#bahasa arab sendok
Explore tagged Tumblr posts
radad · 1 year ago
Text
Mufradat Bahasa Arab Berkaitan Dengan Makanan
Bahasaarab.ahmadalfajri.com – Mufradat Bahasa Arab Berkaitan Dengan Makanan Mufradat Bahasa Arab Berkaitan Dengan Makanan Mengenal dan menghafal mufrodat atau kosakata bahasa Arab benda-benda yang sering dilihat atau berada di sekitar kita setiap hari adalah sebuah kewajiban bagi pelajar pemula dalam bidang bahasa Arab.  Pada artikel kali ini, kami akan membagikan beberapa mufradat atau…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
rmolid · 4 years ago
Text
0 notes
resepkuekomplit · 6 years ago
Text
Resep Kue Apem Tradisional Khas Indonesia Paling Enak
Kue apem atau kue yang lebih familiar disebut sebagai kue apam ini merupakan salah satu jajanan pasar dalam kategori kue basah yang menjadi salah satu ikon kue tradisional yang enak. Kue apem yang memiliki tekstur yang sangat empuk dan lembut di mulut, kue ini cukup populer bagi kalangan masyarakat betawi , jawa dan lain sebagainya. 
Kue apem adalah kue kukus khas nusantara yang tetap eksis hingga saat ini, karena selain dijadikan sebagai panganan camilan keluarga, kue apem juga biasa disajikan pada saat ada acara-acara tertentu. 
Kue berbahan dasar tepung beras ini sangat mudah untuk dibuat. Bahan dasar, bentuk, dan tekstur kue apem ini ada yang mengatakan hampir mirip dengan surabi dari Sunda.  Kue apem tradisional ini mulai langka didapatkan. Yuk, simak resep dan cara membuat kue apem tradisional yang enak, lezat, dan mudah ini.
RESEP CARA MEMBUAT KUE APEM TERBAIK DAN PALING ENAK
Bahan- Bahan Untuk Membuat Kue Apem:
500 gr tepung beras
100 gr tape singkong (buang sumbu nya) 
50 gr gula jawa sisir
100 gr gula pasir (sesuaikan tingkat kemanisan)
Parutan kelapa (¼ butir)
½ sdt vanili bubuk
Secubit garam
Secukupnya air
Cara Membuat Kue Apem:
Campur tepung beras, tape singkong, parutan kelapa, beri sedikit demi sedikit air. Kemudian masukkan gula jawa, gula pasir, garam dan vanili bubuk.
Uleni semua bahan sampai lembut. Konsistensi adonan sedang (tdk kental tdk terlalu cair). Diamkan semalaman atau kurleb 6 - 12 jam. Sampai adonan berbuih.
Kemudian panaskan cetakan apem, beri sedikit minyak goreng.
Tuang adonan 1 sendok sayur lebih sedikit ke dalam cetakan. Kemudian tutup.
Setelah beberapa saat balik. Tutup kembali. Setelah kecoklatan angkat. Siap disajikan.
Sejarah Asal Muasal Kue Apem
Istilah apem cimplo sebenarnya diambil dari bahasa Arab, yaitu (afuan/ afuwwun), yang berarti memiliki makna "Ampunan". Dalam filosofi Jawa, kue ini dijadikan sebagai simbol permohonan ampun atas berbagai kesalahan. Namun, karena orang Jawa menyederhanakan bahasa Arab tersebut, maka kue ini disebutlah apem.
Berkaitan dengan penggunaan makna tersebut, masyarakat Jawa biasanya membuat apem saat menjelang bulan puasa atau Ramadan. Inilah yang disebut tradisi megengan. Megengan berasal dari bahasa Jawa 'megeng' yang berarti menahan diri, bisa diartikan sebagai puasa itu sendiri. 
Nah, kue apem selong dibuat untuk dibawa ke surau, musala, atau masjid. Setelah berdoa bersama, kue apem dibagi kepada para tetangga atau mereka yang kurang beruntung. Sehingga bisa dikatakan, kue ini juga sebagai sarana untuk mengungkapkan rasa syukur terhadap rezeki yang sudah kita dapatkan. 
Secara garis besar, makna filosofi kue apem nasi putih di kalangan masyarakat Jawa itu sama. Termasuk orang-orang Madura, khususnya Sumenep, yang memiliki tradisi apeman. Cara pembuatannya pun sama. Maknanya juga hampir sama, menunjukkan adanya tali silaturahmi karena nantinya juga dibagikan kepada tetangga atau santri (bila di lingkungan pesantren). Waktu pelaksanaan pembuatannya pun juga pada saat menjelang bulan puasa. 
via Blogger https://ift.tt/2A1JPLC
0 notes
purpimagine · 7 years ago
Text
#traveltime : Dubai, Part 4
Yang belum baca dari awal, baca dulu part 1 nya di sini.
Silahkan diklik lagi tombol keep readingnya! hehe.
|
|
v
Day 8
Waah, lompatnya jauh ya langsung day 8, hehe. Ya memang karena seperti yang kubilang, aku kesini itu begitu pulangnya langsung Ujian Sekolah. Bayangkan. Gila aja sih kalau aku nggak belajar di sini. Jadi hari-hari yang tidak disebutkan disini itu berarti kuhabiskan mendekam di apartemen, menggelosor di atas karpet ruang tengah dengan bantal-bantal, buku-buku, pulpen, dan pensil (wah, kalau dideskripsikan begini jadi terkesan sangat keren ya). Begitulah.
Nah karena sudah bosan di rumah terus, ayah ngajak jalan-jalan lagi karena kebetulan Pak Faisal (masih ingat? tetangga satu apartemen. beliau di lantai 2, kita di lantai 8) nawarin jalan-jalan. Keluarga Pak Faisal 4 orang, sama seperti kita. Pak Faisal, istrinya, anak pertama yang sudah kuliah di Turki (jadi nggak ada disini), dan anak kedua yang naik kelas 1 SMP di Apple International School, sekolah yang hampir mau dimasuki adekku. Nah anak kedua ini namanya Adinda, dan karena cewek dan rentang umur aku dan dia nggak begitu jauh, jadi lumayan buat temen hehe.
Pagi-pagi kita sudah berangkat karena makin siang makin panas. Jam setengah 7 kurang lebih. Tujuan pertama kita Fish Market Deira. Iya, itu pasar, lumayan nemenin ibu-ibu belanja. Setelah parkir (kata Pak Faisal, parkiran disini itu cepat sekali penuhnya, jadi untung kita berangkat pagi), kita masuk ke area pasarnya. Yang kita masuki area buah-buahan dulu. Rapi parah sih hehe, (pastinya) nggak kayak pasar Indonesia. Beli buah-buahan disini, karena buahnya memang besar-besar dan (kelihatannya) enak. Dan harganya rata-rata sama dengan di Indonesia, kecuali kurma.. lebih murah.
Oya, kita juga dibeliin air kelapa hehehe. Sama kayak di Indo, airnya diseruput langsung di kelapanya, terus dagingnya diparut dan dimakan. Enak.
Tumblr media
(pasar buah. itu sebelah kanan kios kurma)
Setelah di bagian buah, kita masuk ke pasar ikannya. Baunya astaghfirullah paraaaaahhh banget amis. Disini penuh banget banget banget, walaupun masih tetap rapi. Maksudnya, mejanya tertata, ikan-ikannya juga tertata, dan penjual-penjualnya punya seragam sama semua. Kalau menurut fotonya, seragam hari itu semacam biru terang gitu. Dan di belakang punggungnya ada namanya dan nama kiosnya. Tertib? Banget, hehe.
Tapi ya gimanalah, tetap saja baunya amis banget dan penuh. Karena masih agak pusing dengan baunya, aku berdiri diam dulu di sudut, belum mau masuk ke antara dagangan-dagangan itu. Tapi salahnya, aku nggak merhatiin ayah, bunda, adek, Pak Faisal, istrinya, dan si Adinda itu jalan kemana. Dan begitu aku gak merhatiin mereka jalan kemana, sudah deh, hilang. Nggak kelihatan lagi. Penuh banget di situ, dan begitu aku nyadar aku hilang/nyasar/ketinggalan, dan aku berusaha nyari.. nggak ketemu guys. Ntap, hilang di pasar ikan di negeri yang baru pertama kali aku kunjungi. Yaudah aku nunggu di ujung, berusaha biar kelihatan gitu kalau mereka nyariin aku. Eh malah ditawarin beli ikan sama penjual di dekatku (oya btw, penjual disini ganas-ganas banget lho, kita cuma ngelirik dikiiiiiiiiit aja dia peka banget dan nawarinnya abis-abisan jadi serem sendiri. makanya kalau kalian kesini, kalau nggak mau beli, gausah ngeliat-liat wkwk nanti diserbu).
Akhirnya setelah beberapa menit (iya, soalnya aku ngerasa aku udh lama gitu ilangnya) akhirnya mereka yang nemuin aku. Nggak diomelin sih, cuma ditanyain dari tadi kemana. Kujawab saja aku nunggu diujung, gasuka sama bau amisnya. Heheheheh.
Setelah mendapatkan kembali rombonganku, kita muter-muter sebentar diantara para penjual ikan. Kalau nggak salah bunda beli udang (iya, aku doyan banget udang balado). Oya, ikan-ikan dan hasil laut disini bagus-bagus dan seger semua. Jadi worth it lah ya..
Tumblr media
(suasana Fish Market Deira)
Setelah selesai, kita langsung pergi dari Fish Market. Oyaa, di sebelah Fish Market itu sudah laut lho, banyak kapal-kapal gitu. Tapi aku lupa detailnya.
Sambil menuju tempat selanjutnya, di mobil, Pak Faisal cerita banyak. Aku lupa apa saja, tapi kalau tidak salah, ada bahasan tentang toko emas di Deira. Namanya Dubai Gold Souk. Katanya ini toko emas bergengsi banget gitu. Tapi aku nggak begitu merhatiin sih karena nggak egitu ngerti masalah emas.
Akhirnya kita sampai di House of Sheikh Khalifa Al Maktoum! Tadinya aku gatau sih ini tempat apa, tapi ternyata ini rumah syekh yang boleh dilihat umum gitu. DESAINNYA BAGUS BANGET HAHAHAH. Kenyang aku foto-foto di sini. Mulai dari depannya, pintu masuk, bagian dalamnya, ruangan-ruangannya, dll.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
(beberapa dari foto-foto House of Sheikh Al Maktoum dan Juthoor Art Center)
Nah, keluar dari pintu Juthoor Art Center itu, juga laut (kayaknya). Dan banyak kapal-kapal yang biasa buat wisata gitu, ngelilingin laut. Bentuknya banyak, ada yang ruangannya sebagian di dalam air, ada yang decknya tinggi, dll. Dan disini aku juga nemu merpati.. lucu banget heheheh.
Tumblr media Tumblr media
Selanjutnya, tiba-tiba Pak Faisal ngajakin masuk ke salah satu toko yang ada di sepanjang jalan itu. Jalan kaki, dekat kok. Kita masuk ke tokonya, dan ternyata itu semacam toko rempah-rempah gitu. Bumbu, rempah, kacang, bahkan ada permen-permen atau cokelat yang bisa dibawa pulang buat oleh-oleh. Tokonya kecil tapi barang dagangannya penuh---walaupun tetap rapi, seperti biasa. Bunda dan istrinya Pak Faisal langsung sibuk beli ini-itu lagi. Aku, Adinda, dan adekku ngelihat-lihat. Tadinya kita nggak gitu selera, tapi tiba-tiba ngelihat sekotak tray yang isinya PISTACHIO!!!!! Parah, pistachio itu sohibku banget. Hehehe. Adekku dan Adinda juga ternyata cinta banget sama pistachio. Setelah histeris minta dibeliin 2 kantong, kita ditawarin ngambil kacangnya satu-dua aja gitu buat sample sama penjaganya. Seneng banget dong. Eh habis itu keterusan, jadi nyuri-nyuri ngambil lagi karena enak. Yang ini jangan ditiru ya, astaghfirullah wkwk.
Tumblr media
(tray kacang-kacangan)
Bunda juga beli banyak kantong permen dan cokelat buat oleh-oleh. Sayang ya, disini nggak Silverqueen. Silverqueen itu juga udah sahabatku banget, di rumah harus ada. Di Dubai adanya Cadbury, atau Rittersport. Rittersport enak (banget) juga sih, tapi mahal.. muehehe.
Setelah belanja (lagi), kita langsung caw lagi ke tempat selanjutnya! Kali ini kita ke daerah Jumeirah. Daerah Jumeirah ini penuh dengan rumah-rumah besar punya orang kaya-nya Dubai. Kayak perumahan yang super elite gitu :”v Kita sih ngeliat-liat aja, ngebayangin dalamnya kayak apa.. (btw ini kita cuma ngelewatin rumah-rumah itu aja, naik mobil). Nggak jauh dari situ, kita ke Burj Al Arab! Yang ini lhoo.
Tumblr media
Kita berhenti di pinggir pantai gitu, walaupun nggak jalan lebih jauh ke arah lautnya karena banyak bule.. hehe. Tapi pantainya bersih dan bagus sih. Jadi kita cuma foto ke arah Burj Al Arabnya aja. Sebenarnya ada foto yang lebih dekat ke Burj Al Arabnya lagi di tempat lain, tapi itu bentuknya boomerang jadi nggak bisa dipost disini. Burj Al Arab itu hotel di atas pantai artifisial (pantai bikinan gitu) di Juemirah Beach. Bagian dalamnya pasti keren banget tapi kita nggak masuk.. hehe.
Dari situ, kita ke daerah namanya Palm Deira. Ini juga pulau artifisial, dibikin dari berjuta-juta meter kubik  pasir. Keren banget karena selain pulau ini luas dan gede banget, bentuknya dibikin kayak pohon palm. Jadi bagian batangnya yang lurus itu dibuka untuk umum, tapi mulai dari dahan-dahan dan cabang-cabang ranting pohon palmnya, itu perumahan elite dan yang boleh masuk hanya yang tinggal disitu saja. Kita lurus terus sepanjang bagian batangnya, sampai mentok di ujung terluar. Nah, ujung terluarnya itu pastinya menghadap ke laut, jadi kita foto-foto disitu.. hehe.
Tumblr media
(pardon my cringey face)
Tumblr media
((katanya) Atlantis)
Dari situ, kita langsung menuju rumah.. hehe. Tapi karena jalannya jauh, jadi banyak mampir-mampir dulu. Di suatu jalan, waktu mobil lagi berhenti karena nungguin lampu merah, Pak Faisal tiba-tiba nyuruh kita turun dan masuk ke semacam toko jus buah gitu. Jus buah biasa sih, tapi di sebelah counternya itu mereka bikin ruangan kaca yang isinya buah-buahan dirakit jadi semacam tempat foto-foto, wkwkwk. Ada-ada aja sih idenya.
Tumblr media
(me and Adinda mirror-selfieing in between some fruits mess)
Yang lebih awkwardnya lagi, kita masuk dan foto-foto terus keluar lagi tanpa beli jus buahnya.. HAHAHA. Padahal pas masuk dan keluar itu harus lewat meja kasir dulu. Yaudahlahya, maafkan kami mbak/mz yang kerja disitu.
Nah karena itu sudah waktunya makan siang, jadi kita cari restoran. Adinda ngotot minta beli shawarma (semacam sandwich ala Arab gitu, mirip kebab) tapi setelah muter-muter nggak nemu juga yang jual shawarma.. akhirnya kita makan nasi mandi aja, pakai kambing dan ayam. Nama restorannya Tawassul. Tawassul sebenarnya (kalau gak salah) bahasa arab, artinya ya kira-kira makan bareng-bareng pakai nampan gede gitu. Porsi disini benar-benar banyak banget.. padahal kita pesan paket tawassul, yang nasinya penuh satu nampan dan makannya pakai semacam plastik gitu, bukan piring. Kita pesan dua nampan, dan banyak banget wkwk. Enaknya makan pakai plastik begini, nggak perlu repot-repot nyuci piring. Sampah dan semua sisa makanannya langsung dilempar ke plastik, plastiknya digulung, selesai deh urusan :) nggak belepotan karena sekalipun nasinya tumpah dari sendok/tangan waktu makan, kan jatuhnya juga ke plastik lagi, hehe.
Setelah kenyang, baru akhirnya kita benaran pulang ke apartemen dan istirahat. Capek benar ternyata hari ini, yang awalnya cuma ke pasar ikan ternyata jadi kemana-mana. Banyak tempat baru juga. Seru banget, alhamdulillah :)
-to be continued
0 notes
tedysanj · 8 years ago
Text
APAKAH PEMBERIAN TANDA BACA DALAM AL-QUR’AN ITU TERMASUK BID’AH?
Bismillahirrohmanirrohim
Sebelum kita bahas pertanyaan tersebut kita harus mengetahui dahulu apa arti dari Bid’ah. Bid’ah adalah segala sesuatu yang baru dalam hal ibadah atau agama. Maka pemberian tanda baca dalam Al-qur’an itu bukan bid’ah, melainkan MASHALIH MURSALAH. Apa itu MASHALIH MURSALAH?
Istilah di atas merupakan salah satu istilah ushul fiqih yang masyhur, yang tersusun dari dua kata ; mashalih (مَصَالِحٌ) dan mursalah (مُرْسَلَةٌ). Kata yang pertama adalah bentuk jamak dari ‘maslahah’ (مَصْلَحَةٌ) yang artinya manfaat/kemaslahatan. Sedangkan mursalah artinya yang diabaikan. Jadi mashalih mursalah secara bahasa artinya ialah kemaslahatan-kemaslahatan yang diabaikan.
Agar lebih jelas, kita harus tahu bahwa setiap kemaslahatan pasti tak lepas dari salah satu keadaan berikut :
• Maslahah Mu’tabarah (kemaslahatan yang diperhitungkan)
- Contohnya adalah Makanan atau minuman yang memabukkan dijatuhi hukuman Khamr, Yakni haram sekalipun bahan bakunya tidak haram. Misal : Khamr yang terbuat dari Gandum yang di Fermentasi, Gandum pada asalnya tidak haram, tapi karena sudah di fermentasi dan bersifat memabukkan, maka hukumnya menjadi haram.
• Maslahah Mulghaah (kemaslahatan yang dibatalkan)
- Adalah kemaslahatan yang dibatalkan oleh syariat, misalnya Judi. Dalam surah Al-Baqarah ayat 219 disebutkan bahwa Khamr dan Judi ada beberapa manfaatnya bagi manusia. Tapi Dosa keduanya lebih besar daripada manfaatnya, maka hukumnya haram.
• Maslahah Mursalah (kemaslahatan yang diabaikan)
- adalah maslahat-maslahat yang terabaikan (alias tidak ada dalil khusus yang menetapkan atau menolaknya) namun ia sesuai dengan tujuan-tujuan syariat. Atau dengan bahasa yang lebih sederhana, kita tahu bahwa sesungguhnya syari’at ditegakkan di atas azas mendatangkan manfaat dan menolak madharat. Karenanya, SEGALA SARANA YANG BISA MENDATANGKAN MANFAAT BAGI SEORANG MUSLIM ATAU MENOLAK MADHARAT DARINYA, BOLEH DIPAKAI SELAMA CARA TERSEBUT TIDAK BERTENTANGAN DENGAN SYARIAT.
Berikut adalah perbedaan antara MASHALIH MURSALAT dengan BID’AH :
- MASHALIH MURSALAT bisa bertambah dan berkurang atau bahkan ditinggalkan sesuai dengan kebutuhan, KARENA IA SEKEDAR SARANA & BUKAN TUJUAN HAKIKI, alias bukan ibadah yang berdiri sendiri. Sedangkan BID’AH Bersifat paten dan dipertahankan hingga tidak bertambah atau berkurang, karena ia merupakan tujuan hakiki alias IBADAH YANG BERDIRI SENDIRI DAN BUKAN SARANA.
- MASHALIH MURSALAT Selaras dengan misi syari’at (maqashidus syari’ah), sedangkan BID’AH Tidak selaras dengan misi syari’at, bahkan cenderung merusaknya.
Kemudian perlu diketahui pula bahwa mashalih mursalah terbagi menjadi tiga: DHARURIYYAH (bersifat darurat), HAAJIYYAH (diperlukan), dan TAHSINIYYAH (sekedar tambahan/pelengkap). 
Contoh yang DHARURIYYAH ialah pembukuan Al Qur’an dalam satu mushaf, sedangkan contoh yang HAAJIYYAH ialah membuat mihrab di masjid sebagai petunjuk arah kiblat; dan contoh yang TAHSINIYYAH seperti melakukan adzan awal sebelum adzan subuh.
Lalu Pemberian Tanda Baca dalam Al-Qur’an bagaimana?
Hal ini bukanlah BID’AH namun termasuk MASLAHAH MURSALAH DHARURIYYAH jika dilihat dari tiga sisi. 
- Pertama : Ia merupakan cara/wasilah agar orang tak keliru membaca ayat, tapi bukan tujuan hakiki dan ibadah yang berdiri sendiri. Karenanya cara tersebut bisa ditambah/diperlengkap sesuai kebutuhan, seperti tanda-tanda waqaf, saktah, isymam, dan semisalnya.
- Kedua : sebab-sebabnya belum ada di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena para sahabat semuanya fasih dalam berbahasa Arab, sehingga mereka tak perlu pakai titik dan harakat dalam membaca teks Arab, apalagi sebagian besar mereka masih mengandalkan kekuatan hafalan daripada tulis-menulis. Ketika banyak orang ‘ajam (non Arab) yang masuk Islam, otomatis mereka tak mampu membaca huruf Arab yang gundul tanpa titik dan harakat tadi. Maka diberilah tanda-tanda tertentu sebagai pedoman membaca. 
- Ketiga : tujuannya jelas untuk mempermudah membaca Al Qur’an.
MASLAHAH MURSALAH DHARURIYYAH ini juga termasuk pembukuan Al-Qur’an dalam satu Mushaf, Pembukuan hadits-hadits Nabi. Lebih-lebih dengan memperhatikan sifat maslahah mursalah yang disyaratkan : HARUS SESUAI DENGAN TUJUAN-TUJUAN SYARIAT, jelas sekali bagi kita bahwa meski kesemuanya ini tidak memiliki dalil khusus yang menetapkan maupun menolaknya, namun semuanya selaras dengan misi syariat yang antara lain bertujuan menjaga Agama.
Contoh lain dari maslahah mursalah yang sering dianggap bid’ah ialah penggunaan mikrofon dan karpet di masjid-masjid, berangkat haji dengan pesawat terbang, makan dengan sendok dan garpu, cara berpakaian, dan sebagainya. Mereka yang menganggapnya bid’ah hendak menyamakannya dengan tahlilan, shalawatan, peringatan 7 harian, 40 harian, 100 harian, dan bid’ah-bid’ah lainnya. Sehingga kita jadi serba susah kalau ingin membid’ahkan hal-hal semacam ini. Untuk itu bahaslah permasalahan ini dengan menerapkan kaidah pembeda antara bid’ah dengan maslahah mursalah.
LAJNAH DAIMAH LIL BUHUTS AL-ILMIAH WAL IFTA pernah ditanya : Sebagian ahli bid’ah berkata : “Bagaimana kalian bisa mengatakan bahwa semua bid’ah itu sesat ? (Kalau semuanya sesat) lantas apa yang dapat kalian katakan dengan pemberian sakl (harakat tanda baca) dan titik-titik dalam Al-Qur’an yang semuanya itu terjadi setelah masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ?” Bagaimana kita menjawab mereka ?
Dijawab :
Umat Islam diperintahkan untuk menjaga Al-Qur’an, baik dalam penulisan maupun tilawah, dan membacanya sesuai dengan cara yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan sungguh dahulu bahasa para sahabat radhiyallahu ‘anhum adalah bahasa Arab yang salimah (baik dan benar) karena sangat sedikit orang dari luar Arab di antara mereka. Perhatian mereka dengan tilawah (bacaan) seperti yang diturunkan sangat luar biasa. Yang demikian itu berlangsung terus sampai masa Al-Khulafa Ar-Rasyidin dan belum dikhawatirkan terjadi lahn (kesalahan) dalam membaca Al-Qur’an.
Pada masa itu tulisan masih asli tanpa titik dan harakat dan bukan suatu yang sulit bagi mereka untuk membacanya. Akan tetapi, ketika sampai pada kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan dan semakin banyak kaum muslimin dari luar Arab maka mulai dikhawatirkan terjadi lahn dalam membaca. Begitu terasa berat membaca dari mushaf tanpa titik dan sakl (harakat). Maka Abdul Malik bin Marwan memerintahkan untuk memberi titik pada Al-Qur’an dan mengharakatinya. Tampillah Hasan Basri dan Yahya bin Ya’mur rahimahumallahu yang termasuk orang-orang yang paling alim dan bertaqwa di antara tabi’in. Semua itu demi menjaga dan membentengi Al-Qur’an dari kecenderungan terjadinya perubahan, dan agar mudah dibaca, dipelajari, dan diajarkan sebagaimana yang telah tetap dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dengan demikian jelaslah bahwa semua titik dan sakl (harakat) Al-Qur’an –meskipun tidak ada pada masa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam- termasuk dalam keumuman perintah untuk menjaga, belajar, dan mengajarkan Al-Qur’an sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada ummatnya demi menyempurnakan penyampaian dan meratakan pensyariatan. Dan ini terus berlangsung sampai hari kiamat. Jadi, bukan termasuk bid’ah, karena bid’ah adalah apa-apa yang baru yang tidak ada dalil khusus maupun umum yang menunjukkan atasnya baik untuknya maupun untuk selainnya.
Dalam masalah ini sebagian ulama yang mengkaji tentang sunnah dan bi’dah mengistilahkan dengan maslahat mursalah bukan bid’ah, dan terkadang juga dinamakan bid’ah dari segi bahasa karena tidak ada contoh sebelumnya, tetapi bukan dari segi syari’at, karena ia masuk dalam keumuman dalil yang menunjukkan atas wajibnya menjaga Al-Qur’an dan menyempurnakan dalam hal membaca, mempelajari dan mengajarkannya.
Wabillahittaufiq.
Disusun oleh : Tedy Sanjaya
Dinukil dari : https://almanhaj.or.id/1759-apakah-pemberian-sakl-harakat-tanda-baca-dan-titik-dalam-al-quran-termasuk-bidah.html https://muslim.or.id/7355-ini-dalilnya-7-beda-bidah-dan-mashalih-mursalah.html
0 notes
nanananski · 8 years ago
Text
[Review] Jejak Rasa Nusantara: Membongkar sejarah selera Indonesia
Tumblr media
Karena sudah lama nggak nulis review buku, jadi kali ini saya review Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia. Sebuah buku sejarah tentang perjalanan kuliner dan/atau gastronomi di Indonesia karya Fadly Rahman. 
Sebenarnya, saya agak berat nulis review ini. Bukan karena malas, tapi berat karena ilmu dan kemampuan otak saya yang tak seberapa pintar ini, trus sok-sokan review buku. Buku sejarah lagi yang di-review dan buku ini pengembangan dari tesis (kalo bener yaaa…) sang penulis.  
Jadi bahasa dalam buku ini seperti bahasa tesis, ilmiah. Buat saya dengan kemampuan pas-pasan (millennial yang nggak pintar), agak susah mencerna. Harus baca berulang-ulang, karena bingung, dalam hati bilang: “ini maksudnya gimana sih?”. Hahaha. Tapi, nggak masalah sih, soalnya banyak informasi penting di dalamnya. 
Menurut saya, buku ini seperti membongkar sejarah makanan –yang tersaji di meja makan, meja warung juga boleh– yang disantap orang Indonesia setiap hari. Mulai dari cikal bakal benih, daerah surplus biji-bijian, penyebaran tanaman & hewan ternak, berbagai jenis makanan seluruh Nusantara, cara mengolah makanan, pengaruh makanan Eropa, kemunculan buku resep masakan. 
Jangan sedih, buku juga membahas soal penelitian gizi makanan, Kebun Raya Bogor sebagai pusat penelitian botani, informasi ekspor-impor produk Indonesia ke mancanegara atau sebaliknya, makna sebuah makanan bagi orang-orang kolonial dan rakyat jelata –saya banget nih rakyat jelata–, selera makan orang Belanda dan Nusantara, krisis pangan zaman Jepang sampai pemerintahan Soekarno, hingga pembahasan swasembada beras era Orde Baru.
Tumblr media
Setelah membaca buku ini, saya jadi tahu dari mana asal kecap. Jadi kecap itu berasal dari kedelai. Kabarnya, kedelai merupakan biji-bijian yang dibawa oleh orang Tiongkok yang bermigrasi ke Nusantara. Mereka juga memperkenalkan cara menanam dan mengolahnya. Alhasil mereka sakses mengolah tahu, tempe, tauco, dan kecap.
Mungkin mereka juga yang mengenalkan keripik tempe ke kita, mungkin loh ya.
Makanan yang ada saat ini di Indonesia –berdasarkan penulis– adalah hasil percampuran budaya Eropa (Portugis, Prancis, Belanda), Arab, India, dan Tiongkok. Ada sih makanan khas Indonesia, tetapi lambat laun beberapa makanan asli atau pendatang menyesuaikan diri, baik dari segi rasa, bahan, bentuk, dan cara memakannya. Sehingga membentuk selera yang disukai masyarakat Indonesia. Soal selera, penulis sedikit menjelaskan kenapa masakan Sumatera cenderung pedas, kuliner Jawa cenderung manis, atau makanan Sulawesi ekstrim/nggak lazim.
Dulu, orang Indonesia kalo makan cuman pakai daun pisang dan makan dengan tangan. Satu pincuk –wadah berbentuk kerucut dari daun pisang– untuk satu orang. Setelah kedatangan kolonial Belanda, masyarakat mulai kenal penggunaan piring, sendok, dan garpu. Kedatangan orang Arab, makan pun secara komunal. Jadi ada piring segede Optimus Prime diisi nasi dan lauk-pauk, makanan tersebut disajikan untuk beberapa orang. Mereka makan bersama-sama –dengan tangan– dalam satu tempat. Sebelumnya harus cuci tangan dulu, loh.
Ngomongin soal makanan, nggak lengkap kalo nggak nyinggung soal buku resep masakan. Tahu nggak, apa judul buku resep pertama di Hindia Belanda? Kokki Bitja atau Kitab Masak Masakan India, Jang Bahroe dan Semporna pada 1857 karya Nonna Cornelia. Nggak tahu siapa dan bagaimana sosok bu Cornelia ini. Sampai kini masih misterius dan mungkin hanya dia, penerbit, dan Tuhan yang tahu. Setelah itu bermunculan buku resep satu per satu. Para penulis membukukan resep Belanda, Indonesia, dan Tiongkok. Tapi ada juga yang membagi antara resep pribumi dan Belanda. Resep masakan saja ada diskriminasi, sis.
Nah, buku resep masakan nasional pertama –setelah Indonesia merdeka– adalah Mustika Rasa pada 8 Februari 1967. Ini merupakan buku resep gagasan Presiden Soekarno yang bertujuan mempererat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Soekarno ingin menonjolkan ke-bhinekaan-an Indonesia dan pembentukan citra diri melalui makanan. Proses pengumpulan buku memakan waktu tujuh tahun. 
Tumblr media
Ironi. Peluncuran Mustika Rasa bertepatan dengan mundurnya Soekarno sebagai presiden. Nggak tepat banget sih. Soekarno menyerahkan kekuasaannya kepada Soeharto pada 20 Februari. Jadi buku resep nasional pertama warisan Soekarno terbit pada akhir kepemimpinannya. Fyi, buku kembali diterbitkan oleh Komunitas Bambu. Siapkan Rp 400 ribu buat beli buku setebal 1.123 halaman. Berat? Memang. Karena pengumpulan resepnya juga berat, panitia pusat mengirimkan surat ke petugas daerah seluruh Nusantara, nanti mereka mencatat makanan khas dan resepnya ke ibu-ibu yang ahli masak. Setelah itu baru dikirim balik ke pusat. Nggak heran kan, kalo prosesnya butuh waktu tujuh tahun dan jumlah halamannya melebihi buku diktat Psikologi Perkembangan-nya Elizabeth B. Hurlock!
Kalo mau membaca buku sejarah nggak tebal, mengulas sepak terjang buku resep, kekayaan boga, seluk-beluk makanan Indonesia baca saja Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia. Inget, ini bukan endorsed, cuma review pada umumnya. Harganya sih, nggak semahal Mustika Rasa. Apalagi kalo beli online atau bentuk digital, kemungkinan besar lebih murah. 
Udah lah beli saja. Mosok setiap hari makan makanan Indonesia, tapi nggak tahu bagaimana sejarah di balik itu? 
Detail:
Judul: Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia Karya: Fadly Rahman Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Halaman: 428 Harga: Rp 125 ribu 
1 note · View note
radad · 3 years ago
Text
Bahasa Arab Semua Benda Dalam Rumah
Bahasa Arab Semua Benda Dalam Rumah
RADAD.ORG – Bahasa Arab Semua Benda Dalam Rumah Jika anda sedang mencari di Google tentang mufrodat bahasa Arab tentang rumah, maka anda sudah berada pada postingan yang tepat. Sebab pada artikel ini, kami akan membagikan secara lengkap tentang kosakata bahasa Arab berkaitan dengan rumah dan segala sesuatu yang berkaitan dengan rumah. Tapi sebelum membahas tentang kosakata nama-nama benda yang…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
sweetdandere · 8 years ago
Text
Alohaaa~
  Akhirnya setelah mengalami hari panjang bisa meluangkan sedikit waktu buat blog yang baru seumur jagung ini. Berusaha buat keep resolution sih dia awal Januari ini, “Gak malas nulis diblog lagi”. Jangan sampe kayak blog sebelah yang jarang diisi, walaupun aku juga tau kalau blog itu khusus untuk fanfiksi-fanfiksi tapi udah jalan hampir lima tahun juga lah.. Wow daebak!!
Nah, karena kemaren sempat bilang pengen ngeshare tentang pengalaman jalan-jalan di KL sekaligus belajar juga sih sebenernya..seenggaknya ada sedikit pengalaman perjalanan yang mau kubagi buat para pembaca semua.
Dimulai dari hari pertama, tepatnya pas tanggal 9 Januari subuh-subuh aku mulai berangkat dari rumah diantar oleh orang tua tersayang. Dan aku gak tidur sama sekali karena excited ikut study tour dari kampus ke KL, sampai di bandara langsung kumpul sama rombongan lalu check-in dan akhirnya terbang menuju Kuala Lumpur-Malaysia.
Memang buka pengalaman pertama pergi keluar negeri, tapi buat ke Kuala Lumpur sendiri, ini yang pertama kalinya buatku. Jadi ngerasa excited pengen tahu apa bedanya bandara di Kuala Lumpur-Malaysia sama di Penang-Malaysia (maafkan keinginan ku yang absurd ini “-_-).
Kami tiba di bandara Kuala Lumpur jam setengah 9 pagi. Dan lumayan amaze liat suasana bandara Kuala Lumpur yang aku bandingin sih lebih besar dari bandara di Penang. Cuaca di di KL saat itu panas banget, berasa sumpek apalagi pakai baju di dobel sama almamater kampus .. yah tahu sendiri lah cuaca panas di Indonesia aja suka bikin mewek nah ini lebih panas lagi di KL.
Yang paling nyenenginnya, ketika mau ngambil bagasi… disambut sama LMH oppa~<3
Haduh..manisnya senyum mu itu mas~ 
  Okay~ sebelum tergoda lebih jauh dengan mas LMH.. Setelah siap berbagai urusan di Bandara KL-Malaysia. Rombongan study tour kamipun, ngelanjutin perjalanan ke UPM (Universitas Putera Malaysia) Salah satu Universitas paling bergengsi di Malaysia. Cuma, sebelum kesana, kami singgah untuk makan di “Dengkil” .
Di Dengkil ini, seperti semacam tempat perhentian buat bus-bus pariwisata. Konsep tempat makannya gak seperti yang ada di perhentian bus di Indonesia atau di kota Medan. Di Dengkil ini, kalau aku bilang sih konsepnya mirip foodcourt. Tersedia banyak pilihan tempat makan dan minum. Nah, sebagai pendatang dari negeri orang, aku coba makanan khasnya yaitu Nasi Kandar. Kalau soal rasa, aku paling suka kuah gulainya dipadu dengan lezatnya ayam tandoori.. (untuk foto tidak ada karena udah habis aku makan duluan sebelum difoto :D) .
  Perut kenyang, hatipun senang, dan mulai bertenaga kembali. Jadi perjalanan pun kita lanjutkan ke UPM.
Bus rombongan study tour kami, langsung menuju fakultas yang kami tuju. Yaitu “Fakulti Bahasa Moden Dan Komunikasi” berhubung memang kami rombongan mahasiswa Ilmu Komunikasi, jadi inilah yang kami tuju untuk study tour kami.
Bangunan kampusnya luas dan asri, begitu sampai disana suasana tenang terasa ketika berada di kampus ini gak tau emang seperti ini biasanya suasana kampus ini atau ketika kami datang para mahasiswa sedang libur kuliah. Dalam dari fakultas komunikasi UPM ini, juga luas banget, begitu masuk dan naik ke atas ke ruang auditorium aku berasa lagi ada disekolah-sekolah khas Thailand gitu. Ada suasana berbeda aja begitu masuk kedalam kampus UPM ini .
Kami disambut oleh pihak UPM, dan melakukan berbagai tukar informasi antara kampus kami dengan UPM, juga melakukan sesi tanya-jawab antar pihak rombongan kampus kami dan kampus UPM . Setelah selesai, ada snack buat mengisi kelaparan sejenak sebelum melanjutkan tour kami melihat-lihat bagaimana kampus UPM ini.
  Beginilah wujud penampakan luar kampus UPM, aku sih masih berasa aja ada  scene dari film Thailand. Cuma, panas tetap aja bikin sumpek, karena enjoy ngeliat bangunan-bangunan dari kampus UPM ini aku jadi lupa gimana panas waktu sore itu.
Mulai lah kami diajak berkeliling  ke radio milik UPM ini, semacam radio kampus, UPM juga punya radionya sendiri yaitu “Putra FM”, jadi tahu gimana bentuk stasiun radio kampus. Karena aku sendiri belum pernah masuk ke radio kampus, padahal kampus ku juga punya sebenarnya cuma aku aja yang malas berkunjung (mahasiswa apa ini )
    Selesai tahu gimana, dalamnya stasiun radio kampus UPM, kami juga diajak ngelihat-lihat Museum Seninya UPM. Ini dia bagian yag paling aku suka, berkunjung ke museum. Karena aku suka mengetahui gimana sejarah budaya orang lain. Mumpung berkunjung ke Malaysia ga lengkap juga rasanya ga tahu gimana sejarah negaranya meskipun cuma Seni.
Dibikin “Wisata Seni” karena museum di UPM ini cuma menyediakan barang-barang sejarah seni dari Malaysia.
Museum UPM ini terletak agak jauh dari gedung fakultas Komunikasi, dan berada didalam “Sanggar Bahasa Dan Komunikasi” .
Ada sebuah pendopo besar sebelum menuju kedalam Museum, lalu didepan museum juga ada beberapa keterangan tentag benda-benda apa saja yang ada didalam museum.
Welcome to “Muzium Warisan Melayu”
Berbagai keterangan tentang sejarah Busana dan Tekstil Melayu dapat kita lihat disini. Darisini kita bisa tahu asal mula Tekstil dan Busana Melayu.
Suka banget liat baju wanita Melayu, anggun-anggun gimana gitu.. hehe :D
Ini adalah tekstil khas Melayu yang tadi udah ada penjelasannya . Warna kain dan coraknya cantik-cantik dan unik. Paling suka liat motif kecil-kecil di kain. Selain baju dan kain, disini juga diperlihatkan gimana busana adat untuk anak-anak.
  Selain ada pakaian adat khas Malaysia, disini juga ada kain-kain dan beberapa hiasan  seperti bantal, kipas, dll. Selesai ngeliat bagian busana, aku mulai masuk ke bagian selanjutnya di bagian literatur, cuma sayang aku ga ada ngambil gambarnya ketika disana.
Tumblr media
  Ini  adalah salah satu patung peraga dari seorang yang sedang membuat manuskrip atau literatur dalam tulisan arab, cuma gambar peraga ini yang sempat aku ambil karena terlalu sibuk dengan hal lain.. hehe :D ..Selanjutnya ada kumpulan senjata-senjata khas Malaysia, seperti keris, lela rentaka, dll.
                                  Nah selain ada senjata-senjata, di museum ini juga menghadirkan sejarah dan patung peraga untuk memperlihatkan pada pengunjung bagaimana senjata-senjata itu dipakai.
Si mbak tour guide museum pun memperlihatkan gimana cara kita tahu kalau ada keris yang asli atau enggak, dan si mbak ngelakuin semacam atraksi kecil-kecilan dengan ngecoba ngedirikan keris secara vertikal.
  Beralih dari senjata, bagi para penyuka piring motif-motif atau corak pasti suka banget ke bagian museum ini. Karena dibagian ini aku mau nunjukin peralatan sehari-hari dari rumah tangga orang-orang Malaysia jaman dulu. Disini ada bermacam piring dengan motif yang indah, lalu ada sendok-sendok. Favoritku ngeliat sendok-sendok teh sama piring dengan motif bunga-bunga.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Ada lagi yang narik perhatian ku, sebuah kotak lumayan besar, mirip peti harta karunnya bajak laut, tapi warna-warni.
Tumblr media
  Bicara soal bajak laut dan petinya, gak boleh lepas dari yang namanya PETA! Bukan peta punya si Dora Explorer ya, tapi ini ada peta-peta yang menggambarkan Malaysia di dunia.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Terkagum dan suka banget ngeliat peta-peta ini, apalagi aku penggemar peta dunia model oldschool gini.
  Tour dalam museum pun selesai, lumayan banyak tahu tentang budaya dan sejarah Malaysia setelah berkunjung ke museum di UPM, meskipun kurang ngeliat banyak benda bersejarah lainnya, tapi puas banget bisa ngunjungi museum yang ada di Malaysia. Karena selain jalan-jalan tujuan ku buat jalan-jalan memang buat ngunjungi museum yang ada di negara / kota yang sedang kukunjungi .
Tumblr media Tumblr media
Pemandangan sore hari dikampus UPM yang asri bikin aku gak berhenti ngambil gambar gimana suasana kampus UPM yang dipenuhi pepohonan, sepi, dan jalanan bebas dari sampah. Belum lagi cuaca sore hari udah gak seterik ketika siang, jadi mau ngambil gambar pemandangan sekitar juga seneng aja.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
  Hari pun mulai gelap ketika kami beralih dari kampus UPM menuju ibukota Malaysia, Kuala Lumpur. Bus kami singgah di tempat makan bernama “Restoran Nasi Padang” di Kampung Baru-Malaysia, hahaha.. jauh-jauh dari Medan ke Kuala Lumpur ending makannya di “Rumah Makan Padang” juga :D . Ya tapi karena perut juga lapar, dan banyak anggota rombongan study tour yang lidahnya belum bisa menyesuaikan dengan masakan Malaysia.. kami kembali ke masakan Indonesia sebentar.
Tumblr media
Malam di Malaysia terasa agak lambat, gak segelap ketika berada di Indonesia padahal waktu juga udah menunjukkan hampir jam sembilan malam.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
  Ketika berada di bus juga, kalau ada pemandangan menarik seperti angkutan umum di Malaysia ini aku bakal ambil gambar. Ini adalah bus rapidKL, mirip dengan transjakarta atau mebidang. Kalau naik rapidKL lebih terjangkau daripada taksi, asal kita tahu rute dan halte mana yang mau kita tuju dan jangan lupa tahu kemana bus rapidKL yang kita mau naiki ke tujuan kita. Perjalanan untuk hari pertama pun berakhir, kami check-in hotel di daerah Bukit Bintang. YY38 tempat kami menginap selama di KL, hotelnya bagus dan bersih, bagi yang hanya membutuhkan tempat untuk sekedar beristirahat setelah seharian berkeliling Malaysia. Hotel ini bisa jadi salah satu tempat menginap. Lokasi hotel kami juga lumayan strategis, karena dekat dengan mini market dan tempat makan halal.
Tumblr media
Belum selesai sampai di sini masih banyak yang mau kushare tentang perjalanan study tour kami di Kuala Lumpur-Malaysia. Tapi disambung lain kali dulu, soalnya drama Om Goblin udah nunggu buat di tonton. Bye..Bye! :)
  Regards, KimsKimi.
    KL Trip Experience-Day 1 Alohaaa~ Akhirnya setelah mengalami hari panjang bisa meluangkan sedikit waktu buat blog yang baru seumur jagung ini.
0 notes
keiziasheila-blog · 8 years ago
Text
Rumah Makan Padang
Di suatu sore menjelang senja. Seorang gadis baru saja teringat bahwa besok di hari ujiannya dia harus pakai baju putih dan rok hitam. Dia beranjak dari leyeh-leyeh menuju lemari dan menemukan baju putihnya seperti meragukan untuk dipakai besok. Bukan. Bukan karena dia gendutan dan bajunya kekecilan. Tetapi karena model baju lebih mirip baju jalan jalan daripada baju ujian. Walaupun sebenarnya bisa saja dipakai, tetapi paranoidnya pun kumat. Lengan 3 per 4, warna putih beras, dan mode nya juga lebay untuk dikategorikan baju formal. Sehingga akhirnya gadis bloon nan malang itu harus pergi mencari baju putih. Singkat cerita ia mendapatkan di toko yang berjarak beberapa ratus meter dari pajak pringgan. -.-
Pulang lah ia dengan tenang, namun diperjalanan menuju kosan cacing perut sudah menabuhkan genderang perang minta diisi.
Hari ini si gadis berniat berhemat, dan pilihan jatuh pada Rumah Makan Padang.
Baiklah. Back to nature eh normal.
Bagi para anak kosan sekitaran padang bulan (daerah ini ga ada kaitannya sama padang di sumbar dan ga deket juga sama bulan meskipun supir angkot trayek padang bulan selalu nge tem dan tereak : bulan dek, bulan bulan) dan dr. mansyur pasti kenal dengan rumah makan padang yang bernama Rumah Makan Ayam Tiram. Dibawahnya ada bacaan : spesifik masakan padang.
Aku masuk sendirian dengan pede nya. “Uda, makan sini ya pake ayam tiram.” Lalu aku duduk nunggu pesanan. “Makan sini dek?” “Kan dah ku bilang uda, makan sini -.-”
Ya, aku termasuk cewek ga tau malu (ralat : cewe pemberani) untuk makan di rumah makan padang, sendirian. Rumah makan itu lumayan sepi. Hanya ada dua abang india ( hipotesa sementara) dan satu abang-abang yang kayak nya alirannya punk rock (bukan, maksudnya beraliran salafy)
Aku duduk liat-liat dan memperhatikan sekitar. Si kakak menghidangkan makanan. “Ini ayam tiram nya dek” Oke, bagi kamu yang penasaran apa itu ayam tiram sesungguhnya aku juga ga tau kenapa ayam yang jadi maskot rumah makan ini di sebut ayam tiram. Hipotesa ku : Mungkin ini ayam goreng biasa yang di siram pake saus tiram. Tapi kalau dari appearance nya biar ku jelaskan : Rasanya kayak ayam goreng tapi berkuah dengan tekstur kuah menyerupai kecap dan berasa asem dan pedas secara bersamaan.
Yaudahlah gausah dipikirin kali, yang penting halal lagi niqmat.
Aku mulai makan dengan mencuci tangan dengan mangkuk (you know mangkuk rm. Padang yang biasa warna ijo orens dll untuk cuci tangan lah ya) berisi air. Dengan perasan jeruk nipis yang kalau orang bule liat bakal diminum dikirain infused water. Pertama aku udah mau menyingsingkan lengan baju dan mulai makan pake tangan tapi aku sadar ada dua lelaki di depanku yang mungkin bakal ga selera makan liat cewe makan pake tangan. Padahal kalau dirumah aku bakal bersila di lantai dan makan dengan tangan telanjang (apasih).
Aku urungkan niat dan beralih makan pakai sendok. Sebelum makan ada baiknya kita berdoa. Ketika aku berdoa dengan khidmat aku mendengar abang2 india di depanku kayak ikutan baca doa juga. Pake bahasa arab. Eh ternyata mereka lagi ngobrol untung belum ku aminkan.
Aku selesai berdoa dan makan. Aku masih penasaran dengan abang2 india berbahasa arab itu. Tiba tiba si kakak nyamperin tuh abang abang dan memberi ayam pesanan mereka.
Kakak itu nimbrung : “Enak masakan padang dek?” “Enak kak” (dengan dialek terbata-bata. “Enakan masakan di sini apa di somalia?”
Gubrak!
Jauh amat lu pade nuntut ilmu ke medan dari Somalia sono.
“Enak somalia kak.” “Ooohh iya ya?” Mereka mengangguk.
Yaiyalah kak enakan di negaranya. Coba kalau kakak ditanya pertanyaan yang sama:
“Enakan masakan sini apa masakan padang dek” (kata ibu yang jualan makanan di somalia) Terus kakak itu jawab : “Sama aja kok buk” Ternyata tuh ibu buka rumah makan padang cabang somalia -.- buset daah jauh amat merantaunya bundoo..
Plak (skenario tadi hanya khayalan dont feel offended ya urang awak)
Lanjut makan.
Setelah melalang buana dengan khayalan gila tadi, aku mulai fokus dengan makananku.
Sambil makan aku teringat dengan salah satu rumah makan padang favorit di Pekanbaru sebut saja rumah makan Pak Nurdin (tanpa embel2 ajo ataupun uda). Dan sembari membandingkan tingkat rasa pedas antara RMAT dengan RMPN. Menurut hipotesis sotoy ku tentang rumah makan padang: Semakin jauh rumah makan padang dari sumatera barat, maka akan semakin berkurang tingkat pedasnya.
Entah benar entah tidak. Tapi memang lebih pedes rm. Padang di Pekanbaru dibanding di Medan. Mungkin kalau di Jakarta atau di Bandung atau bahkan di Papua sana rasanya akan makin ga pedes (gatau juga ding) -.-. Pernah makan di salah satu rumah makan di padang waktu liburan tentunya ga ada embel2 rumah makan padang. Ya rumah makan aja. Ga ada padangnya ya wong udah di Padang (nah lo setres deh lu bacanya). Sama kayak ga ada Lontong medan di medan, ga ada mie aceh di aceh dan ga ada pempek palembang di palembang. Di Padang ga ada juga sate padang ya sate aja. Kalau di Medan kan sate macam macam ya kayak sate padang Jo Andah, sate padang afrizal amir yang kayaknya saudaraan sama sate padang agustiar amir dan ada sate padang ajo ajo lainnya. Dan memang di Padang rasa makanannya pedes gilaaa.. kalah rasa cabe gunung tanah karo.
Balik lagi ke Rumah Makan Pak Nurdin Pekanbaru. Kenapa aku bilang makan disini favorit banget, karena konsistensi rasa yang gapernah berubah. Dan tentunya pedesnya masih rada mirip sama Rumah makan Padang yang di Padang -.-. Saking konsisten dengan rasa pedas, Pak Nurdin pernah menggantikan cabe merah dengan cabe hijau ketika harga cabe merah lagi ga bersahabat. Karena kalau pakai cabe merah bakal harus dibanyakin tomatnya kalau engga ya bakal naek harganya.
Aku sering pesan di Pak Nurdin via delivery ketika mamak gardam (maksudku mamakku) lagi ga masak. Berikut percakapan aku dengan Uda ketika harga cabe mahal.
“Halo, Uda ini yang di Panam, pesan ayam lado ciek, ayam goreng ciek yo uda.” (Mendadak minang kalau di Pekanbaru. Belajar les bahasa minang privat sama si adek yang udah kayak putra daerah kelahiran ranah minang-.-) “Ndeh, ayam lado ndak ada lado merah, mahal cabai merah kini diak. Ayam lado hijau mau?” “Sabanta uda, ditanya dulu.”
Dan kemudian aku kembali memakai logat medan sama mamakku. “Maaaakk ooh maekk.. ga ada cabe merah kata uda adanya cabe ijo mak. Mau mak?” Aku jejeritan karena mamak lagi angkat kain. Mamak menyembul dari balik kain seprei dan menjawab. “Kuat kali suaramu inang, macam dibalik balik gunung kita. Yaudah mintakkan cabe ijo nya banyak ya nakku.”
Kadang aku capek bilingual gini. Terus aku jawab lagi telefon di ujung sana. “Bang, eh Uda. Iyolah pesan ayam lado hijau ciek . Ayam goreng ciek. Copek ya uda.” “Ditunggu~”
Begitulah kira-kira. Kesimpulannya memang begitulah adanya perbedaan rasa rumah makan padang pada taraf pedasnya.
Aku kembali lahap dengan makananku. Tapi potongan ayam terakhir tak bisa berkompromi dengan sendok. Dan aku keluarkan jurus anak batak kalau makan. Ku tarik tarik daging ayam yang tersisa ditulang dengan bantuan kerjasama yang kompak antara tangan dengan gigi. Sialnya ada daging nyelip. Bah. Ga bisa dihilangkan sama mandi (teh manis dingin). Gawat ini kalau ayamnya ga bisa keluar. Aku liat ga ada pula kan tusuk gigi. Yaudahlah stay cool ajalah aku.
Setelah kenyang aku bangkit dengan perasaan riang gembira ketika lihat ada tusuk gigi di meja sebelah. Jadilah aku pake dongkrak itu untuk mengusir ayam yang nangkring sembarangan. Setelah itu tusuk gigi itu ku gigit macam supir angkot lah ceritanya. Aku buka dompet udah bukan dengan gaya feminim tapi gaya abang abang di lapo tuak. Tapi tetap dengan logat di minang minang kan manatau dapat potongan “harago awak sama awak” dan aku yakin uda itu ga percaya ada gadih minang se menggelikan aku.
“Bara sadonyo uda?” “Sembilah baleh yibu.” Jawabnya.
Tuhkan dia ga percaya. -.- Bahahhaa. Yaudah kutinggalkan rumah makan padang itu dengan riang gembira Kayak kata upin ipin perut kenyang hati pun senang.
Ayo kita hunting rumah makan padang yang lain di waktu yang lain juga.
0 notes
hafidzramadhann · 8 years ago
Text
Mengenal Blusukan Umar Bin Khattab
Kisah Islami – Blusukan Umar Bin Khattab   KATA “blusukan” menjadi kata baru dalam kosa kata bahasa Indonesia saat ini. Kata ini dikenal saat Presiden Joko Widodo atau Jokowi masih menjadi Gubernur DKI Jakarta.  Sejak saat itu pula kata blusukan semakin menasional. Blusukan adalah istilah Bahasa Jawa, yang sejatinya adalah keluar-masuk kampung.
Namun sayang meski dilandasi niat tulus tetapi di negeri ini blusukan masih dianggap sebagai bagian dari pencitraan. Sebagian pihak menilai blusukan hanyalah cara untuk menaikkan pamor. Publik masih belum begitu yakin jika turun langsung ke masyarakat, melihat kondisi pasar, berdialog dengan petani dan nelayan adalah cara ampuh untuk menyelesaikan persoalan yang kian menggunung.
kisah ini di ambil dari hidayatullah.com Suatu masa tanah Arab pernah mengalami paceklik yang amat memprihatinkan. Hujan lama tak turun. Lahan menjadi tandus. Tanaman warga tak bisa dipanen karena kering kerontang. Jumlah hewan ternak yang mati juga sudah tak dapat dihitung. Keputusasaan mendera hampir di seluruh masyarakat. Khalifah Umar Bin Khattab mengeluarkan kebijakan agar setiap hari dilakukan pemotongan unta agar dagingnya bisa dinikmati oleh warga. Sedangkan ia memilih untuk berpuasa dari makanan enak.
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi oleh masyarakatnya, Umar melakukan blusukan  tak segan masuk keluar kampung. Pada suatu malam Umar yang ditemani Aslam mengunjungi sebuah perkampungan terpencil yang terletak di tengah gurun sepi. Saat memasuki daerah tersebut mereka terkejut saat mendengar isak tangis dari sebuah gubuk tua. Mereka pun bergegas mendekati gubuk tersebut untuk memastikan suara apakah itu.
Setelah mendekat, Khalifah melihat seorang perempuan tua sedang memasak. Asap mengepul dari panci yang ia aduk. Sementara di sampingnya tampak seorang anak perempuan yang masih saja menangis. Karena penasaran Umar pun meminta izin untuk masuk.
“Assalamu’alaikum,” Umar memberi salam.
Mendengar salam tersebut, si Ibu hanya sekedar menoleh dan kembali melanjutkan aktifitasnya.
“Siapa yang tengah menangis, apakah dia sakit?” tanya Umar.
“Anakku. Dia tidak sedang sakit. Ia hanya sedang kelaparan” jawab perempuan tanpa menoleh ke arah Umar.
Khalifah Umar dan Aslam terperanjat. Mereka terdiam. Hingga akhirnya keduanya memilih untuk tetap berada di rumah tersebut. Umar dan Aslam duduk hingga satu jam lamanya. Sepanjang itu pula si perempuan tua masih saja mengaduk panci dengan sendok panjangnya. Dan sepanjang itu pula si anak perempuan terus menangis.
“Apa yang sedang engkau masak, wahai Ibu? Kenapa masakanmu tidak kunjung matang?” tanya Khalifah Umar penasaran.
“Ayo kemari, coba engkau lihat sendiri” Kata perempuan tua tersebut sambil menoleh ke arah Umar dan Aslam.
Umar dan Aslam segera mendekat ke arah panci dan melihat ke dalamnya. Namun alangkah terkejutnya Umar saat melihat isi panci tersebut.
“Engkau merebus batu?” tanya Umar tidak percaya.
Perempuan itu hanya menganggukkan kepala.
“Aku melakukan ini agar anak-anakku terhibur. Agar mereka mengira aku sedang memasak. Sebagai seorang janda miskin apa yang bisa aku lakukan. Meminta anak-anakku berpuasa dan berharap seseorang mengantarkan makanan untuk berbuka. Tapi hingga magrib tiba tak seorang pun yang datang. Anakku tertidur karena mereka kelelahan setelah seharian menangis”
Umar tertegun. Tak ada kalimat yang bisa diucapkan. Umar merasa bersalah karena masih ada rakyatnya yang menangis karena kelaparan.
“Seperti inilah yang telah dilakukan Khalifah Umar kepadaku. Dia membiarkan kami kelaparan. Ia tidak mau melihat ke bawah, memastikan kebutuhan rakyatnya sudah terpenuhi atau belum”
Ibu itu diam sejenak. “Umar bin Khattab bukanlah pemimpin yang baik. Ia tidak mampu menjamin kebutuhan rakyatnya.”
Mendengar penuturan si Ibu, Aslam ingin menegur namun dihalangi oleh Umar. Khalifah segera bangkit dan meminta izin kepada si Ibu. Dengan air mata berlinang ia mengajak Aslam untuk segera kembali ke Madinah. Tanpa beristirahat, Umar segera mengambil gandum lalu memilkulnya sendiri.
“Wahai Amirul Mukminin, biarlah saya saja yang memikul karung tersebut” pinta Aslam yang tak tega melihat Amirul Mukminin yang tampak kelelahan.
Mendengar permintaan tersebut Umar bukannya senang melainkan marah. Mukanya merah padam. Umar menjawab, “Wahai Aslam, apakah engkau mau menjerumuskan aku ke dalam api neraka. Apakah engkau kira setelah menggantikan aku memikul karung ini maka engkau akan memikul beban ku nanti di akhirat kelak? “
Aslam tertunduk. Ia hanya bisa berdiri mematung ketika melihat Khalifah Umar bin Khattab berjuang keras memikul karung gandum tersebut untuk diserahkan langsung kepada perempuan itu.
Itulah salah satu kisah masyur yang memperlihatkan bagaimana Umar begitu bertanggung jawab menjadi seorang pemimpin. Ia bahkan menangis ketika melihat rakyatnya kelaparan. Apa yang dilakukan Umar sepatutnya menjadi teladan bagi siapa saja yang diamanahi tampuk kepemimpinan. Lewat kisah di atas Umar juga secara tak langsung juga mengajarkan bagaimana cara melakukan blusukan yang benar.
Blusukan Umar Sunyi Senyap
Jika merujuk dari cerita di atas maka jelaslah jika Khalifah Umar memilih malam hari sebagai waktu untuk blusukan. Bukan pada siang hari saat mentari terang menderang. Bahkan sejarah juga mencatat jika Khalifah Umar hampir setiap malam melakukan blusukan.
Kenapa pola seperti ini yang dilakukan oleh Umar?
Alasannya sederhana saja. Khalifah Umar tau jika blusukan itu memiliki misi mulia. Sehingga untuk melakukannya harus dikerjakan secara sembunyi sembunyi, bukan terbuka. Khalifah Umar menerobos gelapnya malam untuk menyibak fakta yang mungkin masih tersembunyi. Memastikan apakah pejabat di dalam pemerintahannya sudah bekerja dengan baik. Beliau ingin blusukan dilakukan tanpa rekayasa.
Blusukan yang dilakukan Khalifah Umar jelas bukan untuk mendapatkan lambaian tangan rakyat, ataupun pelukan dan hura-hura. Sebab yang dibutuhkan Khalifah Umar hanyalah informasi tentang masalah yang masih belum dapat diselesaikan selama kepemimpinannya. Sebab ia tau, amanah ini akan dipertanggungjawabkan di depan Mahkamah Tuhan.
Cara blusukan dalam sunyi senyap sebenarnya juga bisa dilakukan oleh siapapun di level apapun. Tidak harus Presiden, Menteri, Gubernur atau Bupati Walikota. Camat dan Lurah/ Keuchikpun sebenarnya bisa meniru pola seperti ini. Menemukan masalah dan segera menyelesaikannya. Blusukan pada malam hari yang dilakukan Umar Bin Khattab mengisyaratkan jika blusukan tidak selamanya membutuhkan sorotan kamera apalagi set lighting yang menyilaukan mata.
Langsung Kerja Tak Perlu Banyak Gaya
Saat menemukan fakta yang mengejutkan Umar segera kembali ke Madinah. Ini adalah bukti jika Umar tak banyak gaya dan rethorika. Yang dilakukan Umar adalah kerja, kerja, kerja. Memanggul gandum adalah bentuk dari rasa tanggung jawab. Sebagai pemimpin tak perlu sungkan untuk melakukan suatu kebaikan dengan tangannya sendiri. Tak perlu ajudan, tak perlu pengawal kalau hanya sekedar ingin melakukan kebaikan. Lakukan sebuah pekerjaan dengan tangan sendiri. Mungkin itu pula yang ingin Umar Bin Khattab sampaikan kepada pemimpin setelahnya.
Lalu jika ada seorag menteri blusukan hingga harus memanjat pagar, apakah itu salah? Tentu saja tidak justru itulah tugas dia. Akan menjadi salah jika semua hanya sebatas gaya, apalagi dilakukan di depan massa dengan membawa bantuan kamera.
Tetapi jika setelah investigasi tersebut lalu pak menteri mengeluarkan kebijakan yang berkualitas, panjat pagar tersebut bukanlah bagian dari pencitraan. Sebaliknya jika usai investigasi lalu tidak ada yang berubah maka pak menteri hanya sedang bersandiwara.
Kehidupan Pemimpin Harus Lebih “Susah” Dari Rakyatnya
Dalam sejarah, Umar Bin Khattab adalah pemimpin yang hidupnya sederhana. Amat sederhana malah untuk seorang Khalifah. Saat tanah Arab menghadapi masa paceklik, Umar pernah memantangkan dirinya untuk makan daging, minyak samin, dan susu. Sebab ia khawatir jika makanan yang ia makan hanya akan mengurangi jatah makanan rakyatnya. Solusinya ia hanya menyantap roti dengan celupan minyak zaitun hingga membuat perutnya panas. Makanan yang ia makan bukannya membuat perut Khalifah menjadi kenyang melainkan sebaliknya.
“Berkeronconglah sesukamu, dan kau akan tetap menjumpai minyak, sampai rakyatku bisa kenyang dan hidup dengan wajar.” Ungkap Umar saat perutnya kosong.
Blusukan sejatinya harus diiringi dengan kesederhanaan pemimpinnya. Jika pemimpin masih bisa merasakan kenikmatan di tengah sulitnya kehidupan masyarakat maka blusukan menjadi tidak bermakna. Seorang pemimpin yang baik pasti tau jika rakyatnya sedang senang atau melarat. Demikian cara Umar dalam mendidik para pemimpin setelahnya. Hidup sederhana dan peduli dengan rakyat yang dipimpinnya.
Blusukan sebenarnya cara baik jika dilakukan dari niat yang baik. Lantas bagaimana cara membedakan antara blusukan dengan pencitraan? Ya sederhananya dapat ditemukan dari cara yang dilakukan. Jika hanya melulu berorientasi pada “drama” lalu tak jelas hasil dari blusukan tersebut maka dipastikan itu semua hanya sebuah pencitraan. Tetapi jika blusukan dibarengi dengan solusi kongkrit maka itu adalah sebuah kerja.
Supaya tak salah langkah mari belajar dari cara blusukan Umar Bin Khattab  yang benar.*
0 notes