#alaihissalam
Explore tagged Tumblr posts
Text
Farishton Ne Hazrat Aadam Alaihissalam Ko Kaisa Sjda Kiya Tha ?
Farishton Ne Hazrat Aadam Alaihissalam Ko Sajda e Tazeemi Kiya Tha , Aur Ye Allah Ke Hukm Se Hua Tha , Aur Sajda e Tazeemi Pahli Shariaton Me Jaaiz Tha , Lekin Hamari Shariat Me Jaaiz Nahi . Aur Sajda e Ibadat Pahli Shariaton Me Khuda Ke Alawa kisi Aur Ko Jaiz Nahi Tha .. Azhar Alimi
View On WordPress
0 notes
Text
Ada masa dimana kita harus menjauh untuk mendekat
Sebagaimana Rasul, menjauh ke sebuah Gua, tapi kemudian mendekat pada kebenaran
Sebagaimana keterasingan para pahlawan, tapi kemudian lebih dekat pada realitas
Sebagaimana, Ibrahim alaihissalam, meninggalkan istri dan anaknya, untuk mendekat kepada ketaatan tertinggi
Sebagaimana Yusuf alaihissalam, dibuang ke dalam sumur, kemudian mimpi 11 bulan dan bintang menjadi nyata
Sebagaimana Imam Al Ghazali menjalani masa uzlah, hingga terbitlah karya besar yang menjadi rujukan
174 notes
·
View notes
Text
Rupanya aku masih punya banyak ismail yang belum ku korbankan. Masa laluku. Iya, rupanya akau belum 100% melepas masa laluku. Masih mengganjal, hingga boleh jadi menjadi jerat belenggu dalam kehidupanku.
Ya Allah.. Tolong aku, bantu aku melepas belenggu masa lalu yang (mungkin) masih menjerat diri ini. Menghalangi langkah jiwa ini.
Aku ridho dengan masa lalu apapun itu sebagai bagian dari taqdir hidupku. Aku ridho ya Allah.. Aku lepaskan masa lalu itu. Titip dan temani langkah ini.
Moment ibadah qurban adalah moment saat kita meneladani kisah keluarga Ibrahim 'alaihissalam. Refleksi Saat kita melepaskan segala belenggu kemelekatan yang ada. Sebab kemelekatan sejati hanya boleh pada Illahi Robbi. Keberrgantungan yang sejati hanya boleh pada Allah saja. Tidak pada benda, manusia atau masa.
73 notes
·
View notes
Text
Di Balik Keshalihan Pemuda Ismail, ada Ayah dan Bunda yang Tangguh
(Poin-poin Khutbah Idul Adha yang disampaikan @edgarhamas di Masjid Al Jihad Kranggan, Kota Bekasi 10 Dzulhijjah 1444 H)
Ibrahim, nama mulia itu terulang 69 kali dalam lembar suci Al Qur'an. Beliau, kisahnya menjadi inspirasi bagi milyaran umat manusia. Namun kali ini aku akan mengajakmu lebih dekat dengan sosok istimewa yang tak kalah hebatnya: sang putra, Ismail alaihissalam. Tadabbur tentang beliau akan ku mulai dengan sebuah pertanyaan: di usia berapakah Ismail kecil saat beliau ditinggal di lembah Bakkah bersama ibunya?
Dalam Kitab Umdatul Qari karya Al Ainiy, kala itu usia Nabi Ismail baru 2 tahun; sedang banyak butuh bonding dengan ayah dan ibunya, sedang saat itu sang ayah pergi ke medan juang di Palestina. Namun lihatlah; sang Ismail bertumbuh menjadi manusia hebat yang lurus pembawaannya, santun akhlaqnya dan lembut budi pakertinya. "Maka Kami beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang sangat sabar..." (QS Ash Shaffat 101)
Betapa takjubnya kalau kita peka, ada fakta penting ketika Ismail mendengarkan perintah Allah lewat lisan ayahnya untuk menyembelihnya. Ayat 102 surat Ash Shaffat mengabadikan momen itu, ketika Nabi Ibrahim berkata, "Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!”
Apa jawaban Ismail? Apakah beliau berkilah? Kabur? Lari tunggang-langgang? Menganggap orangtuanya sebagai toxic?
Ternyata jawaban Ismail begitu tulus sekaligus berhati besar menyambut perintah Allah itu, "Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” Jawaban yang hanya datang dari lisan manusia yang keyakinannya utuh dan murni, akidahnya kokoh tanpa banyak basa-basi. Aku semakin bergetar ketika membaca tafsiran ulama, berapa usia nabi Ismail saat ada di momen berat itu?
Ya, para mufassir mengatakan bahwa kala itu usia nabi Ismail sekitar 13-16 tahun!
Muda, tapi cara pandangnya bijaksana, bahkan melebihi orang-orang yang lebih tua dari beliau. Itulah yang membuatku ingin mengajakmu untuk mentadabburi: apa faktor-faktor yang mampu menciptakan mentalitas seperti yang dimiliki oleh Nabi Ismail muda?
1. Kemurnian Akidah jadi faktor penentu lingkungan sebelum yang lain.
Simak apa yang didoakan oleh Nabi Ibrahim ketika pertama kali menempatkan istri dan anaknya di lembah Makkah, "Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan shalat..." (QS Ibrahim 37)
Yang jadi faktor utama yang membuat Nabi Ibrahim tenang menempatkan keluarga di lembah Makkah, bukan karena fasilitas, bukan karena resource melimpah; tapi karena di situ ada Baitullah! Dan visi Nabi Ibrahim begitu murni: agar anak keturunannya melaksanakan shalat. Barulah kemudian Nabi Ibrahim melanjutkan doanya sebagai pelengkap, "maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur..." (QS Ibrahim 37)
2. Ayah dan Ibu yang Shalih Shalihah
Ismail muda mendapat contoh terbaik tentang keyakinan total pada Allah sekaligus mentalitas ikhtiar yang terbaik dari ibunya: Ibunda Hajar. Kala Nabi Ibrahim meninggalkan keduanya di lembah Makkah yang tandus tak bertanaman itu, Ibunda Hajar bertanya pada suaminya, "apakah yang engkau lakukan ini adalah perintah Allah?"
Ketika Nabi Ibrahim menjawab, "ya", respon Ibunda Hajar begitu dahsyat, "jika memang begitu, maka Allah sekali-kali tak akan meninggalkan kami!"
3. Kedekatan emosional antara orangtua dan sang anak.
Jika kita memerhatikan, saat Nabi Ibrahim mendapatkan perintah untuk menyembelih Ismail, beliau tidak langsung melakukannya dengan tergesa dan kasar. Tidak. Justru, Nabi Ibrahim dengan bijaknya mengabarkan lebih dulu pada anaknya dengan panggilan yang sangat baik, "yaa bunayya!" Wahai anakku sayang. Dan setelah Nabi Ibrahim selesai menyampaikan perintah Allah itu, beliau mengakhirinya dengan sebuah kalimat dialogis, "Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu..." (QS Ash Shaffat 102)
Seorang anak akan tumbuh mencintai model hidup orangtuanya jika memang terjadi dialog yang hangat dan kedekatan yang baik. Moga kita bisa mengambil inspirasinya!
#renungan#catatan#kontemplasi#islamic#inspirasi#islamicquotes#daily reminder#quotation#tadabbur#edgarhamas
309 notes
·
View notes
Text
tidak tergesa-gesa
لو تأملت في حالك لوجدت أن الله أعطاك الكثير دون أن تطلبه
فثق أن الله لم يمنع عنك حاجة رغبتها إلا و لك في المنع خيرا تجهله
"Sekiranya kau renungi perihal keadaanmu, pastilah kau dapati bahwa Allaah menganugerahkanmu banyak hal tanpa kau pinta. Karena itu, percayalah bahwa ketika Dia menghalangi tak memberi hal yang begitu engkau harapkan dan sukai tak lain karena pada hal demikian itu ada kebaikan yang engkau tak ketahui."
Kesabaran dalam berdoa adalah bahwa doa itu punya batas sesuai dengan kadar bobotnya.
Allaah pasti akan mengabulkan setiap doa yang telah dipanjatkan kepadaNya. Allaah pasti akan memberi jawaban doa seseorang selama ia bersabar dan tak tergesa-gesa.
Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', (Nabi bersabda), "Doa salah seorang dari kalian akan dikabulkan selama ia tidak tergesa-gesa, (yaitu) orang tersebut berkata, "Aku telah berdoa kepada Tuhanku, tetapi Dia tidak mengabulkannya untukku." Dalam riwayat Muslim (disebutkan), "Doa seorang hamba senantiasa akan dikabulkan selama ia tidak berdoa untuk dosa atau memutuskan hubungan keluarga, asalkan ia tidak tergesa-gesa." Ditanyakan, "Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan tergesa-gesa?" Beliau bersabda, "Seseorang berkata: Sungguh aku telah berdoa dan sungguh aku telah berdoa, namun aku belum melihat dikabulkannya doaku," maka ia pun merasa rugi (putus asa) ketika itu sehingga meninggalkan doa." Hadis sahih - Muttafaq 'alaih
apa kunci dikabulkannya doa Nabi Zakariyyah alaihi salam? tentu kesabarannya. 70 tahun lamanya baru Allaah kabulkan doa Nabi Zakariyyah. selama 70 tahun Nabi Zakariyyah alaihissalam mengulang-ulang doanya setiap hari kepada Allaah tanpa tergesa-gesa.
berapa lama Nabi Yaqub alaihissalam berdoa agar Allaah pertemukan dengan Nabi Yusuf alaihissalam? Berpuluh-puluh tahun lamanya sampai ada yang mengatakan 40 tahun barulah Allaah mengabulkannya.
berapa lama Nabi Ayyub alaihissalam berdoa kepada Allaah agar mengembalikan semuanya? Tepat 20 tahun lamanya Nabi Ayyub alaihissalam berdoa yang mana Allaah abadikan dalam surah Al-Anbiya ayat 83
“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang."
Tidak sulit bagi Allaah untuk mengabulkan doa-doa para Nabi. Allaah lebih tahu segalanya. yang tersirat dari keteladan mereka adalah kesabaran tanpa batas. iya, sabar. nikmati setiap prosesnya.
akan ada batas waktunya dimana doa itu akan terkabul. yang perlu kamu yakini adalah bahwa setiap jawaban doa adalah iya pasti dikabulkan.
ada seorang perempuan bercerita kepada temanku, beliau menikah diusia 25 tahun. Allaah kabulkan doanya dengan kehadiran buah hati diusia beliau yang tidak muda lagi 45 tahun. 20 tahun lamanya beliau berdoa, dan selama itu Allaah baru mengabulkan doanya. padahal banyak manusia disekitarnya meragukan bahwa beliau ini akan hamil dan memiliki buah hati.
tentang doa teringat dengan perkataan Ibnu Qoyyim rahimahullaah, "Doa itu ibarat panah yang dilesatkan ke langit. tapi untuk mencapai langit ia butuh waktu."
"Berdoalah kepada Allaah dalam keadaan yakin bahwa doa tersebut akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allaah tidak akan mengabulkan doa dari hati yang lalai (yang tidak yakin bahwa doanya akan dikabulkan)." (HR. Tirmidzi 3479)
...
dan Ramadhan adalah momentum terbaik untuk melepaskan dan memulangkan semua kekhawatiran dengan doa-doa yang sungguh-sungguh mengharap Rahmat dan ampunan Allaah semata..
18 Ramadhan 1445 Hijriah
147 notes
·
View notes
Text
Menyerah
Andai kala itu Ibunda Hajar menyerah, tentu ceritanya tidak akan semenakjubkan ini.
Andai kala itu Ibunda Hajar menyalahkan keadaan lalu menyerah, barangkali kita tidak bisa tahu ka'bah yang penuh akan bata-bata sejarah. Andai kala itu ibunda Hajar bersedih lalu menyerah, umat muslim tak akan bisa merasakan lari-lari kecil dari safa ke marwa beriring talbiyah berhujan-hujanan kedamaian hati. Andai kala itu Ibunda Hajar berputus asa lalu menyerah, entah apa jadinya tanah haram tanpa air zam-zam. Semua, biidznillah.
Baru lewat satu kejadian Allah menunjukkan kuasaNya. Ketika Ibunda Hajar dan bayi nya (Ismail alaihissalam) ditinggalkan nabi Ibrahim ditengah padang pasir tandus tak ada tanda kehidupan. Biidznillah, barangkali Ibunda Hajar kala itu bersedih, berputus asa, ingin menyerah. Apalagi tatkala bayinya menangis kehausan. Tapi Allah, Allah menuntun hatinya untuk kuat dan percaya. Sekarang kita dapat saksikan betapa buah dari sulitnya ujian berkali-kali lipat.
Barangkali saat ini ada begitu banyak Hajar Hajar yang lain. Sedih, lelah, putus asa, ingin menyerah. Tapi, kemari ku bisikkan
Allah Ibunda Hajar dan Allah kita adalah sama. Allahu Ahad. Sebagaimana Allah telah menjadikan kesabaran dan kekuatan dalam diri Ibunda Hajar, maka Allah juga bisa menjadikan kesabaran dan kekuatan dalam diri kita.
Maka,
Berdo'alah,
Dan terus bergerak.
Sebab kita tidak tahu, pada langkah yang mana semua akan Allah ganti, berkali-kali lipat. Dengan balasan yang sepanjang zaman. Mengalir hingga ke sungai-sungai surga.
Percayalah, Ibunda Hajar tidak akan bisa menjalaninya jika tanpa bersandar pada Allah. Maka seberat apapun, seingin apapun untuk menyerah, ingatlah Ibunda Hajar.
Berdo'a, bergerak
Semoga kelak kita akan dikumpulkan bersama Ibunda Hajar. Ditaman surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai.
162 notes
·
View notes
Text
Ilusi Free Will
Semakin penting seseorang itu di mata Tuhan, maka akan semakin sempit pilihan hidupnya.
Sebaliknya, semakin tidak penting seseorang itu di mata Tuhan, maka akan semakin mereka dapat menentukan sendiri pilihan hidupnya.
Nabi Yunus 'alaihissalam gak mau disuruh dakwah, maunya kabur aja. Akhirnya beliau ditelan ikan raksasa. Bahkan Nabi Muhammad (shalallahu 'alaihi wa salam) pun berkali-kali diancam sama Allah, jika tidak mau menyampaikan Al-Qur'an, atau sampai mengada-ngadakan Al-Qur'an menurut kemauannya sendiri, maka seketika akan dipotong urat nadinya.
Semakin penting seseorang itu di mata Allah, maka akan semakin terbatas pilihan hidupnya.
Sebaliknya, semakin tidak penting seseorang itu di mata Allah, semakin mereka dibebaskan untuk menentukan sendiri jalan hidupnya. Ini yang ngeri dari orang-orang yang mempraktekan manifesting/law of attraction. Mereka menyangka hidup mereka yang "penuh keberlimpahan" itu karena Tuhan menyayangi mereka. Padahal sebenarnya Tuhan sedang menghukum mereka, dan mereka sengaja Tuhan buat tidak sadar dengan hukuman itu, karena Tuhan memang sudah tidak peduli pada mereka.
Dan sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk. (Q.S Az-Zukhruf: 37) Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir. (Q.S At-Taubah: 55)
#writers on tumblr#self worth#self love#self development#self improvement#female writers#tulisan#life quotes#quotes#life lessons#purpose of life#law of attraction#manifesting#law of assumption#tarot reading
10 notes
·
View notes
Text
Nabi Musa 'Alaihissalam tidak tau jika laut yang menghalanginya akan terbelah. Nabi Ibrahim 'Alaihissalam juga tidak tau bahwa api yang membakarnya akan menjadi dingin. Keduanya hanya tau dan yakin bahwa Ta'ala pasti akan menolong.
Demikian pula dengan kita, cukuplah kita yakin bahwa Allah akan menolong kita tanpa kita pikirkan bagaimana caranya. Karena pikiran kita tidak akan pernah mampu menjangkau kehendak Allah Ta'ala.
34 notes
·
View notes
Text
Rahasia Surat Al-Fatihah yang Tidak Terdapat 7 Huruf Hijaiyah:
1. Huruf ث = karena ث itu adalah nama sebuah kehancuran(اسم الثبور)
Barang siapa yang membaca Surah Al-Fatihah dia selamat, terbebaskan dari kehancuran, kebinasaan.
2. Huruf ج = karena ج itu adalah nama sebuah neraka (اسم الجهنم)
Barang siapa yang membaca surat Al-Fatihah dia akan selamat dari neraka jahannam.
3. Huruf خ = karena خ itu adalah nama sebuah rasa takut (اسم الخوف)
Dan barang siapa yang membaca Surat Al-Fatihah, Allah Ta'ala pelihara dia dari rasa takut di hari kiamat.
4. Huruf ز = karena ز itu adalah nama sebuah makanan (pohon) di neraka (اسم الزقوم)
Dan barang siapa yang membaca surat Al-Fatihah, Allah Ta'ala pelihara dia dari memakan makanan (pohon) di neraka, maksudnya dia tidak akan masuk neraka.
5. Huruf ش = karena ش itu adalah nama sebuah daging panggang (اسم الشوى)
Barang siapa yang membaca Surat Al-Fatihah, Allah Ta'ala haramkan jasadnya dari (terbakar) api neraka.
6. Huruf ف = karena ف itu adalah nama sebuah perpisahan (اسم الفراق)
Barang siapa yang membaca Surat Al-Fatihah, Allah Ta'ala tidak akan pisahkan dia dari orang orang yang dicintainya di hari kiamat.
7. Huruf ظ = karena ظ itu adalah nama sebuah neraka (اسم اللظة)
Barang siapa yang membaca Surat Al-Fatihah, Allah Ta'ala pelihara dia dari masuk Neraka Lazhoh.
Malaikat Jibril 'alaihissalam berkata kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. "Yaa Muhammad aku khawatir siksa yang akan menimpa umatmu. Ketika Surat Al-Fatihah turun, baru aku merasa tenang dan nyaman." (
(Compassion dari komen FB)
18 notes
·
View notes
Text
From 1939 to 1945, Adolf Hitler killed 6 million Jews, of which 1.5 million were children. Adolf Hitler said that whenever I discovered and exposed a conspiracy, I found only the hands of the Jews behind it.
Adolf Hitler said that I am not saying that it is right to kill them. But when they are not relatives of our Prophet Musa Alaihissalam, then how can they be yours?
Israel did not exist before 1948. There was no country with this name. When Hitler started killing Jews, many Jews fled from there, no country helped them, then there was Palestine. Those who had helped the Jews and given them a place to live, today these traitor Jews are living in their own country and killing them. Wants to take over their country. For the last 70 years, Jews have been committing crimes against the innocent people of Palestine.
In this battle, Jews killed thousands of Palestinians. So many old parents had their sons taken away, small children had their parents taken away, a sister was taken away her brother, her happiness, her home, her childhood.
Often people think that it does not matter to us, all this is happening to them and little is happening to us. If you think that nothing will happen to us, you will know when all this happens to you too. When our own people will be killed.
Remember one thing, if the Jews win this war then you and I will be the next victims. Be prepared to become the next victims of the Jews....
I STAND WITH PALESTINE 🇵🇸
#free gaza#israel attack#gaza#gaza strip#gazaunderattack#israel war#palstine#gaza genocide#israel#israil#israel is a terrorist state#save gaza#save palestine#hamas war crimes#hamas attack#i stand with palestine#palestine genocide#palestine israel war#palestine#isreal#israël#gazaairstrikes#gaza attack#gaza and israel#gazaunderfire#gaza under genocide
32 notes
·
View notes
Text
Sebagaimana Nuh ‘alaihissalam
“Saat menti kita menjadi seorang kader dakwah, betapa bangganya kita. Tapi, saat menti kita menjadi seorang menti biasa, apakah kita tetap bangga, menerima apa adanya, dan tetap menyayanginya? Sebagaimana Nabi Nuh ‘alaihissalam membersamai anaknya” — @kamalique
Kurang lebih satu dekade sejak pertama kali diamanahi adik-adik, puluhan kepala sudah coba kuselami selagi membersamai mereka tumbuh. Kesimpulanku selalu hanya dua, manusia itu beragam dan kita benar-benar tidak pernah tahu apa yang tidak kita ketahui.
Terkadang momen menjadi kakak dan didengarkan lebih banyak adalah momen yang kutunggu-tunggu dalam setiap pekan. Dalam satu dekade, tak kuhitung berapa tumpukan buku dan tayangan video yang kulahap demi memantaskan diri sebagai seorang kakak.
Aku yang bahkan tidak bisa menyeberangi diriku sendiri di jalan raya, tiba-tiba ingin jadi yang serba bisa dan serba tahu di hadapan mereka. Kepada mereka — setiap mereka; aku selalu ingin hadir sebagai diriku dalam versi yang paling baik.
Ironisnya selama satu dekade, jika keberhasilan harus dikalkulasi dalam angka maka aku adalah kakak yang gagal. Aku berkali gagal dalam mentransfer pemikiran walau sekian kali pertemuan dilaksanakan. Aku gagal membuat adik-adikku bertahan. Jikapun menurutku aku sempat berhasil, rupanya keberhasilan itu juga sementara, hanya sekadar tiga-empat tahun paling lama.
Tapi bagiku mereka tetaplah adik-adik yang terbayang wajah-wajahnya ketika kuberdoa, kuamati dari kejauhan, kunantikan kabar baiknya dan selamanya kubanggakan. Membersamai mereka; apapun kondisinya tentu mengajariku banyak hal — dan selamanya aku akan terus belajar.
#DITulis
8 notes
·
View notes
Text
“Dok saya minta disuntik mati saja”
Kalimat ini datang dari seorang bapak tua ketika dirawat di bangsal karena sesak napas. Semalam sebelumnya, aku menerima pasien ini di IGD. Saat itu dua lelaki lain yang mengantar hanya berujar: bapak ini tidak punya siapa-siapa, Dok.
Aku menyimpulkan bahwa yang mengantar ini adalah tetangga-tetangganya.
Ketika di IGD ia bicara tersengal-sengal, bernapas mencucu, otot-otot antar rangkanya terlihat jelas retraksinya. Sesaknya tidak membaik dengan penguapan, alhamdulillah saturasi oksigennya baik. Rontgen paru menegakkan adanya penyakit paru obstruktif kronis. Melihat rekam medisnya yang tebal, pasien ini ternyata sering bolak-balik dirawat di RS untuk keluhan serupa.
Ketika dengar keinginannya akan kematian, miris rasanya. Sebagai dokter kami tentunya mengupayakan yang terbaik. Dari medis dan dukungan moral, termasuk rawat bersama ke sejawat psikiatri atau menghadirkan rohaniawan.
Tapi yang kucermati adalah rasa kesepiannya. Ditakdirkan sakit dan ditakdirkan menghadapinya sebatang kara, tentu bukan ujian yang mudah.
Kilas balik ke 2 bulan lalu, ketika aku dirizqikan Allah merasakan point of view pasien: dirawat inap selama 6 hari. Setelah pulang pun, pemulihannya cukup lama. Baik pemulihan fisik, maupun mental. Mental terpukul karena rasa campur aduk mendengar diagnosis dokter, adanya pengobatan rutin yang kini harus diikuti, pun perubahan gaya hidup.
Genap dua bulan sejak tegaknya diagnosisku, Allah pertemukan dengan pasien ini. Bukan suatu kebetulan.
Aku terenyuh, teringat bagaima selama 6 hari dirawat inap tidak sekali pun Allah biarkan aku merasa kesepian. Walau tidak ada keluarga yang bisa menemani, Allah hadirkan banyak manusia tulus yang membantu, menemani, dan memberikan dukungan serta doa. Semoga Allah balas kebaikan kalian semua yaa.
Hari-hari berikutnya pun, Allah juga kirimkan banyak kemudahan. Dan Allah kirimkan: ketenangan hati.
Sampailah aku satu titik di mana aku hanya bisa bersyukur. Bersyukur menjadi seorang muslim, menjadi hamba yang memiliki Allah yang Maha Kuat, Maha Bijaksana. Bahkan, sekalipun merasa lemah hati dan fisik: Allah hadirkan kekuatan, dan Allah hadirkan mereka-mereka yang mengingatkanku pada Allah.
Mengingatkanku bahwa sakit adalah makhluq ciptaan Allah. Maka berdamailah dengan sakitmu, sebagaimana sabda Nabi Ayyub alaihissalam, yang dirizqikan sakit 18 tahun, kulit terkelupas namun hati tidak sedikit pun bergoyah,
“Ya Allah aku ikhlas dengan sakitku, tapi jagalah hati dan lisanku tetap menyebut nama-Mu.”
-h.a
Semoga berkenan mendoakan pasienku, si Bapak agar dilapangkan hatinya, diluaskan sabarnya. Aamiin.
111 notes
·
View notes
Text
Ucapan yang Perlu Dihindari.
Sering mendengar atau bahkan diri sendiri pernah khilaf melakukannya ketika mendapat sebuah kenikmatan dengan mengatakan, “Rezeki anak saleh.”
“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah.” (QS. An-Nisa’: 79)
Nikmat dan karunia itu datang dari Allah Subhanahu Wata’ala. Dialah yang menentukan apa pun dan kepada siapa pun yang dikehendaki oleh-Nya. Parameternya pun bukan mutlak berdasarkan kesalehan atau amalan seseorang.
“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS. An-Najm: 32)
Penyucian diri itu perlu dihindari sebab ia lebih dekat kepada sombong dan membangga-banggakan diri serta boleh jadi inilah bentuk talbis iblis.
Berkacalah dari kisah Qarun yang berkata, “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku.”
Jika benar demikian, Allah Subhanahu Wata’ala memberikan harta hanya disebabkan oleh kepintaran, kesalehan atau amalan yang telah dilakukan seseorang sehingga Dia meridainya maka Dia tidak akan membinasakan orang-orang terdahulu yang melebihi Qarun. Tidak mungkin Allah Subhanahu Wata’ala membinasakan hamba yang diridai-Nya.
Dan yang semestinya dikatakan, sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Sulaiman ‘alaihissalam, “Ini termasuk karunia Tuhanku.” Inilah bentuk keimanan dan sikap kehati-hatian beliau. Beliau meyakini bahwa itu adalah karunia dari-Nya bukan sebab usahanya dan lain-lainnya.
Maka ketika kamu menerima nikmat, seyogianya katakan, “Alhamdulillah, hadza min fadli Rabbi (Segala puji bagi Allah, inilah karunia dari Tuhanku) atau alhamdulillah, Ar-Rizqu minallah (Segala puji bagi Allah, rezeki datang dari Allah).”
Sehingga kamu tidak terjerumus ke dalam perbuatan syirik kecil, seperti sombong dan membangga-banggakan diri akibat dari perkataanmu.
Lalu sering pula menemukan komentar, “Amalan apa yang X lakukan selama ini? Kok bisa beruntung memiliki suami yang perhatian.”
Jika direnungi, hal demikian bisa terwujud melainkan sungguh atas kehendak Allah Subhanahu Wata’ala, bukan tersebab si X melakukan amalan ini lalu mendapat suami yang seperti ini, dsb.
Jika demikian parameternya, bagaimana dengan amalan-amalan Asiyah binti Muzahim radhiyallahu ‘anha sehingga mendapat suami seperti itu?
Sesuatu tidak akan menjadi baik kecuali dengan kebaikan Allah Subhanahu Wata’ala. Semua yang baik (selain Allah Subhanahu Wata’ala) menjadi baik disebabkan oleh pengaruh kebaikan-Nya sehingga penghormatan atas sebuah kebaikan sama sekali tidak layak dipanjatkan kecuali kepada-Nya (Ensiklopedia Asma’ul Husna).
Sehingga keputusan untuk menetapkan sesuatu (rezekinya si A, jodohnya si B, misalnya) hanyalah hak Allah Subhanahu Wata’ala dan tidak dipengaruhi oleh ketakwaan si A, amalan si B, dsb.
“Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian." (QS. Al-Muddassir: 11)
33 notes
·
View notes
Text
So subtle is His kindness towards us, that we are unable to perceive it.
–Syeikh Ali Hammuda
Pagi kemarin, saya di pertemukan lagi dalam agenda sharing kecil bersama Mbak Nenny dan Shofie. Kami lanjut membahas salah satu Asmaul Husna, berangkat dari buku Li Annakallah karangan Ali bin Jabir Al-Faifi.
Teringat, waktu kecil, ada sebuah buku anak di rumah saya, yang masih terbekas jelas memori ini atas sampul warna hijaunya: Buku tentang 99 Nama-Nama Allah.
Tapi di weekly sharing yang Alhamdulillah sudah tiga pertemuan ini, ada yang berbeda rasanya.
Ntah mengapa, setelah 23 tahun digempur dengan jatuh-bangun kehidupan, diperkenalkan kembali dengan 99 Nama-Nya, membuat saya lebih bisa merasa rendah hati (baca: menyadari bahwa se-begitu butuhnya manusia dengan Rabb-Nya).
Ya, rendah hati.
Karena untuk bisa kembali mencoba mengenal Nama-Nama Ini saja, yang rasanya seharusnya sudah sedari dulu harusnya saya hapal, butuh kerendahan hati. Butuh mengosongkan bejana hati kembali, bahwa masih banyak lo Han, yang belum kamu tau tentang Allah :".
Ya Allah, kemana saja saya selama ini?
Dan di pertemuan itu, kami sampai di Nama Allah:
Al-Lathiif, Yang Maha Lembut.
Dari kata Al Luthf, cara atau perilaku yang tersembunyi dan detail. Dengan secara tersembunyi, tertutup, dari arah yang tidak kita ketahui, dari arah yang tidak diduga.
Ketika ada sesuatu yang terjadi pada kita, Allah Yang Maha Lembut, tak langsung memberi tahu kita tentang takdir kita.
Kita mikir kalau mau hasilnya A, harus B dulu. Padahal bisa aja pake C dulu, baru ke D, baru ke A.
Seperti ketika Nabi Yusuf 'alaihissalam mengalami berbagai kejadian yang menggoyahkan jiwa dan iman.
Dari terjebak di sumur, hingga bisa menjadi orang yang disegani di Mesir. Rasanya gak mungkin. Gak ketebak. Bahkan ketika ditakdirkan harus masuk penjara atas ketidakbersalahannya pun, Nabi Yusuf gak langsung dikeluarkan.
But Allah is So Subtle, that all of those trials finally made it to His beautiful decree: berjumpanya Nabi Yusuf dengan takwil mimpinya.
Bersujudnya matahari, bulan, 11 bintang kepadanya. He finally reunited with his family.
Seperti ketika Nabi Musa 'alaihissalam yang dibuang ke sungai, dirawat Fir'aun,
Allah menyelamatkan Nabi Musa gak dengan cara langsung. Betapa sedihnya sang Ibu ketika harus menghanyutkan Nabi Musa ke sungai. Bagaimana mungkin bisa kembali?
Tapi Maha Lembutnya Allah, membuat Nabi Musa gak mau minum ASI dari wanita lain, hingga akhirnya kembali ke pangkuan sang Ibu.
Seperti ketika Allah mengeluarkan Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam dan para sahabat dari siksaan pemboikotan Syi'ib Bani Hasyim.
Tiga tahun diboikot terisolir. Tidak boleh ada yang berbicara, berteman, berdagang, dengan Bani Hasyim, kecuali jika secara sukarela mereka menyerahkan Sang Nabi untuk dibunuh.
Bagaimana bisa pemboikotan ini dihentikan?
Hingga lima pemuda akhirnya menemukan satu sama lain untuk bersepakat menggagalkan piagam pemboikotan. Dan ternyata ketika dibuka piagam itu, rayap memang sudah menggerogoti piagam kejahatan itu, kecuali pada tulisan-tulisan Nama Allah.
Bahkan seperti ketika kami sedang sharing pagi itu,
Gak sengaja ngepas Mbak Nenny memutuskan akhirnya bahas Al Lathif, padahal awalnya gak mau bahas itu.
Dan kebetulan ngepas daku baru baca kisah pemboikotan yang dihadapi para sahabat Nabi.
Dan ngepas malam sebelumnya baru aja overthinking tentang takdir-Nya.
Atau hingga tulisan ini hadir di hadapan sang pembaca.
Semua tiba-tiba, tanpa kita sadari, membawa kita pada takdir menemukan dan merasakan makna Nama Al Lathiif ini 🥀.
Kadang kita mikir, apa yang terjadi ke kita itu hal yang biasa. Padahal Allah menjadikan sesuatu dengan sebab-sebabnya. Hanya saja kita tidak sadar.
Karena saking lembutnya Allah. 🥺
Begitu pula tentang Mimpi.
Kadang, kita punya impian, cita-cita yang besar tapi merasa pesimis dengan diri sendiri. Maka yang harus kita ingat adalah, kita punya Allah.
Jangan lupa, bahwa Allah Maha Lembut. Kita gak tau sebab kecil mana yang mengantarkan kita pada impian kita tersebut.
Maka sejatinya, setiap kita melihat semua takdir kita, pasti ada kelembutan. Maka Amatilah.
Semoga, kita akan selalu bisa mendapati kelembutan-kelembutan dari Allah Yang Al Lathiif.🥀
– Senin, 6 Mei 2024
(ditulis pukul 7.00 pagi)
9 notes
·
View notes
Text
"Menangislah, kan kau juga manusia". Begitu penggalan lirik lagunya.
Bahkan dikisahkan, selevel Nabi Ya'kub alaihissalam juga menangis karena sedih kehilangan anaknya (Nabi Yusuf alaihissalam).
Menangis itu bukan sesuatu yang hina.
Kita menangis karena bentuk emosi alami dari tubuh kita. Dan itu gak salah, bahkan jika dilakukan oleh seorang laki laki.
Namun, jangan lupa.
Jangan berlarut larut dalam kesedihan, karena Allah gak akan rela bila hamba-Nya sedih, sakit dan kecewa.
Jika boleh aku beri saran,
Menangislah dalam sujud.
Agar terasa, betapa besar kasih sayang Allah kepada kita. Allah, paling suka bahkan mencintai seorang hamba yang menangis karenaNya.
Setelahnya, pasti akan ada hadiah berupa ketenangan. Dan rasa kantuk agar kita bisa kembali mendamaikan hati.
Semangat,
Jangan bersedih kembali ya.
Kita kuat, Allah bersama kita.
Katakanlah,
قَالَ إِنَّمَآ أَشْكُوا۟ بَثِّى وَحُ��ْنِىٓ إِلَى ٱللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ ٱللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Artinya, : " Ya'qub menjawab: "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya". (Qs. Yusuf ayat 86)
33 notes
·
View notes
Text
Allah, terima kasih telah mengabulkan doa dengan cara seperti ini. Sebagaimana Nabi Zakaria 'alaihissalam yang tak pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, aku pun demikian. Aku tahu, semua takdir-Mu pasti baik, bahkan meskipun itu tidak sesuai dengan keinginanku, karena Engkaulah yang Maha Mengetahui, sementara aku banyak sok tahunya. Semoga hatiku selalu diberikan nikmat untuk berhusnuzan atas setiap kejadian. Setelah ini, pasti akan ada cerita-cerita indah, kan? Sebuah "kegagalan" tidak mendefinisikan diriku secara utuh, kan? Dan aku, tidak pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, duhai Rabb-ku.
Sabtu, 5 Oktober 2024
Simpang Empat kala hujan turun tengah hari, dari langit dan dari pelupuk mata
3 notes
·
View notes