#ade firman hakim
Explore tagged Tumblr posts
Text
(●(☆{[>《>°•○_◇_○•°>》<]}☆)■)
Itu Masa Depan Hadapan
Maha Mata Maka Masa Mara Maya Mala
Arif Hatta Firman Sabda Hujjah
Saw As Swt Ad Af
Hakim Arif Adil Mahkamah Hudud Raja Hukum
Muhammad Afzanizam Bin Hairul Azami
Al Maseh Ahmad Mahdi Ibdidan AlaihisalaM
Perang Tamadun Manusia Akhir Zaman
Empayar Peradaban Takluk Kota Perbendaharaan Kata Dunia Hujung Zaman Iman Taqwa Redha Allah Sebagai Satu Tuhan Yang Disembah Sekalian Makhluk Alam Semesta
0 notes
Text
Buya Hamka
Buya Hamka (2023) #FajarBustomi #VinoGBastian #LaudyaCynthiaBella #DonnyDamara #DesyRatnasari #BenKasyafani Mehr auf:
Jahr: 2023 (Dezember) Genre: Biografie / Drama / History Regie: Fajar Bustomi Hauptrollen: Vino G. Bastian, Laudya Cynthia Bella, Donny Damara, Desy Ratnasari, Ben Kasyafani, Marthino Lio, Anjasmara, Verdi Solaiman, Ade Firman Hakim, Reza Rahadian, Ayu Laksmi, T. Rifnu Wikana, Mathias Muchus … Filmbeschreibung: Ein biografischer Film, der das Leben des berühmten muslimischen Gelehrten Buya…
View On WordPress
0 notes
Text
Ulama Su' (Ulama Jahat)
Kata ‘ulamâ’ (bentuk plural dari ‘âlim), secara bahasa artinya orang yang berpengetahuan, ahli ilmu. Kata sû’ adalah mashdar dari sâ’a–yasû’u–saw’an; artinya jelek, buruk atau jahat. Dengan demikian, al-‘ulamâ’ as-sû’ secara bahasa artinya orang berpengetahuan atau ahli ilmu yang buruk dan jahat. Rasul saw. bersabda:
«أَلاَ إِنَّ شَرَّ الشَّرِّ شِرَارُ الْعُلَمَاءِ وَإِنَّ خَيْرَ الْخَيْرِ خِيَارُ الْعُلَمَاءِ»
Ingatlah, sejelek-jelek keburukan adalah keburukan ulama dan sebaik-baik kebaikan adalah kebaikan ulama.(HR ad-Darimi).
Peran ulama menentukan kebaikan dan keburukan masyarakat. Ad-Darimi menuturkan, ketika Said bin Jubair ditanya tentang tanda-tanda kebinasaan masyarakat, ia menjawab, “Jika ulama mereka telah rusak.“
Abu Muslim al-Khaulani mengatakan, bahwa ulama itu tiga macam. Pertama: seseorang yang hidup dalam ilmunya dan orang lain hidup bersamanya dalam ilmunya itu. Kedua: seseorang yang hidup dalam ilmunya, tetapi tidak seorang pun hidup bersamanya dalam ilmunya itu. Ketiga: seseorang yang orang lain hidup bersamanya dalam ilmunya, tetapi hal itu menjadi bencana baginya.
Ibn Abi Hatim menuturkan dari jalan Sufyan ats-Tsauri, dari Abu Hayan at-Taymi, bahwa ulama itu juga ada tiga golongan. Pertama: orang yang takut kepada Allah dan mengetahui hukum-hukum-Nya. Itulah orang alim yang sempurna. Kedua: orang yang takut kepada Allah tetapi tidak mengetahui hukum-hukum-Nya. Ketiga: orang yang mengetahui hukum-hukum Allah, tetapi tidak takut kepada-Nya; dialah orang alim yang jahat (al-’âlim al-fâjir).
Pada ulama sû’ atau fâjir, ilmu yang dimiliki tidak dijadikan penuntun. Ia tidak beramal sesuai dengan ilmu yang ia ketahui. Asy-Syathibi mengatakan, “Ulama sû’ adalah ulama yang tidak beramal sesuai dengan apa yang ia ketahui.” [1]Ibn Taimiyah, setelah mengutip QS al-A‘raf ayat 146, berkata, “Inilah kondisi orang yang tidak beramal sesuai dengan ilmunya, tetapi mengikuti hawa nafsunya. Itulah kesesatan, sebagaimana firman Allah dalam QS al-A‘raf ayat 175-176; ini seperti ulama sû’.”Di antara ulama sû’ itu adalah ulama salathîn, yaitu ulama yang menjadi stempel penguasa. Anas bin Malik ra. menuturkan sebuah hadis:
وَيْلٌ ِلأُمَّتِيْ مِنْ عُلَمَاءِ السّ��وْءِ يَِتَّخِذُوْنَ هَذَا الْعِلْمَ تِ��َارَةً يَبِيْعُوْنَهَا مِنْ أُمَرَاءِ زَمَانِهِمْ رِبْحاً ِللأَنْفُسِهِمْ لاَ أَرْبَحَ اللهُ تِجَارَتَهُمْ
Kebinasaan bagi umatku (datang) dari ulama sû’; mereka menjadikan ilmu sebagai barang dagangan yang mereka jual kepada para penguasa masa mereka untuk mendapatkan keuntungan bagi diri mereka sendiri. Allah tidak akan memberikan keuntungan dalam perniagaan mereka itu. (HR al-Hakim).
Menurut adz-Dzhabi, ulama sû’ adalah ulama yang mempercantik kezaliman dan ketidakadilan yang dilakukan oleh penguasa; ulama yang memutarbalikan kebatilan menjadi kebenaran untuk penguasa; atau ulama yang diam saja (di hadapan penguasa) padahal ia mampu menjelaskan kebenaran. [3]
Anas meriwayatkan:
الْعُلَمَاءُ أَمَنَاءُ الرُّسُلِ مَا لَمْ يُخَالِطُوْا السُّلْطَانَ وَ يُدَاخِلُوْا الدُّنْيَا فَاِذَا خَالَطُوْا السُّلْطَانَ وَ دَاخَلُوْا الدُّنْيَا فَقَدْ خَانُوْا الرُّسُلَ فَاحْذَرُوْهُمْ وَفِيْ رِوَايَةٍ لِلْحَاكِمِ فَاعْتَزِلُوْهُمْ
Ulama adalah kepercayaan para rasul selama mereka tidak bergaul dengan penguasa dan tidak asyik dengan dunia. Jika mereka bergaul dengan penguasa dan asyik dengan dunia maka mereka telah mengkhianati para rasul. Karena itu, jauhilah mereka. (HR al-Hakim).
Hal itu karena, jika ulama bergaul dengan penguasa dan sering mendatanginya, yang diharapkan adalah dunia. Tentu yang dimaksud bukan ulama yang datang untuk beramar makruf nahi mungkar dan mengoreksi penguasa.
Rusaknya ulama di antaranya karena sifat tamak terhadap dunia. Ad-Darimi menuturkan, Umar bertanya kepada Kaab, “Apa yang mengeluarkan ilmu dari hati ulama?” Kaab menjawab, “Ketamakan.”
Keluarnya ilmu dari hati maksudnya bukan dilupakan, tetapi ilmu itu ditinggalkan, pengaruhnya hilang dan tidak lagi dijadikan tuntunan. Hal itu sama saja dengan menukar ilmu atau agama dengan dunia. Inilah satu di antara karakter ulama sû’. Ulama demikian lebih layak di neraka. Abu Hurairah ra. menuturkan hadis:
مَنْ أَكَلَ بِالْعِلْمِ طَمَسَ اللهُ عَيْنَيْهِ (أَوْ وَجْهَهُ فيِْ رِوَايَةِ الدَّيْلَمِيْ) وَكَانَتِ النَّارُ أَوْلَى بِهِ
Siapa yang makan dengan (memperalat) ilmu, Allah membutakan kedua matanya (atau wajahnya di dalam riwayat ad-Dailami), dan neraka lebih layak untuknya. (HR Abu Nu‘aim dan ad-Dailami).
Maksudnya adalah ulama yang menjadikan ilmunya sebagai alat untuk memperoleh kekayaan. As-Sayrazi mengatakan, “Setan mendandani keburukan di hadapan ulama hingga berhasil menjerumuskan mereka dalam kemurkaan Allah. Mereka lalu memakan dunia dengan memanfaatkan agama, memperalat ilmu untuk mendapatkan kekayaan dari para penguasa, serta memakan harta wakaf, anak yatim dan orang miskin. Setan telah berhasil memalingkan perhatian ulama itu untuk mencari gengsi dan kedudukan di hati makhluk. Itulah yang menyeret mereka ke dalam perdebatan, persaingan dan kebanggaan.” [4]
Al-Minawi, dalam Faydh al-Qadîr, mengatakan, “Bencana bagi umatku (datang) dari ulama sû’, yaitu ulama yang dengan ilmunya bertujuan mencari kenikmatan dunia, meraih gengsi dan kedudukan. Setiap orang dari mereka adalah tawanan setan. Ia telah dibinasakan oleh hawa nafsunya dan dikuasai oleh kesengsaraannya. Siapa saja yang kondisinya demikian, maka bahayanya terhadap umat datang dari beberapa sisi. Dari sisi umat; mereka mengikuti ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatannya. Ia memperindah penguasa yang menzalimi manusia dan gampang mengeluarkan fatwa untuk penguasa. Pena dan lisannya mengeluarkan kebohongan dan kedustaan. Karena sombong, ia mengatakan sesuatu yang tidak ia ketahui.” [5]
Kata tidak tahu tidak ada dalam kosakata ulama sû’. Ia merasa gengsi mengatakan tidak tahu. Padahal orang sekaliber Ibn Umar saja tidak merasa malu untuk mengatakan tidak tahu. Ibn al-Mubarak meriwayatkan dari Ibn Umar, bahwa ia pernah ditanya tentang sesuatu, lalu ia menjawab, “Aku tidak tahu.” Kemudian ia menimpalinya dengan mengatakan, “Apakah engkau ingin menjadikan punggung-punggung kami sebagai jembatan bagi kalian ke neraka Jahanam?” [6]
Muadz bin Jabal membagi ulama sû’ di dalam tujuh tingkatan neraka. Tingkat pertama: ulama yang jika mengingatkan manusia, ia bersikap kasar; jika diingatkan manusia, ia menolak dengan tinggi hati. Tingkat kedua: ulama yang menjadikan ilmunya alat untuk mendapatkan pemberian penguasa. Tingkat ketiga: ulama yang menahan ilmunya (tidak menyampaikannya). Tingkat keempat: ulama yang memilih-milih pembicaraan dan ilmu guna menarik wajah orang-orang dan ia tidak memandang orang-orang yang memiliki kedudukan rendah. Tingkat kelima: ulama yang mempelajari berbagai perkataan dan pembicaraan orang Nasrani dan Yahudi guna memperbanyak pembicaraannya. Tingkat keenam: ulama yang mengangkat dirinya sendiri seorang mufti dan ia berkata kepada orang-orang, “Bertanyalah kepadaku.” Orang itu ditulis di sisi Allah sebagai orang yang berpura-pura atau memaksakan diri dan Allah tidak menyukai orang demikian. Tingkat ketujuh: ulama yang menjadikan ilmunya sebagai kebanggaan dan kepuasan intelektual saja. [7]
Karena semua itu, al-Ghazali mengingatkan, “Hati-hatilah terhadap tipudaya ulama sû’. Sungguh, keburukan mereka bagi agama lebih buruk daripada setan. Sebab, melalui merekalah setan mampu menanggalkan agama dari hati kaum Mukmin. Atas dasar itu, ketika Rasul saw ditanya tentang sejahat-jahat makhluk, Beliau menjawab, “Ya Allah berilah ampunan.” Beliau mengatakannya sebanyak tiga kali, lalu bersabda, “Mereka adalah ulama sû’.”
Na‘ûdzu billâh min syarr al-‘ulamâ’ as-sû’. [Yahya Abdurrahman]
0 notes
Text
Balutan Syahdu Perkenalan Single Kedua Armiya Husein ‘Meniti Waktu’
Armiya Husein, solois dari ibukota yang sempat mengalami gundah gulana dikala pandemi datang dan merusak segala rencananya termasuk merilis sebuah single. Sempat terpikir olehnya beberapa bulan hanya berdiam diri tanpa adanya kreatifitas juga tidak bisa diandalkan untuk membangun mood, akhirnya di bulan Agustus seketika Armiya merespon kembali memainkan piano dan bersua membawakan single “Meniti Waktu”. Single itulah sekaligus menjadi single kedua dari Armiya yang kini telah disebar secara resmi pada akhir November 2020.
Meniti Waktu punya arti mendalam bagi Armiya, karena single didedikasikan untuk rekannya dalam bermusik yakni almarhum Ade Firman Hakim atau Armiya sering memanggilnya dengan sapaan Abang Firman. “Sebenarnya lagu ini aku bikin untuk Abang (Firman) 2017 lalu saat doi sedang tugas budaya di Filipina, pada saat itu rasanya sepi banget, komunikasi susah dan terhambat, terus aku bikinin lagu ini dan pada saat itu belum ada judul sih. Udah sempet kasih denger ke Abang juga, tapi gak bilang kalau itu buat dia, malu hahaa..” ungkap Armiya melalui rilis pers. “Lalu sekitar Agustus akhir, aku dengar kabar Abang sakit dan kondisinya menurun, aku sempet kontak juga dan menanti kabar baik, tapi ternyata Tuhan berkehendak lain, Abang meninggal, aku shock dan sedih banget.”
Single bernuansa Jazz atau lebih cenderung mengarah ke style Brazilian Jazz ini punya ambiance kuat untuk terus kita repeat secara berulang, dimana karakter vokal syahdu Armiya ditambahkan tiap part yang catchy serasa kuping seakan tidak menolak dari permainan musik yang berkelas. Sekilas menikmati single ini lebih tepat disaat pagi yang santai ataupun sedang melepaskan penat sembari menyongsong tenggelamnya matahari ditemani minuman hangat dan makanan ringan.
Simak video liriknya disini
Ditulis oleh Fadly Zakaria.M
2 notes
·
View notes
Photo
#ario bayu#movie#ratu ilmu hitam#movies#shenina cinnamon#guilio parengkuan#tanta ginting#miller khan#salvita decorte#imelda therinne#ade firman hakim#sheila dara aisha#putri ayudua#ruth marini#movie poster#movie posters#tatu unru#gisellma firmansyah#film#indonesia#indonesian#kimo stamboel#joko anwar#horror#hannah al rashid#horror mov#horror movie#ari irham#horror movies#muzakki ramdhan
0 notes
Video
ADE FIRMAN HAKIM KALAM KALAM LANGIT #daftarfilmadefirmanhakim .
0 notes
Text
10 Film Indonesia Layak Tonton Tahun 2016
10 Film Indonesia Layak Tonton Tahun 2016
Sepanjang 2016 kayaknya nggak terhitung banyaknya film-film keren yang muncul di jaringan bioskop Tanah Air. Para pecinta film di Indonesia dimanjakan dengan kehadiran film-film baik yang datang dari dalam maupun luar negeri.
Eits, tapi kita ngomongin film Indonesia dulu kali ya.. Film-film apa aja sih yang dirilis di tahun 2016 dan recommended banget buat di tonton? Ini dia listnya;
1. A Copy of…
View On WordPress
#A Copy of My Mind#Abu#Ada Apa dengan Cinta#Ade Firman Hakim#Anggy Umbara#BookMyShow#Chicco Jerikho#Christine Hakim#Dian Sastrowardoyo#film indonesia#film samarinda#film terbaik 2016#Headshot#Ibu Maafkan Aku#Ikram Noer#ILY from 38.000 FT#Ini Kisah Tiga Dara#Joko Anwar#Katon Bagaskara#KLa Project#Lo-Fi Flicks#Meriza Febriani#Michelle Ziudith#Mo Brothers#Monty Tiwa#Nia Dinata#Nicholas Saputra#Nikkatsu#Nur Fadillah#Piala Maya
0 notes
Text
Surat Ad-Dhuha
Cara terbaik untuk merasa tenang dalam hatimu adalah dengan membaca surat ad-Dhuha. Karena ini adalah surat paling mengagumkan dalam Qur’an, yang memotivasimu untuk optimis. Dan berbaik sangka pada Allah Azza wa Jalla. Maukah kau kuberitahu makna kata “dhuha” … yang mungkin tak pernah kau dengar sebelumnya?
Surat Dhuha diwahyukan di waktu Rasulullah SAW tidak menerima wahyu dari Allah SWT selama 6 bulan. Selama 6 bulan Rasulullah SAW tidak menerima wahyu apapun dari Allah SWT. Jibril tidak turun, beliau tidak menerima mimpi. “Ada waktu dimana aku melihat berbagai mimpi bagus. Tapi sekarang ketika aku begitu lelah dengan pekerjaanku, otakku begitu lelah, aku tidak mendapat mimpi. Terkadang aku merasa sholawat dan ibadahku tidak berpengaruh pada hatiku dan pada hidupku. Jadi aku merasa agak jauh dari Allah Azza wa Jalla.”
Pernahkah terkadang kau merasa begitu? Ya ? Terkadang kau merasa, “ini tidak berpengaruh buatku. Allah SWT tidak menjawabku. Dia tidak meresponku. Aku tidak melihat mimpi baik lagi. Aku tidak merasa hatiku bergetar lagi. Aku tidak merasa tenang lagi, apa yang terjadi?”
Sama seperti itu, selama 6 bulan Rasulullah SAW tidak menerima wahyu apapun dari Jibril atau mimpi apapun, tidak ada sama sekali, selama 6 bulan! Jadi Rasulullah SAW berpikir bahwa Allah SWT membencinya. Dia mengira Allah SWT tidak menginginkannya sebagai nabi lagi. Jadi berbagai pikiran ini berkecamuk dalam dirinya. Bukankah begitu? Kita terkadang berpikir begitu juga? Sebagian dari kita berpikir, “ya ampun, Allah SWT pasti membenciku. Lihat hidupku! Allah pasti tidak menginginkanku. Lihatlah situasiku. Aku pasti orang yang dibenci dan teramat hina. Allah SWT tidak peduli apapun, Allah SWT bahkan pasti tidak peduli pada do’a ku.”
Terkadang pikiran ini dating padamu, beginilah keadaan Rasulullah SAW ketika suratnya diwahyukan. Jadi apa yang Allah SWT firmankan? Dia berfirman …
Ayat1, wadh-dhuhaa. “Demi waktu matahari sepenggalahan naik.”, jadi hal pertama yang kau beritahu pada orang yang depresi,”Bangunlah! Lihatlah cahaya matahari. Tidak semuanya suram. Tidak semuanya menyedihkan dan suram. Ada matahari yang indah di atas sana, cahaya indah.
Ayat2, wal-laili izaa sajaa. “dan demi malam apabila telah sunyi (gelap).”, masalah kedua pada orang yang depresi adalah mereka terjaga sepanjang malam. Mereka tidur di pagi dan malah terjaga di malam. Jadi segalanya suram dan sedih. Mereka punya pola tidur yang buruk.
Ayat3, maa wadda'aka robbuka wa maa qolaa. Tuhanmu tidak benci padamu ya Muhammad. Alah tidak benci kita! “Tuhanmu tidak benci padamu Muhammad dan tidak melupakanmu.” Begitu juga ya Abdullah, wahai hamba Allah, Allah tidak benci padamu, dan Allah tidak melupakanmu!
Ayat4, wa lal-aakhirotu khoirul laka minal-uulaa. “Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada dunia ini.” Apa yang akan dating akan jauh lebih baik bagimu daripada situasimu sekarang.
Ayat5, wa lasaufa yu'thiika robbuka fa tardhoo. “Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas.” Kelak wahai umat Muslim, Allah insya Allah akan member kita surga, dan membuat kita bahagia. Kelak Allah akan member kita kemenangan dari semua ini, dan membuat kita bahagia. Kelak! Allah telah menjanjikan ini, dan pastinya kelak… kelak kita akan masuk surge insya Allah! Bukankah ini hal yang paling indah untuk disampaikan pada orang yang bersedih? Kemudian Allah memberikan alasan baginya untuk mempercayai ini. Apa yang Dia firmankan?
Ayat 6, a lam yajidka yatiiman fa aawaa. Dia memberi alasan bagi manusia sehingga mereka percaya. “Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?” Tanya dirimu, bukankah kau kadang sakit parah. Bukankah kau dulu bayi kecil dan Allah mengurusmu? Bukankah dulu kau gadis kecil dan tidak ada yang mengurus, tapi Allah mengurusmu?
Ayat 7, wa wajadaka dhooollan fa hadaa. “Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.” Bukankah dulu kita tersesat saudara/I, sebelum kita menjadi orang yang taat? Aku ingat dulu aku jarang sholat! Aku tidak paham tentang agamaku. Bukankah dulu aku tersesat kemudian Allah menuntunku?�� Begitu juga, bukankah dulu kau kebingungan, lalu Allah menuntunmu?
Ayat8, wa wajadaka 'aaa`ilan fa aghnaa. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.” Berap banyak dari kita yang sangat kurang, kita tidak punya uang! Berapa banyak dari kita yang demi Allah … Allah SWT merahmati kita, menyayangi kita, sehingga menjadikan kita kaya harta? Berapa banyak dari kita yang diurus oleh Allah. Sementara keluarga kita di kampong hidup dalam kemiskinan?
Jadi Allah terus memberikan alasan kepada Rasulullah SAW dan pada kita. Mengingatkan kita berulang kali, kenapa kau harus percaya pada firman Allah bahwa janji-Nya akan jadi nyata! Jadi bagi orang yang depresi, inilah cara terbaik, dengan memberitahunya tentang masa lalunya, dan memberinya alasan untuk percaya bahwa janji Allah akan jadi nyata sebagaimana di masa lalu. Lalu Allah memberikan obat bagi depresi. Apa kau tahu apa itu? Orang yang depresi lebih memprioritaskan keadaan dirinya, tapi cara terbaik untuk menghapuskan depresi dan rasa jauh dari Allah SWT ini, adalah dengan mengingat orang-orang yang jauh lebih berkekurangan daripadamu.
Ayat 9, fa ammal-yatiima fa laa taq-har. “Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.”
Ayat10, wa ammas-saaa`ila fa laa tan-har. “ Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya.”
Jadi Allah meminta kita mengingat dua jenis orang ini. Yang pertama adalah anak yatim, lalu pengemis. Ingatlah anak yatim, mereka tidak punya pengurus, tapi kau punya orangtua yang mengurusmu. Kau punya keluarga yang mengurusmu, tempat untuk pulang. Anak yatim tidak punya siapapun! Para pengemis, mereka tidak punya makanan dan memintamu akan makanan. Dia tidur kelaparan setiap harinya, tapi llah memberimu makanan. Berapa banyak dari kita yang tidur kelaparan subhanallah?
Jadi Allah memberitahu kita obatnya. Yaitu dengan melihat orang dibawah kita.
Ayat11, wa ammaa bini'mati robbika fa haddis. Dan jalan terakhir untuk menghapus rasa tidak terhubung pada Allah ini adalah … “ Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan.” Bicarakan tentang nikmat Allah, “Alhamdulillah atas mataku, Alhamdulillah atas tanganku, Alhamdulillah atas mulutku, Alhamdulillah atas hatiku.” Jika Allah tidak mencintai kita, kenapa Dia masih membiarkan kita hidup? Jika Allah tidak menyukai kita, kenapa Dia member kita rezeki di setiap menit kehidupan kita? Jika Allah tidak mencintai kita, kenapa kita disini sekarang, berbagai ilmu ini, menambah hikmah dan kecintaan pada Allah Azza wa Jalla?
Saudar/i dalam Islam, setiap kali kau merasa jauh, baca surat ad-Dhuha, dan demi Allah kau akan merasa cinta yang sebagaimana yang didapatkan Rasulullah SAW dari Allah Azza wa Jalla, bahwa Allah SWT tentu merahmatinya, dan tentunya merahmati kita insya Allah. Kelak, kelak janji Allah akan nyata.
Saudara/i, inilah kenapa Sufyan at-Tsauri berkata dengan begitu mengagumkan. Dia berkata, “ Wallahi, aku tidak akan menggantikan Allah dengan orangtuaku untuk menjadi hakim di hari kiamat. Lebih baik Allah menghakimiku, daripada orangtuaku di hari kiamat, karena aku tahu Allah Azza wa Jalla mencintaiku melebihi orangtuaku.”
Jika kau percaya Allah lebih mencintaimu daripada orangtuamu, Allah akan lebih mencintaimu daripada orangtuamu. Jika kau percaya Allah bias mengampuni semua dosamu, llah akan mengampuni semua dosamu. Jika kau percaya Allah akan memberimu pahala dan memasukkanmu ke surga. Allah tidak akan mengkhianati percayamu pada-Nya. Allah akan insya Allah menjawab do’a mu dan memasukkanmu ke surge, bi’idznillah, insya Allah ta’ala.
-Syekh Tawfique Chowdhury-
😭😭😭😭😭😭😭😭
3 notes
·
View notes
Text
100 Tokoh Demokrasi Desak Jokowi Usut Aktor Intelektual Pembunuhan Munir
KONTENISLAM.COM - Sebanyak 100 tokoh dan perwakilan organisasi demokrasi menyampaikan pernyataan bersama mengenang kematian aktivis HAM Munir Said Thalib atau Munir, yang genap 17 tahun pada 7 September 2021 mendatang. Dalam siaran pers yang diterima, Senin (6/9), mereka menilai kasus kematian Munir adalah pembunuhan politik (political asassination). "Kuat dugaan, kasus ini berhubungan dengan situasi demokrasi saat peristiwa, yakni putaran akhir pemilihan langsung presiden yang berlangsung kurang dari dua pekan sesudahnya, yaitu 20 September 2004," kata mereka. Mereka mengatakan, partisipasi Munir dalam pemilihan presiden putaran pertama pada Juli 2004 bisa menjadi faktor penting dalam mengungkap motif dan faktor yang memicu peristiwa, termasuk efek yang diinginkan aktor intelektual pembunuh Munir dalam arena politik demokrasi elektoral ketika itu. Lalu, logika pembunuhan politik berbeda dengan kekerasan politik biasa. Karakteristik sang korban di sebuah pembunuhan politik sangat mungkin menjadi tujuan dari pembunuhan. Dalam berbagai pengalaman negara lain, pembunuhan politik kerap menimpa orang-orang yang dinilai berseberangan dengan pemerintah. "Munir jelas kritis pada institusi keamanan seperti militer dan intelijen, sebuah badan di mana telah ada keterlibatan beberapa orang dari agen rahasia tersebut," jelasnya. Munir juga vokal menyuarakan pertanggungjawaban negara untuk mengadili elite-elite tertentu yang berlatar belakang militer atas sebuah pelanggaran HAM. Mereka juga menilai bahwa kasus Munir harus dapat dijadikan peringatan bagi seluruh masyarakat Indonesia. "Pertama, betapa kotornya perpolitikan Indonesia saat berlangsung persaingan dalam pemilihan langsung presiden yang pertama dalam perjalanan sejarah Indonesia. Kedua, betapa minimnya jaminan keamanan maupun perlindungan hukum bagi pejuang demokrasi, hak asasi manusia dan keadilan sosial," ungkapnya. Desak Jokowi Usut Aktor Intelektual di Balik Kematian Munir Karena itu, mereka mendesak Presiden Jokowi untuk berani mengusut aktor intelektual di balik kasus Munir Said Thalib. Pengusutan aktor intelektual sangat penting untuk menunjukkan komitmen Presiden atas demokrasi. Ketidakmauan politik untuk membuktikan komitmen itu adalah cermin mengakarnya sifat otoritarianisme dalam negara Indonesia. "Menurut kami, negara bertanggung jawab untuk melakukan penyelesaian secara terbuka. Kasus yang merenggut nyawa Munir saat hendak mengejar pascasarjana di Utrecht University ini masih meninggalkan banyak pertanyaan. Kasus ini bukan hanya belum tuntas, tetapi kerap dipolitisasi dan menjadi bahan komoditas politik menjelang momen pemilihan umum," ungkapnya. Misalnya, kasus ini tidak hanya menjadi janji kampanye bagi calon Presiden, tetapi menjadi 'bom waktu' bagi rival politik atau oposisi untuk menyerang pesaingnya atau pemerintah lewat isu HAM. "Selain itu, ada beberapa alasan lain mengapa penyelesaian kasus Munir menjadi sangat penting bagi demokrasi. Pertama, agar terjadi perubahan wajah baru penegakan HAM. Kedua, perbaikan citra bagi wajah politik dan hukum di Indonesia," ucap mereka. Suatu negara demokrasi tidak mungkin lahir jika penegakan hukum, HAM, dan keadilan masih bisa terus diintervensi dan digembosi. "Oleh karena itu, sekali lagi, kami sejumlah organisasi dan tokoh demokrasi Indonesia mendesak Presiden Joko Widodo menuntaskan kasus Munir terutama dengan menuntut aktor intelektual di balik kematiannya untuk diadili di meja hijau. Selain mengubah wajah penegakan HAM di Indonesia, termasuk mencegah keberulangannya, penuntasan kasus ini akan memperbaiki citra demokrasi Indonesia yang semakin diregresi," tuturnya. Penyelesaian yang segera dan tuntas akan melahirkan suatu jaminan bahwa pembunuhan politik seperti ini tidak akan terulang pada pemilihan umum di masa depan. Penyelesaian kasus Munir akan menjadi tonggak upaya menanamkan prinsip perlindungan terhadap perbedaan pendapat dan penegakan hak politik semua warga negara. Pengungkapan kasus Munir juga akan menegaskan dihentikannya praktik-praktik kuno dan tidak beradab berwujud penggunaan kekerasan dalam politik di Indonesia. Berikut 100 tokoh demokrasi dan 15 organisasi yang mendukung pernyataan tersebut; 1. Tamrin Amal Tomagola 2. Feri Amsari/ Themis Indonesia 3. Anita Wahid/ Public Virtue Research Institute 4. Asfinawati/ YLBHI 5. Fatia Maulidyanti/ KontraS 6. Haris Azhar 7. Khoirunnisa/ Perludem 8. Usman Hamid/ Amnesty Indonesia 9. Anis Hidayah/Migrant Care 10. John Muhammad/ Partai Hijau Indonesia 11. Diah Suradiredja 12. Def Tri H/ AMAN Bengkulu 13. Darmawan Litswanto 14. Bekti Wibowo/ Tigamartil Menggugat 15. Dika Muhammad/ SPRI 16. Miya Irawati/ Public Virtue Research Institute 17. Destika Gilang Lestari/ GeRAK Aceh 18. Andesha Hermintomo 19. A. Faruuq/ BEM Nusantara Jawa Timur 20. Asnil Bambani/ Jurnalis 21. Bivitri Susanti / STHI Jentera 22. Mochamad Iqbal/ Pkpl 23. Khamid Istakhori/ STHI Jentera & SERBUK Indonesia 24. Nurita Anandia W/ Cahaya Dari Timur Foundation 25. Nikko Bayuaji 26. Jumisih/ Federasi Serikat Buruh Persatuan Indonesia & Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia 27. Valerie Melissa Kowara 28. Ari Trismana 29. Wenny Mustikasari 30. Roland Gunawan/ Public Virtue & LBM PWNU DKI Jakarta 31. Dian Tri Irawaty 32. Bagas Dwipantara Putra/ ITB 33. Nama Askhalani/ GeRAK Aceh 34. Fitri Bintang Timur 35. Djoko Supriyanto/ Social Movement Institute 36. Ivan Kurniawan Nasution 37. Ilham B Saenong 38. Ade Kusumaningrum 39. Raafi Nurkarim Ardikoesoema 40. Pusat Kajian Antikorupsi (PUKAT) FH UGM 41. Moh Hikari Ersada/ Public Virtue Research Institute 42. Ramadhanti Firmaningsih 43. Suharto/ SIGAB Indonesia 44. Nurina Savitri/ Amnesty Indonesia 45. Muhammad Haikal/ Public Virtue Research Institute 46. Mukti Tama Pridiantara/ Public Virtue Research Institute 47. Awin Sutan Mudo/ Akademia Virtual Media 48. Yerry Niko Borang 49. Dédé Oetomo 50. Ari Wijayanto/ Public Virtue Research Institute 51. Eko Prasetyo/ Social Movement Institute 52. Ajeng Kesuma 53. Palti H Panjaitan 54. Zubaidah Djohar/ Timang Research Center Banda Aceh 55. Arifsyah Nasution 56. Yansen Dinata/ Public Virtue Research Institute 57. Gufroni/ LBH PP Muhammadiyah 58. Zainal Arifin Mochtar/ FH UGM 59. Yusril Asadudin Mukav/ Mahasiswa FH UII 60. Klinik Advokasi Hak Asasi Manusia/ KAHAM UII 61. Debbie Prabawati/ Peneliti 62. Prayogo/ Pegawai swasta/ Mahasiswa 63. Na’am Seknun/ YPPM Maluku 64. Nabil Fiady Sitompul/ Mahasiswa di DPP UGM 65. Abdulgani Fabanjo 66. Himpunan Mahasiswa Manajemen dan Kebijakan Publik FISIPOL UGM 67. Anissa Antania Hanjani/ Public Virtue Research Institute 68. Widyana Perdhani 69. Alves Fonataba/ PapuaItuKita 70.Leonard Simanjuntak/ Greenpeace Indonesia 71. Wahyu Dhyatmika/ Tempo 72. Rakha Hifzan Priwansyah/ HI Undip 73. Dewan Mahasiswa Justicia FH UGM 74. Korps Mahasiswa Politik dan Pemerintahan FISIPOL UGM 75. Dadang Trisasongko 76. Theofilius Baratova/ KMS (Keluarga Mahasiswa Sosiologi) FISIPOL UGM 77. Mario Aden Bayu Valendo/ Mahasiswa di HI UGM 78. Agus Jabo Priyono/Ketua Umum DPP Partai Rakyat Adil Makmur (PRIMA) 79. Binbin Firman Tresnadi/Ketua Mahkamah Partai Rakyat Adil Makmur (PRIMA) 80. Farhan Abdillah Dalimunthe/ Juru Bicara DPP Partai Rakyat Adil Makmur (PRIMA) 81. Mesak Habari/ PRIMA 82. Andi Isyraqi Ramadhan/ Mahasiswa di HI UGM 83. Aditia Gunadarma 84. Lukman Hakim, Ketum FNPBI / Waketum DPP PRIMA 85. Dewan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Fisipol UGM 86. Lembaga Instruments 87. Ibnu Syamsu / Themis Indonesia Law Firm 88. Nur Amalia/ Perhimpunan Pembela Masyarakat Adat Nusantara (PPMAN-AMAN) 89. Roy Murtadho/ Presidium Nasional Partai Hijau Indonesia 90. Ahmad Rozali 91. Dodi Rokhdian/Sokola Institute 92. Novita/ Alumni STHI Jentera - FAKTA Indonesia 93. Danang Widoyoko/ Sekjen Transparency International Indonesia 94. Iola Abas 95. Safina Maulida/ Asia Democracy Network 96. Michael Lim/ DEMA Fisipol UGM 97. Busyro Muqoddas/ Ketua Majelis Hukum dan HAM PP Muhammadiyah 98. Muhammad Fajar Sodik / Mahasiswa FH Undip 99. Deddy Prihambudy/mantan Direktur LBH Surabaya/rekan kerja Munir. 100. Nandito Putra/ LPM Suara Kampus 101. Muhammad Ridwan 102. Saeful Bahri 103. Sayyidatul Insiyah/ Peneliti SETARA Institute 104. Ayu Apriliyanti Cahyaningrum/ Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia 105. Ari Pramuditya/ Amnesty Indonesia 106. Usep Hasan Sadikin/Perludem & Mahasiswa STH Indonesia Jentera 107. Andini Dzakiyah/ Mahasiswi 108. Fajri Siregar 109. Naysilla/ Social Movement Institute 110. William Putra Daniel/Themis Indonesia 111. Al Araf/ Imparsial/Centra Initiative 112. Cholil Mahmud/Efek Rumah Kaca 113. Dian Septi T.- Ketua Umum FSBPI/Federasi Serikat Buruh Persatuan Indonesia 114. Ilhamsyah - Ketua Umum KPBI/Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia 115. Diah Kusumaningrum - HI/FISIPOL UG
[kumparan]
from Konten Islam https://ift.tt/3l3Hk1Z via IFTTT source https://www.ayojalanterus.com/2021/09/100-tokoh-demokrasi-desak-jokowi-usut.html
0 notes
Text
Movie Review - The Queen of Black Magic (2019)
Movie Review – The Queen of Black Magic (2019)
The Queen of Black Magic, 2019. Directed by Kimo Stamboel.Starring Ario Bayu, Hannah Al Rashid, Adhisty Zara, Ade Firman Hakim, Sheila Dara Aisha, Tanta Ginting, Salvita Decorte, Imelda Therinne, Miller Khan and Shenina Cinnamon. SYNOPSIS: When a group of friends reunite at the orphanage where they grew up, they discover that they may have been brought together by some sort of sinister dark…
View On WordPress
0 notes
Text
JUM’AT merupakan hari yang mulia, Allah menakdirkan terjadinya beberapa peristiwa besar pada hari tersebut. Di hari Jumat, ada beberapa amal ibadah yang dikhususkan ditunaikan pada malam ataupun siang harinya. Salah satu amal ibadah khusus yang diistimewakan pelaksanaannya pada hari Jum’at, adalah membaca surat Al-Kahfi.
Dari Abu Sa’id al-Khudri, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa membaca surat al-Kahfi pada malam Jum’at, maka dipancarkan cahaya untuknya sejauh antara dirinya dia dan Baitul ‘atiq.” (Sunan Ad-Darimi, no. 3273. Juga diriwayatkan al-Nasai dan Al-Hakim serta dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Targhib wa al-Tarhib, no. 736).
Dalam riwayat lain masih dari Abu Sa’id al-Khudriradhiyallahu ‘anhu,
“Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan dipancarkan cahaya untuknya di antara dua Jum’at.” (HR. Al-Hakim: 2/368 dan Al-Baihaqi: 3/249. Ibnul Hajar mengomentari hadits ini dalam Takhrij al-Adzkar, “Hadits hasan.” Beliau menyatakan bahwa hadits ini adalah hadits paling kuat tentang surat Al-Kahfi. Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam Shahih al-Jami’, no. 6470).
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan memancar cahaya dari bawah kakinya sampai ke langit, akan meneranginya kelak pada hari kiamat, dan diampuni dosanya antara dua jumat.”
Al-Mundziri berkata: hadits ini diriwayatkan oleh Abu Bakr bin Mardawaih dalam tafsirnya dengan isnad yang tidak apa-apa. (Dari kitab at-Targhib wa al- Tarhib: 1/298).
Baca surat Al Kahfi, kenapa dianjurkan hari Jum’at?
Dari beberapa riwayat di atas, bahwa ganjaran yang disiapkan bagi orang yang membaca surat Al-Kahfi pada malam Jum’at atau pada siang harinya akan diberikan cahaya (disinari). Dan cahaya ini diberikan pada hari kiamat, yang memanjang dari bawah kedua telapak kakinya sampai ke langit. Dan hal ini menunjukkan panjangnya jarak cahaya yang diberikan kepadanya, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
“Pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka.” (QS. Al-Hadid: 12).
Balasan kedua bagi orang yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at berupa ampunan dosa antara dua Jum’at. Dan boleh jadi inilah maksud dari disinari di antara dua Jum’at. Karena nurr (cahaya) ketaatan akan menghapuskan kegelapan maksiat, seperti firman Allah Ta’ala:
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (QS. Huud: 114). []
0 notes
Video
ADE FIRMAN HAKIM JADI KETUA MPRS #daftarfilmadefirmanhakim #adefirmanha
0 notes
Text
Ade Firman Hakim Dikebumikan dengan Protokol Covid 19 https://j.mp/35xYXRr
0 notes
Photo
Dunia hiburan Tanah Air kembali dirundung duka. Aktor Senior Henky Soaliman telah meninggal dunia pada Jumat (15/5/2020) di usia 78 tahun. Kabar duka ini dibagikan melalui Instagram aktor Ade Firman Hakim. Ia mengucap selamat jalan kepada sang aktor. Sebelumnya Henky Soaliman diberitakan mengidap kanker usus. ia juga sempat menjalani operasi sekitar dua bulan yang lalu. Selain sebagai aktor, Henky solaiman juga seorang produser dan sutradara. Ia sudah banyak membintangi berbagai judul film seperti Hangout, Perfect Dream, Warkop DKI Reborn dan lainnya. . [Baca berita dan informasi menarik lainnya hanya di @wartabpn] ⠀ Follow, like, komentar dan tag teman kalian bosku untuk ikut bersama kami di @wartabpn ●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●● FOLLOW 👉 @wartabpn Facebook : Warta Kota Balikpapan Twitter : @wartabpn1 YT:wartabpn 📣 Aktifkan Pemberitahuan Kiriman 🔁 Free Repost & Share 📢 Tag Temen & Saudaramu dan komentar terbaikmu bosku..!!! Punya info ??? Jangan lupa kirim dan tag kami yaaa 😊 ○○○○○○○○○○○○○○○○○○○ #Balikpapan #Samarinda #Surabaya #Tarakan #Berau #Yogyakarta #Jakarta #Medan #Makassar #Bali #Penajam #TanahGrogot #Bontang #Wartabpn #Kabarbalikpapan #Bandung #Malang #Infotarakan #Banjarmasin #Borneo #Semarang #viral #wartabpn #taukahbosku 🤭 https://www.instagram.com/p/CANmoeVHng9/?igshid=vmxmgdg7ha4w
#balikpapan#samarinda#surabaya#tarakan#berau#yogyakarta#jakarta#medan#makassar#bali#penajam#tanahgrogot#bontang#wartabpn#kabarbalikpapan#bandung#malang#infotarakan#banjarmasin#borneo#semarang#viral#taukahbosku
0 notes
Photo
Selamat ulang tahun, Ade Firman Hakim dan Om Logo Situmorang. Terima kasih juga sudah kasih ijin Kifa tiup lilin. (at Teater Koma™) https://www.instagram.com/p/B3155eagpEk/?igshid=1hkstqnhr82xi
0 notes
Photo
Muqtadha Al-Imani bil-Qur’an
Konsekwensi Iman Kepada Al-Qur’an
Salah satu tuntutan keimanan bagi seorang muslim adalah al-imanu bi-Qur’an (iman kepada Al-Qur’an). Keimanan tersebut mengandung beberapa konsekuensi berikut.
Pertama, al-ansu bihi (akrab dengannya).
Keakraban tersebut diimplementasikan dengan ta’allumuhu (mempelajarinya) dan ta’limuhu (mengajarkannya), yakni tilawatan (membacanya), fahman (memahaminya), tathbiqan (melaksanakannya), dan hifdzan (menghafalnya).
Tilawatan
Allah Ta’ala menyebutkan keutamaan tilawah Al-Qur’an melalui firman-Nya,
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرّاً وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَّن تَبُورَ. لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُم مِّن فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Fathir, 35: 29-30)
Ayat di atas menyebutkan bahwa orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dikelompokkan ke dalam golongan orang-orang yang mengaharapkan bisnis yang tidak akan merugi; mereka mendapat pahala yang berlipat ganda dan mendapat curahan karunia-Nya.
Dalam pembahasan Ta’riful Qur’an kita telah mengetahui beberapa hadits tentang keutamaan tilawah; sebagai tambahannya perhatikanlah dua hadits berikut ini,
مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْأُتْرُجَّةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ لَا رِيحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ
“Perumpamaan seorang muslim yang membaca Al-Qur’an adalah seperti buah utrujah, baunya enak dan rasanya juga enak. Adapun perumpamaan seorang muslim yang tidak membaca al Qur’an adalah seperti buah kurma, tidak ada baunya dan rasanya manis”. (HR. Bukhari dan Muslim)
الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ
“Orang yang mahir membaca al Qur’an bersama malaikat yang mulia lagi taat. Adapun orang yang membaca al Qur’an dengan terbata-bata dan berat atasnya maka baginya dua pahala” (HR. Bukhari dan Muslim)
Fahman
Mempelajari dan memahami Al-Qur’an adalah sebuah keniscayaan karena ia adalah kitab petunjuk kehidupan bagi orang-orang yang beriman,
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِيْ لِلَّتِيْ هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيْراً
“Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal shalih bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS. Al-Isra, 17: 9).
Oleh karena itu Allah Ta’ala mengecam kepada orang-orang yang tidak mau tadabbur (memperhatikan) Al-Qur’an.
أَفَلاَ يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلىَ قُلُوْبٍ أَقْفَالُهَا
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad, 47: 24).
Allah Ta’ala juga mengecam orang-orang beriman yang lengah dari memperhatikan Al-Qur’an,
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوْبُهُمْ لِذِكْرِ اللهِ وَ مَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ أُوْتُوْا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوْبُهُمْ وَكَثِيْرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُوْنَ
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hadid , 57: 16).
Sebaliknya, orang yang mau memperhatikan Al-Qur’an, yakni dengan mempelajari dan mengajarkannya, disebut oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan ungkapan,
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
Tathbiqan
Selain membaca dan mempelajari, ciri keakraban dengan Al-Qur’an yang lain adalah berupaya mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Para salafu shalih mencontohkan hal ini sebagaimana tergambar dalam hadits berikut ini,
عَنْ أَبِى عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ حَدَّثَنَا مَنْ كَانَ يُقْرِئُنَا م��نْ أَصْحَابِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُمْ كَانُوا يَقْتَرِئُونَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَشَرَ آيَاتٍ فَلاَ يَأْخُذُونَ فِى الْعَشْرِ الأُخْرَى حَتَّى يَعْلَمُوا مَا فِى هَذِهِ مِنَ الْعِلْمِ وَالْعَمَلِ. قَالُوا فَعَلِمْنَا الْعِلْمَ وَالْعَمَلَ.
Riwayat dari Abi Abdul Rahman as-Sulamiy (seorang tabi’in), ia berkata, “Telah menceritakan kepada kami orang yang dulu membacakan kepada kami yaitu sahabat-sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa mereka dulu mendapatkan bacaan (Al-Qur’an) dari Rasululullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sepuluh ayat, mereka tidak mengambil sepuluh ayat yang lainnya sehingga mereka mengerti apa yang ada di dalamnya yaitu ilmu dan amal. Mereka berkata, ‘Maka kami mengerti ilmu dan amal.’” (Hadits Riwayat Ahmad nomor 24197, dan Ibnu Abi Syaibah nomor 29929)
Hifdzan
Setelah membaca, mempelajari, dan mengamalkan, yang tidak boleh kita lupakan adalah hifdzan (menghafalnya). Tentang keutamaan menghafal Al-Qur’an, disebutkan dalam hadits dari Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا
“Dikatakan kepada orang yang membaca (menghafalkan) Al Qur’an nanti : ‘Bacalah dan naiklah serta tartillah sebagaimana engkau di dunia mentartilnya. Karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).” (HR. Abu Daud no. 1464 dan Tirmidzi no. 2914, shahih kata Syaikh Al Albani).
Ibnu Hajar Al Haitami rahimahullah berkata, “Hadits di atas menunjukkan keutamaan khusus bagi yang menghafalkan Al Qur’an dengan hatinya, bukan yang sekedar membaca lewat mushaf. Karena jika sekedar membaca saja dari mushaf, tidak ada beda dengan yang lainnya baik sedikit atau banyak yang dibaca. Keutamaan yang bertingkat-tingkat adalah bagi yang menghafal Al Qur’an dengan hatinya. Dari hafalan ini, bertingkat-tingkatlah kedudukan mereka di surga sesuai dengan banyaknya hafalannya. Menghafal Al Qur’an seperti ini hukumnya fardhu kifayah. Jika sekedar dibaca saja, tidak gugur kewajiban ini. Tidak ada yang lebih besar keutamaannya dari menghafal Al-Qur’an. Inilah yang dimaksudkan dalam hadits di atas dan inilah makna tekstual yang bisa ditangkap. Malaikat akan mengatakan pada yang menghafalkan Al Qur’an ‘bacalah dan naiklah’. Jadi yang dimaksud sekali lagi adalah bagi yang menghafal Al Qur’an dari hatinya.” (Al Fatawa Al Haditsiyah, 156)[1]
Kedua, tarbiyatun nafsi bihi (membina diri dengannya).
Setiap kita hendaknya bersungguh-sungguh dalam membina diri dengan Al-Qur’an. Dengan begitu semoga kita menjadi rabbaniyyin –pengikut ajaran Allah Rabbul ‘alamin-, yang sempurna ilmu dan ketakwaannya.
كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ
“Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani , karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (QS. Ali Imran, 3: 79)
Dengan tarbiyah qur’aniyyah inilah, seluruh bangsa sepanjang zaman sampai hari kiamat akan mendapatkan petunjuk dan bimbingan menuju kebaikan dunia dan akhirat. Bersih dari aqidah yang menyesatkan, dosa kemusyrikan, serta sifat-sifat jahiliah, memahami syariat agama beserta hukum-hukumnya serta hikmah-hikmah yang terkandung di dalamnya.
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata, dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Jumu’ah, 62: 2-3)
Ketiga, at-taslimu li ahkamihi (tunduk kepada hukum-hukumnya).
Tidaklah pantas bagi orang yang menyatakan diri beriman kepada Al-Qur’an jika tidak tunduk dan menerima hukum-hukumnya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat.” (QS. Al-Ahzab, 33: 36)
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisa, 4: 46)
Keempat, ad-da’watu ilaihi (menyeru manusia kepadanya).
Maksud diturunkannya Al-Qur’an adalah sebagai petunjuk bagi umat manusia. Ia adalah risalah Allah yang harus disampaikan oleh para rasul kepada seluruh manusia tanpa kecuali. Allah Ta’ala berfirman,
يَاأَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Maidah, 5: 67)
Sebagai umat Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kita pun berkewajiban untuk mendakwahkannya, beliau bersabda:
بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah oleh kalian dariku, sekali pun satu ayat!” (HR. Bukhari)
Ibnu Hajar berkata, “Dalam hadits ini Rasulullah mengatakan, ‘sekalipun satu ayat’. Tujuannya agar semua pendengar dapat segera menyampaikan ayat-ayat yang telah didengarnya itu kepada orang lain, walaupun sedikit. Sehingga akan berkelanjutanlah penyampaian ayat-ayat yang didakwahkan oleh beliau.” [2]
Ciri pengikut Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah mereka yang berdakwah. Perhatikanlah firman Allah Ta’ala berikut ini,
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Katakanlah: ‘Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik’.” (QS. Yusuf, 12: 108)
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah berkata tentang ayat di atas, “Tidaklah seseorang itu murni sebagai pengikut Muhammad sampai ia mau mendakwahkan apa-apa yang didakwahkan oleh beliau dengan dasar ilmu yang mendalam.”[3]
Kelima, iqamatuhu fil ardhi (menegakkannya di muka bumi).
Allah Ta’ala telah mensyariatkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana telah mensyariatkan pula kepada rasul-rasul sebelumnya untuk menegakkan agama.
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).” (QS. Asy-Syura, 42: 13).
Dalam Hidayatul Insan bi tafsiril Qur’an[4] disebutkan: Yang dimaksud dengan menegakkan agama Islam di sini adalah mengesakan Allah Subhaanahu wa Ta’aala, beriman kepada-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhirat serta menaati segala perintah dan menjauhi larangan-Nya atau menegakkan semua syariat baik yang ushul (dasar) maupun yang furu’ (cabang), yaitu kamu menegakkannya oleh dirimu dan berusaha menegakkannya juga pada selain dirimu serta saling bantu-membantu di atas kebaikan dan takwa.
Jadi, sebagai pengikut Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, hendaknya kita melaksanakan pula tugas mulia ini dengan sungguh-sungguh sehingga nyatalah dirasakan oleh seluruh manusia bahwa Al-Qur’an ini adalah rahmat bagi mereka.
Wallahu A’lam.
Catatan Kaki:
[1] Sumber: https://rumaysho.com/2855-prioritaskan-menghafal-al-quran.html
[2] Fathul-Bari, jilid 6 hal. 575
[3] Miftah Dar As-Sa’adah, jilid 1 hal. 154
[4] Ini adalah tafsir yang disusun oleh Al Ustadz Abu Yahya Marwan bin Musa yang merupakan rangkuman dari berbagai kitab tafsir ulama seperti kitab tafsir Taisirul Kariimir Rahmaan fii Tafsiir Kalaamil Mannaan karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’diy, Kitab Tafsir Jalalain karya Jalaluddin As Suyuthi dan Jalaluddin Al Mahalliy, Anwaarul Hilaalain fit Ta’aqqubaat ‘alal Jalaalain karya Dr. Muhammad bin Abdurrahman Al Khumais, dan Tafsir Ibnu Kastir. Pembaca dapat menyimaknya di www.tafsir.web.id, semoga Allah Ta’ala melimpahkan pahala yang berlipat ganda atas jerih payah beliau tersebut.
Baca selengkapnya di: https://tarbawiyah.com/2019/07/08/muqtadha-al-imani-bil-quran/
0 notes