#akhirnyamateng
Explore tagged Tumblr posts
Text
MASAK Dulu Yuk! | Masak (ber)Canda.
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/8e665575d182f46ef7a1c1990f26956f/eef49b40c2a5a5a0-23/s540x810/39f6a38b1751cd008aa7fcdd43f1ab175ac659ff.jpg)
Huft!
Hari ini melelahkan sekali. Setelah seharian berkutat dengan setumpuk pekerjaan, akhirnya aku bisa merebahkan tubuh di kasur mungil kesayanganku. Sepertinya Ibu baru saja mengganti sprei kasurku. Wangi dan menenangkan, membuat ototku yang tegang rileks seketika.
Melihat langit-langit kamar, tiba-tiba pikiranku berkelana membawa pada suatu kisah. Sebenarnya aku sedang malas untuk kembali mengenang. Namun entah mengapa, malam ini sangat pas untuk bernostalgia.
Aku kembali mengingat-ingat kapan terakhir kali aku melihatmu tertawa lepas? Sepertinya sudah lama sejak terakhir bertemu ( @arbysword ). Ah iya, sudah lama sekali rupanya. Tanpa sadar, kedua ujung bibirku saling menarik satu sama lain. Aku tersenyum.
Tidak sampai disitu. Asal kamu tahu, memori tentangmu masih tersimpan rapi diingatan. Keplak lengan cubit tangan acak rambut ( @halfofmacchiato ), ternyata kita pernah sekonyol itu dalam bercanda. Acak rambut, hal yang membuatku tersipu tanpa kamu sadari. Pipiku menghangat mengingatnya.
Semua hal yang kita lewati bersama, tak luput diabadikan oleh bidikan kamera. Tak jarang hasil foto itu menampilkan gaya-gaya kita yang konyol. Hanya akan ada beberapa gaya yang normal. Aku teringat masih menyimpan foto kita semasa kecil dulu. Senyum tulus khas anak-anak tercipta di bibir masing-masing. Terlihat sumringah yang tercipta diantara keduanya ( @residurasa ).
“Kamu jelek, tapi aku sayang wkwk ( @sebarisjejak ).” ejekku saat kita sedang menikmati chatting dimalam yang dingin. Tanpa perlu menunggu balasan pesanmu, sebenarnya aku sudah tahu jawaban apa yang akan kamu berikan. Kelewat hafal asal kamu tahu!
Ting! You have 1 new message from Hiro.
"Haha wkwk wqwq wgwg lol rotfl ( @kertasnasi )." balasmu.
Kamu dan aku selalu menertawakan hal-hal receh. Seperti suara kentut, misalnya. Bagaimana bisa suara kentutmu membuatku bahagia? ( @sepatahaksara ). Meski sedikit kesal, kukerucutkan bibirku, berpandang lalu tertawa ( @sepatahaksara ).
Aku selalu suka dengan kita yang saling melempar canda berujung tawa ( @hujanrinduu ). Bahkan sekadar melihat foto masa kecilmu pun tertawa ( @coretanpenamaya ). Ini adalah bukti nyata hahahihi sama kamu menyenangkan ( @halfofmacchiato ).
Tapi, tetap saja aku adalah seorang perempuan. Selalu menunggu akan sebuah kepastian, aku pun perlu keseriusanmu. Kita ini sebenarnya apa? Sekadar teman? Jika iya, apa ada hubungan pertemanan yang kedekatannya seperti sepasang kekasih dimabuk asmara?
Sore itu, ketika kamu mengajakku bersantai di kedai kopi, akhirnya kuberanikan diri untuk menanyakan hubungan apa yang sedang kita jalani.
“Kenapa harus serius ketika bercanda menyenangkan ( @sebarisjejak ).” jawabmu dengan kekehan yang sedikit membuatku kesal.
“Kamu masih sama, tak bisa serius. Perasaanku saja kamu anggap lelucon ( @maroondoe ).”
Karenanya aku tertawa, karenanya aku kecewa ( @residurasa ). Ini pertama kalinya kami berdebat cukup serius setelah 21 tahun bersama. Kami memang sudah bersahabat ketika sama-sama memasuki Taman Kanak-kanak. Hingga tanpa sadar, aku mulai menaruh harap padanya, mengisi hatiku perlahan dengan segala tentangnya. Seharusnya aku sadar, melabuhkan hatiku padanya sama halnya aku harus siap menelan kekecewaan.
Kisah masa kecil kami tidak jauh berbeda. Kehilangan makna dari sebuah kata ‘keluarga’. Hanya saja, ia masih asyik berkubang di luka hatinya. Membuatnya selalu menghindari hubungan yang serius. Entah, akan sampai kapan ia terjebak. Kupikir aku mampu merubah itu. Tapi nyatanya, selama kita bersama tak ada satupun hal yang berubah diantara aku dan dia.
Napasku terasa berat ketika kenanganku akhirnya jatuh pada hari di penghujung bulan Juni tahun lalu. Dibawah rintik hujan, kamu berkata bahwa kamu akan pergi.
“Melanjutkan studiku.” ujarmu.
Aku mengerucutkan bibir. 100% yakin itu hanya alibi untuk menghindariku karena tempo hari aku dengan bodoh dan bar-bar menyatakan perasaanku yang sudah lama terpendam.
“Jangan aku. Jangan pilih aku. Aku takut jika denganku kau menangis hingga tersedak-sedak ( @fktmadang ). Lukaku belum kering sepenuhnya, masih basah dan menganga. Aku tak mau melihat tatapan kecewamu.”
Dengan segala rasa yang berkecamuk dalam dada, aku berusaha mengikhlaskan kepergiannya. Berusaha bijak dalam menerima keputusannya. Sepenuhnya aku sadar, ia memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyembuhkan luka.
Bagiku, kamu adalah sumber tawa yang dikirimkan Tuhan untukku. Bahkan kamu tak perlu jadi badut untuk melucu ( @coretanpenamaya ). Semua tingkah lakumu selalu saja sukses buatku bahagia. Bersamamu pernah semenyenangkan itu rupanya ( @hujanrinduu ). Ya, dan kini aku sukses kembali mengenangmu dengan segala sesak yang tertinggal di dada.
Satu harapku dimanapun kamu berada, kamu baik-baik saja. Temukanlah seseorang yang bisa membuatmu bercerita banyak hal, melepas suka maupun duka. Hingga bersamanya kau terbiasa tertawa terbahak-bahak ( @fktmadang ), menyembuhkan luka yang ada.
Berbahagialah. Meski tanpa aku di dalamnya.
Sebuah kolaborasi iseng meMASAK (Main Sambung Kata). Selamat menikmati masakan yang dibuat dengan berCANDA.
#writingproject#masak(mainsambungkata)#masak(nya)janganserius#masakannyahambar#akhirnyamateng#kolaborasi
112 notes
·
View notes
Text
MASAK Dulu Yuk! | Masak(an) Rumah.
Hari ini Ibu berjanji akan menceritakan dongeng ketika malam nanti aku hendak tidur. Aku sungguh penasaran, kira-kira sebuah dongeng apalagi yang akan keluar dari mulut Ibu. Tentang kancil binatang yang cerdik, atau tentang Nirmala si putri cantik.
Hingga akhirnya malam tiba, aku menggenggam tangan Ibu menuju kamar kami yang sederhana. Seolah memang ini semua adalah rutinitas yang biasa kami lakukan, Ibu secara sukarela memberikan pahanya yang empuk dan lembut sebagai alas kepalaku.
Ibu bertanya seraya tangan rentanya mengelus rambutku, “Nak, kira-kira kamu tahu peran kamar kita ini apa?”. Aku mengangguk antusias ingin menjawab.
“Ya Bu aku tahu. Bagiku kamar mungil kita ini saksi bisu tangis bahagiaku segala rasa ( @coretanpenamaya ). Sepertinya juga tempatku pula meredam amarah yang membumi ( @coretanpenamaya ) Ibu setuju kan, dengan jawabanku?”
Ibu mengangguk dengan senyum teduhnya yang selalu menenangkan. Artinya Ibu sepaham dengan pemikiranku. Ibu mulai melanjutkan ceritanya. Kata Ibu, kamar mungil ini dibangun oleh cinta dan kasih sayang. Begitupun setiap sudut yang ada dalam bangunan ini.
“Milik tuan dan puan ketika bersama ( @sebarisjejak ).” ujar Ibu padaku. Aku tertawa. Lagi-lagi Ibu mengucapkan kalimat itu. Ibu ini senang sekali berkata puitis, bagai pujangga saja.
Suara Ibu kembali terdengar ditengah heningnya malam. Ibu berkata bahwa terkadang kita selalu mencari tempat untuk pulang. Sebuah tempat tepat menebus penat ( @kertasnasi ).
Sepertinya malam ini Ibu bukan ingin meceritakan dongeng. Melainkan bertukar pikiran denganku yang mulai beranjak dewasa.
Aku paham dengan maksud ucapan Ibu. Dengan pandangan yang menerawang, Ibu membahas bagaimana megahnya cerita di rumah yang sederhana. Di tempat ini, pernah segala kenang dan tenang hadir tercipta ( @sebarisjejak ) di antara Aku, Ibu dan Ayah. Menumpahkan resah tanpa kata dan suara. Memecah hening tatkala canda beradu cerita ( @residurasa ). Dekamku berlabuh di sana, lelahku hilang sesampainya. Padanya tempat terbaik dari segala usik ( @sepatahaksara ). Semua hadir dalam bangunan ini. Merekah dan meruah.
Terkadang aku selalu memaksakan raga ini untuk terus bergerak, mencari makna dari kehidupan. Padahal sudah jelas penat dan lelah sudah mebumbung tinggi. Perlu menepi sebentar, tenangkan hati juga pikiran ( @fktmadang ). Sejenak berteduh agar hati kembali utuh ( @maroondoe ). Memang dasarnya aku sedikit keras kepala, selalu melawan inginnya tubuh. Kalau sudah seperti ini, Ibu yang selalu mengingatkan, “Kamu hanya diminta sedikit lebih sabar ( @fktmadang ).”
Aku tahu, aku harus bersabar. Aku pun tahu harus menepi. Aku hanya sedang berusaha mencari arti yang sesungguhnya.
Memang betul rumah adalah jawaban dari segala gundah ( @maroondoe ). Sebaik-baik tempat kembali ( @kertasnasi ). Tetapi akankah makna itu tetap berlaku, ketika Ayah memilih tidak pulang?
Bisa saja rumah hanya tempat singgah ( @arbysword ). Mungkin sekadar yang pernah tertuju dan dijadikan dambaan? ( @hujanrinduu )
Awalnya aku pikir, Ayah lembur malam itu. Bisa saja pekerjaannya sedang menumpuk di kantor. Hingga berhari-hari, Ayah juga tak kembali pulang.
Hingga pada akhirnya di malam ulang tahun Ibu, Ayah pulang. Tentu saja aku bersorak senang. Hendak keluar menuju ruang tamu di mana Ayah dan Ibu berada. Namun harus pupus, ketika Ayah kembali melangkah dengan tas ransel besarnya keluar rumah. Malam itu jendela, kursi, atau bunga di meja ( @halfofmacchiato ) menjadi saksi bisu, Ayah meninggalkan Ibu.
Kehadiranku di muka pintu kamar disadari oleh Ibu. Walau aku tahu, mata bening itu menumpahkan segala macam rasa yang sudah tak lagi mampu dibendungnya. Dengan langkah yang yang pasti Ibu menghampiriku. Sedang aku, hanya mampu membisu dan terpaku.
Yang kutahu di detik selanjutnya dekapan hangat Ibu yang melingkupi tubuhku yang kaku. Bibir yang bergerak terbata dan menggugu ibu berbisik, “Duduklah, ungkap apapun yang dirasa. Biar lega jadi milikmu saja ( @katatanparasa ).”
Aku masih tetap diam. Tak tahu harus merespon ucapan Ibu seperti apa. Saat itu yang kutahu bahwa rumah bisa saja menjadi tempat yang tak menyambut hangat malah mengabaikan ( @hujanrinduu ). Bahwa pulang tak selalu kembali ke rumah ( @arbysword ).
Walau pikiranku sedang melanglang entah ke mana saat itu. Namun telingaku masih cukup berfungsi dengan baik. Sayup-sayup kudengar dari bibir Ibu yang masih saja bergetar,
“Kosong menjadi terisi ketika kamu kembali ( @halfofmacchiato ).”
Sebuah kolaborasi iseng meMASAK (Main Sambung Kata). Selamat menikmati masakan RUMAH yang seadanya.
#writingproject#masak(mainsambungkata)#masak(nya)janganserius#masakannyahambar#akhirnyamateng#kolaborasi
93 notes
·
View notes
Text
Yang perlu saya garis bawahi,
Seharusnya aku sadar, melabuhkan hatiku padanya sama halnya aku harus siap menelan kekecewaan.
MASAK Dulu Yuk! | Masak (ber)Canda.
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/8e665575d182f46ef7a1c1990f26956f/eef49b40c2a5a5a0-23/s540x810/39f6a38b1751cd008aa7fcdd43f1ab175ac659ff.jpg)
Huft!
Hari ini melelahkan sekali. Setelah seharian berkutat dengan setumpuk pekerjaan, akhirnya aku bisa merebahkan tubuh di kasur mungil kesayanganku. Sepertinya Ibu baru saja mengganti sprei kasurku. Wangi dan menenangkan, membuat ototku yang tegang rileks seketika.
Melihat langit-langit kamar, tiba-tiba pikiranku berkelana membawa pada suatu kisah. Sebenarnya aku sedang malas untuk kembali mengenang. Namun entah mengapa, malam ini sangat pas untuk bernostalgia.
Aku kembali mengingat-ingat kapan terakhir kali aku melihatmu tertawa lepas? Sepertinya sudah lama sejak terakhir bertemu ( @arbysword ). Ah iya, sudah lama sekali rupanya. Tanpa sadar, kedua ujung bibirku saling menarik satu sama lain. Aku tersenyum.
Tidak sampai disitu. Asal kamu tahu, memori tentangmu masih tersimpan rapi diingatan. Keplak lengan cubit tangan acak rambut ( @halfofmacchiato ), ternyata kita pernah sekonyol itu dalam bercanda. Acak rambut, hal yang membuatku tersipu tanpa kamu sadari. Pipiku menghangat mengingatnya.
Semua hal yang kita lewati bersama, tak luput diabadikan oleh bidikan kamera. Tak jarang hasil foto itu menampilkan gaya-gaya kita yang konyol. Hanya akan ada beberapa gaya yang normal. Aku teringat masih menyimpan foto kita semasa kecil dulu. Senyum tulus khas anak-anak tercipta di bibir masing-masing. Terlihat sumringah yang tercipta diantara keduanya ( @residurasa ).
“Kamu jelek, tapi aku sayang wkwk ( @sebarisjejak ).” ejekku saat kita sedang menikmati chatting dimalam yang dingin. Tanpa perlu menunggu balasan pesanmu, sebenarnya aku sudah tahu jawaban apa yang akan kamu berikan. Kelewat hafal asal kamu tahu!
Ting! You have 1 new message from Hiro.
“Haha wkwk wqwq wgwg lol rotfl ( @kertasnasi ).” balasmu.
Kamu dan aku selalu menertawakan hal-hal receh. Seperti suara kentut, misalnya. Bagaimana bisa suara kentutmu membuatku bahagia? ( @sepatahaksara ). Meski sedikit kesal, kukerucutkan bibirku, berpandang lalu tertawa ( @sepatahaksara ).
Aku selalu suka dengan kita yang saling melempar canda berujung tawa ( @hujanrinduu ). Bahkan sekadar melihat foto masa kecilmu pun tertawa ( @coretanpenamaya ). Ini adalah bukti nyata hahahihi sama kamu menyenangkan ( @halfofmacchiato ).
Tapi, tetap saja aku adalah seorang perempuan. Selalu menunggu akan sebuah kepastian, aku pun perlu keseriusanmu. Kita ini sebenarnya apa? Sekadar teman? Jika iya, apa ada hubungan pertemanan yang kedekatannya seperti sepasang kekasih dimabuk asmara?
Sore itu, ketika kamu mengajakku bersantai di kedai kopi, akhirnya kuberanikan diri untuk menanyakan hubungan apa yang sedang kita jalani.
“Kenapa harus serius ketika bercanda menyenangkan ( @sebarisjejak ).” jawabmu dengan kekehan yang sedikit membuatku kesal.
“Kamu masih sama, tak bisa serius. Perasaanku saja kamu anggap lelucon ( @maroondoe ).”
Karenanya aku tertawa, karenanya aku kecewa ( @residurasa ). Ini pertama kalinya kami berdebat cukup serius setelah 21 tahun bersama. Kami memang sudah bersahabat ketika sama-sama memasuki Taman Kanak-kanak. Hingga tanpa sadar, aku mulai menaruh harap padanya, mengisi hatiku perlahan dengan segala tentangnya. Seharusnya aku sadar, melabuhkan hatiku padanya sama halnya aku harus siap menelan kekecewaan.
Kisah masa kecil kami tidak jauh berbeda. Kehilangan makna dari sebuah kata ‘keluarga’. Hanya saja, ia masih asyik berkubang di luka hatinya. Membuatnya selalu menghindari hubungan yang serius. Entah, akan sampai kapan ia terjebak. Kupikir aku mampu merubah itu. Tapi nyatanya, selama kita bersama tak ada satupun hal yang berubah diantara aku dan dia.
Napasku terasa berat ketika kenanganku akhirnya jatuh pada hari di penghujung bulan Juni tahun lalu. Dibawah rintik hujan, kamu berkata bahwa kamu akan pergi.
“Melanjutkan studiku.” ujarmu.
Aku mengerucutkan bibir. 100% yakin itu hanya alibi untuk menghindariku karena tempo hari aku dengan bodoh dan bar-bar menyatakan perasaanku yang sudah lama terpendam.
“Jangan aku. Jangan pilih aku. Aku takut jika denganku kau menangis hingga tersedak-sedak ( @fktmadang ). Lukaku belum kering sepenuhnya, masih basah dan menganga. Aku tak mau melihat tatapan kecewamu.”
Dengan segala rasa yang berkecamuk dalam dada, aku berusaha mengikhlaskan kepergiannya. Berusaha bijak dalam menerima keputusannya. Sepenuhnya aku sadar, ia memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyembuhkan luka.
Bagiku, kamu adalah sumber tawa yang dikirimkan Tuhan untukku. Bahkan kamu tak perlu jadi badut untuk melucu ( @coretanpenamaya ). Semua tingkah lakumu selalu saja sukses buatku bahagia. Bersamamu pernah semenyenangkan itu rupanya ( @hujanrinduu ). Ya, dan kini aku sukses kembali mengenangmu dengan segala sesak yang tertinggal di dada.
Satu harapku dimanapun kamu berada, kamu baik-baik saja. Temukanlah seseorang yang bisa membuatmu bercerita banyak hal, melepas suka maupun duka. Hingga bersamanya kau terbiasa tertawa terbahak-bahak ( @fktmadang ), menyembuhkan luka yang ada.
Berbahagialah. Meski tanpa aku di dalamnya.
Sebuah kolaborasi iseng meMASAK (Main Sambung Kata). Selamat menikmati masakan yang dibuat dengan berCANDA.
#writingproject#masak(mainsambungkata)#masak(nya)janganserius#masakannyahambar#akhirnyamateng#kolaborasi
112 notes
·
View notes