#berkobar
Explore tagged Tumblr posts
Text
Terus Berkobar, Jangan Gentar! Kristus Pasti Menang
Rabu 5 Juni 2024 Terus Berkobar, Jangan Gentar! Kristus Pasti Menang Wahyu 11:1-2 Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, dengan kata-kata yang berikut: “Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya. (2) Tetapi kecualikan pelataran Bait Suci yang di sebelah luar, janganlah engkau mengukurnya, karena ia telah…
View On WordPress
0 notes
Text
Yang Membuat Hidup
Apa yang membuat peradaban hidup? jawabanya adalah Iman.
Kita memahami bahwa Islam itu pasang surut di setiap zamanya. Ketika Islam meredup di suatu tempat, Allah memunculkan suatu kaum untuk menyalakan api dakwah kembali di tempat lain.
Ingatkah kau dengan korupnya Bani Umayyah? dengan kezaliman pemimpin-pemimpin itu, Allah menghadirkan kembali Khalifah yang shaleh dan peduli akan masyarakatnya, Beliau adalah Umar bin Abdul Azis Sang Khulafaurrasyidin ke-5.
Ketika Bani Umayah mulai lalai, munculah Bani Abbasiyah dengan kegemilangn ilmu pengetahuanya. Ketika Abbasiyah sedang lemah karena cinta dunia, munculah Turki Seljuk yang gagah berani dari Asia Tengah untuk menyelamatkan Izzah kaum Muslimin.
Beberapa masa setelahnya, Turki Seljuk dilanda perpecahan, munculah dinasti Zankiyah dilanjutkan dengan Ayyubiyah yang memiliki cita-cita untuk membebaskan Al-Quds kembali.
Bersama dengan itu, Ayyubiyah mulai dilanda perpecahan internal, Turki Rum Seljuk mengambil peran dengan melindungi kaum Muslimin dari arah barat. Kilic Arslan dan Aleadin Keykubad menjadi momok bagi Pasukan Salib yang melewati Anatolia agar tidak terlalu jauh masuk ke bumi Syam.
Di belahan bumi lain, pelarian Bani Umayah, Abdurrahman Ad-Dakhil terpilih menjadi pemimpin Andalusia dan mengembalikan persatuan Umat Islam di sana. Naik turunya peradaban, Andalusia mulai lemah sampai akhirnya muncul Panglima yang bukan dari keturunan dinasti mengambil kepemimpinan, Muhammad bin Abi Amir Al-Mansur atau yang dikenal Alamanzor menyelamatkan muka umat Islam atas serangan Kerajaan Kristen Utara.
Andalusia pecah kembali menjadi kerajaan kecil sampai lemah, akhirnya ditaklukan kembali oleh Bani Murabithun, dilanjutkan Bani Muwahiddun yang menegakan kembali nilai-nilai Islam
Kembali ke Anatolia, Turki Rum Seljuk mulai lemah dengan kedatangan Mongol dan perpecahan suku Turki. Munculah Suku Kayi dengan Suleyman Shah, dilanjutkan Ertugrul Ghazi, lalu besarkan oleh Osman Ghazi yang dikemudian hari membentuk Kesultanan Turki Usmani sampai menaklulan Konstantinopel.
Di Tanah Jawi Nusantara, Malaka di gempur habisan-habisan oleh portugis. Mereka hendak mengobarkan perang Salib atas dasar dendam di Andalusia. Dari Malaka perlawanan berpindah dari Barus, Aceh, Pasai, dan sekitarnya.
Di Jawa, gema jihad terdengar ke telinga Mataram Islam hingga memberangkatkan pasukan untuk menyerang Malaka dan Sunda Kelapa. Bersama koalisi Mataram, Cirebon, dan Banten, Sunda Kelapa ditaklukan yang kemudian hari menjadi Jayakarta.
Berpindah ke tempat lain, ertempuran berkobar di Jazirah Al-Mulk (Maluku). Kaum kafir yang menyebarkan fitnah di jawa dari Mataram Islam ke Giri Kedaton, mulai mengadu domba umat Muslim di Ternate Tidore. Sampai masa kelicikan portugi membunuh Ayah dari Sultan Baabulah, yang akhirnya Sang Sultan mengobarkan Jihad seluruh Maluku, menghancurkan Portugis ke akar-akarnya.
Pertempuran beralih ke Mataram Islam kembali ketika fitnah sudah merajalela. Pertempuran di pimpin oleh Pangeran Mangkubumi yang mengepung Jenderal De Klerk di Benteng Ungaran sampai mati, kemudian melanjutkan perjuangan dengan mendirikan Kesultanan Yogyakarta Hadiningrat sebagai antitesis dari Kesultanan lain yang memilih tunduk kepada Belanda.
Setelah itu, cucunya Pangeran Diponegoro melanjutkan estafet perjuangan dengan menyerukan Perang Sabil gabungan Kaum Ulama, Priyayi, Keraton bersatu padu melawan Penjajah.
Jadi, apa rahasia dari perjuangan setiap zaman itu? apa yang membuatnya perjuangan hidup dari satu tempat ke tempat lain? Jawabanya adalah Iman.
Arsa Coffee Library, 18 Juni 2024
28 notes
·
View notes
Text
Menuju 23 dan hal-hal yang kupelajari darinya: Ketenangan itu Mahal.
Semakin bertambahnya umur, pengalaman, dan juga hal-hal yang telah dilewati semakin menyadari bahwa ketenangan hidup adalah sesuatu yang mahal harganya. Bukan karena makna ketenangan itu dipatok dari sebuah nilai rupiah, tetapi karena ketenangan itu didapatkan melalui banyak pengorbanan, pembelajaran, dan juga pendewasaan yang tak ternilai harganya.
Hingga akhirnya ketenangan yang mahal itu pulalah yang menjadi pematok keputusan apa yang akan diambil. Semakin dewasa seseorang, yang semakin ia cari dan inginkan hanyalah sebuah ketenangan. Apa-apa yang membuat ragu, gelisah, tidur tak lagi nyenyak akan segera diabaikannya. Hidup memang akan selalu dipenuhi dengan masalah, jadi sebisa mungkin keputusan yang diambil menjauhkan hidup dari permasalahan yang akan bertambah.
Salah satu perbedaan emosi yang aku rasakan saat aku di usia remaja dan saat ini memasuki dewasa adalah; perasaanku saat ini tidak semeledak-meledak dulu.
Banyak kesalahan yang aku lakukan diakibatkan ketidakmampuan mengatur emosi, serta gairah dan semangat yang menyala-nyala. Jika diibaratkan sebuah api, usia remaja adalah saat api itu berkobar-kobar dan membara. Kurangnya kemampuan seseorang dalam menjinakkannya tak hanya berpotensi membakar orang lain, tetapi juga membakar dirinya sendiri.
Makna ketenangan bagi masing-masing orang ini pun berbeda. Ada yang mengaitkannya dengan pencapaian dan harta benda yang dimilikinya: merasa tenang saat apa yang dimiliki orang lain bisa dimilikinya pula. Namun ada juga yang memaknainya sebagai perasaan yang dirasakannya: merasa tenang saat tak menyakiti orang lain, merasa tenang dengan minim konflik, merasa tenang ketika dikelilingi dengan orang-orang yang hanya menambah manfaat dalam hidupnya.
Ketenangan itu mahal. Bukan karena untuk mendapatkannya yang susah, tetapi karena tak semua orang bisa merasakannya. Entah karena mereka belum tahu apa makna ketenangan bagi mereka sendiri, bisa juga karena sebagian orang menetapkan standar yang teralu tinggi untuk merasakannya, yang seringkali malah standar tersebut semakin menjauhkan mereka dari ketenangan tanpa mereka sadari.
Jadi bersyukurlah, jika diri kita adalah orang-orang yang bisa mendapatkan ketenangan itu dari banyak hal yang sederhana. Sebab, tak semua orang bersedia untuk membayarnya.
30 notes
·
View notes
Text
Tersambar Nasihat Lama
@edgarhamas
Adakah prinsip baik yang dulu kau yakini, namun makin bertambah umurmu kau mulai melupakannya?
Beberapa malam lalu, seorang guru membahas satu hal sederhana. Tapi bagiku ia bagai sambaran petir luarbiasa. Tausiyah itu berjudul: "Uluwwul Himmah", semangat yang tinggi.
"Kita tidak bangkit dan maju, karena himmah kita receh. Semangat kita redup", sebuah kalimat yang sebenarnya biasa, tapi ia menggugat kepala para manusia dewasa yang mulai menyerah pada mimpi-mimpinya.
Untuk bersemangat saja, banyak di antara kita yang mulai enggan.
Sihir rutinitas membuat kita mati rasa. Semangat besar yang dulu pernah berkobar bahkan kita senyumi sinis karena kita menganggapnya polos dan tak berguna. Beberapa di antara kita, sekadar semangat saja sudah tak punya. Apatah lagi untuk menyelesaikan impian dengan sempurna.
Dulu, kita yakin betul dengan mimpi. Dulu, kita antuasias untuk lakukan banyak hal dengan penuh energi.
Ya, aku tahu realitas membuat kita kaku. Kenyataan meremukkan ekspektasi. Komentar orang membuat kita enggan mencoba lagi. Tapi, apa cuma segitu kita pernah punya nyali?
Tausiyah malam itu, tentang "Uluwwul Himmah", tentang memiliki semangat nan tinggi untuk mewujudkan hal besar. Itu kan yang sering kita bahas ketika masih berseragam putih abu-abu? Ia hadir lagi menggedor pikiran dewasamu yang mulai menjalani hidup sekadarnya saja.
Pantas saja ada orang yang hidupnya hanya sampai usia dua puluh lima, tapi baru dikubur ketika umurnya tujuh puluh lima.
Mari merenung kembali atas perjalanan yang sudah lumayan jauh ini. Adakah ia telah menyerah; atau masih yakin dan punya kemauan mengubah keadaan?
#renungan#catatan#kontemplasi#islamic#inspirasi#islamicquotes#daily reminder#quotation#tadabbur#edgarhamas
280 notes
·
View notes
Text
(2/365)
Menata Niat
Di zaman yang serba digital ini betapa tidak mudah menata niat. Betapa mudah mungkin amal-amal kita kebaikannya hangus begitu saja ketika ada sedikit saja niat yang salah.
Aku masih ingat beberapa kali dalam pesantren subuh, kajian selasa malam, juga halaqah bainal isyaain, guru kami Ustadz Afri sering mengingatkan kami terkait hal ini.
Sebuah nasihat yang pernah disampaikan Imam Abdullah bin Alawy Al Haddad sebagaimana dikutip oleh salah satu murid beliau, Syaikh Ahmas bin Abdul Karim Assyajjar bahwa kadar pahala kita sesuai kadar niay dan tujuan kita dalam beramal, bukan berdasarkan kadar amal kita.
Seandainya amal kita ditentukan oleh kadar amal, sudah tentu kita tidak apa-apanya dengan para malaikat Allah yang sejak awal diciptakan tanpa henti bersujud bertasbih memuji asmaNya hingga hari akhir nanti.
Dikisahkan dalam Kitab Ad-Dawah An Nahdliyah, bahwa dahulu, seekor katak tertatih tatih membawa air untuk memadamkan api yang berkobar yang membakar Sang Kholilullah Nabi Ibrahim, yang tentu saja akhirnya sia-sia. Tapi Allah mencatat niat baik tersebut hingga syariat melarang membunuh katak hingga saat ini. Pun demikian sebaliknya cicak yang justru meniup api kobaran Nabi Ibrahim dengan harapan api membesar, yang juga tentu saja sia-sia. Tapi niat buruknya tercatat di sisiNya hingga menjadi syariat anjuran untuk membunuh cicak, bahkan 100 kebaikan bagi yang membunuhnya dalam sekali pukulan.
Lebih jauh lagi jika kita mengambil hikmah, karena satu niat dari nenek moyang cicak dan katak, maka itu berpengaruh kepada anak cucunya. Demikian pun barangkali dengan kita, betapa kita tidak tahu jika niat kebaikan atau keburukan yang kita lakukan dampaknya bisa jauh hingga ke anak dan keturunan kita kelak.
Semoga kita selalu diberikan kekuatan dan keteguhan untuk senantiasa menjaga niat. Niat melakukan segala sesuatu karenaNya, agar segala sesuatu akan senantiasa bernilai ibadah di sisiNya.
#30haribercerita #30hbc2402
instagram
22 notes
·
View notes
Text
Fresh, dipetik hari ini. cantik. berikut semua yang berjuang untuknya.
Hari ini jenin panas sekali.
Hari ini laporannya 44.930 jiwa.
Hari ini aku ketemu mata mujahidah juga, semoga mimpi yang menyala itu diberkahi, hingga terus berkobar dan sampai pada tanah ini, yang diberkahi pula.
Hari ini aku memangkas banyak emosi buruk, semoga Allah ridhoi.
Hari ini aku tertawa menemukan kesimpulan unik, sedari kemarin kukira ushul sudah dimudahkan; duktur berhasil membuatnya menyenangkan untuk dipelajari. ketika belakangan kutelaah sendiri, ternyata tetap susah, haha.
Hari ini, Allah tetap ajari banyak hal juga. alhamdulillah.
yasudah, meski uas tersisa satu, dan kesudahannya akan kembali memasuki era melelahkan, namun tak apa.
akan tetap Allah ajari, banyak halnya.
4 notes
·
View notes
Text
anakku hidup di bawah langit hitam.
️️️️
selagi nafasnya masih mengembara, aku tidak takut untuk berterus terang perihal betapa bangganya aku punya anak seperti anakku ini. anakku, yang jelita nan laksmi. anakku, yang meriah serupa syair dalam puisi di buku-buku usang. anakku, yang berpesta seorang diri di dalam puncak kepalanya.
️️️️
anakku, hidup di bawah langit hitam. meskipun setiap pagi selalu kusuguhkan secangkir susu hangat dan sepotong roti yang lembutnya selaik gula kapas, jauh di dalam matanya selalu tersiar perjamuan tak diundang yang bertajuk, 'hidup pun tidak semata-mata bernyala dan berkobar, kadangkala ia redup dan tak punya lentera.'
anakku, hidup di bawah langit hitam. sepasang matanya yang dulu pernah meriah dan merdeka sewaktu menyambut hujan telah bertransformasi menjadi seorang yang sukar untuk menyantuni setiap air yang jatuh mengenai ujung dahinya. anakku, bukanlah seorang kromatika. apabila sebab ia sunyi adalah karena ia hidup di bawah langit hitam, oh sungguh, sejatinya aku tidak berpijak di tanah dan di bawah langit yang sama dengannya. menurut anakku, ia telah lama hidup dan berdetak di bawah langit hitam.
️️️️
ketika malam tiba, ia merintih dalam diam, sepasang alisnya saling bertaut, kedua tangannya tak henti menggeragau kepala. saat kutanya, "anakku sayang, ada apa?", sekujur tubuhku bergetar melihat secara gamblang bahwa anakku hidup di bawah langit hitam seorang diri. ia tidak bicara, anakku tidak mampu mengeksplanasi, matanya ingin menangis tapi tak sudi, tangannya menggerayangi kepala hingga kaki, hanya saja tidak ada satupun nyamuk yang bahkan menggigitnya.
️️️️
oh anakku, anakku yang hidup di bawah langit hitam.
️️️️
anakku yang pernah tumandang, anakku yang pernah merdu, anakku yang pernah molek, semolek semenderasa, kenapa kau harus hidup di bawah langit hitam? harusnya biar aku saja, biarlah aku yang memanggul segala memori-memori keji di dalam kepalamu, biarlah aku yang memakan segala nyeri di dalam jantungmu, biar aku saja yang hidup di bawah langit malam itu. sehingga kau tak perlu menjelajahi sarat dosa yang datang dari orang-orang busuk!
️️️️
anakku, hiduplah di bawah langit hitam sedikit lebih lama. tidak perlu kau jabarkan bagaimana rasanya bernapas di sana, atau bagaimana rasa hujan yang mengguyur selesa jantungmu. aku akan selalu meromantisasi sedihmu yang meruah dari dalam sana.
️️️️
anakku, lenteramu akan selalu aku nyalakan meskipun kadangkala hampir mati diterpa angin dan jelaga di jantung kota.
7 notes
·
View notes
Text
Tentang Cemburu yang Masih
Aku masih cemburu
Pada wanita lucu
Yang kau ceritakan waktu itu
Entah apa yang membuatku cemburu
Nada bicaramu?
Cara memujimu?
Atau mungkin Tuhan sengaja
Mengajarkanku rasa cemburu
Yang dulu-dulu belum pernah beradu
Atau mungkin Tuhan bercanda
Padaku yang belum pernah dihinggapi cemburu
Rasanya seperti terbakar
Enggak heran orang-orang menyebutnya api
Dan belum padam hingga kini,
Masih berkobar.
- Sastrasa
#quote#puisi#quotes#galau#inspirasi#sedih#bahagia#motivasi#senang#kasih#cemburu#inovasi#lucu#sastrasa#sastra#rasa#sajak#literasi#booktumblr#book#buku#postindonesia
16 notes
·
View notes
Text
Sumpah serapah bukan senjataku, tapi dia hujamkan semuanya padaku hari ini
Orang seperti itu pastilah orang yg mengidap penyakit hati
Dia tidak akan bisa baik-baik saja selama kebencian di dalam dirinya terhadap apapun masih tertanam
Tugasku gagal mencabut akar kebencian itu, maafkan
Perasaan hangatku dibalas dengan api yg berkobar-kobar
Dia tidak ingat lagi tentangku, yg dia ingat hanyalah perasaan bersalahku yg dijadikannya dalil untuk membela diri
Bukankah pertanda cinta adalah saling menjaga perasaan?
Kita yg baru saja selesai dan kamu sudah bersama orang baru apakah itu kebenarannya dari pernyataan masih cintamu kemarin?
Salah besar ku mengartikan kata "masih" yg sebenarnya itu omong kosong
Mungkin sudah jauh-jauh hari orang ketiga itu terlibat denganmu, aku tidak tahu
Tapi yasudahlah, sebenci apapun kamu sekarang aku akan mencoba menerimanya, tapi sebaliknya aku selalu berdoa smoga kebaikan selalu membersamaimu
Aku pamit
9 notes
·
View notes
Text
ketika api bertemu penyejuknya
jika ada satu halaman untuk menulis kebaikan suamiku, salah satu paragraf paling panjangnya adalah tentang kesabaran.
ia adalah manusia paling sabar yang menuntunku, dengan sabar dan pelan pelan, untuk mendinginkan hati dan kepala setiap api dalam dadaku berkobar.
adalah aku; seorang anak perempuan pertama yang dididik dan tumbuh dengan keras, sekeras batu karang dan penuh remuk redam goresan kehidupan.
sedang ia; adalah manusia yang dicipta dari kelemahlembutan dan keserbaadaan. yang hatinya lembut bagai kapas, gurat tangannya halus dan rupawan.
dan dua manusia berbeda ini bertemu, mencipta percikan kala api bertemu dengan sejuknya. menyisa sejuk seperti kabut pagi hari yang menawan, dingin pada telapak tangan.
kabut itu menyerupa selimut penyejuk;
kala aku bertengkar dengan amarahku sendiri, yang didinginkannya dengan tutur dan peluknya.
dan hari ini ia berkata;
“kamu boleh marah, kamu boleh kesal. tapi sebelum itu, sisipkan dulu istighfar dalam helaan nafas yang panjang,
ya?”
dalam sabarnya membimbingku, ia sekali lagi melukis senyum pada wajahku. pada amarah yang akhirnya layu karena malu, pada emosi yang akhirnya pergi karena terganti.
setiap kali aku marah, sejuk itu selalu sama.
genggam tangannya menguatkan, dan pelukannya meneduhkan.
jangan terlalu marah pada dunia, katanya.
jangan terlalu benci pada kerasnya gurat hidup yang selama ini kamu miliki, katanya.
dan akupun akhirnya setuju. karena bagaimanalah aku bisa marah lagi,
karena Tuhan dan dunia telah berbaik hati mengirimkanmu untukku, menjadi penyejuk api dalam diriku?
aku sungguh sudah tidak pernah marah lagi.
aku sungguh sudah memadamkan api yang membara ini, tersiram oleh sejukmu, sayangku.
00.17—25 Juli 2024.
3 notes
·
View notes
Text
Semoga tetap mampu menjaga nyala itu untuk tetap hidup ya. Tak apa jika cahayanya tak selalu terang benderang, besar berkobar. Tak apa untuk sesekali atau bahkan seringkali meredup jika keadaan memang mengharuskan. Asalkan nyala itu tidak padam dan hilang.
Tak perlu buru-buru, tak perlu mengimbangi laju orang di sekitarmu karena ini bukanlah ajang lari sprint melainkan maraton. Kadangkala kau dapat berlari kencang atau bahkan berjalan perlahan. Asalkan kau dapat sampai pada garis finish dan menyelesaikan apa-apa yang telah menjadi pilihan dan tugasmu.
Tak apa jika kadangkala kau menepi dari hingar bingarnya dunia luar. Dari banyaknya hal yang terpampang dan melenakan. Teruslah berjalan pada jalur laju yang sudah engkau putuskan.
Menepi | 8 Juni 2023
26 notes
·
View notes
Text
Ada orang yang memilih berjuang di jalan dakwah, semangat nya berkobar, keimanannya menular, auranya positif. Belum berbicara sudah meneduhkan hati.
Mungkin peran ini tak seperti dulu, nyatanya majelis ilmu seperti hari ini adalah yang rindu, majelis yang hangat akan ukhuwah. Lagi lagi disadarkan bahwa keistiqomahan tidak bisa berdiri tegak secara sendiri, perlu support dari lingkungan, siraman nasihat yang indah dari sang guru, dan sering-sering dipertemukan dengan orang-orang yang hubungannya dengan rabb-Nya begitu dekat.
Iya, hidayah semahal itu. Maka kalau berdiam diri saja menunggu, bisa jadi kita akan ketinggalan. Sebab jalan kebaikan seringkali memang harus dipaksakan, halau rasa malas. Kalau tidak bergerak sekarang, menyesal kemudian.
Di hari-hari yang Allah begitu mencintai amalah yang dilakukan sang hamba, kembali mengurai doa, refleksi hati dan pikiran untuk terus berada di jalan juang sampai akhir. Hingga kelak, bersama dengan Rasulullah, keluarga, sahabat di Surga yang kekalnya tak terhingga.
Aamiin allahumma aamiin.
- Ahad, Tabligh Akbar Dzulhijjah 25 Juni 2023 -
30 notes
·
View notes
Text
Dakwah Adalah Cinta!
“Memang seperti itu dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu.
Berjalan, duduk, dan tidurmu. Bahkan ditengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang ummat yang kau cintai.
Lagi-lagi memang seperti itu dakwah. Menyedot saripati energimu, sampai tulang belulangmu, sampai daging terakhir yg menempel ditubuh rentamu, tubuh yang luluh lantak diseret-seret, tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari.
Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah. Beliau memang akan beruban kerana tua juga. Tapi kepalanya beruban karena beban berat dari ayat yang diturunkan Allah.
Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz. Dia memimpin hanya sebentar. Tapi kaum muslimin sudah bingung (melihat keadaan dirinya). Tidak ada lagi orang miskin yg bisa diberi sedekah. Tubuh mulia itu terkoyak-koyak.
Sulit membayangkan sekeras apa sang Khalifah bekerja. Tubuh yang segar bugar itu sampai rontok. Hanya dalam 2 tahun ia sakit parah
kemudian meninggal. Toh memang itu yang diharapkannya; mati sebagai jiwa yang tenang.
Dan diakhirat kelak, mungkin tubuh Umar bin Khathab juga terlihat tercabik-cabik. Kepalanya sampai botak. Umar yang perkasa pun akhirnya membawa tongkat ke mana-mana. Kurang heroik? Akhirnya diperjelas dengan salah satu luka paling legendaris sepanjang sejarah; luka ditikamnya seorang Khalifah yang sholih, yang sedang bermesra-mesraan dengan Tuhannya saat solat.
Dakwah bukannya tidak melelahkan. Bukannya tidak membosankan. Dakwah bukannya tidak menyakitkan. Bahkan juga para pejuang risalah bukannya sepi dari godaan kefuturan”.
“Tidak. Justru kelelahan. Justru rasa sakit itu selalu bersama mereka sepanjang hidupnya. Setiap hari. Satu kisah heroik, akan segera mereka sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih tragis”.
Justru karena rasa sakit itu selalu mereka rasakan, selalu menemani. Justru karena rasa sakit itu selalu mengintai ke mana
pun mereka pergi, akhirnya menjadi adaptasi. Kalau iman dan godaan, rasa lelah selalu bertempur, pada akhirnya salah satunya harus
mengalah. Dan rasa lelah itu sendiri yang akhirnya lelah untuk mencekik iman. Lalu terus berkobar dalam dada.
Begitu pula rasa sakit. Hingga luka tak kau rasa lagi sebagai luka.Hingga hasrat untuk mengeluh tidak lagi terlalu menggoda dibandingkan jihad yang begitu cantik.
Begitupun Umar, saat Rasulullah wafat, ia histeris. Saat Abu Bakar wafat, ia tidak lagi mengamuk. Bukannya tidak cinta pada Abu Bakar. Tapi saking seringnya ditinggalkan, hal itu sudah menjadi kewajaran. Dan menjadi semacam tonik bagi iman.
Karena itu kamu tahu. Pejuang yang heboh, riak memamer-mamerkan amalnya adalah anak kemarin sore. Yang takjub pada rasa sakit dan pengorbanannya. Karena mereka jarang disakiti di jalan Allah. Karena tidak setiap saat mereka memproduksi karya-karya besar. Maka sekalinya hal itu mereka kerjakan, sekalinya hal itu mereka rasakan, mereka merasa menjadi orang besar.
Dan mereka justru jadi lelucon dan target doa para mujahid sejati, “Ya Allah, berilah dia petunjuk, sungguh Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”
Maka satu lagi seorang pejuang yang tubuhnya luluh lantak. Jasadnya dikoyak beban dakwah. Tapi iman di hatinya memancarkan cinta. Mengajak kita untuk terus berlari.
“Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu. Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu. Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu. Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu. Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.”
-KH Rahmat Abdullah Rahimahullah-
87 notes
·
View notes
Text
Menapaki Fase Dewasa Yang Sesungguhnya
Seiring dengan berjalannya waktu, aku sudah menjadi anak yang duduk dibangku semester akhir di perkuliahan, dimana masa remajaku sudah beranjak menuju fase kedewasaaan. Semakin banyak tuntutan dan tanggung jawab yang harus diemban tentunya.
Teringat sekali kenangan di awal semester, saat diri ini masih santai-santainya. Namanya juga masih bocil kalo kata kating yang udah senior hahaha. Apalagi dulu kuliahnya masih online jadi kadang waktu kuliah bisa offcam terus ditinggal tidur. Hayo ngaku siapa yang kaya gitu? (gapapa aku juga salah satunya 😄)
Dulu punya cita-cita pengen ballance antara pendidikan dan keuangan cielah wkwk. Jadi pengen tuh bisa kuliah, ikut organisasi, dapet beasiswa, ikut lomba, part time, magang, dan cari pengalaman baru pokoknya (waduh agak maruk yah semua dipengenin). Tapi itu nggak masalah lho, justru yang masalah kalo kita hidup tapi nggak punya mimpi. Kalo kata Andrea Hirata sih "Bermimpilah dalam hidup, jangan hidup dalam mimpi".
Semakin naik semester rasa-rasanya semangat dalam diri semakin berkobar untuk membuktikan bahwa “aku pasti bisa mewujudkannya!” Dan Alhamdulillah ternyata semua mimpi itu satu per satu dapat terwujud. Yah mimpi yang kadang dianggap sepele oleh orang lain. Mimpi yang hanya berani aku tuliskan dalam buku catatanku, mimpi yang hanya bisa aku ceritakan kepada Allah di setiap doaku.
Rasanya aku sangat bersyukur karena diberi kesempatan untuk bisa membahagiakan orang-orang disekitarku. Di organisasi aku bisa terjun untuk membantu masyarakat dan anak-anak, saat mendapat beasiswa aku bisa belajar banyak hal baru yang bisa diterapkan untuk membantu adik-adik maba, mengikuti lomba kemudian juara lalu uangnya aku belikan sepasang baju untuk ayah dan bunda, part time dimana aku bisa memberikan bantuan semaksimal mungkin kepada para customer, dan masih banyak hikmah yang aku dapatkan.
Ternyata setelah dijalani semua bisa dilakukan dengan tuntas. Yang penting sebelum melakukan semua ingat akan ‘niat’. Karena niat tentu akan menguatkan kita disaat kita sedang lelah. Perlahan namun pasti aja, lelah kan manusiawi toh, rehat sebentar nggak masalah. Asalkan jangan langsung cut off tanpa alasan yang jelas alias ghosting hehe. Tau kan rasanya di ghosting gimana? Ga enak banget kan?
Nah sama seperti yang aku rasakan sekarang yang lagi agak capek sama kerjaan part time wkwk. Tapi setelah diinget-inget lagi dulu aku daftar bukan perkara pekerjaannya, tapi 'pelajaran', 'pengalaman', 'petualangan', dan semua kisah- kisahnya yang membuat sadar bagaimana rasanya bisa tumbuh bersama sejauh ini. Terutama sangat belajar kemandirian dengan mendapatkan penghasilan sendiri. Dengan gitu kan rasanya senang karena bisa mengurangi beban orang tua. Prinsipku “ndak usah malu, selagi halal lakuin aja, lagian orang lain juga ndak menghidupi kamu.”
Inti dari tulisan ini adalah mari kita sama-sama terus bermunajat. Semoga apa yang kita lakukan dan perjuangkan hari ini hingga seterusnya senantiasa dimudahkan. Semoga segalanya mendapatkan ridha Allah dan membawa keberkahan. Kalau kata seseorang “sekali layar terkembang, pantang surut kebelakang!” Maka dari itu mari gas terus hingga suatu saat masing-masing kapal yang kita miliki bisa sampai pada tujuannya. Bismillah, Allahu Akbar!
10 notes
·
View notes
Text
Pada momen hari Ibu ini, mari buat percakapan untuk diri di masa depan yang harapannya bisa dibaca ketika kelak Allah izinkan menjadi Ibu.
Aku tidak tau kapan Allah akan sampaikan ke momen itu. Yang kutau, dalam sejarah kehidupan yang telah dijalani, Allah selalu paling hebat dalam menyusun timeline hidup beserta berbagai kejadian didalamnya.
"Halo Anak Baik yang sedang bertumbuh menjadi Ibu Baik, bagaimana perasaanmu? Bagaimana hari harimu? Apakah nama putramu sesuai dengan nama yang telah kau siapkan? Apakah nama putrimu sesuai dengan nama yang sudah kau siapkan? Apakah suamimu semakin baik dari kali pertama bertemu? Apakah ikatan kalian semakin menguat dari waktu ke waktu?
Apakah ketakutan di masa muda yang kau pelihara, tentang kehamilan yang meletihkan, persalinan yang menyakitkan, pemberian ASI di tengah malam yang menyita waktu rehat, dan aktifitas harian Ibu rumah tangga yang nampak monoton itu masih ada? Ataukah ketakutan itu sudah sirna ketika Allah pertemukanmu dengan bayi kecil yang masih menyisakan pancaran sifat RahimNya Allah?
Kau tau, saat kau menuliskan refleksi ini di tahun 2023 ada sebuah tekad yang bersemayam dalam jiwa. Ada semangat yang berkobar dan belum dipadamkan oleh semburan realita. Tentang dirimu yang ingin menjadi Ibu terbaik bagi generasi yang telah Allah titipkan.
Tentang pembinaan bernafaskan nilai Quran, yang harapannya dengan bekal itu putra-putrimu bisa gagah menghadapi zaman dengan Iman yang kuat tertanam.
Tentang pengenalan para maestro tokoh heroik dalam kancah peradaban Islam yang diberikan sejak dini, dengan harapan dalam setiap tingkah laku mereka kelak akan bersandar pada sang teladan.
Tentang penuansaan yang hangat dan pemberian pemahaman yang baik bagi dunia dakwah yang digeluti agar kelak mereka hidup dalam kecintaan terhadap nafas pergerakan ini. Bukan malah merasa menjadi korban atau memilih tak peduli.
Juga tentang tekad untuk memprioritaskan keluarga atas urusan lainnya, karena semua peran di luar sejatinya bisa digantikan tapi kedudukan seorang ibu bagi anak dan seorang istri bagi suami adalah peran penting yang harus diprioritaskan.
Atau tentang penghargaan yang akan kau berikan untuk keragaman karakter dan potensi yang dimiliki oleh putra putrimu. Tentang jiwa pembelajar yang ingin selalu kau jaga agar tetap bisa menyesuaikan diri dengan zaman yang berlaku.
Lantas bagaimana keadaanmu saat ini, Anak Baik? Bilangan tahun ke depan yang akan kamu jalani, mari lakukan refleksi kembali.
Jika apa-apa yang telah tertuliskan ini menjadi nyata bersyukurlah banyak banyak pada Sang Maha Kuasa. Namun pabila apa-apa yang tertulis jauh dari realita, maka jangan pernah berputus asa. Karena selama kematian belum menjemput, masih ada peluang tuk wujudkan tekad dan cita-cita.
Untuk Ibrahim atau Zukhrufa yang nanti akan menjadi putra atau putri pertama Ibu dan Abi, mari kita sama-sama bertumbuh menjadi hamba yang senantiasa diridhai olehNya, Nak.
Tidak akan kalian selalu temukan hal-hal yang membuat hati senang, karena seringkali kesulitan atau hambatan itu yang membuat jiwa kita semakin matang. Namun satu yang harus diyakinkan, Allah Yang Maha Baik tak akan pernah meninggalkan kita sendirian, selama hati senantiasa tertaut dengan Iman.
Saat ini Ibu dan Abi sedang berkutat menuntaskan amanah pendidikan. Agar kelak bisa menapaki anak tangga selanjutnya agar kami terus berkembang. Antara kami saat ini terpisah jarak yang membentang dipagari awan dan lautan. Semoga Allah pertemukan keluarga kecil kita nanti di waktu terbaik dengan kehadiran kalian yang membuat pandangan mata kami tenang.
Kita belajar dan berjuang sama-sama untuk jadi keluarga yang mendatangkan keberkahan bagi sekitar ya, Nak. Sampai masanya nanti Ibu melepas kalian untuk melanjutkan kehidupan dewasa, semoga sudah kuat tertanam nilai-nilai kebaikan yang berlandaskan Iman dan Quran."
22 Desember 2023.
8 notes
·
View notes
Text
Laamaaa banget gaikut kajian, tadi ikut lagi, terus ustadzahnya bilang, apapun peran kita saat ini harus dijalani dengan sungguh2 dan semangat penuh, jangan diawal semangat berkobar tapi selanjutnya malah bubar...
Alhamdulillah berasa disiram air dan lanjutt ingin bertumbuh, setelah lama layu tak kena hujan siraman rohani penyejuk hati..
Bismillah, semoga Allah selalu mudahkan dan lapangkan setiap langkah dalam kebaikan..
Alhamdulillahilladzi bini'matihi tatimusshalihat 🤲💛
11 notes
·
View notes