#akhir ramadan
Explore tagged Tumblr posts
Text
Menulislah
Sejak menonton film catatan akhir sekolah dan radio galau FM, ketertarikan akan dunia menulis mulai muncul. Kadang iseng-iseng buat buku harian, nulis di blogspot, Instagram, dan sekarang tumblr.
Ketika kuliah, membaca kebiasan menulis tokoh-tokoh Islam besar seperti Buya Hamka, Sayyid Qutb, Abbas As-Sisiy, Yusuf Qardhawy, dan tokoh lainya, membuat diri ini menyadari betapa sesederhana tulisan mampu merubah zaman saat itu dan juga setelahnya.
Menulis tak hanya menulis, namun memberikan ruh dalam tulisan agar mengingatkan manusia untuk belajar dari kesalahan dan mendekat kepada ketakwaan.
Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Ust. Sholikin Abu Izzudin, bahwa tulisan kita itu haruslah senantiasa memberikan hikmah, pengingat, dan juga menyalakan optimisme selayaknya pribadi seorang muslim agar lebih semangat lagi untuk berbuat baik dengan orang lain, dan tentu harus bertanggungjawab.
3 bulan kebalakang, mencoba belajar menulis untuk mengikuti jejak orang-orang shaleh, berbagi ilmu, menyalakan optimisme, dan yang paling minimal bermanfaat untuk orang lain melalui tulisan.
So, here we go. Bahtera Dakwah dan Menyala Kesatuan.
Surakarta, 20 Ramadan 1445 H.
43 notes
·
View notes
Text
THR
Dulu, semasa SD, aku rajin sekali tarawih di masjid depan rumah (tinggal nyebrang), datang 30 menit sebelum adzan isya, agar bisa main-ngobrol dulu dengan teman. Tak lupa jajanan sarimie dikremes dimakan mentah yang aduhai enak sekali. Meskipun solat-nya enggak full, banyak mainnya sama capek, di-akhir tarawih ikut berbondong-bondong minta tandatangan imam di buku ramadan.
Pas subuh, kadang bapak maksa aku solat ke mesjid, yang berujung ketiduran pas ustadz nya dakwah, terus dibopong bapak ke rumah. Sehabis itu, aku enggak pernah mau ke mesjid subuh lagi, takut ketiduran lagi, malu.
Waktu itu, full datang tarawih karna, selidik punya selidik, akan ada THR (amplop) buat anak-anak yang rajin ke mesjid, dibagikan di akhir ramadan. Tentu saja itu penyemangatku, seperti anak-anak lain. Tapi, anehnya aku gak pernah kebagian amplop. Di tahun pertama, aku tanyakan pada bapak, "amplop ku mana?". Beliau jawab, "gak ada". Di tahun kedua, pertanyaan dan jawaban berulang. Begitu pun di tahun-tahun selanjutnya, sampai aku lulus SD. Aku pun enggak pernah nanya kenapa, atau kepo.
Baru lah pas aku SMP, bapak ku cerita, kalau sebenernya anak-anak beliau (aku dan kakak-kakak ku) itu dapat amplop dari masjid, TAPI beliau tolak T___T katanya, buat yang lain aja, anak-anak gak perlu. Pas denger itu kayak, ya alllaaahhhhh... seumur-umur w gak pernah ngerasain dapet THR dari masjid gara-gara bapak w...
3 April 2024
11 notes
·
View notes
Text
Di Antara Nikmatnya Kesibukan
"Wah, capek banget ya"
Aku mengeluhkan kesibukanku hari-hari belakangan. Lelah sudah menemani ku kira-kira satu pekan ini. Iya, baru tuju hari sebenarnya, setelah panjang waktu luang dan jadwal yang fleksibel berbulan-bulan lamanya. Jadwal harianku kini padat, siang hari dengan mobilitas tinggi, dan waktu istirahat yang sungguh sebentar. Tubuhku lelah, bahkan hampir tumbang. Kepala ku berdenyut sakit, kaki yang ototnya semakin terlatih, dan konsentrasi yang mudah sekali terganggu. Tubuhku –dan aku, benar-benar sedang beradaptasi.
***
"Mba kan, akhirnya terkabul doanya"
Kata ibuku di hari keempat aku pulang. Ah, masa sih? Pikirku masih penasaran. Memangnya, doa apa yang aku pernah panjatkan sebelum hari ini?
***
"Syaratnya suka jalan-jalan mba. Suka jalan-jalan kan?"
Kata Pak Harmunadi, yang menghubungkan aku dengan tempat aku belajar hari ini. Ah, syarat yang mudah bagi aku. Ditambah, jalan-jalan adalah kesukaan ku. Ternyata Allah kabulkan, walaupun menjalaninya juga tidak mudah! Ternyata kaya gini rasanya, menjalani hidup di atas mimpi dan cita-cita yang kita semogakan. Capek sih, tapi ini capek yang aku pilih dan Allah kasih jalannya. Syukur akhirnya sering dilangitkan, setiap kali lelah datang. 'Ingat, kamu punya rencana dan ini salah satunya. Semoga benar, ini jalannya' kataku terus meyakinkan diri sambil berdoa.
***
"Ini salah satu tanda kapasitas dirimu bertambah"
Seorang manajer menyampaikan di tengah-tengah forum evaluasi. Waktu itu, aku sih merasa di luar konteks. Tapi setelah hari ini hadir, dan jadwalku bahkan baru selesai pukul 22.00 dan dimulai jauh lebih pagi saat hari masih gelap sementara aku masih memiliki energi untuk orang lain, aku cuman berharap semoga aku bisa terus belajar dan meningkatkan kapasitas diri ku untuk menebar manfaat dan kebaikan pada orang lain.
***
"Aku pengen ketemu orang-orang baru, aku pengen belajar" dan Allah kasih tempat baru dan orang baru untuk belajar. Alhamdulillahilladzi bini'matihi tatimmush shaalihaat. Alhamdulillah, alhamdulillah. Allah answered your duaa', Fa!
***
"Semangat mba!" Kata adek di tempat aku belajar. Usianya masih sembilan belas. "Capek mu hari ini adalah keinginan semua pengangguran di luar sana" lanjutnya sambil menyeringai dan tertawa. Ah, nikmat apa ini bertemu orang baik.
Waktu yang padat membuat aku semakin disiplin soal jadwal –walaupun beberapa akhirnya memang perlu direlakan sebagiannya. Waktu yang padat membangun kebiasaan ku untuk beraktivitas jauh lebih pagi dari biasanya –persiapan Ramadan deh kayanya. Waktu yang padat membuatku mau bergerak meski tubuh sudah meminta untuk istirahat –memakai sebaik-baik waktu untuk mempersiapkan hari esok. Waktu yang padat, semoga berkah untuk aku dan orang-orang sekitar.
***
"Mba, aku lihat kamu seneng deh, muka mu positive vibes banget" katanya setelah baru saja aku menutup pembelajaranku hari ini. Ah, sungguh pujian yang menyenangkan di akhir jam kerja. Ternyata, I still got the vibe setelah aku kira akan susah diterima di tempat baru. Alhamdulillah, thank you Allah udah bikin segala hal jadi indah dan sangat aku syukuri.
***
Akhir kata, di antara nikmatnya berlelah-lelah bekerja, belajar, berbisnis, dan berkarya: adalah syukur yang menyempurnakan, membuat semuanya terasa lebih indah. Sebab hanya karena Allah lah, segala hal menjadi sempurna.
***
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada Mu segala kebaikan darinya dan kebaikan yang ada padanya, dan aku berlindung kepada Mu dari keburukan yang datang darinya dan keburukan yang ada padanya. Aamiin.
Surakarta, 15 Januari 2024 (yang sebenernya di Karanganyar haha)
7 notes
·
View notes
Text
Ramadan yang akan bergegas pergi, tak peduli seberapa maksimal kita menghargai keberadaannya, tak peduli seberapa maksimal kita beribadah kepada-Nya. Yang terpenting di akhir Ramadan ini adalah bagaimana kita memanfaatkannya dengan sebaik mungkin, sebelum berpisah dengannya yang kelak pasti akan kita rindukan.
Ya. Satu atau dua hari lagi Ramadan akan berakhir, masih tersisa sedikit waktu mengumpulkan bekal kebaikan, melangitkan setiap doa, mengulang-ngulang permohonan ampun kepada-Nya.
Semoga Allaah Ta'ala ijabah segala yang menjadi pinta kita. Allahumma innaka affuwun tuhibbul afwa fa'fu anni.
29 Ramadan 1444 H
25 notes
·
View notes
Text
Catatan Akhir Ramadan • #telusursejati
Background by Alena Ganzhela
15 notes
·
View notes
Text
Surat ini sebenernya udah self-explanatory dan eksplisit bgt sih, tapi setelah belajar lagi soal tafsirnya Masyaa Allah, pengingat buat diri ini setiap kita lagi ada masalah.
—
Dari ayat 1 aja Allah udah bilang bahwa ‘bukankah Kami sudah melapangkan dadamu?’ Karena hati yang lapang tuh ternyata bener-bener kunci awal biar kita bisa tenang menghadapi ujian dan ketetapan Allah. Di ayat ke-2 dan 3 dijelasin lagi bahwa Allah udah menyingkirkan beban/kesulitan yang membebani diri kita.
—
Terus gong nya adalah ayat 5 dan 6. Allah disini ngingetin bahwa kemudahan yang besar akan datang BERSAMAAN dengan kesulitan. Bukan ‘setelah’ kesulitan, karena mereka tuh sepaket! Kalau kita dapet kesulitan, udah PASTI akan ada kemudahan yg menunggu di akhir. Kalau mau dapet kemudahan, pasti harus melewati kesulitan dulu.
—
Dan disini ditulis jg struktur kalimatnya ‘الْعُسْرِ’ artinya kesulitannya cuma satu, sedangkan kemudahannya digambarkan lebih dari satu (‘يُسْرًا’ tanpa pake ‘ْال’ ). Kemudahannya aja lebih banyak dibanding kesulitannya, tapi kitanya aja keburu galau/sedih duluan begitu dikasih kesulitan.
—
Masyaa Allah -nya lagi, disini Allah bilang kaya gitu sampai DUA KALI. Kenapa? Karena Allah tau manusia kalau lagi sedih/galau dapet ujian, harus dicomfort dan diyakinin berulang-ulang. Ini tuh bentuk saking sayangnya Allah sama kita sampe bilang ‘Gapapa, gapapa, tenang aja hamba-Ku’ nya dua kali.
—
Terakhir di ayat 8 diingetin lagi ‘Hanya kepada Rabb-Mu lah hendaknya kamu berharap’. Nangiss, mau curhat sama seribu orang juga, yha cuma Allah yang bisa nolongin kita dari masalah kita, yang bisa ngasih ketenangan atas masalah kita. Udah seharusnya banget emang memohon pertolongan dan petunjuk tuh sama Allah yang emang Maha Penolong.
—
Sumber: “Surah As-Sharh-Day 19 Ramadan with Quran” (Bayyinah Institute-Ust Nouman Ali Khan) dan “Tafsir Surat Alam Nasyroh Ust Muhammad Nuzul Dzikri”
Source : ig@dailydoseiman
5 notes
·
View notes
Text
Berkah
Kalau ada satu kata yang selalu aku ulang-ulang dan yakini dan jadi pegangan dalam hidup akhir-akhir ini adalah "berkah". Doa-doa aku sekarang udah ga minta ini itu lagi, aku cuma minta keberkahan dalam setiap sendi dan part kehidupan aku.
Urusan jodoh, aku udah ga minta jodoh dengan kriteria a-z lagi, aku cuma minta dijodohkan dengan lelaki terbaik yang dipilihkan oleh Allah buat aku, aku cuma minta jodoh yang berkah, berkah berarti berkumpulnya segala kebaikan, terserah Allah aja gimana wujud nyata pengabulannya.
Urusan pekerjaan juga sama, sebenarnya secara orang-orangnya aku ga terlalu masalah sih sama rekan kerja, so far mereka baik dan lingkungannya juga nyaman, walau di beberapa part memang banyak yang engga satu frekuensi, tapi secara profesional masih cincai lah. Tapi ada beberapa hal yang secara sistematis engga banget, aku cuma takut lama-lama aku jadi ga peka lagi sama keburukan karena banyak mentoleransi keburukan-keburukan yang sistematis. Kalau dibilang nyaman sih nyaman, tapi ada sisi yang masih bikin hati ga tenang, kalo Allah kelak bukakan opsi lain aku tentu pengen bergerak ke tempat yang lebih baik.
Ada salah satu ayat favorit sekaligus yang terkenal sebagai doa nabi Nuh as., ayat 29 surat Al-Mu'minun yang artinya "Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi, dan Engkau adalah sebaik-baik pemberi tempat". Ayat ini jadi ayat harapan sekaligus ayat yang membuat aku bertahan for good sampai saat ini di tempat kerja sekarang. Jujur, banyak banget ketidakidelan yang tersistem, tapi disisi lain aku juga butuh buat bekerja. Aku selalu percaya apapun yang Allah kasih buat aku adalah yang terbaik buat saat ini, berarti pun tempat kerja sekarang berarti inilah tempat kerja yang Allah berkahi buat aku for this time. Di sisi lain aku juga berharap Allah bakal membimbing, memudahkan, dan membukakan jalan lain, tempat berkarya lain yang lebih berkah dalam segala aspek di masa yang akan datang.
Udah dulu deh ngomongin berkahnya. BERKAH, KUMPULAN KEBAIKAN, MENUMBUHKAN, DAN MENCUKUPKAN IN ALLAH'S WAYS.
💜💜💜
Rangkasbitung, 05.04.2024 , 26 Ramadan 1445H
2 notes
·
View notes
Text
Ajaib
Dulu, yang kusebut keajaiban adalah ketika doa yang sering kupinta dikabulkan Allah meski kemungkinannya sangat kecil. Sekarang, yang menurutku ajaib adalah perlahan aku diberikan rasa tenang dan menerima takdir, meluaskan maaf terhadap segala ketetapan yang terjadi di hidupku. Meski kebanyakan yang kuterima sungguh jauh berbeda dengan rencanaku. Menjalani hal-hal yang ada di depan mata, juga menikmati dan berusaha hadir di momen-momen kecil di hidupku.
Setelah mengalami beberapa gemuruh yang membuat fisik dan mental cukup kewalahan dalam beberapa waktu ini. Aku jadi menyadari bahwa nikmat fisik yang sehat, serta mental yang tenang adalah keajaiban itu sendiri. Dengan fisik yang sehat, Allah masih memberikanku kesempatan untuk mengusahakan mimpi-mimpiku lagi, meski jalannya tampak terjal dan berliku. Dengan ketenangan batin, aku tak mudah limbung ketika ternyata fase hidupku, bentuk rejeki yang kuterima tidak sama dengan orang-orang di sekitarku.
Pada hari-hari akhir ramadan ini, yang kupinta hanya ketenangan menjalani berbagai fase hidupku kedepan. Karena apa yang kupikir baik, belum tentu seiring dengan masa depan yang sudah Allah rancang untukku. Aku selalu meyakini bahwa Allah selalu tahu yang terbaik untuk hidupku, meski ternyata berbeda versi dengan apa yang telah kuupayakan.
Pada akhirnya, yang selalu kuperlukan hanyalah bimbinganNya, dalam menjalani setiap langkah kedepan. Karena banyak hal yang tidak aku ketahui tentang alur hidupku, semoga aku diberi keluasan hati untuk menerima dan menjalani dengan baik, apapun ketetapanNya untukku.
5 notes
·
View notes
Text
Kebersamaan
Pair : Solar x Reader (f)
Genre : kinda angsty, marriage life au
Summary : Solar sadar bahwa ia telah mengabaikanmu akhir-akhir ini. Ia tidak begitu memperhatikan bahwa kamu protes soal kebersamaan kalian yang hilang. Jadi Solar terus menganggap kamu baik-baik saja sampai suatu malam, ada sesuatu yang ganjil dari perilakumu.
Solar berprofesi sebagai chemical engineer, yang tahun ini sedang merancang salah satu proyek besar; memproduksi biodegradable—dalam rangka mengkampanyekan program GO GREEN untuk meningkatkan dampak yang lebih positif bagi lingkungan.
Tanggung jawabnya sebagai kepala proyek membuatnya harus mengeluarkan tenaga dan pikirannya secara ekstra. Ia jadi sering berangkat pagi dan pulang malam. Menghabiskan waktu seharian berada di tempat kerja.
Solar memeriksa sebuah pesan teks online yang masuk melalui ponselnya.
Solar, pulang jam berapa?
Itu kamu, si pengirim pesan sekaligus perempuan yang sudah berstatus sah sebagai istrinya. Kamu selalu mengabarinya seperti ini akhir-akhir ini. Padahal menurutnya itu adalah hal yang tidak perlu. Karena kamu secara teknis sudah mengetahui jam pulang kerja Solar, jadi untuk apa bertanya lagi? Tapi Solar tetap membalasnya seperti biasa.
Balasan lainnya muncul.
Hari ini aku masak rendang kesukaanmu.
Solar tidak mengerti apa urgensimu untuk repot-repot memasak makanan yang tidak bisa ia makan untuk malam ini. Solar selalu pulang larut malam, tak bisa menemanimu. Tapi ia mengerti, kamu menyayanginya. Ia harus menghargai usahamu itu.
Terimakasih, aku akan memakannya saat sahur nanti.
Solar meletakkan ponselnya ke dalam sakunya setelah berbalas pesan denganmu.
Kini ia sedang mengantri makanan prasmanan yang disediakan secara gratis untuk makan malam di tempat kerjanya. Terkhusus pada bulan Ramadan, ada tambahan takjil gratis bagi yang berpuasa. Hal inilah yang membuatnya tak ingin pulang dan berbuka puasa di rumah.
Solar tak ingin menyia-nyiakan jatah makannya. Menurutnya adalah hal yang mubadzir makanan mewah mewah ini dianggurin. Ini kan makanan jatahnya—yang dipotong dari uang gajinya.
Namun, ada satu hal lain yang tidak kamu ketahui. Solar selalu terlambat pulang larut malam bukan karena kerja, tapi karena mengikuti pesta kecil-kecilan yang diadakan selepas tarawih. Acara itu semacam perkumpulan pergaulan kelas atas yang dimana para hadirin hanya berhaha-hihi sambil menikmati kudapan mewah untuk melepas penat.
Itu adalah kegiatan yang Solar senangi. Ia cukup menyukai acara sosialita kelas atas. Acara-acara semacam itu mampu membuat harga dirinya melonjak naik. Dan ia sering mengikutinya tanpa memberitahukannya kepadamu.
"Mau kemana Pak? Buru-buru amat." Solar menegur seseorang yang akrab dengannya—manajer HRD perusahaan, Taufan.
"Oh itu, hari ini saya ingin buka puasa rumah." Taufan tersenyum lebar. "Saya kangen istri.. Istri juga sudah masak banyak katanya. Hehe, saya jadi nggak sabar mau pulang."
Solar bergumam sebagai tanggapan sambil berjalan maju. Ia mengambil piring dan sendok, kemudian mengambil lauk-pauk yang tampak menggugah selera.
"Oh, Bapak juga mau pulang toh? Saya juga. Anak-istri sampai ngambek karena sering saya tinggal. Saya sampai diancam tidur luar hohoho... Tapi saya bersyukur karena punya keluarga. Rumah jadi terasa lengkap." Bapak tim marketing yang lagi mengantri ikut nimbrung.
"Bapak beruntung. Putriku satu-satunya adalah harta saya yang paling berharga. Ramadan tahun lalu, kami masih berpuasa bersama, tapi sekarang kami hanya bisa berkomunikasi lewat video call karena dia sedang kuliah di luar negeri. Saya kangen.." Ibu-ibu bergincu tebal—tim produksi—di belakang Solar menyahut.
Solar mendadak gugup ketika mereka membahas keluarga. Ia jadi teringat padamu yang akhir-akhir ia abaikan. Sementara itu, Taufan sudah pergi sedari tadi setelah berhasil membungkus pulang jatah makannya.
Si Bapak bertanya ke Solar. "Bagaimana dengan Bapak? Bapak tidak ingin buka puasa di rumah juga?"
Solar tersentak, gelagapan. "A-itu besok saja—"
"Oh begitu.. Apa tidak apa-apa meninggalkan istri sendirian di rumah?"
Solar keringat dingin. "Itu.."
Ia menghela nafas lega saat antrian berakhir yang berarti percakapannya pun akan terhenti juga. "Tidak apa-apa. Saya permisi duluan, Pak." Solar lekas kabur dari pembicaraan yang membuatnya canggung itu.
Solar mengambil meja dekat dinding, membaur dengan orang-orang perusahaan lainnya. Ia melakoni dirinya sebagaimana biasanya ia membangun citra dirinya di hadapan orang-orang. Di tengah-tengah cengkrama sebelum buka puasa, mendadak ia kepikiran kamu.
Percakapan mengenai keluarga tadi sukses mempengaruhi pikirannya. Ia akhir-akhir ini sadar bahwa ia cukup mengabaikanmu. Ia terlalu dibuai oleh kesenangan disini. Kamu sekarang sedang buka puasa sendirian, tapi tidak apa-apa kan? Kamu tidak pernah protes soal ini.
Sementara itu, waktu buka puasa telah tiba.
Setelah kepikiran kamu, tiba-tiba Solar ingin cepat pulang ke rumah. Ia ingin tahu keadaanmu. Ia tidak bisa mengingat—percakapan apa yang ia lakukan denganmu terakhir kali saat tatap muka? Atau kapan terakhir ia mengusap kepalamu sebelum tidur? Ia bahkan tidak ingat bagaimana kondisi kamu terakhir kali sebelum berangkat kerja.
Padahal tinggal serumah, tapi bagaimana bisa ia tidak tahu kabarmu akhir-akhir ini?
Solar cepat-cepat menghabiskan makanannya. Setelah kepikiran kamu, ia jadi tak berminat untuk mengikuti acara haha-hihi yang sebenarnya hanya membuang-buang waktu.
Solar mendecak kesal ketika mobilnya terjebak macet panjang yang ternyata disebabkan oleh kecelakaan motor terlindas truk. Sebenarnya itu berita besar, namun Solar akan mencari tahu detail beritanya nanti.
Sampai rumah ternyata lebih lambat dari yang diharapkan. Jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas. Kamu pasti sudah tidur.
Solar membuka pintu sambil mengucap salam. Ia menemukanmu sedang terbaring di sofa tengah. Kenapa kamu tidur disini? Solar mendekatimu untuk memeriksa dan kemudian mengangkat tubuhmu untuk dipindahkan ke kasur. Kamu harus tidur dengan nyaman.
"Hngg.. Solar?" Kamu terbangun, membuka mata sedikit untuk mengintip.
"Pindah ke kamar. Jangan tidur disini." katanya sambil berjalan membawa tubuhmu. Kamu mengalungkan tanganmu di leher Solar sambil memejamkan mata.
Sesampainya di kamar, Solar membaringkanmu dengan hati-hati. Ia hendak bangkit, tapi tanganmu masih mengunci lehernya. Solar reflek menahan tubuhnya dengan topangan tangan di kasur untuk mencegah badannya jatuh menimpamu.
"(Nama)..." Solar melepaskan tanganmu. Ia harus ganti baju sebelum tidur. Tanganmu berhasil lepas, namun sedetik kemudian kembali melingkari lehernya lagi.
"Kamu mau pergi lagi..?" Kamu berdengung. Matamu masih terpejam.
Solar memproses sebentar. Kamu mengigau?
"Sebentar (Nama)." Solar kembali melepaskan tanganmu, namun ia kaget saat kamu tiba-tiba merengek.
"Mau kemana lagi..?"
Solar menggenggam kedua pergelangan tanganmu. "Aku mau ganti baju dulu."
"Gak usah. Kamu pasti bakal lama lagi datangnya..."
Solar menatap wajahmu. Alismu mengerut, terlihat gelisah. Perilakumu tampak ganjil. Belum lagi Solar hendak melepaskan diri, kamu menarik tubuh Solar mendekat. Solar panik—tapi ia tak menolak. Kepalanya mendarat di dadamu. Kamu memeluknya erat.
"Aku kesepian.." lirihmu persis di atas kepalanya. "Kita.. udah jarang ngobrol. Kamu bahkan tidak pernah melihatku dengan benar.. Kamu selalu sibuk. Pulang larut, berangkat pagi-pagi sekali. Aku sampai berpikir apakah kamu bosan padaku dan punya cewek baru.."
Suaramu bergetar seperti ingin menangis.
"Aku bingung... Setiap aku tanya, kamu diam. Setiap aku memulai obrolan, kamu jawabnya irit kata kayak lagi hemat tenaga banget. Apakah proyeknya seberat itu sampai-sampai kamu merasa kalau bicara denganku jadi buang-buang waktu dan tenagamu?—Solar.. Aku sudah tak menarik lagi ya? Masakanku kurang enak? Atau aku terlalu menuntut ini itu? Tolong beritahu aku.."
Hati Solar bergetar. Ia tidak tahu kalau kamu sampai sesakit ini. Kamu yang Solar tahu itu—perempuan yang lebih mengedepankan rasionalitas dibandingkan perasaan. Jadi melihat sisi rentanmu seperti ini membuatnya tersadar bahwa perilaku yang ia lakukan sudah keterlaluan.
Ia kira kamu tidak ada masalah karena tidak bertanya, tapi itu ternyata karena dirinya sendiri yang tidak mendengarkanmu. Ia terlalu memikirkan kesenangannya sendiri, sampai lupa kalau ia punya kamu—istrinya—yang juga mempunyai hak untuk dibahagiakan.
Kamu mengeratkan pelukan. "... Solar, aku kangen.."
"Maaf.." Solar berbisik lirih. Ia membenarkan posisi tidurnya di sampingmu, kemudian mengusap-ngusap pipimu dengan penuh penyesalan.
Ia tidak tahu kamu dalam kondisi sadar atau tidak. Tapi bahkan walaupun kamu mengigau, Solar akan menganggapnya serius.
Malam ini ia langsung menemanimu tidur tanpa mengganti baju kerjanya.
-
Solar cepat-cepat pamit setelah pekerjaannya selesai.
Kejadian semalam tentu saja tak mungkin tak menganggu Solar. Sepanjang bekerja, konsentrasinya beberapa kali terpecah karena teringat denganmu.
Sahur tadi, kamu tidak mengatakan apa-apa. Hanya terjadi keheningan seperti biasa. Solar juga tidak mengungkitnya—ia menunggumu mengatakannya. Namun, yang terjadi hanyalah keheningan. Dan keheningan yang sebelumnya terasa biasa saja, kini terasa canggung dan menyesakkan. Kamu sudah tak peduli lagi kah padanya?
Solar telah sampai di parkiran.
Sebelum menghidupkan mesin mobil, sekali lagi ia memeriksa ponselnya. Tidak ada notif darimu yang masuk. Aneh, biasanya kamu selalu menanyakannya, 'pulang jam berapa?' atau memberitahu bahwa kamu memasak makanan kesukaannya. Namun, kali ini sepi.
Apa terjadi sesuatu padamu? Solar segera menancapkan gas mobilnya dengan cepat menuju rumah.
Bertepatan itu, waktu buka puasa telah tiba ketika sampai di rumah. Solar masuk ke dalam rumah dengan agak terburu-buru. Daripada lekas berbuka puasa, hal yang pertama yang ia lakukan adalah menemuimu. Ia langsung mencarimu ke dapur—tempat yang memungkinkan kamu berada ketika buka puasa—namun ternyata kosong.
"(Nama)!" Solar memanggilmu dengan khawatir. Ia mencari ke seluruh ruangan yang ada di lantai satu ini. Ruang tamu, tidak ada. Ruang cuci, kamar mandi, jemuran, tidak ada. Kamu tidak ada dimana pun di lantai satu yang luas ini.
Kekhawatirannya muncul semakin besar. Ia bergegas naik ke lantai dua.
Solar memanggilmu sekali lagi sambil membuka pintu kamarnya.
"Solar?" Matamu terlihat kaget melihat presensi Solar di ujung pintu kamar dengan tampang ngos-ngosan.
Kamu sedang menyantap makanan di depan televisi yang menyiarkan acara hiburan.
"Kamu pulang?!" Kamu memekik tak percaya sambil menghampiri Solar.
Solar mengusap wajahmu sambil mengucapkan syukur berkali-kali dalam hatinya. Ia sempat cemas kamu terjadi sesuatu yang tidak-tidak hari ini. Tapi syukurlah, kamu baik-baik saja.
Kamu meneliti tampang Solar dari atas sampai bawah. "Kamu kenapa?" tanyamu dengan tampang heran.
Solar tak bergeming. Ia masih berdiri di depanmu tanpa kata-kata.
"Ah, udah buka puasa belum? Aku bikinin teh dulu ya." Kamu beranjak meninggalkan Solar turun ke dapur.
Tanpa berganti baju dulu, Solar mengikutimu. Di dapur tampak kosong melompong. Kamu sepertinya tak memasak apapun.
"Maaf.. Aku gatau kalo kamu bakal pulang. Kirain buka puasa disana kayak biasanya, jadi aku ga masak apa-apa. Aku cuma goreng telur dadar tadi buat makan malam." katamu sambil menuang air panas ke dalam teko yang berisi teh celup dan gula pasir.
"Nggak apa-apa.." jawab Solar pelan. Ini salahnya. Kamu jadi mulai terbiasa di fase kesendirian, sampai kamu tak mengharapkan kedatangannya lagi. Ia mengambil tempat duduk di meja makan, lalu menenggak air putih untuk membatalkan puasa.
Kamu menaruh teko yang beruap-uap—berisi teh panas yang baru selesai dibuat, kemudian menuangkannya ke cangkir untuk Solar.
"Terimakasih." ucap Solar sambil menerimanya. Kamu duduk di kursi seberang Solar.
"Kenapa tiba-tiba pulang? Apa ada yang tertinggal?" tanyamu.
Solar termenung sejenak sebelum menjawab. "Iya, ada yang tertinggal. Aku meninggalkan kebersamaan kita di suatu tempat dan aku ingin mengambilnya kembali."
Kamu membuat ekspresi tanda tanya.
"—Jadi mulai besok, aku akan buka puasa di rumah."
Kamu menutup mulut dengan tampang tidak percaya. "Solar..." Matamu berbinar-binar, namun sedetik kemudian berkaca-kaca.
Solar bangkit menuju ke arahmu. Ia meraih tubuhmu ke dalam pelukannya.
"Maaf.. karena mengabaikanmu. Selama ini kamu pasti kesepian ya?" ucap Solar sambil mengusap-ngusap punggungmu.
Digituin Solar, dadamu semakin sesak dan air matamu semakin ingin keluar dari tempatnya.
"Jangan begitu lagi.. Aku jadi bingung banget. Kalau tak bisa bicara langsung, bisa lewat tulisan.. Biar akunya juga nggak berspekulasi yang aneh-aneh." balasmu dalam pelukannya.
"Aku mengerti. Aku minta maaf.." Solar memelukmu lebih erat lagi.
Saat ini ia mulai menyadari bahwa ia rindu pelukan hangat dan harum tubuhmu. Seiring dengan pelukan yang semakin erat, hatinya semakin diliputi rasa kangen yang teramat sangat. Ternyata ia sudah jauh denganmu sampai sekangen ini.
Solar melepaskan pelukannya, lalu menatap wajahmu. "Ohiya (Nama), gimana kalau nambah anggota baru di rumah ini? Biar kamu gak kesepian amat pas aku tinggal kerja."
Solar bertanya tanpa maksud jahil sebenarnya, tapi pipimu merona.
"Heh." Kamu meninju lengannya pelan. "Kalau sudah ada anak dan kamu masih mengabaikanku seperti ini pun, aku tetap akan sedih. Bukannya aku tidak mau. Aku juga sudah memikirkan ide itu—tapi untuk sekarang, aku masih pengen puas-puasin pacaran denganmu dulu tanpa ada yang ganggu." Kamu menunduk untuk menyembunyikan senyummu.
Hati Solar meleleh melihat sisi manjamu yang seperti ini. Yaampun, kamu imut banget. Solar ingin menerkammu, tapi ia tahan-tahan sampai akhirnya ia memilih untuk memelukmu ala beruang—super erat sampai kamu protes minta dilepaskan karena sesak nafas.
Solar tertawa kecil, menikmati gerutuan dan wajah merahmu. Pesta memang menyenangkan, namun tidak sehangat kamu. Solar tak akan melepaskanmu lagi kali ini.
Pelan-pelan, ia mengembalikan kebersamaannya denganmu yang sempat hilang.
5 notes
·
View notes
Text
Ramadan yang Berbeda
Hidup selalu saja menyajikan berita-berita tak terduga dengan silih berganti. Di awal tahun ini dan akhir tahun lalu, aku baru saja kehilangan dua sosok yang aku cinta meski dengan bentuk yang berbeda. Yangkung, dan Ayah, mereka terlalu cepat untuk pergi meninggalkanku. Meskipun begitu Allah juga memberikan sosok baru dalam hidupku yang akan menggantikan peran mereka nantinya. Ramadan tahun ini tidak ada lagi mudik ke Tuban, karena keluaga ayahku berasal dari sana. Rumah yang dulu hangat dan penuh keceriaan saat lebaran, kini telah usang. Rumah yang cukup besar itu kosong, meninggalkan kenangannya saja.
Rumah itu mungkin sangat berarti untuk ayahku dan juga saudara-saudaranya. Namun, kini Yangti, Kung dan Ayah sudah bersemayam dengan makam yang saling berdekatan satu sama lain. Do'aku tak akan pernah putus dan usai untuk mendoakan mereka. Semoga Allah memberikan pengampunan atas kesalahab-kesalahan mereka dan juga menerima segala amal dan kebaikan mereka sekalipun hanya sebiji dzarrah.
Ramadhan kali ini benar-benar baru bagiku. Karena aku memulai kehidupan baru di dunia yang selama ini bukan seperti lingkungan sebagaimana aku tumbuh. Sedikit banyak berbeda, namun bagaimanapun juga Allah memberikan keberkahan ramadhan bagi semua umat muslim. Aku mendatangi kajian-kajian di masjid yang sudah lama aku ingin datangi sekaligus menunaikan salat tarawih di sana. Mungkin, sebagai bentuk healing, karena sudah cukup lama aku merasa tidak mendapatkan siraman rohani untuk menyirami jiwaku yang kering ini. Ya Allah, lindungilah aku dari kejahatan syaitan dan dunawi yang fana ini, perkumpulkanlah aku dengan orang-orang baik dan shaleh selalu hingga nanti setelah menikah.
Pernikahanku akan berlangsung beberapa bulan lagi, dan semakin hari semakin ada saja ujian yang datang untuk menggoyahkan. Dulu aku berpikiran dan mendapatkan cerita bahwa ada saja yang terjadi menjelang hari pernikahan itu tiba. Rasanya aku ingin beristighfar memohon ampun sebanyak-banyaknya terhadapa Allah, atas kesalahan yang aku perbuat selama ini. Do'aku agar proses perjalanan menuju ibadah panjang ini semoga senantiasa diberkahi dan juga dimudahkan. Ya Allah, tetapkanlah hatiku dan juga calon agar tetap berpegang teguh kepada tali agama Mu ini. kuatkanlah kami menghadapai aral yang melintang hingga tiba waktu dimana calonku mengucap janji kepadaMu ya Allah.
Ampunilah segala dosa kami, aaamiin
#self reflection#tulisan#note to self#cerita hidup#motivasi#cerita#semangat#reminder#tumblr milestone#sajak
2 notes
·
View notes
Text
Pena
Allah penulis skenario terbaik. Dengan cara-caraNya, dikumpulkan kebaikan itu menjadi sebuah hikmah. Tentang luka yang menjadi pelajaran berharga. Karena kesabaran atas semua prosesnya. Menyulam makna, bahwa rezeki datang dari arah yang tidak disangka-sangka. Rezeki yang bermacam-macam bentuknya. Relasi, materi, potensi, yang baiknya terasa karena disyukuri. Yang tampaknya tak mungkin, ternyata berhasil. Yang terlihat mustahil, ternyata bisa dilewati. Semua dimampukan karena atas izin Allah. Semua sudah digaris. Pena takdir kehidupan sudah tertulis. Yang hilang, akan digantikan yang lebih baik. Yang menjadi takdir, akan tetap dipertemukan di kesempatan yang lebih baik. Sejauh apapun menghindar, melupakan, yang ingin datang tetap akan datang.
Semua mudah bagi Allah. Jadilah, maka jadi. Tugas kita bertawakkal, berusaha, belajar, bersabar, dan terus berdoa. Melibatkan Allah sejak awal hingga akhir prosesnya. Karena kita sangat membutuhkan pertolonganNya. Berdoalah banyak-banyak, maksimalkan untuk meraih berkah Ramadan. Terutama untuk mendapat ampunan dari Allah.
Ahad, 17 Maret 2024.
2 notes
·
View notes
Text
Doanya Firaun
“Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka), hingga bila Firaun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia, "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah.” (QS Yunus 90).”
Dalam ayat tersebut secara jelas firaun mengakui keesaan Allah SWT, akan tetapi kita semua tahu akhir kisahnya seperti apa. Beda cerita dengan Nabi Yunus saat khilaf meninggalkan amanah dakwahnya,Beliau berdoa dan memohon ampun hingga akhirnya diselamatkan oleh Allah SWT dengan dikeluarkan dari perut paus.
Dari cerita diatas kita belajar, bagaimana manusia tabiatnya ketika berada dalam masalah pasti akan memohon ampun juga berharap pertolongan dari Allah SWT. Namun kebanyakan, berdoa/memohon pertolongan terkadang hanya dilakukan saat sempit, hajat tertentu, dan alasan lainya. Saat luang, kita sibuk dengan diri sendiri, lupa duduk sejenak setelah sholat, lalai akan bersukur, dan kewajiban-kewajiban lainya.
firaun menjadi contoh meski diakhir hayat beriman kepada Allah, dia adalah pribadi angkuh akan seruan dakwah dan lalai akan amanahnya.
Mumpung di akhir bulan ramadan, perbanyak istigfar atas segala khilaf dan segera beranjak dari sifat malas menuju pribadi yang muntijah lagi.
kalau kata Mas Syukri, “Kalau merasa kurang maksimal di awal, setidaknya totalitaslah di akhir perjalanan.”
24 notes
·
View notes
Text
Day 4 - Favourite quran verse
30 days ramadan challenge
Al-Insyirah of course! Kayanya fav kebanyakan orang yah. Dari ayat 1 sampe akhir semuanya mengandung arti yg deep. Apalagi bagian fainnamaal usri yusroo, inna maal usri yusroo. Allah sampe blg 2x ituu huhu, pegangan hidup bgt saat hati lagi goyah dan mengalami banyak kesulitan.
Terlebih lagi surat ini jadi fav aku di 4 rakaat awal kalo lg taraweh/tahajud. Biasanya 4 rakaat awal itu yg agak2 panjang kaya al insyirah, al humazah, at taubah, al fil. 4 rakaat ke 2 biasanya kaya al quraish, al isra, yang pendek2 gitu lah haha. Witir baru trio qul, al falaq, annas, al ikhlas.. Begitu biasanya hehehe
3 notes
·
View notes
Text
Besok lagi jangan ditumpuk di akhir ya Mi.
Kamu emang paling pro kalau disuruh procrastination. Heran deh. Coba bagi bagi energi gitu.
Eh gimana ramadan tahun ini Mi? Gimana rencana level up nya? Eta baru dua hari juga udah oleng badanmu. Sehat-sehat ya Miii.
Ga oleng kan pas buat soal😂😆
Haha hihi udah uts aja minggu ini.
Semoga berkah, lancar, dimampukan dan dikuatkan ya Mi.
Peluk erat🤍
3 notes
·
View notes
Text
Calendar for the sacred month of Rajab
Calendar for the 7th Hijri Month: The Sacred Rajab 1445✨
The month of preparations for Ramadan, the month of giving up sins, the month of planting and sowing good deeds, and the key to months of goodness and blessings ♥
As-Sabt (Saturday) till Maghrib is 1st Rajab 1445.
Jumadul Akhir was 30 days as moon was not sighted Alhamdulillah.
-via Fernweh
4 notes
·
View notes
Text
Ramadan 1444H 30 days writing challenge
Akhir-akhir ini suka bingung mau nulis apa, hehe, jadi mumpung sudah masuk bulan Ramadan lagi, ku akan coba menulis lagi secara konsisten dan agar supaya di bulan ini bisa lebih reflektif akan diri sendiri. Credit to ChatGPT yang di-prompt-in sama @bohoque:
Let’s!
12 notes
·
View notes