IDOLiSH7 7th Anniversary: Chapter 5 - Selalu Ada aja Masalah [INDO]
Chapter 6 | Navigasi Cerita
Tsumugi: …Banri-san…!
Banri: Tsumugi-san! Udah dengar berita dari Momo-kun?
Tsumugi: Udah! Karena ada masalah darurat, ia membutuhkan bantuan banyak orang…
Kaoru: Takanashi-san! Ogami-san!
Tsumugi: Anesagi-san!
Rinto: Ada masalah apa?!
Banri: Okazaki-san! Jadi semuanya ada di festival, ya?!
Kaoru: TRIGGER diundang ke sini, makanya aku nemenin mereka…
Rinto: Kalau kami, Presiden kami diundang untuk menjadi juri di sini…
Kaoru: Kau pakai trik apa sehingga atasanmu dapat menjadi juri dan mengesampingkan Presiden Yaotome serta Presiden Takanashi?
Rinto: Aku gak ngapa-ngapain! Presiden kami hanya terpilih oleh panitia sekolah untuk menjadi juri!
Suara kuda terdengar.
Kaoru: Uwaa, kaget! Kenapa ada kuda?!
Banri: Apa ini kuda dari Kebun Binatang Amatir?
Kaoru: Apa ini gak masalah? Niat amat ni sekolah ngadain festival.
Banri: Maa, lagian ini perayaan Anniv ke-7!
Tsumugi: Anniversary year!
Kaoru: 7th Anniv harus manis, ya. Bahkan di sekitaran sini juga ada atribut festival. Apa ini? Jubah silver?
Banri: Bukannya ini kostum Statan? Maskot untuk acara Kelahiran Bintang nanti.
Kaoru: Statan? Apa dia alien?
Banri: Dia kayak peri mic gitu.
Rinto: Tapi, kuda ini baik, ya. Gimana? Mau wortel?
Banri: Kau bawa wortel?
Rinto: Enggak, tadi karena habis tabrakan dengan beberapa WNA.
Banri: Eeh?! Kau tidak apa-apa?!
Rinto: Gak apa-apa, kok. Lalu, aku dapat ini sebagai permintaan maaf dari mereka.
Kaoru: Kayaknya, ada yang aneh di sini…
Shiro: Ah, guys, sini!
Rinto: Utsugi-san! Apa kau dipanggil oleh Momo-kun juga?
Shiro: Tidak, aku dipanggil oleh Ryo-kun…
Rinto, Banri, Kaoru: Ryo-kun?!
Rinto: Ryo-kun itu maksudnya Tsukumo Ryo?! Dia juga ada di sini?!
Kaoru: Aku tidak yakin aku bisa tetap tenang jika aku melihat pria itu!
[TL’s Note: Nuuuuu Kaoru-chann traumaa :”””]
Banri: Apa yang dia lakukan di sekolah ini?!
Shiro: Jadi gitu perasaan kalian. Saya memohon maaf sedalam-dalamnya, etto… Kalau gitu, kita mencar, yuk!
Banri: Utsugi-san! Sebenarnya ada apaan, sih?!
Shiro: Aku juga kurang tahu tapi sepertinya aku harus pergi ke kuil dekat sini...
Murid 1: Senpai, senpai. Kau masih sering pergi untuk ibadah di kuil sana? Bukannya tangganya itu gak enak, ya?
Murid 2: Emang gak enak. Habisnya, ada 500 anak tangga. Tapi, aku ingin melakukannya!
Murid 1: Senpai keren!
Shiro: …500 anak tangga…
Suara kuda terdengar.
Shiro: Aku boleh pinjam kuda ini gak?
Kaoru: Gak mungkin boleh, ‘kan?!
Banri: Tenanglah, Utsugi-san! Kau mau ngapain dengan kuda ini?!
Shiro: Aku tidak ingin menaiki 500 anak tangga… Tidak! Aku harus melaluinya tanpa kuda meski sambil menangis.
Banri: Kau akan melaluinya sambil menangis?
Shiro: Aku akan kembali! Jika ada apa-apa, tolong kabari aku!
Tsumugi: Hati-hati!
---
Shiro: Kuilnya dimana, sih? Apa di sekitaran gunung kecil itu?!
Momo: Utsugi-san!
Ryo: Ap- Shiro…?
Shiro: Momo-san! Ryo-kun! Sebenarnya ada apa?!
Momo: Kita ada dalam masalah besar karena dia telah menjatuhkan dokumen yang kontennya berbahaya! Tolong bantu kami!
Shiro: Oke. Aku harus ngapain?
Momo: Aku akan mencari dokumennya dengan Ban-san dan yang lain, kau dan Ryo-san akan mencari di kuil!
Momo: Aku ingin kau menyelamatkan tas biru mahal itu sebelum benda itu dibakar!
Shiro: Siap.
Momo: Mohon bantuannya!
Momo pergi.
Ryo: Hai, mohon bantuannya.
Ryo: Uwaaa! Kau! Beraninya kau mencengkram kerah seseorang yang dahulu adalah bosmu?!
Shiro: Kau akan mengantarku ke kuil. Nih, gunakan tendon Achilles-mu.
Ryo: Aku tidak mau naik tangga itu.
Shiro: Sama. Tapi, tolong ceritakan semuanya padaku sambil kita menaiki tangga ini.
---
Banri: Dia menjatuhkan dokumen soal Riku-kun dan Tenn-kun adalah kembar di sekitar sini?!
Momo: Benar! Mohon maafkan kami…!
Banri: Ini bukan salahmu, Momo-kun. Tapi, kita harus segera menemukannya sebelum orang lain melihat dokumennya…
Momo: Kaoru-chan, aku boleh minta tolong, gak?!
Kaoru: Tentu saja. Ini menyangkut Tenn kami, loh!
Banri: Kita akan segera menemukannya sebelum orang lain! Tsumugi-san, untuk jaga-jaga, tolong laporkan masalah ini ke Presiden!
Tsumugi: Baiklah!
Momo: Terima kasih, Maneko-chan! Aku akan mencarinya di dalam sekolah. Aku tidak ingin membuat Riku dan Tenn sedih!
Rinto: Tidak apa-apa. Selama dokumen itu tidak jatuh ke tangan seorang jurnalis dunia hiburan atau reporter majalah musik, tidak akan terjadi masalah…
Touma: Momo-san!
Momo: Touma…! Anak-anak ZOOL…!
Momo: Syukurlah! Ini darurat! Aku butuh bantuan kalian…
Jurnalis: Darurat?
Banri: …Ini siapa?
Minami: Dia seorang jurnalis yang menulis konten untuk majalah musik terkenal. Kami pernah bertemu di Red Fest…
Jurnalis: Ahaha. Saat itu aku hanya membuat artikel yang buruk tentang kalian tapi sekarang aku malah jadi penggemar.
Jurnalis: Momo-san, aku pernah mewawancarai dirimu beberapa kali. Sebuah kehormatan dapat bertemu denganmu di kesempatan yang tak terduga ini.
Momo: Aah, aku ingat. Aku selalu memintamu untuk membuat artikel yang baik…
Jurnalis: Apa maksud dari kata darurat yang kau sebutkan tadi?
Torao: Apa ada sesuatu terjadi dengan IDOLiSH7?
Momo: …
Kaoru: Aah, pusing…
Rinto: Anesagi-san, bertahanlah…!
Momo: Ka-Kaoru-chan lagi gak enak badan…!
Kaoru: Ini hanya anemia biasa, kok! Jangan cemaskan aku, cepat dan laporkan segera ke bos kalian!
Banri: Baik…!
Rinto: Anesagi-san, tolong andalkan kami!
Tsumugi: Maaf atas keributannya, ZOOL. Sampai jumpa…!
Touma: Kalau gitu… Jaa, kita pergi, yuk.
Jurnalis: Okey. Aku ikut, ya. HItung-hitung sekalian berkeliling sekolah ini. Festivalnya meriah sekali. Sepertinya aku dapat membuat artikel yang menarik.
Torao: Syukurlah.
Minami: ….
Minami: Inumaru-san, Mido-san, kalian duluan saja. Aku ingin bersama dengan Anesagi-san dulu.
Touma: Kau baik sekali, Mina… Baiklah. Tolong, ya.
Touma, Torao, dan Jurnalis pergi.
Minami: Momo-san, Anesagi-san, Takanashi-san, ada apa sebenarnya?
Momo: Minami…
Minami: Raut wajahmu berubah ketika kalian melihat jurnalis tadi. Jika ada masalah, aku bisa bantu.
Momo: Sebenarnya…
---
Shizuo: Yuki-kun… Yamato-kun dimana…?
Yuki: Mana, yaak? Urusan ini yang ngurus Momo, sih.
Shizuo: …Aku ingin segera membereskan masalahku dengannya…
Yuki: Iya, iya... Ah, ada band sekolah.
Yuki: Mau liat bentar, gak?
Shizuo: Eh…? Maa, kalau cuman bentar…
Murid 1: Ah, ada Yuki dari Re:vale!
Murid 2: Ah, idol… Daripada itu, kita harus segera membetulkan ini…
Yuki: Suaranya gak keluar, kah? Mau kubantu?
Murid 2: Ah, tapi ini gitar asli. Kayaknya idol gak mungkin bisa ngatasin ini, deh.
Yuki: ….
Shizuo: Yuki-kun, kau terlihat kesal.
Murid 1: Gak sopan banget lo! Yuki dari Re:vale itu bikin lagu sendiri, tau!
Murid 2: Bikinnya pakai smartphone atau sejenisnya, ‘kan?
Yuki: Oi, bocah. Diem sini. Liat.
Murid 2: Hei! Kembalikan gitarnnya…! Jangan sentuh amplifier-nya tanpa izin…!
Suara petikan gitar terdengar.
Murid 1: Ah, suaranya ada! Uwaaa, Anda ahli sekali! Potongannya bagus sekali!
Shizuo: Meski sikapmu buruk tapi kau keren, Yuki-kun!
Yuki: Sama-sama. Kau, mana terima kasihnya?
Murid 2: Kuh…
Yuki: Aku tidak akan pergi dari sini sampai kau bilang terima kasih.
Shizuo: Anoo, gimana dengan masalah Yamato?
Yuki: Aku gak bakal pergi.
---
Supir: Mohon maaf sebelumnya, Presiden. Sepertinya di depan sana ada kecelakaan jadi macet…
Soushi: Baik. Saya tidak ada jadwal urgent siang ini. Jadi, saya akan berjalan-jalan sebentar.
Supir: Dimengerti. Mohon hati-hati.
Soushi keluar dari mobil.
Soushi: Untuk ke stasiun terdekat, tidak memakan waktu hingga 10 menit, ya. Hm?
Soushi: Festival Tahun ke-7 Sekolah Nanahoshi… Sekolah seni, ya…? Artinya, para calon selebriti.
Soushi: Mimpi siapa pun akan terkabul, ya…?
Soushi: Memang mudah sekali untuk menginspirasi anak muda berpotensi dengan kata-kata indah yang tidak bertanggung jawab.
Soushi: Namun, mereka yang terlalu mendambakan mimpi itu, kehidupannya yang sesaat mereka akan direnggut… Sama seperti Satoshi dan Sogo.
Soushi: …
Murid: Selamat datang di Festival Tahun ke-7 Sekolah Nanahoshi!
Murid: Kami membagikan tiket spesial hari ini! Jadi sekarang, Tuan dapat masuk tanpa undangan!
Murid: Silahkan melihat-lihat!
Soushi: …Lagian, aku masih ada waktu.
Soushi: Aku ingin melihat anak muda seperti apa yang tertipu dengan dongeng dunia ini.
---
Sogo: Yotsuba-kun.
Tamaki: Hm? Eh…? Ah, Sou-chan! Rikkun!
Riku: Tamaki, ketemu!
Sogo: Kau kira aku teman sekelasmu, ya?
Tamaki: Iya! Soalnya kau memanggilku dengan sebutan ‘Yotsuba-kun’.
Sogo: Ahaha. Aku berhasil.
Tamaki: Aku kayak… ‘Ahre? Ini suaranya Sou-chan bukan, sih?’ Terus aku liat ke belakang, lah benar.
Sogo: Kelihatan kok dari raut wajahmu.
Riku: Enak banget. Padahal ini seru tapi Iori malah sadar duluan!
Tamaki: Udah ketemu Iorin? Udah liat dia?
Riku: Udah! Jubah putih yang ia kenakan keren!
Sogo: Riku-kun sudah sangat terbiasa dengan dokter dari kecil jadi ia sangat senang melihat cosplaynya Iori.
Tamaki: Hee, gitu, ya!
Riku: Ehehe!
Tamaki: Sou-chan juga mau berubah jadi superhero, ‘kan, ya?
Sogo: Enggak, tuh.
Tamaki: Enggak, ya?
Riku: Sogo-san bilang kalau para rocker adalah hero.
Tamaki: Oh! Kayak Douglas?! Harusnya aku cosplay Douglas Rootbank aja.
Sogo: Douglas itu hero. Aku harap aku dapat bertemu dengannya untuk kedua kalinya. Untuk ketiga kalinya, mungkin agak susah tapi…
Riku: Tamaki, kau cocok banget loh cosplay Douglas!
Tamaki: HAHAHA!
RikuSou: Miripnya~
Tamaki: Nanti aneh dong kalau di sekolah ada 2 Douglas!
Sogo: Ahaha, iya juga.
Riku: Aku daritadi kepikiran, bagaimana reaksimu jika kami memanggilmu dengan sebutan yang berbeda.
Tamaki: Oh, apa tuh?
Riku: Sogo-san, coba, deh!
Sogo: Yotsuba-senpai.
Tamaki: Versi senpai, ya?! Oh, Sogo. Ada apa?
Sogo: Ini asam sitratnya.
Tamaki: Asam sitrat?
Sogo: Hadiah untukmu.
Tamaki: Oh, benda itu bagus untuk mengatasi lelahku. Trims!
Sogo: Sama-sama. Semangat lombanya.
Riku: Versi dua!
Sogo: Yotsuba, duduklah.
Tamaki: Sensei! Versi sensei!
Sogo: PR sudah kau kerjakan?
Tamaki: Maaf, Osaka-sensei. Belum.
Sogo: Kenapa belum dikerjakan?
Tamaki: Etto, aku main game…
Sogo: Hei, PR dulu dikerjakan. Jangan lupa mulai besok.
Tamaki: Baik.
Riku: Versi tiga!
Sogo: Taa-kun.
Tamaki: Stop! Memalukan tau! Kenapa kau mengajari Sou-chan hal seperti ini, Rikkun?
Riku: Habisnya, kesel banget Iori gak bisa diajak kerja sama.
Sogo: Udahan? Padahal masih ada versi rival sekolah yang buruk, loh.
Tamaki: Coba aja lagi pas kita udah pulang. Lakuin itu di depan yang lain.
Sogo: Siap.
Tamaki: Kalian mau kemana lagi abis ini?
Sogo: Kayaknya ntar mau ke ruangan panitia festival sambil bantu-bantu dikit kalau perlu.
Tamaki: Oh, oke. Aku ikut kalau udah kelar shift. Oh, iya, stamp-nya gimana?
Sogo: Oh, iya. “Kita pernah bertemu di sini 100 tahun yang lalu!”
Riku: “Kita pernah bertemu di sini 100 tahun yang lalu!”
Tamaki: Ini dan ini. Ah, coba liat pose berubahku!
Riku: Emangnya ada?
Tamaki: Nyaan, berubah!
Sogo: Gemasnya.
Riku: Imut! Lagi, dong!
Tamaki: Nya, nya, nyaan, berubah!
---
Ryuu: Orang-orang yang tadi terlihat kelelahan itu gak bakal kenapa-napa, ‘kan, ya?
Gaku: Yang satu bisa bahasa Jepang, kok. Jadi harusnya aman.
Tenn: Aku senang dapat bertemu dengan penggemar kita.
Gaku: Iya. Btw, aku lapar. Mau makan gak?
Ryuu: Di sana ada rumah pantai! Pasirnya membuat tampilan pantainya lebih real!
Tenn: Ide mereka bervariasi sekali. Banyak tempat-tempat yang menarik di sini.
Gaku: Di sana ada makanan yang untuk anak-anak. Yang ada bendera di atas omurice-nya. Tenn suka itu, ‘kan?
Tenn: Aku jadi teringat akan masa kecilku.
Ryuu: Ada burger mini, neapolitan, dan pudding segala, loh. Makanan untuk anak-anaknya keliatan mewah sekali.
Gaku: Aku jadi pengen makan itu. Memalukan, sih. Tapi, kenapa enggak? Sekalian menyesuaikan diri dengan semangat berfestival di sekolah ini.
Tenn: Benar.
Ryuu: Ke sana, yuk!
---
Murid: Selamat datang.
Gaku: Pesan makanan untuk anak-anak tiga… Uwa!
Sousuke: Gaku.
Otoharu: Gaku-kun.
Rintaro: Oh, TRIGGER.
Gaku: Papa ngapain di sini?
Tenn: Takanashi-sachou dan Okazaki-sachou…
Otoharu: Sini, dong makan bareng.
Ryuu: Oke, deh.
Gaku: Makan bareng, ya? Akrabnya.
Rintaro: Yaotome-san dan Takanashi-san lagi membangun kepercayaan masing-masing. Mau bendera gak?
Gaku: Enggak.
Otoharu: Senang ada kesempatan bertemu di saat seperti ini. Karena, jika di kantor, terasa ada tembok yang membatasi. Kau mau bendera?
Gaku: Tidak.
Sousuke: Fun… Bahkan jika kami bertemu di luar, kami hanya membicarakan masalah industri. Nih, bendera…
Gaku: Diblangin enggak! Kenapa semuanya menawari itu padaku?!
Rintaro: Kami baru saja membahasmu. Saat Gaku-kun masih kecil, katanya kau suka dengan bendera yang diletakkan di atas makanan seperti ini…
Gaku: Serius?!
Sousuke: Kau tidak ingat? Padahal dulu kau suka banget.
Ryuu: Imut sekali, Gaku! Adik-adikku juga sangat menyukai bendera itu saat mereka kecil.
Tenn: Kau mau yang punyaku, gak?
Gaku: Enggak mau lah! Aah, kayaknya, aku bakal dibully terus sampai akhir hayat gegara ini.
Otoharu: Kami sedang membicarakan bagaimana kita dapat membuat masa depan dunia hburan seperti bendera di atas makanan yang membuat anak-anak senang.
Tenn: Karena itu, kalian ada di sini?
Otoharu: Tidak. Kita memilih tempat ini karena menunya yang bervariasi dan terlihat indah.
Sousuke: Makanan ini mencerminkan suasana festival sekolah ini.
Rintaro: Sajian seperti ini membuatku bernostalgia dengan masa kecilku. Kalian gimana?
Tenn: Sama, kok.
Rintaro: Jadi karena itu ya, sajian ini jadi terlihat begitu mewah bagi kalian. Memang, ya, TRIGGER itu keren.
Sousuke: Fun.
Rintaro: Kayaknya, nge-produce TRIGGER seru, ya.
Otoharu: Seru, dong. Potensi mereka besar ditambah mereka tahan banting dan jujur.
Ryuu: Terima kasih banyak.
Murid: Terima kasih telah menunggu. Tiga porsi makanan untuk anak-anaknya, kakak… TRIGGER?!
Tenn: Terima kasih.
Murid: Ternyata TRIGGER datang…! Maaf! Aku malah membuat TRIGGER-san duduk dengan bapak-bapak aneh!
Tenn: Anoo, mereka para CEO rumah produksi.
Murid: Aah…! CEO…!
Sousuke: Murid sekolah seni memang punya nyali.
Rintaro: Kalau gak salah tadi kau bilang bahwa aku bapak-bapak? Orang sepertiku?
Murid: Anda tidak termasuk, kok!!!
Rintaro: Yosh! Kalau gitu, oke~!
Otoharu: Ngomong-ngomong, aku…
Murid: Kalau Anda termasuk!!!
Otoharu: Aah, iya.
Sousuke: Kau terlalu terbawa suasana, Takanashi.
Otoharu: Setiap kali aku sedang bersama Banri-kun, ia selalu memuji betapa awet mudanya aku. Dia sering bertanya padaku, "Yakin nih, ini bukan Yaotome Gaku?"
Sousuke: Jangan tiba-tiba jadi anakku.
Rintaro: Papa, aku boleh makan camilan gak?
Sousuke: Jangan buat orang bingung, kau bukan anakku!
Ryuu: Gaku ‘kan anak asli Anda, bagaimana jika Gaku yang meminta sesuatu?
Gaku: Boleh, gak… Aku mau makan pudding…
Tenn: Kau anak yang baik, ya. Nanti kubelikan camilan deh saat pulang.
---
Soushi: …Sekolah seni begini, kah…?
Suara kuda terdengar.
Soushi: …Bahkan ada kuda segala. Ini tidak jelas sekali.
Soushi: …Tapi, mata para murid begitu berbinar-binar…
Sogo: …
Soushi: …! Yang ada di situ, itu Sogo? Dia berjalan ke arah sini…
Soushi: …Aku gak bisa ke sana! Kalau kita bertemu di sini nanti malah jadi masalah…
Soushi: Nanti Sogo bakal berpikir bahwa aku mulai tertarik dengan dunia hiburan dan malah terjadi kesalahpahaman. Gimana ini?
Soushi: Ini…!
To be continued…
TL Note:
Aku mikir gini, gila juga ya sekolahnya trio high school, bisa ngundang CEO... like... HOW MUCH THEY COST TO INVITE THEM?!?!?! mana minta tolong buat jadi juri lagi. emang gila mantep banget relasi para seleb atau anak seleb di sini
18 notes
·
View notes
Penerapan Konsep Blue Economy Sebagai Bentuk Strategi Pengembangan Ekonomi Maritim di Indonesia
Oleh : Andi Azizah Resky Amelia
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah perairan yang luas, memiliki potensi besar untuk mengembangkan ekonomi maritim melalui penerapan konsep Blue Economy. Indonesia memiliki sumber daya laut yang melimpah, termasuk kekayaan alam bawah laut, ikan, dan potensi pariwisata laut yang menarik, hal ini menjadikan Indonesia memiliki potensi ekonomi maritim yang besar. Meskipun potensi yang besar, sektor ekonomi maritim di Indonesia masih menghadapi tantangan. Namun. dengan strategi yang tepat, tantangan ini dapat diatasi untuk memanfaatkan peluang ekonomi maritim secara optimal.
Komitmen presiden Indonesia menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia tentu saja harus dimulai dengan menjadikan Indonesia sebagai negara yang dapat memanfaatkan laut secara mandiri dan bertanggung jawab. Salah satu diantaranya adalah membuat sektor kelautan dan perikanan menjadi salah satu prioritas pembangunan Indonesia , demi tercapainya salah satu pilar sebagai poros maritim dunia yaitu tercapainya kedaulatan pangan laut (Pudjiastuti, 2016).
Blue Economy adalah ekonomi laut berkelanjutan yang menghasilkan manfaat ekonomi dan sosial dengan memastikan kelestarian lingkungan tersebut dalam jangka waktu yang panjang. “Ekonomi biru bersinonim dengan konsep menghasilkan kekayaan dari aktivitas yang berhubungan dengan lautan sembari melindungi dan mendukung ekosistem laut” (Phelan et al., 2020). Pinsip utama Blue Economy meliputi pengelolaan yang berkelanjutan, inovasi teknologi, serta kolaborasi antar masyarakat dan pemangku kepentingan. Konsep Blue Economy dulunya hanya mencakup seluruh produk perikanan yang bernilai ekonomi, namun sekarang konsep Blue Economy mengacu pada pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan, untuk pertumbuhan ekonomi dan peningkatan mata pencaharian, serta mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah kelautan dan perikanan.Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah dapat menjadi konsep dasar penerapan Blue Economy. Penerapan Blue Economy di sektor perikanan meliputi pengelolaan yang berkelanjutan, peningkatan produksi ikan, dan penerapan teknologi canggih. Penerapan Blue Economy di sektor pariwisata laut mencakup pengembangan tempat pariwisata yang berkelanjutan, dan promosi pariwisata laut yang bertanggung jawab. Kerja sama antara pemerintah dan masyarakat adalah kunci dalam mendorong penerapan Blue Economy di Indonesia, kebijakan yang mendukung dan kerjasama akan mempercepat konsep tersebut.
Blue Economy mempromosikan pembangunan ekonomi laut yang berkelanjutan, biasanya pemanfaatan laut yang diwujudkan dalam sosial, lingkungan, dan ekonomi. Blue Economy menjadi paling penting belakangan ini karena lautan yang sehat menyediakan pekerjaan dan makanan, membantu pertumbuhan ekonomi, serta mendukung kesejahteraan masyarakat pesisir. Kehidupan yang bergantung pada sumber daya air/laut dapat menghasilkan bantuan yang sangat penting terhadap makanan, energi dan produk mendasar pada biota laut. Namun ekosistem laut merupakan pokok utama dari tekanan yang meningkat dan penggunaan yang mengandung daya saing mengakibatkan penggunaan sumber daya yang berlebihan dan meningkatkan polusi. Pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dan kemajuan ekonomi mengarah pada peningkatan penggunaan sumber daya laut dan pada saat yang sama meningkatkan pencemaran lingkungan.
Bagi industri energi terbarukan, tantangan Indonesia saat ini adalah keterlibatan antara energi laut dan angin yang masih terbatas. Kurangnya energi terbarukan menandakan kurangnya kepercayaan investor di sektor ini. Para investor kecewa karena kurangnya dorongan yang diberikan oleh pemerintah melalui peraturan yang ada. Sektor industri memiliki tantangan dalam pengembangannya terutama pada kegiatan pengolahan. Kurangnya dana untuk mengembangkan teknologi yang berkelanjutan serta kurangnya kerjasama dari perpaduan berbagai sektor dan pemangku kepentingan untuk bekerja sama menuju tujuan Blue Economy.
Blue Economy memiliki tantangan utama dalam meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai prinsip Blue Economy. Untuk menerapkan Blue Economy yang akan mengarah pada pertumbuham ekonomi, membutuhkan tanggung jawab politik yang kuat, kesadaran dan sikap positif masyarakat. Strategi pertumbuhan Blue Economy, memanfaatkan samudra, laut, dan pesisir untuk pekerjaan. Strategi tersebut fokus untuk pertumbuhan ekonomi maritim , yaitu, budidaya untuk menghasilkan biota laut lainnya. Sementara itu, kebijakan Blue Economy berfokus pada pertumbuhan ekonomi laut, mengambil beberapa langkah penting untuk melindungi ekosistem laut dengan lebih bijak, fokus utamanya tetap pada pembangunanan ekonomi. Strategi pengembangan Blue Economy bagi Indonesia sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan, mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan mendasar pada kepentingan nasional melalui pembangunan ekonomi kelautan yang ramah lingkungan. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlindungan ekosistem laut dengan tujuan pertumbuhan Blue Economy dapat memastikan pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan, sehingga masyarakat yang mata pencahariannya bergantung pada laut dapat memperoleh manfaat dari penerapan konsep Blue Economy tersebut. Dengan menggunakan konsep Blue Economy diharapkan berfungsi sebagai pemanfaatan ekonomi maritim yang berkelanjutan, pengisian sumber daya laut yang melimpah, menciptakan perikanan ramah lingkungan dan ekowisata. Dengan melihat kekuatan dan kelemahan beserta tantangan yang ada maka diperlukan strategi untuk mendukung perkembangan budidaya laut berkelanjutan, sehingga dapat berkembang dengan baik untuk meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir dalam pemanfaatan sumber daya yang ada.
Untuk memastikan partisipasi yang lebih besar dibutuhkan kebijakan yang tepat untuk menerapkan konsep Blue Economy, termasuk peraturan perundang-undangan yang menyediakan praktik berkelanjutan. Kesadaran dan pendidikan dengan cara melakukan seminar di lingkungan sekolah maupun masyarakat, membangun kerjasama dengan Lembaga keuangan dan menyediakan dana untuk beberapa proyek Blue Economy.
Sampai saat ini, contoh interaksi antara pertumbuhan dan ekonomi biru umumnya terlihat dalam trade-off antara ekonomi dan lingkungan (McIlgorm, 2016). Kehidupan yang bergantung pada sumber daya air/laut dapat menghasilkan kontribusi yang signifikan terhadap makanan, energi, dan produk berbasis bio. Namun, ekosistem laut merupakan subyek dari tekanan yang meningkat dan penggunaan yang kompetitif, akibat eksploitasisumber daya yang berlebihan dan polusi (Koundouri & Giannouli, 2015). Pertumbuhan ekonomi dunia secara keseluruhan dan kemajuan ekonomi dari sebagian besar ekonomi pasar maju mengarah pada peningkatan penggunaan sumber daya alam dan pada saat yangsama, meningkatkan penipisan dan pencemaran lingkungan (Sverdan, 2021). Untuk memiliki ekonomi biru yang berkelanjutan, setiap negara harus menemukan cara terbaik untuk menyeimbangkan keberlanjutan dan pertumbuhan ekonomi untuk memungkinkan penggunaan sumber daya maritim secara optimal, sekaligus memastikan manfaat maksimal bagi lingkungan (Olteanu & Stinga, 2019).
Teknologi memungkinkan pemantauan ekosisem laut dalam waktu singkat, membantu dalam pengawasan terhadap aktivitas manusia dan mempermudah untuk menemukan dampak terhadap lingkungan, membantu mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya laut serta memastikan keberlanjutan, meningkatkan keamanan perairan dengan penggunaan sistem dan pengawasan keamanan laut, desain kapal yang ramah lingkungan membantu mengurangi dampak negatif dari ekosistem laut, sistem pemantauan dan manajemen otomatis yang memastikan produksi ikan yang tepat. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, memberikan potensi besar dalam pengembangan ekonomi maritim.
Untuk menunjang keberhasilan penerapan ekonomi biru yang berbasis transformasi digital di bidang usaha perikanan maka diperlukan adaptasi dan inovasi dari para pemilik selaku pelaku usaha. Adapatsi dan inovasi tersebut nantinya untuk mendukung keberlanjutan usaha di bidang kelautan dan yang telah dilakukan oleh petani ikan mandiri… Dengan menciptakan perikanan mandiri yang ramah lingkungan, mengolah limbah ikan yang mati menjadi tepung ikan atau olahan makanan lainnya merupakan salah satu bentuk inovasi dari perikanan yang mengadopsi konsep ekonomi biru. Implementasi kebijakan pemerintah dalam aksi nyata diperlukan untuk mendukung kegiatan perikanan mandiri masyarakat secara merata,karena keterlambatan globalisasi pemerataan di wilayah pesisir akan menghambat kelancaran rantai produksi secara global. Peran pemerintah dalam usaha perikaanan[sic] berbasis digitalisisasi[sic] dapat mendukung peningkatan oendapatan[sic] dan penyumbang pendapatan negara (Prayuda, Sary, and Riau, 2019)
Perkembangan Blue Economy diperlukan dukungan penelitian yang kuat untuk mempercepat solusi tantangan maritim, demi kepentingan sekarang dan yang akan mendatang, serta diperlukan untuk pendidikan kelautan. Untuk mewujudkannya, diperlukan kebijakan nasional yang di susun secara rapi dalam menghadapi perkembangan teknologi yang mengganggu. Potensi penggunaan dalam mengembangkan sumber daya laut yang berkelanjutan. pendidikan kelautan diperlukan dalam membantu mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk melestarikan lingkungan di masa yang akan mendatang, khususnya pada ekosistem pesisir. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian laut, mendorong semua komunitas untuk bertindak lebih bertanggung jawab dalam keterkaitannya dengan sumber daya laut, dan meningkatkan kepedulian terhadap perlindungan laut dari upaya melindungi akan terjadinya ancaman dari kerusakan lingkungan .
Efektivitas politik dengan konsep blue economy dapat dilihat dari kemampuannya untuk memajukan hasil pembangunan laut yang berkelanjutan untuk kepentingan komunitas dan ekosistem, pengawasan yang lebih besar terhadap nilai material, dan kebijakan konsep tersebut (Louey, 2022). Blue economy dapat menjadi visi yang sah untuk mengatur laut dimana pemegang hak utama terhadap tata kelola laut yang bertanggung jawab harus melibatkan kepentingan industri,konservasionis, dan hak asasi manusia dari kelompok pengguna laut terbesar yaitu rumah tangga nelayan skala kecil atau Small-Scale Fisheries (SSF) (Cohen et al., 2019).
Pembelajaran kasus dari negara-negara maju seperti Belanda, Kanada, dan Norwegia dapat memberikan wawasan dan pembelajaran bagi Indonesia dalam menerapkan konsep Blue Economy. Pengalaman dari kasus tersebut harus menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan Indonesia untuk mencapai kesuksesan dalam Penerapan Blue Economy.Mendorong inovasi teknologi, memudahkan investasi berkelanjutan, dan membangun kesadaran masyarakat adalah kunci suksesnya penerapan Blue Economy di Indonesia. Penerapan Blue Economy sebagai strategi pengembangan ekonomi maritim di Indonesia adalah langkah yang bijak, dengan memanfaatkan kekayaan laut secara berkelanjutan dan mengutamakan perubahan, Indonesia dapat mencapai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan kesejahteraan bagi masyarakat pesisir.
DAFTAR PUSTAKA
Soemarmi, Amiek, et al. "Konsep negara kepulauan dalam upaya perlindungan wilayah pengelolaan perikanan Indonesia." Masalah-Masalah Hukum 48.3 (2019): 242.
Nasution, Marihot. "POTENSI DAN TANTANGAN BLUE ECONOMY DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA: KAJIAN LITERATUR." Jurnal Budget: Isu dan Masalah Keuangan Negara 7.2 (2022): 343-345.
Puspitasari, Diana, Amalia Nur Chasanah, and Masitha Fahmi Wardhani. "Peran Transformasi Digital dalam Industri Perikanan Berkelanjutan yang Berbasis Blue Economy di Desa Tlogoweru." Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE). Vol. 2. No. 10. (2022): 33.
Adibrata, Sudirman, Rahmad Lingga, and Mohammad Agung Nugraha. "Penerapan blue economy dengan budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei)." Journal of Tropical Marine Science 5.1 (2022): 48.
2 notes
·
View notes
Dibalik Layar: Kisah Nyata di Balik 'Hotel Rwanda'
Hotel Rwanda adalah film yang dirilis pada tahun 2004, yang mengisahkan kisah heroik Paul Rusesabagina, seorang manajer hotel yang menyelamatkan lebih dari 1.200 orang selama Genosida Rwanda pada tahun 1994. Genosida ini terjadi ketika kelompok mayoritas Hutu melakukan pembantaian massal terhadap minoritas Tutsi dan beberapa Hutu moderat, yang mengakibatkan kematian lebih dari 800.000 orang dalam waktu kurang dari 100 hari.
Film ini menjadi pengingat yang kuat akan kekejaman yang terjadi, tetapi juga menyoroti tindakan keberanian di tengah kekacauan. Berikut adalah kisah nyata di balik Hotel Rwanda dan dampaknya bagi dunia.
1. Latar Belakang Genosida Rwanda
Pada tahun 1994, Rwanda terjerat dalam salah satu kekejaman kemanusiaan terburuk di abad ke-20. Ketegangan etnis antara Hutu dan Tutsi telah berlangsung lama, diperparah oleh sejarah kolonial dan konflik politik. Ketika Presiden Rwanda, Juvénal Habyarimana, yang berasal dari etnis Hutu, tewas dalam kecelakaan pesawat pada 6 April 1994, kekacauan pun pecah. Banyak Hutu radikal menuduh Tutsi berada di balik insiden tersebut, memicu kampanye genosida yang terorganisir.
Selama lebih dari tiga bulan, milisi Hutu yang dikenal sebagai Interahamwe, serta pasukan pemerintah, melakukan pembantaian terhadap orang-orang Tutsi. Banyak orang tewas secara brutal di rumah mereka, di jalan-jalan, dan di tempat-tempat perlindungan. Dunia internasional, meskipun mengetahui apa yang sedang terjadi, lambat bertindak untuk menghentikan genosida tersebut.
2. Paul Rusesabagina: Pahlawan dalam Kegelapan
Paul Rusesabagina adalah seorang manajer Hotel des Mille Collines di ibu kota Rwanda, Kigali. Ia berasal dari keluarga campuran; ayahnya seorang Hutu dan ibunya seorang Tutsi, membuatnya memahami kedua sisi ketegangan etnis tersebut. Ketika genosida dimulai, Paul menggunakan posisi dan jaringan kontaknya untuk melindungi keluarga serta orang-orang yang mencari perlindungan di hotelnya.
Keberanian di Tengah Bahaya
Rusesabagina tidak hanya menyembunyikan orang-orang yang terancam, tetapi juga berhasil bernegosiasi dengan pejabat militer dan milisi untuk menjaga keamanan mereka. Dengan menggunakan segala sumber daya yang ia miliki, termasuk minuman keras dan uang suap, Paul berhasil mencegah serangan terhadap hotel, meskipun ancaman kematian selalu menghantui mereka.
Hotel tersebut, yang dijalankan oleh jaringan internasional Sabena, menjadi tempat perlindungan bagi lebih dari 1.200 orang selama berbulan-bulan. Di saat yang sama, Rusesabagina terus melakukan panggilan ke kontak internasionalnya, memohon bantuan dan tekanan dari luar untuk menghentikan kekejaman tersebut.
3. Kisah di Balik Film ‘Hotel Rwanda’
Film Hotel Rwanda, disutradarai oleh Terry George, berfokus pada peran Paul Rusesabagina selama genosida tersebut. Don Cheadle memerankan Rusesabagina dengan luar biasa, memberikan penampilan yang mendapatkan pengakuan luas dan nominasi Oscar.
Penggambaran yang Mendalam
Film ini menggambarkan betapa gentingnya situasi yang dihadapi oleh para pengungsi di hotel tersebut. Dari adegan-adegan pembantaian di luar hotel hingga negosiasi tegang yang dilakukan Paul, Hotel Rwanda menyoroti bagaimana kekuatan moral dan keberanian seseorang dapat menyelamatkan nyawa di tengah situasi yang tak terbayangkan.
Namun, film ini juga menerima kritik atas beberapa elemen dramatisasi, seperti meminimalkan skala kekerasan yang terjadi di Rwanda dan peran yang dimainkan oleh PBB serta dunia internasional. Meskipun begitu, Hotel Rwanda berhasil membawa perhatian global pada salah satu tragedi kemanusiaan yang sering diabaikan.
4. Kontroversi Paul Rusesabagina di Dunia Nyata
Meskipun dianggap sebagai pahlawan oleh banyak orang, Rusesabagina juga menghadapi kritik, terutama dari beberapa korban selamat genosida dan pemerintah Rwanda saat ini. Mereka menuduh bahwa Rusesabagina melebih-lebihkan perannya selama genosida, dengan beberapa pihak menyatakan bahwa dia mengambil keuntungan dari situasi tersebut.
Selain itu, pada tahun 2020, Paul Rusesabagina ditangkap oleh pemerintah Rwanda dengan tuduhan mendukung kelompok teroris yang bertanggung jawab atas serangan terhadap warga sipil di Rwanda. Penangkapannya memicu kontroversi internasional, dengan banyak yang percaya bahwa itu bermotif politik, mengingat kritik Rusesabagina terhadap pemerintahan Presiden Paul Kagame.
5. Dampak Global dan Kesadaran tentang Genosida Rwanda
Setelah rilis Hotel Rwanda, film ini menjadi sarana yang kuat untuk meningkatkan kesadaran tentang genosida dan kegagalan komunitas internasional dalam menghentikan kekejaman tersebut. Film ini menyoroti pentingnya tanggung jawab moral dalam menghadapi kejahatan terhadap kemanusiaan dan memperkuat seruan untuk tindakan global terhadap kekejaman serupa di masa depan.
Selain itu, film ini memperkenalkan dunia pada konsep "Tanggung Jawab untuk Melindungi" (Responsibility to Protect), yaitu kewajiban negara-negara untuk melindungi warga sipil dari genosida, kejahatan perang, dan kejahatan terhadap kemanusiaan, bahkan jika itu berarti campur tangan di dalam negeri negara lain.
Kesimpulan
Hotel Rwanda tidak hanya menceritakan kisah seorang pria yang berdiri teguh melawan kekejaman, tetapi juga menjadi pengingat tentang kekuatan individu dalam menghadapi kebrutalan manusia. Meskipun ada kontroversi seputar Paul Rusesabagina dan perannya, film ini berhasil membawa perhatian dunia pada salah satu tragedi paling gelap dalam sejarah modern, serta perlunya dunia untuk tidak lagi menutup mata terhadap penderitaan sesama manusia.
0 notes