#agar rambut hitam dan lebat
Explore tagged Tumblr posts
Text
Hujan Berbisik
Seorang pemuda dengan pakaian hitam molor, celana jeans yang sobek-sobek, dan wajahnya yang babak-belur penuh luka goresan itu duduk melamun di pinggir jalan ibukota yang saat itu tengah hujan. Pemuda itu meringis, tubuhnya terasa nyeri ketika tetesan hujan jatuh mengenai luka-lukanya yang tak kunjung mengering. Beberapa saat pemuda itu merasa bahwa tetesan air hujan tak lagi membasahi tubuhnya, dan ia melihat tepat di depannya seorang gadis sedang berjongkok sambil menyodorkan payung kepadanya, gadis berseragam SMA dengan rambut panjang lebat itu pun menyuruh pemuda itu menerima payungnya dengan paksa. Setelahnya, gadis itu mengambil sesuatu di tasnya yaitu sebuah note kecil dan bulpoin, gadis itu menulis sesuatu disana lalu menyobek selembar kertas itu dan memberikannya kepada pemuda itu. Tak lama setelah memberikan kertas itu, gadis itu berlari menuju halte bus yang tak jauh dari sana. Saat sadar gadis itu pergi tanpa membawa payungnya, pemuda itu pun berdiri lalu hendak mengejarnya. Namun terlambat, bus yang berhenti di halte itu telah menancap gasnya tepat ketika pemuda itu baru berlari beberapa langkah. Dengan penuh tanya, pemuda itu membaca tulisan yang ada di kertas itu.
Anak kecil saja tahu, saat hujan kita harus membawa payung. – Kinara.
Senyuman tipis terbit di bibirnya setelah membaca tulisan mengejek itu, namun hanya beberapa detik saja sebelum akhirnya ia ingat bahwa ada luka di bibirnya dan membuatnya meringis ngilu. Segera setelah itu karena sudah terlanjur berdiri, sejenak ia sadar bahwa tadi ia hendak berlari mengejar gadis itu dengan keadaan yang payah ini. “Sepertinya kebodohanku semakin parah” ucapnya pada diri sendiri dengan tawa getir. Memandang payung biru itu, pemuda itu menghela nafas sambil mengibaskan bajunya, “Apa gunanya kasih payung ke orang yang bajunya sudah basah” pikirnya heran dengan gadis itu. Sambil berjalan picang dan sesekali berdesis kesakitan, pemuda itu terus memikirkan tidakan gadis SMA tadi, “Ini juga, haruskah mengejek orang lewat tulisan. Lagian yang namanya ejekan tetap saja buruk kan?” Oceh pemuda itu.
Pemuda tampan bernama Arjuna itu dulunya adalah seorang mahasiswa di jurusan DKV. Hidupnya normal-normal saja sebelum perusahaan Ayahnya bangkrut, perubahan yang tiba-tiba ini membutnya terpaksa keluar dari kampus dan menjual beberapa barang untuk melunasi hutang yang jumlahnya tak sedikit itu. Tak disangka, kemarin tiba-tiba salah seorang yang mengaku penagih hutang Ayahnya itu datang dan merampas paksa uang yang baru dihasilkan Arjuna dari menjual komputernya, Arjuna tentu merasa tidak adil dengan para penagih hutang itu, ia pun sedikit melawan dan terjadilan aksi pukul hingga Arjuna memiliki beberapa luka ditubuhnya. Entah kenapa ia merasa emosional dan berpikir hidupnya hancur dan malang hingga ia pun menyalahkan orang tuanya untuk dijadikan alasan, terkadang menyalahkan orang lain adalah cara cepat untuk menenangkan diri. Setelah itu Arjuna memilih untuk tidak pulang, disitulah hari dimana ia bertemu dengan gadis ‘payung’ itu.
Keesokannya Arjuna kembali ke halte bus untuk mengembalikan payung milik Kinara, Arjuna juga penasaran dengan gadis bernama Kinara itu. Beberapa menit kemudian sebuah bus berhenti dan akhirnya seseorang yang ditunggu pun turun di halte itu, “Syukurlah” ucap Arjuna. Ia pun memanggil gadis itu, “KINARA!”teriaknya lantang namun Kinara tak kunjung menoleh, Arjuna pun menarik lengannya. Kinara menoleh kaget, “Aku sudah panggil tadi, kenapa tidak merespon?, kamu Kinarakan?” tanya Arjuna. Gadis itu malah berkutat dengan ponselnya dan mengintrupsi Arjuna untuk menunggu. Gadis itu pun menampilkan layar poselnya kepada Arjuna.
Maaf, apa kakak memanggilku?
Arjuna mengangguk sambil menggaruk tengkuknya bingung.
Maaf, Aku tidak bisa mendengar suara. Apa yang ingin anda sampaikan?tolong bicara pelan agar Aku bisa membaca gerak bibirmu.
Arjuna pun kini paham kenapa gadis ini memberinya kertas hari itu, “Aku hanya ingin mengembalikan payung, terimakasih telah meminjamkannya kepadaku kemarin” ucapnya peralahan seperti perintah gadis itu.
Simpan saja kak, lagian sekarang sedang tidak hujan.
Membaca itu Arjuna pun kembali bertanya, “Tapi ini milikmu?”.
Kembalikan nanti saja kak, saat payung itu sudah rusak. Mulai sekarang jangan lupa bawa payung itu saat hujan.
Arjuna mengangguk.
Kinara pun tersenyum, sebelum melenggang pergi ia bertanya kepada Arjuna, Siapa namamu kak?
“Arjuna”jawabnya.
Arjuna seperti seorang ksatria. Setelah itu Kinara pergi.
Arjuna menatap punggung Kinara yang mulai menjauh, “Tuhan entah teguran apa yang kau berikan kepadaku saat ini, tapi aku bersyukur kau mengirimkan sebuah payung di tengah badaiku” ucapnya penuh arti. Ia pun kembali menata niatnya untuk mencari lowongan pekerjaan dengan senyuman yang merekah di sepanjang jalan.
2 notes
·
View notes
Text
PRODUK TERLARIS, CALL/WA 0822-4552-0172, Shampo Penghitam Rambut
KLIK https://wa.me/6282245520172, Shampoo Minyak Kemiri Untuk Bayi, Shampo Yang Membuat Rambut Hitam Berkilau, Shampoo Hitamkan Rambut, Shampo Untuk Hitamkan Rambut, Shampo Buat Hitamkan Rambut
Kelaya Hair Treatment Shampoo
Jl. Raya Tambak Medokan Ayu No. 9A
(Ruku 3 Lantai, Pagar Putih)
Surabaya
Ibu Adelia
0822-4552-0172
https://kelaya.co.id/
#rambuthitamunik, #rambuthitamwangibersinar, #rambuthitamyangsangatindah, #rambuthitam7, #shampopenghitam, #shampopenghitamrambut, #shampopenghitamrambutalami, #shampopenghitamrambutmurah, #hitamberkilau, #hitamberkilau🙆
#cara alami membuat rambut hitam#cara hitamkan rambut alami#rambut lebat dan hitam#cara membuat rambut hitam berkilau dan tebal#cara menghitamkan rambut pria#cara menghitamkan rambut secara alami dan cepat#cara rambut hitam#merawat rambut anak agar hitam dan lebat#cara hitamkan rambut secara alami#agar rambut hitam dan lebat
0 notes
Text
TERBUKTI BERHASIL, CALL/WA 0822-4552-0172, Shampo Menebalkan Rambut
KLIK https://wa.me/6282245520172, Shampo Untuk Menebalkan Rambut Dan Menghilangkan Ketombe, Shampo Untuk Menebalkan Rambut, Shampo Untuk Menebalkan Rambut Anak, Shampoo Untuk Menebalkan Rambut Anak, Shampo Yang Ampuh Untuk Menebalkan Rambut
Kelaya Hair Treatment Shampoo
Jl. Raya Tambak Medokan Ayu No. 9A
(Ruku 3 Lantai, Pagar Putih)
Surabaya
Ibu Adelia
0822-4552-0172
https://kelaya.co.id/
#thickhairn, #thickhairnatural,#thickhaironly, #thickhairoil, #thickhaironfleek, #thickhairofmine, #thickhairpleasure, #thickhairqueen, #thickhairquick, #thickhairr
#cara menumbuhkan dan menebalkan rambut#cara agar rambut tebal dan lurus#cara agar rambut cepat panjang dan tebal pria#cara agar rambut hitam dan lebat#cara bikin rambut panjang dan tebal#cara membuat rambut tebal alami#perawatan agar rambut tebal#cara bikin rambut tebal dan tidak rontok#cara menumbuhkan rambut bayi agar tebal dan hitam#cara membuat rambut lebat dan hitam pada bayi
1 note
·
View note
Text
DIJAMIN BERHASIL, CALL/WA 0822-4552-0172, Shampo Untuk Melebatkan Rambut
KLIK https://wa.me/6282245520172, Cara Melebatkan Rambut Botak, Cara Melebatkan Rambut Cepat, Cara Melebatkan Rambut Cowok, Cara Melebatkan Rambut Cara Tradisional, Cara Melebatkan Rambut Dengan Cepat
Kelaya Hair Treatment Shampoo Jl. Raya Tambak Medokan Ayu No. 9A (Ruku 3 Lantai, Pagar Putih) Surabaya
Ibu Adelia 0822-4552-0172 https://kelaya.co.id/
#hairstraightenernatural, #hairstraightenerneeded #hairstraightenernsk, #hairstraighteneroil, #hairstraighteneroverkill, #hairstraightenerondiscount, #hairstraightenerrequired, #hairstraightenerreview, #hairstraightenerrules, #hairstraightenerstore
1 note
·
View note
Text
PRODUK TERLARIS, CALL/WA 0822-4552-0172, Grosir Terbesar Shampo Penghitam Rambut
KLIK https://wa.me/6282245520172, Grosir Terbesar Shampo Buat Hitamkan Rambut, Grosir Terbesar Shampo Apa Yang Bisa Menghitamkan Rambut, Grosir Terbesar Merk Shampo Yang Bisa Menghitamkan Rambut, Grosir Terbesar Shampo Bisa Menghitamkan Rambut, Grosir Terbesar Shampo Yg Bisa Menghitamkan Rambut
Kelaya Hair Treatment Shampoo
Jl. Raya Tambak Medokan Ayu No. 9A
(Ruku 3 Lantai, Pagar Putih)
Surabaya
Ibu Adelia
0822-4552-0172
https://kelaya.co.id/
#grosirterbesarrambutbersinar, #grosirterbesarrambutbersinarcantik, #grosirterbesarrambutbersinardanberkilat, #grosirterbesarrambutbersinardenganarganoil, #grosirterbesarrambutbersinarhitam, #grosirterbesarhitamrambut, #grosirterbesarhitamrambutku, #grosirterbesarhitamrambutnya, #grosirterbesarhitamrambutkeritingtetapindonesia, #grosirterbesarhitamrambutdanpanjang
#grosir terbesar cara alami membuat rambut hitam#grosir terbesar cara hitamkan rambut alami#grosir terbesar rambut lebat dan hitam#grosir terbesar cara membuat rambut hitam berkilau dan tebal#grosir terbesar cara menghitamkan rambut pria#grosir terbesar cara menghitamkan rambut secara alami dan cepat#grosir terbesar cara rambut hitam#grosir terbesar merawat rambut anak agar hitam dan lebat#grosir terbesar cara hitamkan rambut secara alami#grosir terbesar agar rambut hitam dan lebat
0 notes
Text
[TCF ID] 2. Pertemuan (2)
(Gambar diambil dari fanart di Pinterest)
————————————–——
Chapter 6 dan 7
————————————–——
Apa yang bisa membuat seseorang lebih marah?
Apakah ketika mereka dikalahkan oleh orang yang lebih kuat atau ketika mereka dipukul lima atau enam kali oleh pukulan yang menjengkelkan?
Tentu saja, yang terakhir.
Cale melemparkan lima pukulan sebelum ia dipukul balik. Yang berarti, satu pukulan harusnya berarti baik-baik saja.
"Apakah anda akan pulang?"
"Iya."
Tidak banyak orang yang ada di toko teh.
Sudah lewat jam 9 malam. Ini adalah waktu dimana lebih banyak orang memilih ke bar daripada toko teh. Karena ini adalah waktu bagi penambang yang baru pulang, pergi untuk minum, bar pasti penuh dengan orang.
"Saya menantikan kunjungan berikutnya, tuan muda."
Cale mengangguk pada pernyataan Billos.
"Tehnya enak."
Cale berbagi sedikit pengamatannya kepada Billos.
"Dan bukunya bagus meskipun aku hanya membaca setengahnya. Aku terutama menyukai karakter utama yang kemampuannya dihargai dan bagaimana cara dia tumbuh."
Pada saat itu, sudut alis Billos mengernyit sejenak sebelum kembali normal. Matanya penuh selidik saat dia mengamati Cale.
Namun, Cale tidak menyadarinya, karena ia hanya berusaha mengingat isi buku itu. Dia terlalu khawatir tentang Choi Han sehingga ia tidak terlalu memperhatikan bukunya.
Namun, buku itu tetap terasa menyenangkan untuk dibaca sambil menenangkan perasaan mendesak di hatinya.
Mungkin efek otomatis dari memiliki tubuh Cale asli adalah mampu memahami bahasa dunia ini, dan tidak memiliki masalah ketika membaca dan menikmati buku. Senyum terbentuk di wajah Cale ketika dia terus berbicara dengan Billos, yang berdiri di sana dengan ekspresi kosong di wajahnya.
"Jangan biarkan orang lain membaca buku itu, sehingga aku bisa membacanya kapan pun aku datang."
Ini benar-benar putra Count yang tidak dewasa, yang berusaha memonopoli properti orang lain. Billos, anak haram dari serikat pedagang kaya mungkin tidak menyukainya, tapi apa yang bisa dia lakukan? Cale adalah putra sulung Count.
"Iya! Saya akan memastikan buku ini hanya untuk tuan muda Cale!"
Namun, respons Billos berbeda dari yang diharapkan Cale. Billos tersenyum cerah ketika dia mendesak Cale untuk segera kembali.
"Tolong datang lagi. Saya akan menunggumu."
"Tentu, terserah."
Cale tidak ingin pergi, tetapi ia harus pergi untuk menemui Choi Han.
Cring.
Bel berbunyi sekali lagi dan tiba-tiba terasa seperti toko teh penuh kehebohan begitu Cale pergi.
Namun, kehebohan itu kalah keras dari kondisi di luar toko teh. Meskipun wilayah ini jauh dari ibukota, fakta bahwa banyak seniman tinggal di sini dan tiap-tiap mereka memiliki produk khusus menjadikan tempat ini lokasi yang populer. Orang-orang seperti itu, beserta para penambang yang ingin bersantai setelah hari yang panjang di tambang, semua keluar untuk minum.
Cale berjalan sendirian.
'Kalau dipikir-pikir, dia benar-benar orang yang unik.'
Biasanya dalam novel fantasi atau seni bela diri, sampah keluarga cenderung bergaul dengan gangster atau orang-orang yang jahat. Mereka minum, bermain-main dengan wanita, dan menyebabkan keributan di jalan atau toko.
Yang lucu adalah Cale Henituse sebenarnya membenci para gangster dan scammer. (1) Bahkan, kau bisa mengatakan kalau dia membenci mereka.
'Dia mengira mereka semua adalah bajingan yang terburuk dari semua bajingan.'
Lebih baik setidaknya menjadi warga negara yang bekerja keras meskipun tidak ada harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Itulah sebabnya ia tidak pernah memukuli orang ketika ia mabuk tetapi ia tidak memiliki masalah melempar barang ke gangster yang ia lihat. Yah, lebih tepatnya berusaha melempar barang, karena lemparannya ketika mabuk itu selalu salah sasaran.
Mungkin itu alasannya.
"Aigoo, tuan muda, anda di sini?" (2)
Pemilik bar ini sangat takut pada Cale. Itu karena ada hari dimana Cale merusak hampir semua barang yang ada di sekitar tempat ia duduk untuk minum. Bahkan, Cale mungkin berada di nomor satu dalam daftar hitam untuk bar di Kota Western.
Ia tidak menanggapi salam pemilik bar dan hanya melemparkan koin emas padanya.
"Bawalah sebotol minumanku yang biasa. Oh, dan dada ayam panggang. Jangan diberi garam. "
"Permisi? A, anda tidak ingin mencari tempat duduk dulu? "
Cale mulai mengerutkan kening. Pemilik itu segera melambaikan tangannya dan menundukkan kepalanya.
"Segera! Saya akan membawanya segera! "
Pemiliknya bergerak cepat, tapi sebenarnya dia tersenyum. Itu karena sepertinya Cale tidak berencana duduk. Cale melihat sekeliling bar yang menjadi sunyi begitu dia masuk. Semua orang menghindari tatapannya dan mencari cari objek yang bisa mereka lihat selain dirinya. Sepertinya mereka bertanya-tanya mengapa dia harus memilih bar ini dari semua bar di kota. Para gangster dan scammer di bar semuanya merasa sangat gugup sekarang.
"Tsk."
Suara Cale mendecakkan lidahnya bisa terdengar melalui keheningan di bar.
"Tuan muda, ini minuman yang anda minta."
"Bagus."
Cale mengambil botol dan bungkusan makanannya. Itu adalah alkohol yang sering ia minum. Itu mungkin alkohol paling mahal di bar ini. Ia menerima botol itu tanpa ada penyesalan dan pergi meninggalkan bar.
Cale segera membuka botol dan meminum setengahnya setelah ia keluar dari bar.
"Oh."
Alkoholnya terasa cukup enak. Karena Cale memiliki toleransi tinggi terhadap alkohol, hal ini tidak memengaruhinya sama sekali meski ia minum setengah botol sekaligus. Wajahnya memang memerah dengan mudah, membuat orang mengira ia cepat mabuk.
Cale berjalan dengan cepat bersama dengan botol di tangannya.
Ia berjalan kembali melewati toko teh yang ia singgahi sepanjang hari ini sampai akhirnya ia melihat para penjaga yang menjadi kaku setelah melihatnya. Melihat mereka bertingkah seperti itu membuatnya ingin mengusili mereka dengan keluar dari gerbang kota, tetapi sayangnya, itu bukan tujuannya.
"Ah, aku merasa panas."
Cale merasa bagian dalam dirinya menjadi panas saat dia terus minum. Ia berjalan sedikit lebih jauh sampai dia mencapai dinding kota yang cukup jauh dari gerbang kota. Dinding kota tinggi yang berada di pembatas kota itu tampaknya melindungi penghuninya dari kemungkinan pengganggu.
Cale kemudian mengingat-ingat informasi dari buku itu.
'Sekitar 100 langkah dari gerbang kota.'
Itulah lokasi di mana Choi Han melompati tembok kota. Cale mengepalkan botol di tangannya saat ia dengan cepat berlari menuju lokasi yang ada dibenaknya. Tidak banyak orang di jalanan karena tempat itu merupakan area perumahan.
Cale menarik napas dalam-dalam begitu ia tiba di lokasi yang diperhitungkan.
Tepat 100 langkah dari gerbang kota. Tempat itu adalah sudut area perumahan sehingga tidak ada cahaya lain selain obor yang diletakkan penjaga di dinding bagian atas, serta biasan lampu yang terpantul redup dari jendela perumahan.
Cale perlahan-lahan mendekati tujuannya setelah membiarkan matanya menyesuaikan diri dengan kegelapan.
"Seperti yang aku harapkan."
Ia bisa melihat sesuatu meringkuk di bawah tembok kota. Sebenarnya, ada beberapa hal yang ia lihat.
Ia melihat tubuh-tubuh mungil yang terlihat bergetar karena kedinginan. Cale terus berjalan menuju lokasi itu. Ia bisa mendengar suara-suara makhluk hidup yang meringkuk tersebut.
Meow Meeeeeow.
Dua kucing mengeong sambil meringkuk di bawah dinding kota. Cale mulai tersenyum.
'Ada di sini.'
Ia menemukan tempat yang tepat. Ini adalah dunia di mana kebetulan memainkan peran besar. Saat Choi Han melompati dinding kota, kebetulan ada dua ekor bayi kucing yang di_bully_ oleh kucing alfa di lingkungan itu dan tersudut ke dinding kota tempat dimana Choi Han muncul. Choi Han dengan cepat memutar tubuhnya untuk menghindari agar tidak menimpa anak kucing itu.
'Dia benar-benar pria yang baik.'
Choi Han memutar pergelangan kakinya setelah secara tiba-tiba memutar tubuhnya untuk menghindari menyakiti anak kucing. Ia berlari dengan kecepatan gila untuk mencapai Kota Western setelah membunuh puluhan orang untuk pertama kalinya dan mengubur mayat-mayat penduduk desa. Tubuhnya yang telah mencapai batasnya membuatnya tidak bisa mendarat dengan benar setelah melakukan gerakan seperti itu.
Meeeeow Meeeeeeow.
Cale menatap anak kucing yang meringkuk dan gemetar, serta anak kucing lainnya yang tampaknya adalah saudara kandungnya yang sedang menjilat anak kucing yang menggigil itu. Ia kemudian mengalihkan pandangannya.
Ia berbalik untuk melihat salah satu gang yang dekat dengan tempat berdirinya. Di situ ia bisa melihatnya.
'Aku menemukannya.'
Pria yang meringis kesakitan dan terlihat seperti salah satu tunawisma yang hidup di daerah kumuh. Cale bisa melihat rambut hitam lusuh dan pakaian tua yang terbakar.
Menurut novel itu, Cale dan Choi Han akan bertemu besok. Malam ini adalah malam Cale mabuk dan mendapatkan bekas luka di sisinya. Hal-hal sudah mulai berbeda dari yang ada fi novel, meskipun itu hanya sebuah detail kecil.
Cale yang sedang berdiri mulai menurunkan tubuhnya dan berjongkok untuk melihat anak-anak kucing dihadapannya. Choi Han pasti merasakan pandangannya dari beberapa saat yang lalu, karena Choi Han perlahan mengangkat kepalanya dan matanya terfokus pada Cale yang terlihat dari sela-sela rambut hitamnya yang lebat.
'Sialan, aku gemetaran.'
Cale bisa mendengar hatinya berdebar dan menggila.
Meskipun terlalu gelap untuk melihat dengan jelas, mata Choi Han yang menatap ke arah Cale terlihat sangat dingin.
Cale berpikir bahwa itu adalah ide yang baik bahwa ia memilih untuk minum sebelumnya. Cale memberi selamat pada dirinya sendiri karena telah membuat keputusan yang begitu cerdas dan berusaha menenangkan dirinya sebanyak mungkin. Dia perlu meninggalkan kesan pertama yang bagus.
Cale mengambil napas dalam-dalam ketika ia mulai berbicara dengan Choi Han yang sedang menatapnya.
"Kamu terlihat lapar."
Ck tsk. Cale mendecakkan lidahnya dan mengeluarkan dada ayam dari tas. Kemudian dengan gerakan yang sangat lembut, Cale menawarkan dada ayam panggang bukan untuk Choi Han, tetapi untuk anak-anak kucing dihadapannya.
"Kalian terlihat sangat buruk. Kau bisa memakan ini. "
Cale tidak tahu kalau anak kucing akan sekecil dan semingil ini. Ia berharap mereka bisa makan dada ayam yang ia berikan ini.
Cih. Dia mendecakkan lidahnya ketika dia merobek dada ayam menjadi potongan-potongan kecil sehingga anak-anak kucing itu bisa memakannya dengan lebih baik.
Dia bertanya-tanya apa yang dia lakukan ketika berjongkok di sini memberi makan anak-anak kucing ini. Karena sejujurnya, Cale tidak suka kucing. Namun, Choi Han sangat menghargai binatang kecil.
Grr. Grrr.
Anak kucing yang sedang terluka pasti memahami ketidaksukaan Cale terhadap kucing, karena kucing itu mulai menunjukkan giginya dan menggeram, tetapi Cale tetap mengelus bulu perak anak kucing itu dan menatap mata emasnya. Anak kucing itu pasti tidak menyukainya, karenanya ia berusaha menghindari tangan Cale.
"Kalian terlihat sangat buruk. Makan ini dan cepat sembuh. "
Ia bahkan tidak melihat ke arah Choi Han ketika ia mengatakan itu, bagaimanapun, ia berpikiran bahwa Choi Han sedang menatapnya.
"Apakah kamu memiliki tempat untuk pergi?"
Ia tidak mendengar jawaban. Namun, Cale melanjutkan pembicaraannya. Para penjaga akan segera datang untuk berpatroli di daerah ini, dan ia perlu bergerak cepat sebelum Choi Han mulai tertatih-tatih untuk menghindari para penjaga.
"Atau tempat tinggal?"
Cale membelai anak kucing berbulu perak dengan mata emas yang menggeram ke arahnya dan menjauhkan anak kucing merah yang mencoba untuk menyerangnya saat ia bertanya. Anak kucing merah terus berusaha menjangkau Cale karena suatu alasan. Mata emas itu, yang sama dengan mata saudaranya, bersinar terang bahkan dalam kegelapan.
Tapi Cale harus fokus pada Choi Han.
"Apa kau lapar?"
Masih belum ada jawaban. Cale sudah menduga ini.
Choi Han mungkin mengamatinya sekarang, tetapi dia juga mungkin ingin beristirahat.
Baik tubuh dan pikirannya telah mencapai batasnya. Selain itu, dia telah menerima kejutan besar kemarin. Untuk seseorang seperti Choi Han yang hidup sendiri tanpa kontak manusia selain penduduk desa di desa kecil itu, Kota Western benar-benar asing baginya. Dia mungkin sudah hidup selama puluhan tahun, tetapi ia masih muda.
"Apakah kamu tidak akan mengatakan apa-apa?"
"... Kenapa kamu berbicara denganku?"
Choi Han akhirnya tampaknya memutuskan bahwa Cale orang lemah.
Cale cukup lemah sehingga dia bisa dengan mudah membunuhnya meskipun dia berada di batas kemampuannya. Itulah mengapa Choi Han merasa tidak apa-apa untuk menerima niat baik Cale meskipun dia tidak tahu mengapa Cale bersikap baik padanya.
Cale berdiri dan berjalan menuju Choi Han. Para penjaga akan segera berpatroli di lokasi ini.
"Hei."
Dia bisa melihat situasi Choi Han lebih baik begitu dia mendekat. Lelaki itu sangat berantakan. Namun, mungkin karena dia adalah karakter utama, matanya tetap terlihat jernih. Rambut hitam dan pupil hitam yang menunjukkan bahwa Choi Han adalah orang Korea sebenarnya cukup menyenangkan untuk dilihat. Itulah sebabnya Cale tersenyum ketika ia dengan santai berbicara kepada Choi Han.
"Ikut denganku. Aku akan memberimu makan."
Kesan pertama yang terbaik adalah menjadi orang yang menyediakan makanan lezat.
Choi Han yang bersandar di dinding, mendorong tubuhnya untuk bangkit berdiri.
Tubuhnya bersandar ke bagian kiri tubuhnya mungkin karena pergelangan kaki kanannya terluka, tetapi Cale tidak berniat untuk membantunya atau mengatakan apa pun tentang hal itu. Tidak ada alasan untuk bersikap lebih baik padanya.
Cale menyuruh Choi Han untuk mengikutinya saat ia menuju ke mansion Count. Namun, ada keberadaan makhluk lain yang menghalangi jalannya.
Meeeeeeeeow.
Anak kucing bermata emas yang berbulu merah itu berlari menuju Cale dan mengusap pipinya di sepatu Cale. Cale mulai mengerutkan kening. Dia tidak suka kucing, tapi yang ini kelihatan cukup imut. Namun, ia tiba-tiba merasa merinding di sekujur tubuhnya dan ketika ia berbalik, Choi Han menatapnya.
'Sial.'
Cale dengan canggung mulai membelai anak kucing itu.
"Sepertinya kau menyukaiku. Tapi aku harus pergi. Sampai jumpa lagi. "
Cale tidak pernah mengerti mengapa orang berbicara dengan binatang. Namun, Cale, yang sekarang menjadi orang yang berbicara dengan binatang, ia dengan cepat bangkit dan berjalan menjauh dari anak kucing tersebut.
Grr.
Anak kucing bermata emas berbulu perak itu menggeram seolah menyuruh anak kucing yang berbulu merah untuk kembali sambil disaat bersamaan menyuruh Cale untuk pergi. Anak kucing berbulu merah itu sepertinya tidak mau kembali ke saudaranya karena ia terus melihat ke arah Cale saat ia berjalan pergi. Namun, Cale tidak berbalik lagi.
Meow, meoooooooow.
Tangisan sedih anak-anak kucing terdengar semakin jauh. Cale mengintip ke belakang tubuhnya. Choi Han yang pincang, tetap mengikutinya.
Mereka melakukan kontak mata sekali lagi. Cale tersentak dan ia dengan cepat menoleh kembali kedepan. Ia berjalan dengan pelan untuk membuat Choi Han lebih mudah mengikutinya.
Mereka melewati area perumahan dan Cale mulai meneguk sebotol alkohol lagi.
Bar. Pasar. Plaza. Mereka kemudian melewati tempat tinggal orang kaya dan akhirnya tiba di mansion Count yang terletak di ujung kota.
"Apa yang sedang kau lakukan?"
Cale memandang ke arah Choi Han, yang berhenti bergerak. Choi Han pasti melihat bagaimana para prajurit menyapa Cale, serta bagaimana warga menghindarinya, dalam perjalanan mereka ke sini.
Choi Han mungkin mempertanyakan apakah akan mudah untuk membunuh Cale.
Cale bertanya sekali lagi.
"Apakah kau tidak ikut?"
Seperti yang diharapkan, Choi Han melanjutkan untuk berjalan. Alasannya untuk mengikuti Cale sekarang mungkin untuk mendapatkan beberapa informasi serta menemukan cara untuk bertemu pemimpin daerah agar dapat memberikan pemakaman yang layak bagi penduduk desa Harris.
"T, tuan muda?"
Begitu Cale berdiri di pintu masuk utama mansion, para penjaga dan ksatria tergagap ketika mereka menyambutnya.
'Hah. Aku berharap mereka akan berhenti dengan panggilan tuan muda itu. '
Sungguh aneh mendengar mereka tergagap dengan kata-kata mereka setiap saat. Karena ia memiliki tubuh orang yang di juluki sampah, ia mencoba yang terbaik untuk bertindak seperti itu. Lebih mudah menjadi tuan muda sampah daripada tuan muda yang mulia. Ia berusaha membuat hidupnya semudah mungkin. Cale mengerutkan kening karena kata-kata para penjaga, yang membuat para penjaga dengan cepat membuka gerbang.
"Silakan masuk."
Cale berbalik untuk melihat Choi Han. Yang lainnya memandang Choi Han juga. Mereka mungkin ingin tahu tentang pengemis ini yang mengikuti tuan muda mereka kembali ke mansion. Para ksatria mengamati Choi Han dengan curiga di mata mereka.
"Ikuti aku."
Choi Han seharusnya mengetahui status Cale sekarang. Ia masih terlihat lemas saat mendekati Cale. Cale tampak tenang dan berbalik begitu melihat Choi Han ada di belakangnya dan masuk melalui gerbang.
Tapi hatinya berdebar tidak tenang.
'Aku yakin dia berpikir untuk menganggapku sebagai sandera jika sesuatu yang berbahaya terjadi. Mungkin itulah sebabnya dia berdiri tepat di belakangku. '
Ia yakin bahwa Choi Han tidak akan membunuhnya. Namun, hanya berpikir tentang diambil sebagai sandera menyebabkan ketegangan mental serius untuk Cale, yang membuatnya mengerutkan kening saat dia melihat dua ksatria yang mengikuti mereka.
"Jangan ikuti aku."
Para ksatria tersentak pada perintah Cale yang jelas. Mereka menatap bolak-balik antara Cale dan Choi Han sebelum salah satu ksatria yang mendekati Choi Han dan Cale menggeleng dengan ekspresi kaku di wajahnya.
Para ksatria peduli tentang ideologis mereka lebih dari apa pun. Itu sesuai dengan para ksatria yang Deruth hargai.
'Yah, kurasa mereka harus bertindak seperti ini untuk menjadi ksatria yang baik.'
Cale puas dengan jawaban ksatria yang menatap orang asing yang seperti pengemis ini dan meninggalkan para ksatria itu serta membiarkan salah satu ksatria itu mengikuti mereka. Dia baru saja akan membawa Choi Han ke pintu masuk kediaman Count.
"Tuan muda, Anda kembali."
"... Ya, Ron."
Orang tua yang menakutkan ini. Dia telah menunggu Cale di luar pintu. Cale tidak berharap dia benar-benar menunggunya. Cale takut, tetapi berpikir bahwa itu sebenarnya menjadi lebih baik.
Tatapan Ron menoleh ke arah Choi Han, dan senyum ramahnya tiba-tiba menghilang.
'Ron harusnya berada pada tingkat di mana ia bisa memperkirakan kekuatan Choi Han.'
Choi Han juga balas menatap Ron. Cale tidak peduli serangan seperti apa yang mereka kirimkan satu sama lain melalui mata mereka dan melakukan apa yang perlu dia lakukan. Dia belum selesai.
"Ikuti aku."
Cale memanggil Choi Han sekali lagi dan mulai berjalan. Pelayan itu, Ron, dengan cepat mengikuti Cale.
"Tuan muda, apa yang terjadi? Saya akan mengurus tamu ini jika anda memberi tahu saya apa yang dibutuhkan. "
"Tidak dibutuhkan."
Seseorang mendekati Cale ketika Ron sedang berbicara.
"Tuan muda. Anda kembali setelah minum hari ini. "
Itu adalah wakil kepala pelayan Hans.
'Ah, dia yang bertanggung jawab untukku.'
Cale mendecakkan lidahnya dan mengabaikan pernyataan Hans. Sebaliknya, dia mengangkat botol alkohol dan menunjuk ke arah Hans. Dan pada saat itu.
"Aaack!"
Hans menutupi wajahnya dengan kedua tangannya saat dia meringkuk. Keheningan memenuhi udara.
"Tsk."
Cale mendecakkan lidahnya dan Hans mendongak dengan wajah yang benar-benar merah karena malu ketika dia kembali menatap Cale.
"Singkirkan ini."
"Iya."
Hans menerima botol alkohol dari Cale dengan ekspresi kosong di wajahnya.
"Aku benar-benar akan melemparkannya kepadamu lain kali."
Hans menjadi pucat mendengar kata-kata Cale. Cale tampaknya tidak peduli sama sekali ketika ia terus berjalan. Dengan menambahkan Hans, sekarang ada total empat orang yang mengikutinya. Cale sering mengintip kebelakang untuk memastikan mereka mengikutinya dengan benar dan tiba di tujuannya.
Dapur #2. Cale mendorong pintu untuk terbuka ketika ia melihat tanda itu.
"Tuan muda?"
Dia bisa mendengar suara bingung Hans di belakangnya. Namun, ada senyum lebar di wajah Cale. Akhirnya sudah dekat.
Sekarang, Beacrox dan Choi Han akan bertemu. Jantung Cale berdetak kencang. Pintu itu mudah untuk dibuka. Ekspresi Cale menegang pada pemandangan yang tersaji di depannya.
Clang. Clang.
Koki kedua, Beacrox, tersenyum sambil mengasah pisaunya. Dia tampak menikmati dirinya sendiri ketika mengasah pedangnya sendiri di dapur #2. Namun, senyum itu menghilang begitu dia melihat Cale.
Itu sebabnya Cale takut. Selalu menakutkan untuk berurusan dengan orang gila. Kau tidak pernah tahu hal gila apa yang akan dilakukan orang gila.
Cale bergerak sebelum Beacrox dapat menanggapi. Dia meletakkan tangan di bahu Choi Han dan menunjuk padanya.
"Beri dia sesuatu untuk dimakan."
"Ya?"
Beacrox bertanya dengan ekspresi kaku di wajahnya. Pisau tajam di tangannya bersinar dan memantulkan cahaya. Cale menenangkan hatinya yang gemetar ketika dia mengatakannya sekali lagi.
"Beri dia sesuatu untuk dimakan. Dia lapar."
Ho. Ksatria itu mengeluarkan suara kaget dari belakang, tapi Cale tidak punya waktu untuk memperhatikan itu sekarang. Dia menunggu respons Beacrox dengan cemas. Akhirnya, Beacrox menjawab dengan ekspresi kaku masih terpaku di wajahnya.
"Saya akan melakukan seperti yang anda perintahkan, tuan muda."
Akhirnya telah dilakukan.
Beacrox dan Choi Han. Dan bahkan Ron, seseorang yang tidak ia harapkan. Mereka bertiga telah terhubung sekarang.
Senyum cerah terbentuk di wajah Cale. Ia akhirnya bisa santai sambil memberi Beacrox perintah lain dengan nada yang sedikit lebih tinggi.
"Juga siapkan sesuatu untukku. Aku lapar."
Cale memikirkan steak dari makan malam sebelumnya.
"Steakmu tadi malam adalah yang terbaik. Kau adalah koki yang hebat. "
Ujung pisau milik Beacrox sedikit bergetar.
"Sesuatu seperti steak itu akan menjadi makanan yang luar biasa. Persiapkan dengan cepat. "
Cale berbalik tanpa menunggu jawaban Beacrox. Dia kemudian meninggalkan dapur dan menuju kamarnya. Ksatria itu dan Hans mengikutinya. Hans dengan cepat bertanya,
"Apa yang harus saya lakukan tentang tamu itu?"
"Kurasa dia adalah tamuku. Kau urus itu."
Karena ia menghubungkan mereka bertiga, ia tidak ingin berurusan dengan hal lain untuk hari ini.
Beacrox dan Ron pasti mengenali kekuatan dari Choi Han. Dalam novel, Beacrox bersumpah setia kepada Choi Han karena kekuatannya itu, jadi dia harus melakukan hal yang sama setelah mencari tahu kekuatan Choi Han kali ini juga. Tentu saja, Cale punya beberapa rencana lain jika dalam hal Beacrox tidak dapat menentukan kekuatan Choi Han.
Yang harus dilakukan Cale hanyalah membuat Choi Han memukul seseorang atau sesuatu, tanpa itu menjadi dirinya. Oh, dan Beacrox juga harus ada di sana untuk menonton.
Bahkan jika itu mungkin memiliki beberapa cacat dalam rencananya, Cale sendiri telah memikirkan banyak hal yang berbeda.
"Hans. Berhentilah menggangguku dan bawa makanan ke kamarku kalau sudah siap."
Seperti yang diharapkan dirinya, Ron tidak mengikutinya. Cale meninggalkan ksatria dan Hans di luar pintu kamarnya ketika ia menutup pintu dan berbaring di tempat tidur. Ia bahagia. Kelelahan dan alkohol adalah kombinasi yang membuatnya tertidur sebelum makanan muncul.
Itulah sebabnya dia tidak tahu bahwa pisau memasak Beacrox berusaha menebas leher Choi Han dan belati tajam milik Ron terarah ke jantung Choi Han. Tentu saja, kedua serangan mereka gagal.
Ya, ini sebenarnya adalah situasi yang tidak akan diketahui oleh siapa pun, selain tiga individu yang terlibat.
————————————–——
Bersambung..... [3. Pick It Up (1)]
————————————–——
Keterangan :
(1) Scammer adalah seseorang atau sekelompok orang yang menipu untuk mengambil uang orang lain dengan cara yang licik.
(2) Aigoo adalah kata yang menunjukkan rasa frustrasi.
#novel korea#translate novel#novel terjemahan indonesia#chapter 6#chapter 7#chapter 6 dan 7#trash of the counts family indonesia#tcf id
4 notes
·
View notes
Text
SWASTIKA
-
Malam.
Aku duduk di ranjang dengan bingung. Menatapnya yang sedang meringkuk disudut ruang. Matanya basah, menangis. Sambil tangannya sibuk menggunting kasar rambut panjangnya.
---
"Kemarin, aku bermimpi. Banyak ikan berenang dalam kamarku, anglerfish. Wajah mereka menakutkan, cahaya di kening mereka menyilaukan. Dan ketika terbangun, aku menangis. Aku merindukannya. Wanita itu, yang kupanggil ibu." Ia mencoba berbicara denganku yang kebingungan.
"Hubungan apa antara anglerfish dan ibumu?" Dia menggeleng. Aku mengerutkan kening kembali. Tambah bingung dengan apa yang dibicarakannya.
"Tidak ada. Hanya dulu, saat kecil, setiap aku bermimpi buruk, aku akan menangis sambil memanggilnya. Dan ibu segera datang ke kamarku. Memelukku, mengusap kepalaku. Menghiburku dengan berkata bahwa itu hanya sebuah mimpi. Lalu dia bersenandung. Lembut dan menenangkan sekali. Aku berhenti menangis dan kembali nyenyak."
Dia terus bercerita tentang kenangan manisnya saat kecil. Kenangan bersama ibunya. Seperti makan bersama, tidur bersama, bercerita di bawah bulan tentang pekerjaan ibunya yang dia kagumi. Sesekali senyum terlukis di bibirnya. Lalu kemudian kembali muram. Pandangannya gelap dan datar. Dia larut dalam lautan duka. Tanpa sadar menggumamkan doa-doa terindah untuk melepaskan kepergian ibunya. Pun terbersit seulas air mata di tapuk matanya. Pelan. Hangat. Dan terasa memilukan.
"Ibu menyuruhku untuk menjadi orang yang selalu bahagia. Tapi justru dia malah mati. Tepat saat aku sudah pandai membuat bunga plastik."
Aku mendengar ceritanya sambil mataku tak henti memperhatikan gunting yang terus memotong rambutnya hingga pendek dan tak karuan. Entah apa alasannya. Padahal, rambut itu hitam legam, sebahu terurai. Cantik dan mempesona. Tapi tanpa ragu ia justru memotongnya.
"Kala siang, ibu menjual bunga hias yang dibuatnya dari plastik. Dan ketika malam, dia menjual tubuhnya. Ada salah satu pelanggan yang ibu sendiri tak tahu telah membuatnya hamil. Lalu begitulah, aku lahir tanpa ayah. Tapi aku tak perduli. Memiliki ibu saja, aku sudah bahagia."
Malam ini, kuhabiskan untuk mendengar ceritanya. Padahal, bukan itu niatku untuk datang kesini menemuinya. Sebenarnya, aku seperti mereka, yang datang untuk minta dipuaskan olehnya. Tapi perempuan itu bilang, untuk malam ini, ia tak sedang ingin melayani siapapun. Aku menikmati ceritanya.
"Besok adalah hari yang penting. Hari kematian ibu. Aku akan membuat banyak rangkai bunga untuknya."
"Lalu bagaimana dengan rambut itu? Kenapa kau memotongnya?" Tanyaku. Dia sudah hampir botak. Aku sedikit terkejut ketika dia mengeluarkan alat yang biasa kugunakan untuk mencukur kumis dan jenggot ketika mulai lebat dari saku jeansnya. Apakah dia ingin membuat kepalanya gundul? Benar-benar aneh perempuan ini, pikirku. Saat diluar sana banyak perempuan bolak-balik ke salon untuk mendapatkan keindahan rambutnya, ia justru hendak menghilangkan rambut indah itu dari kepalanya.
Aku pernah mendengar cerita seorang perempuan yang kutemui beberapa hari lalu, ia bercerita bagaimana rambutnya yang panjang itu ia rawat dengan baik. Tidak hanya menghabiskan waktu, tetapi menghabiskan uang yang diperolehnya saat melayani lelaki berdasi beberapa malam. Itupun rambutnya tak seindah perempuanku pada malam ini.
"Kematian ibu adalah awal dariku untuk menjalani hidup yang begitu hampa. Sepi. Dan kesedihan yang bersemayam dihati. Pernah, terpikir olehku untuk mati juga. Tapi aku takut. Aku takut tidak bisa mengingatnya lagi. Hanya akulah satu-satunya yang selalu menabur bunga dimakamnya." Ia berhenti sesaat. Tangannya kembali melakukan aktifitasnya. Ia mulai mengerok kepalanya perlahan dengan pisau cukur itu. Wajahnya datar. Aku rasa fikirannya telah dipenuhi kenangan, kesenangan saat ibunya masih hidup.
"Kanker bersarang di otak ibu saat itu. Dia begitu lemah. Pucat. Kering. Terbaring tak berdaya di rumah sakit. Aku sangat sedih melihatnya. Malam ini, aku ingin merayakan kesedihan itu. Dengan menggundulkan kepalaku seperti ibu saat lemah dulu. Yang paling kuingat adalah, diakhir hayatnya, dia tersenyum. Senyum yang biasa ia tunjukan ketika aku selalu bertanya apakah bunga-bunganya laku terjual. Dia menghiburku yang masih menangis sambil memuji karyaku, bunga plastik digenggamannya. Seperti bunga itu, ya, ibu akan tetap abadi. Hidup dalam ingatanku."
"Jadi, kau menjual bunga-bunga plastik buatanmu dan melacur kala malam adalah agar kau mengikuti jejaknya? Menjadi sepertinya?" Tanyaku.
"Entah, mungkin begitu. Karena bagaimanapun, aku sama sekali tak memiliki tujuan hidup selain untuk mengingatnya."
Kini, tak ada sehelai rambutpun dikepala perempuan itu. Tapi, walau begitu, dia memiliki wajah yang cantik. Walau gundul, tapi dia tetap menggairahkan. Dan aku belum pernah bercinta dengan perempuan botak sepertinya. Mungkin menyenangkan. Tapi aku lebih memilih bangkit berdiri. Meminta diri untuk pergi. Karena aku tak ingin mengganggu perempuan itu yang sedang ingin merayakan kesedihan atas kematian ibunya.
Dia berterimakasih padaku karena mau mendengar ceritanya. Sebagai balasan, kapan-kapan, aku bisa bercinta dengannya. Sepuasnya. Tanpa membayar sepeserpun. Kutanggapi dengan tawa dan hati berbunga. Aku tak sabar menunggu hari itu datang.
...
- Nurul Mufdh / @nurulmufdh
2 notes
·
View notes
Text
Jiran gersang
Salam kepada pembaca Rumah Seks.. Kisah ini dititip dari Malaysia buat bacaan kelian. Kali pertama menarik minatku untuk bercerita tentang pengalamanku dalam sex sesudah beberapa kali membaca kisah di situs ini.
*****
Panggil saja aku N. Usiaku 12 tahun dalam darjah 6 sekolah rendah. Tubuhku besar dan atletis, segak dengan rambut disikat kemas, sering tersenyum, jarang pakai seluar dalam dan penis agak panjang dan berurat bila tegang kira-kira 14cm.
Kusorot kisah ini yang berlaku di sekitar tahun 60an. Waktu itu mana ada komputer apatah lagi chatting. Waktu itu kehidupan anak-anak baya aku agak terkongkong. Aku dibesarkan dalam masyarakat polis, duduk di berek tua berjiran tetangga. Aku anak sulung dari empat beradik ketika itu. Di samping anak sulung yang bertanggung jawab, aku juga merasakan diriku agak nakal.
Berek kami terdiri dari 10 pintu-bermaksud aku mempunyai 9 jiran tetangga yang terdekat. Pintu rumahku Nombor 6. Pintu rumah jiran nombor 5, milik Pakcik Hassan(41th) dan isterinya, Makcik Timah (38th). Pintu rumah jiran Nombor 7 milik Pakcik Agus(34th) dan isterinya Makcik Anum (25th)-menarik couple ini pada pandangan aku. Paling menarik pintu Nombor Satu, milik Pakcik Rahman (40th) dan isterinya, Kak Etun (19 tahun) benar-benar muda dan cantik tanpa bermake-up.
Ketika di usia sedemikian aku nakal juga kerana minat aku hanya tertumpu terhadap wanita dan pompuan-pompuan yang sebaya atau lebih tua dari aku. Selalunya penis aku akan keras memanjang bila melihat dan membayangkan yang indah. Aku tak menjadi hantu hisap ganja atau main judi. Aku rajin ke sekolah dan aku adalah pelajar yang baik dengan result sekolah ku.
Ketika usia dua belas tahun inilah aku menerokai dunia baru-dunia orang dewasa. Aku menjadi taik pengintip dan pengintai. Namun aku amat bahagia dan bersyukur dengan apa yang telah aku alami dan nikmati.
Pakcik Hassan jiranku rumah nombor 5, orangnya berkulit hitam manis, berkumis, taklah tinggi orangnya, malah aku lebih tinggi sedikit darinya, adalah seorang yang rajin bercucuk tanam dan memelihara ayam. Kalau dia tidak bertugas, Pakcik Hassan akan menghabiskan masanya di kebun di belakang berek kami yang masih lagi ditumbuhi tinggi dengan lalang dan semak samun.
Isterinya, Makcik Timah jarang mengikut Pakcik Hassan ke kebun mereka di belakang berek itu. Dia lebih suka tidor dan mengawasi anak-anak mereka seramai dua orang itu. Makcik Timah orangnya rendah, bertubuh gempal, bermuka bulat dan manis bila tersenyum. Buah dadanya sederhana besar.
Ayahku juga ada membuat reban ayam dan bertanam sedikit ubi kayu, keledek dan beberapa pokok mangga. Ayam-ayam dan itik peliharaan kami itu, akulah yang menjaganya. Setiap balik sekolah aku akan memberi ayam-ayam dan itik-itik makan. Tidak ketinggalan ayah dan ibu aku ada juga menanam cili api. Jadi untuk sayur dan hasil telor, memang lumayan kerana kami tidak payah membelinya.
Pakcik Hassan ada membuat pondok kecil di kebunnya. Di situ dia rehat bila dia habis membaja, merumput atau mencangkul tanah yang segar di situ. Pondok comel itu letaknya di bawah pohon pokok yang rendang. Di tutup setengah dengan daun bambu dan diletakkan tikar buruk sebagai alas lantainya.
Jiran aku yang tinggal di rumah Nombor 7, Makcik Anum muda lagi orangnya. Baru 25th, wajah dia manis, mempunyai jelingan manja dan senyumannya melirik, tinggi kira-kira 155cm dan buahdadanya dalam 36 dan bontotnya besar.
Singkat kisah pertama yang aku alami-ketika itu cuaca gelap di langit jam baru pukul 5 petang. Keadaan di kebun di belakang berek kami itu agak sedikit gelap. Angin bertiup kuat juga semacam hendak hujan.
Ketika aku melalui hampir dengan pondok Pakcik Hassan petang itu untuk ke reban ayamku, aku terdengar bunyi suara seakan-akan orang bercakap manja dan sekali sekala ketawa kecil meninggi. Keadaan itu menarik perhatian aku. Di hatiku timbul persoalan dan hasrat ingin tahu berkobar-kobar di dalam jiwa kecilku.
Aku mula mengendap perlahan merangkak menuju ke arah datangnya suara itu. Dalam semak dan lalang yang tinggi itu aku menyusup dan merangkak menghampiri ke arah suara yang ku dengar. Maka tujuan aku tetap ke pondok kerana dalam balam-balam petang itu aku dapat melihat bayang manusia di pondok Pakcik Hassan. Kehadiranku tidak diperhatikan oleh mereka kerana angin bertiup membuatkan lalang berlaga, bunyi ayam dan itik berketuk kuat.
Hati aku dub dab dan terasa tangan aku mengeletar. Aku memakai kemeja T gelap dan berseluar jeans dengan berselipar. Aku masih merangkak di kawasan semak untuk berlindung dari pandangan manusia di pondok Pakcik Hassan agar mereka tidak menyedari dan mengetahui yang kelibat aku ada di situ.
Dadaku terasa berdebar yang amat sangat. Perasaan ingin tahu makin membara.
"Lawo payudara kau Anum,"
"Hmm.."
"Abang.. Sedapp"
"Dengan suami kau tak sedap ke..?"
"Takk bangg.. Dia tak buat cam abang, abang Hassan pandai buat.."
Wow berdesau darah aku.. Aku prihatin akan suara itu. Aku tak puas hati. Aku mahu melihat dengan jelas siapa mereka itu. Aku mula rapat dengan rangkakan perlahan.
Suara-suara itu kedengaran lagi..
"Kau tak puas ke Anum,"
"Takk.. Masakan Anum nak jumpa abang ni.."
Kini mata aku seakan nak tersembul dengan apa yang aku lihat. Aku menahan nafas. Menahan air liur. Sah dan jelas, wajah Makcik Anum dan Pakcik Hassan di depan mataku. Mereka tidak menyedari kehadiran aku yang sangat hampir kepada mereka. Aku dapat melihat dengan jelas perlakuan Makcik Anum dan Pakcik Hassan, dua-dua jiranku yang terdekat. Sungguh aku terkejut. Namun ini rahasia mesti aku simpan. Hanya aku yang nampak dan tahu kegiatan selewengan dan curang mereka.
Pakcik Hassan sedang menghisap puting payudara makcik Anum sambil tangannya yang satu lagi mengentel puing payudara sebelah. Makcik Anum memegang penis Pakcik Hasan. Aku melihat penis Pakcik Hasan tegang tapi taklah panjang dan besar sangat. Mereka berkucupan.
Makcik Anum memakai kemeja T warna merah tua dan kain batik kelantan sahaja. Sedang pakcik Hassan berlengeng dan mengenakan seluar labuhnya. Kini tangan Pakcik Hasan mula meraba pepek Makcik Anum. Dia mebaringkan makcik anum sambil menyelak kain batik ke paras pinggang. Pakcik Hassan mula mengomol pepek Makcik Anum.
"Abangg sedap.. Jilat lagi bang.." seru Makcik Anum dengan nada keras dan tangannya mengocok penis pakcik Hassan.
"Sedap ke Anum.." bisik Pakcik Hassan sambil menjilat pepet Makcik Anum. Kdlihatan lidahnya acum mengacum di pepet Makcik Anum.
"Sedap Bang.. Suami Anum tak buat camni bang.."
Aku melihat aksi mereka yang memnbuat posisi 69. Wow-camtu ke caranya. Aku melihat Pakcik Hassan dibawah menjilat pepet Makcik Anum dan makcik Anum mengulum penis pakcik Hassan. Dia mengulum macam menjilat ais krim.
Nafas aku tak keruan. Aku yang melihat asyik sekali. Sungguh tak aku sangka rupa-rupanya Makcik Anum tak puas bersetubuh dengan suaminya Pakcik Agus. Kini Pakcik Hassan sudah berpindah kedudukan. Dia memasukkan penisnya ke pepet makcik Anum bila makcik Anum berbaring mengangkangkan peha dan menaikkan kakinya. Aku melihat Pakcik Hassan menghenjut penisnya turun naik-kedepan dan ke belakang di depan mataku. Jelas aku lihat penis Pakcik Hassan memasuki lubang vagina makcik Anum. Setiap pompaan dan henjutan pakcik Hasan, makcik Anum mengikut rentaknya.
"Bangg.. Kuat.. Kuat lagi bang.." jerit halus makcik Anumm, "Sedapp bang."
Huhh.. "Sedap Anum.. Rasa kote abang.. Sedapkan sayang,"
Aku menutup telingaku tak larat nak mendengar kata-kata mereka yang mengelikan hatiku namun menaikkan penisku dan syahwatku juga. Aku syok juga. Aku terus melihat persetubuhan mereka untuk seketika dan selesai bila pakcik hassan menjerit kecil sambil jatuh memeluk Makcik Anum. Mereka terus berkucupan dan ada cecair keluar dari vagina Makcik Anum..
Aku melihat Makcik Anum pantas membersihkan pepetnya dengan kain sal pakcik Hassan dan membetulkan semula kain batik dan kemeja T nya. Dia tersenyum puas dan melirik. Pakcik Hassan memeluk dan mereka berkucupan sementera waktu. Sambil itu berbisik sesuatu ke telinga makcik Anum yang memburaikan ketawa kecilnya sambil mencubit peha pakcik Hassan, manja.
Jauh di sudut hatiku, aku kini tahu dan menyaksikan perbuatan mereka. Dan aku mula memerhatikan waktu-waktu sebegini untuk dapat melihat aksi mereka lagi. Aku gembira dan sangat senang hati. Dan bermulalah aku menjadi pengintip dan pengintai cilik.
*****
Wanita yang sering senyum itu aku lihat murung. Kak Etun berpakaian kemas petang itu sambil duduk depan pintu rumahnya. Dia banyak menung. Dia masih muda sedangkan suaminya pertengahan usia. Wanita ni tingginya kira-kira 160cm memiliki buah dada yang sederhana besar dalam 35c pinggangnya ramping dan punggung yang lebar. Perutnya rapat dan nipis.
"Abangg.. Apa ni.. Abangg" bentak Kak Etun terhadap suaminya, Pakcik Rahman. Dia marah-marah sambil merempan. Kak Etun membetulkan kain kembannya. Pakcik Rahman diam sahaja. Aku dari atas siling mengintai petang tu.
"Abangg Etun tak puas" bentak Kak Etun marah-marah sambil memukul-mukul Pakcik Rahman.
"Sabar Tun.. Sabar," kata Pakcik Rahman.
Aku dapat melihat ketakmampuan Pakcik Rahman. Aku melihat dia memasukkan penisnya yang pendek ke pepet Kak Etun yang gebu dan berbulu lebat. Sekejap kemudian dia habis dengan orgasme yang pantas.
"Tun tak apa-apa lagi bang, Tun tak puas," bentak Kak Etun merungus.
Aku juga merasa frust. Persetubuhan Pakcik Rahman terlalu singkat dan pantas. penis dia mengecut semula selepas dia orgasm. Tak sampai sepuluh kali henjut, Pakcik Rahman sudah habis terkulai.
*****
"Hisap puting acik ni," kata Makcik Timah mengunjukkan teteknya ke bibirku, yang sudah bogel atas katilnya. Aku mengikut arahannya. Makcik Timah memegang penis aku dan mengocoknya.
" Wah N, besar dan panjang kote kau," bisik makcik Timah sambil membelai. Aku terasa geli.
"Acik gelii.. Sedapp,"elus aku.
Kemudian kami berkucup.
"Hisap lidah acik,"kata makcik Timah yang menarik aku ke biliknya sedang suasana di berek sepi petang itu.
Aku terasa segan, malu dan mengigil namun aku merasa seronok dan penisku mengembang panjang dan besar. Terasa ngilu dan ingin terkencing. Makcik Timah terus dan ganas mencium dada bidang aku. Kemudian dia ais krim penisku. Aku mengeliat dan mengelinjang sambil mengangkat-angkat punggungku.
Aku ramas teteknya kemudian menghisap rakus puting susunya kedua belah. Kini tangan ku merayau ke peptnya yang sudah basah. Makcik Timah terus mengocok penisku.
"Keras dan tegang kote kau N, baguss sedapp besarr dan panjangg," bisik Makcik Timah memegang kuat sambil meramas dan kemudian membelai penisku." Kote kau besar dari pakcik kau punya."
Makcik Timah mengarahkan aku menjilat pepetnya. Dia mengangkang luas. Lalu menarik muka ku ke arah vaginanya. Aku mula menjilat kelentitnya yang tersorok di antara dua bibir vaginanya. Aroma pepetnya mencengkam nafsuku.
"Huu.. Sedap, jilat keras N.." arah makcik Timah yang menghinggut punggungnya ke atas mengikut rentak jilatan lidahku. Aku memasukkan lidahku ke lubang vaginanya yang panas dan berair.
Dia mendesah kuat, dia mengerang keras bila lidah ku menjelajahi kelentik dan pepetnya. Perlahan dan keras. Air membecak pepet Makcik Timah.
"N.. Acik tak tahan.. Masukkan penis kau kat sini," arah Makcik Timah sambil menunjukkan lubang pepetnya. Aku segera mengikut arahannya.. Aku letakkan kepala kote ke mulut lubang jusnya. Kemudian aku tekan..
"Aduhh.. N pelahan skit..,"kata Makcik Timah yang merangkul punggungku dengan kedua belah kakinya sambil mengcenghkam belakang badanku dan mencium dadaku.
Aku menekan perlahan dan aku sendiri tak tahan, ku hentak kote ku ke dalam lubang pepet Makcik Timah.. Dia menjerit-jerit.. Dia mencakar aku, aku menghentak dan rasa gelii..
"Acikk.. N tak tahan.. Rasa nak kencing.." kataku separuh menahan.
"N.. Ok.. Henjut kuat.." arah makcik Timah.. Sambil merangkul kua pungung aku dabn dia mengayak punggungnya.
Aku terus menghenjut kuat-kuat dan lajuu.. Aku henjutt terus dengan nafas yang kasar. Aku melihat penis ku masuk dan keluar sama juga dengan isi kulit daging kemaluan pepet makcik Timah mengikut rentakku berair banyak dan becak.
Aku kayal.. Aku kegelian.. Makcik Timah menjerit dan meraung2 bila henjutanku makin pendek dan padat serta rapat ke pepetnya..
"N.. Acikk kuarr.." makcik Timah menghayun sambil memutar pungungnya..
Aku yang kegeliaan terus menghenjut dan menghentak penisku ke lubang di pepet Makcik Timahh.. Sekejapan aku tersenggut-senggut dan aku merasakan penisku panas didalam kepitan vagina Makcik Timah.. Dan air mani ku yang semprot terjun lenyap masuk ke lubang pepet makcik Timahh..
Aku membiarkan penisku berdegup dalam lubang pepet Makcik Timah dan berbaring di atas tubuhnya yang gempal itu. Sambil aku hisap puting dan meramas teteknya lagi.
Itulah ajaran pertama yang kuterima dari makcik Timah tentang bersetubuh. Selama ini makcik Timah memerhatikan pembesaran aku. Bukan dia tidak pernah melihat penis aku dulu-dulu, tapi kali ini dia merasakan aku sudah matang dengan penisku yang ada.
Aku pelik naper dia mahu bersetubuh dengan aku sedangkan pakcik Hassan handal juga orangnya bab di atas katil ni. Terbukti pakcik Hassan selalu bersetubuh dengan Makcik Anum.
"Aku suka kau N. penis kau besar dan panjang dari Pakcik.. Kau nyer keras dan kuat.." puji makcik Timah.."
"Kau simpan rahsia ni.. Kalau kau mahupun jangan tunjuk sangat. Nanti makcik ajak kau.. Ingat pesan makcik ni," kata makcik Timah dan aku akur dalam pada itu sebelum keluar dari rumahnya petang itu dia memberikan aku duit.
Aku gembira dan puas hati tapi penisku naik lagi dan hendak bersetubuh tapi Makcik Timah memujuk aku supaya jangan dan mengatakan lain kali. Khuatir anak-anak dia balik sekolah dan suami dia balik juga ke rumah.
*****
Memang agaknya aku menjadi perhatian di berek ku. Kejadian petang itu amat menakjubkan aku. Kebetulan petang itu aku nak mandi. Bilikk mandi adalah dikongsi di berek kami. Ketika aku selesai mandi dan mahu mengenakan towel aku, Kak Etun hampir dengan berkemban. Dia hendak ke blik mandi danmelihat aku telanjang tanpa sempat hendak mengenakan towel aku. Dia memandang tepat ke arah penis ku yang terkulai.
"Dik N.. Kamu.. Ni.. N gi umah kakak sekarang, jomm.." Kak Etun mengajak.
Ketika itu suasana sunyi tiada siapa di beranda berek. Aku pantas memakai towelku dan menuju ke rumahnya hampir denganbilik mandi. Pantas Kak Etun masuk dan menutup pintu rumahnya. Aku menjadi kaku.
"Jangan gusar.. Jangan takut.." kata Kak Etun sambil memegang tanganku memasuki biliknya lalu membuka kembannya. Aku dapat melihat tubuh Kak Etun yang mengancam jiwa dan penisku. Dia menarik towel yang kupakai. Kelihatan penisku tersenggut-senggut.
"N.. Akak suka kote kau ni besar.." katanya sambil meembelai baang zakar ku.
Aku kegelian dan mengangkang di tubir katilnya.
"N jangan takutt.. Akak sayang N.. Suka kote N.." katanya perlahan sambil mula mengulom penisku.
Aku memegang kepala Kak Etun merapatkan kulomannya ke zakarku. Dia mencepak dan mencepok.. Mula2 perlahan dan kemudian laju dan kuat di zakarku. Aku pula mengentel puting teteknya sambil meramas-ramas perlahan dan kuat. Kini Kak Etun duduk di tubir katil sambil mengangkangkan pehanya luas-luas. Dia menarik aku berada di tengah-tengah kangkangannya.
"Jilat.." arahnya sambil menunjukkan pepetnya ke mukaku.
Aroma pepetnya menegangkan kon tolku dan menaikkan nafsuku. Aku mula menjilat seperti aku menjilat makcik Timah. Kak Etun terlonta-lonta.. Dia mengerang. Lidahku basah dengan air di lubang pepet Kak Etun sambil angan aku meramas kedua-dua belah teteknya yang keras dan mengentel puting teteknya sekali.
"Woww N.. Kau pandai.." kata Kak Etun sambil mengucup bibir ku dan kami bertukar hisapan lidah. Lumat.
Kak Etun memimpin aku ke arah posisi 69. Aku di bawah dan dia di atas. Aku menjilat pepetnya dan kini lemas dengan air pukinya yang banyak dan menjejeh. penisku tegak bagai tiang bendera. Keras, membesar panjang. Kak Etun mengelus-elus zakarku. Perlahan-lahan dia mengenakan kedudukan sambil memegang batangku, perlahan-lahan memasukkan ke lubang pepetnya. Dia mula menghenyak perlahan..
"Aduii.. Besarnya kote kau N.. Kalah Bang rahman punya.. Dia tak strong.." kata Kak Etun sambil senyum dan adanya masih ku ramas dari bawsah kelangkangnya.
Kak Etun menekan lagi nak memasukkan zakar aku ke lubang pepetnya yang ketat. Dinding vaginanya kebasahan memberi dan mengepit dan mengemut kepala kote ku.
"Huu.. Aduuhh sedapp,"kata Kak Etun sambil menghenjut lagi.
Kini perlahan-lahan lubang jus pepetnya mencengkam penisku sehingga ke pangkal.. Dia menarik dan menyorong perlahan kemudian laju.. Sehingga dia menjerit-jerit dan mengelinjang kesedapan sedangkan aku menahan penisku yang keras dibaluti air pukinya yang menjejeh keluar bertebing di sekitar batang dan bulu zakarku..
Kak Etun klimaks dua kali semasa menghenjut dari atas tadi, sedang penis aku masih keras.. Kini Kak Etun di bawah dan mengangkang peha nya luas. Aku memasukkan zakarku, aku mula mepompa dan menghenjut perlahan dan deras.. Cam aku buat kat Makcik Timah tempoh hari.. Kemudian mencabut penisku lalu menjilat puki Kak Etun seketika dan kemudian memasukkan semula penis ku ke dalam farajnya dan menghenjut semula..
Kak Etun menjerit-jerit kelazatan dan mengerang menginjal dan mengeliat sambil mengikut rentak henjutan dengan menaikkan punggungnya ketika aku menghenjut zakarku dalam lubang pukinya..
"Akakk.. N.. Nak pancutt.." kataku sambil menghenjut keras.
Kak Etun menjeritt.." Akak kuarr," Aku menghenjut terus kasar.
Aku merasa geli." Akak saya nak kuar.."
Namun Kak Etun sedar dengan pantas menolak aku, dan memegang penis lalu mengulom kuat.. Sekejapan mani ku pancrutt.. Ke dalam mulutnya.. Kak Etun melapah batangku dan menjilat mani aku lalu aku terkulai..
Mulai hari itu.. Aku dan Kak Etun selalu bersetubuh bila suami dia tiada.. Aku menjadi kekasihnya dan aku juga diberi upah. Seronoknya..
*****
Pembaca situs Rumah Seks.. Sekian kisahku di zaman kecilku yang nyata. Itu sekitar 60an maka tiada bedanya dengan yang berlaku di milenium ini. Biarpun tiada komputer atau alat-alat canggih komunikasi waktu itu, namun sex adalah lumrah alam dan keperluan manusia. Saya akan menulis lagi kisah pengalaman saya dalam dunia sex kepada pembaca-pembaca di sini. Saran dan komen dari wanita amatlah dialu-alukan dan sila majukan kepada saya di [email protected]
E N D
52 notes
·
View notes
Text
Lima Belas
Kemarin lupa cerita, ketiduran. Hehehe. Daripada enggak sama sekali jadi hari ini aja, double.
Ngomong-ngomong tentang lima belas, aku jadi inget banyak banget hal-hal yang terjadi di umur lima belas. Alhamdulillah, Allah kasih banyak ujian disaat itu.
Bapak sakit.
Sakit yang kita-kita pikir tuh biasa aja. Tapi ternyata efek nya luar biasa. Emang ya, kita tuh gak boleh ngeremehin hal-hal kecil kayak gitu.
Berkali-kali bapak bolak-balik ke dokter, dicobanya dokter-dokter dideket area rumah kami. Qodarulloh masih belum sembuh juga. Gak papa, bapak masih semangat berobat.
Lengan sebelah kanan nya ada benjolan kecil, tapi lama-lama jadi makin besar. Pergi lah bapak ke rumah sakit, di periksa dan dianjurkan melakukan CT scan.
Limfoma, kata dokter. Bapak harus dioperasi dalam beberapa hari kedepan. Kami sekeluarga mengusahakan agar bapak bisa cepat-cepat ditangani.
Setelah operasi, bapak harus kemoterapi. Badannya yang tinggi besar jadi kurus, rambut nya yang lebat hitam jadi tipis dan rontok. Jahitan bekas operasi membuka lebar, kata dokter gak papa dan nanti akan kembali rapat karena itu efek dari obat kemo.
Kemoterapi yang harusnya enam kali cuma kuat dua kali aja. Bapak udah gak sakit lagi sekarang, udah bahagia. Udah Allah panggil ke sisiNya.
Kami sekeluarga ikhlas, insyaallah. Semoga beliau ditempatkan ditempat yang sebaik-baiknya orang beriman. Aamiin....
16 Januari 2020
1 note
·
View note
Text
AMPUH MENGHITAMKAN, CALL/WA 0822-4552-0172, Shampo Untuk Rambut Hitam
KLIK https://wa.me/6282245520172, Shampo Bayi Agar Rambut Hitam Dan Lebat, Shampo Anak Agar Rambut Hitam, Shampo Agar Rambut Tebal Dan Hitam, Shampo Biar Rambut Hitam, Sampo Anak Biar Rambut Hitam
Kelaya Hair Treatment Shampoo
Jl. Raya Tambak Medokan Ayu No. 9A
(Ruku 3 Lantai, Pagar Putih)
Surabaya
Ibu Adelia
0822-4552-0172
https://kelaya.co.id/
#rambuthitamdansihat, #rambuthitamenawan, #rambuthitamhatisiapatahu, #rambuthitamhits, #rambuthitamhitz, #rambuthitamindahberkilau, #rambuthitamitucantik, #rambuthitamitusehat, #rambuthitamjepara, #rambuthitammenawanbebasuban
#shampo untuk rambut kering berketombe#shampo yang bagus buat rambut rontok dan ketombe#shampo yang paling bagus untuk menghilangkan ketombe#shampo untuk rambut mengembang dan ketombe#shampoo hijab untuk rambut rontok dan berketombe#shampo yang bagus untuk ketombe parah#shampo yang mengatasi rambut rontok dan ketombe#shampo menghilangkan ketombe ampuh#shampo menghilangkan ketombe membandel#shampo anti ketombe terampuh
1 note
·
View note
Text
SUDAH TERDAFTAR BPOM, CALL/WA 0822-4552-0172, Cara Menebalkan Rambut
KLIK https://wa.me/6282245520172, Shampo Untuk Menebalkan Rambut Dewasa, Shampo Untuk Menumbuhkan Dan Menebalkan Rambut, Cara Menebalkan Rambut Alami, Cara Menebalkan Rambut Anak, Cara Menebalkan Rambut Bayi
Kelaya Hair Treatment Shampoo
Jl. Raya Tambak Medokan Ayu No. 9A
(Ruku 3 Lantai, Pagar Putih)
Surabaya
Ibu Adelia
0822-4552-0172
https://kelaya.co.id/
#thickhair101, #thickhair1stworldpeopleproblems, #thickhair2, #2thickhair, #2thickhairedbeauties, #thickhair4lyfe, #thickhair4life, #thickhair4lyf, #thickhair4days, #thickhair4u
#cara rambut tebal dan halus#rambut bayi biar cepat tumbuh lebat#cara agar rambut jadi tebal#cara membuat rambut tebal jadi tipis#rambut supaya lebat#perawatan untuk menebalkan rambut#cara buat rambut cepat panjang dan tebal#agar rambut anak hitam tebal#cara menumbuhkan rambut dengan cepat dan lebat#cara melebatkan rambut bayi dengan kemiri
0 notes
Text
GARANSI 3 BULAN, CALL/WA 0822-4552-0172, Cara Melebatkan Rambut Kepala
KLIK https://wa.me/6282245520172, Cara Melebatkan Rambut Laki Laki, Cara Melebatkan Rambut Lelaki, Cara Melebatkan Rambut Lidah Buaya, Cara Melebatkan Rambut Laki2, Cara Melebatkan Rambut Nipis
Kelaya Hair Treatment Shampoo Jl. Raya Tambak Medokan Ayu No. 9A (Ruku 3 Lantai, Pagar Putih) Surabaya
Ibu Adelia 0822-4552-0172 https://kelaya.co.id/
#rambuttipistipis, #rambuttipisbener, #rambuttipisbayi, #rambuttipisamad, #rambuttipishiasan, #rambuttipisjabrik, #rambuttipisjaditebel, #rambuttipiskeemasan, #rambuttipislebihkelihatanbervolumetanpacatok, #rambuttipisparah
0 notes
Text
Menginap Dirumah Tetangga Cantik Dan Bohay
Cerita Sex ini berjudul ”Menginap Dirumah Tetangga Cantik Dan Bohay” cerita selingkuh dg wanita lain,cersek tetangga,cersex tetangga,ibu tetangga,istriku,mesum dengan tetangga,mesum sama tetangga,mesum tetangga,ml sama tetangga,ngetot tetangga,tetangga mesum,tukar isteri. Aku biasa dipanggil Hendri (nama samaran). Saat ini aku kuliah di salah satu Akademi Pariwisata sambil bekerja di sebuah hotel bintang lima di Denpasar, Bali. Kisah yang aku ceritakan ini adalah kisah nyata yang terjadi saat aku masih duduk di kelas 2 SMA, di kota Jember, Jawa Timur. Saat itu aku tinggal di sebuah gang di pusat kota Jember. Di depan rumahku tinggalah seorang wanita, Nia R. namanya, tapi ia biasa dipanggil Ninik. Usianya saat itu sekitar 24 tahun, karena itu aku selalu memanggilnya Mbak Ninik. Ia bekerja sebagai kasir pada sebuah departemen store di kotaku. Ia cukup cantik, jika dilihat mirip bintang sinetron Sarah Vi, kulitnya putih, rambutnya hitam panjang sebahu. Namun yang paling membuatku betah melihatnya adalah buah dadanya yang indah. Kirakira ukurannya 36B, buah dada itu nampak serasi dengan bentuk tubuhnya yang langsing. Keindahan tubuh Mbak Ninik tampak semakin aduhai saat aku melihat pantatnya. Kali ini aku tidak bisa berbohong, ingin sekali kuremasremas pantatnya yang aduhai itu. Bahkan jika Mbak Ninik memintaku mencium pantatnya akan kulakukan. Satu hal lagi yang membuatku betah melihatnya adalah bibirnya yang merah. Ingin sekali aku mencium bibir yang merekah itu. Tentu akan sangat nikmat saat membayangkan keindahan tubuhnya. Setiap pagi saat menyapu teras rumahnya, Mbak Ninik selalu menggunakan kaos tanpa lengan dan hanya mengenakan celana pendek. Jika ia sedang menunduk, sering kali aku melihat bayangan celana dalamnya berbentuk segi tiga. Saat itu penisku langsung berdiri dibuatnya. Apalagi jika saat menunduk tidak terlihat bayangan celana dalamnya, aku selalu berpikir, wah pasti ia tidak memakai celana dalam. Kemudian aku membayangkan bagaimana ya tubuh Mbak Ninik jika sedang bugil, rambut vaginanya lebat apa tidak ya. Itulah yang selalu muncul dalam pikiranku setiap pagi, dan selalu penisku berdiri dibuatnya. Bahkan aku berjanji dalam hati jika keinginanku terkabul, aku akan menciumi seluruh bagian tubuh Mbak Ninik. Terutama bagian pantat, buah dada dan vaginanya, akan kujilati sampai puas. Malam itu, aku pergi ke rumah Ferri, latihan musik untuk pementasan di sekolah. Kebetulan orang tua dan saudaraku pergi ke luar kota. Jadi aku sendirian di rumah. Kunci kubawa dan kumasukkan saku jaket. Karena latihan sampai malam aku keletihan dan tertidur, sehingga terlupa saat jaketku dipakai Baron, temanku yang main drum. Aku baru menyadari saat sudah sampai di teras rumah. Waduh kunci terbawa Baron, ucapku dalam hati. Padahal rumah Baron cukup jauh juga. Apalagi sudah larut malam, sehingga untuk kembali dan numpang tidur di rumah Ferri tentu tidak sopan. Terpaksa aku tidur di teras rumah, ya itungitung sambil jaga malam. Lho masih di luar Hen.. Aku tertegun mendengar sapaan itu, ternyata Mbak Ninik baru pulang. Eh iya.. Mbak Ninik juga baru pulang, ucapku membalas sapaannya. Iya, tadi setelah pulang kerja, aku mampir ke rumah teman yang ulang tahun, jawabnya. Kok kamu tidur di luar Hen. Anu.. kuncinya terbawa teman, jadi ya nggak bisa masuk, jawabku. Sebetulnya aku berharap agar Mbak Ninik memberiku tumpangan tidur di rumahnya. Selanjutnya Mbak Ninik membuka pintu rumah, tapi kelihatannya ia mengalami kesulitaan. Sebab setelah dipaksapaksa pintunya tetap tidak mau terbuka. Melihat hal itu aku segera menghampiri dan menawarkan bantuan. Kenapa Mbak, pintunya macet.. Iya, memang sejak kemarin pintunya agak rusak, aku lupa memanggil tukang untuk memperbaikinya. jawab Mbak Ninik. Kamu bisa membukanya, Hen. lanjutnya. Coba Mbak, saya bantu. jawabku, sambil mengambil obeng dan tang dari motorku. Aku mulai bergaya, ya sedikitsedikit aku juga punya bakat Mc Gayver. Namun yang membuatku sangat bersemangat adalah harapan agar Mbak Ninik memberiku tumpangan tidur di rumahnya. Kletek.. kletek akhirnya pintu terbuka. Aku pun lega. Wah pinter juga kamu Hen, belajar dari mana. Ah, nggak kok Mbak.. maklum saya saudaranya Mc Gayver, ucapku bercanda. Terima kasih ya Hen, ucap Mbak Ninik sambil masuk rumah. Aku agak kecewa, ternyata ia tidak menawariku tidur di rumahnya. Aku kembali tiduran di kursi terasku. Namun beberapa saat kemudian. Mbak Ninik keluar dan menghampiriku. Tidur di luar tidak dingin? Kalau mau, tidur di rumahku saja Hen, kata Mbak Ninik. Ah, nggak usah Mbak, biar aku tidur di sini saja, sudah biasa kok, jawabku basabasi. Nanti sakit lho. Ayo masuk saja, nggak apaapa kok.. ayo. Akhirnya aku masuk juga, sebab itulah yang kuinginkan. Mbak, saya tidur di kursi saja. Aku langsung merebahkan tubuhku di sofa yang terdapat di ruang tamu. Ini bantal dan selimutnya Hen. Aku tersentak kaget melihat Mbak Ninik datang menghampiriku yang hampir terlelap. Apalagi saat tidur aku membuka pakaianku dan hanya memakai celena pendek. Oh, maaf Mbak, aku terbiasa tidur nggak pakai baju, ujarku. Oh nggak papa Hen, telanjang juga nggak papa. Benar Mbak, aku telanjang nggak papa, ujarku menggoda. Nggak papa, ini selimutnya, kalau kurang hangat ada di kamarku, kata Mbak Ninik sambil masuk kamar. Aku tertegun juga saat menerima bantal dan selimutnya, sebab Mbak Ninik hanya memakai pakaian tidur yang tipis sehingga secara samar aku bisa melihat seluruh tubuh Mbak Ninik. Apalagi ia tidak mengenakan apaapa lagi di dalam pakaian tidur tipis itu. Aku juga teringat ucapannya kalau selimut yang lebih hangat ada di kamarnya. Langsung aku menghampiri kamar Mbak Ninik. Ternyata pintunya tidak ditutup dan sedikit terbuka. Lampunya juga masih menyala, sehingga aku bisa melihat Mbak Ninik tidur dan pakaiannya sedikit terbuka. Aku memberanikan diri masuk kamarnya. Kurang hangat selimutnya Hen, kata Mbak Ninik. Iya Mbak, mana selimut yang hangat, jawabku memberanikan diri. Ini di sini, kata Mbak Ninik sambil menunjuk tempat tidurnya. Aku berlagak bingung dan heran. Namun aku mengerti Mbak Ninik ingin aku tidur bersamanya. Mungkin juga ia ingin aku.., Pikiranku melayang kemanamana. Hal itu membuat penisku mulai berdiri. Terlebih saat melihat tubuh Mbak Ninik yang tertutup kain tipis itu. Sudah jangan bengong, ayo sini naik, kata Mbak Ninik. Eit, katanya tadi mau telanjang, kok masih pakai celana pendek, buka dong kan asyik, kata Mbak Ninik saat aku hendak naik ranjangnya. Kali ini aku benarbenar kaget, tidak mengira ia langsung memintaku telanjang. Tapi kuturuti kemauannya dan membuka celana pendek berikut cekana dalamku. Saat itu penisku sudah berdiri. Ouww, punyamu sudah berdiri Hen, kedinginan ya, ingin yang hangat, katanya. Mbak nggak adil dong kalau hanya aku yang bugil, Mbak juga dong, kataku. OK Hen, kamu mau membukakan pakaianku. Kembali aku kaget dibuatnya, aku benarbenar tidak mengira Mbak Ninik mengatakan hal itu. Ia berdiri di hadapanku yang sudah bugil dengan penis berdiri. Aku memang baru kali ini tidur bersama wanita, sehingga saat membayangkan tubuh Mbak Ninik penisku sudah berdiri. Ayo bukalah bajuku, kata Mbak Ninik. Aku segera membuka pakaian tidurnya yang tipis. Saat itulah aku benarbenar menyaksikan pemandangan indah yang belum pernah kualami. Jika melihat wanita bugil di film sih sudah sering, tapi melihat langsung baru kali ini. Setelah Mbak Ninik benarbenar bugil, tanganku segera melakukan pekerjaannya. Aku langsung meremasremas buah dada Mbak Ninik yang putih dan mulus. Tidak cuma itu, aku juga mengulumnya. Puting susunya kuhisap dalamdalam. Mbak Ninik rupanya keasyikan dengan hisapanku. Semua itu masih dilakukan dengan posisi berdiri. Oh, Hen nikmat sekali rasanya.. Aku terus menghisap puting susunya dengan ganas. Tanganku juga mulai meraba seluruh tubuh Mbak Ninik. Saat turun ke bawah, tanganku langsung meremasremas pantat Mbak Ninik. Pantat yang padat dan sintal itu begitu asyik diremasremas. Setelah puas menghisap buah dada, mulutku ingin juga mencium bibir Mbak Ninik yang merah. Hen, kamu ahli juga melakukannya, sudah sering ya, katanya. Ah ini baru pertama kali Mbak, aku melakukan seperti yang kulihat di film blue, jawabku. Aku terus menciumi tiap bagian tubun Mbak Ninik. Aku menunduk hingga kepalaku menemukan segumpal rambut hitam. Rambut hitam itu menutupi lubang vagina Mbak Ninik. Bulu vaginanya tidak terlalu tebal, mungkin sering dicukur. Aku mencium dan menjilatinya. Tanganku juga masih meremasremas pantat Mbak Ninik. Sehingga dengan posisi itu aku memeluk seluruh bagian bawah tubuh Mbak Ninik. Naik ranjang yuk, ucap Mbak Ninik. Aku langsung menggendongnya dan merebahkan di ranjang. Mbak Ninik tidur dengan terlentang dan paha terbuka. Tubuhnya memang indah dengan buah dada yang menantang dan bulu vaginanya yang hitam indah sekali. Aku kembali mencium dam menjilati vagina Mbak Ninik. Vagina itu berwarna kemerahan dan mengeluarkan bau harum. Mungkin Mbak Ninik rajin merawat vaginanya. Saat kubuka vaginanya, aku menemukan klitorisnya yang mirip biji kacang. Kuhisap klitorisnya dan Mbak Ninik menggeliat keasyikan hingga pahanya sedikit menutup. Aku terjepit diantara paha mulus itu terasa hangat dan nikmat. cerita abg sange. Masih belum puas menjilatinya Hen. Iya Mbak, punyamu sungguh asyik dinikmati. Ganti yang lebih nikmat dong. Tanpa basabasi kubuka paha mulus Mbak Ninik yang agak menutup. Kuraba sebentar bulu yang menutupi vaginanya. Kemudian sambil memegang penisku yang berdiri hebat, kumasukkan batang kemaluanku itu ke dalam vagina Mbak Ninik. Oh, Mbak ini nikmatnya.. ah.. ah.. Terus Hen, masukkan sampai habis.. ah.. ah.. Aku terus memasukkan penisku hingga habis. Ternyata penisku yang 17 cm itu masuk semua ke dalam vagina Mbak Ninik. Kemudian aku mulai dengan gerakan naik turun dan maju mundur. Mbak Ninik.. Nikmaat.. oh.. nikmaattt seekaliii.. ah.. Semakin lama gerakan maju mundurku semakin hebat. Itu membuat Mbak Ninik semakin menggeliat keasyikan. Oh.. ah.. nikmaatt.. Hen.. terus.. ah.. ah.. ah.. Setelah beberapa saat melakukan maju mundur, Mbak Ninik memintaku menarik penis. Rupanya ia ingin berganti posisi. Kali ini aku tidur terlentang. Dengan begitu penisku terlihat berdiri seperti patung. Sekarang Mbak Ninik memegang kendali permainan. Diremasnya penisku sambil dikulumnya. Aku kelonjotan merasakan nikmatnya kuluman Mbak Ninik. Hangat sekali rasanya, mulutnya seperti vagina yang ada lidahnya. Setelah puas mengulum penisku, ia mulai mengarahkan penisku hingga tepat di bawah vaginanya. Selanjutnya ia bergerak turun naik, sehingga penisku habis masuk ke dalam vaginanya. Oh.. Mbak Ninik.. nikmaaatt sekali.. hangat dan oh.. Sambil merasakan kenikmatan itu, sesekali aku meremasremas buah dada Mbak Ninik. Jika ia menunduk aku juga mencium buah dada itu, sesekali aku juga mencium bibir Mbak Ninik. Oh Hen punyamu Oke juga.. ah.. oh.. ah.. Punyamu juga nikmaaat Mbaak.. ah.. oh.. ah Mbak Ninik rupanya semakin keasyikan, gerakan turun naiknya semakin kencang. Aku merasakan vagina Mbak Ninik mulai basah. Cairan itu terasa hangat apalagi gerakan Mbak Ninik disertai dengan pinggulnya yang bergoyang. Aku merasa penisku seperti dijepit dengan jepitan dari daging yang hangat dan nikmat. Mbak Ninik.. Mbaaakk.. Niiikmaaattt.. Eh.. ahh.. ooohh.. Hen.. asyiiikkk.. ahh.. ennakk.. nikmaaatt.. Setelah dengan gerakan turun naik, Mbak Ninik melepas penisku. Ia ingin berganti posisi lagi. Kali ini ia nungging dengan pantat menghadapku. Nampak olehku pantatnya bagai dua bantal yang empuk dengan lubang nikmat di tengahnya. Sebelum kemasukan penisku, aku menciumi dahulu pantat itu. Kujilati, bahkan hingga ke lubang duburnya. Aku tak peduli dengan semua hal, yang penting bagiku pantat Mbak Ninik kini menjadi barang yang sangat nikmat dan harus kunikmati. Hen, ayo masukkan punyamu aku nggak tahaan nih, kata Mbak Ninik. Kelihatannya ia sudah tidak sabar menerima hunjaman penisku. Eh iya Mbak, habis pantat Mbak nikmat sekali, aku jadi nggak tahan, jawabku. Kemudian aku segera mengambil posisi, kupegang pantatnya dan kuarahkan penisku tepat di lubang vaginanya. Selanjutnya penisku menghunjam dengan ganas vagina Mbak Ninik. Nikmat sekali rasanya saat penisku masuk dari belakang. Aku terus menusuk maju mundur dan makin lama makin keras. Oh.. Aah.. Hen.. Ooohh.. Aah.. Aaahh.. nikmaaatt Hen.. terus.. lebih keras Hen Mbak Ninik.. enak sekaliii.. niiikmaaatt sekaaliii.. Kembali aku meraskan cairan hangat dari vagina Mbak Ninik membasahi penisku. Cairan itu membuat vagina Mbak Ninik bertambah licin. Sehingga aku semakin keras menggerakkan penisku maju mundur.Mbak Ninik berkelonjotan, ia memejamkan mata menahan rasa nikmat yang teramat sangat. Rupanya ia sudah orgasme. Aku juga merasakan hal yang sama. Mbak.. aku mau keluar nih, aku nggak tahan lagi.. Kutarik penisku keluar dari lubang duburnya dan dari penisku keluar sperma berwarna putih. Sperma itu muncrat diatas pantat Mbak Ninik yang masih menungging. Aku meratakan spermaku dengan ujung penisku yang sesekali masih mengeluarkan sperma. Sangat nikmat rasanya saat ujung penisku menyentuh pantat Mbak Ninik. Oh, Mbak Ninik.. Mbaak.. nikmat sekali deh.. Hebat.. permainan Mbak benerbener hebat.. Kamu juga Hen, penismu hebat.. hangat dan nikmat.. Kami berpelukan di ranjang itu, tak terasa sudah satu jam lebih kami menikmati permainan itu. Selanjutnya karena lelah kami tertidur pulas. Esok harinya kami terbangun dan masih berpelukan. Saat itu jam sudah pukul 09:30 pagi. Kamu nggak sekolah Hen, tanya Mbak Ninik. Sudah terlambat, Mbak Ninik tidak bekerja? Aku masuk sore, jadi bisa bangun agak siang.. Kemudian Mbak Ninik pergi ke kamar mandi. Aku mengikutinya, kami mandi berdua dan saat mandi kembali kami melakukan permainan nikmat itu. Walaupun dengan posisi berdiri, tubuh Mbak Ninik tetap nikmat. Akhirnya pukul 14:30 aku pergi ke rumah Baron dan mengambil kunci rumahku. Tapi sepanjang perjalanan aku tidak bisa melupakan malam itu. Itulah saat pertama aku melakukan permainan nikmat dengan seorang wanita. Kini saat aku kuliah dan bekerja di Denpasar, aku masih sering mengingat saat itu. Jika kebetulan pulang ke Jember, aku selalu mampir ke rumah Mbak Ninik dan kembali menikmati permainan nikmat. Untung sekarang ia sudah pindah, jadi kalau aku tidur di rumah Mbak Ninik, orang tuaku tidak tahu. Kubilang aku tidur di rumah teman SMA. Sekali lagi ini adalah kisah nyata dan benarbenar terjadi. cerita selingkuh dg wanita lain,cersek tetangga,cersex tetangga,ibu tetangga,istriku,mesum dengan tetangga,mesum sama tetangga,mesum tetangga,ml sama tetangga,ngetot tetangga,tetangga mesum,tukar isteri Read the full article
#ceritaselingkuhdgwanitalain#cersektetangga#cersextetangga#ibutetangga#istriku#mesumdengantetangga#mesumsamatetangga#mesumtetangga#mlsamatetangga#ngetottetangga#tetanggamesum#tukaristeri
4 notes
·
View notes
Text
Teteh Dua
Sebut saja Teh Syifa, teteh keduaku. Dibilang, anak Ibu yang bentuk wajahnya berbeda dari anak yang lain dan yang banyak memiliki tahi lalat di tangannya juga yang memiliki rambut yang sangat lebat dan hitam. Kata orang, dia mirip orang india entah apa yang membuat orang-orang berkata seperti itu. Aktif dalan organisasi tertentu sama seperti ibu, mungkin ia akan menjadi penerus ibu untuk melanjutkan karirnya di organisasi itu. Namanya Syifa, yang artinya obat. Dulu, ketika Ibu dan Bapak memberi nama Syifa dengan harapan agar menjadi obat bagi segala marabahaya yang berada di sekitarnya. Katanya, nama adalah doa. Dengan begitu, semoga nama Syifa menjadi obat untuk segala kebaikan bagi dirinya dan orang sekitarnya. Menjadi obat dan obat.
23 Ramadan 1440 I 28 Mei 2018
Jatinangor. 23:35
1 note
·
View note
Text
Mama, Mamaku Sayang...(1)
Mama.....
Saya adalah seorang wanita yang dua tahun lalu sedang sibuk, sibuk menjaga mama. Mama yang sedang tidak sehat karna Hipertensi, Stroke dan Diabetes. Dari berbekal ilmu seadanya saya tak pernah putus asa mencari ilmu kesehatan yang seharusnya tidak saya dalami, mencari artikel bahkan mencari informasi tentang penyakit yang diderita mama ke teman-teman dokter dan perawat, siapapun itu. Saya hanyalah seorang anak ragil yang buta ilmu organ dalam dan penyakitnya. Maafkan saya, Ma. Harusnya saya jadi dokter saja kalau begini :(
Mungkin saat ini saya menjadi wanita yang penuh penyesalan setelah gagal merawat mama. Namun pada akhirnya tahun ini Allah lebih sayang kepada mama, tepat tiga hari setelah ulang tahun mama, beliau meninggalkan kami di dunia. Saya berusaha untuk tidak sedih, tapi saya juga manusia. Dibeberapa menit setelah mama menghembuskan napas terakhir, jujur saya marah kepada papa, saya bentak beliau dengan lancangnya. Saya tau papa hanya berusaha tenang "Mama cuma tidur, sayang". Saya sangat khilaf dan diluar kesadaran saat itu. Maafkan saya pa. Setelah itu sampai menunggu mama untuk dimandikan, saya melamun dan sesekali melihat mama yang terbujur kaku berharap hidup kembali. Tapi mustahil. Tanpa menangis saya membelai rambut hitamnya yang saat itu sedikit sekali uban. Impian saya, memiliki rambut indah seperti rambut beliau, hitam, lurus dan lebat.
Tanpa menangis saya membacakan seruan Al Quran ditelinganya.
Tanpa menangis saya menutup mulutnya dengan sempurna.
Tanpa menangis saya membetulkan posisi tangannya agar terlipat
Tanpa menangis saya melihat mama kembali
Kemudian orang-orang berdatangan, memeluk saya dengan erat, mengucapkan bela sungkawa dan menangis. Sekuat tenaga saya berusaha tidak menangis tapi air mata membanjiri pipi saya. Ternyata saya masih tetap wanita yang cengeng. Dulu sewaktu sehat, mama selalu meminta kepada saya untuk tidak menangis saat kematiannya nanti, mama akan sedih, bacakan saja Yasiin.
Mama juga meminta saya untuk tidak sedih saat sendirian di rumah nanti bila mama sudah tidak ada di dunia lagi, katanya "Mama nanti bilang ke Allah, Yaa Allah jangan bikin anak cantik saya ketakutan saat sedang sendirian.." dan benar saja, saat ini saya sendiri di rumah sebesar ini, tanpa merasa takut sama sekali. Mama perayu yang hebat.
Berlanjut..
5 notes
·
View notes
Text
Category Archives: Gigolo – Bini Org
Datin Salina
MAR 4
Posted by mrselampit
Sejak En. Firdaus mendapat gelaran datuk setahun yang lalu aktivitinya semakin sibuk. Kalau bukan bisnes, golflah menjadi hobi masa lapangnya. Kesibukan itu makin menjadi-menjadi sejak enam bulan kebelakangan ini. Berhari-hari kadang-kadang berminggu-minggu Datuk Firdaus tidak balik ke rumah.
Bila balik ke rumah dia terus tidur kerana terlalu letih. Bila keadaan begini berlaku maka tanggung jawab memenuhi nafkah batin Datin Salina selalunya tak tertunaikan. Tiada lagi kenikmatan bersuami isteri. Dalam usia 37 tahun Datin Salina masih memerlukan belaian batin. Datin Salina hanya menangis dalam hati akan tingkah laku suamiku.
Kebosanan mula menguasai diri Datin Salina. Tinggal di rumah besar dengan segala kemewahannya tidak membawa apa-apa erti bila dibiar seorang diri. Ada desas-desus Datuk Firdaus sekarang mempunyai kekasih baru seorang artis muda dan cantik.
Kawan-kawan di tempat latihan jasmani juga mendakwa mereka pernah terserempak Datuk Firdaus berpelukan dengan gadis cantik di hotel mewah. Datin Salina mendengar saja cerita kawan-kawannya itu. Tak guna dia bertanya kepada suaminya kerana tentu saja dia akan menafikannya.
Bagi meredakan perasaan bosan Datin Salina mengambil keputusan untuk keluar berhibur diri. Tak kisahlah samada tengok wayang, shopping atau jalan-jalan asal dapat menghilangkan kebosanan. Selepas mengenakan pakaian cantik Datin Salina akan memandu BMWnya samada ke taman rekreasi, shopping complex, mengunjungi butik-butik ataupun ke rumah kawan-kawannya.
Satu hari Datin Salina ke rumah kawannya Puan Sri Zaharah. Di sana sudah berkumpul Datin Salbiah dan Puan Zurina. Mereka semua seperti Datin Salina juga, ditinggal suami masing-masing kerana urusan business. Bila berkumpul beramai-ramai begitu selain berborak kosong, mereka sering juga menonton video lucah. Di rumah Puan Sri Zaharah ada home theater dengan tv skrin lebar. Bermacam koleksi CD lucah ada dalam simpanan Puan Sri Zaharah.
Hari itu bila kesemuanya telah terangsang dengan apa yang ditonton Datin Salbiah mengusulkan agar mereka mendapat khidmat gigolo bagi memuaskan keinginan nafsu mereka. Datin Salbiah memang handal hal-hal begitu.
“Puan Sri mau bangsa apa,” tanya Datin Salbiah kepada Puan Sri Zaharah.
“Apa bangsa ada?” Puan Zurina yang masih cantik tetapi sedikit chubby menyampuk.
“Ada mclayu, india, cina, serani, jawa, siam atau portugis. Semua berumur bawah 30 tahun. Saya jamin servis mereka first class,” beria-ia Datin Salbiah mempromosi.
“Saya tak biasalah, takut,” celah Datin Salina menampakkan keraguannya.
“Apa nak bimbang, bukan sakit tapi seronok. Suami kita sedang berpeluk dengan gadis-gadis belasan tahun kita di sini gersang sambil melayan diri sendiri,” Datin Salbiah mengapi-api semangat rakan- rakannya.
Datin Salina belum pernah ikut serta aktiviti kawan-kawannya itu. Mereka yang lain sudah biasa pesta seks seperti itu. Dia pernah mendengar cerita ini tapi dia belum terlibat.
“Datin tak usah fikir panjang. Kalau suami kita boleh, kita apa salahnya.”
“Minggu sudah saya dah cuba mclayu, hari ini saya nak cuba india pula,” Puan Sri Zaharah meluahka hasratnya.
“Saya nak rasa portugis pula,” pinta Puan Zurina.
“Baiklah, saya seronok dengan Rashid dan Datin Salina cuba Robert, pemuda cina yang handsome tu. Nanti saya contact mereka,” Datin Salbiah memberi usul sambil menekan punat handphonenya.
Tak sampai setengah jam sebuah kereta masuk ke perkarangan banglo mewah Puan Sri Zaharah. Empat orang jejaka muda tinggi lampai masuk ke ruang tamu yang luas itu. Puan Sri Zaharah bangun mendapatkan Siva. Puan Zurina memegang tangan Gomez dan Datin Salbiah memeluk pinggang Rashid. Datin Salina hanya memerhati sahaja dan ketika itu Robert Lim menghampiri dan duduk di samping Datin Salina.
Datin Salina yang belum biasa agak kaku. Robert yang berpengalaman mula berinisiatif dan membelai-belai lembut tangan Datin Salina. Badannya dirapatkan dan pipi serta rambut Datin Salina dicium lembut. Bahu Datin Salina di ramas-ramas dan kemudian menjalar ke payu dara Datin Salina. Datin Salina yang masih bernafsu selepas menonton video sebelumnya melayan tindakan Robert.
Datin Salina melihat kawan-kawannya menghilang bersama pasangan masing-masing. Robert yang sudah biasa dengan keadaan banglo mewah itu menarik lembut Datin Salina menuju ke satu bilik.
“Saya rasa umur Datin 31 tahun, betul tak?”
Datin Salina senyum simpul. Kawan-kawannya pun tak menyangka umurnya sudah 37 tahun. Hasil senaman teratur dan memakan makanan yang diatur maka Datin Salina sungguh langsing dan kulitnya masih mulus tiada sebarang kedut.
Robert merangkul badan badan Datin Salina dengan lembut dan penuh kasih sayang. Dengan penuh kemanjaan dia mendakap dan mencium tengkuk Datin Salina. Robert yang penuh pengalaman melayan Datin Salina secara profesional. Datin Salina tenggelam dalam dakapan pemuda cina yang kacak tersebut. Datin Salina mula terasa geli dan nikmat. Sudah lama Datuk Firdaus tidak memperlakukannya seperti itu.
Datin Salina membiarkan saja tangan Robert meraba-raba ke seluruh tubuhnya. Dia pun turut sama meraba-raba badan Robert, lebih-lebih lagi di bahagian kemaluannya. Terasa ada benjolan keras di dalam seluar yang dipakainya. Datin Salina yang telah bangkit ghairahnya memicit-micitnya dengan geram benjolan tersebut.
Sesampai dalam bilik Robert merangkul badan Datin Salina dan menariknya ke katil. Tanpa perlu menunggu lama masing-masing menanggalkan pakaian satu persatu hingga mereka berdua berbogel. Robert menarik Datin Salina dalam rangkulannya. Datin Salina terasa hangat dan damai dalam pelukan Robert.
“Let’s begin, datin,” Robert mengajak Datin Salina memulakan aksi.
“Don’t call me Datin. Just call me Lina.”
“OK Lina, mari kita mulakan.”
Lalu bermulakan babak percintaan antara dua merpati sejoli. Perlakuan dua orang insan berlainan jenis yang mempunyai nafsu syahwat. Bra yang dipakai Datin Salina ditanggalkan. Bukit kembar Datin Salina yang masih pejal diurut-urut dan diramas penuh hati-hati oleh jejaka cina itu. Kemudian mulut dan lidah Robert mula bertindak. Puting payu dara sebesar jarai kelingking dielus dan dihisap- hisap. Datin Salina kegelian dan mula merengek keenakan.
“Aaahh, owwww. slow sikit Robert. Ahh that’s right.” Datin Salina bersuara bila Robert menggigit putingnya agak kuat.
Ganas juga Robert ini, fikir Datin Salina. Mungkin Robert geram kepada payudara Datin Salina yang mengkal.
Datin Salina pun tak mahu kalah. Seluar dalam Robert dilurut ke bawah. Terbeliak mata Datin Salina melihat kemaluan Robert yang besar dan panjang. Tegak terpacak di celah pahanya mengalahkan kepunyaan suaminya Datuk Firdaus. Bulu-bulunya hitam lebat dan tak bersunat. Hanya separuh kepala merah yang kelihatan, yang lainnya masih ditutupi penutupnya.
Selama ini Datin Salina belum pernah melihat dan merasa konek tak bersunat secara live. Datin Salina hanya biasa melihat bila dia melayari internet dimana wanita kulit putih amat berghairah menjilat dan mengulum batang besar yang masih ada foreskinnya. Sekarang peluang untuk merasa kote original yang masih berpenutup berada di hadapannya.
Datin Salina melurut-lurut batang kote Robert. Foreskin ditarik ke pangkal. Kepalanya yang merah lembab sungguh menarik. Datin Salina amat terangsang melihat batang kuning langsat berkepala merah. Datin Salina menggenggam erat sambil menggerakkan tangannya yang lembut maju mundur. Mata Robert mula redup sambil mulutnya mengeluarkan suara berdesis. Mungkin Robert terasa enak diperlakukan begitu.
Selepas puas mengurut-urut batang keras Datin Salina merapatkan mukanya ke kepala merah lembab. Datin yang masih bergetah itu merapatkan hidungnya ke kepala merah. Dicium bau kepala kemaluan Robert. Aromanya membangkitkan nafsunya. Bau kemaluan Datuk Firdaus tidak sebegini, tidak membangkitkan ghairah Datin Salina.
Tidak puas dengan kepala dicium seluruh batang kemaluan Robert. Telurnya yang berkedut-kedut itupun dicium penuh nafsu. Ada perbezaan bau kepala, batang dan telur kemaluan Robert. Bau kepala merah hingga ke takuk topi keledar amat menyelerakan. Aroma kepala merah benar-benar membuat lubang kemaluan Datin Salina mengemut dan mengalirkan cairan hangat.
Setelah puas menghidu kepala kemaluan Robert, Datin Salina mula menjilat kepala merah licin. Ditarik kulup Robert ke bawah dan dipegang kemas supaya tak meluncur kembali ke hujung. Kemudian terus serta merta dikulum dan dihisap. Kepala merah bulat bersih sebersihnya dijilat lidah bersari. Sungguh sedap rasanya batang balak jejaka cina ini.
Batang suaminya pun jarang dihisap oleh Datin Salina. Batang Robert terasa bulat kenyal dalam mulutnya. Bila ditolak lebih dalam kepala kote Robert menyentuh lelangit mulut bahagian dalam. Datin Salina merasa teramat geli bila kepala licin merah itu menyentuh kerongkongnya.
Robert mula bertindak menyerang balas. Mereka berbaring dalam posisi 69. Muka Robert menghala ke kemaluan Datin Salina. Bibir kemaluan Datin Salina diciumnya. Kemudian hidungnya naik ke atas ke permata sakti Datin Salina. Robert mencium lama sekali klitoris Datin Salina. Robert benar-benar menikmati aroma vagina Datin yang masih bergaya.
“Harum baunya cipap Lina,” Robert bersuara.
Datin Salina memang cerewet. Alat sulitnya dijaga dengan rapi. Bulu-bulu ditrim dan cipapnya selalu dicuci dengan feminine wash. Datuk Firdaus pernah memuji aroma cipap Datin Salina.
Robert mula membelai bibir kemaluan berwarna pink dengan ujung lidahnya. Digerakkan lidahnya di lurah antara dua bibir. Kedua bibir cipap Datin Salina terbelah dan ternganga. Bila Robert menyentuh klitoris yang mula mengeras Datin Salina berasa sungguh enak hingga terangkat-angkat punggungnya.
Sungguh nikmat rasanya bila lidah Robert meneroka vagina yang dijaga rapi itu. Cairan hangat mencurah-curah keluar dari lubang vagina Datin Salina. Terdengar bunyi ssrrrpp. sssrrrpppp. . bila Robert menyedut cairan di lurah vagina yang menunggu untuk dibolosi.
“Liza, you ni dah basah habis,” kata Robert.
“Go ahead Robert. Fuck me. puaskan nafsu I,” rayu Datin Salina.
Robert merangkak di celah paha Datin Salina. Paha Datin Salina dikangkang luas-luas bagi memudahkan tindakan Robert. Robert mula membetulkan kepala merahnya ke muara vagina Datin Salina yang juga merah. Terasa Robert mula menekan. Kepala merah mula menyelam sedikit demi sedikit ke dalam lorong sempit kemaluan Datin Salina.
76 notes
·
View notes