#batawi
Explore tagged Tumblr posts
Note
Astaga naga akhirnya ade yang buat si mpok hihi sebagai keturunan betawi seneng rasanye. Cuma kalau ane boleh kasih masukan jangan lupa Yaman / Orang arab. Nama Betawi sebenarnya dari bagaimana orang arab ada kecenderungan namain keturunannya pake asal daerah jadi Batavia -> Al-Batawi
halo haloo!!! waaahhhhh makasih masukannya <3 buat nanti2 kalau sempet gambar jkt lagi :3 (untuk bagian pengaruh arab itu gak sempet dibuat orz. ini emang baru ngeliatin sebagian kecil jkt).
soal umur jkt/betawi, setuju! aku hc dia 'lahir' antara jaman sunda kalapa ke jayakarta. gambar kemarin itu dia dibuat 4-5 taunan buat alesan ngompolin ned ��.
3 notes
·
View notes
Text
[...]
However, as Machiavelli’s “Effectual Truth” theory suggests, real intentions are revealed not through words but actions. Morocco’s stance is no exception. While outwardly championing Palestine, and before resuming relations with Tel Aviv in 2020, the kingdom quietly forged covert military and intelligence ties with the occupation state for decades.
This includes arms deals, the acquisition of Israeli weaponry like kamikaze drones, and the use of Pegasus spyware – tools of war that contradict the kingdom’s supposed ideals of justice and solidarity. Last year, this relationship was highlighted when André Azoulay, King Mohammed’s long-time advisor, was awarded Israel’s highest non-citizen honor.
Trade with Tel Aviv has only become more pronounced and overt since signing the Abraham Accords; according to a report by The Cradle earlier this year, Morocco was among the top Muslim-majority countries that do business with Israel, with exports to Israel amounting to $17.92 million in 2022.
[...]
[...] Decades ago, Israel’s Mossad facilitated the emigration of Moroccan Jews in an operation known as “Yachin.”
While this may have seemed to be a humanitarian effort, it was rooted in profit: King Hassan II imposed steep fees for each emigrant, prioritizing financial gain over the well-being of his citizens.
This relationship grew stronger in the 1960s as Morocco began relying heavily on Israeli intelligence. The Mossad trained Morocco’s security services and even helped surveil political opponents. Perhaps most telling, King Hassan II went so far as to allow the Mossad to bug an Arab League summit in Casablanca, providing Israel with crucial intelligence that contributed to its victory in the Six-Day War.
[...]
A more recent and disturbing revelation comes from Moroccan academic Mohamed al-Batawi, who alleges that Moroccan soldiers are currently assisting Israeli forces in Gaza, infiltrating Hamas tunnels as “tunnel rats.” If true, this implicates Morocco directly in the very violations of humanitarian law that the ICC has condemned.
[...]
19 Sept 2024
1 note
·
View note
Text
Lahir 4 Méi 1970 di Sungaiula, wewengkon Cibuaya, pasisian kalér Karawang. Digedékeun di lemburna, nu lingkungan budaya masarakatna gado-gado: Sunda, Jawa, Batawi, Tionghoa.
.
Salulusna ti SPG Negeri Karawang taun 1989, nuluykeun kuliah ka Jurusan Pendidikan Basa jeung Sastra Sunda IKIP Bandung (nu ayeuna jadi Universitas Pendidikan Indonesia).
.
Taun 1990, carpon jeung sajakna mimiti dipublikasikeun dina koran Sunda Galura jeung majalah Manglé.
.
Karya-karyana antarana baé dilélér hadiah sastra LBSS, hadiah D.K. Ardiwinata,
carpon bulanan majalah Sunda Manglé, Rancagé, jeung Samsoedi.
.
Sabada ngawulang di SMAN 1 Garut, kiwari Darpan jadi pengawas SMA di Kabupatén Garut.
.
𝘚𝘶𝘯𝘥𝘢𝘋𝘪𝘨𝘪, 𝘰𝘯𝘦-𝘴𝘵𝘰𝘱 𝘥𝘪𝘨𝘪𝘵𝘢𝘭 𝘴𝘦𝘳𝘷𝘪𝘤𝘦 𝘧𝘰𝘳 𝘚𝘶𝘯𝘥𝘢𝘯𝘦𝘴𝘦 𝘭𝘪𝘵𝘦𝘳𝘢𝘵𝘶𝘳𝘦.
SundaDigi, layanan panyungsian digital literatur Sunda.
.
#sundadigi #sunda #kebudayaansunda #unpad #pdpbs #pustakajaya #aplikasikesundaan #kamusbahasasunda #bahasasunda
Sumber foto: Facebook/Mang Opang
0 notes
Photo
Ngaleut ngeungkeuy ngabandaleut. Rupa-rupa kandaraan mapay jalan di dayeuh Batawi, dina taun 1972. Cek, salasahijina mangrupakeun beus Medal Sekarwangi. Anu mana nya? Potret: pesbukna Firmansyah Angga #batawi #beusms #medalsekarwangi #sumedang
0 notes
Text
KH Abu Amar
Sejarah Akan Terus Jadi Inspirasi Jumat, 10 Juli 2015 Mengenal Sosok Ulama Agung Dari Purbalingga Yang Mukim Di Makkah Salah satu ulama Banyumas yang menjadi guru para ulama di Mekkah adalah Syaikh Achmad Nahrawi Mukhtarom Al Banyumasi Al Makki. Dari tangan beliau Thariqah Syadziliyah, berkembang sampai ke Indonesia Bentang alam wilayah Banyumas berupa dataran tinggi dan pegunungan serta lembah-lembah dengan bentangan sungai-sungai yang menjamin kelangsungan pertanian dengan irigasi tradisional. kondisi yang demikian membenarkan kenyataan kesuburan wilayah ini (gemah ripah loh jinawi). Karisedenan Banyumas terdiri dari 4 Kabupaten yakni Banyumas, Cilacap, Purbalingga dan Banjarnegara. Dulunya, kawasan ini adalah tempat penyingkiran para pengikut Pangeran Diponegoro setelah perlawanan mereka dipatahkan oleh Kompeni Belanda. Maka tidak aneh, bila hingga masa kini masih terdapat banyak sekali keluarga-keluarga yang memiliki silsilah hingga Pangeran Diponegoro dan para tokoh pengikutnya. Keluarga-keluarga keturunan Pangeran Diponegoro dan tokoh-tokohnya yang telah menyingkir dari pusat kerajaan Matararam waktu itu, kemudian menurunkan para pemimpin bangsa dan tokoh-tokoh ulama hingga saat ini. Tak terkecuali Syaikh Achmad Nahrowi Mukhtarom al Banyumasi, salah satu ulama Banyumas adalah Syaikh Achmad Nahrawi Mukhtarom Al Banyumasi lama berkiprah di Masjidil Harom. Beliau lahir di sekitar Banyumas pada 1800 M. Putra pasangan KH Hardja Muhammad dan Nyai Salamah merupakan generasi ketiga imam Masjid Darussalam (Masjid Kauman Purbalingga). Dari pasangan ini lahir Syaikh Achmad Nahrowi Mukhtarom dan KH Abu ‘Ammar, dua Ulama terkemuka dari Purbalingga Jawa Tengah. Masa kecil Nahrowi sebagaimana anak seorang Kiai, masa kecil dan remaja Nahrowi dilewatinya dengan belajar al-Qur’an dan ilmu agama kepada KH Harja Muhammad yang juga dikenal Imam Masjid Darussalam Purbalingga, sebelum meninggalkan tanah airnya. Sebagaimana para Ulama Jawa, kakak beradik ini, Nahrowi Mukhtarom dan Abu ‘Amar kemudian belajar ke Mekkah yang pada waktu menjadi pusat Ilmu pengetahuan Islam. Apalagi pada saat itu ada puncak geger Perang Diponegoro (1825-1830 M) yang membuat banyak sekali santri dan kalangan terpelajar dari tanah Jawa pergi ke luar negeri terutama sekali Mekkah untuk mempelajari agama dan menghabiskan waktu di sana sampai suasana tanah air tenang, baru mereka pulang. Mekkah saat itu memang menjadi pusat peradaban ilmu dengan guru-guru ulama yang sangat mumpuni seperti Syekh Muhammad al-Maqri a-Mishri al-Makki, Syekh Muhammad bin Sulaiman Hasballah, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, mufti madzab Syafi’iyah di Makkah, Syaikh Ahmad An-Nahrawi al-Mishri al-Makki, Sayyid Muhammad Shalih al-Zawawi al-Makki, salah seorang guru di Masjid Nabawi dll. Syaikh Nahrowi tidak kembali ke Nusantara, memilih berkarier di Makkah, di tempat dia menimba ilmu dan menjadi guru yang ulung. Berbeda dengan Syekh Achmad Nahrowi Mukhtarom, sang Kakak, Abu ‘Ammar pulang ke tanah air dan menjadi Imam Masjid Agung Purbalingga, Jawa Tengah. KH Abu Ammar begitu pulang dari Mekkah langsung menghidupkan dan memakmurkan Masjid Agung Purbalingga. Masjid Agung Purbalingga, merupakan peninggalan Mbah Abu ‘Amar dan keluarganya. Sebab, tanah wakaf itu atas nama KH Hardja Muhammad yang tidak lain adalah ayah Mbah Abu ‘Amar. KH Abu Ammar juga dikenal dengan kelapangan dan luwes dalam bergaul. Hal itu dibuktikan dengan kedekatan Mbah Abu ‘Amar dengan tokoh lintas organisasi, seperti KH Hasyim Asy’ari (NU) dan Kiai Ahmad Dahlan (Muhammadiyah) pernah datang dan berdiskusi di Masjid Kauman semasa Mbah Abu ‘Amar. Bahkan Syaikh Syurkati, pendiri Al Irsyad Al Islamiyah dari Mekkah dikabarkan juga pernah bertandang. KH Abu ‘Amar, adalah kakak dari Syekh Achmad Nahrowi Mukhtarom al Banyumasi. KH Abu ‘Amar ini adalah seorang intelektual muslim yang sangat disegani tidak saja pada regional Banyumas akan tetapi juga nasional. Kancah KH Abu ‘Ammar di tingkat nasional bisa ditelusur ketika berteman akrab dengan seorang hakim Belanda yang sangat terkenal yaitu Prof. Terrhar. Diskusi yang intens KH ‘Abu ‘Amar ini dengan Terrhar ini kemudian memunculkan perlunya sebuah peradilan bagi kaum inderland tersendiri yang terpisah dengan landrat yang ada ketika itu. Peradilan ini hanya diberlakukan buat kaum inderlands yang berhubungan dengan hukum-hukum perdata (Begerlijc Wetbook). Sektor yang diurus oleh peradilan ini meliputi pernikahan, perceraian, hukum waris. Peradilan ini kemudian dikenal dengan Pengadilan Agama, yang peradilan agama ini telah berkembang sekarang sampai keseluruh persada nusantara. Dalam sejarah peradilan di Indonesia, pengadilan agama ini sekarang telah menjadi salah satu dari empat peradilan di Indonesia. Dan sekarang pengadilan Agama telah sama kedudukannya dengan pengadilan umum serta dibawah satu atap Mahkamah Agung. Bahkan kewenangan Pengadilan Agama kini telah meluas tidak saja hal-hal yang berkenaan denngan hukum Perdata tapi juga menerima sengketa pidana yang bersifat syariah. Kembali kepada sang adik Abu ‘Ammar, Syaikh Achmad Nahrowi Mukhtarom Al Banyumasi rupa-rupanya tidak mau pulang ke tanah Jawa. Bahkan oleh Pemerintah Saudi Syaikh Achmad Nahrowi Mukhtarom diangkat menjadi guru mengajar santri dari berbagai Negara. Banyak mempunyai murid dan bahkan menjadi hakim agung di Arab Saudi (lihat; Islam transformasi; Azyumardi Azra; Gramedia; 1997). Tidak satupun pengarang kitab di Haromain; Mekah-Madinah, terutama ulama-ulama yang berasal dari Indonesia yang berani mencetak kitabnya, sebelum ada pengesahan dari Syaikh Ahmad Nahrowi Mukhtarom Al Banyumasi. Jadi bisa dipastikan waktu Syaikh Achmad Nahrowi Mukhtarom al Banyumasi ini bisa dikatakan habis untuk mengkoreksi dan mentahshih ratusan kitab karya ulama-ulama Nusantara pada waktu itu terkenal sangat produktif menulis karya tulis seperti Syaikh Mahfudz Al Tremasi, Syaikh Soleh Darat, Syaikh Nawawi Al-Bantani, Syaikh Cholil Al Bangkalani, Syaikh Junaid Al Batawi dll. Diibaratkan Syaikh Nahrowi adalah editor handal dari kitab-kitab klasik ulama-ulama Nusantara pada masa itu. Sebagaimana ulama Banyumas yang terkenal jujur, rendah hati dan tidak mau menonjolkan ilmu, Syaikh Achmad Nahrowi Mukhtarom disebut banyak ulama justru melahirkan kitab-kitab berjalan, yang tiada lain murid-muridnya yang kebanyakan belajar ilmu thariqah kepadanya. Selain mengasas kitab, Syaikh Achmad Nahrowi Mukhtarom juga menjadi Mursyid Thariqah Syadziliyah. Thariqah Syadziliyah muncul secara Besar-besaran di tanah Jawa baru di abad 19, ketika para santri Jawa yang sebelumnya berbondong-bondong belajar di Makkah dan Madinah pulang ke tanah air. Generasi awal adalah K.H. Idris, pendiri Pesantren Jamsaren, Solo, yang mendapatkan ijazah kemursyidannya dari Syaikh Muhammad Shalih, seorang mufti Madzhab Hanafi di Makkah. Sementara guru-guru mursyid Syadziliyyah Jawa yang lain belajar pada generasi sesudah Syaikh Shalih, yakni Syaikh Achmad Nahrawi Mukhtarom, ulama Haramain asal Purbalingga Banyumas, Jawa Tengah, yang seangkatan –atau lebih tinggi– dengan Kyai Idris Jamsaren saat berguru kepada Syaikh Muhammad Shalih. Ulama-ulama Jawa yang berguru thariqah Syadziliyyah kepada Syaikh Achmad Nahrowi Mukhtarom al Banyumasi antara lain : K.H. Muhammad Dalhar Watucongol, Muntilan, dan Kyai Siroj, Payaman, Magelang; K.H. Achmad Ngadirejo, Klaten; Kyai Abdullah bin Abdul Muthalib, Kaliwungu, Kendal; dan Syaikh Abdul Malik, Kedungparuk Mersi, Purwokerto, Banyumas. Dari Mbah Dalhar, ijazah kemursyidan itu turun kepada putranya K.H. Achmad Abdul Haqq (Mbah Mad Watucongol), Abuya Dimyathi (Cidahu, Pandeglang) dan Kyai Iskandar (Salatiga). Thariqah Syadziliyyah adalah thariqah yang didirikan oleh Syaikh Abu al-Hasan Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbar Asy-Syadzili Al Hasany, ulama kelahiran Ghamarah, sebuah kampung di wilayah al-Maghrib al-Aqsha yang sekarang dikenal dengan Maroko, pada tahun 593 H (1197 M), dan wafat di Humaitsara, Mesir pada tahun 656 H (1258M). Beliau adalah seorang sufi pengembara yang mengajarkan bersungguh-sungguh dalam berdzikir dan berfikir di setiap waktu, tempat dan keadaan untuk mencapai fana’ (ketiadaan diri di hadapan Allah). Beliau juga mengajarkan pada muridnya untuk bersikap zuhud pada dunia dan iqbal (perasaan hadir di hadapan Allah). Beliau juga mewasiatkan agar para muridnya membaca kitab Ihya’ Ulumuddin dan kitab Qutul Qulub. Syaikh Syadzili menjelaskan pada muridnya bahwa thariqahnya berdiri di atas lima perkara yang pokok, yaitu: Taqwa pada Allah Swt dalam keadaan rahasia maupun terbuka, Mengikuti sunnah Nabi dalam perkataan maupun perbuatan, Berpaling dari makhluk (tidak menumpukan harapan) ketika berada di depan atau di belakang mereka, Ridlo terhadap Allah Swt dalam (pemberianNya) sedikit maupun banyak, Kembali kepada Allah Swt dalam keadaan senang maupun duka. Di samping itu beliau juga mengajak mereka untuk mengiringi thariqahnya dengan dzikir-dzikir dan do’a– do’a sebagaimana termuat dalam kitab-kitabnya, seperti Al-Ikhwah, Hizb Al-barr, Hizb Al-Bahr, Hizb Al Kabir, Hizb Al-Lathif, Hizb Al Anwar dan sebagainya. Thariqah Syadziliyah ini berkembang dan tersebar di Mesir, Sudan, Libia, Tunisia, Al-Jazair, Negeri utara Afrika, Syiria dan juga Indonesia. Dan belakangan thariqah ini kian digemari di Indonesia karena amalan wiridnya yang ringan, mudah dan tidak memakan banyak waktu, sangat cocok u ntuk kalangan pegawai atau karyawan yang jam kerjanya padat. Dan –untuk di Pulau Jawa saat ini—tentu karena ketokohan para mursyidnya, khususnya Habib Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya yang saat ini menjabat sebagai tokoh sentral dalam Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah, organisasi para pengamal thariqah mu’tabarah yang bernaung di bawah Nahdlatul Ulama. Syaikh Nahrawi Mukhtarom Al Makki Al Banyumasi wafat pada tahun 1926 M, pada usia 125 tahun dan di makamkan di Mekkah. Namun kiprah dakwahnya di tanah air tidak pernah terputus. Dakwah Islamiyah itu juga terus bersambung dilanjutkan oleh keluarganya yang ada di Purbalingga hingga kini. Salah satu putra terpilih Mbah Abu ‘Amar adalah KH Muhammad ‘Isyom. Dia merupakan putera Mbah Abu ‘Amar dengan Ny Murtafingah binti KH Hasan Mu’min, Penghulu Banjarnegara. Almarhum KH Muhammad ‘Isyom dikenal fasih bahasa Inggris dan Arab. Sosok cerdas yang wafat 1976 tersebut, pernah menjadi juru bicara ulama-ulama Indonesia saat melakukan kunjungan ke beberapa negara di dunia. Pada saat KH ‘Isyom menjadi imam masjid jami’ Darussalam Purbalingga , mulailah dibangun lembaga pendidikan Al Ushriyyah di bawah naungan Yayasan KH Abu ‘Amar. Ini merupakan salah satu usaha untuk melestarikan perjuangan Mbah Abu ‘Amar. MTs Al Ushriyyah Purbalingga saat ini membuka pendidikan formal Madrasah Tsanawiyyah (MTs). Berdiri pada 1949, lembaga pendidikan yang berada di sisi utara bagian belakang masjid Darussalam Purbalingga-Jawa Tengah masih bertahan sampai sekarang. Itulah sedikit sejarah Ulama Agung Dari Purbalingga yang Menjadi Ulama dan Mursyid di Makkah al-Mukarromah. Semoga bermanfaat. Wiyonggo seto di 13.00 Berbagi 4 komentar: Anwar Hadja2 Januari 2016 18.19 Informasi yg luar biasa, memperluas wawasan sejarah lokal Banyumas-Purbolingga dan Sejarah perkembangan Islam Lembah Serayu Banyumas.Salam selalu.(Anwar Hadja ) Balas wiyonggo seto3 Januari 2016 06.50 آمين آمين آمين يارب العالمين Semoga Membantu Balas Balasan Anistya8 April 2019 06.15 Kak kalo mau tau lebih jauh tentang KH Abu Ammar kita bisa nyari informasinya dimana ya ? Balas Mazlum Syahid25 Januari 2018 14.57 https://drive.google.com/file/d/0B6ut4qmVOTGWMkJvbFpZejBQZWM/view?usp=drivesdk Web: almawaddah.info Salam Kepada: Redaksi, rektor dan para akademik Per: Beberapa Hadis Sahih Bukhari dan Muslim yang Disembunyikan Bagi tujuan kajian dan renungan. Diambil dari web: almawaddah. info Selamat hari raya, maaf zahir dan batin. Daripada Pencinta Islam rahmatan lil Alamin wa afwan Balas ‹ › Beranda Lihat versi web Menapak Jejak Mengenal Watak Wiyonggo seto Lihat profil lengkapku Diberdayakan oleh Blogger.
1 note
·
View note
Text
Comprehensive guide on mango farming: planting to harvesting good quality fruits
As the demand for mango fruit increases, more and more people are looking into mango farming as a viable source of income. In this post, we'll discuss everything you need to know about mango farming in Kenya: from the basics of planting and cultivation to harvesting and post-harvest care. By the end, you'll have a clear idea of what it takes to start up a mango farm and whether or not it's the right venture for you. Mango trees are tropical fruit that performs best in warm, humid climates. They require well-drained soil and adequate sunlight. When planting mango plants, it's important to space them correctly. The ideal spacing is 16-20 feet between trees. This will allow for plenty of room for the branches to grow and spread.
Ecological requirements
The ecological requirements for mango farming are not stringent, making it an ideal crop for Kenyan farmers. The tree thrives in well-drained, sandy loam soils with a pH ranging from 5.5 to 6.8. Mango trees need at least 1000 mm of annual rainfall, but they will perform better with between 850mm and 1100 mm of rain fall per year. They should be planted in an area that has a warm climate; the optimum temperature range is 20 to 32 degrees Celsius. Best regions for mango farming in kenya The best areas to start mango farming are lowland and midland regions like coastal , some parts of central and Eastern regions.
Pruning
In order for your mango trees to bear fruit, they need to be properly pruned. The goal of pruning is to remove any dead or diseased branches, while also shaping the tree so that it grows in a healthy and productive way. When pruning a mango tree, start by removing any branches that are growing in the wrong direction, or are crossing over other branches. You should also remove any dead or diseased branches, as well as any suckers (branches that grow from the base of the tree rather than from a lateral branch). Finally, thin out the canopy of the tree by removing some of the larger branches. This will allow more light and air to circulate through the tree, which will help to promote healthy growth.
Common varieties
There are different types of mango varieties in kenya which are divided into two. Local varieties - Dodo,Boribo, and Batawi Exotic varieties - Apple, Tommy and Kent, among many others
Grafting
Mango grafting is a process of joining two varieties of mango trees together. The process is done by cutting the top off one tree and inserting it into the trunk of another tree.
The first step in mango grafting is to cut off the top of one tree and then insert it into the bottom of another tree. This can be done by using a sharp knife or saw to cut off the top, then using a clean cloth to wrap around the cut end before inserting it into the other tree. The second step is to tie both trees together with string or wire so that they stay connected. Finally, you need to cover up any exposed areas with soil or mulch so that they don't dry out and die. The main reason for grafting mango trees is to produce a more desirable variety of fruit. Grafting can also be used to fix problems with the original tree, such as disease or poor growth.
Mango pests
There are a few pests that can cause damage to mango crops. Mango Gall fly The Mango Gall fly lays eggs on the leaves of the mango tree; when the eggs hatch, the larvae eat the leaves, causing them to curl up and die. Mango Seed Weevil The Mango Seed Weevil is a small brown beetle that bores into the mango seed, causing it to rot. Mango scales Mango scales are small black insects that attach themselves to the leaves and fruit of the mango tree and suck sap from the plant; this can cause the leaves to yellow and fall off, and can also damage the fruit. Mealybugs Mealybugs are small, soft-bodied insects covered in a white waxy substance; they feed on plant sap, damaging the leaves and fruit of the mango tree. Thrips Thrips are tiny, slender insects that suck sap from the leaves of the mango tree, causing them to turn yellow and fall off.
Mango diseases
Before we discuss the various diseases that can affect mango orchards, it's important to understand the different types of mangoes that are grown in Kenya. There are two main types of mangoes: the Tommy Atkins and the Kent. Tommy Atkins mangoes are the most popular type grown in Kenya. They are a large fruit with a green skin and a sweet, juicy flesh. They are susceptible to powdery mildew, anthracnose and die back. Kent mangoes are a smaller fruit with a reddish-orange skin and a tart, acidic flesh. They are resistant to powdery mildew and anthracnose, but susceptible to die back. Now let's take a look at some of the most common diseases that can affect them. Powdery mildew Powdery mildew is a fungal infection that causes a white powdery film to develop on the leaves and fruit of the plant. It can be controlled with fungicides, but if left untreated, it can cause significant damage to the crop. Anthracnose Anthracnose is a fungal disease that causes lesions on the leaves, stems and fruit of the plant. It can be controlled with fungicides, but if left untreated, it can cause significant damage to the crop. Die back Die back is a bacterial disease that causes the leaves, branches and fruit of the plant to die. It can be controlled with antibiotics, but if left untreated, it can be fatal to the plant.
Flowering and fruiting
Once the mango tree matures, it will start produce flowers that will turn into fruit. The flowers will stay on the tree for about two weeks until pollination occurs.
Harvesting
Once the mangoes are ripe, they will be a deep yellow or orange color and will be soft to the touch. You can either pluck them from the tree by hand or use a harvesting tool to cut them off. Once you've harvested the mangoes, you'll need to store them in a cool, dry place and begin the process of preparing them for sale. Read the full article
0 notes
Text
#Catatan—Agung Moehadji Soemo Soemadi
DAFTAR ANGGOTA ISLAMIC STATE
========================
Abu Bakr al-Baghdādi (Pemimpin)
Abu Ali al-Anbari (wakil pemimpin dan gubernur Suriah)
Abu Sulaiman al-Nasir (Kepala dewan militer)
Abu Muhammad al-Adnani (juru bicara resmi dan Amir Suriah)
Abu Umar al-Shishani (Komandan lapangan di Suriah)
Abu Wahib (Komandan Al Anbar, Iraq)
Abu Yusaf (pejabat senior keamanan)
Ahlam al-Nasr (penyair dan ahli propaganda)
Bilal Bosnić (dari Bosnia, perekrut di Eropa)
Denis Cuspert (Abu Talha al-Almani) (dari Jerman, perekrut)
Abu Ali al-Shishani, alias Anas Sharkas, alias Anas Jarkas (Komandan, mantan al-Nusra, istrinya ditahan di Libanon)
Abu Ahmed (pejabat senior yang diwawancarai ‘the Guardian’) "The Beatles"
Abdul Majid Abdul Bary (militan Inggris yang sebelumnya diduga "Jihadi John")
Mohammed Emwazi, dijuluki "Jihadi John"
CABANG ISLAMIC STATE
==================
Abubakar Shekau (Pemimpin IS provinsi Afrika Barat)
Rustam Asildarov (Pemimpin IS provinsi Kaukasus Utara)
Shadi el-Manaei (Pemimpin IS di Sinai)
Hafiz Saeed Khan (Amir Wilayah Khurasan)
Mullah Abdul Rauf (Wakil Amir Wilayah Khurasan; gugur 2015)
Hafiz Wahidi (Pengganti Wakil Amir Wilayah Khurasan; gugur 2015)
Abdul Rahim Muslim Dost (Panglima Operasi Khurasan - Afghanistan, Pakistan, Iran dan Asia Tengah)
Ahmed al-Ruwaysi or Abu Zakariya al-Tunisi (gugur 2015)
Selim Suleiman al-Haram (Pimpinan cabang Mesir, gugur 2015)
MANTAN PEMIMPIN
===============
Abu Mus’ab al-Zarqawi (pendiri; gugur 2006)
Abu Ayyub al-Masri (gugur 2010)
Abu Abdullah al-Rashid al-Baghdādi (gugur 2010)
Abdelmajid Al-Atibi Al-Sabti, Amir agama (gugur 2014)
Abu Ala al-Afri (Wakil pemimpin IS; laporan belum jelas, beliau gugur 2015)
Akram Qirbash (Hakim tinggi IS; gugur 2015)
Abu Sayyaf (Pemimpin senior yang mengawasi operasi gas dan minyak IS, gugur Mei 2015 dalam operasi khusus Angkatan Darat AS ‘Delta Force’ di Suriah timur)
Fadhil Ahmad al-Hayali (dikenal juga sebagai Abu Muslim al-Turkmani, Haji Mutazz dan Abu Mutaz al-Qurashi), Wakil pimpinan yang bertugas untuk Iraq; gugur karena serangan militer AS 18 Agustus 2015
GUBERNUR WILAYAH IS
==================
Abu al-Baraa el-Azdi (Gubernur IS "Provinsi" Libya Timur)
Abu Fatima al-Jaheishi (Gubernur wilayah Eufrat ‘Selatan dan Tengah)
MANTAN PEJABAT LAIN
=================
Abu Taisir (Letnan satu dari Al-Zarqawi, gugur 2003)
Abu Anas al-Shami (Penasehat strategi Al-Zarqawi, gugur 2004)
Abu Azzam (gugur 2005)
Abu Omar al-Kurdi (ditangkap 2005)
Abdul Hadi al-Iraqi (ditangkap 2006)
Sheik Abd-Al-Rahman (gugur 2006)
Hamid Juma Faris Jouri al-Saeedi (ditangkap 2006)
Abu Yaqub al-Masri (gugur 2007)
Haitham al-Badri (gugur 2007)
Khaled al-Mashhadani (ditangkap 2007)
Mahir al-Zubaydi (gugur 2008)
Mohamed Moumou (gugur 2008)
Huthaifa al-Batawi (gugur 2011)
Abu Abdulrahmān al-Bilawi (gugur 2014)
Omar al-Farouk al-Turki (Gubernur IS di Al-Hasakah, gugur 2014)
Douglas McCain (gugur 2014)
Abd al Basit (Amir militer Iraq, gugur 2014)
Abu Ahmad al-Alwani (Anggota Dewan Militer, gugur akhir 2014)
Abu Ayman al-Iraqi (Pemimpin Dewan Militer, gugur akhir 2014)
Radwan Talib (Gubernur Mosul, gugur 2014)
Hassan Hassan Saeed Al-Jabouri (pengganti gubernur Mosul, gugur 2014)
Hazem Al-Saeedi – wilayah Jarf Al-Sekhar, Iraq selatan (gugur 2014)
Haji Bakr (Kepala strategis dan wakil pimpinan di Suriah, gugur 2014)
Abu Maria – Komandan Tinggi IS di Tikrit (gugur 2015)
Tariq bin al-Tahar bin al-Falih al-'Awni al-Harzi (Amir bom istisyhād, penggalang dana, gugur 2015)
Abu Malik (wakil amir front Kharbadan, gugur 2015)
Abu Abdul-aziz (wakil amir front Kharbadan, gugur 2015)
Abu Abdullāh, koordinator media wilayah Mosul; gugur dekat Mosul karena serangan militer AS 18 Agustus 2015
0 notes
Text
‘Sejarah Islam Indonesia’ Adalah ‘Sejarah Indonesia’
@edgarhamas
(disampaikan dalam Diskusi Online bersama Komunitas Literasi IPB)
Indonesia itu unik, dan ajaib. Begitu kata saudara-saudara kita di Arab sana.
Bayangkan, bagaimana mungkin sebuah bangsa raksasa dengan bahasa yang berbeda-beda, bisa bersatu dalam sebuah tatanan politik yang padu. Sedangkan di waktu yang sama, bangsa Arab yang megah sejarahnya itu, 300 juta penutur bahasanya, nyaris sama wajah dan tabiatnya, malah berpisah menjadi 25 negara.
Maka jawabannya adalah; ada satu kekuatan yang membuat Indonesia bisa meleburkan sekat kedaerahannya menjadi satu kapal raksasa. Kekuatan besar itu adalah Islam. Islam, yang “jika kecil memberi harmoni, jika besar akan melindungi”, saripati dari perkataan Almarhum Natsir. Bagaimana mungkin 18 ribu pulau, 360 bahasa, terpisah oleh lautan pula, dapat menjadi Indonesia. Maka Soekarno akan menjawab, “sebab nasib kita sama; sama-sama terjajah.” Namun izinkan sejarah menjawab, “sebab semangat kita sama; keislaman.”
Dalam ruang berkah di waktu berkah kali ini, saya tidak akan mengulas sebagaimana Profesor Mansur Suryanegara mengulas Api Sejarah. Silahkan sahabat semuanya membaca sendiri. Buku beliau yang merupakan ‘magnum opus’-nya, memiliki bahasa yang mudah dicerna, bahkan banyak terulang diksi dan pembahasannya, yang kemudian menguatkan ingatan kita tentang ilmu-ilmu di dalamnya.
Saya akan membawa diri saya sendiri dan rekan semuanya menaiki tiga tangga untuk memperoleh pemahaman baru terhadap sejarah Islam, yang dalam tema kajiannya berjudul “Sejarah Politik Islam.” Apa bedanya? Sejarah Politik Islam Indonesia itu hanyalah bagian dari Sejarah Islam Indonesia. Untuk membahas tema yang lebih kecil, kita harus naik dulu ke tema yang lebih umum.
Tangga Pertama adalah; Umat Islam Nusantara, The Global Player
Tangga kedua; Membenahi Pemahaman, Mengapa Eropa Datang ke Indonesia
Tangga Ketiga; Saatnya Mengambil Estafet
Tangga Pertama; Umat Islam Nusantara, The Global Player
Ketika diminta oleh Mas Arief untuk menjelaskan sejarah politik Islam di Indonesia, saya sedikit menyanggah dan menjawab; saya tidak ahli betul dalam sejarah politik Indonesia. Namun mas Arief meyakinkan, dan memberi saya sinyal; bahwa yang menjadi tujuan utama diskusi kita hari ini adalah; terbitnya sudut pandang baru terhadap pemahaman sejarah umat kita, baik di Indonesia, maupun di dunia.
Nah, maka saksikanlah, umat Islam di Nusantara adalah aktor percaturan global di langit sejarah. Sebutlah NU, organisasi masyarakat terbesar di Asia Tenggara. Jika dipahami dengan baik, Nahdhatul Ulama ini sejatinya merupakan tenaga besar yang akan menggerakkan generator kekuatan muslimin di Asia Tenggara, sangat cukup untuk menyentil bahkan meneplak tingkah Myanmar dan Thailand agar tak lancang di kawasan.
Jauh sebelum itu, Kerajaan-kerajaan islam di Indonsia sendiri, hadir ketika umat Islam dipimpin oleh Khilafah Utsmaniyah yang berpusat di Istanbul. Ada banyak sekali dokumen yang menggambarkan kepada kita hubungan diplomatik Nusantara-Utsmani, terutama kesultanan Aceh dengan Khilafah Utsmani di sana.
“Rakyat umumnya di Nusantara, melihat Istanbul senantiasa sebagaimana kedudukan seorang raja semua orang mukmin dan tetap dipandang raja dari segala raja di dunia”
(Deliar Noer, mengutip dari catatan Snouck Hurgronje)
Saat itu dunia tahu, bahwa Kekhilafahan Utsmani adalah super power yang benar-benar riil, seperti hari ini kita melilhat Amerika Serikat atau Uni Eropa. Dalam tulisannya, Jihad Turbani (seorang Jurnalis Palestina) mengemukakan,
“Di zaman pemerintahan Sultan Sulaiman Al Qanuni, muslimin India meminta pertolongannya mengusir Portugis, di saat yang sama pula muslimin dari kerajaan Aceh meminta bantuan angkatan lautnya untuk menghadapi penyerangan Portugis. Kekhalifahan Utsmani menjadi perisai Umat Islam di Asia, Afrika, dan Eropa dalam satu waktu.”
Di Makkah pun, ada banyak masayikh dan Ulama yang mengajar penuntut ilmu berasal dari Indonesia. Diantaranya Syaikh Junaid Al Batawi, Syaikh Nawawi Al Bantani (yang belakangan diketahui bahwa belau adalah inisiator perang Gerilya, dan bahkan bukunya menjadi kurikulum bagi pasukan AS), lalu Syaikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi rahimahumullah.
Di Al Azhar, sejak tahun 1800, sudah mulai ada ruwaq (serambi belajar) di sekeliling Masjid Al Azhar yang dinamai ruwaq Jawi. Menandakan intelektual Muslim menjadi generator bagi rakyat Indonesia ketika Belanda menjajah. Pak Andi Fakhir, mantan Dubes Indonesia untuk Mesir pernah berkata, “khazanah perjuangan di Indonesia diisi oleh poros Leiden Belanda dan poros Kairo Mesir.”
Kesimpulan dari Tangga Pertama;
Jika gambaran sejarahnya saja sudah sedemikian detail, itu pasti ditopang oleh kekuatan politik Islam yang sangat kuat dan sistematis. Contohnya saja,
Bahasa pengantar kerajaan-kerajaan di Indonesia adalah bahasa Arab. Tulisannya adalah; bahasa arab. Anak-anak sultan yang akan jadi raja, harus melewati proses belajar dulu, salah satunya mengetahui wawasan umat Islam sedunia. Apa caranya; Haji. Dan proses menuju haji itu adalah dua tahun
(dari buku Perang Sabil VS Perang Salib, Abdul Qadir Jailani. Pustaka Pengkajian Islam Madinah Al Munawwarah)
Tangga Kedua; Membenahi Pemahaman, Mengapa Eropa Datang ke Indonesia
Saya akan mengawali pembahasan ini dengan sebuah fakta; bahwa datangnya Portugis, Belanda, Spanyol dan Inggris ke Indonesia dilaksanakan kira-kira di Abad 15 akhir, yakni ketika peradaban Islam di Andalusia runtuh, dan sezaman dengan terebutnya Istanbul dari tangan orang Kristen Ortodoks yang juga menandai kehancuran Romawi timur (Byzantium)
Mengapa Eropa datang ke Indonesia? Buku sejarah kita akan menjawab; mencari rempah-rempah. Sungguh itu jawaban yang memang benar, tapi bukan itu hakikat sebenarnya.
Ini sangat berkaitan dengan politik Internasional yang sedang memanas di dunia saat itu, antara kerajaan-kerajaan Eropa yang selalu kalah di medan perang negerinya sendiri, kekuatan Utsmani yang makin lama makin kokoh apalagi setelah Konstantinopel direbut oleh Sultan Muhammad Al Fatih, hingga kepemimpinan Sultan Sulaiman Al Qanuni.
Sementara di Indonesia, saat itu, telah terbentang kerajaan-kerajaan hebat yang memiliki pengaruh politik yang kuat. Nusantara adalah wilayah dunia yang sangat strategis; tempat bertemunya saudagar Arab muslim, pedagang Cina, bangsawan India, dan enterpreneur pribumi sendiri.
Apa yang Eropa khawatirkan?
Mereka khawatir jika kekuatan politik kerajaan-kerajaan muslim yang berhubungan dengan Utsmani akan menjadi “The Second Andalusia.” Bahkan ada penulis Jerman, saya lupa namanya, menulis khusus tentang Indonesia, yang dikhawatirkan menjadi Andalusia kedua bagi umat Islam. Sebab peluang nusantara untuk sekaya dan semakmur Andalusia sangat besar.
Itulah mengapa, ketika d’Albuquerque –panglima Potugis- datang pertama kali ke Indonesia, ia berkata pada pasukannya, “jasa yang akan kita berikan pada tuhan dengan mengusir orang Islam dari negeri ini, adalah memadamkan api agama Muhammad, sehingga api itu tidak akan menyebar lagi sesudah ini, saya yakin itu. Jika kita rampas kekayaan mereka, niscaya Makkah dan Kairo akan ikut hancur.” (Hamid Algadri; Snouck Hurgronje, Politik Belanda Terhadap Islam dan Arab, 1984)
Dari tangga kedua ini, lagi-lagi kita menyimpulkan;
Walaupun kerajaan-kerajaan muslim terpisah antar wilayah di Indonesia, namun kekuatan masing-masing kerajaan sangat membuat gentar negara-negara katolik (Portugis dan Spanyol) dan protestan (Belanda dan Inggris). Sebagai contoh, satu kekuatan yang dipimpin oleh Sultan Hasanuddin di Makassar, berhasil menyaingi kekuatan laut portugis di laut Jawa.
Tangga Ketiga; Saatnya Mengambil Estafet
Saya tidak bisa bicara banyak tentang apa yang terjadi setelah belanda melebarkan cakarnya di segenap Nusantara, sebab itu sudah terlalu banyak yang membahas, dan buku juga sudah banyak dicetak. Di tangga ketiga ini, alangkah indahnya jika kita mempelajari betapa hebatnya kekuatan politik umat Islam setelah kerajaan-kerajaan jatuh oleh Belanda.
Sjarikat Islam adalah bukti terbesarnya. Bayangkan ketika belum ada telepon genggam atau broadcast bbm, 1,3 juta pengurus Syarikat Islam begitu disiplin melaksanakan konferensi di kota masing-masing dalam satu waktu! Sjarikat Islam yang dipimpin Tjokroaminoto, bahkan mengurus haji, mengurus zakat dan pembagian uang baitul mal. Sekilas namanya hanya “syarikat”, namun sesungguhnya yang dilakukan Tjokro dengan SI-nya adalah megerjakan fungsi pemerintahan. Itulah mengapa Belanda menggelari Tjokro dengan sebutan “Raja Jawa tanpa Mahkota.”
Muhammadiyah juga merupakan terobosan yang melampaui zaman. Aksi Ahmad Dahlan bukan saja memengaruhi segenap warga Yogyakarta. Beliau telah merintis, sejatinya, sistem pendidikan Islam Terpadu pertama di bumi Nusantara. Hanya dengan 7 ayat Al Maun sebagai basis gerakan, KH Ahmad Dahlan membangun Muhammadiyah dan seakan-akan hari ini ia seperti kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Pendidikan dalam satu waktu!
Masih banyak lagi tentang hakikat sejarah politik di Indonesia. Saya takut keluar dari tema. Namun saya yakinkan pada teman-teman, semua pembahasan ini adalah tentang sejarah politik Islam di Indonesia; mulai dari kerajaan-kerajaannya yang bersingungan langsung dengan pemain politik internasional, kedatangan Eropa yang bermaksud mengguncang stabilitas politik islam di nusantara, hingga terbitnya ide-ide jenius SI, Muhammadiyah, Masjumi, NU yang melampaui zaman.
Kesimpulannya; sehebat-hebat apapun musuh Islam ingin mengancurkan sendi-sendi peradadaban Islam, umat ini akan selalu mendapatkan momentumnya untuk bangkit. Sebab umat ini memang bisa saja sakit, namun umat ini tidak pernah mati.
#sejarahindonesia#sejarahislam#sejarah#islamic#catatan#diskusi#online#literature#literasi#politics#ottoman#osmanlı#sultan suleyman
363 notes
·
View notes
Text
Betawi People
Jakarta Capital City Province

Betawi Girl used Traditional Costume
The Betawi are considered the original inhabitants of Jakarta. They are often called "Jakarta People, Batavi, Batawi, or Jakarte." They originated from the mixture of peoples who arrived in Batavia (Jakarta's historical name), and they have occupied the port city since the 15th century. The authentic Betawi people can be found in the outlying areas of Jakarta, such as in Pasar Minggu in South Jakarta, in Condet in East Jakarta, and the area of Kampung Sawah in Bekasi, West Jawa.

Topeng Dance

Topeng Dance
Betawi culture is a treasure trove of color, tradition, song, dance, clothing, cuisine, language and dialect. The culture thrives today due to government policy to enhance the cultural identity of the original inhabitants of the city, and prevent their traditions being buried beneath a tide of modernization. There are annual parades and other celebrations in which three-meter tall Betawi mascots (ondel ondel) - are seen delighting the crowds with their large masks and tinsel-sprinkled headdresses.
The language of the Betawi has been adopted by the fashionable younger generation of Jakartans from all ethnic origins, whereas the more formal Betawi Malay is only spoken by the more conservative older generation Orang Betawi.

0 notes
Text
Ini 3 Ulama Indonesia yang Pernah Menjadi 'Imam Besar' Masjidil Haram Makkah
KONTENISLAM.COM - 3 ULAMA Indonesia pernah menjadi Imam Besar Masjidil Haram, Kota Makkah, salah satunya yakni Syaikh Junaid Al Batawi ulama asal Betawi. Budayawan Betawi, Alwi Shahab dalam tulisannya menyebut bahwa sejak abad ke-18 orang Betawi memang banyak yang pergi ke Makkah. Mereka menjalankan ibadah haji dan karena perjalanan yang begitu sulit, setelah menunaikan rukun Islam ke-5, banyak yang tidak kembali ke tanah air dan bermukim di Makkah. Mereka yang bermukim di sana menggunakan Al Batawi sebagai nama keluarga. Menjadi kebiasaan para pemukim ketika itu menjadikan nama kota asalnya sebagai nama keluarga. Misalnya, Syech Abdul Somad al Falimbani dari Palembang, Syech Arsyad Albanjari dari Banjarmasin, Syech Basuni Imran al Sambasi dari Sambas, dan Syech Nawawi al Bantani dari Banten. Pada pertengahan abad ke-19 (1834), Syaikh Junaid, seorang ulama Betawi, mulai bermukim di Makkah. Ia pun memakai nama al-Betawi. Ia amat termashur karena menjadi imam di Masjidil Haram. Syaikh Junaid Al Batawi, yang diakui sebagai syaikhul masyaikh para ulama mashab Syafi’ie, juga mengajar agama di serambi Masjidil Haram. Nah berikut ini adalah ulama-ulama Indonesia yang pernah menjabat sebagai imam besar di Masjidil Haram: 1. Syaikh Junaid Al Batawi
Ini 3 Ulama Indonesia yang Pernah Menjadi 'Imam Besar' Masjidil Haram Makkah Syaikh Junaid Al Batawi lahir di Pekojan, Jakarta Barat. Ia adalah ulama asal Betawi yang pernah menjadi imam besar di Masjidil Haram. Ia wafat pada usia yang ke 100 tahun di Makah pada 1840. 2. Syaikh Muhammad Nawawi Al-Jawi Al-Bantani
Syaikh Muhammad Nawawi Al-Jawi Al-Bantani Selanjutnya adalah Syaikh Muhammad Nawawi Al-Jawi Al-Bantani yang lahir pada 1815 di Kampung Tanara, Serang, Banten. Di Makkah ia memperdalam ilmu agamanya kurang lebih selama 30 tahun. Ia merupakan ulama tersohor hingga akhirnya banyak orang yang berdatangan kepadanya untuk berguru. Kemudian tercatat pernah jadi Imam Masjidil Haram. Syekh Nawawi sendiri wafat di Makkah pada 1897. 3. Syaikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi
Syaikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi Syekh Ahmad Khatib bin Abdul Latif al-Minangkabawi adalah ulama yang lahir di Koto Tuo, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, pada 26 Juni 1860. Sejak kecil ia dikenal memiliki kecerdasan yang luar biasa. Saat itu ayahnya, Syeikh Abdul Latif mengajaknya pergi ke Makkah, tepatnya saat ia berusia 11 tahun 1871 untuk menjalankan ibadah Haji. Namun sesampainya di Makkah, kala itu Ahmad (panggilannya) ingin menetap di sana guna menuntaskan hafalan Alqurannya. Selama di Makkah pun ia dikenal sebagai sosok yang alim dan hingga akhirnya ditunjuk sebagai imam dan khatib, sekaligus staff pengajar di Masjidil Haram.
from Konten Islam https://ift.tt/3mLKvOl via IFTTT source https://www.ayojalanterus.com/2021/09/ini-3-ulama-indonesia-yang-pernah.html
0 notes
Photo
إنا لله وإنا إليه راجعون Telah Berpulang ke Rahmat Allah Ta’ala guru kita bersama: . *KH. Rizki Zulkarnaen al Batawi* (menantu Abuya KH Saifuddin Amsir) . Pada Hari Kamis, 5 Safar 1442 H (24 September 2020) . Semoga Allah Ta’ala ampuni dosa-dosanya, Allah Ta’ala lapangkan kuburnya, Allah Ta’ala kumpulkan ia bersama-sama salihin, aulia, ulama, anbiya dan Rasulullah shallahu alaihi wa sallam di surga firdaus al a'la. Amin. . إنتقل العالم العلامة الفقيه *كياهي الحاج رزقى ذو القرنين البتوي* الى رحمة الله تعالى يوم الخميس، ٥ صفر ١٤٣٢ هـ (٢٤ سبتمبر ٢٠٢٠ م) . غفر الله له ورحمه ورزقه حسن الخاتمة وألهم اهله الصبر و السلوان و جمعه مع الصالحين و الأولياء و العلماء و الأنبياء و سيد المرسلين رسول الله صلى الله عليه وسلم في مستقر رحمته . واغفر له يا ربنا كل الذنوب .:. واستر له يا ربنا كل العيوب وارحمه يا الهي رحمة الغفور .:. من القبور دائما الى الق��ور . اشهدوا انه من اهل الخير ... له الفاتحة! Lahul Fatihah! https://www.instagram.com/p/CFgggu_lBKy/?igshid=177ph2zmfcgps
0 notes
Photo
. 👀 Tahukah Sahabat Kabilah . Sejarah mencatat ada tiga orang Indonesia yang pernah menjadi imam Masjidi Haram. Mereka merupakan ulama-ulama yang menjadi panutan dan memiliki banyak anak didik. 1. Syikh Junaid Al Batawi Syikh Junaid Al Batawi lahir di di Pekojan, Jakarta Barat. Beliau dikenal sebagai seorang pendidik yang tangguh. Hingga akhir hayatnya dihabiskan untuk mengajar. Beliau juga dikenal sebagai syeikhul masyayikh madzhab Syafii. Di antara muridnya yang kemudian masyhur adalah Iman Nawawi Al Bantani. Syekh Junaid Al-Betawi wafat di Mekah pada tahun 1840. Diperkirakan usianya 100-an tahun. Berkat jasa beliau pula nama Betawi untuk pertama kalinya diperkenalkan di mancanegara. 2. Syaikh Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani Sementara Syaikh Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani dilahirkan di Kampung Tanara, Serang, Banten tahun 1815. Selama lebih kurang 30 tahun, beliau memperdalam ilmu agama pada guru-guru di Mekah. Puncaknya ketika beliau ditunjuk sebagai pengganti Imam Masjidil Haram. Namanya makin melekat dengan sebutan resmi Syaikh Nawawi al-Bantani al-Jawi.’ Artinya Nawawi dari Banten, Jawa. 3. Syikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi Yang terakhir adalah Ahmad Khatib bin Abdul Latif al-Minangkabawi. Ulama ini lahir Sumatera Barat, di Koto Tuo – Agam 26 Juni 1860. Selain menghafal Al-Qu’an, Ahmad berguru dengan beberapa ulama di antaranya Sayyid Bakri Syatha, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, dan Syekh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Makkiy. Kealiman Syeikh Ahmad Khatib dibuktikan ketika dilangkatnya menjadi imam dan khathib sekaligus staf pengajar di Masjid Al Haram. . Semoga bermanfaat __________ . Mau Wisata Muslim / Umroh ...??? @kabilahtour Aja... Mudah, Aman & Berkah . Informasi dan Reservasi : 📱 HALO KABILAH 0812 9000 7941 ______________________________________ #kabilahtour #Taugasihsahabatkabilah #faktadunia #tipskabilah #umroh #tips #taugasihkabilah #travelumroh #umrohbandung #taugasih #umrah #umroh2019 #umrohyuk #manfaat #hijrah #haji #travelling #tanahsuci #travel #travelbandung #umrah #shooping #imambesar #ulama https://www.instagram.com/p/B3eWAt5BjPI/?igshid=1gxs97oo5svuq
#kabilahtour#taugasihsahabatkabilah#faktadunia#tipskabilah#umroh#tips#taugasihkabilah#travelumroh#umrohbandung#taugasih#umrah#umroh2019#umrohyuk#manfaat#hijrah#haji#travelling#tanahsuci#travel#travelbandung#shooping#imambesar#ulama
0 notes
Link
0 notes
Text
📚MEMAHAMI LAFAZH TA’AWWUDZ
💙 LAFAZH TA’AWWUDZ أعوذ بالله من الشيطان الرجيم “Aku berlindung kepada Allah dari gangguan setan yang terkutuk” 💙 TERJEMAH PERKATA أعوذ Aku berlindung ب Dengan (bantuan) الله Allah من Dari الشيطان Setan الرجيم Yang terkutuk 💙 PELAJARAN PENTING 💚PELAJARAN 1 ISTI’ADZAH (اِسْتِعَاذَةٌ) adalah bentuk MASHDAR dari (اِسْتَعَاذَ - يَسْتَعِيْذُ). “Isti’adzah menurut bahasa adalah : الإلتجاء والإعتصام و التحصّـن Memohon perlindungan, pemeliharaan dan penjagaan Sedangkan menurut istilah : لفظ مقصود به إعتصام القارىء والتجاؤه بالله تعالى عن شرّ الشّيطا ن Lafazh yang dimaksudkan seorang qari untuk memohon pemeliharaan dan perlindungan Allah ta’ala dari kejahatan setan.” (Dikutip dari: http://tashfiyah.or.id/1052-istiadzah-dan-basmalah.html) Adapun TA’AWWUDZ (تَعَوُّذٌ) adalah bentuk MASHDAR dari (تَعَوَّذَ - يَتَعَوَّذُ) yang bermakna “Mengucapkan lafazh isti’adzah”. 💚PELAJARAN 2 Lafazh isti’adzah ada beberapa macam. Diantaranya: أعوذ بالله من الشيطان الرجيم “Aku berlindung kepada Allah dari gangguan setan yang terkutuk” أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ “Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari gangguan setan yang terkutuk, dari tipuan, bisikan, dan godaannya ” 💚PELAJARAN 3 Memohon perlindungan dari gangguan setan disunnahkan untuk dibaca saat hendak membaca ayat al-Qur’an, baik di dalam shalat maupun di luar shalat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآَنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ “Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.” (QS. An Nahl [16]: 98). Dalam shalat, isti’adzah dilakukan setelah membaca do’a istiftah dan sebelum membaca surat al-Fatihah pada rekaat yang pertama. “Berkata Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah: الذي يظهر لي: أن قراءة الصلاة واحدة، فتكون الاستعاذة في أول ركعة، إلا إذا حدث ما يوجب الاستعاذة، كما لو انفتح عليه باب الوساوس “Yang nampak bagi saya bahwa bacaan Al-Quran dalam shalat adalah satu, maka isti’adzah dilakukan hanya di rakaat pertama, kecuali kalau terjadi sesuatu yang mewajibkan isti’adzah, seperti terbukanya pintu was-was.” (Majmu’ Fatawa wa Rasail Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin 13/110)”. [Sumber: https://konsultasisyariah.com/684-kapan-waktu-membaca-taawudz-dalam-sholat.html] 💚PELAJARAN 4 Arti “الرجيم” pada asalnya adalah “المرجوم” (YANG DIRAJAM). Kenapa setan disifatkan demikian? Ada beberapa pendapat yang beredar. Diantaranya, karena dahulu setan pernah mendatangi Ibrahim untuk merayunya agar kasihan dan tidak jadi menyembelih Ismail anaknya (yang masih kecil). Ibrahim pun berkata: “Aku berlindung kepada Allah darimu”, kemudian Ibrahim merajamnya. Kemudian, setan merayu Hajar istri Ibrahim. Hajar pun berkata: “Aku berlindung kepada Allah darimu”, kemudian Hajar merajamnya. Kemudian, setan merayu Ismail. Ismail pun berkata: “Aku berlindung kepada Allah darimu”, kemudian Ismail merajamnya. Maka, jadilah syariat rajam (melontar jumroh) termasuk bagian dari manasik haji hingga hari kiamat. Pendapat lain, karena setan mencuri-curi dengar berita langit, kemudian Malaikat merajamnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: إِلَّا مَنِ اسْتَرَقَ السَّمْعَ فَأَتْبَعَهُ شِهَابٌ مُبِينٌ “Kecuali syaitan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari Malaikat) lalu dia dikejar oleh semburan api yang terang.” (QS. Al-Hijr [15]: 18) Pendapat lain, karena pengikut setan akan merajamnya di Neraka nanti. Wallahu a’lam. (Lihat http://www.alukah.net/sharia/0/80864/) 💚PELAJARAN 5 Berdasarkan penjelasan ulama, tafsir lafazh isti’adzah adalah sebagai berikut: شَرَعَ اللهُ تَعَالَى لِكُلِّ قَارِئٍ لِلْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، أَنْ يَسْتَعِيْذَ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، قَالَ سُبْحَانَهُ: Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mensyariatkan bagi setiap pembaca al-Quran al-‘Azhim untuk meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآَنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ “Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.” (QS. An Nahl [16]: 98). ذلِكَ لِأَنَّ الْقُرْآنَ الْكَرِيْمَ هِدَايَةٌ لِلنَّاسِ وَ شِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُوْرِ، وَ الشَّيْطَانُ سَبَبُ الشُّرُوْرِ وَ الضَّلَالَاتِ، فَأَمَرَ اللهُ سبُحْاَنَهُ قَارِئَ الْقُرْآن ِأَنْ يَتَحَصَّنَ بِهِ سُبْحَانَهُ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، وَ وَسَاوِسِهِ، وَ حِزْبِهِ. Hal itu dikarenakan Al-Qur’an Al-Karim adalah petunjuk bagi manusia dan penyembuh dari penyakit yang ada di dalam dada, dan setan adalah penyebab keburukan dan kesesatan. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada pembaca Al-Qur’an untuk membentengi diri dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dari setan yang terkutuk, juga dari rasa was-was yang berasal dari setan dan dari bala tentaranya. وَ أَجْمَعَ الْعُلَمَاءُ عَلَى أَنَّ الْاِسْتِعَاذَةَ لَيْسَتْ مِنَ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ؛ وَ لِهَذَا لَمْ تُكْتَبْ فِي الْمَصَاحِفِ. Para ulama telah sepakat bahwa bacaan “Al-Isti’azah” ini bukan termasuk bagian dari Al-Qur’an Al-Karim. Oleh karenannya bacaan ini tidak ditulis di dalam mushaf-mushaf. وَ مَعْنَى ((أَعُوْذُ بِاللهِ)): أَسْتَجِيْرُ، وَ أَتَحَصَّنُ بِاللهِ وَحْدَهُ. Makna dari “أَعُوْذُ بِاللهِ” (Aku berlindung kepada Allah) adalah: Aku minta perlindungan dan aku membentengi diri dengan Allah saja. ((مِنَ الشَّيْطَانِ)) أَيْ: مِنْ كُلِّ عَاتٍ مُتَمَرِّدٍ مِنَ الْجِنِّ وَ الْإِنْسِ، يُصَرِّفُنِيْ عَنْ طَاعَةِ رَبِّي، وَ تِلَاوَةِ كِتَابِهِ. Makna “مِنَ الشَّيْطَانِ” (dari setan) adalah: Dari setiap yang sombong lagi membangkang dari kalangan jin dan manusia yang memalingkanku dari berbuat taat kepada Robb-ku, dan dari membaca kitab-Nya. ((اَلرَّجِيْمِ)) أَيْ: اَلْمَطْرُوْدِ مِنْ رَحْمَةِ اللهِ. Makna “اَلرَّجِيْمِ” (yang dirajam) adalah: Yang terusir dari rahmat Allah. Wallahu a’lam. Bogor, Malam Selasa 24 Rabi’uts Tsani 1438 (23/1/2017) Muhammad Mujianto al-Batawie 📒BAHAN BACAAN ✏Tafsir al-Muyassar karya Kumpulan Ulama Pakar Tafsir ✏Kumpulan Do’a dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang Shahih karya Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas ✏https://rumaysho.com/6994-sifat-shalat-nabi-3.html ✏https://konsultasisyariah.com/684-kapan-waktu-membaca-taawudz-dalam-sholat.html ✏http://tashfiyah.or.id/1052-istiadzah-dan-basmalah.html ✏http://www.alukah.net/sharia/0/80864/
13 notes
·
View notes
Text
SEJARAH SINGKAT MASUKNYA DIASPORA BAWEAN (BOYAN) KE AUSTRALIA
Oleh: A. Fuad Usfa
1. Pengantar
Tulisan ini diangkat dari tulisan saya beberapa tahun yang lalu (2008), yang berjudul ‘Peran Orang Bawean Dalam Membina Keislaman di Australia’.
Tulisan itu telah dipublikasikan melalui ‘Media Bawean’ serta berulang saya unggah di fesbuk dan juga saya unggah di tumblr, serta juga dimuat di media lain.
Pada tulisan ini saya hanya mengangkat dari aspek sejarah masuknya saja.
Oleh sebab tulisan ini masih berdasar tulisan 2008, walau di sana-sini sudah saya coba menyesuaikan, namun masih memerlukan masukan dari berbagai pihak.
2. Pendahualuan
Australia adalah salah-satu negara yang mengeluarkan kebijakan multiculturalisme. Penduduknya berasal dari lebih dari seratus negara di dunia.
Di antara itu terdapat orang-orang Bawean (Boyan). Mereka tinggal Australia Barat.
Orang Bawean datang ke daratan Australia (Barat) melalui pulau Christmas yang juga masuk bagian dari Australia Barat (sejak 1957).
3. Penduduk Australia
Australia merupakan negara besar yang menguasai satu benua, yaitu benua Australia. Di samping itu terdapat kawasan seberang, seperti Tasmania, pulau Christmas, pulau Cocos, pulau Heard, dan lain-lain.
Australia dihuni oleh penduduk asli sejak lebih kurang enam puluh ribu tahun yang lalu. Penduduk asli tersebut dikenal dengan Aboriginal (Indigenous People).
Pada tahun 1770 seorang penjelajah Inggris yang bernama kapten James Cook mendarat di pantai timur Australia. Ia berpendapat bahwa daratan tersebut merupakan daerah yang patut untuk menjadi daerah tempat bermukim. Sejak itulah penduduk berbangsa Inggris dan Irlandia berdatangan.
Pada 26 Januari 1788 dibangunlah pelabuhan Jackson oleh kapten Arthur Philip di New South Wales. Hari tersebut hingga saat ini dikenal dengan Hari Australia.
Sebelum itu, di sepanjang abad 17 orang-orang nelayan Bugis telah memasuki daratan Australia. Diantara mereka banyak yang menetap dan berbaur dengan penduduk asli.
Orang-orang Cina, India, Jerman memasuki Australia pada abad kesembilan belas.
Setelah perang dunia kedua banyak lagi orang-orang Eropa memasuli Australia. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang Yunani dan Italia.
Antara tahun 1947 banyak juga orang migran dari Libanon. Demikian pula 1975 sejak pecah perang saudara di Libanon.
Orang-orang Indonesia secara umum mulai masuk sekitar lepas paruh dekade 1970an, demikian juga orang-orang dari daratan Indo-Cina seperti Vienam, Cambodia, dan Laos. Orang-orang Melayupun mulai masuk sekitar tahun itu, termasuk orang-orang Bawean (Boyan).
Tapi sebelum dekade 70an itu orang-orang Indonesia Malaysia (Melayu) telah bermukin di pulau Kokos dan pulau Krismas.
Di samping itu, antara 1970an hingga 1990an banyak berdatangan pengungsi-pengungsi dari Chili dan El Salvador, Hong Kong, Libanon, dan Yogoslavia.
Sampai saat ini penduduk negara Australia dihuni oleh orang-orang yang berasal dari lebih seratus negara di dunia.
Maka untuk eksistensi keberagaman itu dikeluarkanlah kebijakan ‘multiculturalism’.
4. Pulau Bawean dan Bahasa
Pulau Bawean terletak di Laut Jawa, kira-kira 80 mil laut sebelah utara Kota Gresik, terbentang antara 5.43’ dan 5.52’ LS, antara 112.34’ dan 112.44’ BT, dengan luas kira-kira 300 km2.
Penduduk sekitar seratus ribu jiwa, mereka merupakan komunitas tersendiri yang berbeda dengan komunitas Jawa, Madura, Kalimantan dan seterusnya.
Komunitas Bawean membina kebudayaannya sendiri termasuk bahasa. Mereka menyebut bahasa pengantar yang digunakan sebagai bahasa Bawean.
Bahasa Bawean sebenarnya adalah bahasa Madura yang telah termodifikasi secara evolusi, sehingga terdapat perbedaan ‘di sana-sini’ dengan bahasa asal. Sebagaai gambaran dapatlah kiranya diumpamakan bagai bahasa Melayu dan bahasa Indonesia.
Sebenarnya bahasa Madura yang umum berasal dari bahasa melayu, coba kita cermati kata demi kata, seperti jelan=Jalan, engkok=aku, sakek=sakit, roma=rumah, tak endek=tak hendak, tedung=tidur dan seterusnya, sedang bahasa madura halus berasal dari bahasa jawa, coba cermati kata perkata seperti enggih=inggih, panjennengan=panjenengan, kawulo=kawuleh dan seterusnya.
5. Merantau
Pada saat saya mengadakan penelitian di tahun 1997, saya mendapatkan ungkapan yang katanya merupakan salah satu falsafah orang Bawean, yang mengatakan:
Jhek ngabukkak sewek
Saghitakna ngabukkak langgek
Jhek ngabukkak langgek
Saghitakna andik bekal
Maksudnya:
Jangan menikah dulu
Sebelum pergi merantau
Jangan pergi merantau
Sebelum punya bekal
Adaapun yang dimaksud bekal adalah bekal lahir dan batin. Bekal lahir adalah pertahanan diri yang diwujudkan dengan kuntau (konto) dan bekal batin dalam pengertian pengetahuan agama.
Wilayah perantauan utama daripada orang-orang Bawean, selain tanah Jawa adalah di kawasan melayu semenanjung, mulanya kawasan Singapura dan Riau Kepulauan, kemudian memasuki kawasan Malaysia. Dikawasan ini nama Bawean dikenal dengan BOYAN.
Secara umum orang-orang Boyan ini datang dengan tidak membawa berbagai problema sosial. Datuk-moyang orang-orang Boyan telah datang dengan menabur nama yang harum, bergaul dengan santun, tidak tercatat dalam sejarah datuk-moyang orang-orang Bawean yang membikin berbagai keresahan sosial semacam penjarahan, perampasan hak, pembunuhan dan lain-lain sebagai penyebab keresahan masyarakat, baik dengan penduduk asal ataupun dengan sesame orang Boyan. Kalaupun ada tidak lebih dari sekedar pengecualian yang tidak mendapat pembenaran kelompok. Maka itu kata Boyan dengan indah telah bergaung di tanah perantauan mereka itu sejak lebih dari satu abad yang silam.
Kata BOYAN itulah salah satu peninggalan yang paling MONUMENTAL dari datuk-moyang orang Bawean di tanah perantaauan utamanya itu. Mereka telah berbaur dengan elegan. Maka saya berpikir, disitulah letak keluasan wawasan pergaulan mereka telah teruji.
Dari perantauan di tanah melayu semenanjung ini kemudian orang-orang Bawean menjangkau kawasan Australia sebagai telah diutarakan dalam bagian terdahulu, yaitu bermula dari membina kehidupan di pulau Christmas. Di pulau Krismas reka hidup di sebuah kawasan yang disebut Kampung (Kampong) Melayu.
Hidup dalam kampong ini adalah orang-orang Melayu yang di dalamnya meliputi juga orang-orang keturunan Bawean. Mereka berbaur menjadi satu sebagai satu komunitas.
6. Tempat Bermukim Orang-orang Bawean di Australia
Sebagaimana telah kita pahami bersama, bahwa Australia adalah hamparan tanah satu benua yang amat luas. Negara Australia disebut Commonwealth of Australia, terdapat enam Negara Bagian (state), yaitu Western Australia, South Australia, Queensland, New South Wales, Tasmania, Victoria, serta dua wilayah Kekuasaan (Major Mainland Territories), yaitu Northern Territory dan Australian Capital Territory.
Wilayah terbesar adalah Australia Barat. Australia termasuk Negara yang sejahtera, pendapatan perkapita berada sedikit di atas Britania Raya, Jerman dan Prancis. Berdasar survey majalah The Economist di tahun 2005 Australia berada pada peringkat ke enam dalam kualitas hidup. Australia kaya dengan hasil tambang, hasil tambang terbesar adalah minyak dan gas, batu bara, biji besi, perak, emas, bauksit, uranium dan timah. Daerah pertambangan minyak dan gas, biji besi, emas dan bauksit terbesar terdapat di Australia Barat (Western Australia).
Di wilayah inilah orang-orang Bawean berdomisili. Sebagian besar mereka tinggal di Perth dan sekitar, sedang sebagian kecil tinggal di wilayah jauh (country side), seperti antara lain Port Headland, Geraldton, Mount Newman. Dalam populasi yang lebih besar persebaran orang-orang Melayu dan Kokos lebih luas lagi.
7. Jalur Masuk Orang Bawean (Boyan) ke Daratan Australia
Orang-orang Bawean memasuki Daratan Australia diparuh dekade VII abad XX. Mereka masuk daratan Australia melalui pulau Krismas, dan mereka masuk ke pulau krismas melalui Singapura.
Pulau krismas adalah sebuah pulau dengan luas sekitar 135 km2, terletak di samudra Indonesia, sekitar 500 km di selatan Jakarta dan 2.360 km di sebelah barat daya Perth Australia Barat. Iklimnya masuk dalam iklim tropik.
Kapten William Mynors menamakan pulau tersebut dengan pulau Krismas sebagai kenangan awal mula ia bersama kapal Royal Mary dari East India Ship Company sampai di pulau tersebut, yaitu bertepatan dengan hari natal (Christmas), 25 Desember 1645.
Kawasan pemukiman terdapat di ujung utara, antara lain Flying Fish Cove (Kampong), Bandar Silver, Poon Saan, dan Drumsite.
Pada tahun 1888 Clunies-Ross Brothers mendirikan usaha mengumpulkan kayu balok dan pengumpulan untuk industri di Flying Fish Cove, setelah sebelumnya menguasai kepulauan Keeling atau yang dikenal pula dengan nama kepulauan Kokos *)
*)Disebut Keeling oleh sebab orang yang pertama menemukan kepulauan tersebut
bernama Kapten William Keeling, yaitu pada tahu 1609. Adapun disebut kokos (asal kata, coconut), oleh sebab tumbuh kelapa di serata kepulauan tersebut.
Untuk mengembangkan usahanya Clunies Ross melalui Alexander Hare mendatangkan tenaga kerja antara lain dari Bali, Bima, Sulawesi, Madura, Sumbawa, Timor, Sumatra, Batawi dan Cirebon. Tahun 1857 kepulauan ini berada di bawah kekuasaan Inggris, yang pada tahun 1867 diletakkan di bawah Singapure.
Setelah kejatuhan Singapura ke tangan Jepang pada tahun 1942 kepulauan Kokos diletakkan di bawah Sri Langka, yang selanjutnya dpada tahun 1946 dikembalikan lagi pada Singapura.
Pada 23 Nopember 1955 kepulauan Kokos ini dipindahkan di bawah kekuasaan Australia.
Interaksi antara orang-orang Bawean dan orang-orang Koks terjadi sejak di pulau Krismas dan berlanjut setelah mereka pindah ke daratan Australia.
Kembali pada pokok bahasan tentang pulau Krismas, pada tahun 1887 dilakukan penelitian tentang potensi sumber daya alam. Penelitian terhadap bebatuan dikirim ke Sir John Murray untuk diteliti lebih lanjut, dari situ diketahui terdapat banyak kandungan fosfat.
Tidak lama setelah itu dilakukan penambangan fosfat oleh Clunies-Ross. Sebagai tenaga kerja dari pertambangan itu didatangkan pekerja-pekerja dari Singapura, Cina dan Malaysia.
Dari situlah bermula datangnya orang-orang etnik Cina dan Melayu. Orang-orang Bawean yang sebelumnya telah settle di Singapura termasuk diantara mereka.
Pada tahun 1915 H. Mukri yang biasa juga dipanggil pak Ay telah menjadi Kepala Kampung (Melayu), sekaligus juga sebagai Imam. Baliau adalah keturunan Bawean asal Desa Lebak Kecamatan Sangkapura. Fungsi Imam adalah membina Mesjid, mengajar agama bagi anak-anak khususnya, dan ummat islam umumnya,memimpin ritual-ritual keagamaan, ceramah-ceramah agama, manikahkan dan lain-lain yang berhubungan dengan bidang keagamaan. Di samping itu H. Mukri juga diberi hak untuk merekomendasi orang-orang yang hendak bekerja di pulau Krismas, bilamana perusahaan membutuhkan.
Pada tahun 1939 Mohammad Isa bin Sulaiman berangkat ke pulau Krismas melalui Singapura. Ia berasal dari Perak Malaysia, bersamanya terdapat 6 orang Bawean asal Desa Lebak, yaitu H. Mahmud, H. Hefni, H. Subadar, H. Rusdi, H. Dahlan, dan H. Maksum.
Pada tahun 1944 H. Mohammad Isa bin Sulaiman menikah dengan Hj. Sumriyah bin H. Ismail yang juga keturunan Bawean asal Desa Lebak, Hj. Sumriyah lahir di pulau Krismas. Dari pernikahannya itu dikaruniai 13 anak, diantaranya 1 di Singapura sedang yang 12 di Daratan Australia (WA). Salah seorang yang bernama Zulkifli menikah dengan Khamisah, salah seorang anak daripada H. Gazali, yaitu orang Bawean asal dusun Gunung-gunung Desa Patar Selamat, yang istrinya juga dari dusun yang sama, tapi kelahiran Singapura, bernama HJ. Salmah, dan masuk pulau Krismas pada tahun 1962.
Bersamaan dengannya terdapat pula dua orang Bawean asal Desa Lebak, yaitu H. Safri dan Ahmad Sarbini. H. Gazali masuk daratan Australia pada tahun 1982.
H. Ismail wafat di Makkah saat usai menunaikan ibadah haji.
Saat H. Mukri pulang kampung, Kepala Kampung digantikan oleh H. Husain bin Mat, ia berasal dari Malaka-Malaysia, adapun wakilnya adalah H. Mohammad Isa bin Sulaiman.
Pada masa itu H. Husain meminta kepada kompeni agar diangkat Imam, dan di masa tersebut terdapat beberapa imam, diantaranya adalah H. Hefni, ia adalah orang Bawean asal Desa Lebak.
Di saat H. Hefni sakit, maka ia memilih untuk pulang kampung.
Sekitar 1960 H. Husain bin Mat pulang kampung, dan sebagai penggantinya adalah H. Mohammad Isa bin Sulaiman.
Setelah H. Mohammad Isa bin Sulaiman pindah kedaratan Australia di tahun 1977, kepala kampung dijabat oleh Saleh bin Harun asal Malaka-Malaysia.
Sebelum tahun 1977 telah terdapat orang-orang keturunan Bawean yang berdomisili di pulau Krisma pindah ke daratan Australia.
Pada tahun 1975 Gani Majid bersama adiknya Puad Majid telah mula pindah ke daratan Australia, Gani melanjutkan sekolahnya di Perth, yaitu di Wembley Technical School. Selepas itu ia bekerja di Perth.
Gani menikah dengan Rabi'ah binti abdul Aziz keturunan India kelahiran Singapura pada tahun 1985.
Selepas tahun 1975 banyaklah orang-orang Bawean di pulau Krismas pindah ke daratan Australia (Australia Barat).
Bererapa orang tua yang pindah sekitar 1976 antara lain adalah H. Miftah, H. Marzuki, H. Majid, H. Dafir, H. Zuhdi alias H. Guppan, H. Mashud, H. Mabi, H. Syafri, H. Syaifi, H. Dafir , H. Mu'in dan H. Husni.
Keturunan-keturunan mereka sebagian besar berdomisili di daratan Australia, hanya 'satu dua' saja yang tinggal di Singapura dan/atau di pulau Krismas.
Jadi sejak paruh dekade 70an itu orang-orang Bawean yang tinggal di pulau Krismas mulai banyak yang pindah ke daratan Australia (Perth). Diantara mereka ada juga yang ke Singapura, namun tak lama kemudian juga pindah ke daratan Australia via Singapura.
Disamping itu terdapat pula yang masuk daratan Australia langsung dari Singapura, seperti Yohana keturunan Bawean asal Desa Daun serta juga Suhaimi, tapi tidak banyak dan bisa dihitung dengan jari sebelah tangan.
Atas dasar realitas sebagaimana di gambarkan di atas, maka dapatlah dipahami bila diantara mereka menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar.
Baru setelah memasuki paruh dekade 80an mulai terdapat orang-orang Bawean yang masuk daratan Australia dari jalur selain tersebut di atas,namun dari mereka itu tidak terlepas dari keberadaan keturunan orang-orang Bawean dari pulau Krismas, dalam arti terdapatnya hubungan perkawinan dan/atau keluarga, seperti antara lain H. Gufran Yusuf, Khairuddin Bahar, Abdul wahid Jufri, pada dekade 80an, Nursyidah, Jamal Siraj, Badrun Akhwan,Manarul 'Aini, Zakiyah, pada dekade 90an. A. Fuad Usfa beserta kedua putra-putrinya, yaitu Gamal Fanani dan Alba Fathiyatun N di tahun 2007.
Hingga saat ini belum ada data yang mencatat berapa jumlah keturunan orang Bawean di daratan Australia, khususnya Australia Barat, diperkirakan terdapat tidak kurang dari 700 (-catatan: hanya perkiraan saja-) keturunan orang Bawean termasuk dari perkawinan campur dengan keturunan orang melayu, Kokos, Jawa, India, Eropa, dan sebagainya.
Diantara keturunan mereka yang lahir di Singapura dan Pulau Krismas banyak yang sudah tidak lagi menguasai berbahasa Bawean dengan fasih. Adapun yang lahir di daratan Australia tidak bisa lagi menguasai berbahasa Melayu, tapi mereka mengerti. Sedang terhadap bahasa Bawean mereka sudah tidak bisa lagi, walau masih ada yang bisa mengerti, namun sebagian terbesar dari mereka sudah tidak mengerti.
(Cannington WA, 6 September 2020).
0 notes
Quote
Rumput vetiver merupakan sejenis rumput-rumputan berukuran besar dan memiliki banyak keistimewaan. Di Indonesia, tanaman ini dikenal dengan nama akar wangi (Vetiveria zizanioides) atau usar (Vetiver nigritana). Rumput ini dikenal dengan beragam nama di Indonesia. Di daerah Sumatera Barat dikenal dengan sebutan urek usa; hapias (Sumatera Utara); useur (Aceh); narwasetu, usar, dan larasetu (Jawa). Sementara di Madura disebut karabistu, garamakusu batawi (Ternate), tahele (Gorontalo). Kemudian di daerah Halmahera disebut babuwamendi, baramakusu buta (Tidore), sere ambong (Sulawesi Selatan), akadu (Buol), dan nausina fuik (Makasar). Rumput vetiver dapat tumbuh di berbagai bentuk kondisi tanah seperti areal perbukitan, dataran rendah, daerah rawa, bahkan pada areal bekas tambang. Tanaman ini tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 1,5—2,5 meter serta dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan rendah ataupun daerah yang curah hujan tinggi. Akar rumput vetiver berbentuk serabut dan jauh masuk ke tanah. Setelah tumbuh, akarnya dapat mencapai kedalaman hingga 5,2 meter. Jika ditanam di lereng-lereng keras dan berbatu, ujung-ujung akar vetiver mampu masuk menembus dan menjadi semacam jangkar yang kuat. Akar-akar ini mampu menahan partikel-partikel tanah sehingga dapat mencegah erosi. Batangnya kaku dan keras, serta tahan terhadap aliran air. Jika ditanam rapat atau berdekatan, akan membentuk pagar serta mampu mengurangi kecepatan aliran air dan menahan material sedimen. Tumbuhan ini tidak menghasilkan bunga dan biji-bijian, namun dapat tumbuh menyebar seperti alang-alang atau rerumputan lainnya. Rumput vertiver adalah tanaman yang ampuh mencegah erosi dan dapat diolah untuk untuk dijadikan kerajinan tangan seperti tas laptop, pembatas ruangan, taplak meja, dan lainnya. Alih fungsi hutan mengakibatkan tanah menjadi terbuka sehingga air hujan menjadi daya perusak ketika langsung menumbuk tanah. Untuk itu, penanaman rumput vetiver akan menjadi solusi yang cukup membantu dalam mengatasi masalah banjir dan tanah longsor. (Sumber: pertanianku.com)
http://www.delapanenam.com/2020/02/mengenal-jenis-dan-fungsi-rumput-vetiver.html
0 notes