri, di tahun 2015 tercatat memiliki staff ter-istiqomah dibandingkan sebelum-belumnya, di Diklat CIES, tercatat ada sekitar 98 CIESer baru yang ikut, dan kata Resio, CM tahun ini, di Training CIES 2016 kemarin relative stabil dengan dihadiri 80 orang anggota. Masya Allah. Jika ditanya, mengenai masalah tentu ada masalah juga di tahun 2015. Tidak sedikit bahkan, masalah mulai dari beberapa staff yang suka ilang, permasalahan birokrasi dekanat yang menguras pikiran dan tenaga, hingga masalah di tubuh BPH saya sendiri, Tapi Alhamdulillah semua terselesaikan dengan baik. Seakan saya sudah kebal dengan masalah, menjadi lebih bijak dan tenang dalam berpikir dan bertindak dan bisa memimpin dengan baik. Belum cukup, di tahun itu pula, CIES mendapatkan berbagai penghargaan terbanyak dari tahun-tahun sebelum-sebelumnya, mulai dari regional hingga internasional. Semua itu hanya dengan izin Allah dan kerja keras dan doa dari CIESer semua. Dan di tanggal 21 Desember 2015, saya berdiri di podium untuk membacakan pidato penutup untuk masa periode saya, sambil saya mengenang setiap jengkal memori yang terjadi di dalam dan luar sekretariatan itu. Waktu begitu cepat, saya merenungi pula dampak luar biasa yang diberikan CIES kepada saya. Bukan, bukan. Bukan piala-piala dan penghargaan itu, melainkan jauh lebih penting dari pada itu semua, di CIES lah saya berkembang pesat menjadi pribadi yang jauh lebih baik lagi. Di CIES lah saya mempunyai sahabat, kakak dan adik yang luar biasa di sekitar saya, di CIES lah saya berdiri di antara mereka dan merasa di cintai, dan itu adalah anugerah yang tidak akan pernah bisa dibeli oleh piala apapun itu. CIES akan selalu berada di ruang khusus di hati saya, ruang khusus yang terkunci rapat dan tidak bisa dimasuki oleh gadis manapun.#TerimaKasihBijaksana#EkonomRobbaniBisaMuhammad Rizky ArifandiLPI-GIP Mansion (16 Juli 2016)
Ini forto lama, mas Zuhri udah sold out juga. Gambar: (atas) BPH CIES #RisingStar2014 yg cowo, (tengah) CIESer baru ketika Diklat CIES Oktober 2015 lalu dan (bawah) BPH CIES #Lokomotif2015 yg cowo
0 notes
Photo
Seri Anak Mamak Selamat datang di keluarga Mamak. Mari berkenalan dengan Mamak yang galak dan penuh disiplin, Bapak yang menyenangkan dan selalu pengertian. si sulung Eliana, Pukat, Burlian serta si bungsu Amelia. Meski dibesarkan dalam kesederhanaan, kertebatasan, berbau dengan kepolosan dan kenakalan. Mamak selalu menanamkan arti kerja-keras, kejujuran, harga diri serta perangai tidak tercela. Dan di sini, kasih sayang keluarga adalah segalanya. Selamat datang di dunia anak-anak yang tidak pernah kalian bayangkan. “Membaca buku ini sungguh menyentuh. Mengisahkan pengalaman-pengalaman indah masa kecil dan remaja yang penuh romantika. Ada cerita tentang kenakalan anak-anak, kreativitas, persahabatan, keberanian, perjuangan hidup sampai kisah cinta yang manis. Sungguh membuat hati kita bisa menjadi semakin jernih...” (Kak Seto, Ketua Komnas Anak) Penulis : Tere Liye Harga : Rp. 200.000,- Pemesanan: 085729219349 (WA and SMS only) 082186174930 (WA and SMS only) . *No COD . #buku #zerotohero #tokobuku #jualbuku #book #bukuislam #islami #novel #novelislami #parenting #bukuparenting #parentingislam #siapnikah #nikah #pranikah #persiapan #gilabaca #kutubuku #setapak #bookstore #pendidikan #Jepang #inspirasi #bukuinspirasi #tereliye #buyahamka #enterpreneur #newbie
#tokobuku#setapak#buku#nikah#jepang#bukuparenting#bukuislam#gilabaca#kutubuku#islami#newbie#bookstore#novelislami#persiapan#novel#siapnikah#parenting#jualbuku#inspirasi#zerotohero#tereliye#book#buyahamka#pendidikan#bukuinspirasi#enterpreneur#pranikah#parentingislam
0 notes
Text
Saya temukan banyak sekali pengalaman selama saya menulis skripsi, kurang lebih selama satu semester ini. Alhamdulillah, awal puasa tepatnya minggu pertama puasa saya sidang dan dengan segala ke rela an hati, saya legowo menerima segala kritikan dan saran dari dosen dosen saya yang super super terbaik.
Bagi saya, sidang belum lah akhir dari perjuangan skripsi. Karena, mulai dari sidang lah sebenarnya saya benar benar menggarap skripsi yang nyata. Karena sebelumnya, dosen saya benar-benar melepas saya entah itu benar atau salah penting di bimbing aja, ga tau esensi dari skripsi :D
Dan tiba keputusan dari penguji ke 3 saya, bahwa saya harus menambah teori dan sedikit mengubah teori (menghibur diri), haha nggak nggak, banyaak kali teori yang diubah, kemudian yang membuat berat hati saya adalah saya harusmeminta data lagi ke rehabilitasi napza.
lumayan shock setelah dengar itu, namun aku easy going aja. Karena setelah sidang aku masih ada banyak agenda hingga akhir romadhon, dan dilanjut hingga syawal, masih banyak jadwal merayap.
Dan baru sempat menyentuh skripsi sekitar tanggal 17 an juli hingga saat ini. Alhamdulillah, kemaren rabu ketemu dosen setelah hari selasanya saya muter muter mencari beliau di kampus dan akhirnya ke rumah. Dan beliau mau ditemui rabu. Rabu saya baru mendapat pencerahan, bahwa yang diinginkan dosen saya itu hanya sebatas langkah-langkah bimbingan yang dicelupkan dengan teori konselng dan harus dibalut dengan nuansa islami. Tak perlu merubah banyak teori dan tak perlu mengubah judul.
Allah kariim, padahal kalian tau, aku telah mengubah banyak sekali tulisan ini dan akhirnya beliau bilang gitu, padahal kalau ingat kemaren pas sidang beliau ituuu menyuruh ganti juduuul. Rasane pingin nesu,munimuni, dan entahlah.
....................................
Mungkin, ini cara Allah menegurku, biar saya bisa silaturahim lagi di ruang napza.
Dan saya mendapat info dari mbak konselor bahwa pasien napza yang dulu menjadi sampel saya wawancara, mereka semua sudah bebas dan udah pulang. Oh no!
Dan hanya bisa saya dapatkan info dari mbak konselor, namun saya tulis di skripsi dari cara pandang si pasien.
Dan, banyak sekali hal hal di dunia luar yang tidak saya ketahui. saya dan mbak konselor melakukan wawancara tapi kaya ngobrol biasa, karena sudah saking larutnya dalam obrolan. Kami membahas tentang pelaku dan pemakai sabu sabu itu orang ini orang itu. Dan kaget nya lagi, orang orang itu tak jauh dari kediaman kita. Aku sangat shock, yaAllah kok aku jadi takut hidup di kota ku sendiri. Karena pengguna sabu ternyata tidaklah sedikit, dan tak sedikit dari preman di kota saya yang menggunakan.
Sampai sampai, saya teringat, salah satu karyawan parabola tv langganan saya yang ketika itu dipanggil oleh ibukku karena ada problem di beberapa channel tv yang hilang. Ketika itu, dia sambil mengotak atik remote dan mengganti saluran-saluran tivi, sambil ngobrol dia cerita bahwa dia sudah tidak tinggal di klaten, betapa kagetnya saya dan ibu, karena dia jauh jauh dari semarng hanya karena panggilan dari langganan nya. ‘ala kulli hal, dia pindah karena satu hal yg bermasalah dengan pekerjaan nya, dan mengaharuskan dia bekerja sebagai tukang ojek online di semarang. Dia ingin mendirikan komunitas ojek di klaten. Tapi ternyata, ada hambatan bahwa, di klaten setiap buka jaringan bisnis baru dan itu dipandang menghasilkan omset banya, dia harus berhadapan dulu dengan preman di klaten, dan menyetorkan uang rutinan ke preman. Hemm, ngeri ya, aku jadi inget film india berjudul “Singham”, bagi yang belum pernah lihat, rekomendasi banget tuh film, karena ga melulu soal percintaan dan aksi laga, namun ada unsur politik , dimana si preman preman yang menguasai kota itu adalah suruhan pejabat kota itu sendiri.
Ternyata bnar, bahwa salam Islam menyuruh kita mencari pemimpin yang muslim, itu no 1. Karena bila muslim, dia akan tau bagaimana ia memimpin sebuah pemerintahan yang baldatun thayyibatun wa rabbun gahfur.
wallahu musta’aan
0 notes
Text
30 menit lebih dekat bersama Bunda
*Termin 1* #AbirTanya A : Sebenernya lebih ke minta saran aja sih bun, gimana caranya buat semangat murojaah ditengah kehidupan yang ga mendukung buat berkehidupan pesantren B : Berteman dengan orang-orang sesame huffadz juga say, bikin jadwal pribadi dan berlatih untuk disiplin. Kalau melanggar, iqab diri sendiri dengan shodaqoh atau istighfar minimal 100x *misalnya A : Tapi kalau misalnya udah terlanjur main kejauhan gimana bun ? Misalnya kayak udah terlanjur bergaulnya sama anak-anak luar yang notabenenya sibuk di kegiatan non islami B : Simple aja itu say, berarti kamu salah gaul, hee #FatimahTanya F : Fathimah masih bingung gimana interaksi sama cowok yang sewajarnya. Kadang di kedokterankan ada praktek gitu kan bun, yang harus megang megang cowok. Nah Fatimah masih takut gitu bun, itu harusnya gimana ? Terus kalo sehari-hari juga bun. Fatimah masih takutan sama cowok. Hehe B : Bu Dokter Fatimah, kalau dalam Fiqh, dibolehkan menyentuh non mahram untuk keperluan-keperluan tertentu, missal seorang dokter/peruqyah yang akan mengobati pasiennya itu boleh. Kalau mu’amalah sehari-hari ya seperlunya aja, gausah terlalu ekstrem dan gausah terlalu cair juga. #MamadTanya M : Bunda kemaren aku ketemu Bang Subhi pas beliau di Surabaya. Nah cerita banyak deh tentang Islah dan pondok. Sepenglihat aku, Islah tuh kayak minta dihargai, tapi pondok kayak minta dibalesbudiin. Jadi sebenernya ada apa sih antara pondok sama Islah ? Kok kayak kurang sinkron gitu. B : Bunda takut salah jawab nih tentang Islah-Pondok, sebaiknya antenna jangan dengar dari 1 pihak aja, makanya sempatkan silaturrahim ke Pondok, dan coba bangun dialog sama asatidz. Apa yang mereka inginkan *Termin 2* #PrettyTanya P : Bunda, kenapa yah saya pribadi masih sulit banget ikut agenda kebaikan. Pengenya yang biasa ajah tapinya itu baik bun. Tapi saya sendiri belum bisa menyesuaikan hal tersebut. Harus gimana yah bun :(( Rasa gelisah ga enakan selalu menghantui. Tapi di samping itu pretty belum siap buat jadi seperfect mereka mereka. B : Yang namanya kebaikan itu pasti sifatnya ga enak, dan diri kita berat menjalaninya. Beda dengan maksiat yang enak banget buat dilakuin tapi siap-siap aja setelah itu resiko dosanya akan menanti. Belum lagi adzab yang akan Allah balas baik di dunia dan di akhirat. Na'udzu billah min dzalik. Kata Rasulullah saw. manusia yang cerdas adalah yang selalu mengingat kematian. Kenapa Rasul sampai bilang cerdas? Karena ketika seseorang mengingat kematian, in syaa Allah dia akan menghindari diri dari maksiat. Ketika dia mengingat kematian dia akan senantiasa merutinkan perbuatan-perbuatan baik. Makanya dibilang cerdas, karena segala perbuatannya selalu dipikirkan akibat dan resikonya. Tanamkan dalam diri kita seolah-olah kita akan mati nanti malam, sholat yang kita lakukan adalah sholat terakhir. #IzzahTanya I : Kita disuruh buka lengan baju sampe siku untuk belajar teknik pengambilan darah, sedangkan dosennya laki-laki, dan temen-temen lainnya (laki-laki dan perempuan) juga liat. Apakah boleh? Padahal lengan termasuk aurat B : Izzah..kalau memungkinkan teman-temannya suruh minggir dulu bisa ga? Kompromi sama dosen tentang aurat, kalau dosennya muslim yang baik mah in syaa Allah ngerti ya F : Kadang dokernya yang marah ngomelin balik hiks B : Untuk Izzah bs juga kompakan sama temen-temen cewe saling melindungi biar pas praktek aurat tetep bias terjaga K : Dosennya mbah cut juga , bilangnya kalo yg ekstrimis keluar aja B : Ya udah say kalau kayak gitu tawakkal aja sama Allah dan banyak banyak minta ampun, hidayah dan taufiqNya #SaphiraTanya S : Bun, kan katanya kita gaboleh buka jilbab nih ke nonis yg cewe, tapi aku pernah baca artikel di internet, ada ulama yang bilang, gapapa asalkan kita percaya kalo orang itu bisa jaga aurat kita, itu bener ga? B : Saphira..untuk ahsannya lebih baik kita tetap menjaga aurat kita dari wanita noni yaa Mau dia amanah kek, baik kek, tetep kita berhati-hati aja say S : Hmmm aku pernah buka jilbab didepan temen noni aku itu bun masalahnya... >
0 notes
Photo
Burlian Selamat datang di keluarga Mamak. Mari berkenalan dengan Mamak yang galak dan penuh disiplin, Bapak yangn menyenangkan dan selalu pengertian. si sulung Eliana, Pukat, Burlian serta si bungsu Amelia. Meski dibesarkan dalam kesederhanaan, kertebatasan, berbau dengan kepolosan dan kenakalan. Mamak selalu menanamkan arti kerja-keras, kejujuran, harga diri serta perangai tidak tercela. Dan di sini, kasih sayang keluarga adalah segalanya. Selamat datang di dunia anak-anak yang tidak pernah kalian bayangkan. Membaca buku ini sungguh menyentuh. Mengisahkan pengalaman-pengalaman indah masa kecil dan remaja yang penuh romantika. Ada cerita tentang kenakalan anak-anak, kreativitas, persahabatan, keberanian, perjuangan hidup sampai kisah cinta yang manis. Sungguh membuat hati kita bisa menjadi semakin jernih... (Kak Seto, Ketua Komnas Anak) Penulis : Tere Liye Harga : Rp 49.000 Pemesanan: 085729219349 (WA and SMS only) 082186174930 (WA and SMS only) . *Diskon sampai 17 Agustus 2017 *No COD . #buku #zerotohero #tokobuku #jualbuku #book #bukuislam #islami #novel #novelislami #parenting #bukuparenting #parentingislam #siapnikah #nikah #pranikah #persiapan #gilabaca #kutubuku #setapak #bookstore #pendidikan #Jepang #inspirasi #bukuinspirasi #tereliye #buyahamka #enterpreneur #newbie
#tokobuku#tereliye#buku#inspirasi#siapnikah#enterpreneur#kutubuku#parenting#buyahamka#bukuparenting#novelislami#zerotohero#gilabaca#bukuislam#pendidikan#pranikah#bookstore#setapak#jualbuku#jepang#bukuinspirasi#novel#islami#persiapan#parentingislam#book#newbie#nikah
0 notes
Photo
Bidadari Bermata Bening “Novel ini mendeskripsikan dunia pesantren dan orang-orang pesantren dengan apik. Khazanah dan nilai-nilai adiluhung pesantren pun disampaikan dalam bahasa sastra yang indah. Lebih dari itu, novel ini memotivasi para santri dan generasi muda pada umunya untuk meraih kesuksesan dengan bekerja keras, ulet, rendah hati, dan menebar kebaikan secara universal. Saya merekomendasikan novel ini dibaca semuan anak muda!” ---Prof. Dr. Masykuri Abdillah, MA., Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jebolan Pesantren Futuhiyyah Demak, dan Tebuireng Jombang “Jalinan cerita sangat memikat. Tentang kesetiaan cinta dan kesungguhan meraih cita-cita. Sarat muatan lokal. Saya sangat menyukainya. Ini novel motivasi. High recommended ---Ummu Mada, M.Psi, Pemerhati Psikologi Remaja, Jebolan Universitas Muhammadiyah Surakarta “Hadir di saat yang tepat. Kritik sosial yang tajam disampaikan dengan bahasa cinta yang dalam. Ini contoh bahan literasi membangun peradaban mulia. Novel Bidadari bermata bening ini, terasa begitu menyentuh dan lezat dibaca dari awal sampai akhir.” ---Ahmad Mujib, MA., Dosen Sejarah Peradaban Islam, Unissula Semarang Penulis : Habiburrahman Elshirazy Harga : 65.000 Pemesanan: 085729219349 (WA and SMS only) 082186174930 (WA and SMS only) . *diskon hanya sampai 17 Agustus 2017 *No COD . #buku #zerotohero #tokobuku #jualbuku #book #bukuislam #islami #novel #novelislami #parenting #bukuparenting #parentingislam #siapnikah #nikah #pranikah #persiapan #gilabaca #kutubuku #setapak #bookstore #pendidikan #Jepang #inspirasi #bukuinspirasi #tereliye #buyahamka
#bukuislam#novelislami#tokobuku#novel#buku#parenting#siapnikah#tereliye#islami#persiapan#zerotohero#kutubuku#gilabaca#bukuinspirasi#book#jualbuku#bookstore#bukuparenting#parentingislam#jepang#pendidikan#setapak#nikah#buyahamka#inspirasi#pranikah
0 notes