#belajar di inggris
Explore tagged Tumblr posts
Text
Daftar Harga Sewa Laptop untuk Mahasiswa 2024: Hemat dan Fleksibel
Sewa laptop murah dan berkualitas untuk mahasiswa. Dapatkan laptop terbaik sesuai anggaran di 2024. Lihat daftar harga dan pilih yang sesuai!
1. Sewa Laptop untuk Mahasiswa: Solusi Terbaik yang Hemat dan Fleksibel
Dalam era pendidikan yang semakin maju dan digital, keberadaan laptop menjadi kebutuhan yang tak terelakkan bagi mahasiswa.
Sebagian besar tugas kuliah dan aktivitas akademis lainnya kini mengandalkan perangkat ini.
Namun, tidak semua mahasiswa mampu membeli laptop baru dengan harga tinggi. Oleh karena itu, sewa laptop muncul sebagai alternatif yang lebih ekonomis dan fleksibel.
2. Mengapa Memilih Sewa Laptop?
Keputusan untuk menyewa laptop tidak hanya didasarkan pada faktor ekonomi tetapi juga kenyamanan dan aksesibilitas.
Berikut ini beberapa alasan utama mengapa sewa laptop menjadi pilihan cerdas bagi mahasiswa.
2.1. Ekonomis dan Hemat Biaya
Sewa laptop menawarkan solusi yang jauh lebih terjangkau dibandingkan pembelian laptop baru.
Dengan biaya sewa yang bervariasi antara Rp 200.000 hingga Rp 2.000.000 per bulan, mahasiswa dapat mengalokasikan anggaran mereka untuk kebutuhan lain, seperti buku atau biaya hidup.
Opsi ini sangat cocok bagi mereka yang ingin memiliki akses ke teknologi canggih tanpa harus mengeluarkan biaya besar di awal.
2.2. Fleksibilitas dalam Pemilihan dan Penggunaan
Salah satu keunggulan utama dari sewa laptop adalah fleksibilitas. Mahasiswa dapat memilih laptop yang sesuai dengan kebutuhan spesifik mereka, mulai dari spesifikasi dasar hingga laptop tingkat lanjut untuk tugas-tugas berat.
Ketika kebutuhan berubah, mereka dapat dengan mudah meng-upgrade atau mengganti perangkat tanpa harus membeli yang baru.
2.3. Akses ke Teknologi Terbaru
Dengan menyewa laptop, mahasiswa dapat selalu menggunakan perangkat dengan teknologi terbaru.
Ini berarti mereka tidak akan ketinggalan dengan perkembangan perangkat keras terbaru, yang sering kali penting untuk mengikuti tuntutan akademis yang dinamis.
Read more
#blogger#artikel#anime#laptop#magang mahasiswa#graphic design#belajar#aplikasi#motivation#sekolah ataupun mahasiswa.#mahasiswa kkn#publikasi jurnal mahasiswa kepulauan sangihe#comics#kursus bahasa inggris di malang untuk mahasiswa#cartoon#design
0 notes
Photo
Putri Angkar dari Belajar Bahasa Inggris Bersama Tio: Bertualang di Negeri Misteri
61 notes
·
View notes
Text
Naik Kelas, Melihat Dunia
Saya lahir dari keluarga tidak berpendidikan. Ibu saya tidak tamat SD. Ayah saya meninggalkan madrasah tsanawiyah (setara SMP) karena yatim piatu dan tidak ingin merepotkan kakak tiri dan suami kakak tirinya yang memberi atap, makan, dan menyekolahkan. Saya sejak kecil tidak merasakan "kemewahan" seperti handphone pribadi, komik, diantar jemput pakai mobil, sega, nintendo, playstation atau liburan ke luar kota. Kami sekolah, mengerjakan PR, mengaji di mesjid, and repeat. Kami tidak tahu apa itu politik dalam negeri, apalagi politik luar negeri seperti penjajahan Isra3L pada Palestin4.
Baru setelah merantau ke Singapura, saya mulai belajar apa itu pergerakan, tipis-tipis. Sebelum lulus kuliah ikut Forum Indonesia Muda yang membuat saya terekspos dengan dunia aktivisme. Tapi masih fokusnya pada isu-isu nasional.
Saat master dan PhD di Inggris saya terekspos lebih jauh dengan aktivisme yang lebih formal, seperti menulis antologi, menulis opini di media massa, dan lalu policy brief (semacam rekomendasi kebijakan berdasarkan bukti dan studi ilmiah).
Menjelang lulus PhD, Uni Eropa, Amerika Serikat dan Kerajaan Inggris ketar-ketir dengan invasi Rusia ke Ukraina. Tiga entitas politik ini mengutuk aksi Putin dan mengirim bantuan pada warga Ukraina. Media satu suara mengecam Putin. Beberapa negara juga buka pagar untuk pengungsi Ukraina sebagai bentuk simpati.
Sekarang saya bekerja di Inggris, invasi dan pembunuhan secara terang-terangan oleh IsraëL kepada warga Palestin4 dengan jumlah korban 8000an dalam waktu tiga minggu. Korban masih berjatuhan, aksi militer terus digencarkan dan parahnya didukung oleh Uni Eropa, Amerika Serikat dan Kerajaaan Inggris.
Dunia Barat dan negara superpower punya dua muka. Tahun lalu mereka mengecam invasi Rusia ke Ukraina, tapi tidak invasi Isra3L ke tanah Palestina.
Ini bukan perang karena seperti Ukraina-Rusia, kekuatan militer tidak sebanding. Ini invasi, penjajahan.
Ada hal-hal yang ternyata sulit diubah, tapi bisa jika kita semua satu suara melawan dan menolak diam.
Media massa sudah dua dekade berpihak pada Isra3L. Media massa punya pemilik. Pemiliknya punya keberpihakan. Pemilik media yang besar-besae berpihak pada siapa yang punya. Sulitnya, media seperti CNN dan BBC dipegang kendalinya oleh pendukung misi IsraëL. Kecaman pada grup militan di negara Timur Tengah dan Afrika itu bisa jadi teramplifikasi oleh media massa. Ketika kita lihat mendalam, ternyata ini jadi justifikasi Amerika Serikat membunuh ribu bahkan jutaan manusia di negara "konflik". Well, konflik ini mereka yang mulai dan amplikasi. Dibaliknya ada motivasi lain--sumber migas misalnya.
Ideologi Isra3L itu jelas, zionisme--merampas Tanah Palestina, menghapuskan negara dan bangsa Palestina demi berdirinya negara-bangsa Yahudi. Dari ideologi saja, sudah seharusnya kita tidak berpihak karena untuk mencapai misinya, Isra3L akan membunuh dan mengusir jutaan manusia warga lokal Palestina.
Isra3L sudah tumbuh menjadi negara maju yang punya jaringan bisnis. Ini membuat Uni Eropa tidak mengecam partner bisnis mereka koloni penjajah Isra3L.
Politisi punya hubungan dengan pebisnis Isra3L/orang-orang pendukung ide Zionisme. Misalnya, Perdana Menteri Inggris yang punya investor mantan militer Isra3L dan pejabat pentolan UNICEF ada istri dari investor bagong pendukung zionisme.
Dari 4 hal ini, sulit melawan jika banyak dari kita hanya diam. Media massa dan politisi negara maju tidak berpihak pada Palestin4. Bahkan 1-2 negara Arab malah "membantu" operasi pembantaian warga Palestin4 yang sedang berlangsung.
Jadi, harapan warga Palestin4 tinggal suara mayoritas (orang biasa, kita semua).
Setiap dari kita bisa melawan 4 kesulitan di atas. Lawan media massa yang misleading dengan media alternatif yang berpihak pada kemanusiaan. Tolak eksistensi Isr4el karena ideologinya pengusiran, perampasan, pembantaian, dan rasis. Anggurin semua komen pro-Isra3L biar komen mereka tenggelam. Like & reply komen yang cocok di hati. Jangan pakai istilah negara israhell, karena kita harus menolak mereka sebagai negara karena sejatinya mereka adalah koloni penjajah (settlers colonial state) yang sudah dibiarkan dunia (dengan kawalan negara adidaya) untuk mengambil rumah dan tanah warga Palestin4. Penjajah nomor satu, pembunuh nomor satu abad ini.
Lalu, lawan dominasi ekonomi dengan boikot brand dan block influencer yang mendukung Isra3L secara ekonomi maupun moril. Suarakan kebenaran terus menerus sampai dukungan hak warga Palestin4 dan kecaman pada pemerintah kolonial Isra3L menjadi mainstream. Kita mau semua manusia di dunia diakui sama dan punya hak yang sama, juga warga Palestin4 diakui setara (tidak seperti hari ini dimana pemerintah penjajah Israle menanggap warga Palestin4 hewan. Terlaknat mereka!)
Jika ada kesempatan, berkumpul dan ikutlah turun ke jalan. Buat perjuangan Palestina dan kejahatan perang Isra3L ini obrolan keluarga dan lingkar pertemanan kita. Jika busukny mereka sudah diakui jutaan orang, Isra3L dan teman-teman gentar dan mungkin akan meninggalkan perdana menteri IsraëL terpojok. Buat semua kanal media/tokoh yang mendukung Isra3L malu karena argumen invasi dan pengeboman mereka tidak masuk akal dan tidak sesuai dengan HAM.
Akhirnya, Isra3L akan capek dan habis tenaga jika kita potong aliran dana dan sokongan pada mereka, seperti Rusia akhirnya tarik mundur karena melanjutkan invasi terlalu mahal.
Your boycott is important. Your voice to push politicians to cut ties with IsraëL is important.
We will win this together.
*
Ditulis oleh Bening, seorang anak pedagang kain di kios berdebu di pasar penampungan di Pekanbaru, dia baru saja mengedukasi dirinya lewat media alternatif dan akun Instagram wartawan lapangan di Gaza.
92 notes
·
View notes
Text
Kalo dipikir-pikir
Kalo dipikir-pikir, kenapa temen-temenku begitu rungsing "kapan jodoh dateng" almost tiap hari di WAG, while aku yang biasa aja. Ya, simply prioritas kita beda. Aku rungsing belajar bahasa inggris sama prepare beasiswa, ya itu prioritasku, while buat teman-temanku, mereka gak pusing soal itu, karna prioritas mereka adalah menikah.
Makanya aku kurang relate, atau menanggapi santai kalo teman-temanku udah mulai ngereog pengen nikah. Ya gapapa, wes wayahe.
Aku juga enggak tau akan gimana ke depannya. Sejauh ini, sampai detik ini, masih akan mengusahakan sekolah, walau emang perlu break 2-3 bulan dulu dari tes, biar gak gila.
Kemarin ini bos aku juga bilang, aku tetep harus punya plan lain, siap-siap cari spv lain, aku (dan beliau) juga gak mau kalo aku terus-terusan ada di level yang sama 7th terakhir ini. Mesti level-up, ya dengan sekolah. Career path nya udah pakem.
Tapi ya, lagi lagi, enggak tau Allah ngijinin apa enggak buat sekolah. Sempet questioning, apa karna belum nikah makanya susah banget dapet beasiswa. Tapi ya, kalo gitu, mana dong jodohnya, ya aku juga gak nolak kalo emang ketemu yang cocok sebelum sekolah. Tapi realitanya emang both sekolah dan menikah itu sama susahnya, dalam case ku. Aku gak tau Allah mau ngasih apa di masa depan, tapi kalo boleh jujur, aku capek. Aku gak sekuat itu, gak se-resilient itu.
12 Juni 2024
29 notes
·
View notes
Text
"if we didn't make it, you know for sure it was for my parents mistake."
"hey, that's terrible way to tell me you don't love me."
aku cuma bisa ketawa, entah sedih entah getir, atau karena betulan menyadari kalau kami nggak akan ke mana-mana. seperti biasa, menuju penerbangan paling pagi hari itu, kita berdua terjaga semalaman. tanpa seks, lagi-lagi. aku cuma diam di ujung ranjang—membaca buku, sepanjang kamu menyelesaikan lima report yang harus kamu presentasikan senin pagi nanti. sambil kamu mengajakku bicara tentang alam semesta dan ray, temanmu dari india yang memberimu pelajaran soal hidup setelah dia drop out dari sekolah.
"gue respect ray," suaramu sehangat matahari yang pecah di selasa pagi. "he didn't have to to anything, an only child, from upper class parents, loving family. malah sempet-sempetnya belajar bahasa inggris dan pergi dari rumah, bikin start up sendiri. i don't know what was he thinking."
"the meaning of existence is absurd, somehow," aku menjawab sambil mengambil kopi dari tepi meja. "that's why sartre was confused."
"and so are you."
buku yang baru kamu beli, yang berada di tanganku saat ini, bab satunya bercerita tentang cinta. tentang bagaimana perasaan bekerja di otak manusia, bagaimana endorfin membuatnya jadi rumit.
kalau bicara soal seks, kita bisa dengan sederhana menyalahkan hormon. tapi cinta selalu ada di level lain, di tempat yang tak bisa dengan mudah kita jangkau, untuk kemudian kita salahkan kalau ia tak lagi bekerja di antara dua manusia.
aku membingungkan dan kamu juga, makanya kita berdua tidak ke mana-mana. selalu hanya di ruangan tipe studio, di tamansari semanggi, tempat semua ketakutan itu berubah jadi apapun yang tak bisa kita bagi. kamu dengan duniamu, aku dengan kesepian-kesepianku. di tempat yang selalu dingin ini, pelukanmu tidak pernah bekerja sebagaimana yang selalu aku butuhkan.
aku benci bagaimana saat bersamapun, kita berdua tetap seperti sendirian.
"report kelar!" kamu tersenyum, menutup laptop, lalu menuju ranjang. "tapi kita kehabisan kondom."
aku tersenyum sebelum mengusap puncak kepalamu, lalu berkata, "tidur aja."
kamu menciumku saat aku mengatakannya.
dan aku membalas lumatan itu meski satu-satunya yang kurasakan adalah kegetiran.
("jangan jatuh cinta.
"iya, jangan.")
11 notes
·
View notes
Text
Tentang Perpustakaan
Ketika aku studi di Cina aku kaget karena perpustakaan harus tutup di malam hari
Loh kenapa?
Karena kalau buka 24 jam, dijamin orang-orang tidur semua di perpus untuk belajar
Ujar temanku yang kuliah kedokteran di Cina.
Ia melanjutkan,
Bahkan di akhir pekan, antrian masuk ke perpustakaan itu sampai ke jalanan
Aku kagum akan budaya semangat belajarnya. Dulu ketika aku di bangku SD (yang menggunakan kurikulum Singapur) pun demikian, perpustakaan harus ditutup di jam istirahat makan siang. Kenapa?
Bukan karena petugasnya istirahat, tapi.. agar murid-muridnya bersosialisasi di kantin dan main di playground!
Sebelumnya ketika perpustakaan tetap buka, ternyata banyak murid yang “ansos” karena memilih membaca di perpustakaan. Hal itu mengkhawatirkan para guru, akhirnya ditutuplah library sepetak kami itu.. saat jam recess dan lunch.
Perpustakaan kami pun membuat peraturan hanya boleh meminjam 1 buku dalam 1 kali kesempatan, karena jika tidak dibatasi semua murid berebut meminjam 3-4 buku.
SD kami juga punya library week (pekan perpustakaan) dimana para murid bertukar buku, sekolah mengadakan pameran buku-buku impor, menyelenggarakan lomba-lomba literasi, bahkan memberikan awards untuk mereka yang mengisi reading log terbanyak.
Oh ya, tiap term sekolah kami juga diwajibkan membaca dan mengulas satu buku yang sama untuk satu kelas. Lalu biasanya diadakan project terkait buku tersebut entah itu poster, drama, karya tulis. Aku ingat sekali, pertama kali pindah ke SD tersebut di kelas 4, buku pertama yang ditugaskan adalah James and The Giant Peach - Roald Dahl.
Tugas itu membuat aku menangis. Haha, iya karena itu kali pertama harus membaca buku bahasa Inggris di rumah, sendiri. Menangis karena tidak paham isi bukunya! Maklum, dipindahkan dari SD negeri (tanpa modal bahasa Inggris) ke SD swasta itu.
Di term-term berikutnya kami membaca ragam buku: Freckle Juice, A Wrinkle in Time, Narnia, dan lain-lain.
Mengingat masa-masa tersebut selalu membawa kenangan hangat dan penuh syukur karena ditakdirkan guru-guru yang ikhlas dan percaya: Dipercaya (dengan kemampuan alakadarku saat itu) untuk masuk ke kelas EL1 dan bukan ESL, diberikan cap “impressive” di esai pertamaku hingga akhirnya bisa memberikan speech kelulusan SD juga dalam bahasa Inggris.
Dari wasilah perpustakaan kami yang berkarpet biru itu, Allah mengantarkan kami berkeling dunia dalam imajinasi, membuka cakrawala ke pemikiran-pemikiran besar. Allah juga titipkan kecintaan membaca dan kecintaan pada buku.
Walau masih jauuuuh dari obsesi membaca para ulama, yang tidak pernah kenyang menelaah kitab…Tapi semoga Allah hadirkan hikmah dari taman-taman baca, perpustakaan, dan ruang buku itu. Semoga kelak dapat menghadirkan ruang literasi, mewariskan semangat berilmu, dan meneladankan adab terbaik pada buku.
Saat membahas tentang membaca buku, di dalam Shaid Al-Khâti, Ibnul Jauzi berkata menceritakan dirinya,
“Aku tidak pernah kenyang membaca buku. Jika menemukan buku yang belum pernah akulihat, maka seolah-olah aku mendapatkan harta karun.
Aku pernah melihat katalog buku-buku wakaf di madrasah An-Nidhamiyyah yang terdiri dari 6.000 jilid buku. Aku juga melihat katalog buku Abu Hanifah, Al-Humaidi, Abdul Wahhab bin Nashir dan yang terakhir Abu Muhammad bin Khasysyab. Aku pernah membaca semua buku tersebut serta buku lainnya.
Aku pernah membaca 200.000 jilid buku lebih. Sampai sekarang aku masih terus mencari ilmu."
Atau sebagaimana bapak bangsa kita, Buya Hamka dengan kebiasaannya membaca.
Sejak kecil, Hamka sudah keranjingan membaca. Ketika Hamka kecil tahu bahwa gurunya Zaenuddin Labay El Yunusy membuka Bibliotek, yaitu tempat penyewaan buku, maka Hamka selalu menyewanya setiap hari. Setelah membaca Hamka selalu menyalinnya kembali dengan tulisan sendiri. Ketika uangnya habis, Hamka selalu membantu pekerjaan di percetakan, dan imbalan yang dipintanya yaitu diperbolehkan membaca buku.
Termasuk ketika Hamka naik haji dan menetap di Makkah, untuk menyambung hidupnya karena perbekalan sangat terbatas, Hamka bekerja di percetakan kitab. Disana pula Hamka tenggelam dalam lautan ilmu. Ratusan kitab dibacanya. Di tempat itu Hamka antara bekerja dan menuntut ilmu.
Rabbi zidnii ‘ilman..
-h.a.
Ditulis karena baru saja hari ini mengunjungi perpustakaan (lagi) hehe senang alhamdulillah
44 notes
·
View notes
Text
To Do List dan Kalender Digital.
Sejak bekerja di sebuah perusahaan Swasta di Jakarta dulu, salah seorang mentorku mengenalkanku dengan fitur kalender outlook. Ia terbiasa memasukkan semua jadwalnya dan to do list harian ke dalam outlooknya.
Dari situpun aku belajar bagaimana agar dalam sehari benar-benar produktif. Setiap bulan target2 itu akan di review sekaligus schedule bulan selanjutnya.
Bahkan, atasanku rata-rata memasukkan jadwal mereka ke dalam kalender yang kesemuanya telah terintegrasi, sehingga kami sebagai bawahan pun mengetahui jadwal beliau.
Aku pun masih ingat saat melanjutkan studi di Swedia dulu, termasuk saat training di Inggris, kalender professorku rata-rata dapat diakses, sehingga kita bisa tahu availabilitas beliau tanpa harus mengonfirmasi manual. Termasuk booking meeting dengan beliau pun semua sudah melalui kalender tsb, dan tersinkronisasi dengan semua device selama kita login akun tersebut. Saat kita ingin membooking study room pun juga sudah terconnect melalui platform digital, dan setiap orang memiliki batas maksimum waktu utk menggunakanya. Hal yang aku impikan semoga suatu saat digitalisasi ini benar benar menyeluruh di tempatku sekarang.
Hingga saat ini aku masih membiasakan diri mencatat segala to do list dan jadwal melalui outlook calendar dan microsoft to do list. Untuk mengurangi whatsapp mahasiswa keperluan konsultasi aku menggunakan microsoft booking form yang juga tersinkron di kalenderku. Sengaja kubuat link kalenderku visible ke para mahasiswa agar mereka dapat mengetahui availabilitasku. Rasanya begitu puas saat mengetahui to do list itu tercentang satu per satu.
Sayangnya barangkali tidak semua orang familiar dengan fitur fitur seperti ini. Undangan rapat bahkan mengirim file skripsi kadang masih lewat wa, yang membuat memori hp mudah sekali penuh (apa wktunya ganti hp wkwk). Kadang aku berpikir padahal untuk berlangganan fasilitas seperti ini, sudah pasti institusi membayar mahal, namun sayangnya belum terutilisasi secara maksimal. Akhirnya digitalisasi tak ubahnya seperti hal-hal manual yang dilakukan secara digital.
Apakah kamu merasakan hal yang sama?
#30haribercerita #30hbc2404
instagram
32 notes
·
View notes
Text
Cerita Perjuangan Belajar Bahasa Inggris
Terakhir ambil Official Proficiency Test of English tuh 2 tahun lalu dan nilainya masih kurang memenuhi buat daftar AAS by 20an poin, nyeseknya sampe sekarang, soalnya tesnya mahal, ya meskipun under 1 juta, tetep aja itu duit, hiks. Tahun lalu di bulan oktober juga sempat ambil prediction test IELTS beserta deep reviewnya buat dapat gambaran udah sejauh mana progres belajarnya. Prediction tapi rasa tes resmi karena seharga TOEFL ITP di IIEF, dan emang PR terbesarnya masih di Reading dan Writing yang masih belum tembus dan pede buat dapet band 7.0, kalau Listening dan Speaking karena sudah terbiasa latihan daily pake duolingo (+ Elsa speak yang dibeli doang tapi belum dipakai secara maksimal) dan dengerin lagu/film dalam bahasa inggris harusnya bisa yakin buat dapet minimal 7.0. Mau ambil official testnya tapi 3 juta tuh jadi pikiran banget, kalau langsung memenuhi ekspektasi yang diinginkan, kalau engga ya nambah lagi 3 juta tiap test sampai score tiap sectionnya sesuai. PR banget hadeh..... Mau coba TOEFL IBT tapi nanggung, lebih familiar sama IELTS dibandingkan TOEFL IBT, ya meskipun TOEFL IBT tiap sectionnya lebih singkat dan ga seribet IELTS, tapi minusnya tiap soal jadi lebih susah kalau kata orang-orang yang pernah ambil kedua tes tersebut... Sabtu kemarin dengan modal nekat tanpa nge-drill latihan soal akhirnya ambil TOEIC Official Test lagi setelah terakhir kali di 2016 pas semester 1 kuliah. Pengerjaannya mirip banget sama TOEFL ITP yang cuma ada Listening dan Reading, tapi jauh lebih capek karena masing section soalnya 100 dan total 200 soal buat waktu pengerjaan 2 jam. Hasilnya, nyaris perfect di Listening, tapi ambyar di reading dan ga dapet C1 di readingnya karena skor minimalnya buat dapet itu mesti 450. Overall score juga masih dibawah 900 jadi bukti bagian reading tetap menantang dan harus ditingkatkan biar minimal bisa 450an di tes yang sama di masa depan. Next harus bisa atur energi lebih baik terutama buat bacaan panjang yang butuh konsentrasi lebih biar ga salah karena kurang teliti. Oh iya, sertifikatnya juga berlaku 2 tahun kayak IELTS & TOEFL IBT/ITP, rada nyebelin soalnya buat bahasa lain ga ada masa berlakunya untuk bukti tes kecapakan bahasa. Tahun depan mungkin akan ambil IELTS, tapi capeknya harus dari sekarang. PR banget latihan nulis banyak topik yang ga umum dijumpai, terus juga harus familiarisasi banyak topik buat speaking section biar vocabnya ga gitu-gitu aja dan grammar juga harus bener, selain itu ngelatih mata biar ga gampang pegel pas baca banyak paragraf di bagian reading juga akan jadi tantangan tersendiri, terakhir dan terpenting telinga + otak harus langsung ngeh apa yang diomongin pas bagian listening. Yuk bisa yuk minimal band 7.5 all section IELTS. Bisa yok bisa, doa + usaha semaksimal mungkin dan tetap menyisakan ruang buat nerima apapun hasilnya nanti. Semangat buat semuanya disini yang sedang mengejar skor tes kecakapan bahasa. Semoga dimudahkan persiapan dan tesnya serta mendapatkan skor yang diinginkan. Aamiin TNG, 30th Oct 2024
#ielts #toefl #toeic #pearson #tesbahasa
11 notes
·
View notes
Text
Buku part 2
Haaaaaaaaa. Sudah selesai weekend minggu ini sodara-sodara dan sekarang sudah 22 (23 sekarang, itu draft semalam) September?? Wtf. Ku masih ada hutang mau ngelanjutin tulisan ya tentang buku ini.
Berhubungan dengan itu adalah: aku baru saja menyelesaikan 2 buku di beberapa hari belakang: Dallergut Dream Department Store by Miye Lee dan Poison for Breakfast-nya Lemony Snicket yang keluar 2021! Both were delights to read. Dua-duanya genrenya fiksi tapi yang satu fiksi totok betul-betul penuh hiburan dan penuh imajinasi, while satunya sangat… filosofis dan BANYAK banget bikin belajar tentang literature.
Ku pernah cerita di sini: https://www.tumblr.com/asrisgratitudejournal/758711603506135040/library?source=share pas ku beli si Miye Lee itu dan beneran emang lambat banget bacanya karena ku gak nemu waktu yang tepat untuk duduk dan focus baca aja sih. Terus yang Lemony Snicket terpicu dari recent twitter trend: ku menemukan foto bookshelf orang dengan buku-buku Snicket jadi kepo “dia gak ngeluarin buku baru kah recently?”. Ternyata ada! Di 2021! Awalnya tentu saja search di library dulu biar gak usah beli kan, tapi ternyata gaada di library. Search di google ternyata ada di Blackwell’s Westgate, dan cuma £7 pulak, jadi yaudah sikat deh habis pulang dari lab ke situ dulu.
Jujur kalau mau digali lagi waktu minggu lalu teh mau nulis apa tentang buku juga ga inget sekarang. OH! Bahas siapa aja yang kubaca dulu dan gimana awal mulanya ku senang baca. Pas lagi bahas sama Puspa dan Oliv tentang betapa bersyukurnya kita sekarang hidup di jaman kita bisa baca buku tulisan cewek, ku langsung mencoba nginget-nginget aku teh dulu baca siapa aja ya… kayanya standar anak kelahiran 90-an:
Esti Kinasih (Fairish WKWKW itu keluaran 2004, terus ada juga CEWEK!!! keluaran 2005); Dealova by Dian Nuranindya, terus dari situ kayanya langsung ke Tere Liye(?). SEMUA novel dia tuh ku beli dari Daun yang Jatuh, Hapalan solat Delisa, dst. Mulai berhenti kayanya pas kuliah. Terus juga sempat ada periode Andrea Hirata. Kayanya yang orang Indo udah sih itu doang.
Yang terjemahan tentu saja: Harry Potter (mama yang pertama kali beliin bawa dari kantor karena fomo ceunah wkwk), terus Hunger Games, Twilight, Divergent (semuanya penulis cewek). Oh! Sama tentu saja Lemony Snicket. Dulu hype banget asli dah. Semua orang di sekolah keknya baca atau kalau ada orang yang pas istirahat baca itu tuh kek keren banget gitu dan ku jadi mau pinjem. Sempat ada periode ku suka minjem buku random juga deh kayanya di perpus SMP, cerita-cerita rakyat gitu. Ku inget banget sampe pernah ada fase ku nabung sehari 3ribu apa ya, buat ngumpulin duit pre-order Harry Potter 7. Keluar Januari 2008. Itu aku kelas 12 SMA, mau UN malah baca Harry Potter.... Untuk anak SMA buku 270ribu tu mahal banget (sekarang pun masih terasa mahal). Itu dulu mahal karena hard-cover kayanya. Ku betulan yang dateng ke Gramedia matraman ngangkot beres sekolah sore2 terus jalan ke counter: “mbak, saya mau pre-order buku Harry Potter ini ya…”. Ku lupa bayarnya kayanya pas ngambil bukunya deh.
Baca Pulang-nya Leila S. Chudori boleh minjem punya mantanku dulu pas kuliah dan dia juga yang ngerekomendasiin. Terus pas kuliah udah deh tu ilang aja hobi bacanya. Masih baca tipis-tipis sih tapi tipis banget dibandingkan pas SMA, waktu itu lagi eranya YA (Young Adult) yang sangat sarat dengan mental health awareness, youth identity (LGBTQ+ and race being people of color etc), police brutality, social justice: John Green, Nicola Yoon, Jennifer Niven, Rainbow Rowell, David Levithan, Angie Thomas. Kayanya itu periode ku mulai transisi ke baca novel Bahasa inggris juga. Di Bandung untungnya ada Periplus Setiabudi, jadi ku suka banget ke sana. Itu juga jaman-jaman udah punya uang lebih dari ngajar olim, jadi kadang kalau lagi pulang ke Jakarta bakal ke Kinokuniya, Aksara kemang, sama ke Periplus juga. Harga buku Bahasa inggris YA ini dulu mungkin di range 150-250ribu kali ya.
Karena mahal, jadinya tidak bisa sering-sering beli bukunya. Sehingga di periode kuliah, ku jadi lebih suka nonton, dan emang dulu itu jamannya ngopi-ngopian film/series dari hard-disk gitu loh inget gak. Sama piratebay wkwkwk. Betul-betul 0 rupiah. Oh sama ada juga FTP ITB yang semua orang bisa download filem atau mp3 di situ. Dulu series yang ditonton ada: Heroes, Game of Thrones jelas, Revenge, Pretty Little Liars (OMG), House of Cards, Veep, Agents of S.H.I.E.L.D., Teen Wolf(!!!), Sherlock, The Flash (awal-awal season doang nontonnya), Glee!!!, Empire, Gossip Girl, Mr. Robot, Master of None, Korra, Brooklyn 99, Orange Is The New Black, Westworld, mencoba nonton Breaking Bad tapi nggak nyangkut.
Tapi ku emang berprivilege seprivilege-privilegednya sih dalam hal baca (dan buku)… yang dari dulu tiap hari Kamis pulang kantor pasti mama beliin Bobo. Dari belom bisa baca pun di kasur dibacain cerita. Terus pas udah agak gedean, mama papaku langganan Kompas setiap hari dan di hari Minggu tuh ada Kompas anak. Di rumah juga papaku suka banget beli buku-buku Islam, ngelihat itu aku pun tumbuh besar menjadi anak yang “Oh membaca itu penting yah”. Pas mudik ke rumah mama di Klaten, di rak buku ada novel-novel Mira W. buanyaaak banget. Kayanya dulu ada 1 atau 2 yang kuhabisin pas lagi di periode lebaran itu. Jadi, ya memang budaya aja sih. Dan baca-baca reply twitter kemarin ya kesadar aja, oh belum semua orang seberuntung aku yah dalam hal ini. Bahkan punya teman-teman yang suka baca juga penting banget! Ada pulak yang cerita kalau dia malah dikata-katain kalau suka baca. Buset.
Aku dari dulu mimpinya cuma satu: punya rumah baca sendiri. Bisa bikin buat anak-anak/orang dewasa pun, bisa baca, senang baca. Dulu tuh masih ada rental buku gitu, di belakang stasiun Duren Kalibata, sama seberang pombensin volvo PasMing. Sekarang modelan gini masih ada kah? Dulu harganya se-buku 3000/minggu apaya buat minjem, murah banget kok. Dan bisa baca di tempat juga kalau mau. Kalau perpus-perpus yang hype di Jakarta kaya di Cikini dan Perpusnas medan merdeka gitu koleksinya ok kah? Ku pernah sih sekali ke perpusnas tapi jatohnya cuma buat liat-liat aja bukan baca. Sebetulnya di tempat kerja di UI juga ok sih perpusat tapi ak malah gak pernah masuk ke perpusatnya. Nanti deh ngecek kalau udah pulang.
Sejak tinggal di Oxford apa yah, tapi library tuh betul-betul tempat favoritku banget sih. Dulu pas di ITB masalahnya library tu lebih ke “tempat nongkrong TPB” dan agak bikin PTSD karena belajar ujian TPB semua di situ kan, jadi setelah Tingkat 2 udah boro-boro masuk ke perpus lagi. Kalo pas S2, bibliothèque-nya di basement jadi gaada sinar matahari masuk terus jadinya moodnya suram gitu, jadi malas deh.
Udah kayanya mau sampai situ dulu aja reminiscent tentang baca bukunya. Kalau sekarang, ku lagi suka banget eksplor penulis-penulis cewek tapi yang non-american/british dan non-white (karena sekarang ceritanya dah bisa Bahasa inggris jadi lebih gede options pool-nya). Gaktau kenapa sih, gaada alasan khusus, tapi kayanya di reading scene (di barat) pun, emang lagi banyak dinaikin penulis-penulis People of Colour/BAME ini? Ku terakhir baca Chimamanda Ngozi Adichie yang Americanah (bagus banget ku sangat merekomendasi). Dia Nigerian, jadi fresh banget diction/vocab yang dibawa. Terus ku bisa relate juga dalam hal privilege, economy background, culture-nya si characters karena Nigeria dan Indonesia mirip-mirip lah ya negara berkembangnya. Terus ada RF Kuang yang super hits 2 tahun belakangan, walaupun ku belum baca Babel sih… tapi Yellowface udah. Bernardine Evaristo. Penulis-penulis Jepang/Korea (translated dari Bahasa mereka ke English). Udah sih. Dolly Alderton palingan. Sisanya ku juga baca non-fiction tapi gak semenarik itu jadi malas kubahas. Komik juga dulu ku baca sampai di rumah ada koleksi Detective Conan, Doraemon, dan hai Miiko yang lumayan komplit.
Paling aneh dari ini semua, setelah ku-scroll lagi ke atas adalah: aku sekarang into kpop… jujur aneh banget.
Dah sekian dulu nge-rant-nya mau kembali bekerja. Buh-bye!
23 September 2024 18:01 flat 39 hujan seharian jadi di rumah aja
7 notes
·
View notes
Text
Initial Meeting with the School's Psychologist.
Kemarin, gue akhirnya janjian ketemuan sama psikolog kampus setelah selama ini maju mundur pengen konsul ke psikolog kampus. Masih initial assessment gitu, makanya short banget cuman 30 menit yang molor jadi 45 menit.
Awalnya kaya ngerasa takut gak nyaman kan karena aduh pusing banget gak sih curhat pake bahasa inggris, tapi karena gue juga ada kebutuhan minta surat dari beliau untuk extension tugas dan juga special consideration, jadi akhirnya kemarin ketemu setelah sebelumnya ngobrol via email.
Sampe di ruangannya udah ada kursi kaya untuk oranng konsultasi gitu, tangisku pecah, karena emang dari hari jumat after triggered itu terus ditambah kondisi bapak mertuaku yang semakin turun, rasanya emang emotionally overwhelmed banget. Beneran gue malfunctioning gitu gak bisa nulis apa-apa buat assignment nor dengerin dosen gue ngomong.
Ya awalnya gue cerita tentang kondisi bapak mertua gue dan gimana gue pengen ikut suami gue pulang karena pengen support suami gue di saat sulitnya. Terus key takeaway dari psikolognya adalah Kamu pengen hadir buat suami kamu, karena dia juga selalu hadir buat kamu. You have each other's back.
Jujur ya gue gak kepikiran ke arah sana, gue malah kepikirannya lebih ke, gimanapun bapak mertua gue udah jadi bapak gue juga.
Terus akhirnya cerita tentang gimana gue lumayan anxious ketemu sama orangtua gue karena gue punya hubungan yang gak terlalu harmonis sama kedua orangtua gue. Dan gue bilang, gue tuh udah 7 tahun rutin ke psikolog buat berproses menerima dan memaafkan orangtua gue, tapi kok belom bisa? terus key takeaway dari psikolog gue adalah, memaafkan itu journey dan gak ada yang matok harus berapa lama atau sebentar, terlebih, peranmu sebagai ibu juga pasti akan pelan-pelan heals the kid within yourself.
Terus gue bilang, rasanya tentang hubungan-hubungan ini tuh beneran mixed up and messed up banget dalam kepala gue. Gue bilang kalau gue tuh berantem dikit sama suami gue misalkan cuman karena nunda bantuin gue ngerjain house chores atau karena hal lain yang sebenernya gak besar-besar banget, rasanya tuh gue kaya gak disayang sama dia. Rasanya gue pengen langsung "lepas" dari dia (kacau bgt kan pikiran gue). Terus key takeaway dari psikolog gue adalah coba inget-inget lagi tentang rentang kontrol, mana yang bisa kamu kontrol mana yang nggak. Perilaku suami kamu gak bisa kamu kontrol, tapi interpretasi atau pikiran kamu terhadap suami bisa kamu kontrol.
Terus beliau juga bilang harus gentle to ourself. Sebagai international student yang minim support system, adaptasi dengan kultur baru, adaptasi dengan sistem belajar yang baru, ditambah ngurusin rumah dan anak itu tuh beneran HUGE WORKS BANGET. If your best friend cerita tentang juggling-nya dia yg bener-bener similar kaya kamu, would you still criticise them? Terus gue bilang "of course not! i will say you're doing good enough!" Dan psikolog gue bilang, begitu juga ke diri kamu, jadilah sahabat untuk diri kamu. Jangan terus-terusan kritik diri kamu sendiri.
Dan terakhir juga tentang acknowledging the feelings, bahwa setiap perasaan yang hadir itu valid, bahwa terkadang kita perlu jeda sebentar untuk menyadari perasaan yang hadir itu. Tidak perlu langsung direspon. Tidak perlu langsung ditampik. Tarik nafas, self talk, afirmasi, dan juga knows what triggered you.
Dan diingetin juga untuk couple time, biar kita bisa saling "recharge" satu sama lain, biar tangki cintanya terisi after sama-sama capek beraktivitas.
Dan sweet-nya adalah aku ke psikolog dianterin mas mogi dan ditungguin mas mogi :") Alhamdulillah hari itu beliau kosong dan jadi bisa nganter-nganter. Kalau lagi berantem sama mas mogi kayanya harus inget-inget kebaikan dia biar aku gak kemakan sm pikiran negatifku sendiri huft.
5 notes
·
View notes
Text
Cara Baca Odds Bola Agar Menang Taruhan Parlay
Belajar cara baca odds bola agar mudah menang taruhan parlay dan dapatkan prediksi bola malam ini paling akurat yang sering tembus semua liga.
Apa Itu Odds dalam Taruhan Bola?
Odds adalah angka yang menunjukkan seberapa besar kemungkinan suatu hasil terjadi. Semakin tinggi odds, semakin kecil kemungkinan hasil tersebut terjadi, dan sebaliknya.
Jadi, odds bukan hanya sekadar angka, tapi juga kunci untuk memahami potensi kemenangan kita.
Kunjungi link alternatif: Agen Taruhan Bola Terpercaya
Jenis-Jenis Odds Bola
Sebelum kita membahas lebih jauh, mari kita lihat jenis-jenis odds yang umum digunakan.
Odds Desimal Menjadi opsi yang paling mudah dipahami. Misalnya, jika odds untuk sebuah tim adalah 2.00, artinya jika kamu bertaruh 100 ribu, kamu akan mendapatkan 200 ribu jika tim tersebut menang.
Odds Fraksional Odds fraksional lebih umum di Inggris. Misalnya, 5/1 berarti jika kamu bertaruh 1 juta, kamu akan mendapatkan 5 juta jika menang.
Odds Amerika Menggunakan sistem plus dan minus. Jika oddsnya -150, kamu perlu bertaruh 150 ribu untuk menang 100 ribu. Sebaliknya, +150 berarti kamu akan mendapatkan 150 ribu jika bertaruh 100 ribu.
Mengapa Odds Penting dalam Taruhan?
Memahami odds membantu kita membuat keputusan yang lebih baik saat bertaruh. Tanpa pemahaman yang baik tentang odds, kita bisa terjebak dalam taruhan yang merugikan.
Tips Membaca Odds Bola Agar Menang
Sekarang, mari kita lihat cara membaca odds bola dengan lebih detail.
Contoh Odds Desimal Misalnya, jika kamu melihat odds 1.75, itu berarti jika kamu bertaruh 100 ribu, potensi kembalianmu adalah 175 ribu.
Contoh Odds Fraksional Jika oddsnya 3/1, dengan taruhan 100 ribu, kamu bisa mendapatkan 300 ribu jika menang.
Contoh Odds Amerika Jika oddsnya +200, artinya jika kamu bertaruh 100 ribu, kamu akan mendapatkan 200 ribu jika menang.
Panduan Main Taruhan Parlay untuk Pemula
Pelajari Statistik: Memahami tim dan pemain sangat penting.
Kelola Bankroll: Jangan bertaruh lebih dari yang kamu mampu.
Pilih Pertandingan dengan Bijak: Fokus pada pertandingan yang kamu pahami.
Baca juga: 7 Tips Menang Taruhan Bola
Kesimpulan
Membaca odds bola adalah keterampilan penting bagi setiap petaruh. Dengan pemahaman yang baik, kamu bisa meningkatkan peluang menang dalam taruhan parlay. Ingat, taruhan harus dilakukan dengan bijak dan bertanggung jawab.
#sbo#m9win#bola#bolahariini#bolaonline#bolaparlay#berita bola#sepakbola#prediksi parlay#prediksibola#prediksijitu#parlay#agen bola#taruhan#taruhanbola#taruhan terpercaya#situsonlineterpercaya#situsterpercaya#depo qris#agen resmi#link alternatif m9win
5 notes
·
View notes
Photo
Putri Raja Pelangi dari Belajar Bahasa Inggris Bersama Tio: Bertualang di Negeri Misteri
32 notes
·
View notes
Text
Kitab Al-Imrithi atau Imrithi adalah kitab ilmu Nahwu dan Sorof Bahasa Arab karangan Syekh Muhammad bin Abdul Rahman Al-Imrithi (w. 1317 H). Kitab ini populer di kalangan pelajar Bahasa Arab dan ulama karena:
Kelebihan
1. Penjelasan yang jelas dan rinci.
2. Contoh kalimat yang banyak.
3. Struktur yang sistematis.
4. Bahasa yang mudah dipahami.
5. Kitab ini cocok untuk pemula dan lanjutan.
Isi Kitab
1. Pengenalan Bahasa Arab.
2. Ilmu Nahwu (sintaksis).
3. Ilmu Sorof (morfologi).
4. Lafadh (fonetik).
5. Kalimat (sintaksis).
6. Aturan-aturan Bahasa Arab.
Edisi dan Terjemahan
1. Edisi asli (Bahasa Arab).
2. Terjemahan dalam bahasa Indonesia.
3. Terjemahan dalam bahasa Inggris.
4. Edisi digital.
Sumber Belajar
1. Situs web IslamQA (islamqa.info).
2. Perpustakaan digital Maktabah Syamilah.
3. Kursus online di Udemy, Coursera, dan edX.
4. Kitab "Syarah Al-Imrithi" oleh Syekh Abdullah Al-Fawzan.
Kitab Lain yang Relevan
1. Kitab Alfiyah Ibn Malik.
2. Kitab Nahwu Al-Wadih.
3. Kitab Sorof Al-Qawaid.
4. Kitab Al-Tasrif.
Tips Belajar
1. Pelajari kitab ini dengan guru atau mentor.
2. Latihan soal-soal.
3. Gunakan sumber belajar online.
4. Baca kitab-kitab lain untuk memperdalam pengetahuan.
2 notes
·
View notes
Text
Mengejar PhD #56
Terakhir nulis 30 November yah. Many things happened back then. Termasuk, setelah revisi proposal sesuai kemauan bos, ternyata background ku kurang kuat untuk studi machine learning. Jadi ya, gak lanjut. Sedih sih, tapi kalo dipaksain juga gak mungkin.
Di November-Desember aku juga les writing, persiapan retake, kalo masih belum dapet beasiswa juga. Ternyata ya rejection dari scholarship uni pas Desember itu, jadi mesti retake ke-3 di Feb 2024.
Jujur, pas 2021 persiapan IELTS bisa lebih lowong karna aku freelance, ya ada project tapi gak bikin sibuk, paling cuma kerja 1-2 jam per hari. Persiapan 2 bulan tuh cukup banget karna bisa full latihan tiap hari. Gak ke ganggu meeting, atau kerjaan urgent.
Sekarang tuh, ya allah, gak tipes aja udah syukur.
Full-time worker plus persiapan IELTS ini, sangat menguras waktu dan mental, mungkin biasa aja buat yang udah casciscus fluent semua skills karna dari kecil udah di-les-in. Tapi buat aku, kaum-kaum yang baru familiar pake bahasa inggris pas SMA/S1 tanpa les, I would say, it's definitely hard. Even harder when you are a full-time worker.
Persiapan Januari kemarin, aku jadwalkan pagi-sore kerja, malem belajar. Tapi, jadi gak fokus belajarnya, karna udah kecapean. Terus ku puter, pagi-siang belajar, sore-malam kerja. Lumayan tuh bisa fokus, tapi jadinya tidur malem banget, paling cepet jam set 1. Ngejar latihan writing tiap hari. Ya hasilnya mayan, skor W/L/R naik 0.5, tapi speaking turun 1 point. Sebel. Ngejar writing, speakingnya lupa.
Akhirnya break dulu, kena mental karna mesti retake lagi, yang ke-4 wkwk, akhirnya Juni ini terlaksana.
Belajarnya gimana? Masih sama, lebih parah malah, baru bisa fokus belajar 2 minggu terakhir. Kerjaan lagi banyak juga. Untuk kali ini, disempatkan belajar speaking lebih rajin, ya sendiri sih, ngulang2 materi pas 2021 kemarin. Sempet mau latihan tandem bareng temen, tapi karna malem itu jadwal ku kerja, takutnya malah kerjaan ku yang keteteran. Di dua minggu terakhir juga baru fokus latihan writing lagi. Yah pokonya, capek lah, masih waras aja udah syukur. Dan hasilnya, masih sama kayak Januari kemarin. Emang u cuma buang-buang duit din. For me, it's not about money, but how you manage your time and your kewarasan.
Ini lagi mikir, kalo tahun ini masih juga belom dapet beasiswa atau skor ku masih jelek, mau bilang ke calon spv kalo aku mau mundur, takutnya belio nungguin aku berangkat. Kasian dah nunggu 2th belio T__T takutnya juga belio keburu pensiun sih.
12 Juni 2024
15 notes
·
View notes
Text
Tentang Berbahasa (Belanda)
Salah satu skill yang menurutku keren adalah kemampuan untuk berbicara berbagai macam bahasa. Menurutku orang yang bisa macem-macem bahasa itu keren banget. Cakap berbahasa adalah seni tersendiri: dengan menguasai berbagai macam bahasa, semakin terasa luas pula dunia ini untuk dijelajahi. Aku mengasosiasikan orang yang pandai macam-macam bahasa sebagai orang yang cara pandangnya luas. Pengen banget bisa kaya gitu.
Kalau boleh jujur, aku cukup bangga dengan kemampuan berbahasaku sejauh ini. Sebagai orang Indonesia, tentu Bahasa Indonesia adalah bahasa utamaku. Tingkat kemahirannya 10 dari 10 lah. Angka 10 dari 10 mungkin lebih tepat menggambarkan rasa percaya diriku untuk berbahasa Indonesia, bukan berarti aku sangat mahir dalam berbahasa Indonesia sampai bisa bikin puisi dan tulisan yang mengguncang dunia.. But you get the idea!
Karena aku dibesarkan di keluarga dengan latar Jawa Timur, aku juga cukup mahir Berbahasa Jawa. Mudik setiap tahun dan cukup sering ketemu sepupu, om dan tante yang ngomongnya Suroboyoan banget. Kalau dinilai, nilainya 6 dari 10 lah. Lumayan, walaupun ga bagus-bagus amat. Kadang suka roaming juga kalau ngikutin obrolan sepupu, tapi masih bisa nyautin atau ngobrol-ngobrol ringan dalam Bahasa Jawa.
Tumbuh besar di Lembang, mengalami pergaulan di "desa" sampai lingkungan gaul Bandung di Taruna Bakti dan SMA 3 membuatku cukup mahir Bahasa Sunda juga. Yang ini sedikit lebih baik dari Bahasa Jawa, kalau dinilai mungkin 7 dari 10. Pernah beberapa waktu lalu nemu akun seorang diaspora Indonesia yang kerja di Jepang. Dia sering bikin video-video ringan yang mengomentari hal-hal receh di Jepang dengan Bahasa Sunda. Sunda Garut, lucu banget hahaha, terus semakin didenger nyadar juga kalau Bahasa Sunda saya lumayan juga. Bisa ngikutin dan bisa ngomong juga!
Lalu Bahasa Inggris. Yang ini mungkin nilainya 9 dari 10. Kalau dirunut, aku juga ga inget kapan tepatnya bisa Bahasa Inggris. Yang jelas, waktu kecil banyak terpapar Bahasa Inggris pas main PS, lalu sempet ngikutin serial How I Met Your Mother (pake subtitle), sampe bisa inget hampir semua episodenya. Suatu hari pas SMA nginep di rumah Mbe bareng Widi, lalu nonton beberapa episode Eater tanpa subtitle, kaget juga ternyata bisa ngikutin. Lalu jaman kuliah ada kesempatan untuk berkomunikasi sama orang asing, dan tau-tau Bahasa Inggris ngalir aja gitu dari mulut..
-
Yang relatif baru-baru ini aku pelajari adalah Bahasa Belanda. Waktu pertama kali dateng ke Belanda tahun 2017, sebenernya ga ada niatan untuk tinggal lebih lama disini. Tapi setelah 2 tahun.. Kok rasanya belum puas ya tinggal di Eropa, hehehe, lalu ada kesempatan juga sih jadinya kenapa engga. Lalu kerja dan kebetulan berhubungan dengan client yang Belanda banget, perusahaan "ouderwets" (old school alias kolot) Belanda. Jadi beneran nyemplung ke lingkungan Belanda banget, dan mau ga mau.. Belajar bahasanya.
Kalau ngeliat perjalanan belajar Bahasa Belanda ini... Rasanya perjuangannya berasa banget. Ngalamin "terjebak" di meeting yang isinya orang londo totok kabeh, ngomong Bahasa Belanda semua, panik takut ditunjuk disuruh ngomong (padahal cuma ngerti 10-20% dari apa yang diomongin OMG). Suatu hari kejadian juga kebagian giliran untuk ngomong, dengan pemahaman yang pas-pasan, jadinya ngejawab sekenanya. Walaupun orang-orang kayanya ngerti dan oke-oke aja sih.. Tapi tetep aja. Pengalaman yang memalukan. Pengalaman belajar Bahasa Inggris dulu rasanya ga ada fase-fase kesulitan kaya gini. Kaya.. Awalnya aku ga bisa ngomong Bahasa Inggris. Tau-tau ada kesempatan ngomong, dan langsung jago. Fase "perjuangan"nya ga se-terasa fase perjuangan Bahasa Belanda ini. Kenapa gitu ya? Mungkin karena semua terjadi di waktu yang relatif singkat (~5 tahun?).
Yang menyenangkan dari perjalanan ini adalah, semua dimulai dari orang-orang yang sebelumnya aku udah kenal, i.e. orang-orang yang awalnya aku ngomong Bahasa Inggris sama mereka. Lama-lama mereka coba ngomong londo, terus aku jawab Bahasa Inggris, sampai akhirnya semua jadi 100% Bahasa Belanda. Eh, mungkin 95% deng, karena aku masih suka pakai istilah Bahasa Inggris kalau ga kepikiran istilah londonya apa. Orang-orang yang udah aku kenal itu cukup memudahkan, karena aku tau bahwa mereka tau kalau aku masih belajar Bahasa Belanda. Jadi mereka tau bahwa aku tidak terlalu fasih berbahasa Belanda.
Intinya adalah, ngatur ekspektasi lawan bicara. Kalau mereka tau bahwa aku belum terlalu fasih, itu semacam ngasih ruang buat diri sendiri untuk bisa bikin kesalahan. Jadinya lebih percaya diri, dan hajar bleh aja gitu walaupun gatau ini grammar atau pemilihan katanya bener apa engga. Ini juga jadi trik nih, kalau ketemu orang baru, aku sering bilang aku dari Indonesia dan baru belajar londo beberapa tahun belakangan. Semacam nge-set ekspektasi dari awal.
Kalau boleh nilai diri sendiri, tingkat ke-pede-an bahasa londoku nilainya sekarang 7,5/10 lah. Bahkan lebih baik dari Bahasa Sunda! Tapi... Banyak tapinya. Walaupun Bahasa Belanda sekarang udah jadi keseharian, tetep ada satu hal yang menurutku jadi tantangan paling besar. Aku ngerasa.. Untuk tiga besar bahasa yang aku bisa lafalkan sekarang (Indonesia, Inggris, Belanda), aku adalah tiga kepribadian yang berbeda. Sebagai bahasa ibu, Bahasa Indonesia tentu saja yang paling natural. Untuk cas cis cus, nimpalin omongan orang, becanda dan nyeletuk hal-hal yang lucu, semua muncul aja secara alami dan lancar. Pun begitu dengan bahasa Inggris, walaupun ga selancar Bahasa Indonesia, tapi masih oke lah. Tapi buat Bahasa Belanda ini, duh, hal-hal semacam itu sulit banget untuk keluar dari mulut. Di kantor sering ada orang-orang yang bercanda misalnya. Aku ngerti sih, dan bisa ikut ketawa, tapi untuk bisa nimpalin.. Itu susah. Jadinya aku lebih pendiem. Tapi sebenarnya aku ga sependiam itu kok! Hal-hal kaya gitu memang kayanya gabisa dipelajari dari buku atau dari les.
Beberapa minggu lalu ada sesi peer-review sama kolega se-tim, buat nge-review gimana perjalanan setaun belakangan. Dua dari empat orang di tim bilang bahwa awalnya aku pendiem banget, apalagi pas awal-awal project (~2-3 tahun yang lalu), dan sekarang jauh lebih ga pendiem. Ingin aku berkata bahwa aku.. Cuma.. Ga bisa.. Bahasa Belanda......
Lima tahun berselang.. Sekarang alhamdulillah jauh lebih pede dan lancar untuk ngomong londo. Dari yang awalnya selalu nge-set ekpektasi (pakai trik di atas), sekarang.. Ga selalu begitu. Syukurlah. Perjalanan masih terus berlanjut, dengan tantangan yang paling susah di atas, tapi mudah-mudahan.. Aku cuma butuh waktu. Bismillah!
Bonus poto pas pertama kali presentasi live dalam bahasa londo.. Tegang banget!!!
-
Ngomong-ngomong bahasa, beberapa bulan ini kepikiran untuk les Bahasa Jepang.. Gas?!?
2 notes
·
View notes
Text
Tentang Bahasa.
Alhamdulillaah, udah dikasih kesempatan sama Allaah tinggal di negeri yang diimpikan dulu, ga terasa udah 1 bulan kurang 2 hari. Negeri yang dulunya ku pikir, "ahh bahasa enggressnya ga perlu bagus bagus, toh orang lokalnya juga ga semuanya bisa bahasa enggrees" ujarku. Pada kenyataannya jenjeng, kalau ga bisa bahasa jepang akan sulit sekali komunikasi untuk aktivitas transaksional, dan setelah mulai mencoba belajar sedikit nihongo atau bahasa jepang, rasanya... wassalamu'alaykum. Baru sadar, betapa pentingnya bahasa untuk komunikasi.
Mindset negatifku berkata, aku tuh dari dulu jelek banget di linguistic, dan average at all di subject lain (jadi kek ga ada yang dominan bagus gitu wkwk). Bahasa Indonesia aja hampir selalu remed, dan nilainya selalu terjelek pada UN baik SMP maupun SMA wkwk. Bahasa inggris? terjelek kedua wkwk meski udah les dari SD sekalipun, rasanya seperti tidak ada peningkatan progressive heu. Dulu juga pernah belajar bahasa Arab, ga tuntas karena mentok di fi'il wkwk susah bund. waktu kecil pertama kali mengaji saja, halaman 1 harus mengulang karena cuma bisa ngikutin apa yang disebut ustadnya, ga bisa nyebut sendiri even cuma alif dan ba. Satu-satunya yang bagus, bahasa jerman di SMA #selfaprecciate, tapi itu juga udah ga diterusin karena pelafalannya agak susah buatku, ku acungkan 2 jempol buat anak sastra!
Balik lagi, sekarang, liat petunjuk dimana-mana kebanyakan kanji, hiragana, katakana, kayak apa kabar alphabet? hurufnya keriting semua, kek tetiba rasanya buta huruf mendadak. Pengen nangis rasanya anxiety 'baru' muncul, cemas gabisa beli apa apa, kadang takut jalan kemana mana juga karena bahasanya se-engga ngerti itu, akhirnya the most still depends on my lovely husband, wkwk, maafkan aku. Paling mentok mungkin pake bahasa isyarat yang cuma bisa nunjuk nunjuk aja :")
Sekarang masih coba belajar dikit dikit (sambil nangis juga, wkwk), agak desperate belajar bahasa tuh, tapi bismillaah harus full of motivate, gapapa pelan-pelan, alhamdulillaah sekarang lebih ada waktu luang dan tenaga yang lebih luang juga karena udah ga sambil kerja (rodi) kayak dulu hehehe. slow progress is still progress, kalau kata buku sidu, practices make perfect.
Bismillaah, semoga segalanya dipermudah!
17 notes
·
View notes