Tumgik
#bukusosialpolitik
kadaryanto97 · 5 years
Photo
Tumblr media
Judul Buku: Penyanyi Istana Suara Hati Penyanyi Kebanggaan Bung Karno Penulis: Nani Nurani Affandi Penyunting: Mardiyanto & Ant. Sigit S Penerbit: Galang Press, 2010 ISBN: 9786028174282 Kategori: Tokoh, Sejarah Bahasa: Indonesia Dimensi: 15x23 cm | Soft Cover Tebal: 400 hlm | HVS Harga Normal: 60.000 Diskon 20% Rp48.000 Kasih yang tulus itu tidak egois, tapi penuh dengan pengorbanan yang ikhlas, apalagi penjara telah membuat saya lebih menghargai kasih sayang dan ketulusan. Karena semua itu membuat kita tenang dalam kehidupan. Mencari musuh dalam sekejap mudah, tapi persaudaraan itu sangat mahal. Walaupun pahit dalam penjara tapi banyak sekali memetik hikmah dalam kehidupan. Karena itu salah satu orang mengira orang yang pulang dari penjara sebagai ex-tapol itu menjadi penakut. Justru kami semakin yakin tak ada kekuasaan yang tertinggi selain Allah. Kalau Tuhan berkata jadi maka jadilah, tak ada yang bisa menghalangi, walau jurang api sekali pun. Sebagai bukti teman saya yang begitu memiliki kekuasaan dan kedudukan terhormat dengan segala kerendahan hatinya masih berani mencari saya. Peristiwa 1965 penuh dengan misteri. Banyak orang yang tak berdosa terseret masuk dalam pusaran gelap peristiwa ini. Salah satunya, Ibu Nani Nurani. la ditangkap dan ditahan tanpa alasan yang jelas. Namun setelah lepas, KTP-nya diberi stigma. Kisah Ibu Nani yang kini adalah orang merdeka ini adalah kisah perjuangan seorang survivor yang layak dibaca oleh siapa saja, terutama kepada peminat sejarah hitam hak asasi bangsa ini." — Yosep Adi Prasetyo, Komisioner Subkomisi Pendidikan dan Penyuluhan KOMNAS HAM #buku #bukusejarah #bukusosial #bukupolitik #bukusosialpolitik #bukumurah #bukudiskon https://www.instagram.com/p/B7llYOUgpeH/?igshid=tldf42l5utef
1 note · View note
kadaryanto97 · 5 years
Photo
Tumblr media
Pekerdja Di Djawa Tempo Doeloe Penulis: Olivier Johannes Raap Penerbit: Galang Press Tahun: 2013 Ukuran: 21 x 25 cm Halaman: xviii + 190 Harga Rp127.500 diskon 20% Rp102.000 PEKERDIA DI DIAWA TEMPO DOELOE Ketika negara Republik Indonesia ini belum lahir, penduduk yang mendiami bumi nusantara ini sudah memiliki kebebasan untuk memilih pekerjaan sesuai dengan minat atau memang telah menjadi warisan  leluhurnya. Sebagai jantung politik pemerintah Hindia Belanda sekaligus pusat industri, Pulau Jawa menjanjikan napas penghidupm yang panjang. Dalam buku ini, Olivier Johannes Raap, sang pcnulis, menuturkan setiap koleksi kartu posnya secara rinci, santun, bahkan takjarang menggelitik. Lebih dari seratus lima puluh pekerjaan sudah dilakoni oleh masyarakat pada rentang akhir abad 19 hingga awal abad 20. Uniknya, tidak sedikit pekerjaan yang sudah punah, namun banyak juga yang bermetamorfosis. Sebut saja, ' penjual sutra keliling. Pada zamannya, pekerjaan itu boleh dibilang menjadi primadona kaum etnis tionghoa namun kini keberadaanya sudah tergilas zaman. Di sini, Olivier menjelaskan bahwa penjual seperti ini disebut “tukang kelontong”. Kelontong adalah alat musik kccil yang bcrbunyi kalau diputar, yang pada zaman dahulu dipakai oleh pedagang keliling Tionghoa. Sungguh melalui kami pos, kita bisa mengetahui banyak istilah ataupun riwayat sejarah yang belum diketahui. Seolah-olah, imajinasi kita dibawa ke masa lalu dan seolah-olah pula, waktu bisa kembali diputar lewat kartu pos. #buku #bukubacaan #tokobukumurah #bukupolitik #bukusosialpolitik #bukusejarah https://www.instagram.com/p/B7tjoZBg-Nh/?igshid=u74xn3gbksf9
0 notes
kadaryanto97 · 5 years
Photo
Tumblr media
Luka Bangsa Luka Kita Penulis: Baskara T. Wardaya, (Ed.) Penerbit: Galang Press Tebal: xii+392 hlm | HVS Dimensi: 14x21 cm | Soft Cover Harga Normal: Rp93.000 diskon 20% Rp74.400 Buku ini ingin mengingatkan kembali masyarakat akan pentingnya Laporan Komnas HAM ...untuk terus dipelajari, dan selanjutnya untuk dijadiakan acuan bagi kerja-kerja kemanusiaan sekarang dan di masa depam. DR. Baskara T. Wardaya, SJ Banyak negara di dunia memiliki jejak buruk, terkait kekerasan kolektif dan pelangaran HAM pada masa lalu. Sebut saja, Jerman, Afrika Selatan, Korea Selatan, dan Argentina. Begitu pula Indonesia. Berbeda dengan negara-negara lain yang berani mengakui, mengolah, dan menuntaskan kejahatan terhadap kemanusiaan, Indonesia sepertinya masih berjalan di tempat. Jangankan sampai pada penuntasan, pada fase pengungkapan pun aktivis HAM sering kali menghadapi jalan buntu. Sebagai bukti, ketika Komnas HAM menyampaikan hasil penyelidikan dan kerja kerasnya selama empat tahun kepada pemerintah, laporan tersebut langsung ditolak dan tidak pernah ditindaklanjuti. Upaa penuntasan masalah pelanggaran HAM pun akhirnya mengambang. Buku ini hendak menajak masyarakat mengupayakan penuntasan masalah pelanggaran HAM di Indonesia bisa terrealisasi. Buku ini menyajika Laporan Eksekutif Hasil Penyelidikan Pelanggaran HAM yang berat Peristiwa 1965-1966, dan disertasi laporan pelanggaran HAM yang terjadi selama Orde Baru. Selai itu, ditamilkan pula tulisan-tulisan menenai konteks terjadinya pembunuhan massal tahun 1965-1966, kekerasan terhadap para tapol di Pulau Buru, dan gagasan mengenai bagaimana seharusnya penanganan dan jalan keluar masalah pelanggaran HAM. Buu ini sangat penting bagi para pejuang kemanusiaan dan semua elemen masyarakat yang peduli terhadap tegaknya keadilan di negeri ini. Secara khusus, buku ini penting bagi generasi muda Indonesia yang ingin mengenal lebih dalam sejarah bangsa dari sudut pandang yang lebih luas. #buku #bukubacaan #bukupolitik #bukumurah #bukuori #bukudiskon #tokobuku #tokobukumurah #bukusosialpolitik https://www.instagram.com/p/B7ti0gtgVFB/?igshid=1iiv8vgd6bdkp
0 notes
kadaryanto97 · 5 years
Photo
Tumblr media
Sukarno Hatta: Bukan Proklamator Paksaan ISBN :9786029431704 BahasaIndonesia Halaman :610 halaman Penerbit:Galang Pustaka Penulis:Walentina Waluyanti De Jonge Harga Rp125.000 diskon 20% Rp100.000 “Di Rengasdengklok tidak ada perundingan suatu pun,” tegas Bung Hatta. Selama “diculik" para pemuda di Rengasdengklok, Bung Hatta membantah bahwa ada perundingan untuk membahas Proklamasi Kemerdekaan. Justru di tengah kegentingan situasi kala itu, ada kebersamaan menarik yang ditunjukkan Dwitunggal, Sukarno-Hatta. Keduanya sibuk bergantian menggendong Guntur yang masih bayi,bahkan saat menggendong Guntur , Bung Hatta bercerita ia terpaksa harus merelakan pantalonnya basah karena Guntur kecil ngompol di pangkuannya._ Begitulah sekelumit sisi jenaka kesetiakawanan Sukarno-Hatta. Predikat dwitunggal mereka sandang karena terbukti saling melengkapi, meski sejatinya keduanya memiliki perbedaan prinsipiil, di antaranya, perbedaan “politik. Hatta lebih menginginkan sistem federalis lewat otonomi daerah, sedangkan Bang Karno menginginkan bentuk negara kesatuan. Kesamaan visi-memerdekakan serta mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial untuk rakyat Indonesia-menjadi tali yang menyatukan keduanya. _ Sangat disayangkan, kesatuan langkah mereka dihadapkan pada sebuah. persimpangan. Pada medio 1950-an, mereka tak lagi menjadi dwitunggal. 'Hatta mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden. Namun, perpisahan itu hanyalah perpisahan dalam perjalanan kepemimpinan. Di luar itu, mereka tetap sepasangsahabat hingga hembusan napas terakhir. Di kala Bung Hatta sakit, Bung Karno mengupayakan pengobatan terbaik. Bagitu pula, saat Bung Karno sakit keras dan diperlakukan semena-mena oleh rezim Orde Baru Hatta hadir untuk menguatkan sang sahabat. Pada perjumpaan terakhir itu, Bung Karno mengucapkan kalimat yang sulit ditangkap, tapi kira-kira berbunyi, “Hoe gaat het met jou?” 'Apa kabar?' Bung Karno menitikkan air mata, menetes. ke bantal. Ia memandang Bung Hatta, #buku #bukubacaan #bukumurah #bukudiskon #bukupolitik #bukusosialpolitik #bukuoriginal https://www.instagram.com/p/B7qONzZg14A/?igshid=z6t0w62mr9dm
0 notes
kadaryanto97 · 5 years
Photo
Tumblr media
JERITAN BANGSA - RAKYAT PAPUA BARAT MENCARI KEADILAN PENULIS: SENDIUS WONDA, SH., M.SI. PENERBIT: GALANG PRESS TAHUN: 2009 ISBN: 9786028174206 UKURAN: 15 x 23 ; 368 hlm HARGA: Rp40.000 Diskon 20% Rp32.000 Impian mereka, Papua harus bebas dari kemiskinan, ketertinggalan, pembodohan, ketidakadilan, ketakutan, manipulatif, intimidasi, pembelengguan, pemusnahan etnis dalam zaman demokratisasi. Manusia harus tunduk pada keadilan dan kebenaran yang tidak dapat diikat dan dibelenggu oleh siapa pun makhluk manusia di bumi. Ketika Kennedy bertemu dengan wakil Belanda, Ia mengatakan bahwa, "Papua Barat bukanlah negeri yang pantas diurusi kekuatan-kekuatan besar dunia." Selain itu, Ia pernah mengatakan kepada Dr. Van Roijen yang saat itu menjabat Duta Besar Belanda di Amerika, "orang-orang Papuamu hanya berjumlah 700.000 dan masih hidup di zaman batu." R. Komer, seorang anggota CIA yang diangkat menjadi Staf Gedung Putih menyatakan kepada pihak Australia, "pernyataan bahwa Indonesia pro blok bila bukan komunis merupakan ancaman bagi mereka dan kita, daripada Indonesia yang memiliki beberapa ribu mil tanah kanibal." #buku #bukusosialpolitik #bukusejarah #bukupolitik #bukubacaan #bukudiskon #bukumurah #bukuoriginal https://www.instagram.com/p/B7qNzDNALPu/?igshid=1xybk2tuwb1gl
0 notes
kadaryanto97 · 5 years
Photo
Tumblr media
Suara di Balik Prahara ISBN : 9786028174633 Tebal: 15 x 23 ; 398 hlm Penulis : BASKARA T WARDAYA, SJ Penerbit : Galangpress Harga: Rp65.000 diskon 20% Rp52.000 Kami selalu dipindahkan dan dipindahkan bagai kotoran yang berbau busuk, menjijikan. Kami ditendang lalu dibuang. Agar hati kami tak lagi tenang. Demikian kira-kira jalan pemikiran penguasa saat itu terhadap kami para korban Tragedi '65." Al Capone (nama samaran), Korban. Buku ini memang beda. Bahkan berbeda dengan buku-buku lain serupa. Ia berupaya menarasikan suatu peristiwa sejarah dengan menampilkan beragam orang yang menjadi saksi maupun korban dari peristiwa seharah tersebut. Bersamaan dengan itu disertakan pula bagaimana mereka merefleksikan dan memaknai apa yang telah dilihat dan dialami menurut perspektif masing-masing. Secara khusus buku ini mengajak Anda untuk menyimak kembali hiruk-pikuk prahara tragedi kemanusiaan yang terjadi di Indonesia pada tahun dengan segala dimensinya. Ada dimensi militer, ada dimensi keagamaan, ada dimensi etnis, ada dimensi sosial-ekonomi-politik. Sementara itu dari para Korban ada narasi mengenai penangkapan tanpa alasan jelas, ada korban salah tangkap, ada pemuda kampung usia 19 tahun yang ditahan lalu dibuang ke Pulau Buru namun secara ajaib mengingat segalanya untuk Anda. Ada juga mantan Pejuang Kemerdekaan yang harus digotong setiap kali selesai diinterogasi oleh bangsanya sendiri. Dari narasi-narasi berikut refleksi serta pemaknaan atas tragedi kemanusiaan yang telah menjadi titik-belok sejarah Indonesia pasca Proklamasi tersebut, Anda diajak untuk berpikir-ulang tentang sejarah: bukan hanya tentang sejarah Tragedi'65 melainkan juga tentang sejarah Indonesia pada umumnya; bukan hanya tentang sejarah Indoensia pada umumnya, melainkan juga tentang di mana Anda sendiri selama ini berdiri di tengah arus sejarah Indonesia. Betul, buku ini memang beda "Keluargaku selalu disakiti, tetapi aku selalu sabar dan mengalah. #buku #bukubacaan #bukusosialpolitik #bukupolitik #bukumurah #bukudiskon #bukuoriginal #bukusejarah https://www.instagram.com/p/B7qNeH6gWAO/?igshid=1pxb3usz95k2s
0 notes
kadaryanto97 · 5 years
Photo
Tumblr media
Menolak Sejarah Penguasa Penulis: Hersri Setiawan Ukuran : 14 x 20 cm Tebal: 226 halaman Harga : Rp83.000 diskon 20% Rp66.400 ISBN : 978-602-8620-54-3 Penerbit Best Publisher Menolak Sejarah Penguasa oleh Hersri Setiawan Rangkaian kekerasan massal terhadap kaum yang di cap Kiri di Indonesia pada pertengahan tahun 1960-an sepertinya masih belum mendapatkan ruang dalam sejarah dan politik Indonesia hingga saat ini. Publikasi terkait fakta tragedi kemanusiaan yang menimpa putra-putri bangsa ini terkesan masih tabu dibicarakan meskipun Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) pada 23 Juli 2012 resmi menyatakan bahwa peristiwa berdarah 1965/1966 merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang berat. Penulisan sejarah terkait kejadian 65 dan penumpasan massal yang ditulis oleh rezim Orde Baru (Orba) secara lugas menyeret PKI sebagai dalang dan Soekarno berikut pengikutnya sebagai pihak-pihak yang juga turut bertanggung jawab atas pemberontakan G30S. Maka tak heran, secara turun-temurun, orang-orang mempelajari penulisan sejarah versi Orde Baru. Pasca kejatuhan Soeharto, para sejarawan dan penyintas menyuarakan fakta yang berbeda dan praktis memberikan sinar terang atas kontroversi tragedi 65. #buku #bukubacaan #bukusosial #bukupolitik #bukusosialpolitik #bukudiskon #bukumurah https://www.instagram.com/p/B7qNFJ4gOlN/?igshid=hnjfy1ar9jzz
0 notes
kadaryanto97 · 5 years
Photo
Tumblr media
Judul Buku: Papua Menggugat 2 Teori Politik Otonomisasi NKRI di Papua Barat Penulis: Sem Karoba, dkk Penerbit: Galang Press, 2004 Kategori: Politik Dimensi: 14 x 20 cm cm | Softcover Tebal: 332 hlm | Buram Harga Normal: Rp45.000 diskon 20% Rp36.000 Buku ini punya Tiga Jilid. Bagian Kesatu berisi catatan seputar Politik Otonomisasi NKRI di Papua Barat, reaksi terhadapnya; disertai dengan beberapa contoh kasus Politik Otonomisasi di dunia dan di Asia-Pasifik. Bagian Kedua mengkaji arti kata Otonomi (Khusus) yang dalam realpolitik-nya disebut Pembangunan; disertai dengan arti, wujud, politisasi Otsus dan latar belakangnya dalam perspektif HAM, prinsip demokrasi, hukum serta teori pembangunan di Tiga Dunia dan Dunia Ketiga. Berdasarkan catatan retorika, realitas dan kajian teori Otsus dan, PAPUA MENGGUGAT NKRI dan kebijakan Otsus-nya pada Bagian Ketiga. Gugatan kali ini punya dua dalih utama. Pertama, bahwa Otsus I l (20022027) ini murni hasil konspirasi internasional, tindak lanjut dan limbah politik Otsus I (1963-1988). Lalu disimpulkan dalam Bab Kosong bahwa kebijakan ini tidak saja mengörbankan Bumi Cenderawasih dengan habitatnya, TETAPI juga tidak menguntungkan NKRI karena nyatanya NKRI telah sejak lama diperalat habis-habisan. "PAPUA MENGGUGAT: Politik Otonomisasi NKRi di Papua Barat!" bahwa kebijakan ini telah memalangkan nasib, menjerumuskan bangsa Papua dan bangsa Indonesia dari krisis yang satu kepada kemalangan yang Iain; tanpa peri kemanusiaan, tanpa menghargai HAM, dengan melanggar prinsip demokrasi dan hukum, untuk kepentingan mesin-mesin kapitalisme-imperialis yang mengutamakan growth, modernism, monetarism, developmentalism, welfarism, socialism, dengan menggadaikan dan melacurkan diri dalam retorika politik yang memalukan. #buku #bukubacaan #bukusosial #bukupolitik #bukusosialpolitik #bukudiskon #bukumurah #tokobuku https://www.instagram.com/p/B7n9FiZgeDd/?igshid=1rly8730vs22e
0 notes
kadaryanto97 · 5 years
Photo
Tumblr media
Arief Budiman - Melawan tanpa Kebencian Penulis: Mustofa Bisri, et al. Penerbit: New Merah Putih Tebal: xviii+268 hlm | Book paper Dimensi: 15x21 cm | Soft Cover Harga normal: Rp85.000 Diskon 20% : Rp68.000 Menyebut nama Arief Budiman, praktis tertuju pada sosok aktivis ’66 yang vokal mengkritik penguasa. Kala menjadi mahasiswa Universitas Indonesia, lelaki yang bernama asli Soe Hok Djin ini bergabung ke kelompok Manikebu (Manifesto Kebudayaan) yang berlawanan paham dengan Lekra (Lembaga Kesenian Rakyat). Lewat tulisan-tulisannya dan aksinya, ia mendukung penggantian rezim dari Sukarno ke Soeharto. Naluri seorang revolusioner menjadikan dirinya tak kenal lelah untuk membendung politik penguasa yang sudah sewenang-wenang. Meski ikut mengantarkan Soeharto ke tampuk kekuasaan, ia mencecar rezim Soeharto dengan kritikan pedas pada tahun 1980-an. Pergerakannya dalam membendung kediktatoran Soeharto tersebut boleh dibilang sangat mengakar kuat di kalangan mahasiswa. Tak tanggung-tanggung, Arief menggunakan cara pandang Marxisme dalam mengevaluasi model pembangunan Orde Baru yang kapitalistik. Ideologi yang saat itu dilarang oleh rezim Soeharto. Kakak dari Soe Hok Gie ini bahkan merintis Kelompok Studi dan membangun jaringan gerakan kiri mahasiswa. Nalar kritisnya selalu ia tuangkan dalam tulisan dan aksi demonstrasi. Tak heran, ia pun menjadi penyemangat bagi para mahasiswa. Tak dimungkiri, rezim Soeharto pun dibuat gerah. Arief, sang penantang Orba, sempat ditahan oleh pihak kepolisian. Namun, akibat berkonflik dengan pihak rektorat Universitas Kristen Satya Wacana terkait pemilihan rektor yang tidak demokratis, Arif sebagai pengajar di kampus tersebut memutuskan untuk berkarier di Australia hingga mencapai gelar Guru Besar. Saat ini, Arief tak muda lagi, namun pemikiran dan semangatnya terus berkobar dalam benak sahabat-sahabatnya, murid-muridnya, para aktivis, serta para pembaca tulisan-tulisannya. #buku #bukubacaan #bukupolitik #bukusosialpolitik #bukusejarah #bukumurah #bukudiskon https://www.instagram.com/p/B7n8Pf8AjhQ/?igshid=1ljlta9cnkmmx
0 notes
kadaryanto97 · 5 years
Photo
Tumblr media
PAPUA MENGGUGAT : Politik Otonomisasi NKRI di Papua Barat! Bagian I : Papua Mencatat Penulis : Sem Karoba, dkk. Penerbit : Watch Papua dan Galang Press, Yogyakarta Cetakan 2004 440 hlm. 14 x 20 cm Harga normal Rp80.000 diskon 20% Rp. 64.000 Sinopsis : "Saya tolak dengan tegas ide otonomi itu. Saya hanya urus Papua Merdeka. Itu sesua dengan mandat yang saya terima...." - Alm. Ondofolo Theys Eluay ---- Buku ini punya tiga jilid. Bagian Kesatu berisi catatan seputar politik Otonomisasi NKRI di Papua Barat, reaksi terhadapnya, disertai beberapa contoh kasus politik di dunia dan Asia Pasifik. Bagian Kedua mengkaji arti kata Otonomi (Khusus) yang dalam real politiknya disebut pembangunan, disertai arti, wujud, politisasi Otsus dan latar belakangnya dalam perspektif HAM, Prinsip Demokrasi, Hukum serta Teori Pembangunan di Tiga Dunia dan Dunia Ketiga. Berdasarkan catatan retorika, realitas dan kajian teori Otus, serta kebijakannya di lapangan ada pada Bagian Ketiga, maka Papua menyampaikan gugatan kepada Indonesia. Gugatan kali ini punya dua dalih utama. Bahwa, Otsus II (2002-2007) ini murni hasil konspirasi Internasional, tindak lanjut dari limbah politik Otsus I (1963-1988). Kemudian disimpulkan dalam Pasal Kosong, bahwa kebijakan ini tidak saja mengorbankan Bumi Cenderawasih dengan segala habitatnya, tetapi juga tidak menguntungkan NKRI karena nyatanya Indonesia telah lama diperalat habis-habisan. "POLITIK MENGGUGAT: Politik Otonomisasi di Papua Barat!" bahwa kebijakan ini t elah memalangkan nasib, menjerumuskan bangsa Papua Barat dan bangsa Indonesia dari krisis yang satu kepada kemalangan yang lain; tanpa perikemanusiaan, tanpa menghargai HAM, dengan melanggar prinsip Demokrasi dan Hukum, untuk kepentingan mesin-mesin kapitalisme-imperialis yang mengutamakan growth, modernism, developmentalism, welferism, socialism, dengan menggadaikan dan melacurkan diri dalam retorika politik yang memalukan. #buku #bukubacaan #bukusosial #bukupolitik #bukusosialpolitik #bukumurah #bukudiskon https://www.instagram.com/p/B7n8pcvg2Ev/?igshid=m5atfjju1bi8
0 notes
kadaryanto97 · 5 years
Photo
Tumblr media
Mafia Migas vs Pertamina Penulis: Ismantoro Dwi Yuwanto Penerbit: Galang Pustaka 2014; 14 x 20,5 cm; 186 halaman ISBN: 978-602-9431-30-8 Harga Rp40.000 diskon 20% Rp32.000 "Go to hell with your aid!" Sukarno lantang menolak bantuan dari Amerika Serikat. Sejarah mencatat, pada era kepemimpinan Sukarno, Amerika Serikat dan negara-negara asing lainnya kesulitan untuk menanamkan pengaruhnya. Bapak Proklamator itu ingin putra-putri bangsa sendiri yang mengelola sumber daya alam Indonesia. Keberadaan asing dalam bisnis migas di Nusantara sudah ada sejak Belanda mendirikan perusahaan-perusahaan minyak Royal Dutch. Sejak itu, sejumlah perusahaan minyak Eropa dan Amerika Serikat berdatangan ke Nusantara untuk berinvestasi, salah satunya adalah Standard Oil. Dan, sejak itu pula terjadilah pertarungan bisnis di antara mereka. Pasca-Proklamasi Kemerdekaan RI, Pemerintah membentuk perusahaan minyak yang dikelola oleh militer. Sukarno memercayakan perputaran roda bisnis migas itu kepada Ibnu Sutowo. Kendati demikian, Sukarno tetap membuka keran investasi dengan aturan super-ketat. Dampaknya, para investor asing merasa terusik. Oleh sebab itu, skenario pun dibuat, mereka bersekongkol menggulingkan Sukarno demi menguasai migas Indonesia. Buku ini mencoba menelisik skenario asing itu sekaligus upaya penggerogotan peran Pertamina agar Indonesia tidak memiliki kedaulatan atas buminya. "Kamu tahu, sejak 1932 aku berpidato di depan Landraad soal modal asing ini? Soal bagaimana perkebunan-perkebunan itu dikuasai mereka. Jadi Indonesia ini tidak hanya berhadapan dengan kolonialisme, tetapi berhadapan dengan modal asing yang memperbudak bangsa Indonesia. Saya ingin modal asing ini dihentikan, dihancurleburkan dengan kekuatan rakyat, kekuatan bangsa sendiri." ----- Sukarno, Presiden Pertama RI. #buku #tokobuku #bukubacaan #bukupolitik #bukusosialpolitik #bukumurah #bukuoriginal https://www.instagram.com/p/B7n-EF-ABOp/?igshid=2vz8x0tos3lr
0 notes