#beasiswa keluar negeri
Explore tagged Tumblr posts
blueewaves · 5 months ago
Text
malaam ini mulai berdamai dengan pikiran,
mungkin juga akan menata diri lagi pelan-pelan,
agar melihat tak lagi hanya dari standar dunia, agar lebih memahami tujuan juga arti dari hidup bukan yang paling kaya, yang paling cantik, yang paling pintar, —kalau nggak dibarengi beramal dan ibadah— hati rasanya kosong, haus dan tidak pernah surut hausnya. kurang, kurang, kurang, jauh dari tenang, jauh dari bahagia.
lihat sebentar dari layar ponsel, langsung setumpuk rasa kurang dan rasa kerdil dalam diri. Kapan ya aku begini, kenapa aku belum seperti itu, wah hebat yah udah keluar negeri aja, wah hebat ya kantornya keren gajinya pasti gede, wah cantik ya fashionable banget baju bajunya, wah ngafe terus, wah orang orang udah punya pasangan aja yah....
I mean, GOOD for them,
Tapi kan yang jadi masalah kalau hati kita ini jadiii sempitt, syukurnya menipis, khawatirnya membuncah,
Padahal kalau pelan pelan kita tarik napas terus ingetin diri,
itu semua yang kamu khawatirin, kamu cemburu dan iri, di mata Allah tuh bagaimana? nilainya di akhirat nanti gimana?
apalagi kl kamu iri sama hal yg malah dilarang sm Allah.
iri dalam hal-hal baik, misal temen yg udh menemukan passionnya atau dpt tempat kerja lebih baik, atau dapat beasiswa... dan lain halnya,
Semoga allah berkahi,
Dan jadiin motivasi, kalau aku sukanya apa ya? Aku mau tanya tips ke dia ah! Aku harus usaha lebih semangat lagi di bagian mana ya? Aku mau mengevaluasi diriii biar bisa bertumbuh juga 🍀
Daan hidup memang tempatnya ujian, kalau ga dapet ujian berarti kita udh tidak hidup.
Jadi harus belajaar, harus tau ilmunya, belajar agama lagii.
Ketika allah mencintai hambanya, ia mengujinya, jadi jangan sedihhh, husnuzhon semoga kita termasuk hamba yg Dia cintai
Sambil banyak banyak istighfar atas semuaa salah yg buat hati kita sempit, jadi sulit mengambil hikmah dan petunjuk dari setiap episode kehidupan.
Allah paling tahu kita, dan allah sudah rancang yang terbaik setiap rezeki dan hidup kita. Jadi jangan khawatir, jangan takut, sebelum kita meninggal pasti allah akan tuntaskan semua takdir rezeki kita.
Dan ikhlaaas, ridha sama apa yg allah tentukan, kalau dikasih Alhamdulillah kalau ngga Alhamdulillah juga, yakin pasti allah tau yg terbaik daan pasti ada pengganti yg terbaik juga.
Bersabar memperbaiki hidup yg berantakan ini... Bersabar menunggu, bersabar dalam proses, emang islam ngajarin delayed gratification sbnrnya, gaada yg instan dan harus percayaa dan memupuk rasa yakin dan husnuzon. Biar kuat jalanin hidup, biar gak ambruk kalau ditolak banyak hal, kalau rencana gak sesuai pikiran kita, biar tetap tenang🌻
#berdamai #journalling #selfthought
6 notes · View notes
soedagoeng · 3 months ago
Text
Sebuah Perjalanan Penuh Harap dan Pelajaran di Vienna *)
Kisah ini menjadi refleksi selama enam bulan saya melangkahkan kaki keluar rumah untuk bertualang dan menetap di luar negeri hingga kurang lebih 3 tahun ke depan. Saya memulai perjalanan ini dari sebuah mimpi untuk melanjutkan sekolah doktoral di luar negeri. Sudah itu saja. Ada seorang guru yang terus memotivasi saya. Beliau yang selalu menyalakan bara api semangat untuk terus bersiap menempuh pendidikan lebih tinggi ke tempat terbaik. “Saya yang ndak pandai Bahasa Inggris jak bise S3 di Spanyol, masa’ Danu yang pintar ndak bise,” kata beliau. 
Ini selalu jadi kalimat andalan Pak Dodi Irawan setiap kali bertemu atau berdiskusi tentang pengalaman S3 beliau. Beliau dulunya guru SMP saya, tapi saat ini perjalanan karir dan takdir Tuhan menjadikannya Rektor Universitas Muhammadiyah Pontianak. Tidak ada yang berubah dari sosoknya yang saya kenal sejak 18 tahun lalu. Ramah dan bersahaja. 
Sejujurnya tidak pernah ada mimpi akan ke Austria. Kalau pun saya pernah terpikir untuk bermimpi, maka tujuannya adalah ke Spanyol, tepatnya Barcelona. Karena ada klub sepakbola favorit saya di sana. Saya tahu tentang Austria hanya dari seorang kolega di Universitas Tanjungpura yang merupakan alumni dari salah satu kampus di sini. Pak Zairin Zain, beliaulah sosok selanjutnya yang menjadi salah satu pembuka jalan untuk sampai di luar negeri. Pada sebuah diskusi, beliau menjelaskan bahwa Austria memang bukan di Eropa Barat, cenderung di tengah. Tidak terlalu besar dan semegah negara-negara favorit, seperti Jerman, Perancis, Italia, atau Inggris, tapi kalau sudah di Eropa standar pendidikan tingginya sama saja. Toh, jalan-jalan keliling Eropa juga bisa asal sudah sampai di sana. Beliau juga yang akhirnya memperkenalkan saya dengan skema beasiswa Indonesia-Austria Scholarship Programme dan ASEA-UNINET. Kalimat beliau sederhana sekali: “Bang Adit, coba nia ada beasiswa ke Austria. Berkas-berkasnye ade kan?”
Itu kalimat yang mengawali perjalanan saya. Sejak itulah harapan untuk ke Austria dimulai. Petualangan dimulai dengan mengumpulkan berkas-berkas hingga berkomunikasi dengan calon pembimbing doktoral di University of Vienna. Akhirnya pada 29 September 2020 menjadi tanggal bersejarah karena seorang anak dari Kota Pontianak dinyatakan menerima beasiswa untuk studi lanjut di Austria tepatnya kota Vienna. Perjalanan itu dimulai tepat pada 30 September 2021 setelah setahun persiapan keberangkatan. 
Vienna adalah sebuah kota yang indah dan nyaman untuk ditinggali. Setidaknya itu kesan saya dari sejak pertama menginjakkan kaki pada tanggal 1 Oktober 2021. Kota ini adalah perpaduan cuaca cerah dan mendung dengan sesekali angin bertiup menghembuskan udara dingin. Sarana transportasi sangat mudah. Berbelanja bahan makanan atau menemukan restoran halal bukan perkarasa susah, banyak pilihan. 
Kota ini memberikan banyak pelajaran berharga. Baik secara ilmu di kampus formal maupun kampus kehidupan. Institusi tempat saya menempuh pendidikan memiliki sistem administrasi berbasis daring yang luar biasa. Fasilitas referensi dengan basis data di laman perpustakaan daring juga memadai. Saya merasa mudah sekali mengakses buku atau artikel jurnal berkualitas dengan akun yang diberikan. Banyak juga ditawarkan mata kuliah atau kuliah tamu yang begitu bermanfaat untuk menunjang perkembangan sekolah doktor. Kolega di kantor juga baik sekali. Para staf akademik dan tim program doktor di fakultas serta program studi yang sangat ramah dan membantu proses administrasi, teman-teman sesama mahasiswa dan peneliti yang juga sama baiknya mengajarkan proses adaptasi selama di kantor, serta pembimbing disertasi yang begitu peduli. Saya amat bersyukur berada di lingkungan kerja dan kampus ini.
Hidup di Vienna juga tentang belajar menyeimbangkan waktu kerja dan menikmati hidup. Sebuah tren work life balance yang tidak hanya basa-basi. Jarang sekali ada interaksi tentang pekerjaan di luar jam kerja. Akhir pekan adalah milik keluarga. Bahkan toko dan pasar tutup di hari Minggu. Kecuali restoran karena biasa digunakan masyarakat untuk bercengkrama menikmati waktu libur atau toko-toko sembako di titik tertentu yang esensial, seperti stasiun besar. Di sini kami belajar untuk menikmati akhir pekan sebagai hadiah dari lima hari kerja yang melelahkan. 
Selain itu, orang di Vienna sangat tepat waktu. Kenapa? Karena semua sarana transportasi tepat janji saat tiba dan berangkat. Kita dengan bantuan aplikasi transportasi atau peta di Google dapat dengan presisi mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk sampai di satu lokasi. Tidak ada alasan untuk telat karena alasan macet seperti di Indonesia.  
Pelajaran kehidupan lainnya yang didapat selama di perantauan adalah bertemu dan bercengkerama dengan sesama mahasiswa atau penduduk Indonesia. Sejak awal tiba di Austria, saya dan teman langsung disambut oleh Mas Jaya Addin Linando, Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia Austria (PPIA). Pada malamnya kami juga diundang oleh sesama mahasiswa untuk makan malam dengan menu khas Indonesia. Hari-hari selanjutnya juga diwarnai dengan berbagai pertemuan bersama orang-orang Indonesia lainnya, mulai dari sesama anggota PPIA hingga Warga Pengajian Austria (Wapena). Bahkan jika dihitung, di komplek asrama mahasiswa yang saya tempati terdapat sekitar 10 orang pelajar Indonesia. Tidak jarang kami mengobati rindu dengan obrolan santai tentang kampung halaman. Kami juga rutin berkumpul sambil memasak makanan Indonesia dan menikmati kota bersama dengan jalan santai atau berbelanja. Salah satu yang paling berkesan adalah ketika dua teman terjangkit COVID-19, kami saling mengirimkan makanan dan obat selama fase karantina. 
Meski demikian, jangan tanya soal rindu. Ini yang paling berat. Rindu istri dan anak-anak, keluarga, makanan, teman, dan suasana kampung halaman. Istri dan anak-anak yang dengan penuh kerelaan melepas saya berangkat. Mereka pula yang terus memberikan semangat tanpa putus. Anak-anak yang masih usia di bawah 6 tahun, tapi begitu dewasa bersikap saat mengantar keberangkatan. Istri yang harus berjibaku dalam mengurus anak tanpa saya. Perjalanan ini akan selalu jadi pengingat betapa saya harus banyak membalas dengan lebih banyak kebaikan dan kasih sayang. 
Rindu kadang terobati dengan panggilan video atau mengamati lini masa media sosial, tapi tidak jarang ia begitu memuncak. Karena saya hanya bisa melihat perkembangan anak-anak dari layar kaca, mendengarkan kisah istri selama mengasuh mereka, dan mendengar kabar keluarga yang sakit atau perkembangan COVID-19 di Pontianak. Rindu itu jadi sungguh sangat berat. Akhirnya semua itu menyisakan doa-doa dan harapan agar hati kembali kuat. Sehingga saya bisa bilang perjalanan ini amat penuh harap. Harapan untuk bisa berkumpul dengan keluarga dan mengobati kerinduan.
Satu kejadian yang begitu berkesan dari kisah tentang rindu adalah ketika pembimbing saya, Prof. Petra Dannecker, menanyakan kondisi keluarga di Indonesia. Ketika beliau tahu kalau kami sedang menanti kelahiran anak ketiga. Responnya adalah menyuruh pulang karena saat musim dingin juga tidak ada aktivitas apa-apa di kampus. Kalimat setelahnya yang membuat saya begitu terenyuh dan tersentuh. “Penting untuk anakmu tahu kalau dia punya seorang ayah,” ucap beliau dalam Bahasa Inggris. 
Rindu yang dipendam pun seketika pecah, runtuh sudah pertahanan. Saya menangis di dalam hati ketika mendengar kalimat itu, begitu terharu. Beliau amat memperhatikan kondisi psikologis bimbingannya selama di sini. Perasaan seorang ayah yang menanti dengan harap cemas akan proses kelahiran anak yang hanya tinggal dua bulan, tapi harus tetap memfokuskan diri untuk memulai sekolah di perantauan.
Tuhan selalu punya jalan-jalan terbaik. Tidak pernah terbayangkan buda’ Pontianak ini akan pulang pergi ke luar negeri dalam hitungan bulan. Dalam rencana awal pun, kami sudah merelakan akan saling menatap layar kaca saat proses melahirkan tersebut. Tuhan begitu baik memberikan kesempatan kepada saya menemankan istri selama proses melahirkan dan menyambut putri kecil kami secara langsung. Hingga untuk mengenang persiapan dan perjalanan ini, kami menyematkan Vienna sebagai nama tengah untuk anak ketiga yang lahir pada bulan Desember 2021.
Kisah-kisah di Vienna pada akhirnya mengajarkan saya untuk senantiasa belajar bersyukur dengan semua yang telah diterima hingga saat ini. Lima bulan ini begitu banyak cerita yang begitu berharga untuk dijadikan bahan pendewasaan diri. Tentunya masih ada puluhan bulan penuh harap yang akan saya lalui. Pembelajaran diri pasti terus didapatkan seiring berjalannya waktu di kota yang indah. Seperti judul di atas, perjalanan di kota ini penuh harap dan pelajaran.
Adityo Darmawan Sudagung, 1 Maret 2022
*) Tulisan ini dikirimkan pada Writing Contest PPI Edufest 2022 dengan tema "Sepenggal kisah dari penjuru dunia, sejuta inspirasi untuk Indonesia" dan mendapatkan honorable mention.
2 notes · View notes
aledisini · 1 year ago
Text
Menjadi Perempuan
Jadi perempuan itu susah. Walau bukan tumpuan keluarga, tapi ekspektasi yang tumpah di pundak perempuan ngga kalah banyak sama yang dipikul laki-laki. Harus selalu berdandan rapi, tidak terlihat kusam dan kumal. Harus jadi pendiam, pemalu, lemah lembut, tidak banyak membantah, blabla and the list goes on.
Di lingkungan profesional, gue sering banget denger cerita temen dibilang ngga bisa kerja. Padahal ya mungkin yang ngomong tidak lebih baik kerja nya dari perempuan yang dia katain. Kata mereka, perempuan itu lebih lemah fisik nya. Harus diakui memang kodrat perempuan punya fisik yang tidak sebaja laki-laki, tapi bukan berarti ngga bisa kerja kan ya?
Tapi gue bukan mau ngomong tentang mereka-mereka yang ngomong jelek. Ini keresahan yang hadir dan menghampiri, ketika kami, perempuan, mulai bermimpi tinggi.
Terutama, dalam konteks pendidikan dan pekerjaan.
Inget banget, gue pernah liat story temen yang dibilangin "kalau nanti S2 makin susah cari jodoh nya lho, laki-laki pada minder". Sounds familiar? Iya banyak laki-laki yang gitu. Temen gue wawancara salah satu beasiswa dan sempat ditanya "kalau kamu keluar negeri, gimana suami? Nanti minta pulang ngga, kan perempuan mau nya dekat dengan suami" and my friend got rejected just because of this question. "Kerja nya di tempat bagus sih, jadi ga ada yang berani". Yaaa you all know what I mean. Makin besar mimpi nya, makin sering diasosiasikan dengan jodoh yang makin sulit. Gue bahkan pernah kepikir karna omongan itu, apa iyaya belum ada jodoh nya karena pasang kriteria yang lebih baik dari diri sendiri itu ngga ada makhluk nya? I end up drowning in my toxic mind hahaha. Yaaa sebenernya as simple as belum dikasih ketemu Allah aja jodoh nya.
Jadi perempuan bermimpi tinggi itu susah. Tapi bukannya ngga bisa. Poin utama nya adalah untuk tidak lupa peran wanita di dalam rumah. Siapa pun ia diluar rumah, di dalam rumah ia jadi istri, ibu, and also the lady of the house (ya case gue masih anak ya). Kudos to all the amazing woman! Banyak kok yang punya mimpi besar, banyak juga yang berhasil tercapai. Ada yang berhasil jadi direktur dan tetap jadi ibu yang hebat di rumah. Ada yang sampai menggendong anak ke dalam kelas dan jungkir balik menyelesaikan studi nya. Ada juga yang berhasil menjadikan rumah nya sebagai tempat kembali terbaik untuk keluarga nya. No one has the right to judge and stop you.
At the end, semua dikembalikan ke niat. Gue pernah nulis tentang perempuan yang bekerja, tentang betapa rawan nya ambisi wanita dengan niat nya. Untuk apa mau lanjut pendidikan? Jangan karena mau membuktikan kalau perempuan lebih hebat dari laki-laki, begitu tujuan itu tercapai courage lanjut studi nya bubar jalan. Masih banyak kok opsi-opsi niat baik yang bisa membawa ke surga.
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan apa yang diniatkannya." {HR Bukhari dan Muslim}
Untuk kakak-kakak dan ibu-ibu, you'll do great. No, it should be, you have done amazingly well and will do even better in the future. Kalau ada yang ngomongin mimpi-mimpi kita biar aja, diemin aja. What matter most itu kan ridho nya Allah. Semoga Allah selalu mengiringi langkah kaki kita kemanapun ia diayunkan. Barakallah fiikum.
Ohiya, tulisan ini subjektif, tidak mewakili siapapun, dan berdasarkan pengalaman serta cerita yang pernah gue denger ya, semoga bisa diambil pelajaran😊
14 notes · View notes
herricahyadi · 2 years ago
Note
bang, apa dulu yang membuat abang memilih study di luar negeri?
Dulu saya tidak berpikir banyak saat memilih untuk study di luar negeri (LN), selain karena beasiswa. Kuliah S3 di Indonesia cukup mahal, pilihan terbatas, dan pemberi beasiswa sangatlah sedikit. Saat S2 di UI, saya biaya sendiri dan itu telah merenggut masa-masa nikmat saya saat jadi budak korporat. Gaji hanya mampir di rekening beberapa saat, tapi harus keluar lagi untuk tabungan biaya semesteran. Saya tidak bersedih. Malah menertawai kenapa saya nekat mengambil jalan hidup begini. Haha.
Namun, setelah merasakan kuliah di LN, saya malah menyesal kenapa tidak dari S2 saya melakukannya. Begitu banyak kesempatan, pengetahuan, dan juga hal-hal baru yang bisa saya dapatkan. Andai saya dari dulu sudah tahu bahwa kuliah di LN itu banyak sekali yang bisa saya dapatkan. Jika saya mengetahuinya lebih dulu, mungkin pilihan untuk kuliah S2-S3 di LN jadi prioritas. Dan, saya punya waktu untuk mempersiapkannya lebih baik.
Jadi, untuk kalian yang masih SMA atau kuliah S1, saya mendorong kalian agar bisa kuliah di LN. Semua orang punya kesempatan yang sama; entah kalian dari kampus mana tidak masalah. Yang penting itu adalah kalian mempersiapkan apa yang dibutuhkan. Jika perlu beasiswa, maka kalian harus mempersiapkan berkas kampus dan juga berkas beasiswa. Persiapkan dari sekarang selagi masih sempat. Sudahlah, lupakan soal cinta-cintaan atau rasa babibu ini-itu. Lebih baik kalian fokus pada persiapan mendapatkan beasiswa LN. Percaya deh, saat kalian mendapatkannya dan merasakan kuliah di negeri orang, kalian tidak akan pernah menyesali pilihan tersebut.
27 notes · View notes
cahayaandalusi · 2 years ago
Text
AKU MARAH! -Tulisan panjang sekali-
Dengan kondisi umik yang begini, akhirnya aku faham, sepertinya tinggal jauh emang keputusan terbaik. Bukan apaa, tapi untuk menyelamatkan hati keduanya. Hatiku dan umik.
Ku ingat sekali, aku sangat merasa pertengkaran antara kami tuh mulai sejak SMP, itu yg aku ingat. As simple as umik ngeliat aku baca buku terus yang bukan pelajaran, atau pegang hp terus.
Aku lupa tepatnya gimana, suatu hari umik dan aku berantem di Subuh yang gelap. Lalu mbah keluar beli sabun. Mungkin mbah pusing dengan keadaan, sampe beliau jatuh dan tangan kanannya patah.
Pertengkaran semakin sering ada semenjak hari hari itu. Entah aku yang keras kepala sebagai anak sehingga selalu membantah atau memang umik yang sedang melampiaskan emotional baggagenya ke aku. Yang aku tau, hidupku selalu salah saat aku SMP-SMA.
Kejadian makin parah saat aku lulus SMA. Mungkin karena aku belum bekerja sedangkan perekonomian keluarga kacau. Syukurnya saat itu aku lolos Beasiswa BidikMisi, jadi umik gaperlu ngebiayain aku. Iya, sejak semester 1, aku sudah tidak pernah meminta uang saku pada umik. Semua aku tanggung sendiri. Bensin, jajan, dan apapun yang aku mau. Aku juga bekerja, walau gajinya cuma 25.000/meeting hahaha
Syukurnya, aku masih makan dan tinggal di rumah umik. Tapi saat kuliah, hidupku juga tidak sama baiknya. Itu pertamakalinya aku tau Umik selingkuh dengan suami orang. Pak Tek namanya. Pak Tek ini, sering sekali memberhentikan aku di jalan, tiba tiba berteriak memaki atau sesederhana tiba tiba muncul di depan sekolah adekku. Aku sungguh takut tiba tiba adekku diculik lalu Pak Tek minta tebusan hahaha
Yang paling aku ingat, pernah dulu saat sedang makan, umikku menyindiri: "Kamu mbak Eeng (sepupuku) dapet bidik misi duitnya bisa buat bayar motor, sedangkan kamu selalu habis tiap bulan." Lalu saat itu, kubanting piring yang sedang kupegang, dan pecah. Tiba-tiba, beberapa saat kemudian pak tek muncul depan rumah. Memarahiku. Seorang selingkuhan memarahi anak selingkuhannya. Aku boleh bilang "anjing" sekarang tidak?
Lalu tau tidak kondisinya sepupuku itu? Memang tiap bulannya uang bidikmisinya dibuat untuk bayar cicilan motor, tapi uang DP awal dan kehidupan sehari hari Mbak sepupuku itu termasuk bensinnya ditanggung oleh orang tuanya. Kalau aku harus bayar motor, dari mana kehidupan sehari hariku sedang aku sudah tidak meminta uang ke umikku kecuali numpang makan dan tidur di rumah beliau. Tapi, itu kewajiban orang tua pada anaknya bukan?
Ada lagi momen menyakitkan lainnya. Waktu itu, entah sudah lupa bagaimana awalnya, aku tiba tiba dalam kondisi ketakutan yang parah dan aku menjemput adikku dari sekolah dengan gemeteran dan sembunyi di sebuah rumah kosong dalam kondisi hujan deras. Aku dan anak kelas 2 SD ketakutan di rumah kosong, seorang diri tanpa seorang dewasa yang memberi keamanan. Kenapa? Karena seingatku saat itu umikku dan selingkuhannya itu sedang bertengkar hebat.
Lalu, masih banyak kejadian serupa. Hidupku dipenuhi ketakutan saat itu.
Pertengkaran kami mulai berkurang, lebih tepatnya umik mulai tidak berani "membantah"ku saat aku sudah kuliah. Saat umik tau umik salah. Tapi sama aja, beliau adalah tipikal yang mementingkan kebahagiaan sendiri dan tidak memikirkan orang lain.
Saat aku lulus kuliah, aku bekerja aku tidak hanya menanggung kehidupanku tapi aku sudah bisa membantu kehidupan orang rumah. Di titik itu aku faham kenapa dulu umik sering marah marah, ya karena masalah ekonomi. Tidak pernah ada sedikitpun keinginan umik yang tidak aku wujudkan saat itu. Saat lolos beasiswa luar negeri pun dan sekolah Nottingham, kehidupan kami semakin baik baik saja.
Tapi, aku sering mendengar umik telpon dengan lelaki lain padahal saat itu dia masih dengan suami ke duanya, which is bapaknya adekku. sampai sini pusing ga? hahaha
Long story short, umikku pisah sama Bapak dek Nafis. Entah pertengakaran apa yang terjadi, tapi aku hampir gila dibuatnya. Kejadiannya saat di Inggris. mungkin, aku masih menyimpan catatannya di Tumblr.
Singkat cerita, aku semakin tidak peduli dengan umik walapun aku "jijik". Aku jijik dengan umik yang menjadi leter dan alay dan seperti cabe cabean di tiktok. Aku jijik dengan umik yang ngomong mendayu dayu. Aku jijik dengan umik yang mengarang banyak cerita bilang aku lahir 97 padahal 95, bilang baru nikah sekali, bilang masih umur x, dan segala banyak kebohongan lainnya ke laki laki. Hp umikku, adalah sarang buaya. Sedangkan aku? satu saja tidak
Aku jijik! JIJIK! Aku tidak pernah tega mengatakan ini. Tapi aku harus. Aku tidak ingin menyimpan emotional baggage lagi.
Sampai suatu hari, kekocakan datang. Bulan Mei tahun lalu, umik bertemu dengan lelaki yang berumur 7 tahun diatasku. Lalu, mereka menikah di bulan Februari tahun ini tanpa mengabariku. Aku marah. Aku marahhh. Tidak ada satu orangpun yang memberitahuku. Katanya, kalau bilang aku, aku akan marah.
AKU MARAH! Yanga da dalam pikiranku adalah apa yang diharapkan lelaki muda itu dari umikku yang sudah tua itu? APA? AKU MARAH. Tapi saat itu aku di bandung, maka marahku tertahan.
Lambat laun, aku menerimanya. Asal umik bahagia kataku.
Tapi, umik semakin menjadi jadi. Umik bertengkar dengan budhe dan pakdheku. Umik berencana menikah (kali ini menikah sah) dengan pakai koade dan menikah pada umumnya. Tapi ditentang oleh budheku karena sudah tua katanya dan kan ya kasian anaknya belum nikah. Tapi umikku marah. Membanting hp yg aku belikan sampai hancur.
sudah. Aku sudah tidak mau peduli lagi. AKu tidak mau membelikan beliau hp lagi
OIYAAA SUAMINYA INI TIDAK BEKERJA YAAAAAA!!!!! JADI MENURUT KALIAN AKU HARUS MEMBIAYAI KEHIDUPAN PERNIKAHAN MEREKA? YA ENGGAK KAN YA. LUCU. DAN KOCAK.
Oh iya, katanya umikku sebenernya takut kehilangan uangku. Sempat bilang begini ke mbak sepupuku "jangan bilang adeknya kalau tante nikah lagi ya soalnya dek wirdanya gamau ngasih uang lagi katanya"
YA GAES TOLONG ANEH AJAAAAAAAAAA HAHAHAHAHA tapi tenang, aku tetep ngasih duit. Yang menurutku nominalnya sangat banyak kalau dibanding di tweet" twitter yang ngasih duit ortunya itu.
Singkat cerita, kepalaku sudah penuh. Tetangga pada bilang "lah saya kira anaknya yang nikah" "Lah, itumah lebih cocok nikah sama anaknya" "itu ga akan bertahan lama deh kayaknya" dsb.
ya namanya ibu ya, aku sakit hati tentu saja. TAPI AKU MARAH..
Umikku manipulatif sekali. menyuruh suaminya pergi dari rumah. Atau manipulatif lah aku udah capek cerita.
lalu semalem umik jatuh, tangannya terkilir. umik nih kadang lumayan drama queen. Sering banget bilang kenapa gak mati aja aku sih. LAH MASALAH ANDA BUAT SENDIRI YA KENAPA ANDA YANG VDWAHJAKUJHKUYAGWN:PAUOFETWVHIJKO:LUDFXGHJO:OFAEHJKL:":KJH
AKU MARAH.
Maka, tadi malam, kuceramahi umik. Umik marah. Aku marah. Iya, aku salah. AKu salah kenapa gabisa mengontrol rasa marahku. Aku salah kenapa justru menasihati umik saat umik baru saja jatuh
Rasa sayangku sering berubah jadi rasa marah seringnya.
Lalu yaudah deh pagi ini kami ga ngobrol tapi semalem umik udah aku belikan obat kok
AKU MARAH. AKU MARAH SAMA ALLAH AKU MARAH SAMA UMIK AKU MARAH SAMA BAPAK KANDUNGKU AKU MARAH SAMA SEMUA ORANG.
AKU MARAH.
6 Juni 2023
16 notes · View notes
intannuraeni · 1 year ago
Text
Mengenal Politikus Muda (21/08/23)
Tumblr media
Rian Ernest Tanudjaja, SH, MPA
Lahir di berlin, jerman pada tanggal 24 oktober 1987 (35 tahun) merupakan seorang politikus yang dikenal sebagai mantan staf alhi hukum Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Jelang Pemilu 2019 Rian Ernest merupakan calon Legislatif (Caleg) untuk DPR RI yang diusung oleh Partai Solidaritas Indonesia, dengan daerah pemilihan DKI Jakarta I. Rian Ernest mulai dikenal Masyarakat saat mendampingi Basuki Tjahaja Purnama saat mengajukan gugatan atas aturan pilkada di Mahkamah Konstitusi (MK). Namun, Rian Ernest telah mengundurkan diri dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) pada 15 desember 2000. Dengan menempati posisi terakhir adalah sebagai Dewan Pemimpin Pusat PSI. Kemudian, Pada bulan Januari 2023 Rian Ernest resmi menjadi Ketua Biro Pemuda Partai Golkar DKI Jakarta.
Pendidikan & Karir
Rian Ernest memulai pendidikan sekolah dasar di SD Maria Fransiska, Bekasi dan lulus tahun 1999, lalu Rian Ernest melanjutkan pendidikannya pada SMP Marsdirini Bekasi yang kemudian lulus pada tahun 2002, kemudian melanjutkan sekolahnya lagi pada Sekolah Menengah Atas Negeri 82 Jakarta lulus pada tahun 2005. Selanjutnya, Rian Ernest menyelesaikan Pendidikan sarjananya di Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Tepatnya pada bidang hukum bisnis.
Sebelum terjun ke dalam dunia politik dan pemerintahan, di tahun 2013-2015, Rian merupakan Associate untuk firma hukum Hadiputranto, Hadinoto & Partners, bagian dari firma hukum global Baker & McKenzie. Ia juga menjadi Junior Associate bagi Melli Darsa & Co pada kurun waktu 2009-2013. Sebagai konsultan hukum, dia fokus dalam pemberian advis dan analisa tentang investasi, jual beli perusahaan, menyiapkan IPO serta audit dari sisi hukum.
Saat bekerja di firma hukum, Rian pernah membantu Anies Baswedan dalam tim transisi Presiden-Wakil Presiden Terpilih 2014, dalam mensinkronkan kebijakan dalam bidang pendidikan agar sesuai dengan janji kampanye. Ia juga alumni Indonesia Mengajar pada tahun 2011-2012 dan menjadi guru kelas 5 SD atas 28 murid di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT) selama setahun penuh.
Karena terpanggil ke dunia politik dan pemerintahan, Rian lalu meninggalkan praktek hukum swasta untuk menjadi staf hukum bagi Basuki Tjahaja Purnama, Gubernur DKI Jakarta saat itu. Kemudian Rian meneruskan pendidikan dan bergelar Master Public Administration di Lee Kuan Yew School of Public Policy, Singapura, atas beasiswa penuh. Rian sempat bekerja sebagai Asisten Staf Khusus Presiden bidang hukum, sebelum akhirnya mengundurkan diri di Desember 2021 untuk aktif di DPP PSI hingga Desember 2022, saat dia mengumumkan keluar dari partai tersebut. Di Januari 2023, Rian resmi diperkenalkan sebagai Ketua Biro Pemuda Partai Golkar DKI Jakarta di kantor DPD Golkar Jakarta.
2 notes · View notes
l-edelweis · 1 year ago
Text
Sebelum ke Belgia
Ada satu lagi temanku yang mau melanjutkan sekolahnya S2. Yang kali ini ke Belgia, dengan support beasiswa super prestisius menurutku, erasmus mundus:" Masyaallah keren banget aku terharu dan bangga dan campur aduk lah pokoknya.
Seneng juga kemarin Risti nyempetin ke Jogja tentu saja untuk berjumpa dengan kawan-kawan yang bisa ditemui. Aku tentu saja akan menyempatkan waktu untuk bertemu. Ada banyak hal yang bikin aku terenyuh, dan ingin kutulis di sini untuk dibaca kembali nanti-nanti.
Kutulis dengan model wawancara ala-ala mba Najwa Shihab yang lagi wawancara mata najwa itu yekan wkwk (tapi ini jawabannya kutulis versi aku dengan pov aku juga based ngobrol dengan Risti)
Proses apa yang paling sulit dilakukan selama mendaftar beasiswa ini?
Bukan persiapan berkas, bukan wawancara. Tapi proses yang paling menguras energi adalah mengenali diri sendiri.
Aku jadi mengevaluasi diriku. Aku jadi melihat diriku. Apakah aku sudah kenal dengan baik? Apakah aku sudah tau apa yang aku mau dan aku butuhkan?
Karena S2 menurutku nggak semudah S1 tentu saja. Apa yang ditempuh nanti akan sangat berpengaruh pada hidupmu setelah selesai sekolah. Lalu setelah selesai tingkat master, kamu mau apa? Apa yang akan dilakukan?
Kebingungan-kebingungan pasti ada. Ngobrol sama diri sendiri ternyata menjadi hal penting yang harus dilakukan berulang-ulang. Ini juga sih yang dibilang sama psikolog aku, kalau proses mengenal diri sendiri itu nggak cuma dilakukan sekali. Dan nggak ada kata terlambat buat mengenal diri. Take a not, journaling, write, and have a reflection.
Aku jadi terinspirasi buat kembali ngobrol dan menjumpai diriku di masa lalu. Saat masa-masa SD aku punya cita-cita jadi ini-itu. Saat masa-masa itu aku merasakan berbagai rasa, menjumpai berbagai peristiwa, dan membayangkan masa depan akan menjadi apa. Sebenarnya apa yang aku inginkan? Apa benang merah setiap step-step yang aku lalui? Apa hubungan mereka dengan value yang aku punya saat ini? Apa yang sebenarnya jadi keinginanku saat ini? Apa yang bisa aku kasih dan lakukan dalam hidupku?
Dan tujuan hidup itu rupanya sederhana saja. Tidak perlu muluk-muluk, ingin jadi ini itu. Ingin membuat ini itu. Bukan berarti aku menyangsikan keduanya. Tapi kebanyakan dari kita terlanjur dipengaruhi framing masyarakat atau role model kita sekalipun, bahwa menjadi ini itu dulu baru bisa memberikan arti. Atau mungkin, ini cuma berlaku buat diriku sendiri.
Hal spiritual apa yang kamu dapatkan selama proses ini?
Allah itu baik banget. Sebaik itu ke hambaNya. Allah ngasih ke kita sesuatu yang kita butuhkan, di saat aku udah nggak berharap apapun. Kata Risti gitu.
Sebelumnya Risti memang sudah mendaftar ke beberapa beasiswa ke luar negeri. Ada banyak, pokoknya. Tapi belum lolos semua. Waktu masa-masa itu, dia udah membayangkan banyak hal. Kayak rasanya udah keterima gitu, terus membayangkan kuliah di Korea misalnya. Membayangkan hidup di sana, suasana di sana. Pokoknya rasanya kayak udah pasti keterima.
Tapi masyaallah ternyata belum rezeki. Dan buat erasmus ini, sama sekali dia ngga mengharap apapun, ngga membayangkan apapun, ngga ada pikiran apapun di kepala. Ngga ada bayangan suasana kuliah di eropa, ngga ada bayangan hidup di sana. Justru Allah kasih di saat-saat itu. Di saat-saat kepala sedang 'kosong' akan bayangan apapun tentang kuliah di luar negeri dengan beasiswa prestisius ini.
Aku terenyuh sendiri waktu ngobrol soal spiritualitas ini. Aku betul-betul terharu waktu part ngobrol soal rezeki dan takdir Allah dan ketetapan Allah dan kebaikan Allah. Dan part tentang ketidakpastian (lagi-lagi).
Tapi dari semua yang kita obrolkan, kusimpulkan kalau Allah akan memberikan sesuatu kepada kita, ketika kita udah bener-bener siap dan memang pantas menerimanya. Risti juga cerita gimana selama setelah lulus S1 dia masih belum mantep buat lanjut sekolah lagi. Sampai dia memutuskan buat mendaftar beasiswa keluar, dan memutuskan buat mendaftar ITB. Iya, Risti udah sempet kuliah di ITB satu semester kemarin.
Meskipun begitu sebenarnya dia juga sudah merencanakan dan sudah ada cita-cita buat daftar erasmus sejak lama. Rasanya menurutku kayak, udah tertanam di alam bawah sadar kalau suatu hari pasti akan dapet erasmus dan kayaknya itu jadi doa harian, yah. Secara nggak sadar diaminkan dalam hati dan setiap saat malaikat selalu ikut mengamini.
Kata Risti juga, di tengah-tengah suasana dia tidak berharap tidak membayangkan tidak memikirkan apapun soal erasmus, dia bilang, mungkin yang saat ini didapatkan adalah juga doa-doa masa lalu yang sudah lupa bahkan.
Nggak kerasa mataku berkaca-kaca karena super terharu dengan ceritanya. Masyaallah. Masyaallah.
Mungkin ini nasehat lama, tapi memang Allah akan memberikan sesuatu kepada kita saat kita dirasa oleh Allah sudah siap menerimanya. Cuma Allah yang tau kapan kita siap, kapan kita pantas. Kadang kita merasa diri kita sudah siap, tapi yah itu cuma sangkaan kita aja. Menurut Allah belum.
Ini bikin aku jadi mikir, kalau segala hal cuma Allah yang tau.
Mungkin kita juga perlu berdoa sama Allah, untuk dikasih kesiapan dan kepantasan. Supaya pada muaranya nanti akan dikasih apa yang kita impikan dan cita-citakan.
Nggak ada tempat bergantung dan meminta yang paling baik, kecuali Allah.
Terus kemudian tidak lupa juga perihal sabar dan syukur. Dua hal yang semoga selalu kita ingat setiap saat setiap waktu. Selalu dilakukan setiap saat setiap waktu. Mungkin kita selalu ingat untuk bersabar saat kondisi kita sedang di titik rendah. Tapi lupa untuk bersyukur saat mendapat apapun, saat mengalami apapun. Tapi yang terutama saat kita diberi kenikmatan dan kebahagiaan.
Karena yang senang-senang kadang juga jadi cobaan, kan. Dan yang sedih-sedih kadang membawa kebaikan jadi tetap harus disyukuri juga.
_____
Sesi ngobrol kemarin tu rasanya terharu banget. Nggak tau ya, terharu karena Risti mau pergi jauh, atau karena refleksi dia dari prosesnya selama ini, atau karena hal lain yang nggak aku sadari.
Meskipun aku sama Risti nggak begitu dekat pas di Muallimaat. Tapi ada satu moment yang gara-gara dia bikin aku mikir, kalau pertemanan di Muallimaat kadang nggak melihat jarak kedekatan. Waktu Isna mau nikah, dia ngirim undangan ke grup angkatan. Itu berarti Isna mempersilahkan siapapun anak angkatan yang mau datang, kan. Tapi waktu aku buka undangannya waktu itu aku udah mikir nggak akan dateng. Alasannya simpel, aku jarang berinteraksi sama Isna. Tapi pengen dateng. Tapi kayak takut Isna mikir, 'hah siapa nih' wkwk lebay sih.
Sampai Risti yang jauh-jauh dateng dari Bandung waktu itu, tiba-tiba ngechat aku. Nanyain apakah aku akan datang ke nikahan Isna. Singkat kujawab, "Kayaknya enggak Ris. Aku jarang berinteraksi sama Isna apakah nggakpapa dateng wkwkw. Tapi pengen dateng sih."
Terus dia bilang, "Ih dateng aja. Kan temen kita."
Apa yah rasanya. Aku nggak bisa mendeskripsikan selain terharu. (mohon maaff emang kedengeran lebay kayanya yah tapi emang anaknya cengeng wkwk)
Tumblr media Tumblr media
Dua kali ke Bandung kemarin juga ngerepotin Risti. Senang dan bersyukur dan terharu. Terima kasih sudah membawa berkeliling Bandung, dan yang terakhir kemarin menemani sarapan sebelum aku ke Jakarta:"
Tumblr media Tumblr media
2 notes · View notes
chrmngman · 2 years ago
Text
Lejar Episode 4 // Dinda
Bruk!
"Aw!"
NOOOOOOOT
Supir bis menekan klakson dalam-dalam. Aku yang masih sedikit pusing mengintip ke depan sambil mengusap-usap dahiku. Supir bis itu sedang merutuk supir angkot yang berhenti tiba-tiba dan membuat bis berhenti mendadak. Aku yang sedang tidur ayam tentu saja tak dapat menahan kepala dan badanku dari menubruk kursi di depanku.
Tidur di bis biasanya dapat menyegarkanku sebelum pulang ke rumah. Namun, beberapa hari terakhir aku merasa begitu lelah. Tetapi bukannya segar, aku malah merasa makin terkuras. Bis sudah melaju kembali dan aku baru saja melewati toko donat favoritku pertanda halte pemberhentianku sudah dekat. Aku segera bersiap-siap untuk turun.
Aku pun tiba di halte 5 menit kemudian. Dari halte ini, aku masih harus berjalan selama 10 sampai 15 menit tergantung kecepatan jalanku. Kalau sedang kebelet untuk buang air besar bisa 8 menit, tapi untuk sekarang mungkin aku sudah kehabisan tenaga untuk berjalan cepat. Aku memeriksa handphoneku untuk melihat jam dan pemberitahuan.
19.41
2 panggilan tak terjawab: Farhana
Farhana: Din, elu jadi daftar beasiswa S2 yang kemarin?
                 Ayo daftar! Gue baru daftar ini.
      Deadlinenya 4 hari lagi. Awas lu ya kalau ga daftar!
Bapak   : membagikan tautan "Pembukaan Pendaftaran Calon
Pegawai Negeri…."
Aku menutup handphoneku dan menaruhnya kembali ke dalam tasku. Aku memijit pelan kedua sisi dahiku. Bukan karena sakit karena benturan di bis tadi, tapi karena pusing dengan pesan dari Hana dan Bapak. Aku harus bersiap-siap mungkin sampai rumah akan mendengar wejangan seputar PNS kembali dari Bapak yang akan disampaikan melalui Ibu. Untuk pesan dari Hana, memang beberapa hari yang lalu, kita membahas beasiswa S2 ke New Zealand yang merupakan mimpiku sejak kuliah. Akan tetapi, aku sekarang malah bekerja di perusahaan yang tidak sesuai dengan kemampuanku.
Aku perlambat langkahku karena jujur aku belum siap untuk masuk ke rumah. Ragaku lelah dan pikiranku lejar. Aku tak siap bertemu Bapak yang kerap memaksaku dengan keinginannya. Aku tidak siap bertemu Ibu yang sudah bulak-balik bertanya seputar menimang cucu. Mungkin Alif satu-satunya yang ingin kutemui di rumah karena aku sudah menyiapkan sesuatu untuk adikku. Astaga! Aku jadi teringat sesuatu. Alif baru saja mengirimkan CV ta'aruf dari salah satu seniornya. Aku belum sempat membukanya.
Kalau boleh jujur, aku masih belum ingin menikah. Aku masih berkutat dengan pikiran "Apakah ini saat yang tepat bagiku untuk menikah?" secara umur memang aku baru masuk kepala tiga tahun ini. Tapi aku masih merasa perlu menyelesaikan segala keruwetan yang sedang aku alami akhir-akhir ini. Aku tak mau masuk ke jenjang pernikahan dengan membawa masalah yang belum kuselesaikan. Alif sebenarnya mencoba membantu karena ia merasa kasihan denganku yang selalu di tanyai perihal pernikahan oleh Ibu.
"Bagaimana aku harus melangkah ke fase hidup yang baru bila aku pun masih ragu jalan yang mana yang harus kupilih?" ucapku dalam hati.
Tanpa sadar aku sudah berada di depan pagar rumahku. Aku menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Aku harus terlihat biasa saja saat memasuki pagar rumahku.
Aku disambut oleh Bapa dengan hal yang sudah bisa kutebak. Aku langsung buru-buru saja masuk ke dalam rumah. Aku mencoba menghindari Ibu, jadi aku langsung pergi ke kamar Alif namun belum sampai pintu kamar Alif, Ibu memanggilku.
"Din, nanti kalau udah beres dari kamar Alif, kesini dulu yah sebentar Ibu mau ngobrol." pinta Ibu.
"Oke bu." sebenarnya aku enggan. Tapi aku tak bisa menghindar bila ibu meminta langsung seperti itu.
Aku masuk kamar Alif dengan pikiran yang tak karuan. Alif sepertinya sadar kalau sedang lelah, aku pun mencoba untuk menutupinya.
"Jangan tanya soal ta'aruf. Jangan tanya soal ta'aruf" aku terus memikirkan hal tersebut hingga akhirnya pertanyaan tentang ini keluar dari mulut Alif .
"Eh kak aku lupa nanya, gimana CV ta'aruf Kak Adi kemarin.udah dilihat belum kak?" DUARRR. Aku seperti disambar petir. Aku terpaksa berbohong telah melihat CV-nya dan meminta waktu untuk berpikir terlebih dahulu. Padahal aku tidak mau. Namun aku tidak enak bila harus menolak mentah-mentah permintaan dari Alif. Aku segera mengalihkan topik ke hadiah yang telah aku siapkan. Beberapa bulan yang lalu Alif bercerita ingin mengikut kelas desain namun harganya cukup mahal. Jadi aku memberikan separuh dari tabunganku untuknya karena aku tak mau Alif berada di posisiku sekarang. Hilang arah dan lalu diarahkan ke arah yang tidak aku inginkan.
Alif terlihat sangat senang. Aku dipeluknya dengan erat. Aku pun segera pergi menemui Ibu agar semua ini segera selesai untuk hari ini dan aku bisa beristirahat. Aku sudah menyiapkan kupingku untuk menerima ceramah ibu tentang bekerja sebagai PNS seperti Bapak ataupun umurku yang sudah kelewat tua menurutnya untuk menikah.
"Iya jadi gini, Din. Kamu kan tahu, tabungan bapak makin tipis. Daripada habis, jadi Ibu ada rencana mau bikin toko grosir. Untuk tempat nya sudah ada. Cuma yaa.. Kayaknya masih kurang untuk modalnya. Dinda masih ada uang kan di tabungan?" aku  terkejut. Ibu belum pernah membahas ini sebelumnya. Aku sebenarnya ingin membantu tapi uangku sudah kupakai. Aku pun menjelaskan seadanya tanpa menyebut nama Alif.
"Dinda pake untuk apa sampai sedikit lagi tabungannya? Mau kamu pake liburan lagi yah?" tuduh Ibu padaku.
Aku terheran dan tak bisa berkata-kata. Aku memberikan uangku dengan ikhlas untuk kebaikan Alif namun ibu menuduhku yang tidak-tidak.  Aku benar-benar tak habis pikir dengan pikiran Ibu. Kepalaku mulai berdenyut pusing
"Sudahlah Din, tabung saja uangnya, bisa kamu pake bantu Ibu sama Bapa atau bisa kamu pake untuk tambah-tambah kamu nikah. Umur kamu lho udah ga muda lagi nak." Ibu menambahi.
Here we go again. Ibu kembali memainkan kartu favoritnya. Intensitas pusing di kepalaku semakin terasa. Mataku mulai memanas. Air mataku bahkan sudah hampir keluar. Aku sudah tidak tahan dengan keadaan ini. Aku seperti ingin meledak dan mengeluarkan semuanya didepan ibu. Ingin rasanya kuluapkan bahwa jiwa dan ragaku sudah bekerja keras dan sangat lelah hanya untuk menjalani kehidupan yang jauh dari mimpiku dan apa jadinya bila Ibu dan Bapak kerap mencecarku dengan hal yang belum atau bahkan tidak ingin aku kejar?!
 Aku segera berdiri dan meminta izin untuk mandi terlebih dahulu sebelum emosiku tak terkontrol. Baru dua langkah aku berjalan, tembok ruangan serasa berputar di sekitarku. Aku mencoba meraih apa pun sebagai pegangan. Belum sempat kutemukan pegangannya, aku merasa seperti terjatuh dan tidak punya tenaga untuk menahan tubuhku. Lalu seketika semuanya gelap.
Bersambung.
2 notes · View notes
kesacamelya · 2 years ago
Text
Road to Glasgow #1
Di pendaftaran beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) tahun lalu, tidak pernah terbesit sama sekali di pikiranku untuk mendaftar ke University of Glasgow (UofG). Alasannya sederhana, aku ingin mendaftar kuliah di kampus 50 besar dunia dalam daftar perguruan tinggi tujuan luar negeri LPDP. Di tahun 2022, University of Glasgow berada di nomor 86 dalam daftar tersebut.
Setelah gagal dua kali dalam seleksi beasiswa LPDP, aku pun berpikir kembali dan memutuskan untuk merubah strategi. University of Glasgow pun menjadi pilihan. Ada dua alasan utama kenapa aku memutuskan untuk mendaftar di universitas ini. Alasan pertama adalah ada jurusan yang aku rasa sesuai dengan minat, kemampuan, dan ilmunya bisa diterapkan di pekerjaan ataupun kehidupan sehari-hari, yaitu jurusan Public Policy and Management. Alasan kedua karena aku bisa memenuhi persyaratannya, baik dari Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) maupun dari skor IELTS. Skor IELTS yang diminta adalah overall 6,5 dengan masing-masing subtes minimal 6,0.
UofG menerapkan deadline pendaftaran berbasis ronde. Jadi, dalam 1 siklus pendaftaran, ada beberapa deadline untuk submit aplikasi yang bisa dipilih. Setiap jurusan memiliki jumlah ronde yang berbeda, misalnya di jurusan Public Policy and Management terdapat 5 ronde, sedangkan di jurusan Finance and Management terdapat 6 ronde.
Aku memulai aplikasi pada tanggal 5 Januari dan mencoba untuk submit aplikasi sebelum deadline ronde ketiga, yaitu tanggal 15 Februari. Aku sedikit mengalami kendala ketika menyusun personal statement. Ada dua esai yang harus kutulis dan masing-masing esai terdiri dari 300 kata. That's it. Aku tidak tahu apakah 300 kata itu jumlah maksimal, minimal, atau harus tepat 300 kata. Aku pun memutuskan untuk bertanya kepada kak S, Student Ambassador di UofG, namun aku harus menunggu cukup lama untuk mendapatkan balasan. Kak S menjawab kalau 300 kata biasanya adalah jumlah maksimal dalam esai, dengan toleransi 10%. Artinya, aku harus menulis antara 270-330 kata. Alhamdulillah, aku berhasil menyelesaikan esai dan submit pendaftaran tepat di hari terakhir, yaitu tanggal 15 Februari.
Alhamdulillah, pendaftaran di jurusan ini gratis, jadi lumayan menghemat pengeluaran. Sekarang tinggal menunggu hasil sambil mempersiapkan pendaftaran beasiswa LPDP. Insya Allah, hasilnya akan keluar di tanggal 6 Mei. Apapun hasilnya nanti, aku yakin insya Allah itu yang terbaik bagiku :)
***
PS: Sedikit dokumentasi portal pendaftaran UofG:
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
3 notes · View notes
20001806 · 27 days ago
Text
Sejak kecil, pakaian yang diberikan selalu terbuka. Pernah ditegur oleh seorang santri dari Tasik yang sedang lewat, ia menepuk paha sambil berkata, “Ya Allah, Neng, sayang banget ini paha.” Paman juga sempat menegur, “Nanti mah semuanya ditutup, ya.”
Perlahan mulai memakai pakaian tertutup, mengenakan kerudung karena masuk pesantren. Namun, pada awalnya, pakaian tetap ketat, sering dimasukkan ke dalam celana atau rok, atau dililitkan di pinggang. Saat SMA, sempat mendapatkan beasiswa untuk belajar di pesantren, tetapi hanya bertahan tiga hari sebelum akhirnya pindah ke sekolah negeri.
Di sekolah negeri, pujian sering datang karena bawa nama keluarga, tetapi itu justru membuat perasaan tidak nyaman karena ekspektasi aneh dari orang-orang kampung. Pernah dalam pengajian ibu-ibu mengadakan doa bersama, nama disebut sebagai calon untuk masuk Universitas Al-Azhar di Kairo. Namun, pujian itu malah dilawan dengan menunjukkan sisi negatif diri. Warga kampung pun kaget dengan perubahan tersebut. Bahkan, saat SNMPTN, tidak ada keinginan untuk mendaftar karena keputusan untuk tidak melanjutkan kuliah.
Kemudian, ada masa di mana gaya berpakaian menjadi sangat tertutup. Untuk keluar rumah saja, harus mengenakan gamis, kaos kaki, kerudung panjang hingga siku, dan ciput untuk menutup kepala. Hal ini bermula saat mengikuti beberapa kali program karantina tahfiz di Cirebon, Bandung. Pada masa itu, muncul perasaan lebih baik dari orang lain (syndrome hijrah). Status WhatsApp penuh dengan hadis, ayat Al-Qur’an, dan hukum agama. Banyak pujian datang karena gelar hafizah yang disematkan. Lingkungan bukan lagi ustad atau habib, tapi syaikh yang bersanad.
Berlanjut ke tahap membeli cadar, karena mendapatkan beasiswa karantina tahfiz untuk masuk LIPIA. Namun, rasa tidak nyaman dengan banyaknya pujian dan ekspektasi membuat beasiswa itu akhirnya aku tolak, dan cadar yang dibeli pun tidak pernah dipakai.
Langsung ikut karantina ke Depok, Alhamdullilah ketemu Kak Husna. Pertemuan pertama Mega ketemu dengan dirinya sendiri.
Setelahnya, gaya berpakaian berubah lagi. Kerudung hanya dikenakan untuk menutupi ubun-ubun, sementara leher dan poni dibiarkan terbuka, rapi hanya saat pergi ke kampus. Mama pernah berkomentar, “Itu kerudung makin mundur,” tetapi tidak pernah memprotes karena orang tua memahami bahwa proses masih berjalan. Syukurnya, tubuh tidak selalu kurus, sehingga pakaian tetap bisa menutupi bagian bokong. Ketika pulang kampung ke Tasik, kerudung masih dikenakan dengan lebih tertutup, meskipun seringkali pakaian belum sepenuhnya longgar.
Kemudian, ada permintaan untuk bekerja di pesantren. Langsung saja dicari gamis dan kerudung panjang yang masih tersisa di rumah. Mama sempat berkata, “Yah, kan sudah dibagikan ke tetangga. Mama kira ga bakal dipakai lagi.” Akhirnya, pakaian yang ada dikenakan seadanya. Di pesantren, seorang guru menegur, “Miss Mega, tolong kerudungnya menutup dada, ya. Dan pastikan lengan atas juga tertutup. Tidak perlu sampai ke bawah lengan, yang penting area atas tertutup.”
Kondisi itu membuat kelabakan mencari pakaian yang sesuai. Mau tidak mau, pakaian tertutup kembali dikenakan, tetapi hanya saat bekerja. Di luar sekolah, kerudung kembali dikenakan hanya menutupi ubun-ubun, meskipun kali ini sudah dipasang dengan jarum pentul.
1 note · View note
m1totoslot · 2 months ago
Text
Tujuh menteri berlatar militer kembali ke Akmil Magelang
Tumblr media
Mungkin bagi mereka yang berlatar belakang TNI dan Polri, pulang ke Magelang seperti kembali ke asal mereka dibentuk dan ditempa menjadi prajurit terbaik
Jakarta (ANTARA) - Tujuh orang dari jajaran para menteri dan wakil menteri yang berlatar militer kembali ke Akademi Militer (Akmil) di Magelang, Jawa Tengah, Kamis, untuk mengikuti sesi pembekalan anggota Kabinet Merah Putih ala militer (Akmil).​​​
Selama empat hari, mereka akan diberi beragam materi dan kegiatan lain yang berguna untuk menempa kekompakan dan sikap persatuan, meski sebagian besar dari mereka mungkin akan tabu tentang pendidikan ala militer yang disajikan di Magelang.
Namun demikian, sebagian kecil dari mereka dipastikan tidak asing dengan model pembekalan seperti ini. Mereka yang dimaksud adalah menteri dan wakil menteri berlatar belakang sebagai TNI yang dahulu pernah mengenyam pendidikan di Magelang ketika menjadi siswa.
Mungkin bagi mereka yang berlatar belakang TNI dan Polri, pulang ke Magelang seperti kembali ke asal mereka dibentuk dan ditempa menjadi prajurit terbaik.
Baca juga: Komisi I: Pembekalan kabinet jangan dilihat dari lokasinya di Akmil
Berikut mereka-mereka yang berlatar belakang TNI dan Polri yang "pulang kampung" ke Magelang.
1. Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin.
Letjen TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin merupakan tokoh militer sekaligus orang dekat Presiden RI Prabowo Subianto yang berada di dalam Kabinet Merah Putih.
Sjafrie menempuh pendidikan taruna di Akademi Militer, Magelang, hingga lulus pada 1974. Sjafrie saat itu berhasil menyabet penghargaan lulusan terbaik Adhi Makayasa.
Selepas pendidikan, Sjafrie bersama Prabowo masuk ke Korps Baret Merah Komando Pasukan Sandi Yudha — yang saat ini dikenal sebagai Kopassus.
2. Menteri Luar Negeri Sugiono.
Sugiono merupakan salah satu menteri yang pernah berada di korps yang sama dengan Prabowo yakni Kopassus.
Pria kelahiran Aceh, 11 Februari 1979 ini merupakan alumnus SMA Taruna Nusantara yang lulus pada tahun 1997, satu angkatan dengan Agus Harimurti Yudhoyono.
Begitu menyelesaikan pendidikan di sana, ia melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi militer di Amerika Serikat melalui beasiswa yang dicanangkan oleh Prabowo yang kala itu berpangkat Mayor dan menjabat Danjen Kopassus.
Karir militernya tidak terlalu lama lantaran dia memilih keluar dari TNI untuk ikut bersama Prabowo membangun Partai Gerindra.
3. Menteri Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono.
Agus Hari Murti Yudhoyono atau yang akrab di sapa AHY juga jadi salah satu menteri yang pernah mengenyam pendidikan di Magelang.
Ketua Umum Partai Demokrat sekaligus putra sulung Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono ini mengenyam pendidikan di Magelang dan lulus sebagai lulusan terbaik peraih pedang Tri Saksi Wiratama dan mendali Adhi Makayasa pada 2000.
Di usia yang masih tergolong muda, AHY menanggalkan karir militernya dan memilih untuk terjun ke dunia politik. Salah satu langkah politik pertama yang dilakukan AHY yakni menjadi calon gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2017.
Setelah gagal menjadi gubernur, AHY tetap melanjutkan karir politiknya hingga dia menjadi Ketua Umum Partai Demokrat.
4. Menteri Transmigrasi Iftitah Sulaiman Suryanagara.
Iftitah Sulaiman Suryanagara merupakan mantan petinggi militer yang telah mengabdikan dirinya untuk TNI AD selama 20 tahun.
Iftitah pernah mengenyam pendidikan di Magelang dan meraih gelar Adhi Makayasa ketika lulus pada 1999. Dirinya juga dikenal sebagai ahli di bidang Kavaleri ketika masih aktif sebagai pejabat TNI AD.
Adapun pangkat terakhir yang diterima sebelum pensiun yakni Letnan Kolonel. Usai pensiun, dia langsung terjun ke dunia politik bersama Partai Demokrat.
5. Wakil Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Lodewijk Freidrich Paulus
Lodewijk merupakan salah satu tokoh jebolan Kopassus TNI AD yang masuk dalam lingkaran Kabinet Merah Putih.
Lodewijk diketahui mengenyam pendidikan Akmil di Magelang dan lulus pada 1981.
Selama bertugas di Kopassus TNI AD, dia sempat menjadi Komandan Detasemen Khusus 81 (penanggulangan teror) atau Sat-81/Gultor Kopassus pada tahun 2001. Satuan elit itu dibentuk oleh Luhut Panjaitan dan Prabowo Subianto pada tahun 1981.
Adapun karier tertinggi Lodewijk di militer salah satunya sebagai Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus) ke-24 yang menjabat pada tahun 2009 hingga 2011.
6. Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Wakil Kepala Badan Pertanahan Nasional Ossy Dermawan
Ossy merupakan jebolan akademi militer di Magelang sekaligus program beasiswa S1 dari Norwich University, Military School of Vermont di Amerika Serikat
Beasiswa tersebut merupakan program pendidikan yang dibentuk oleh Prabowo Subianto yang kala itu menjabat sebagai Danjen Kopassus.
Karirnya begitu cemerlang di militer TNI AD hingga akhirnya dia pensiun dan terjun ke dunia politik dengan Partai Demokrat.
7 Sekretaris Kabinet Mayor Teddy Indra Wijaya
Mayor Teddy Indra Wijaya merupakan nama yang cukup akrab di telinga masyarakat lantaran kerap tampil mendampingi Prabowo Subianto semasa menjadi Menteri Pertahanan dan selama kampanye Pilpres 2024.
Kariernya dimulai pada tahun 2011 setelah lulus dari Akademi Militer di Magelang, Jawa Tengah, sebagai Komandan Peleton 3,2,1 di Kopassus sebelum ditunjuk menjadi Ajudan Kepala Staf Umum TNI dan beberapa jabatan militer lain, termasuk Asisten Ajudan Presiden Joko Widodo dan Ajudan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Tidak hanya lulusan Akademi Militer, Mayor Teddy juga meraih gelar S1 Program Studi Hubungan Internasional dari Universitas Jenderal Achmad Yani pada tahun 2012, kemudian gelar S2 Kajian Terorisme dari Universitas Indonesia di tahun 2021.
Selain pendidikan formal, dirinya juga sempat mengikuti berbagai kursus militer spesialis di Kopassus bahkan sekolah intelijen di Australia tahun 2015.
Selanjutnya, ia pernah mengikuti berbagai sekolah spesialis di Amerika Serikat seperti US Army Infantry School, Airbone School, Air Assault School, dan terutama Ranger School pada tahun 2020.
0 notes
hikhinisia · 5 months ago
Text
Counting blessed
punya orang tua yg lengkap masih ngasih duid bulanan
di usia ke 22 uda pernah ke Thailand. Malaysia, dan Singapura
salah satu dari 5 orang di unsri yg exchanges student ke thailand (iya nih exchanges ke thailand akan aku bangga banggakan terus)
Jadi anggota keluarga pertama yang kuliah keluar negeri.
menjadi inspirasi anggota adek adek sepupu lainnya.
bebas memilih cita-cita meskipun dikasi tenggat waktu
toefl 500 first try
privilage tidak mudah menyerah walaupun jatuh bangun ku menangis.
punya keluarga besar yang harmoniezz
apa lagi ya
punya motor sendiri
punya tabungan lumayan banyak
punya adek wicaksono yg baik, pinter, ganteng gak malu maluin
punya ayuk aliyah as a sister
punya temen buat cerita dan temen main (fita)
punya temen ambis bareng (dinda)
punya temen buat tanya tanya beasiswa lpdp (rafli) walapun sangat slow respon
punya temen ngaji yang selalu mengingatkan kepada Allah swt tentang mimpi ini harus dibawa dan berakhir
punya paman-paman yang perhatian sukak nanya rencana hidup dan nasehatin walaupun gak ngasi solusi....
punya keluarga yg gak julid krna masih kerja serabutan
punya lingkungan yg positive walaupun agak cerewet
punya temen-temen yg baik gak toxic
aku cantik, pinter, baik
aku ini attractive mampu mengikat orang lain buat suka (eh memuji diri sendiri)
mampu kemana mana sendiri
punya mimpi yang jelas
punya kamar sendiri walaupun panas klo kemarau
bisa masak
punya temen yg bisa diandalkan
1 note · View note
ambuschool · 7 months ago
Text
Menengok Masa Lalu
Tadi siang, aku minta istirahat sejenak sama suamiku krn dr sebelum subuh udah masak untuk sahur, kemudian menyiapkan makan untuk anakku dan kita pergi untuk vaksin. Entah kenapa, setelah bangun tidur tuh ku malah kepikiran saat-saat kami di Yogya. Saat kami pindah kesana untuk suamiku S2 di UGM.
Suamiku juga dulu full beasiswa dari pemerintah Norwegia pas kuliah di UGM. Tapi karena pindahnya “cuma” ke Yogya jadi keadaannya tuh bener-bener berbeda sama di Melbourne sini..
Dulu tuh kami masih sering nongkrong2 dengan teman Mas Mogi. Uang beasiswa yang 4x lipat UMR Yogya membuat hidup kita nyaman sekali, apalagi Mas Mogi juga masih dapat setengah gaji karena masih sambil part time di kantornya. Sedangkan disini, hampir gak pernah nongkrong. Hidup senin - jumat benar2 seputar ngedrop anak di childcare - kuliah - jemput anak - mengerjakan pekerjaan rumah. Keadaan finansial yang gak stabil membuat kita gak memungkinkan untuk kemana-mana, hampir semua hal hanya dilakukan di rumah.
Pas di Yogya, kalau Mas Mogi sibuk sama kuliah dan pekerjaannya sampai sore, aku akan whatsapp @ajinurafifah terus bisa tiba-tiba diajak main atau aku ke rumahnya. Sekarang, semua orang kaya udah sibuk sama kegiatannya sendiri karena setiap keluarga memang hanya membawa keluarganya sendiri tanpa ada yang membantu (ART dan sejenisnya) sehingga mau main pun sebenarnya sungkan karena takut merepotkan.
Menyadari betapa circumstances-nya berbeda saat Mas Mogi S2 di UGM dan aku disini, kubilang sama Mas Mogi sambil nangis “Aku tuh ngerasa gak punya temen yg bisa diajak ngobrol disini. Semua orang sibuk sama urusannya masing2. Temen aku tuh cuman kamu, Mas. Makanya kalau kita berantem aku tuh ngerasa runtuh bgt duniaku.”
That’s true. Aku gak lebay. Memasuki usia pernikahan kelima, di negeri orang, bener-bener the whole new challenges banget buat pernikahan kami. Kesolidan kami bener-bener terasa banget ujiannya.
Mostly temen-temenku pada single-single, jadi aku gak bisa banyak cerita sama mereka. Kalau sesama ibu, kebanyakan mereka menemani suami mereka, bukan mereka yang student sehingga “beban” kehidupannya juga kaya gak terlalu relate juga hiksss. Ada satu temenku yg juga sesama student dan ibu, tapi dia orang kaya🤣 jd agak gak relate juga wkwk.
Terus ditambah hari ini suamiku ngomong kaya gini “Ambu inget gak? Aqilla tuh lahir pas hari tasyrik loh.” Terus aku mencoba mengingat-ingat. Ternyata benar. Terus kujadi membuka gdrive foto-foto anakku yang pertama, dan hal pertama yang keluar di gdrive itu adalah proses pemakamannya.
Aku pun sesenggukan mengingat hari itu. Kejadian 4 tahun lalu yang sudah sering kali aku ceritakan kepada banyak orang. Tapi ketika melihat foto-fotonya, video-videonya di hari itu, ternyata rasa sedih itu masih ada juga. Karena ia adalah anak pertamaku, ialah yg pertama kali membuatku menjadi ibu, walau setelah itu ia tiada.
Tumblr media
Kuabadikan kisah melahirkan dan pulih dari luka kehilangan anak pertamaku di dalam memoar yang berbentuk buku ini. Jika ada yang mau baca bisa ke gdrive ini ya : https://drive.google.com/file/d/1iwRqk29yayU6dk5JDby785RNiBQ-PYJ6/view?usp=drivesdk
Dan ternyata duka kehilangan itu yang membawaku sampai saat ini. Masa-masa payudaraku bengkak karena ASI sudah terproduksi karena bayinya sudah lahir, Masa-masa ASI menetes berbulan-bulan padahal bayinya tak ada, yang membuatku akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang konselor menyusui pasca lulus sebagai seorang ners.
Ah, masa lalu yang sulit tp jujur saat ini gak kalah sulitnya 😭🤣 perjalanan mendapatkan beasiswa memang sulit tp pas dijalani juga terasa tidak serta merta indah bunga-bunga, bahkan ku menghindari konten superfisial hidup indah di luar negeri, makanya akhirnya kuhapus instagram saja biar ku fokus sama hidupku sendiri.
Huft… tapi masa lalu, benar-benar akan membawa kepada kebaikan kalau kita bisa menerima, dan melihat hal baik dari apa yang sudah ditetapkan Allah. Pun begitu hari ini, walau rasanya pahit sekali masa sekarang, tapi mungkin akan ada hal baik yang akan terjadi di masa sekarang, karena kita menerima, bertahan dan terus meminta kebaikan dari apa-apa yang tidak kita ketahui di masa mendatang.
Laa hawlaa walla quwwata illa billah 🥺
0 notes
audadzaki · 7 months ago
Text
Keluarga Gaza dan Mental Pengungsi Kita
"Ini hari pertama Dzulhijjah, saya baru saja menulis tentang amalan-amalan terbaik. Salah satunya silaturahim.” kata alumnus Magister Fiqih Muqarin Universitas Gaza ini.
Beliau adalah Syaikh Abu Hasan Al-Ghazawi, muhajirin thufan Al-Aqsha yang berhasil menyeberang Rafah di hari ke-90. Sementara tinggal di kawasan Zamalek, Propinsi Giza, Mesir.
“Ini berkah sekali. Antum memudahkan silaturahim tanpa saya perlu keluar rumah,” kata beliau sambil menyiapkan piring-piring thomiyyah, ful, baba ghannug, gibnah, serta salad irisan tomat dan timun segar.
Saya bersama Mas Dzulfi dipaksa sarapan.
Kami sedang bersilaturahmi mewakili Yayasan KITA untuk persiapan Idul Adha Garis Depan 1445 H. Program khidmah kemanusiaan dari Indonesia untuk umat Islam korban konflik di seluruh dunia.
Beliau sekeluarga adalah korban perang, seharusnya kami adalah anshar yang menjamu beliau. Kami yang mestinya memberikan jamuan di negeri yang sudah lima tahun kami tinggali ini.
Tidak.
“Kalian jauh-jauh dari Indonesia, menuntut ilmu di Al-Azhar, ahlul hadits, dan ahlu ushulil fiqh. Seharusnya saya menyembelih kambing untuk menyambut kalian,” katanya bersemangat.
MasyaAllah.
Tangannya masih sibuk menepikan secangkir teh maramiyah, “Ini teh khas Gaza,” kata beliau.
Ya Rabb. Beliau ramahnya minta ampun.
Kami bercerita hampir satu jam. Nasab keluarganya di Mesir, pendidikannya di Gaza, pekerjaannya di sekolah yang kini rata dengan tanah, sampai pengalamannya safari Ramadhan di Indonesia beberapa bulan lalu.
Tidak ada sama sekali ungkapan kecewa, atau mengeluh. Yang ada adalah semangatnya untuk yakin sebentar lagi kita akan membangun Gaza kembali.
Saya yang datang untuk berbela sungkawa jadi serba salah. Mentalnya terlihat positif sekali. Beliau bukan tipe korban yang memelas bantuan. Meskipun kita tidak tahu seberapa mendidih hatinya menyaksikan kedzaliman seumur hidupnya.
Beliau malah mempedulikan pendidikan saya, “Kenapa tidak meneruskan magister? Hadits itu masih jarang diisi oleh pelajar,”
Beliau sendiri dulu pernah mengusahakan doktoral di Al-Azhar Kairo tapi terkendala jarak saat melakukan administrasi. Kami yang sudah berkesempatan mendapat S1 di kampus yang sama seharusnya lebih mudah.
“Tidak apa pulang, menikah, lalu bawa istrimu kemari,” seloroh beliau, “Seperti Dzulfikar,” Mas Dzulfi senyum-senyum.
Saya hampir saja menjawab, beasiswa saya habis. Saya tidak cukup dana untuk melanjutkan magister. Tapi entah kenapa seketika malu sendiri.
Saya hanya terdiam.
Harusnya saya seratus persen lebih optimis dengan kehidupan yang seberuntung ini. Fisik sehat, keluarga lengkap, beban pikiran tak banyak.
Tapi tidak. Kita terlanjur terbiasa beralibi untuk merasa kurang, bergantung pada bantuan, memacing lirikan simpati, menikmati kerja keras orang lain.
Apa kabar beliau dan empat orang anaknya yang sekarang melanjutkan pendidikan di Al-Azhar meski perang sedang meletus?
Beliau lahir dari rahim perjuangan, terdidik untuk menghadapi tantangan. Jiwanya optimis untuk menjalani hidup senormal mungkin, meski statusnya pengungsi.
Beliau secara fisik boleh jadi pengungsi, tapi mungkin yang bermental pengungsi itu kita.
@audadzaki
Zamalek, 9 Juni 2024.
Tumblr media
0 notes
lily-difall · 9 months ago
Text
Unfolds Instruments: Prelude
Tumblr media
Januari, 2014
Usianya baru benar-benar masuk tujuh belas tahun di bulan ini. Seperti yang orang-orang sering katakan, bulan baru dengan kehidupan baru. Di usia tujuh belas tahun ini ia juga harus pindah ke luar negeri untuk menyelesaikan lanjutan masa belajarnya. Edinburgh, kota selanjutnya yang harus ia datangi untuk diam di tempat itu selama tiga tahun, setidaknya harus tiga tahun dulu, baru ia benar-benar tahu harus melanjutkan lagi atau pulang ke Indonesia setelah tiga tahun ini. Dan untuk memulai hal baru ini, segalanya pasti berat, tentang apapun itu, apalagi tentang berpisah dengan Jakarta.
St. George's School, adalah sekolah dengan beasiswa penuh yang ia dapatkan, tentu saja dengan kekuatan keluarganya atau yang biasa orang-orang sebut dengan kekuatan jalur orang dalam. Ia bangga dengan begitu sarkas mengumukan kepada orang-orang tentang bagaimana keluarganya sangat keras kepala dan menginginkan anaknya untuk bersekolah dan mendapatkan beasiswa penuh dari sekolah itu. Dan teman-temannya tidak begitu heran dengan perilaku keluarganya yang sedikit-sedikit haus akan sanjungan. Yasmine merinding, bagaimana keluarnya begitu kuat bisa mengurusi hal seperti itu dan tanpa pandang bulu.
Jadi, malam ini, sambil merayakan tahun baru dengan berkumpul bersama seluruh keluarga di Villa milik kakeknya—Pinewood Residence— sebuah lokasi yang amat private, biasanya tempat ini digunakan untuk acara besar keluarga dan jarang dibuka untuk umum. Seperti malam ini, seluruh masing-masing keluarga sudah membawa sajian mereka untuk memeriahkan malam tahun baru, termasuk keluarga Djorgi yang terdiri dari Papa Djorgi, Mama Syajdina, Rashad dan Difall. Keluarga mereka tahun ini hanya membawa kue lapis coklat yang dibeli di Belanda minggu kemarin ketika Papa dan Mama dipanggil untuk berbisnis ke sana, juga ada Rashad, si Kakak yang membeli petasan lengkap dengan kembang api untuk keponakannya yang masih sangat kecil. Untuk Difall sendiri, dia tidak membawa apa-apa, ia tidak punya cukup ide untuk membeli sesuatu yang dihadiahkan oleh seluruh keluarga Papahnya, ia berpikir kalau mereka semua sudah sangat mampu membeli apapun tanpa harus ia hadiahkan sesuatu.
Semua orang sudah melingkar di meja makan panjang, di tengah ruangan. Cahaya remang-remang menyeruak keluar dari lilin yang menempel pada dinding yang berjejer tepat di bawah langit-langit dengan berjarak lima meter, sehingga seluruh ruangan bisa terisi oleh kilau dari lilin tersebut. Hangat dan penuh gurauan keluar dari mulut masing-masing orang-orang di ruangan tersebut. Suasana mencekam seperti di drama-drama itu tidak ada di keluarga ini, hanya saja, keluarga kaya mana pun pasti akan mau melakukan apapun untuk mendapatkan apapun.
“Selamat ya, Did, udah keterima di London,” seru saudara se-per-sepupuannya dengan sarkas. “…seru deh bisa tinggal di luar sambil nyium aroma bule-bule.” Lanjutnya.
Difall menyeringai. Ia menganggkat kedua alisnya dengan mata yang mengejek. “Gue ngga sekatro itu harus menarik bule atau ngejar-ngejar bule.” Tukasnya sambil menyernyit.
Rashad menyikut tangan Difall, “Bukannya tujuan kamu biar sekolah keluar buat dapet cowok bule?” ejek kakaknya.
Dahi Difall berkerut, sementara sepupunya yang sedang makan malam bersama dengan keluarga besar ikut cekikikan mendengar ejekan yang dilontarkan kakak gadis itu. Bunyi denting antar sendok dan piring semakin berselisih, gurauan antar gurauan disampaikan ke telinga Difall.
Sambil menarik napas, Difall berkilah kalau makan malamnya sudah selesai dan ia mau mengambil makanan penutup di dapur sebelum akhirnya Papa melarangnya untuk ke dapur karena itu adalah pekerjaan pelayan.
“Ngga papa, Pa, Difall katanya mau jadi cewek yang Act of Service biar di London enggak kaget.” Rashad mengejek lagi sambil tersenyum lalu menyusutkan bibirnya dengan sapu tangan—tanda makan malamnya telah selesai.
Yasmine mendumel mendapatkan kakaknya yang pada malam itu begitu dramatis mengejeknya terus-terusan seolah tiada hari esok untuk bergurau. “Sinting.” Kata Difall datar sambil beranjak dari tempat duduknya kemudian berjalan ke ruang keluarga, bergabung dengan tante-tante muda yang baru saja punya anak bayi.
1 note · View note
wahyu-----putra · 10 months ago
Text
BEBERAPA PENGALAMAN YANG KUPELAJARI SEBELUM MENGAMBIL LANGKAH TANGGUNG JAWAB MASA DEPAN
Bismillah & Alhamdulillah...
Diri ini tak tahu, siapa yang akan membersamai nantinya untuk memperjuangkan agamaNya...
Beberapa hal kenyataan pahit ketika berharap kepada manusia jadi hanya ingin berharap kepada Allah SWT, maka mencoba berbagai hal yang ada, memang menjadi seorang "Insting" Tidaklah mudah, kenyataan yang ada bahwa bisa dalam segala hal namun tidak fokus ketika menggeluti di dalamnya, setidaknya privilege yang kumiliki saat ini adalah, tidak merokok, tidak punya hutang melainkan sebuah tanah ukuran 10*15 yang kubayar dengan cara cicil itupun dengan cara syariah memberikan beberapa piutang yang ada, jatuh bangun dalam dunia usaha dan terpenting adalah menyiapkan sebuah rumah, tidaklah besar namun hanya 1 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 Ruang dapur, teras dan ruang keluarga memang masihlah kecil namun yaa sebenarnya kos-kosan milik orang tua....
Dan sungguh diri ini tidak merasa besar dan bangga karena itu masih milik orang tua dan diri ini tidak berharap penuh di dalamnya...
Diri ini diri ini, orang tua adalah milik orang tua
Dan diri ini hanyalah sebuah tanah yang dititipi ruh di dalamnya.
Bukankah kewajiban lelaki adalah sandang, papan, pangan, pendidikan dan pengajaran?
Disamping mengajar di beberapa tempat yang ada...
Bahwa memang 9 dari 10 rezeki adalah berdagang...
Itulah mengapa jika ingin kaya maka harus berdagang, dan jika ingin memiliki mental kaya yaa harus memberi...
Entah itu ucapan yang baik, memuliakan orang lain, perhatian yang tulus, hadiah atau telinga yang mendengar. Semua sedang dalam koridornya masing-masing.
Kenyataan pahit adalah menjadi seorang people pleasure itu gak enak sekali yaa inginya yaa jadi act of service. Karena rezeki mah dari Allah....
Dulu di jurnalistik nulis minimal 300 kata, lanjut ke desainer membidangi Corel draw, Photoshop, mau ke ilustrator dan in design namun akses belum mumpuni, setelah lulus jadi editor video luar biasanya yaa disitu bahkan pernah ngedit sampai jam 4 malam sampai qiro shubuh, tanpa ada tidur sedikitpun. Hhmm.. Memang si sanguins koleris ini nih goal better sih...
Target nya sih must be better then before wkwkwkw...
Soalnya rugi banget kalau gk lebih baik dari sebelum nya kan...
Waktu pun berjalan... Pandangan hidup mulai berubah ingin nya keluar negeri sampai cari beasiswa, sudah coba apply Jepang di mext 2x namun gagal, rusia sekali namun terkendala di Medical Check up, ke Kazakhstan gagal, maroko gagal, mesir gagal, terakhir yaa ke IOU deh alhamdulillah formalitas semata siih...
Semoga Allah mudahkan.....
Dan pada akhirnya diri ini tersadar bahwa Gelar hanyalah formalitas karena dalam kehidupan skill lah yang paling utama, entah itu skill komputer, skill menjadi guru, dan skill orang dalam 😅
Dan ilmu yang paling mengena saat ini selain ilmu agama yang paling utama adalah ilmu filsafat sebagai bagaimana cara kita berfikir kritis entah cabang dari jiwa bahkan sifat, watak, karakter, dan kepribadian seseorang, dan ilmu marketing yaitu digital marketing sebelum kita menyadari dengan pahit bahwa dunia akan kehilangan internetnya dan akan kembali ke masa dinar dan dirham.
Tetaplah belajar, karena kita akan belajar hingga akhir hayat namun jika kita tidak memulai maka kapan kita akan belajar wkkww
Tetaplah kesana, karena kesana adalah tujuan seluruh manusia, namun bagaimana kita akan kesana jika tidak ada jalan mudah di dalamnya wkwkw
Diriku kepadaku
Diriku kepada pembaca setiaku.....
Ditolak anaknya, dialihkan ibunya dan dicuekin ayahnya adalah sebuah tanda bahwa ada kata kata menarik dari seseorang yang kudapat "sadar diri itu penting, tapi harga diri jauh lebih penting"
Alhamdulillah New Knowledge :
Words affirmation : Syahadat
Quality time : Sholat
Act of service : Zakat
Receive Gift : Puasa
Physical Touch : Ka'bah
Sebagai manusia ambivert dan INTP ini sadar bahwa semuanya tidak perlu ditunjukkan
tapi hasil dan manfaatnya haruslah disebarluaskan.
Please to the point...
Yaa Allah tolong mudahkan urusan kami semua yaa Allah Aamiin Yaa Rabbal 'Aalamiin🤲🤲🤲
Tumblr media
Tumblr media
Don't give the codes, with what I don't understand about that😊
Alhamdulillah...
0 notes