#agar rambut tebal
Explore tagged Tumblr posts
Text
A Beautiful Word - Long Version
Pairing: Sukuna x fem!reader
Warnings: 18+, muteness, manipulation, emotional manipulation, possesive!Sukuna, soft!Sukuna (in last few chapters), size kink, angst, fluff, rape/non-con, post-traumatic stress disorder - PTSD, anxiety, past abuse, lost of virginity.
Written in Indonesia
Summary:
Hidupmu sangat menyedihkan. Sepanjang kamu hidup kamu menderita kecacatan. Tidak cukup sampai disitu, kamu juga menjadi korban siksaan orang tuamu. Sepanjang kamu bernafas, kamu tidak pernah merasakan cinta, kamu hanya merasakan kebencian. Sampai akhirnya kamu dibuang, hidupmu dikorbankan untuk menjadi persembahan seorang iblis penghancur, Ryomen Sukuna.
Chapter One
- Heian era
Tidak pernah terbayangkan olehmu.
Bahwa kamu akan menjadi persembahan untuk Sukuna. Menjadi persembahan seorang iblis.
Bahkan setelah orang tuamu menyiksa dirimu sepanjang kamu hidup, secara verbal maupun fisik. Setelah orang orang mencemooh dan menatapmu dengan jijik. Setelah tuhan memberikanmu musibah dengan cara kau menderita kebisuan.
Itu semua tidak berhenti sampai kamu dijadikan persembahan untuk Sukuna.
Untuk diberikan hidupmu kepadanya, kamu pun kini dirias sedemikian rupa, menjadi seorang pribadi yang tidak pernah kamu kenali.
Dalam keberangkatanmu dari desa menuju kediamannya, kamu sempat bertanya tanya mengapa orang orang desa memilihmu untuk menjadi persembahan Sukuna. Padahal jelas, banyak wanita sebayamu yang jauh lebih cantik dan menawan, juga tentu, tidak bisu. Yah, bukankah Sukuna akan menyukai sesuatu yang terbaik?
Tapi kemudian melihat ayahmu yang bersinar dengan sekantung koin emas di tangannya dan desas desus yang sebelumnya kamu dengar bahwa dibutuhkan seorang perawan dengan usia sekitar 18 tahun, menguatkan prasangkamu bahwa kamu dipersembahkan untuk Sukuna, tidak lebih karena kamu telah dijual orang tuamu.
Betapa aibnya dirimu sampai orang tuamu sendiri menjualmu kepada sesosok iblis penghancur, mengorbankan dirimu untuk sekantung koin emas yang hanya akan habis dipakai ayahmu selingkuh dan berjudi, atau ibumu membeli minuman.
Sepanjang perjalanan kamu pun menenangkan dirimu, agar tidak terisak dan menangisi hidupmu yang malang.
—
Dari awal kamu menginjakkan kaki ke dalam istana ini, kamu sudah merasakan atmosfer yang mencekam, yang mampu membuatmu tak memikirkan sepatah kata apapun di dalam otakmu. Aroma musk yang menggelitik rongga hidung memenuhi paru parumu. Sampai tatapan tajam yang menembus seluruh lapisan tebal kimono milikmu, membuatmu merasa gelisah dan tidak nyaman.
"Sebuah persembahan?"
Seorang pelayan yang tadi menuntunmu menuju Sukuna mengangguk.
Sukuna tertawa mengejek, "seorang gadis ... tak berdaya."
Kamu sudah menyangkanya, ah tidak, bahkan itu cemooh yang biasa kamu dapatkan sehari hari bukan? Tidak masalah. Kamu sudah biasa mendengarnya.
"Ya gadis, jadi siapa namamu?"
Y/N
Ingin sekali kamu menjawabnya meskipun kamu yakin akan menyuarakannya dengan suara yang bergetar, namun kamu sendiri tau, bahwa kamu tidak bisa melakukannya. Kamu tidak bisa berbicara. Kamu hanya bisa diam dan terus menunduk.
Sekitar tiga puluh detik berlalu, kamu merasakan suhu di areamu memanas. Kamu baru saja hendak mendongkak yang bersamaan dengan itu sepasang tangan mencengkram wajahmu, memaksa mata cokelatmu melihat padanya.
Pertama kalinya kamu melihat rupa Sukuna secara langsung, seorang lelaki yang memiliki rambut merah muda cerah dengan potongan rambutnya dibiarkan mengarah ke belakang, tato tato hitamnya membuat pola di sepanjang wajahnya dan tubuhnya.
Tubuhnya, begitu besar dan kamu tampak tidak apa apanya dibanding dengan dirinya.
"Apakah kamu tidak bisa berbicara sehingga tidak menjawab pertanyaanku?"
Kamu mengangguk dengan pelan.
Sukuna mengerutkan dahinya.
"Sepertinya dia memang bisu, tuan." Pelayan itu memberi tau.
Sukuna melihat dirimu dengan tatapan sinisnya, kemudian ia menyeringai.
"Oh, benar benar gadis yang tidak berdaya."
Lalu kemudian kamu merasakan dorongan kuat yang mendorong tubuhmu, hingga tubuhmu menubruk lantai dengan keras. Itu menyakitkan bahkan mungkin akan meninggalkan lebam di beberapa bagian kulitmu.
Di saat kamu masih merasakan sakit yang mendera tubuhmu, tiba tiba saja Sukuna mengukung tubuhmu di bawah tubuhnya, membuatmu benar benar terkejut sekaligus gemetar.
Tangan dengan jari jari dan kuku panjangnya merayap di sekitar tubuhmu hingga berakhir di lehermu, kamu akan selalu mengingat ini, mengingat seringainya sebelum ia mencekik lehermu. Menyempitkan oksigen yang masuk, sehingga saat ini tubuhmu sedang kekurangan oksigen.
Sebagaimana seharusnya, kamu memiliki insting untuk bertahan hidup, menepuk lengan kuatnya dengan lemah lalu mencoba untuk berteriak.
Kamu berusaha dan berusaha. Hingga satu pikiran menembus otakmu.
Untuk apa berusaha hidup di dunia yang kejam ini?
Mungkin dengan cekikan yang Sukuna lakukan ini akan menghantarkan dirimu kepada akhir penderitaan hidupmu. Setelah ini mungkin kamu bisa melupakan penderitaan di masa lalumu dan mungkin sekarang, penderitaanmu sebagai persembahan Sukuna.
Kamu akan rela untuk menyerahkan hidupmu, jika semua penderitaanmu berakhir.
Kamu pun mulai berhenti untuk menepuk lengannya yang berada di lehermu dan berhenti berteriak, kamu hanya mencoba lemas dan memejamkan mata.
Dan secara tidak terduga, Sukuna melepaskan cekikannya pada lehermu. Seketika kamu pun terbatuk karena reflek dari tubuhmu yang membutuhkan oksigen.
"Tidak berdaya dan tidak berguna bagiku. Apakah kamu sebegitu putus asanya hingga rela kubunuh?"
Hembusan nafas yang memburu terasa hangat di leher jenjangmu, dengan mata yang agak memburam karena air matamu berkumpul, kamu melihat nyala api murka dari wajahnya.
"Lalu kamu pikir aku akan memberikannya? Tidak. Kamu tidak menyenangkanku, kamu membuatku semakin marah dan aku tidak akan pernah memberimu keinginanmu."
Lalu kemudian Sukuna bangkit, berjalan menjauh, meninggalkanmu yang kusut dan berantakan.
To next chapter: Chapter Two
7 notes
·
View notes
Text
French Braid Klasik.
Semakin tebal rambut, hasilnya akan semakin terlihat cantik. Kalau rambutmu tipis, kamu bisa menyiasatinya dengan menarik-narik jalinan rambut agar hasil kepang terlihat lebih besar.
Tip editor: Berikan sedikit mousse pada rambut untuk volume ekstra lalu tarik-tarik agar kepangan terlihat lebih longgar. Mousse dapat memberikan efek volume dan tekstur pada rambut tanpa rasa lengket yang mengganggu.
0 notes
Text
alat aplikator untuk hair oil
Dilengkapi dengan 5 gigi bola elastis untuk memasukkan obat cair secara merata ke akar rambut, dan pegangan yang dapat diremas untuk mengontrol volume. Dengan itu, Anda bebas dari noda tangan dan sisa obat.slotgacor
Digunakan untuk kuas sampo rambut yang basah, membuat rambut Anda berkilau lebih sehat dan lebih indah. Digunakan untuk pijat kulit kepala kering, membersihkan kulit kepala Anda mengurangi ketombe. Dan bulu silikon tebal lembut merangsang aliran darah ke kulit kepala. Digunakan untuk alat pembersih saat meja dan dinding kotor.Tidak ada bahaya pada kulit. Sangat lembut dengan rasa yang sangat baik pada kulit. Meningkatkan aliran darah. Mengangkat sel kulit mati.
Alat pijat ini memiliki kemampuan pijat yang luar biasa, saat digunakan di kepala Anda. Alat pijat diyakini dapat menstimulasi otak Anda agar lebih nyaman dan bisa melepaskan segala penat yang ada di pikiran Anda. Selain untuk kepala, bisa digunakan untuk bagian tubuh lain seperti leher, bahu, tangan, hingga kaki. Terdapat beberapa mode juga yang bisa disesuaikan dengan kenyamanan Anda saat di pijat.polagacor
Cocok untuk rambut panjang, rambut tebal, rambut bergelombang, rambut keriting, rambut alami, rambut rapuh, bahkan janggut. Meredakan stres dan meningkatkan sirkulasi darah.
Dermaroller adalah suatu alat roller dengan jarum-jarum halus, yang merupakan teknologi masa kini untuk regenerasi kulit bagian dalam, Tentunya dermaroller adalah tools saja u/ mengikis kulit mati sehingga terbuka, pada saat inilah kulit sangat membutuhkan asupan berupa serum/vitamin, agar saat regenerasi kulit nanti akan menghasilkan kulit yang lebih baik dan sempurna. Sangat efektif untuk menghilangkan atau menghapus bekas jerawat.kartugg
Salah satu sisir yang penting untuk dimiliki karena fungsi utamanya adalah menyisir rambut dalam keadaan basah! Yes, kamu nggak perlu ragu lagi untuk mulai menata rambut langsung sehabis keramas karena sudah ada The Wet Brush Midi Brush
0 notes
Text
Gaya rambut Jepang terkenal dengan gayanya yang trendi
Pria:
Mushroom Cut (マッシュルームカット): Potongan rambut klasik ini dinamakan demikian karena bentuknya yang mirip jamur. Cocok untuk hampir semua bentuk wajah dan mudah ditata. baca juga tentang cara kerja di jepang
Wave Mash (ウェーブマッシュ): Variasi dari Mushroom Cut dengan gelombang halus, memberikan tekstur dan gerakan pada rambut. Cocok untuk mereka yang menginginkan gaya rambut yang lebih bervolume.
Two-Block (ツーブロック): Gaya rambut ini memiliki dua bagian yang berbeda, dengan bagian samping dan belakang yang dicukur pendek dan bagian atas yang lebih panjang. Cocok untuk mereka yang ingin menonjolkan bagian atas rambut mereka.
Choppy Layer (チョッピーレイヤー): Potongan rambut layer ini memberikan tekstur dan dimensi pada rambut. Cocok untuk mereka yang memiliki rambut tipis atau ingin menambahkan volume pada rambut mereka.
Slick Back (スリックバック): Gaya rambut klasik ini ditata dengan menyisir rambut ke belakang dengan pomade atau gel. Cocok untuk acara formal atau kasual.
Wanita:
Hime Cut (姫カット): Potongan rambut ini terinspirasi dari gaya rambut bangsawan Jepang kuno. Memiliki potongan lurus dengan poni rata dan bagian belakang yang panjang. Cocok untuk mereka yang ingin tampil feminin dan anggun.
Octopus Cut (オクトパスカット): Potongan rambut ini dinamakan demikian karena bentuknya yang mirip gurita. Memiliki layer panjang dan tebal yang dipotong tumpul. Cocok untuk mereka yang ingin tampil edgy dan unik. baca juga lpk jepang
Soft Bob (ソフトボブ): Potongan bob ini memiliki potongan yang lembut dan tumpul dengan sedikit layer. Cocok untuk semua bentuk wajah dan mudah ditata.
Long Layer (ロングレイヤー): Potongan rambut layer ini memberikan tekstur dan dimensi pada rambut panjang. Cocok untuk mereka yang ingin menambahkan volume pada rambut mereka atau ingin memiliki gaya rambut yang bervariasi.
See-Through Bangs (シースルーバングス): Poni tipis ini hampir transparan dan membingkai wajah dengan indah. Cocok untuk mereka yang ingin tampil feminin dan imut.
Ini hanya beberapa contoh gaya rambut Jepang yang populer. Masih banyak model lain yang bisa kamu pilih sesuai dengan selera dan bentuk wajahmu.
Tips:
Sebelum mencoba gaya rambut baru, konsultasikan dengan penata rambut untuk memastikan bahwa gaya tersebut cocok untukmu.
Bawalah foto gaya rambut yang kamu inginkan saat pergi ke salon.
Tanyakan kepada penata rambut tentang cara menata gaya rambut baru agar terlihat terbaik.
Baca juga cara kerja ke jepang
1 note
·
View note
Text
TEROR RAMBUT SAMBUNG
Orang-orang melaporkan melihat bayangan seorang wanita dengan rambut panjang melayang di sekitar rumah mereka. Suara-suara serak yang mengerikan sering terdengar di malam hari, seperti suara seseorang yang menyisir rambut panjang.
Arum adalah seorang wanita muda yang dikenal karena kecantikannya di desa kecil tempat dia tinggal. Rambut panjangnya yang hitam mengalir menjadi ciri khas yang selalu dia rawat dengan baik. Saking terobsesinya dengan rambutnya, Arum sering kali mengunjungi salon kecantikan untuk memasang rambut sambung agar tampak lebih tebal dan indah. Rambut sambung itu menjadi kebanggaannya, simbol dari…
View On WordPress
0 notes
Text
Jilbab di Sekolah Negeri Menurut Gue
Gue mau berkomentar sedikit soal guru Bahasa Inggris di sebuah sekolah negeri tingkat SMP yang menggunduli bagian depan kepala belasan orang siswi. Gue gak mau imply fobia ke Islam atau bentur-benturkan nilai. Gue mau ngomong dari sisi praktis aja.
Menurut gue, poinnya tuh bukan pakai ciput atau gak pakai ciput. Terus juga bukan soal itu sekolah agama atau negeri. Tapi soal imposing value dan pragmatisme dari "rambut". Maksudnya gini... Nampak rambut sedikit tuh ya gak apa-apa dan gak terbahaskan di kitab suci juga. Hadis ya memang ada, tapi sahih atau enggak-nya, lagi-lagi itu hanya hadis. Lalu si hadis sendiri riwayat perawi dan penuturnya juga kontroversial. Gak bisa mentah-mentah semuanya ditelan kalau "nampak rambut" = "auto neraka". Gak bisa gitu memahami tuntunan agama.
Lagian muridnya kan juga gak begitu sengaja memperlihatkan rambutnya sendiri atau yang ikut tren hijab poni gitu. Orang-orang di mana Islam berasal pun pakai kerudung gak menutup seluruhnya. Masih ada tuh perempuan-perempuan yang kelihatan rambutnya, bahkan di kota Mecca. Bahkan ketika lagi mengitari kubus hitam itu, masih ada yang kelihatan rambutnya and it's just fine. Kebanyakan dari mereka juga yang punya rambut keriting dan tebal, kayak orang-orang kulit hitam dari Afrika dan Amerika.
Gak begitu caranya mendidik murid agar mereka bisa memahami soal rambut dan kepraktisannya sebagai sebuah tuntunan agama. Karena Islam emang gak serepot itu juga (dari kaca mata gue sebagai seorang yang non believer dalam mempelajari Islam). Yang ada kamu justru membuat muridmu makin takut ke kamu, lalu ilmu yang kamu kasih gak sampai, dan kamu bikin muridmu trauma. Lalu muridmu punya pengalaman buruk soal agamanya. Ilmu gak sampai, ya dia berasa sia-sia aja buat sekolah.
Intinya gitu aja sih, hijab itu soal kepraktisan. Mengenai dia mau menutup rambutnya sepenuhnya, itu biarkan tumbuh sebagai pertimbangan atau reason saat dia dewasa nanti. Yang penting dia berhijab dulu. Malah jadi hal-hal petty.
1 note
·
View note
Text
Amanah Cantik Green Angelica Paket Maksimal Penumbuh Rambut Botak Tipis Vitamin Rambut dan Mengatasi Rambut Rontok Tanpa Ketergantungan Penyubur Rambut
Detail produk dari Amanah Cantik Green Angelica Paket Maksimal Penumbuh Rambut Botak Tipis Vitamin Rambut dan Mengatasi Rambut Rontok Tanpa Ketergantungan Penyubur Rambut
BISA BAYAR DI TEMPAT / COD (Pilih Pengiriman J&T - pilih Metode Pembayaran COD)
PAKET MAKSIMAL Paket Perawatan Maksimal dan Lengkap, Paket ini sangat ampuh untuk menumbuhkan rambut botak licin dan juga botak karena genetik.
Green angelica paket maksimal merupakan perpaduan atau kombinasi yang tepat untuk menumbuhkan rambut dengan cepat agar terlihat tebal rambut anda. Keunggulan paket ini dapat menumbuhkan rambut pada kepala yang memang sudah benar-benar botak.
Paket ini terdiri dari 3 produk yaitu :
1. Green Angelica Hair Shampo Herbal : Mengatasi dan menghentikan rambut rontok, penghilang ketombe dan minyak berlebih pada rambut ISI : 100ml/botol (Untuk Pemakaian -/+ 1bulan) CARA PAKAI --- > (Dipakai 1x sehari u/rambut berminyak. kering 2hari sekali) Shampo dipakai 1hari 2kali pagi dan sore untuk ( rambut berminyak ). Shampo dipakai 1hari 1kali pagi atau sore untuk ( rambut kering
) 2. Green Angelica Hair Tonic : Menumbuhkan rambut botak dan rontok, Mempercepat pertumbuhan rambut baru, Menghentikan dan mengatasi rambut rontok, Memperbaiki kondisi rambut yang rusak ISI : 100ml/botol (Untuk Pemakaian -/+ 1bulan) CARA PAKAI --- > Tonic dipakai 1hari 2kali pagi dan sore setelah mandi
3. Green Angelica Hair Serum Vitamin Anti DHT : Memblokir hormon DHT, mempercepat pertumbuhan rambut baru dan mencegah rambut rontok ISI : 60ml/botol (Untuk Pemakaian -/+ 1bulan) CARA PAKAI --- > (dipakai 1x sehari pada sore/malam hari 5 menit setelah pakai tonik)
LAKUKAN PERAWATAN RUTIN UNTUK HASIL YANG MAXIMAL !! Dengan pemakaian rutin, maka rambut anda akan menjadi subur kembali. Sehingga anda bisa mengatakan selamat tingga pada KEBOTAKAN ! SEGERA BUKTIAN SEKARANG JUGA !! #greenangelica #penumbuhrambut #penumbuhrambutalami #penumbuhrambutbotak #penumbuhrambutrontok #penumbuhrambutcepat #menumbuhkanrambutbotak #minyakpenumbuhrambut #obatpenumbuhrambut #obatrambutalami #obatrambutbotak #obatbotak #obatrambutrontok #obatkebotakan #penyuburrambut #obatpenyuburrambut #penyuburrambutalami #penyuburrambutrontok #shampopenyuburrambut #hairtonicpenyuburrambut #serumpenyuburrambut #HairShampo #Hairtonic #HairSerum #caramenumbuhkanrambut
0 notes
Text
Nak, kamu pergi kemana?
Mei, 1998.
Kala itu, fajar sudah lama menyingsing. Semburat kuning telah menyapa langit biru yang masih pucat. Burung gereja berkicau dengan riang, ayam jago saling bersahut unjuk kuasa.
Nasi sedang ditanak, bumbu masak tengah disiapkan. Bapak tengah berkutat dengan koran—membaca berita, sebagai ritual pagi harinya, sembari menyeruput secangkir kopi hitam panas. Televisi tak lupa dinyalakan. Sengaja, sebagai suara latar agar tidak terlalu sunyi.
Adzan Subuh sudah lama berkumandang, salat berjamaah juga sudah dituntaskan. Namun anak sulungku sedari tadi sibuk sendiri, berjalan ke sana kemari. Seperti tengah gelisah.
Dahinya mengerut, bibirnya tak henti-hentinya berdecak. Sesekali jemarinya mengacak-acak rambut hitam legamnya yang sudah gondrong. Hatiku berkata anak adamku yang satu ini memang sedang diserang gelisah. Namun gelisah tentang apa?
Hari ini, dengar-dengar ada kabar besar. Perihal panasnya dunia politik tengah hangat menyelimuti. Tak terkecuali anak sulungku yang menyandang status pelajar—Mahasiswa, lebih tepatnya.
Apa ini alasan kegelisahannya?
Almarhumah Ibuku selalu berkata, insting seorang Ibu tak pernah salah. Namun ada keraguan dalam hati. Ada rasa yang mengganjal, namun aku, sebagai seorang Ibu ‘pun tak tahu menahu.
Lantas aku beranikan beri pertanyaan kepada ia:
“Mas, kamu kenapa?”
Anakku memilih untuk diam, dengan mata yang enggan untuk menatapku kembali. Sangat bukan seperti dirinya.
Saat aku hendak kembali melontarkan pertanyaan, akhirnya sua yang ditunggu-tunggu terdengar juga:
“Bu, aku mau ikut demo. Keadilan sedang di ujung tanduk, aku harus maju.”
Hatiku seperti terjatuh dari ketinggian beribu-ribu meter, lalu tenggelam pada dalamnya samudera. Baik rungu dan hatiku enggan untuk menerima apa yang baru saja diucap. Tenggorokanku terasa tercekik, dengan benak melaju membayangkan posibilitas paling buruk.
“Demo itu menyeramkan, Mas. Kalau macam-macam kamu bisa kena dengan aparat.”
Bapak ternyata mendengar ucapan si sulung. Tanpa memindahkan ain yang rekat memandangi kertas abu.
“Aku berani, Pak. Atas nama Mahasiswa dan Rakyat Indonesia. Dalam lindungan Allah, aku ‘ndak bakal kenapa-napa.”
Suaranya begitu yakin dan berani. Seumur hidup aku tak pernah lihat sisi anak sulungku yang ini—ia yang lebih banyak menghabiskan waktu diam, selalu manggut dan nurut tatkala diberi perintah. Kesunyian kembali menerpa, hanya televisi yang benar-benar bersua.
“Ibu, Bapak. Aku maju demi kedamaian, demi kita semua. Aku akan pulang membawa kabar baik. Aku janji.”
Lagi, sunyi masih setia hadir. Dalam diam aku perhatikan wajah anak sulungku yang kini telah banyak berubah; semakin dewasa dan semakin tampan ia, persis seperti Bapaknya. Alis tebal, manik hitam, hidung mancung, dan kumis tipis.
Helaan nafas terdengar dari kejauhan. Sudah bisa ditebak, itu datang dari suamiku.
“Hati-hati kamu Mas, jangan sampai celaka.”
Bergetar hatiku. Mendengar Bapak menyetujui ia, melepas si sulung pergi ke medan perang. Aku? Mana bisa semudah itu. Hati ini tak rela melepas. Aku ingin dekap sulung, meminta ia untuk tak pergi. Namun sudah terlampau lama dan baik si sulung, sebab tak pernah ia mengabaikan ataupun membantah perintahku.
Untuk kali ini saja, kali ini saja, aku rela melepas sulung pergi ke medan perang.
“Mas, jangan lupa pulang ya? Ibu bakal menunggu kamu,”
“Tenang Bu, aku bakal pulang. Aku bawa kabar baik untuk Ibu dan Bapak, untuk semuanya. Doakan aku ya, Bu?”
Bibirku tak henti-hentinya memanjatkan doa agar sulung selamat, berada di bawah lindunganNya. Pulang dengan iras bahagia dan senyuman lebar.
Namun ia tak kunjung pulang.
Hari demi hari berlalu, kabar mengenai sulung tak pernah hinggap pada runguku.
Pergi kemana anak sulungku itu?
Kabar baik telah tersiar dengan sempurna; kemenangan Mahasiswa. Panasnya dunia politik diterpa angin sejuk, musim semi. Membawa semerbak wewangian bunga—pesta pora nampaknya sebentar lagi akan dimulai.
Namun kemana perginya anak sulungku?
Pesta pora tak berarti tanpa hadirnya anakku—anakku juga pejuang, pahlawan! Ia menepati janji, membawa kabar baik! Namun ia tidak menepati janjinya untuk pulang.
Nduk ... Nduk ... kamu hilang kemana?
Bilah pisau menikam dadaku berkali-kali. Hatiku sesak. Tiada hari tanpa raungan pilu, dan doa-doa sendu. Air mataku telah mengering bak padang pasir. Namun terus, aku menangis. Walau tanpa air mata.
Nduk, pulang.. Ibu menunggu.
Satu tahun, lima tahun berlalu.
Bapak berpulang pada Tuhan, Nduk. Bapak sangat terpukul atas hilangnya kamu lalu jatuh sakit. Ibu kini sendiri, masih menunggu kamu untuk pulang.
Cepat pulang, Nduk.. Ibu rindu..
Nduk, pulang..
Ibu rindu, Nduk ... cepat pulang.
Nduk,
Tubuh Ibu tak lagi kuat seperti dahulu, Ibu kini terkulai dengan lemah, menunggu dipanggil. Ibu minta maaf, Ibu minta maaf.
Sayang, Ibu tunggu kamu di surga, ya?
Ibu selalu menunggu kamu, kapan pun itu.
1 note
·
View note
Text
Terlalu Manis
- Oliver x Rhizu [Hetalia] -
Dengan lolipop yang disesap, Oliver tidak berhenti menyaksikan kelakuan Kuro—teman sekelas yang berbagi jadwal piket bersama. Benar, alih-alih membersihkan kekacauan kelas, mereka lebih suka tinggal sampai petang, kemudian bubar. Untuk apa? Untuk membuat kelas lebih kacau, agar besok ketua kelas terkena serangan jantung. Dalam kata lain, mereka sedang ingin berbuat onar.
Kelakuan ajaib Kuro selalu tampak jika tak ada seorang pun di sekitarnya, atau saat cuma berduaan dengan teman akrab. Oliver tidak merasa akrab dengan makhluk mesum di depannya ini. Ia cuma menyaksikan Kuro yang cekikikan dan bolak-balik keluar kelas, menunggunya duduk di meja untuk lekas ia tanyai.
"Ada hal menarik di luar?" Oliver mempermainkan bola permen di dalam mulut.
"Oh, itu hanya." Kuro mengusap bibir dengan ekspresi paling ingin Oliver timpuk.
"Bagilah, apa?"
"Ciuman." Kuro bersemu sembari menjawab.
"Hah?" Oliver bersyukur tidak pernah menganggap orang di depan sana sebagai teman.
"Begini, Ollie, bibir wanita itu berbeda satu sama lain. Ada yang tebal, tipis, bahkan di antaranya."
"Teruuuus?" Siswa rambut merah muda itu menyodorkan muka, berusaha memberi tampang paling tak berminat.
"Aku sudah merasai semuanya." Wajah sombong Kuro menambah kekesalan Oliver—ya hubungan pertemanan mereka selalu abu-abu seperti ini.
"Ya ya, terus? Kau mau mereview satu-satu?"
"Oh, untuk orang yang tak pernah berciuman? Tentu tak akan, aku tidak akan begitu ke teman." Kuro menaikkan salah satu ujung bibir.
Oliver menggigit hancur bola lolipop di mulut. "Karena aku bosan, lanjutkan saja kisahmu."
"Jika kisah, aku berencana ingin menyesap bibir seorang gadis. Kriterianya rambut pendek, warna pirang, dan ju—" Kuro terdiam saat Oliver tanpa suara mendekat, serta menaruh ujung bulpoin di tenggorokannya. "—des." Senyum Kuro memudar, lantas ekspresi galak tampil ke permukaan. "Aku tak mengincar Rhizu."
"OHHHH! YA BAGUS LAAAAH!" Manik bubblegum Oliver yang sempat ditempati titik merah menyeramkan, kini sirna. Ia kembali duduk sambil memeluk lutut. "Oh, terus-terus, siapa gadis itu?"
"Belum kutaklukan. Tapi aku jadi paham, kenapa kau suka sekali pada gadis judes."
Oliver mengusap kedua pipi sendiri dengan gemas. "Ah, itu, dia gak judes, kok!"
"Yakin? Cinta memang membutakanmu, ya."
"HEEE RHIZU-CHAN AKAN MEMBUTAKANKU?!" Oliver menjerit, membayangkan skenario horor—tapi ia suka itu, jadi ia terus membayangkannya. "Pakai apa, ya~ sendok?"
Kuro menghela napas, ia meraih pensil dan buku dari kolong meja. "Mau kugambar caraku ciuman?"
"Aku sih tidak tertarik, sungguh." Oliver acuh tak acuh meraih permen baru dari saku celana.
"Baiklah, aku akan membuat sketsa tanpa rupa. Kau anggap ini dirimu dan Rhizu."
"Nah~ kalau itu aku mauuuu!" Oliver memperhatikan tangan Kuro yang cekatan menari di atas kertas bersama pensil. Suara jam dinding berpadu dengan suara kasar Kuro saat menggambar. Oliver takjub pada hasil yang terlihat; dari cuma bulatan, menjadi garis acak, dihapus beberapa kali, kemudian menghasilkan pose dua insan menautkan bibir. Walau hanya sketsa botak semata.
"Aku buat tiga pose. Semoga kau tidak menagihku menyelesaikannya." Kuro membiarkan Oliver mengambil hasil coretan pensil.
Oliver diam begitu lama. Kuro menyesal telah memberikan gambar gratis—orang-orang selalu membayarnya dengan dollar dan memujinya bertubi-tubi.
"Kuro ..., lanjutin, dong. Dosa lho gak diselesaikan." Oliver menampilkan wajah gembira. Artinya ia suka?
"Kurang ajar." Kuro memandang galak, tampaknya fase memalukan Kuro sudah reda.
"Ayolah! Ayolah! Aku bisa memajangnya di kamar!"
Kuro menghela napas. "Kau lakukan saja ciuman dengan Rhizu. Lebih bagus ketimbang memandangi gambar."
"Kau bukannya selalu memandangi gambar ponsel pakai ekspresi cabul?" Oliver menyinggung soal hobi sampingan Kuro yang menyukai game simulasi kencan.
"Katakan, kenapa kalian belum ciuman?"
Oliver berpikir sebentar. "Karena kita bukan teman juga bukan pacar?"
"Hah?" Kuro tampak heran. "Kasihan, bahkan teman pun bukan?"
"Bukan! Tapi itu bukan masalah, mengikutinya dari waktu ke waktu, membuatku bahagia." Tebersit bayangan Rhizu yang selalu marah-marah jika Oliver keluar dari tempat persembunyian paling aneh: kolong meja kelas, depan pintu kamar mandi wanita, atau jendela apartemen.
Kuro lantas menyeringai. "Cium dulu Rhizu, nanti aku selesaikan request-mu."
"Oh?" Oliver berkedip-kedip.
Kuro menggeleng maklum. "Aneh-aneh saja. Stalker kau jabanin, nyium doang mikir-mikir."
"Bukan begitu, Kuro." Oliver menutupi setengah wajah dengan kertas sketsa. Semburat merah muda memenuhi wajah hingga ke telinga. "Kalau aku sampai tak berhenti, gimana?"
Kuro lupa, Kuro sangat lupa watak Oliver.
°°°
Kisah di atas merupakan pemicu, dan benar-benar Oliver lakukan keesokan harinya.
Di kelas yang sepi, Rhizu mencari-cari buku catatan. Sekarang sedang berlangsung ujian harian di lab. Praktikum tentang klorofil tepatnya. Gadis itu sudah mempersiapkan bahan demi hari ini, lalu buku catatan IPA-nya hilang?! Oh, sungguh momentum yang tepat untuk meneriakkan sumpah-serapah! Sayang sekali, nanti fokus dia hancur bila beremosi sekarang.
Oliver datang, menutup pintu kelas. Rhizu menoleh sekilas, mengabaikan kedatangan siswa itu beserta tanda cinta yang Oliver pahat dengan tautan jemari. Rhizu kembali fokus mengorek kolong meja—siapa tahu dia khilaf dan menaruhnya di situ.
"Mencari ini, Love?" Oliver melambaikan buku catatan putih. Sontak hal tersebut membuat atensi penuh Rhizu tertuju padanya.
"Sialan! Bisa-bisanya, kau?!" Oh, ups, ya, keluar juga kata-kata kasar.
Rhizu berlari mendekat. Dengan perbedaan tinggi yang jomplang—beda 21 sentimeter—membuat gadis itu tak sanggup meraih buku.
"Mau ini kembali, sayang? Berikan sesuatu dulu di sini." Seringaian Oliver begitu menikmati kesengsaraan Rhizu, tak lupa telunjuknya mendarat di bibir.
"Hanya itu?" Rhizu menghela napas, menatap penuh dendam.
"Yeah~ hanya itu." Jantung Oliver dibuat berdebar. Ternyata semudah ini mendapatkan ciuman Rhizu!
Namun, tidak, karena sudah kepalang kesal, yang Rhizu lakukan bukanlah mencium Oliver, melainkan menampar bibir lelaki itu dengan telapak. Bunyi nyaring yang menyakitkan hadir mengisi kekosongan kelas. Oliver terkejut, bukan hanya bibir yang perih, hidung juga kena. Alhasil, buku putih di tangan pun terjatuh.
Rhizu tidak membiarkan kesempatan ini berlalu begitu saja, bak atlit rugbi, ia melompat memeluk buku. Ugh, dadanya bertemu lantai dengan tidak mulus, sakit sekali. Cepat-cepat Rhizu bangkit, hendak kabur lewat jendela (mumpung tidak berada di lantai dua atau tiga). Akan tetapi, Oliver berhasil memeluk Rhizu dari belakang, tepat ketika kaki gadis pirang di sana menapaki sisian jendela.
"LEPASKAN! GILIRANKU SEBENTAR LAGI!" Rhizu mengamuk kala Oliver bawa ia ke tengah kelas.
"Kau mau kita ketahuan bermesraan di kelas, Manisku? Dengan berteriak begitu." Oliver terkekeh. Meski bibir dan hidung masih menyisakan warna merah yang berdenyut-denyut, ekspresinya sama sekali tak terganggu, justru tampak bersemangat.
Rhizu seketika itu bungkam, ia lempar buku ke sembarang arah, dengan sekuat tenaga memukuli tangan yang melingkari perut.
Bisa-bisanya Oliver memandangi Rhizu dengan lucu, seperti gemas ke hewan peliharaan.
"Lepaskan aku! Aku tak punya waktu untukmu!" Rhizu segera menoleh, dia geram sekali diejek!
Oliver belum sempat berujar, lehernya tiba-tiba jadi korban cekikan. Ya, Rhizu pelakunya. Tidak seperti gadis lain, Rhizu kalau malu akan melakukan serangkaian pukulan ganas. Terkhusus untuk Oliver, mencekik merupakan serangan membela diri paling kejam yang ia miliki.
Oliver tersenyum bahagia, meski paru-parunya kembang-kembis seperti mau mati, dia menikmati momen ini. Oh, Rhizu mencekiknya! Akhirnya Rhizu tidak mengabaikan! Rhizu lantas merasa jijik, segera ia lepas cekikan: berhubung pelukan Oliver sudah longgar.
Gadis pirang judes itu berlari lagi. Oliver memang baru saja dicekik, tapi cekikan Rhizu terasa seperti gelitikan. Dengan cekatan, Oliver meraih tangan Rhizu. Mohon maaf saja, ia akan berbuat kasar demi tujuan. Rhizu memekik sakit, bukannya dilepas, Oliver malah mencengkeram pergelangan yang satu lagi. Posisi mereka kini: saling memunggungi, dengan punggung Rhizu menempel ke dada Oliver. Cengkeraman tangan Oliver sangat kuat, bahkan terasa perih.
"Oliver!" Rhizu menepis rasa sakit yang dirasa: ia tetap memberontak. Dia tak mau ada nilai bolong di rapot nanti!
"Iya? Ya?? Ya, ya?? Apa?" Oliver tertawa girang. Mereka menabrak meja dan kursi, kemudian terpeleset buku: Oliver yang menginjaknya, kini mereka jatuh terduduk bersama. Rhizu menduduki salah-satu paha Oliver.
Kegaduhan yang sempat menjadi melodi di kelas, kini senyap. Mereka saling berpandangan. Oh, bukan situasi romantis, sayangnya. Rhizu dengan pandangan muak, sedang wajah Oliver menyiratkan binar-binar tidak sabar.
"Aku akan meladenimu nanti. Kelas kita sedang ulangan harian. Kau memang tidak takut nilai jelek apa?!" Rhizu lelah sekali, negosiasi mungkin berefek bagus.
Oliver cekikikan di tempat, kemudian menggeleng. "Berikan aku ciuman dulu, nanti kulepaskan. Ayo!"
"Najis!"
"AAAAAH! JANGAN GITUUUU!" Oliver tampak riang gembira jika hinaan datang dari Rhizu.
Rhizu tahu, memberontak akan menyakiti tangannya lebih dari ini. Jujur saja, pergelangan terasa perih, dan pria yang menjeratnya kini tak akan pernah melepaskan ia bila keinginannya tidak tercapai.
Lelah sekali, Rhizu lelah sekali.
Oliver menunggu, menunggu bak pemenang. Sesekali ia ciumi pipi Rhizu.
"Hentikan, sialan. Satu ciuman dan aku bebas." Rhizu mendesis bak ular, tak sudi ia berkata begini, namun bagaimana lagi? Biasanya, Oliver tidak pernah mengganggu pada jam pelajaran.
"Oke~" Oliver mulai mendekatkan wajah.
Rhizu mencicit lagi sebelum jarak antar wajah mereka terkikis. "Aku membencimu. Mati saja sana!"
Oliver menyahut saat bibir mereka bersentuhan. "Aku mencintaimu. Mati bersamaku, ya!"
Kemudian, ciuman itu terlaksana.
Mata Oliver setengah membuka, menikmati ciuman pertamanya dengan khidmat. Beda dengan Rhizu, yang mulai memberontak saat pergerakan bibir Oliver terlalu liar.
Tautan bibir itu segera terlepas ulah Rhizu yang tak mau diam.
Memabukkan, satu ciuman yang ringan namun membuat Oliver dapat merasakan dekatnya cakrawala. Terlebih, ia membeku melihat rona merah memenuhi pipi Rhizu.
Menggemaskan. Terlalu manis.
"Da-dasar, orang edan!" Rhizu melepaskan diri, sebelum kembali ke lab, ia pukul kepala Oliver lumayan keras.
Oliver kini sendirian. Pukulan Rhizu tidak mengganggunya sama sekali. Pria itu melamun cukup lama. Perlahan ia memeluk lutut dan menenggelamkan wajah disela-sela kaki.
"Ga-gawat, gawat, gawat gawat gawat gawat, gawat!! Aku ingin lagiii!"
end
0 notes
Text
Namanya pokok pandan. Bagi orang kampung setiap rumah ada je tanaman ni.
Selain kegunaannya sebagai penambah aroma kepada makanan dan penggunaan lain nya.. pokok ini banyak juga khasiat kepada kesihatan.
Sekadar petua saja bukan gerenti jadi.. sapa suka cuba boleh je dan tak suka abaikan.
Antaranya :
*Menurunkan darah tinggi*
Rebus beberapa helai daun pandan dengan sukatan 2 gelas air. Didihkan sehingga airnya tinggal kira kira setengah gelas saja. Minum airnya.
*Mengubati lemah saraf*
Ambil 3 daun pandan.. cuci bersih kemudian dipotong potong. Rebus dengan 3 gelas air hingga tersisa 2 gelas saja. Setelah suam.. minum ramuan tersebut dua kali sehari tiap pagi dan petang masing masing satu gelas setiap kali minum.
*Mengatasi lemah syahwat*
Selain digunakan sebagai ubat lemah saraf.. daun pandan juga berkhasiat untuk mengubati lemah syahwat pada lelaki. Ambil sehiris halia.. sekeping kulit kayu manis.. beberapa biji halba.. tiga daun pandan.. cuci bersih dan potong kecil kecil. Rebus dengan empat gelas air hingga tersisa dua gelas. Minum ramuan tersebut dua kali sehari.. tiap pagi dan petang masing masing satu gelas setiap kali minum.
*Menurunkan bacaan gula*
Ambil akar yang terjuntai beberapa batang.. cuci bersih.. rebus dan buat minuman.. pagi segelas.. petang segelas.
*Mencuci kewanitaan*
Rebus daun pandan.. daun inai.. daun sirih.. buah manjakani dan sikit garam. Setelah suam buat cuci kewanitaan.
*Merawat gaot*
Ambil tujuh helai daun rebus dari air lima gelas hingga jadi dua gelas.. setelah suam bolehlah minum. Segelas pagi dan segelas petang. Buat setiap hari.
*Menghilangkan bau badan*
Blander daun pandan dengan limau.. gosok gosok pada badan.. ketiak dan kemudian sabun serta bilas.. buat beberapa kali.
*Matikan kuman dalam darah*
Amalan minum air rebusan daun pandan secara kerap dikatakan juga dapat membantu mematikan kuman dalam darah agar tubuh lebih sihat.
*Menurunkan Kolesterol*
Selain menurunkan tekanan darah tinggi.. mengamalkan minium air rebusan daun pandan akan menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh.
*Mengatasi sembelit*
Rebus daun pandan dan minum airnya.
*Melembutkan daging*
Daun pandan yang dicampur dalam masakan membantu melembutkan daging.
*Buka selera makan*
Sehari 2 gelas minum air rebusan daun dapat membuka selera makan.
*Makanan tidak cepat basi*
Masukkan daun pandan semasa memasak untuk mengelakkan makanan atau minuman daripada lekas basi.
*Merawat rambut*
Kisar 10 helai daun pandan yang segar dan campur dengan 100ml santan kelapa tua. Urut kulit kepala dengan campuran tersebut dan balut kepala dengan tuala. Biarkan selama 30 minit. Basuh kepala dengan air atau syampu.
*Melicinkan kulit*
Perah dan dapatkan air daun pandan lebih kurang 5 titik. Amalkan minum air perahan tersebut bersama dengan pisang.
*Rawat resdung.. jeragat dan jerawat gajah*
Blander daun bersama buah limau.. kemudian sapu pada muka. Setelah itu dibilas bersih.. boleh juga bahan ini dicampur dengan bedak sejuk.. tampal tebal tebal bila dah kering gosok gosok dengan sapu tangan dan kemudian dibilas dengan air suam.
*Pewangi alami*
Ikat atau potong daun pandan kecil kecil ke dalam bekas dan letakkan ke dalam kereta atau almari rumah untuk bau atau sebagai penghalau lipas semulajadi.
*Merawat susah tidur*
Ambil daun pandan.. jemur kering.. digunting kecil kecil.. masukkan dalam bantal... Maksudnya sebagai ganti kekabu atau kapas Masukkan juga jintan putih dan jintan manis.
*Pewarna asli*
Kisarkan dengan sedikit air dan tapis. Sesuai untuk dijadikan pewarna asli makanan atau minuman.
*Buang angin dalam badan*
Rebus 3 helai daun bersama dengan sehiris halia serta seketul gula batu.. diminum suam
*Mengecutkan rahim*
Akarnya direbus dan diminum oleh wanita yang baru melahirkan anak. Amalkan secara berterusan selama 40 hari.
1 note
·
View note
Text
Jalan-jalan Sama CEO: Day 5
Disclaimer: Apa yang akan teman-teman baca di sini, tidak sepenuhnya merupakan terjemahan dari event Through the Season. Karenanya, saya perlu memberi sedikit pembeda:
Yang ditulis dengan huruf tebal merupakan terjemahan langsung dari event.
Yang ditulis dengan huruf biasa merupakan hasil dari ke-halu-an saya. ^_^
Terima kasih sudah mampir, dan selamat menikmati!
===
Saat berjalan-jalan, tanpa sadar, kami sudah tiba di sebuah gang yang sangat cantik. Lampion bergantungan di antara bangunan tua, menjadi satu-satunya penerangan di gang yang mungkin hanya muat untuk dua motor bersilangan.
Kugamit tangan Victor dan kurapatkan badan ke hangat tubuhnya. "Cantik sekali, ya, tempatnya?"
"Hm, eksotik."
"Ehm, pemilihan kata yang bagus."
"Dummy," gumamnya lirih, menggamit pinggangku agar lebih merapat lagi karena sebuah sepeda terlihat akan lewat dari ujung gang.
"Eh, kita foto-foto di sini, yuk?"
"Ini cuma gang kecil."
"Tapi ini gang yang cantik. Ayolah," bujukku.
"Childish," balas Victor, tetapi dia tetap berpose untukku.
"Cukup, sekarang, aku mau berfoto denganmu," katanya.
"Ah, rambutku acak-acakan, seharian jalan-jalan."
"Tidak masalah."
Kurapikan rambutku sambil kucari alasan untuk menghindar. Victor menghentikan gerakan tanganku dan menggantikanku merapikan rambut dengan tangannya yang bergerak lembut. "Sudah," katanya, tanpa mengalihkan pandangan dari ubun-ubunku.
"Eh." Tiba-tiba, aku mencium aroma yang familiar. "Bau apa ini?"
"Arak," jawab Victor, tenang.
"Arak?" Mataku membulat.
Victor sedikit mengembus napas pasrah. "Kuperingatkan, aku tidak akan menggendongmu kalau kamu mabuk."
Aku tertawa kecil. "Janji, satu cangkir saja. Ya? Ya?" Kurangkul tangannya dengan kedua tanganku.
Dia tak menjawab, hanya mendesah pasrah.
Aku menepati janjiku, maksudku, Victor memastikanku menepati janjiku. Aku hanya minum secangkir, lalu ketika menuang cangkir kedua, dia langsung mengambil cangkirku dan meminumnya sekali teguk. Tentu, aku protes, dan terus menuang ke cangkirku. Dia pun terus mengambil cangkirku.
"Sudah, ayo, kita pulang," katanya, langsung menggandeng tanganku, setelah entah cangkir ke berapa.
Aku kesal karena hanya minum secangkir, tetapi aku bisa melihat Victor jadi agak mabuk. Benar-benar pemandangan langka. Dia masih bisa berjalan, mungkin hanya sedikit pusing.
Dia juga masih cukup tegak ketika kuminta berpose lagi.
Maaf, ya, aku sedikit mengambil kesempatan.
===
Akhirnya, aku melihat Victor sedikit mabuk hari ini. Wajahnya terasa hangat sekali.
Ini adalah saat-saat yang ingin kukenang selamanya.
... Beberapa orang terlihat sempurna begitu saja di foto!
#mr love queen's choice#mlqc#mr love game#mr love#mr love victor#mlqc victor#love and producer#victor mlqc
1 note
·
View note
Text
Poni Oval.
Poni rambut ini dipotong seperti setengah lingkaran agar terlihat tebal. (Foto: Shutterstock)
Bosan dengan gaya poni yang itu-itu saja? Berikan sedikit twist dengan memotong poni menjadi bentuk oval. Subtle but cute.
Poni depan juga bagus kok untuk rambut keriting! Namun, alih-alih mencoba poni depan ber-layer, pilih poni yang dipotong sedikit melengkung atau seperti U terbalik.
0 notes
Photo
Selasa, 12 Rabiul Awal 1435 H ( 14 January 2014)
Pagi itu udara terasa begitu dingin seperti biasanya, karena sedari tadi malam hujan terus menerus mengguyur hampir di seluruh kota tempat aku tinggal atau mungkin di seluruh Indonesia karena bulan ini memang musim hujan.
Jam kecil berbentuk gitar tepat berada di sebelah monitor menunjukan pukul 4 pagi, kurang lebih 15 menit lagi suara adzan berkumandang. Rasa kantuk masih hinggap di mataku, lalu ku coba memaksakan badan ini untuk duduk dahulu sembari mengumpulkan jiwa-jiwaku yang telah mengarungi lautan mimpi disepanjang malam. Alhamdulillah, ucapku dalam hati sembari ku usapkan kedua telapak tangan pada wajah disertai dengan doa.
Suara pintu belum terdengar seperti biasanya olehku, dengan sigap aku langsung membuka pintu kamar. Baru saja ku buka ternyata ibuku sudah ada di depan pintu yang tadinya akan mengetuk untuk membangunkan ku.
Yes! I’m faster than my mom for this time!
“Udah bangun? ya udah sok cepetan ambil wudhu bentar lagi mau adzan!” ucap ibuku.
Hanya senyuman termanis yang aku lontarkan, lalu qku langsung menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu.
Bismilahirrahmanirrahim, ku siramkan air yang sejuk ini ke seluruh permukaan anggota wudhu. Mulai dari dari telapak tangan, lalu ku usapkan air ini disertai niat berwudhu ke bagian wajahku, lalu kedua tangan, rambut, kedua kaki hingga yang terakhir kutartibkan dengan doa.
Badanku sudah kembali segar, suara-suara nan indah lantunan adzan telah berkumandang bersahut-sahutan di seluruh penjuru kota. Dengan cepat ku pakaikan badanku ini dengan gamis ¾ bewarna coklat disertai dengan sarung yang bewarna sepadan motif kotak-kotak dan tak lupa kopiah ku pakai untuk menutup sebagian rambutku. Perfecto!!!
Ku buka pintu rumah yang sudah tak terkunci karena sebelumnya ayahku sudah terlebih dahulu pergi ke masjid sebelum adzan berkumandang. Langit pagi masih begitu gelap, ku susuri gang kecil yang hanya cukup satu 1 motor saja yang mampu melewatinya di temani dengan cahaya lampu milik rumah tetangga untuk menerangi jalanku menuju masjid. 2 rakaat sudah ku penuhi dan tak lupa di tutup dengan doa penuh harapan kepada Sang Khalik untuk melengkapi kebutuhan rohaniku di pagi hari.
Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 04.40 pagi, aku langsung bersiap mandi karena hari ini aku dengan teman komunitasku (Warung Imajinasi) akan pergi Hiking ke sebuah Danau di Majalaya. Yee!!!
Semua perlengkapan telah siap begitupun aku yang telah siap sedia dengan kemeja panjang garis merah abu di sertai celana abu tua plus sandal gunung favoritku juga jaket biru tua untuk melindungiku dari hawa dingin pagi itu.
Jam 05.10 pagi, Aku telah bersiap untuk pergi ke tempat pertama kami kumpul di Warung Imajinasi tepatnya daerah Cipaganti, Jl. Dr. Curie No. 1 Bandung. Seperti biasanya sebelum aku pergi, aku pamit pada orangtuaku dahulu untuk meminta doa agar aku selamat sampai tujuan tak kurang satu apapun. Namun aku hanya pamit pada ibuku saja karena ayahku masih berada di masjid. Ku cium tangan kanannya yang masih tertutupi oleh mukena dengan penuh cinta.
“Mah, Gun pamit dulu ya. Assalamu’alakum!”
“Wa’alaikum salam. Hati-hati ya!” timpal ibuku.
Ku buka pintu rumahku dengan penuh semangat, ku langkahkan kaki kiriku untuk memulai perjalanan.
Bismillahi tawakatu ‘Alallahu La hawla walaa Kuwwata Illah Billah…
Langit pagi masih sedikit gelap disertai dengan hawa dingin yang sesekali merangsek masuk ke dalam sela-sela jaketku yang tebal. Mestakung!!! Slogan itu spontan ku ucapkan karena pagi itu seakan Semesta Mendukung untuk menahan muntahan air dari langitnya agar kami bisa hiking dengan tenang tanpa perlu basah-basahan.
Kakiku terus melangkah dengan semangat menyusuri jalan sampai akhirnya aku tiba di tempat menunggu angkot. Jalanan masih sangat sepi hanya beberapa angkot dan motor saja yang berlalu lalang. Angkot jurusan St.hall-Cimahi belum saja lewat, yang ada hanya angkot jurusan Leuwi panjang yang lebih rajin lewat itupun hanya 1 atau 2 saja. Setelah beberapa menit berlalu akhirnya angkot jurusan St.hall-Cimahi terlihat dari kejauhan. Dengan cepat ku lambaikan tanganku yang dingin ini agar angkotnya berhenti. Angkotpun berhenti tepat di depanku lalu aku masuk kedalam. Di dalam angkot hanya ada 2 penumpang saja, yang satu seorang ibu berkerudung hitam yang hendak pergi ke pasar dengan mantel coklatnya yang tebal plus kantong kecil yang telah dibawanya dari rumah sedangkan satu laginya seorang bapak dengan baju rapi yang sepertinya akan pergi berkerja.
Brem… brem… brem.. angkot melaju dengan cepat tanpa hambatan karena memang pada saat itu jalanan masih kosong mungkin karena masih pagi. Tanpa disadari angkot yang aku tumpangi tidak melewati jalan yang biasanya. Aku bingung, namun setelah ku lihat-lihat aku ingat bahwa jalan ini menuju Braga.
Syukurlah, setidaknya aku tau jalan ini kemungkinan untuk nyasar dikit-lah, hiburku dalam hati.
Lalu aku turun dari angkot tepat beberapa meter di sebelah Bank BNI JPK (Jalan Perintis Kemerdekaan). Namun aku mulai ingat lagi, masalah ini belum selesai perjalanan menuju WI masih setengahnya sedangkan aku belum pernah ke WI lewat Braga. Dengan cepat ku kirim sms pada temanku Fitri yang ku harap dia tahu kawasan tempatku berada. Ku susuri jalan sambil menungu jawaban dari Fitri sampai akhirnya aku berhenti sejenak tepat di depan Pemkot Bandung. Hp-ku bergetar tanda sms diterima dengan cepat ku baca isi smsnya dan dia menyarankan aku untuk naik angkot jurusan Kalapa-Ledeng. Alhamdulillah…
Namun lagi-lagi aku harus bersabar menunggu, karena masih pagi jadi angkotnya jarang lewat. Hanya kendaraan pribadi dan taksi saja yang datang silih berganti dan sesekali di selingi oleh bus damri. Sembari menunggu angkot lewat aku berjalan sedikit demi sedikit sambil beberapa kali menoleh ke belakang siapa tahu angkot itu datang. Benar saja setelah aku berjalan beberapa meter dan menoleh untuk yang kesekian kalinya, akhirnya angkot yang aku tunggu datang juga. Dengan sigap aku lambaikan tangan “lagi” agar angkotnya berhenti. Alhamdulillah…
Hp-ku bergetar lagi, ternyata temanku Fitri sudah sampai lebih dulu di WI sedangkan aku masih dalam perjalanan karena baru saja naik angkot yang kedua. Finally setelah beberapa menit berlalu aku sampai di WI, Fitri sudah menungguku skitar 1 meter di tempat angkotku berhenti. Lalu aku lambaikan tangan padanya. Dia sudah siap Hiking sepertiya dengan sweater motif bewarna coklat di padu dengan skinny jeans biru plus sepatu biru pula dengan gaya rambut yang selalu dia ikat cepol.
“Udah lama Fit?” sapaku
“Baru aja” jawabnya singkat.
Singkat cerita dia pun sempat nyasar, dia salah ambil belokan menuju WI. Memang sih jalan menuju WI emang banyak belokan salah belok saja jadi nyasar deh, hehehe…
Aku dan Fitri sampai di WI jam 6 pagi. Well, sudah aku duga sebelumya WI masih kosong teman-teman yang lain belum pada datang padahal tadi malam kita sudah di sms untuk berkumpul di WI jam 5.30 pagi dari Kak Intan, but it’s okay setidaknya aku dan Fitri tidak datang terlambat walaupun sebenarnya lebih 30 menit dari waktu yang di tentukan tapi kami datang yang pertama. Yee!!
Sambil menunggu teman yang lain, kami menunggu di kios dekat WI berada. Selang beberapa menit berlalu, Kak Intan bersama temannya muncul dari kejauhan. Beat putih itu mengantar mereka menuju WI. Lalu Kak Intanpun melambaikan tangannya kearah kami berdua, dengan spontan kami membalasnya disertai senyuman terindah kami. (rada lebay, hahaha…)
Kak Intan, tepatnya Intan Ardiani. Perempuan tinggi kurus berkerudung dengan kacamata super tebelnya jika dia sedang bekerja (kalau boleh di bilang lebih mirip keler sih, hahaha.. piss ah!!) namun beda halnya kalau dia akan pergi main seperti ini . Keler yang “super tebelnya” dia ganti dengan kotak lensa bewarna coklat yang membuat matanya terlihat lebih besar, kerudungnya pun lebih terlihat modis dan finally jadilah Kak Intan yang baru, cantik!.
Lalu kami berdua, aku dan Fitri menghampiri mereka. Tanpa menunggu lama Kak Intan memperkenalkan temannya kepada kami. Namanya Kak Rezi, teman kerjanya Kak Intan namun tidak satu sekantor dengannya.
Kami hanya bisa duduk diluar saja, karena WI masih terkunci dengan rapat. Sang pemegang kunci yaitu Denta tak bisa datang karena saat itu dia mendadak sakit. Beberapa menit berlalu, teman-teman yang lain mulai berdatangan. Di mulai dengan Ka Rini dengan temannya Kak Adam lalu disusul oleh Kak M yang nama aslinya M. Taufik namun dia lebih familiar hanya dipanggil dengan 1 huruf saja yaitu “M” dan yang terakhir Kak Robi dan Kak Ade dengan mobil putihnya yang siap mengangkut kami yang tidak membawa kendaraan. Tanpa menunggu lama lagi karena waktu sudah pukul 7.30 pagi, kami bersiap-siap untuk pergi.
Satu per satu naik mobil, dan aku di suruh naik motornya Kak Intan sedangkan dia dan temannya sudah duluan naik mobilnya Kak Robi. Aku hanya bisa tersenyum saja, saat itu aku berboncengan dengan Kak M dan 1 motor motor lagi di tunggangi Kak Adam dan Kak Rini.
1 mobil dan 2 motor sudah siap berangkat. Mobil putih Kak Robi mulai melaju duluan meninggalkan kami untuk menjemput sebagian teman kami di daerah Buah Batu. Kami telah siap menyalakan motor, dan brem.. brem.. brem… motor kami jalankan kearah yang sama tempat semuanya berkumpul aka Meeting Point sebelum ke Majalaya.
Selang beberapa menit kemudian, kami tiba di daerah Pasar Kordon, Buah Batu. Mobil Kak Robi sudah lebih dulu tiba disana bersama dua motor yang dibawa Kak Riana dan Kak Nasrul, kemudian aku dan motornya Kak Adam tiba pada plotter yang terakhir.
Mobil Kak Robi sudah dipenuhi oleh penumpang, yaitu ada Kak Ade yang menemani Kak Robi duduk paling depan. Dibelakangnya ada Kak Reka, Kak Rezi dan Kak Intan. Terakhir di kursi paling belakang ada Fitri, Kak Tisa dan Defit.
Semuanya sudah berkumpul, namun sebelum kami berangkat Kak Intan menghampiri Kak Riana lalu memberi pesan khusus yang isinya diperuntukan untukku. Well, Kak Intan menitipkan aku pada Kak Riana agar tidak meninggalkanku jauh-jauh pada saat perjalanan nanti ke Majalaya. Memang sebenarnya ini pengalaman pertamaku membawa motor yang terjauh sampai ke Majalaya so Kak Intan “mungkin” a little bit worry about me. Anyway Syukron Kak Intan…
Mobil kembali melaju menjadi yang pertama meninggalkan kami yang membawa motor. Beberapa menit kemudian giliran kami melajukan motor untuk berangkat menuju Majalaya.
Bismillahirrahmanirrahim…
Ku ambil napas yang panjang sedalam-dalamnya untuk lebih memberanikan lagi diriku dan brem… motor beat putih ku jalankan. Ku selalu ingat pesan dari salah satu kakakku. He said that “Kalau di jalan itu harus selalu ingat Allah, banyakin dzikir agar semuanya lancar”. Oleh karena itu, sepanjang perjalanan ku coba untuk memenuhi ruang hatiku dengan bacaan dzikir walau sesekali aku lupa membacanya tapi setidaknya hatiku perlahan demi perlahan mulai tenang dan aku lebih bisa menikmati perjalanan jauhku membawa motor bersama Kak M yang aku bonceng.
Dalam perjalanan aku lihat jarum penanda bensin sudah berdiam diri di bagian merah, tanda Si Motor sudah kehausan. Lalu ku cari tempat untuk mengenyangkan isi perut Si Motor yang aku tunggangi dan beberapa menit kemudian I found it! lalu teman yang lain ikut berhenti juga disana.
Aku sudah mengantri namun saat akan membuka bagasi, dia sangat susah untuk di buka. Aku dan Kak M terus-menerus berusaha untuk membuka bagasinya namun tak kunjung berhasil padahal giliran kami sudah dekat untuk mengenyankan perut Si Motor. Sampai giliran kami tibapun “dia” masih keukeuh tak mau membuka mulutnya (read bagasi). Motor-motor yang lain sudah mengantri di belakang kami, dengan terpaksa aku dorong Si Motor ke depan agar tidak menghalangi motor yang lain yang sudah kehausan juga untuk minta di recharge kembali.
Lalu ku panggil temanku yang lain untuk membantu membuka mulutnya (read bagasi) Si Motor. Alhasil, tetap saja mulutnya tak mau dibuka juga sampai petugas SPBU-ny pun ikut membantu untuk membuka mulut Sang Motor tapi dia masih keukeuh tak mau dibuka dan untuk yang kesekian kalinya kami masih gagal.
Sampai kakhirnya aku kirimkan sms pada yang punya Si Motor yaitu Kak Intan, dan beberapa menit kemudian Kak Intan langsung meneleponku. Selagi ku berkeluh kesah tentang Si Motor, akhirnya Kak Riana berhasil membuka mulut Si Motor. Yee!!! We did it, exactly He (Kak Riana) did it!!!
Mungkin Si Motor sudah menyerah mempermainkan kami karena terlalu haus untuk melanjutkan permainan “gila” ini, hehehe…
“Kak, udah berhasil!! Alhamdulillah…” lalu aku lebih dulu menutup telponnya.
Alhamdulillah, akhirnya aku tidak perlu repot-repot dorong Si Motor beat putih ini sampai ke Majalaya. How imagine aja perjalanan masih jauh men! Bisa gempor nih kaki, hahaha
Kurang lebih 2 jam perjalanan kami sudah tiba di daerah Majalaya namun butuh beberapa menit lagi bahkan setengah jam untuk sampai di Kampung Neglasari Kec. Ibun di rumah Pak Ahmad Daan tempat kami berkumpul sebelum Hiking ke danau nanti di mulai.
Suasana khas pedesaan mulai terasa, aku menghirup udara yang sejuk sepanjang perjalanan. Panorama indah seperti sawah, ladang dan hutan mulai memanjakan mataku di sela-sela perjalan menuju kesana. Sungguh indah… Masya Allah
Akhirnya aku dan temanku yang lain sampai juga di rumah Pak Ahmad Daan. Kak Wenda dan Kak Puput sudah terlebih dahulu tiba disana di susul Kak Robi beserta bala tentaranya yang ada di mobil juga Kak Nasrul yang lebih dahulu tiba disana sedangkan kami menjadi plotter yang terakhir “lagi” tiba disana karena kejadian tadi.
Tanganku terasa sangat dingin, ku duduk sebentar di teras rumahnya Pak Daan (panggilan akrab Pak Ahmad Daan) sambil meluruskan otot-ototku agar relaks kembali setelah perjalanan tadi.
A couple minutes later…
Ka Wenda menginstruksikan kami untuk berkumpul dengan membentuk lingkaran besar tepat di rumah Pak Daan untuk berdoa sebelum perjalan di mulai. Doa pun di pimpin langsung oleh Pak Daan, setelah berdoa selesai lalu Pak Daan menceritakan sedikit mengenai danau yang akan kami kunjungi nanti. Mulai dari mitos-mitos yang berkembang sampai sejarah bahwa Danau yang bernama Ciharus itu merupakan tempat persembunyiannya Kartosuwiryo*. Dan terakhir sebelum berangkat beliau berpesan pada kami agar selalu menjaga sikap, menjaga ucapan agar tidak sompral dan beberapa aturan lain yang tidak boleh kami langgar so intinya kita dilarang untuk “Sombong”.
Hiking pun di mulai tepat pukul 10 pagi….
Rombongan kami berjumlah 16 orang ditambah 5-6 orang penduduk asli darisana sebagai guide kami agar kami bisa sampai menuju Danau Ciharus. Perjalanan awal disuguhi dengan jalanan beraspal dengan sedikit menanjak. Rumah-rumah warga masih menemani di perjalanan awal kami. Sesekali sawah dan ladang milik warga menjadi panorama tersendiri di sela-sela rumah warga.
Perjalanan masih terus menerus menanjak namun masih dalam kawasan rumah penduduk. Keringatku satu persatu mulai berjatuhan, napasku mulai terasa berat padahal perjalanan masih sangat jauh namun semangatku masih berkobar-kobar. Aku lihat wajah teman-temanku yang lain, ternyata mereka mulai merasakan lelah sama sepertiku.
Rumah penduduk mulai hilang satu persatu, jalan setapak berlumpur hanya bisa di lewati oleh satu orang pun siap kami lewati. Dengan sangat hati-hati kami mulai menyusuri jalanan itu, jalan berlumpur sudah berhasil di lewati. Setetah itu, mata kami di manjakan oleh rindangnya pohon-pohon bamboo bewarna kuning kecoklatan. Jalananpun dipenuhi oleh daun-daun bamboo yang berjatuhan oleh angin seakan kami berjalan di atas “karpet” alami berwarna coklat. Track hutan bamboo sedikit menanjak,
hap hap hap… ku tapaki jalan dengan penuh semangat.
Aku lihat kanan dan kiri, begitu indah di pandang walaupun hanya pohon bamboo saja namun ciptaan Allah yang Maha Indah ini begitu luar biasa. Ditemani dengan pohon-pohon kecil hijau di sertai cahaya matahari yang menembus dedaunan menambah sempurna keindahan hutan bamboo yang ku lewati ini. Masya Allah…
Langkah kakiku semakin semangat, tak sabar rasanya untuk melihat pemandangan indah lainnya yang sudah sabar menunggu di depan sana. Track mulai menanjak dan makin menanjak lagi disertai dengan lumpur yang membuat jalanan menjadi licin dan kami harus extra hati-hati. Tanjakan demi tanjakan kami lewati dengan penuh semangat. Keringatku semakin bercucuran, bajuku yang semula kering mulai terasa basah olehnya. Napasku mulai terasa berat, rasa lelah mulai menggelayut di badanku.
Kami tidak mau kalah dengan keadaan, oleh karena itu kami mensiasati rasa lelah kami dengan tetap mengobrol dengan yang lainnya yang disertai dengan candaan. Alhasil, rasa lelahnya bisa terobati walupun hanya sedikit saja.
Teriakan semangat mulai terdengar dari teman-teman yang lain begitupun juga denganku, aku mencoba memberi semangat kepada diriku sendiri juga kepada teman yang berada di depan dan belakang agar tetap semangat untuk bisa melewati jalan yang terus menerus menanjak, Subhanallah…
A couple minutes later then…
Fiuh.., akhirnya tanjakan demi tanjakan berhasil kami lewati Alhamdulillah. Kami berhenti sejenak untuk melepaskan rasa lelah. Aku hirup udara sedalam-dalamnya utuk merasakan segarnya udara pegunungan yang sudah aku tapaki saat ini. Pemandangan indah terbentang luas, again dan again Allah memperlihatkan ciptaannya yang indah ini tanpa cacat sedikitpun.
Aku seperti melihat lukisan-lukisan pemandangan yang di pajang sepanjang jalan Braga. Pohon-pohon tinggi yang menjulang, sawah ladang yang hijau, dan rumah-rumah warga terlihat kecil dari ketinggian tempatku berada.
Setelah semuanya beristirahat sejenak lalu kami melanjutkan lagi perjalanan yang masih panjang menuju Danau Ciharus. Track yang datar hanya sedikit saja yang bisa kami jumpai itupun disertai dengan lumpur, sesekali sandalku terjebak dan lalu mereka mulai masuk ke sela-sela jari kakiku sehingga makin licin saja aku berjalan. Untung teu tiseureuleu sih so masih amanlah,hahaha
Track menanjak kami jumpai lagi namun kali ini tidak se-ekstrem yang sebelumnya. Dengan mudah bias kami lewati, pemandangan indah ditambah aliran sungai yang bening dan kebun jagung menambah keindahan pemandangan yang disuguhkan Allah untuk memanjakan mata kami lagi dan lagi. Aku jadi teringat ostnya film ninja hatori,
“mendaki gunung lewati lembah, sungai mengalir indah ke samudera bersama teman bertualang”
Absoluttely! Benar-benar sangat mirip dengan lirik yang di nyanyikan tadi namun aku bisa claim dengan bangga bahwa pemandangan yang kami dapatkan ini jauh lebih indah. Truly beautiful! Masya Allah
Mata kamera mulai sibuk mengabadikan pemandangan yang satu ini. Teman-teman silih berganti minta di foto dengan latar pemandangan yang jarang kami temui jika berada di kota. Tanpa menunggu lama, kami pun melanjutkan perjalan kembali. Sungai kecil dengan air yang jernih menemani di sepanjang jalan yang kami tempuh kali ini.
Sesekali aku masukan tangan dan kaki sekedar untuk membersihkan sisa-sisa lumpur yang menempel dari perjalanan sebelumnya. Rasa sengarnya air gunung meresap kedalam pori-pori kulitku. Lalu ku basuh pula wajahku yang lusuh karena keringat dengan air khas pegunungan yang segar ini.
Next track, perjalanan mulai memasuki rimbunya hutan. Kali ini pemandangan kanan dan kiri berupa jurang yang ditutupi oleh pohon-pohon kecil yang entah apa namanya. Langitpun tak bisa kami lihat secara langsung karena sebagian dari pohon kecil tadi merupakan tanaman merambat. Jadinya kami seperti menelusuri terowongan alami yang atapnya terbuat dari tanaman merambat dan alasnya tanah yang basah.
Track menanjak dan menurun pun tak lepas kami lewati. Aku berada di barisan paling depan sehingga kami bisa mengambil istirahat sejenak karena jarak kami dengan yang lain cukup jauh. Lumayanlah... for taking a breath a while
Kakiku mulai terasa berat, namun semangatku tetap terjaga dengan baik. Aku mulai menghibur diriku sendiri dengan bersenandung kecil untuk menghilangkan rasa lelah yang terus merayuku supaya aku berhenti untuk berjalan.
Perkebunan kembang kol kami lewati, sesekali kami bertemu dengan warga sekitar sambil bertanya masih jauh kah perjalanan kami menuju Danau Ciharus dan mereka menjawabnya dengan sangat simple.
“sakedap deui A, paling sabaraha kali deui tanjakanlah”.
2 jam telah berlalu namun itu baru setengahnya saja untuk menuju kesana. Amazing sekali kan? Subhanallah…
Aku menghela napas yang panjang sambil ku langkahkan kaki yang mulai berat ini menuju track berikutnya.
For this time, sungai yang cukup lebar kira-kira 1 Meter-anlah dengan arus yang cukup deras harus kami lewati. Dengan hati-hati aku lewati sungai itu dengan satu lompatan dan “hap” sungai berhasil aku lewati. Lalu kami mulai saling membantu teman kami yang lain terutama untuk teman kami yang perempuan dibantu dengan tongkat agar mereka bisa melewati sungainya.
Hutan kedua kami masuki, hampir sama dengan yang sebelumnya. Langit tak kami lihat lagi secara langsung karena tertutupi oleh tanaman yang merambat, jurang di kanan dan kiri yang hanya di lindungi oleh pagar alami dan pepohon kecil yang berdesakan agar kami para pendaki bisa merasa sedikit lebih aman. Anak-anak sungai dalam hutan pun tak ketinggalan kami lewati.
Suara hutan mulai mengiringi perjalanan kami, mulai dari suara serangga sampai suara merdu burung hutan bersahut-sahutan yang terdengar sangat dekat oleh kami. Track basah dan menanjak kembali kami temui (ya wajarlah kan namanya juga naik gunung), namun kali ini lebih ekstrem dengan kontur tanah yang tinggi sehingga kami harus lebih berhati-hati lagi untuk melewatinya agar tidak jatuh terpeleset.
Kami sudah sangat lelah dengan yang namanya “tanjakan” sebenernya, karena makin kesini tanjakan makin curam sampai sesekali kami berhenti untuk mengambil napas sejenak. Aliran sungai tak mau menyambut kami walaupun traknya menanjak sampai-sampai kakiku yang sudah kedinginan dari tadi mulai berganti wanti menjadi tambah pucat. Subhanallah…
Perjalanan ini sungguh menguji mental dan emosi kami, ada yang terpeleset karena jalan yang licin sampai celananya basah adapula yang harus menahan sakitnya duri purti malu karena menancap di tangan teman kami. Namun semua itu tak menyurutkan langkah kami untuk melanjutkan perjalanan.
Akhirnya setelah beberapa jam perjalanan yang kami tempuh, tanjakan terakhir pun sudah siap kami lewati. Sang pemandu sudah memberikan sinyal kuat bahwa Danau Ciharus sudah mulai dekat.
Spontan kami berteriak berbarengan “Alhamdulillah, horreee!!!”.
Kami merasa sangat gembira mendengar teriakan sang pemandu tadi. Aku dan temanku yang berada di barisan paling depan sudah berhasil melihat Danau Ciharus walupun sedikit terutupi oleh rumput ilalang tapi setidaknya kami yang berada di barisan depan lebih gembira karena bisa melihat lebih dulu Danau Ciharus.
Kami sangat besemangat sekali, begitupun aku yang sangat senang akhirnya danau yang harus kita tempuh selama kurang lebih 4 jam sebentar lagi akan kami datangi. Lalu kami meneriaki teman-teman kami yang berada di belakang untuk memberi mereka semangat karena Danau Ciharus sudah sangat dekat.
Dan akhirnya setelah lamanya perjalanan di sertai dengan drama dari a sampai z, kami sampai ke Danau Ciharus!!!! Yeee!!!
Alhamdulillah…
Dengan cepat aku masukan kaki yang sudah penuh dengan lumpur ini ke dalam air sungai yang berbatasan langsung dengan Danau Ciharus. Air jernih mengalir ke sela-sela jari kakiku. Sambil menungu semuanya tiba, aku masih merendamkan kakiku kedalam air yang jernih ini.
Sorak sorai datang silih berganti, rasa senang dan gembira menyelimuti kami yang akhirnya berhasil melewati jalanan yang luar biasa untuk menuju kesini, dan rasa lelah kami terbayar dengan suguhan pemandangan Danau Ciharus yang indah… Masya Allah
Disana kami bertemu dengan rombongan motor trail dari Garut yang terlebih dahulu sudah berada di Danau Ciharus beberapa menit yang lalu, mungkin bahkan berjam-jam yang lalu karena saat kami tiba mereka sudah bersiap-siap untuk pulang.
Danau Ciharus, danau alami yang cukup luas di tambah dengan pernak pernik tanaman hijau di bibir danau serta gunung-gunung menjulang tinggi yang menambah keindahan panorama yang kulihat saat itu. Sungguh indah ciptaan Allah yang satu ini, tidak kurang satu apapun untuk melengkapi keindahan danau ini. Menurut orang-orang yang pernah kesini, mereka berkata bahwa ini adalah danau Kumbolo-nya Jawa Barat dan menurutku memang tidak kalah indah dengan danau yang terletak di Jawa timur sana. Danau Ciharus ini terletak di perbatasan antara Kabupaten Bandung Barat dengan Samarang, Garut.
Disana terdapat 2 saung kecil, saung pertama didalamnya terdapat tungku untuk memasak dan bangku yang cukup besar namun setelah di lihat lagi bangku itu lebih mirip meja menurutku. Satu lagi tepat di bibir danau kurang lebih berukuran 2x2 meter untuk kami sembahyang.
Tepat di depan danau, kami mulai membuka bekal masing-masing dengan tidak mengindahkan celana kami akan kotor karena tidak ada alasnya, ada juga yang mulai mengeluarkan peralatan masak yang telah dibawa oleh salah satu teman kami untuk memasak mie. Lalu kami saling berbagi makanan kepada teman-teman yang lain terutama bagi mereka yang tidak membawa bekal. Berbagai makananpun ditawarkan, seperti lontong, gorengan, kue kering sampai nasipun tak lupa ada yang menawarkan.
Alhamdulillah makanan yang kami santap walaupun seadanya betul-betul sangat nikmat, sesi makanpun sudah selesai. Lalu kami mulai berhamburan mencari lokasi yang enak untuk sekedar meluruskan kaki kami yang sudah pegal-pegal. Adapula teman kami yang langsung sibuk dengan kameranya untuk mengabadikan Danau Ciharus yang indah ini.
Hujan mulai turun menambah hawa dingin di sekitar danau di tempat kami berada. Sesekali Sang Mentari muncul malu-malu memancarkan cahayanya namun hanya sebentar saja setelah itu hujan menguasai cuaca di hari itu.
2 jam lamanya kami melepas rasa lelah, tak lupa dengan kewajiban kami as a moslem kami bergantian untuk menunaikan solat Dzuhur dan Ashar. Aku panjatkan doa kepada Sang Maha Kuasa karena telah diberikan nikmat yang begitu luar biasa sampai aku dan teman yang lain bisa sampai ke Danau Ciharus dengan selamat. Alhamdulillah
Langit mulai sore, kabut tipis mulai menuruni hutan-hutan yang telah kami lewati sebelumya. Lambat laun kabut-kabutnya menutupi sebagaian pohon yang berada di dalamnya. Sedikit demi sedikit kabutpun mulai menutupi sebagian Danau Ciharus. Hujan rintik-rintik mempercepat kabut unutk menuruni dataran yang lebih rendah tepatnya ya Danau ini.
Sebelum kami pulang, kami berkumpul dengan semua anggota Hiking yang luar biasa untuk diabadikan dalam photo. Kamera telah di setting secara otomatis oleh pemiliknya agar semua bisa ikut di photo bersama-sama.
Cekrek… cekrek… cekrek…
Beberapa photo berhasil ditangkap oleh kamera dengan sendirinya. Lalu setelah sesi photo selesai, sesi ini di lanjutkan dengan do’a yang di pimpin oleh Kak Robi.
Perjalanan pulang sudah kami putuskan untuk mengambil jalan yang lain yaitu lewat Gunung Kamojang dan bisa kami tempuh dalam waktu kurang lebih 2 jam “katanya”.
Perjalananpun dimulai, kami sudah siap dengan halang rintang yang akan kami tempuh selama perjalanan nanti. Namun harapan kami yang paling mendalam trek-nya tidak akan seekstrem pada saat kami datang kesini. Mudah-mudahan…
Awal perjalanan disambut dengan jalan basah yang dipenuhi lumpur namun ini masih mudah untuk di lewati. Lalu kami mulai memasuki hutan dan treknya mulai menanjak dan cukup licin.
“Wah mulai tanjakan lagi nih!!” celetuk salah seorang dari kami.
Aku hanya bisa tersenyum saja tanpa ada kata sepatah katapun yang terucap. Rasa lelah mulai menghinggapi badanku lagi. Keringat mulai berjatuhan menyelinap ke sela-sela badanku di tambah dengan napasku yang mulai berat juga kakiku yang mulai terasa berat untuk digerakan. Begitupun dengan teman yang lain, satu persatu mulai mengeluh untuk meminta berhenti sejenak untuk beristirahat.
Perjalanan memang terasa lebih berat karena tracknya terus menenerus menanjak tanpa henti ditambah dengan jalan yang sedikit cekung bekas ban motor trail yang cukup menyulitkan kami karena agak licin. Hanya sedikit saja kami menemui jalan datar setelah itu jalan kembali menanjak dan menurun lagi.
Tapi memang benar apa yang dikatakan pepatah; “Apapun yang dilakukan secara bersama-sama makan akan lebih mudah untuk dilakukan”. Begitu juga dengan apa yang telah kami lakukan, dengan berjalan berbarengan perjalanan yang panjang ini terasa lebih dekat.
Aku teringat saat perjalanan pulang, aku dan teman yang lain membicarakan tentang kartun-kartun dari jepang aka Anime. Ternyata beberapa diantara mereka anime lover, such as Defit, Kak Adhe, Kak Nasrul dan teman lain yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu. Obrolan ini merambat ke semua produksi film buatan Jepang, Kak Defit dan Kak Ade yang mengambil alih obrolan tentang anime-anime yang di produksi dari dulu sampai sekarang. Mereka sangat hafal dengan semua film juga game buatan jepang. Sedangkan aku hanya beberapa film anime dan game saja yang aku tahu.
Obrolan asik ini membuat kami lupa akan rasa lelah yang telah hinggap sedari tadi. Tak terasa kami telah sampai di tanjakan terakhir dan aku lagi-lagi berada dibarisan paling depan yang sampai pertama.
Kami telah sampai di Perusahaan milik BUMN tepatnya Perusahaan Tenaga Uap yang berada di kawasan Gunung Kamojang, Garut. Dan jalanan beraspal pun akhirnya bisa kami jumpai.
Lalu kami duduk dijalan yang beraspal tadi sembari menunggu teman-teman lain yang belum sampai juga ke tempat kami melepas rasa lelah. Suara-suara seperti dalam cerobong asap menyeruak disertai dengan bau belerang yang mulai merangsek ke dalam hidung kami. Tabung-tabung besar yang berisi uap mengular disepanjang jalan yang beraspal ini.
Selang beberapa menit kemudian, akhirnya sisa dari rombongan kami sampai juga. Aku lihat semburat muka-muka kelelahan masih menempel di wajah mereka dan keringatpun masih bercucuran sedangkan kami yang sudah menunggu dari tadi sudah lumayan segar kembali karena istirahat kami cukup lama dibandingkan mereka.
Waktu Istirahat pun selesai, perjalan pulang kembali dilanjutkan. Perjalanan kali ini cukup berbeda karena jalanan sudah beraspal dan kami tidak usah kotor-kotoran lagi karena tidak akan ada lagi lumpur yang menghalangi jalan kami nantinya.
Pipa-pipa berukuran jumbo disertai suara keras seperti cerobong asap menemani perjalanan kami saat kembali pulang di sebelah kiri sedangkan sebelah kanan merupakan hutan seperti yang telah kami lewati sebelumnya.
Perjalanan cukup melelahkan, karena pada saat itu pula hujan cukup deras. Aku keluarkan payung bewarna biru hadiah Seminar dari Bank BNI yang diadakan di kampusku saat itu untuk melindungiku dari hujan. Beberapa teman yang lainnya pun sama ada yang memakai payung sama sepertiku, ada yang pakai jas hujan dan ada juga yang hanya mengandalkan Hoodi dari jaketnya untuk menutupi kepala mereka dari hujan.
Langit sudah mulai gelap, saat itu waktu telah menunjukan pukul 6 sore dan suara adzan pun kini sudah terdengar karena kami telah mendekati perumahan warga. Sudah cukup jauh kami berjalan di jalanan yang beraspal ini sepertinya 3 KM lebih sudah kami tempuh.
Terakhir kami harus melewati jembatan yang telah dibuat oleh Perusahaan Uap tadi. Jarak dari atas kebawah cukup tinggi kira-kira 2 meter. Aku baru bahwa temanku yang bernama Fitri sangat takut dengan yang namanya “ketinggian”. Semula dia tidak mau melewati jembatan ini dan bahkan dia akan melewati jalan bawah yang entah kemana tujuannya. Namun setelah dibujuk beberapa kali olehku dan di bantu Defit akhirnya Fitri mau melewati jembatan itu.
Tangannya yang erat tak mau lepas dari bahuku, rasa takut yang menjalar membuatku kasihan namun aku berusaha menenangkan agar kami berhasil melewati jembatan yang cukup tinggi ini. Mata sudah dia pejamkan dan aku sudah siap untuk berjalan melewatinya. Sesekali dia minta berhenti untuk menarik napas sejenak dan akupun menurutinya. Baru kali ini aku melihat dia benar-benar sangat ketakutan dengan ketinggian. Akhirnya kami berhasil melewati jembatan tadi bersama-sama dan Fitri pun merasa senang, dengan cepat dia bergerak menuruni anak tangga jembatannya.
Langit mulai sangat gelap hanya dibantu dengan cahaya lampu kecil dari Perusahaan Uap tadi. Lalu kami pun sampai di tempat dimana kami akan di jemput. Beberapa teman kami sibuk menelepon Kak Eka yang akan membantu kami untuk membawakan mobil ke tempat kami berada. Namun sayang sinyal yang kami tangkap hanya sedikit saja sehingga kami tidak bisa menghubungi Kak Eka.
Dengan berat hati, kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki yang sudah sangat lelah sambil terus menerus mencoba menghubungi kak Eka. Lalu beberapa teman kami mencoba meminta tumpangan pada mobil yang lewat, namun belum berhasil. Sampai akhirnya ada sebuah truk yang berhenti untuk dimintai tumpangan.
Allah memang Maha Baik, kami pun bersorak kegirangan begitupun aku yang tidaak ketinggalan merasa senang karena ada truk yang mau mengangkut kami ke rumah Pak Ahmad Daan lagi di Majalaya, Alhamdulilah.
Ini adalah kali pertama aku menaiki truk, rasanya asik juga bisa naik truk ditemani teman-teman yang asik pula. Didalam truk pun tidak lupa untuk berdoa karena jalanan yang terus menurun membuat jantungku berdebar-debar. Untung saja supirnya sudah terbiasa dengan trek seperti ini jadi kami tak perlu takut yang berlebihan.
Aku hanya bisa duduk saja didalam truk karena kakiku cukup pegal jika harus berdiri. Namun sebagian dari kami memilih untuk berdiri untuk melihat pemandangan Majalaya pada malam hari.
1 jam berlalu, akhirnya kami sampai juga di Rumah Pak Ahmad Daan. Mereka telah menyambut kami dengan rasa suka cita karena alhamdulilah kami semua bisa kembali pulang kesini dengan selamat.
Pak Daan memang baik hati, beliau telah menyiapkan nasi kuning beserta lauknya. Alhamduliah perut kami yang sudah mulai minta diisi akhirnya bisa terpenuhi juga. Terimakasih semuanya, khususnya keluarga Bapak Ahmad Daan…
Lalu kami beristirahat sejenak di rumah Pak Daan sebelum pulang kerumah masing-masing. Akhirnya badanku bisa kurebahkan juga, otot-otot yang sudah mengeras bisa ku kendorkan lagi dengan istirahat yang cukup. Rasa dingin bisa terobati dengan air teh hangat yang telah disediakan.
Memang ini perjalan Hiking yang sungguh luar biasa. Sangat di luar ekspektasi kami semua dan YOU KNOW WHAT? ternyata kami telah berhasil melewati 3 Gunung sekaligus! Amazing! yakni Gunung Rakutak, Gunung Geber dan terakhir Gunung Kamojang.
Tepat pukul 9 malam, kami memutuskan untuk pamit pulang. Sebenarnya Pak Daan menyarankan kami untuk menginap disana namun kami menolak karena besoknya bukan hari libur dan kami harus melakukan kegiatan kami lagi as usual.
Si Motor beat putih tidak ku tunggangi lagi saat pulang karena aku sudah bertukar tempat dengan kak Ade jadi aku bisa naik mobil. Makasih Kak Ade!!! Nuhun badag!
Perjalanan pulang menuju rumah masing-masing pun di mulai. Mobil yang aku tumpangi meluncur yang pertama dan disusul dengan motor tepat berada dibelakangnya.
Hiking ini ditutup dengan rasa gembira, best experience that I have ever had. Aku harap mereka pun merasakan hal sama sepertiku.
Aku tiba dirumah pukul 11 malam, sebelum tidur aku tunaikan dulu kewajibanku untuk melaksanakan solat Magrib dan Isya (Jamak takhir). Setelah itu aku tertidur dengan membawa sejuta kenangan indah yang aku alami saat Hiking tadi.
Allahumma ahya wa biska ammut…
Cimahi, 16 January 2014
0 notes
Text
03.
LAGI-LAGI TAKDIR BERPIHAK KEPADAKU; kamu, aku, dan kita yang dipertemukan kembali walau dalam keadaan memalukan
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ— 2012 — ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Satu dari sekian banyak kenalan yang tidak bisa lepas dari mahasiswa adalah tukang fotokopi. Hampir, oh bukan hampir lagi, setiap hari Seruni pergi ke tempat yang tidak jauh dari kampusnya menimba ilmu. Bukan hanya urusan tugas, ada juga urusan himpunan mengingat dirinya seorang sekretaris. Hari-hari menghabiskan waktu di sana.
“Sudah belum, Mas?”
Tumpukan kertas ditaruh di hadapannya. “Sudah, Mbak. Totalnya sepuluh ribu, ya.”
Seruni melepas pengait tas; mencari dompet hijau mudanya. Namun, kepanikan mulai timbul kala menyadari benda yang dicari tak kunjung ditemukan.
Mampus!
“Mbak?” tegur si petugas. Sadar akan kepanikan pelanggan langganannya.
“Mas—tunggu, sebentar,” pinta Seruni seraya menaruh tasnya di atas meja agar mempermudah mencari dompet.
Nihil. Tak ada juga.
Astaga, bagaimana bisa?
Masalahnya, kalau tertinggal di kos tidak apa, namun, kalau jatuh di luar? Aduh! Mati saja dia. Selain ada uang, adapula kartu pengenal serta kartu-kartu penting lainnya.
“Mbak? Mbak gimana?” Tidak sadar bila petugas yang ia anggurkan ikut panik.
“Nggak ada, Mas. Aduh—”
“Jatuh di depan sana nggak?” Menunjuk halaman luas di depan.
Seruni menggeleng. Yakin sekali tidak mungkin jatuh di sekitar sana sebab ia ingat betul tidak ada mengambil atau membuka tasnya sepanjang jalan menuju ke sini.
“Ehm—ada apa, ya?”
Kepanikan yang terjadi saat ini membuat keduanya tidak sadar jika ada sosok lain dengan suara berat diantara mereka. Lantas, sepasang kepala menoleh pada sumber suara. Teruni rambut gelap terkejut ketika tahu siapa pemilik suara tersebut.
“Daniel?” Tanpa sadar Seruni berucap; setengah tidak sadar dengan apa yang dilihatnya.
Pemilik nama Daniel itu tersenyum kikuk sembari tangan besarnya mengelus tengkuk. “Ini, ada apa, ya?”
“Oh—” “Dompet mbaknya hilang, Mas.”
Seruni terdiam. Pikirannya mendadak buyar dengan kehadiran Daniel di sini. Belum selesai masalah dompet, datang Daniel dengan karismanya yang tidak pernah gagal di mata Seruni.
Astaga, Seruni! Fokus!
“Berapa totalnya, Mas? Biar saya aja yang bayar.”
Tawaran manis terlontar dari bibir tebal teruna yang memiliki tinggi diatas rata-rata.
Bibir memang terkunci rapat, tapi tidak dengan pikiran. Sejak tadi, pikiran dan isi hatinya terus memarahi Seruni sebab tingkah cerobohnya yang memalukan. Bisa-bisanya di pertemuan ketiga mereka ini, perempuan asal Singkawang ini berbuat memalukan?
Eh—tunggu? Apa? Mau dibayarin?
“JANGAN.”
Bila tadi Seruni dan petugas fotokopi yang dibuat kaget oleh kehadiran Daniel, maka kali ini Daniel dan si petugas lah yang dibuat terkejut akan suara Seruni yang cukup melengking.
Satu alis Daniel naik. “Ke—”
“Jangan, saya nggak enak. Duh, Mas—tunggu deh saya tinggal sebentar. Saya coba cari dompet saya dulu.”
Bukannya apa, Seruni Anggrek bukanlah tipe yang suka meminjam uang meskipun segenting apapun keadaannya. Itulah yang diajarkan oleh orangtuanya.
“Mas, tungg—”
“Ini, tolong sekalian map birunya dua, ya, Mas,” Tahu-tahu anak adam dengan rahang tegas memberikan beberapa lembar uang.
Bahkan sejengkal pun belum ia langkahkan namun Daniel sudah membayar.
“Itu...,” ragu-ragu, Seruni menatap Daniel. Semburat merah samar-samar muncul di ujung pipi, “Saya gantiinnya gimana?”
Lagi, Daniel kembali mengelus tengkuknya. Mungkin ini adalah bentuk gerakan ketika dirinya tengah... canggung?
“Ah, nggak usah, nggak mahal, kok.”
Nggak mahal apanya, justru barang miliknya lebih mahal daripada dua buah map yang menjadi tujuan Daniel ke sini.
“Ta—”
“Saya duluan, ya.” Tidak sempat membalas bahkan membuka bibir, Daniel langsung berlari; meninggalkan Seruni Anggrek yang hanya melihatnya hingga sosoknya menghilang dari pandangannya.
Tuhan... ap—eh.
Apakah sebenarnya ini jalan Tuhan agar aku dapat bertemu Daniel lagi?
Terlintas sebuah pemikiran pada pikirannya. Kalau dipikir-pikir, ia bisa saja menggunakan alasan ingin mengganti uang Daniel untuk bertemu dengan pria tampan itu lagi.
Ya Tuhan, benar juga! Ternyata, ada sisi positif yang bisa ia ambil dari sini.
Kira-kira dengan apa Seruni bisa mengganti duit Daniel, ya? Kencan di batagor depan kampus? Atau membelikan beberapa cokelat? Eh, kalau Daniel tidak suka cokelat, bagaimana?
“Semoga dompetnya cepat ketemu, ya, Mbak.”
Lamunannya buyar kala petugas fotokopi menginterupsi. Senyum canggung ia berikan sembari mengucapkan terima kasih, juga berdoa agar dompetnya hanya tertinggal saja di kos, tidak hilang.
0 notes
Text
Smart Browliner 2 In 1, 0822-2333-0052
KLIK https://wa.me/6282223330052 Browliner Natural Terbaik Anti Air, Eyebrow Pencil As Eyeliner, Browliner Viral Charcoal, Brow Liner Waterproof, Browliner Remaja Female Daily
The key for your ultraperfect browliner! Kombinasi Eyebrow dan Eyeliner dalam 1 produk yang menciptakan sapuan sempurna untuk alis dan garis mata yang indah serta natural. Smart browliner 2 in 1 Fabil memenuhi kebutuhan cantikmu untuk selalu on-point di segala suasana.
Fabil Natural Sailendra Residence NO N6. Kel. Kedung Jaya, Kec. Tanah Sareal, RT.02/RW.05, Kota Bogor, Jawa Barat 16164
(Di depan Masjid At- Taufik)
Google Maps : https://goo.gl/maps/AcEbXTfczJ3vjGPy9
LANGSUNG OWNER 0822-2333-0052 (Bu Intan)
Kunjungi Juga :
Website
Shopee
Tokopedia
https://www.tokopedia.com/fabilofficialstore/
Instagram
https://www.instagram.com/fabilnaturalofficial/
Facebook
Tiktok
https://www.tiktok.com/@fabilnaturalofficial/
Pengupload : Siti Fauziah Mahendra
brow liner terbaik, #rekomendasi brow powder, #rekomendasi brow soap, #rekomendasi brow pencil, #rekomendasi brow gel, #rekomendasi eyebrow bagus, #rekomendasi eyebrow cream, #eyebrow rekomendasi female daily, #rekomendasi eyebrow gel, #rekomendasi eyebrow kit, #juarakulitsehat, #fabil, #fabilskin, #fabilbeauty, #fabilnatural, #gayadirumah, #trendingskin, #naturalbeauty, #comedyweek, #trendingtopik
Cara Agar Alis Cepat Tumbuh, Cara Agar Alis Tebal Alami, Dapatkah Alis Bertambah Teba, Cara Menumbuhkan Rambut Alis, Cara Menumbuhkan Alis, Alis Bisa Tumbuh Lagi, Cara Memanjangkan Alis, Cara Menumbuhkan Alis Secara Alami
0 notes
Text
SEMUA HARI BESAR ADALAH HARI IBU UNTUK KU.
saat tahun berganti, kembang api diledakan di udara, perayaan tahun baru bagiku adalah hari ibu, ibu yang mengajarkan aku untuk selalu berdoa agar tahun yang akan datang lebih baik dan di penuhi dengan kebaikan. ibu yang pertama kali diam - diam membeli terompet kecil dan membiarkan aku meniupnya dengan kencang tepat jam 1 pagi saat hari berganti. menyenangkan sekali.
tahun baru imlek, saat libur sekolah ibu mengajak ku untuk pertama kali melihat barongsai besar di area komplek rumah, saat itu aku kaget bukan kepalang menyadari ternyata - barongsai - adalah ular naga yang isinya manusia, jantungku berdebar kencang aku lari sambil menangis, tapi setelah itu kupikir aku suka dengan imlek, aku dikasih angpao berwarna merah dan baunya yang khas. lalu ibuku mengambilnya, katanya untuk disimpan , nyatanya sampai sekarang ntah kemana.
hari lebaran juga hari ibu bagiku, ibu menyiapkan toples yang di isi kue dengan susunan yang rapi di pagi hari, memastikan anak anaknya memakai baju baru dan berdandan yang ganteng dengan rambut kelimis dan bedak tebal tidak sampai ke leher, ibuku bilang ganteng, kulihat photonya kembali rasanya setandar ganteng ibuku rendah, ibu juga tidak lupa menyiapkan sajadah yang tidak terlalu besar, untuk bersama sama berjalan kaki menuju lapangan masjid.
17 agustus juga hari ibu menurutku, aku melihat ibu dipinggir lapangan berteriak menyemangatiku ketika aku mengikuti lomba balap karung dan tarik tambang, aku kalah dengan telak, terjatuh dan terluka memar di lutut sebelah kiri, ibu yang pertama kali mengatakan “ g papa, tetap semangat” tahun berikutnya aku berhasil meraih kemenangan besar, dan membawa piala kerumah untuk memperlihatkan nya ke ibu. aku ingat itu adalah perlombaan joget balon paling heboh. mungkin bakatku memang di dunia perjoget tan.
hari natal adalah hari ibu untuk ku , ibu yang pertamakali mengajak ku melihat pohon natal yang tinggi dan besar, ada kado dibawahnya dan bintang warna keemasan yang berkilau layaknya emas di pucuk nya, sangat indah dan megah, serta kerlap kerlip lampu yang menghiasinya, ibu bilang “ selamat natal dan tahun baru” kepada salah satu orang yang merayakan, hari natal juga hari ibu menurutku.
semua hari besar selalu ibu yang pertamakali mengenalkanku pada setiap kejadian, bahkan final piala dunia adalah hari ibu menurutku, ibu yang membangunkanku tengah malam untuk menonton berazil vs jerman, ikut disampingku menonton nya, meski aku tau ibu tidak suka bola dan dia tau aku sangat suka dengan bola.
dan setiap hari yang aku jalani adalah hari ibu bagiku, doa nya dan juga harapan nya selalu ada disetiap langkah, bahkan setiap hebus nafas pilihan hidupku.
selamat hari ibu. untuk ibu yang tak suka diberi selamat.tapi patut untuk di beri selamat sampai umur panjang hidupnya.
0 notes