#batal tuan rumah
Explore tagged Tumblr posts
Text
Indonesia Batal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Ganjar Pranowo Diserang Netizen
NASIONAL, MaduraPost – Federasi Sepak Bola Dunia FIFA secara resmi membatalkan Indonesia menjadi tuan rumah piala dunia U-20 2023. Hal tersebut buntut dari aksi penolakan dari beberapa organisasi kemasyarakatan atas keikut sertaan Timnas Israel dalam ajang turnamem akbar empat tahunan tersebut. Tak hanya beberapa ormas yang menolak Timnas Israel untuk bermain di Indonesia pasa piala dunia U-20…
View On WordPress
0 notes
Video
Netizen Trauma Tuan Rumah Pidun U17 Batal Lagi, Putin Konflik Dgn Wagner...
#youtube#jetizen#netizen#jempol netizen#netizen indonesia#wagner#putin#rusia wagner#world cup u17#indonesia world cup u17#fifa indonesia#the simpsons#kalimantan singapore
2 notes
·
View notes
Text
Kazakhstan Batal Gelar MotoGP 2024 MotoGP Kazakhstan lagi-lagi batal diselenggarakan.
Kazakhstan Batal Gelar MotoGP 2024 MotoGP Kazakhstan lagi-lagi batal diselenggarakan. Sebabnya, panitia menilai negara yang berada di wilayah Asia Tengah itu belum siap menjadi tuan rumah balap motor sekelas MotoGP. Dorna Sports pun disebut-sebut menunjuk Qatar sebagai pengganti Kazakhstan, yang artinya Qatar akan jadi tuan rumah MotoGP 2024 sebanyak dua kali. Seperti dikutip laman Motorsport,…
View On WordPress
0 notes
Text
With all his efforts.
Agenda makan siang itu nyaris batal terealisasi kala sang Papa berkali-kali menelponnya untuk datang ke kantor, ada yang perlu dibicarakan, katanya. Tapi syukurlah Salazar punya Mama yang selalu bisa membantu disaat-saat seperti ini. Mamanya berhasil bujuk sang Papa untuk tidak mengganggu Salazar dulu sampai sore nanti. Dan sampai sore nanti, Salazar punya banyak waktu untuk mengobrol bersama Wave di kediamannya.
Usai menjemput Wave pukul setengah dua belas siang, mereka langsung menuju rumah makan untuk realisasikan agenda makan siang yang mereka rencanakan tadi malam. Usainya, Salazar langsung ajak Wave pergi menuju rumahnya. Rumah yang dulu menjadi tempat perpisahan mereka sebelum Salazar berangkat ke Australia.
Rumah itu tak banyak berubah semenjak ditinggal bertahun-tahun dulu oleh pemiliknya. Hanya saja, hangatnya nyaris menghilang. Sudut-sudutnya nyaris beku sebab lebih sering ditinggal oleh pemiliknya dari pagi sampai sore hari. Namun, bagi Salazar, rumah ini jauh lebih baik daripada rumah mereka yang berada di Australia.
Lampu ruang tamu dinyalakan oleh Salazar kala mereka akhirnya berhasil injakan kaki ke dalam rumahnya. Ia lepaskan jaket kulit miliknya, sisakan kaos hitam polos, sebelum akhirnya ia beralih tatap Wave yang berdiri diam didepan pintu.
“Kok diem aja di situ? Sini duduk dulu, nanti aku bikinin minum.”
“Keinget waktu kita kumpul buat latihan drama dulu,” katanya, lantas berjalan menuju sofa setelah lepaskan topi miliknya.
“Iya? Dulu waktu kita latihan drama itu, menurut kamu seru gak?”
“Seru aja, kok. Kenapa?”
Salazar beranjak, pergi ke dapur yang bersebelahan dengan ruang tamu, hanya bersekat dinding tipis tak terlalu lebar. Ia buka kulkas, keluarkan dua kaleng minuman soda, lantas dibawanya menuju Wave di ruang tamu.
“Waktu itu kan aku belum inget sama kamu. Aku lebih banyak diemin kamu selama kita latihan drama itu,” ia berkata, selagi tangan ulurkan satu kaleng minuman kepada Wave.
“Iya, gue sedih banget waktu itu.” Tentu saja kalimat itu Wave lemparkan hanya untuk candaan, sertakan kekehan setelahnya. Dan Salazar pun demikian, walau masih merasa bersalah tentang banyak hal di belakang. Namun, jika diingat-ingat kembali, sedikit lucu bagaimana minimnya interaksi mereka kala itu.
“Mau main ke kamarku gak?” Tanya pemuda tinggi tiba-tiba, buat yang lebih kecil hampir tersedak minuman bersoda di dalam genggaman.
“Hah? Mau ngapain?” Tanyanya.
“Gak ada, sih. Aku mau kasih liat sesuatu ke kamu.” Begitu katanya. Lantas dengan ragu Wave ikuti langkah Salazar menuju kamar miliknya.
Kamar yang terletak di lantai dua, paling ujung ruangannya. Wave cukup kaget sebab ruangan itu ternyata masih sama, tak banyak yang berubah dari terakhir kali ia menginap di sini sebelum Salazar pamit untuk pergi. Mungkin yang berbeda hanya beberapa dekorasi yang sebelumnya tak pernah ada, seperti beberapa poster artis dan film kesukaan si tuan kamar. Warna kamarnya masih monokrom seperti dulu, seperti tak diberi nyawa, namun hangatnya tetap ada.
“Bagus gak kamarku? Waktu pindah ke sini lagi sempet aku rombak dikit.”
Pemuda kecil menoleh sejenak, sebelum akhirnya kembali taruh fokus pada kaca besar yang diletakkan di sudut ruangan. “Iya? Tapi gak terlalu beda, sih, dari kamar lu yang dulu. Cuma warnanya makin suram aja,” katanya, mengundang tawa dari pemuda tinggi yang tengah tutup pintu.
“Padahal udah aku tempel banyak poster biar gak suram-suram banget.”
“But I like the way you arranged the decorations, sih, especially kaca sama tanaman gede itu,” Wave berkata selagi telunjuknya mengarah pada tanaman hias lumayan besar yang Salazar taruh di depan kaca besar. “So it warms up the room,” lanjutnya.
“Kamu suka? Nyaman gak?”
Wave tak tahu pasti apa maksud Salazar tanyakan dua hal itu, namun ia beri anggukan tanpa ragu. Dan Salazar hanya tersenyum, merasa puas atas jawaban lewat anggukan kepala dari Wave Joelian.
Pemuda tinggi kini beralih, capai laci meja belajarnya, lantas keluarkan selembar kertas yang ia lipat rapi. Di samping tempat tidurnya ia berdiri, menghadap Wave yang kini berdiri belakangi kaca besar dalam ruangan.
Ia berdeham, tampak gugup entah mengapa, sebelum akhirnya ia muntahkan kata usai pemuda kecil beri atensi penuh padanya.
“So...Wave, I made a poem for you. Gak tau ini bisa dibilang puisi atau bukan, but I made this for you with all my effort. Tolong didengar sebentar, ya?”
Wave tiba-tiba kebingungan, pun ikut merasa gugup kala Salazar angkat selembar kertas itu di depan dadanya untuk kemudian ia baca.
“10 things I love about you...,” begitu ia mulai puisi itu, matanya sempat curi pandang pada sosok pemuda kecil di hadapannya, sebelum ia lanjut baca selembar kertas dengan senyum tertahan.
“I love your smile, and the way you talk to me.
I love the way you look at me, and how I get caught up in your gaze.
I love the way you laugh, but I hate it when I see you cry.
I love the way you write, and all the poems and letters you write.
I love the shabby paper of your poems, and seeing your neat writing on them.
I love listening to your chatter on the swing in the afternoon, and your wave when I said goodbye.
I love the feeling of missing you even though it makes me sick.
I love the way you hold my hand, and the way you stroke my hair.
I love your spoiled side, and the way you pout and ask for your back to be rubbed.
And mostly I love the way you make me fall in love. I love everything as long as it's you.
From the beginning until now, I love everything about you. Not just 10 or even 100. I love you because it's you.”
Pipi pemuda kecil memerah, sertakan panas dan juga salah tingkah. Sedangkan pemuda tinggi kini tutupi seluruh wajahnya menggunakan selembar kertas puisi di tangannya. Padahal ia sudah siapkan seluruh keberanian dan kepercayaan dirinya untuk lakukan ini dari beberapa hari sebelumnya, namun akhirnya tetap saja ia berakhir malu dan salah tingkah setelah bacakan puisi miliknya.
“Puisinya bagus,” puji Wave setelah berhasil lawan perasaan salah tingkahnya.
Di depan, Salazar mulai singkirkan kertas dari wajahnya. “Serius? Thanks to Kat Stratford for inspiring me to write this poem, i guess.”
Keduanya lantas tertawa.
Salazar maju, kikis jarak antara ia dan Wave. Mereka sempat bersabung mata untuk waktu yang cukup lama, sebelum akhirnya pemuda tinggi lempar pandangan ke kaca di belakang pemuda kecil.
“Aku pernah janji buat ngenalin kamu ke crush-ku, inget gak?”
Wave sontak menengadah, tatap Salazar di hadapannya. Oh, ya, ia hampir lupa Salazar pernah menjanjikan itu padanya.
“Turn around and see for yourself,” bisiknya selagi sentuh pundak Wave untuk beri isyarat agar pemuda itu segera berbalik.
Lantas kala ia berbalik, yang dilihatnya hanyalah pantulan dirinya serta Salazar yang berdiri di belakangnya sertakan senyum hangat miliknya. “Am I your crush?” Tanyanya, tanpa basa-basi, dan tentu saja hal itu mampu buat pipi serta telinga Salazar menjadi merah.
“You are. And sorry for being annoying all this time, but I tried to tell you about all my feelings for you.” Ia sentuh pundak Wave, meminta atensi pemuda itu agar menghadapnya kali ini. “Kayaknya dulu itu, waktu kita masih sering main bareng, aku udah jatuh cinta sama kamu. Tapi karena masih kecil dan belum ngerti cinta-cintaan, aku anggapnya cuma perasaan suka dan seneng aja. But I swear, I loved it when we kissed—no no! I mean, ga bermaksud cabul, tapi...bener kok.”
Wave tertawa, entah Salazar tengah serius atau tidak sekarang, namun mendengar pemuda itu berbicara perihal ciuman itu lagi membuat ia merasa lucu.
“Kenapa ketawa? Aku lagi confess ke kamu, loh.”
Dengan sisa tawanya, Wave mencoba untuk rangkai kata, sebelum Salazar merajuk dan tak ingin lanjutkan sisa kalimatnya. “Gak bermaksud ketawa, tapi cara kamu confess lucu banget. Puisinya juga bagus banget, thank you for putting all your effort into that poem, ya, Salazar. Aku juga udah suka kamu dari kita SD dulu, tau.”
“Ya udah, ayo pacaran!”
“Hah?”
“Kamu juga udah balik ke setelan pabrik cara ngomongnya. Udah pake aku-kamu lagi, I mean. Berarti kita udah bisa pacaran dong? Mau gak pacaran sama aku?”
Wave sesaat membeku, sedikit tak menyangka akhirnya Salazar akan nyatakan perasaan padanya hingga mengajaknya untuk berpacaran. Dan walaupun dengan sedikit keraguan, pemuda itu akhirnya beri anggukan kepala.
“Mau?”
“Mau. Ayo pacaran.”
Kalakian, tubuh Wave menghilang ditelan dekapan Salazar. Pemuda tinggi tersenyum begitu lebar usai dengar jawaban dari yang lebih kecil. Mungkin merasa lega karena usahanya tak berakhir sia-sia. Dan pemuda kecil ikut salah tingkah di dalam dekapan itu, antara tak percaya apakah semua ini nyata.
Sahabat dari kecil dan sempat terpisah untuk waktu yang cukup lama, mereka berdua tak pernah menyangka akan jatuh cinta lalu berakhir berpacaran. Kiranya, perasaan yang sempat diabaikan sebab diri sendiri belum mengerti perkara hati, sekarang akhirnya temui jawaban atas keresahan selama mereka berpisah.
Salazar lepaskan dekapannya, sentuh kedua pundak Wave dengan lembut selagi mata mereka bersabung satu sama lain. Tangannya bergerak, terus ke atas hingga berhenti pada pipi berisi milik pemuda kecil. Cukup lama ia diam, mengunci netra jelaga milik Wave pada tatapan lembutnya, seolah meminta izin pada sang tuan untuk tindakan yang akan ia lakukan selanjutnya.
Kalakian perlahan, ia kikis jarak, lantas daratkan ciuman di atas bilah bibir milik pemuda kecil. Sejenak ia berhenti, beri waktu untuk keduanya terbiasa. Namun, Wave pejamkan mata dengan gelisah, lantas tiba-tiba dorong pundak Salazar agar menjauh darinya.
“Wave, kenapa?”
Yang lebih kecil menengadah dengan raut wajah tegang serta mata yang berkaca-kaca, “Salaz, aku takut...”
0 notes
Text
Indonesia Batal Maju Calonkan Diri Sebagai Tuan Rumah Piala Dunia 2034, Erick Thohir: Dukung Arab Saudi
JAKARTA – Indonesia batal maju untuk mencalonkan diri sebagai tuan rumah Piala Dunia 2034. Ketua Umum PSSI Erick Thohir menyebut Indonesia kini mendukung Arab Saudi untuk maju. Hal tersebut diumumkan Erick Thohir dalam keterangan tertulisnya, Rabu (18/10/2023). Mantan Presiden Inter Milan itu tidak menjelaskan alasan Indonesia batal maju dan mendukung penuh Arab Saudi. Padahal sebelumnya, Erick…
View On WordPress
0 notes
Text
Ganjar Batalkan Piala Dunia U-20 2023, Habil Marati: Anies Menggagas Pertandingan Argentina Vs Maroko di Jakarta
JAKARTA | KBA – Mungkin banyak yang tidak mengetahui Bakal Calon Presiden Anies Rasyid Baswedan (ABW) dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) menyimpan rasa kecewa yang mendalam, ketika Indonesia batal sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023. Hal itu disampaikan Pengagas Serikat Masyarakat Bola Indonesia (SMBI) Habil Marati dalam perbincangannya kepada KBA News, baru-baru ini. “Saya…
View On WordPress
0 notes
Text
ini bakalan nangis seharian.
pagi pagi mrebes mili buka facebook ada pesan dari Arwa Baha teman di UAD dulu kenal saat exchange, ibu dan ayah nya keturunan Palestina walaupun tinggalnya di Mesir. perkara FIFA batal jadikan Indonesia tuan rumah pildun U20. dia sebagai orang Palestina cuma mau bilang terimakasih banyak masih membela mereka dengan berbagai bentuk dukungan hingga detik ini. dia juga mendoakan walaupun banyak yg dikorbankan semoga Allah yang membalas kebaikan dan pengorbanan seluruh rakyat Indonesia.
dipikiranku cuma satu. seru ya nanti di akhirat Palestina sama Indonesia tetep saling tolong menolong kasih syafaat. levelnya bukan orang ke orang tapi bangsa ke bangsa. di awal dulu, Palestina yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia dan hingga detik ini, Indonesia yang mempertahankan kemerdekaan Palestina. wallahi so sweet banget kita bisa bela belaan di Mahsyar.
0 notes
Text
Aria Bima Ungkap Sosok Bikin Indonesia Batal Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Bukan Ganjar atau Koster | BentengSumbar.com
0 notes
Text
Aria Bima Ungkap Penyebab Sesungguhnya Indonesia Batal Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Bukan karena Penolakan
JAKARTA - Politisi PDIP Aria Bima mengungkapkan, FIFA membatalkan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 bukan karena adanya penolakan dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Bali I Wayan Koster serta pihak lainnya di Tanah Air. http://dlvr.it/SlvQvw
0 notes
Text
Top 3 Sports: Tangis Asisten STY, Respons Pelatih Israel
PT BESTPROFIT FUTURES PT BESTPROFIT FUTURES BANJARMASIN – Tangis asisten pelatih Timnas Indonesia Nova Arianto dan respons pelatih Israel setelah Indonesia batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 jadi berita terpopuler olahraga. BESTPROFIT Selain itu, Gubernur Bali Wayan Koster buka-bukaan usai Piala Dunia U-20 batal berlangsung di tanah air juga menarik minat pembaca. Tangis Nova…
View On WordPress
#BEST PROFIT#BEST PROFIT FUTURES#BestPro#BESTPROFIT#BESTPROFIT FUTURES#BPF#BPF BANJAR#BPF BANJARMASIN#PT BEST#PT BEST PROFIT#PT BEST PROFIT FUTURES#PT BESTPROFIT#PT BESTPROFIT FUTURES#PT BPF#PT.BPF
0 notes
Link
Wapres RI, KH Maruf Amin mengatakan, pembatalan Indonesia jadi penyelenggara Piala Dunia U20 bukan kiamat bagi sepak bola Indonesia.
0 notes
Text
Masyarakat Babel Kecewa Piala Dunia U-20 Dibatalkan
FIFA memutuskan Indonesia batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023. Keputusan itu menuai kekecewaan dari masyarakat khususnya yang ada di Bangka Belitung (Babel). Dandy Apriyandi warga Pangkalpinang mengaku sedih Piala Dunia tidak digelar di Tanah Air. Padahal setahu dia, semua persiapan sudah dilakukan dengan baik. “Di berita berita waktu itu gencar diberitakan stadion di sejumlah daerah…
View On WordPress
0 notes
Text
(Sekadar catatan kecil, curhat, dan sudah pasti mentah sekali)
Skeptisisme saya terhadap sepakbola sudah berlangsung agak lama. Berkembang dari kekecewaan terhadap prestasi Timnas Indonesia di era Cristian Gonzáles, Irfan Bachdim, dan Oktovianus Maniani pada periode 2010-2012, bermunculannya dukungan banyak pihak di sepakbola terhadap gerakan LGBT dan sejenisnya, perubahan-perubahan peraturan teknis, aturan soal transfer pemain hingga membludaknya pemain-pemain baru dalam rentang waktu singkat, Tragedi Kanjuruhan yang mencatatkan rekor buruk di tingkat dunia, hingga tetek bengek soal Piala Dunia 2022 yang membuat perhelatan kali ini di pandangan saya jauh dari kata ideal.
Maka ketika Indonesia batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 ini saya merasakan betapa sangat berisik dan emosionalnya untuk pihak yang pro dan betapa sering blunder dan malasnya untuk pihak yang kontra agar konsisten menyuarakan penolakan dalam semua kehadiran unsur Israel di Indonesia, baik di kejadian-kejadian yang sudah berlalu ataupun potensi-potensi di masa mendatang.
Tak kalah membingungkan munculnya pernyataan aneh seperti "Jangan mencampuradukkan olahraga dengan politik" dan yang lain sejenisnya, padahal faktanya sejak masa awal-awal sepakbola muncul pun sangat erat berkaitan dengan isu-isu sosial dan politik, apalagi di Eropa dan Amerika Latin. Terdengar naif sekali untuk dikatakan saat ini seolah baru tersadar akan fakta bahwa sepakbola sudah "dinodai" politik sejak waktu yang sangat lama. Belum lagi kalau kita membahas politik dan kebijakan publik yang punya kecenderungan untuk mengatur segala macam hajat hidup manusia. Dan saya rasa sepakbola bukan pengecualian di dalam sudut pandang sementara yang mempraktekkan keyakinan politik di konteks ini sehingga makin sempitlah ruang gerak dan kebebasannya.
Alih-alih terjebak dalam narasi naif dan 'sok polos seperti yang banyak berserakan di media sosial saat ini, alangkah lebih baik fokus mengkritik aktor atau pihak-pihak yang 'tumben-tumbenan peduli pada isu Palestina, serta aji mumpung memanfaatkan ini untuk pemilu 2024. Dan idealnya lagi, mestinya usaha antisipasi semacam ini dilakukan sejak jauh-jauh hari dan lebih solid mestinya. Sehingga tidak akan terjadi "kekagetan massal" seperti yang terjadi sekarang.
Lagipula, sepanjang ingatan saya rasa-rasanya segala aspek sudah sering dimanfaatkan sebagai bahan kampanye dan perdebatan tidak bermutu di ruang publik oleh para politisi di Indonesia ini lebih-lebih ketika ada momentum spesial seperti Piala Dunia U-20.
0 notes
Text
BREAKING NEWS: Indonesia Batal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 2023
0 notes
Photo
Indonesi terancam batal menjadi tuan Rumah Piala Dunia U-20 2023, karena menuai penolakan kepada timnas Israel. Coba memanfaatkan kesempatan tersebut, 3 negara ini siap menjadi kandidat pengganti.
- Follow juga kami di : - Instagram : @ekingsnews - Facebook : ekingsnews
0 notes