#Warkop DKI Reborn part 1
Explore tagged Tumblr posts
Photo
Nonton Online Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1 (2016) Dono, Kasino and Indro return to action in the middle of the hustle and bustle of Jakarta.
0 notes
Photo
Nonton Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1 (2016) Dono, Kasino and Indro return to action in the middle of the hustle and bustle of Jakarta.
0 notes
Photo
Nonton Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1 Subtitle Indonesia (2016) Dono, Kasino and Indro return to action in the middle of the hustle and bustle of Jakarta.
0 notes
Text
Dillan 1990
Dilan 1990 merupakan film drama Indonesia tahun 2018. Film ini diangkat dari novel Dilan: Dia adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq dan dibintangi oleh Iqbaal Ramadhan dan Vanesha Prescilla.Para pemain pendukungnya antara lain Farhan, Ira Wibowo, Tike Priatnakusumah, dan personel grup idola JKT48, Adhisty Zara. Ridwan Kamil, yang saat rilis film menjabat sebagai Wali Kota Bandung, juga ikut bermain di film ini. Kakak Vanesha, Sissy Priscillia, menjadi narator film sekaligus suara dari Milea dewasa.
SutradaraFajar Bustomi
Pidi BaiqProduserOdy Mulya HidayatPenulisPidi Baiq
Titien WattimenaBerdasarkanDilan: Dia adalah Dilanku Tahun 1990oleh Pidi Baiq
MusikAndhika TriyadiSinematografiDimas Imam SubhonoPenyuntingRyan Purwoko
Perusahaan
produksi
Falcon Pictures
Max Pictures
DistributorFalcon Pictures
Tanggal rilis:Kamis, 25 Januari2018
Sinopsis film dillan 1990:
Milea (Vanesha Prescilla) bertemu dengan Dilan (Iqbaal Ramadhan) di sebuah SMA di Bandung. Itu adalah tahun 1990, saat Milea pindah dari Jakarta ke Bandung. Perkenalan yang tidak biasa kemudian membawa Milea mulai mengenal keunikan Dilan lebih jauh. Dilan yang pintar, baik hati dan romantis... semua dengan caranya sendiri. Cara Dilan mendekati Milea tidak sama dengan teman-teman lelakinya yang lain, bahkan Beni, pacar Milea di Jakarta. Bahkan cara berbicara Dilan yang terdengar kaku, lambat laun justru membuat Milea kerap merindukannya jika sehari saja ia tak mendengar suara itu. Perjalanan hubungan mereka tak selalu mulus. Beni, gank motor, tawuran, Anhar, Kang Adi, semua mewarnai perjalanan itu. Dan Dilan... dengan caranya sendiri...selalu bisa membuat Milea percaya ia bisa tiba di tujuan dengan selamat. Tujuan dari perjalanan ini. Perjalanan mereka berdua. Katanya, dunia SMA adalah dunia paling indah. Dunia Milea dan Dilan satu tingkat lebih indah daripada itu.
Angle dan shot dalam film dillan
Angle
-brid angle
-normal
-low angle
-frog angle
Shot
-long shot
-Establishing shot
-oss(over the shoulder shot)
Pemeran dalam film Dilan 1990
Iqbaal Ramadhan sebagai Abdul Dilan
Vanesha Prescilla sebagai Milea Adnan Hussain semasa SMA
Sissy Priscillia sebagai Milea Adnan Hussain dewasa (narator)
Giulio Parengkuan sebagai Anhar, teman geng Dilan.
Omara Esteghlal sebagai Piyan, teman geng Dilan.
Zulfa Maharani sebagai Rani, teman geng Milea.
Yoriko Angeline sebagai Wati, teman geng Milea.
Andryos Aryanto sebagai Nandan, teman geng Milea.
Adhisty Zara (Zara JKT48) sebagai Disa, adik Dilan.
Ira Wibowo sebagai bunda Dilan
Farhan sebagai Kolonel Adnan, ayah Milea
Happy Salma sebagai ibu Milea
Brandon Salim sebagai Benni, pacar Milea di Jakarta.
Teuku Rifnu Wikana sebagai Pak Suripto, guru BP.
Refal Hady sebagai Kang Adi, guru les Milea.
Moira Tabina Zayn (Moira) sebagai Airin, adik Milea.
Gusti Rayhan sebagai Akew, sahabat Dilan.
Yati Surachman sebagai Bi' Asih, tukang pijat.
Tike Priatnakusumah sebagai Bi' E'em, penjaga kantin sekolah.
Teddy Snada sebagai Kepala Sekolah
Profil pemain dillan 1990
• Iqbal ramadhan
Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan adalah seorang aktor dan penyanyi berkebangsaan Indonesia. Ia dikenal sebagai salah satu mantan anggota dari boyband cilik bernama CJR. Iqbaal juga dikenal sebagai Dilan karena keberhasilan perannya dalam film Dilan 1990 dan Dilan 1991.
Lahir: 28 Desember 1999 (usia 20 tahun), Surabaya
Tinggi: 1,68 m
Nama lengkap: Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan
• vanesha prescilla
Vanesha Prescilla adalah seorang aktris, model, penyanyi dan bintang iklan berkebangsaan Indonesia. Ia merupakan adik dari aktris Sissy Priscillia dan DJ Jevin Julian.
Lahir: 25 Oktober 1999 (usia 20 tahun), Jakarta
Tinggi: 1,62 m
Pendidikan: SMAN 104 Jakarta
Saudara kandung: Sissy Priscillia, Jevin Julian
Orang Tua: Ida Farida Hanas, Iwan Setiawan
• adhisty zara
Adhisty Zara Sundari Kusumawardhani, juga dikenal sebagai Zara JKT48, adalah seorang pemeran, penyanyi dan penari asal Indonesia, yang merupakan mantan anggota grup idola JKT48 yang berasal dari Bandung, Indonesia.
Lahir: 21 Juni 2003 (usia 16 tahun), Bandung
Tinggi: 1,51 m
Nama lain: Zara JKT48
Penghargaan: Piala Maya untuk Aktor/Aktris Cilik/Remaja Terpilih, lainnya
Orang Tua: Mario Saladin Akbar Kusumawardhana, Sofia Yulinar
• yoriko angeline
Yoriko Angeline, atau dikenal pula dengan Teens Yori adalah anggota Teenebelle yang dinyatakan lolos audisi pada tahun 2014. Yoriko biasa disebut Yori/Yoriko/Yoko adalah personil Teenebelle yang paling muda.
Lahir: 23 Agustus 2002 (usia 17 tahun), Banjarmasin
Tinggi: 1,6 m
Nama lain: Teens Yori
Orang Tua: Agus Pebrianto, Devi
Grup musik: Teenebelle (sejak 2014)
• Refal Hady
Refal Hady adalah seorang aktor berkebangsaan Indonesia.
Lahir: 24 Oktober 1993 (usia 26 tahun), Jakarta
Nama lahir: Reza Fahlevi al Hady
• Gusti Reyhan
Gusti Rayhan Gibayus atau dikenal dengan Gusti Rayhan adalah aktor dan Model. Ia juga membintangi film Dilanku 1990.
Lahir: 6 Agustus 2001 (usia 18 tahun), Bandung
Tinggi: 1,74 m
Pendidikan: SMA Negeri 20 Bandung
Film: Dilan 1990
Orang Tua: Farhat Abbas, Rita Tresnawati
Eyang: Abbas Said, Syarifah Masnon
• Debo Adriyos
Debo Andryos Aryanto adalah penyanyi berkebangsaan Indonesia.
Lahir: 31 Januari 1997 (usia 23 tahun), Sukabumi
Nama lahir: Andryos Aryanto
Orang Tua: Jaenal Abidin, Nurhalimah
• Zulfa Maharani
Zulfa Maharani adalah aktris dan model asal Indonesia. Wikipedia
Lahir: 10 Desember 1999 (usia 20 tahun), Jakarta
Nama lahir: Zulfa Maharani Putri
Film: Dilan 1990
Saudara kandung: Qinthar
Orang Tua: Buyung Kenek, Budiana Gustini
• Giulio parengkuan
Giulio Ken Parengkuan atau dikenal dengan Giulio Parengkuan adalah aktor dan Model. Ia juga membintangi film Pertaruhan dan Dilanku 1990.
Lahir: 20 Juli 1999 (usia 20 tahun), Jakarta
Tinggi: 1,75 m
Orang Tua: Erwin Parengkuan
Nominasi: Piala Maya untuk Aktor Pendatang Baru Terpilih
• Ira Wibowo
Ira Wibowo adalah seorang wanita yang berprofesi sebagai aktris dan pembawa acara di dunia hiburan tanah air. Ira pernah menjadi pembawa acara di RCTI di acara Sinema-Sinema bersama Mayong Suryolaksono, acara tersebut membahas tentang film-film yang beredar di bioskop-bioskop tanah air.
Lahir: 20 Desember 1967 (usia 52 tahun), Berlin, Jerman
Pasangan: Katon Bagaskara (m. 1996–2012)
Anak: Mario Arya Bagaskara, Andhika Radya Bagaskara
Saudara kandung: Ari Wibowo
Orang Tua: Sibylle Ollmann, Wibowo Wirjodiprojo
• Brandon Salim
Brandon Nicholas Salim adalah seorang aktor, pembawa acara dan gitaris berkebangsaan Indonesia.
Lahir: 19 September 1996 (usia 23 tahun), Jakarta
Tinggi: 1,78 m
Kebangsaan: Indonesia
Orang Tua: Ferry Salim, Merry Prakasa
Saudara kandung: Brenda Nabila Salim, Raoul Sebastian Salim
• Happy Salma
Brandon Nicholas Salim adalah seorang aktor, pembawa acara dan gitaris berkebangsaan Indonesia.
Lahir: 19 September 1996 (usia 23 tahun), Jakarta
Tinggi: 1,78 m
Kebangsaan: Indonesia
Orang Tua: Ferry Salim, Merry Prakasa
Saudara kandung: Brenda Nabila Salim, Raoul Sebastian Salim
• Sissy Priscillia
Lyssies "Sissy" Priscillia adalah model dan pemeran berkebangsaan Indonesia.
Lahir: 5 April 1985 (usia 34 tahun), Jakarta
Nama lengkap: Lyssies Priscillia
Pasangan: Rifat Sungkar (m. 2010)
Lyssies "Sis
Saudara kandung: Vanesha Prescilla, Jevin Julian
Orang Tua: Ida Farida Hanas, Iwan Setiawan
• Teuku Rifnu
Teuku Rifnu Wikana adalah aktor berkebangsaan Indonesia. Ia dikenal luas dengan perannya dalam film “Laskar Pelangi” yang diangkat dari novel berjudul sama. Ia mengawali karier seni peran dengan menjadi aktor teater.
Lahir: 3 Agustus 1980 (usia 39 tahun), Kota Pematang Siantar
Pasangan: Aida Fuady
Penghargaan: Piala Citra untuk Pemeran Utama Pria Terbaik.
Anak: Cut Hanziala
Orang Tua: Cut Nur Asiah, Teuku Syarifuddin
• Ridwan Kamil
Dr. H. Mochamad Ridwan Kamil, S.T., M.U.D. adalah seorang arsitek dan politikus Indonesia yang menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat sejak 5 September 2018. Sebelum menjadi pejabat, pria yang akrab dipanggil Kang Emil ini memiliki karier sebagai seorang arsitek merangkap dosen tidak tetap di Institut Teknologi Bandung.
Lahir: 4 Oktober 1971 (usia 48 tahun), Bandung
Pasangan: Atalia Praratya (m. 1996)
Anak: Emmiril Khan Mumtadz, Camillia Laetitia Azzahra
Pendidikan: Universitas California, Berkeley(1999–2001)
Falcon picture
Falcon Pictures adalah perusahaan film di Indonesia yang didirikan pada 1 Februari 2010oleh HB Naveen dan Frederica, Falcon Pictures juga memiliki anak perusahaan, Max Pictures. Falcon Pictures berusaha untuk menghasilkan karya baik dan berkualitas guna untuk menghibur dan mengedukasi penonton atas karya yang mereka hasilkan.Saat ini Falcon selain menggeluti produksi film layar lebar, Falcon juga mengambil alih distribusi film dan membeli hak cipta serta merestorasi film-film lama. Saat ini sudah lebih dari 300 film menjadi milik mereka, yang meliputi Film - film dari Benyamin S, Warkop, Rhoma Irama dan beberapa film legendaris Indonesia lainnya.
Nominasi yang di dapatkan Falcon pictures:
Piala Citra untuk Film Cerita Panjang Terbaik
2019, 2013 · Bumi Manusia, Belenggu
Piala Maya untuk Film Cerita Panjang/ Film Bioskop Terpilih
2020, 2019, 2016 · Bumi Manusia, #TemanTapiMenikah, Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1, ...
Festival Film Bandung untuk Film Bioskop Terpuji
2016 · My Stupid Boss
Indonesian Movie Actors Award untuk Film Terfavorit
2020, 2019, 2017, ... · Bumi Manusia
1 note
·
View note
Text
Wani Berkarya
“Tak usah takut karya kita sepi. Bahkan film indie yang senyap pemasarannya pun tetap dapat memikat hati dan mendulang prestasi. Karena karya yang baik akan menemukan penikmatnya sendiri.”
Saya ingin kita membedakan terlebih dahulu, karya yang berdasarkan keinginan orang dan karya yang berdasarkan kebutuhan orang.
Untuk mengulas tentang hal tersebut, saya pengen ngasih ilustrasi sedikit. Karena saya suka nonton film, maka kita pake analogi seputar film. Check it out.
Secara produksinya, film umumnya dibagi dua. Film komersil dan film festival (indie). Film komersil adalah film yang ditujukan untuk mencari keuntungan dari jumlah penontonnya. Biasanya film-film inilah yang mempunyai iklan yang gila-gilaan dan memenuhi layar-layar bioskop. Sedangkah film festival adalah film yang ditujukan untuk dikompetisikan atau berdasarkan kepada keresahan dan passion dari produsernya sendiri. Walaupun tak menampik film festival juga ingin mendulang untung, tapi itu bukan tujuan utamanya. Sehingga wajar jika iklan film festival biasa-biasa saja. Pemainnya pun ga selalu artis terkenal. Tapi, anehnya film festival selalu saja mendapat penghargaan baik di dalam maupun luar negeri. Bukannya kita selama ini suka bingung kalo melihat nominasi film terbaik Oscar? Ini film apaan, kok kayak baru denger.
Sebagai contoh, peringkat pertama box office film Indonesia sampai saat ini adalah film Warkop DKI Reborn Part 1. Saya tidak tahu pasti apa alasan yang mengantarkan film ini ke puncak. Bisa jadi karena kerinduan masyarakat Indonesia terhadap serial Warkop, atau mungkin karena iklan dari para artis-artisnya yang terkenal. Saya sendiri merasa film ini tidak lebih baik dari Mencari Hilal. Sebuah film yang menurut saya sangat baik dari segi ide dan alur cerita. Tapi siapa yang mengenal Mencari Hilal? Film ini mendapat respon yang minim dari bioskop tanah air dan bahkan tidak masuk 100 besar film terlaris Indonesia. Padahal, Mencari Hilal berhasil mendapat penghargaan di beberapa festival mancanegara.
Ternyata kualitas ga bisa ditentukan hanya dari animo pemirsa.
Berkarya pun seperti itu. Apapun konten yang ingin kita buat dan berikan, respon pemirsa adalah urutan kesekian. Yang pasti bukan urutan pertama. Hal terpenting adalah isi konten tersebut. Serta gimana supaya konten yang nantinya kita bagikan bisa menjawab keresahan umum. Jadi, kalo mau berkarya mah kuncinya satu, mulai aja.
Tahukah kamu? Dari Top 12 konferensi influencer internasional yang terkenal, 80%-nya ditujukan kepada para content creator terutama di bidang media. Maka ini adalah peluang besar. Kita mau membuat good content yang memenuhi kebutuhan orang atau sekadar konten yang menghibur aja. Karena baiknya predikat ‘infulencer’ itu benar-benar jatuh kepada orang yang bisa ngasih influence yang baik kepada pemirsanya.
Emang sih, ketika kita membuat konten yang sesuai dengan keinginan orang, bisa jadi ada jaminan akan mendapat viewers dan likers yang banyak. Tapi apa benar konten itu sesuai dengan keresahan umum? Atau gini deh pertanyaannya: Apa bener konten tersebut sesuai dengan kita? Jangan-jangan kita menggadaikan keresahan pribadi demi memenuhi keinginan orang lain.
Intinya, ga usah takut karya kita sepi. Tetep berkarya aja sesuai apa keresahan kita. Bahkan film indie yang senyap pemasarannya pun tetap dapat memikat hati dan mendulang prestasi. Karena karya yang baik akan menemukan penikmatnya sendiri. Wani berkarya.
Lalu, apa berkarya berdasarkan keinginan orang selalu berarti salah? Ga juga. Karena terkadang apa yang kita inginkan benar-benar adalah sebuah kebutuhan (:
2 notes
·
View notes
Text
[Acting Review] Warkop DKI Reborn Part 1; Belum Menubuh
Kalau kita melihat dari satu sisi, penciptaan fisik, maka Vino, Abimana, dan Tora berhasil. Tapi jika kita melihat dari sisi yang lain, seperti yang kami jelaskan di atas soal The Life of Human Spirit tadi, maka...
Warkop DKI Reborn merupakan sebuah film yang saat kemunculannya berhasil menjadi film terlaris sepanjang masa. Film ini, seperti namanya, merupakan bentuk reborn dari Warkop DKI yang legendaris itu. Selain lucu (menurut banyak orang) film ini juga mendapatkan banyak credit dalam keaktorannya. Terutama permainan Abimana Aryasatya dan Vino G. Bastian yang memerankan Dono dan Kasino.
Karena ini…
View On WordPress
#abimana aryasatya#acting review Warkop DKI Reborn#Akting#Aktor#Akuaktor#dono#indro#kasino&039;#tora sudiro#vino g bastian#Warkop DKI Reborn#Warkop DKI Reborn acting review#Warkop DKI Reborn jangkrik boss#Warkop DKI Reborn part 1#Warkop DKI Reborn part 1 jangkrik boss
0 notes
Text
Film terlaris sepanjang sejarah perfilman Korea Selatan sampai saat ini berada di angka 17,6 juta penonton oleh film The Admiral: Roaring Current.
Film terlaris sepanjang sejarah perfilman Indonesia sampai saat ini berada di angka 6,8 juta penonton oleh film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 1.
Jumlah penduduk Korea Selatan per 2018 diproyeksikan sekitar 51 juta jiwa lebih. Jumlah penduduk Indonesia per 2018 diproyeksikan sekitar 265 juta jiwa lebih.
Dengan jumlah penduduk jauh lebih banyak dari Korea Selatan, jumlah penonton film di bioskop antara Indonesia dan Korea Selatan selisihnya terlalu besar. Apakah penyebabnya?
Beberapa orang menyalahkan kualitas film Indonesia. Padahal jika ditilik lagi, film-film Indonesia yang rilis beberapa tahun kebelakang cukup positif secara kualitas.
Sudah jarang ditemukan horor esek2. Film-film yang moncer di festival Internasional juga makin banyak. Yang jelas, sekarang produksi film lokal sudah mulai banyak varian.
Jika kualitas produksi filmnya sudah mengarah ke arah yang positif, lalu yang jadi masalah apa?
Jumlah bioskop. Ya, jumlah bioskop di Indonesia masih sangat sedikit. Dulu bioskop banyak tersedia di pasar-pasar, menyasar masyarakat menengah kebawah.
Sekarang bioskop kebanyakan ada di mall-mall. Masuk bioskop bahkan dianggap suatu yang wah. Penetrasi industri film akan stuck jika jumlah bioskop tidak ditambah.
Di banyak Kota pun sekarang ini masih ada yg belum memiliki bioskop. Termasuk kota saya sendiri, Purworejo.
Mental mengkonsumsi film bajakan juga masih sangat kental. Tapi tak bisa disalahkan juga. Bagaimana mau nonton di bioskop jika sulit diakses.
Yang semakin tambah menyebalkan, beberapa waktu kebelakang terjadi boikot yang dilakukan mahasiswa di Makasar terhadap film Dilan 1991. Alasannya, film ini mengandung unsur kekerasan. Ditakutkan jika anak-anak muda terinfluence dan meniru adegan kekerasan di film tersebut.
Yang lebih tidak masuk akal, boikot tersebut dilakukan karena takut menginfluence kekerasan pada anak muda, tapi aksi boikot tersebut dilakukan dengan cara kekerasan. Ra mashok tenan.
Hal-hal semacam ini akan semakin menekan perkembangan industri film. Sensor oleh pemerihtah sudah sangat menganggu dan membatasi kreatifitas sineas, lha sekarang orang-orang post truth mulai ikut2an iintervensi melakukan sensor juga.
Rasanya untuk Indonesia bisa mendapatkan jumlah penonton film di bioskop mencapai angka 17 juta serupa Korea Selatan, masih cukup jauh proses perjalanannya jika hal-hal tadi belum juga diperbaiki.
Tapi tetep kudu optimis.
7 notes
·
View notes
Link
Oh Yes " readability="99.191489361702">
JAKARTA, KOMPAS.com - Kapolda Jawa Timur Irjen Mohammad Fadil Imran dimutasi menjadi Kapolda
Oh Yes " readability="99.191489361702">
JAKARTA, KOMPAS.com - Kapolda Jawa Timur Irjen Mohammad Fadil Imran dimutasi menjadi Kapolda Metro Jaya menggantikan Irjen Nana Sudjana.
Nana dicopot dari jabatannya karena dinilai lalai dalam menegakkan protokol kesehatan.
Dalam sepekan terakhir, terjadi sejumlah kerumunan massa di wilayah Jakarta yang melibatkan Pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab.
Terakhir, kerumunan terjadi pada pergelaran pernikahan putri Rizieq di Petamburan, Jakarta.
Pencopotan Nana tertuang dalam surat telegram Kapolri tertanggal 16 November 2020. Dalam telegram itu, Nana akan menduduki jabatan baru, yaitu Koorsahli Kapolri.Baca juga: Setelah Hadiri Acara Rizieq di Tebet, Wagub DKI Minta Tak Ada Lagi Kerumunan di JakartaSiapa Fadil Imran?Fadil merupakan lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) angkatan 1991. Ia baru menjabat selama enam bulan sebagai Kapolda Jawa Timur, sejak 1 Mei 2020.Sepak terjang pria kelahiran Makassar pada 14 Agustus 1968 itu di bagian reserse tidak perlu diragukan lagi.Fadil beberapa kali menduduki jabatan strategis di dunia kepolisian.Pada 2011, Fadil menjabat Kasubdit IV Dittipidum Bareskrim Polri dan Anjak Madya Bidang Pidum Bareskrim Polri tahun 2015.Selanjutnya, dia menduduki jabatan sebagai Wadirtipideksus Bareskrim Polri tahun 2016, Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri tahun 2017, Direktur Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri tahun 2018, dan Sahlisosbud Kapolri tahun 2019.Baca juga: Buntut Acara Rizieq Shihab: Kapolda Dicopot, Anies Diperingatkan dan Dipanggil PolisiFadil juga berpengalaman di wilayah hukum Polda Metro Jaya. Pria 52 tahun ini pernah mengemban tugas sebagai Kasat III Dit Reskrimum Polda Metro Jaya tahun 2007 dan Kapolres KP3 Tanjung Priok tahun 2008.Kemudian, menjabat sebagai Wadir Reskrimum Polda Metro Jaya tahun 2009, Kapolres Jakarta Barat tahun 2013, dan Dir Reskrimsus Polda Metro Jaya tahun 2016.Kinerja Fadil ImranCatatan Kompas.com, saat menjabat sebagai Kapolres Jakarta Barat, Fadil dan jajarannya membentuk tim pemburu preman dan menangkap Hercules Rozario Marshall.Hercules kala itu diduga melakukan tindak pidana pencucian uang dengan memeras korbannya, lalu mengaburkan asal-usul harta benda milik korban.Hercules diduga sudah melakukan pencucian uang dengan nominal lebih kurang Rp 1 miliar dalam kurun waktu dua tahun.Kerja Fadil mulai disorot ketika menjabat sebagai Dir Reskrimsus Polda Metro Jaya.Dia mengungkap kasus pembajakan film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part I dengan menetapkan seorang tersangka berinisial P.Baca juga: Anies Mengaku Sudah Surati Rizieq Shihab soal Larangan Kerumunan, tetapi Tak DigubrisFadil juga menangani kasus ujaran kebencian yang menjerat Buni Yani, dugaan penistaan agama berdasarkan potongan video pidato Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok di Kepulauan Seribu.Selain itu, kasus chat WhatsApp berkonten pornografi atau chat Oh Yes yang diduga antara RS dengan seorang perempuan berinisial FH. Belakangan, penyidikan kasus tersebut dihentikan.Sementara itu, ketika menjabat sebagai Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, Fadil mengungkap jaringan Muslim Cyber Army dan Saracen.Jaringan MCA dan eks Saracen saling terhubung dan berkontribusi dalam penyebaran hoaks dan ujaran kebencian di media sosial, termasuk menyiarkan isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI).Nama Fadil juga disorot ketika menjabat Kapolda Jawa Timur. Kala itu, dia tegas menegur dan mengusir Kapolsek Gubeng Kompol Naufil yang tidur saat mengikuti rapat koordinasi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan pembentukan Kampung Tangguh menghadapi Covid-19, di Gedung Sawunggaling, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, pada 22 Mei 2020.
artikel aslinya dapat di baca di : https://megapolitan.kompas.com/read/2020/11/17/10361861/calon-kapolda-metro-jaya-irjen-fadil-imran-pernah-usut-kasus-chat-mesum?page=all
#Calon Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran#Pernah Usut Kasus Chat Oh Yes Oh No hingga Ungkap Jaring
0 notes
Text
Review Film Istirahatlah Kata-kata (2016)
ISTIRAHATLAH KATA-KATA (2016), SEBUAH CATATAN KAKI
Dalam Catatan Pinggir di majalah Tempo edisi khusus Wiji Thukul (19 Mei 2013), Goenawan Mohamad menyebut Wiji "sebuah catatan kaki" dalam "kitab besar sejarah Indonesia, politik ataupun sastra."
Tulis GM, sapaannya, ia bukan sebuah judul atau tokoh di tengah halaman. Ia ada di bawah pagina, di akhir bab, dengan huruf kecil-kecil. Namun, bukan berarti catatan kaki tak penting. Ia berfungsi "mengimbuhkan sebuah nota yang layak diperhatikan--dan menunjukkan bahwa teks yang 'lengkap' sekalipun selalu meninggalkan satu-dua perkara yang masih merundungnya."
Sebagai sebuah film, Istirahatlah Kata-kata (Solo, Solitude; 2016; sutr. Yosep Anggie Noen) bisa pula kita tempatkan dalam catatan kaki sejarah panjang perfilman nasional yang dimulai 1926 ketika film pertama dibuat di Nusantara ataupun saat hari pertama syuting Darah dan Doa, 30 Maret 1950.
Bila kita ingat momen saat film itu selesai dibuat, perfilman nasional tengah mengalami masa subur. Tahun itu rilis Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1 yang mengumpulkan 6,9 juta penonton dan jadi yang terlaris sepanjang masa. Namun, Istirahatlah Kata-kata bukan lahir dari arus-utama: bukan dari rumah produksi ternama, dibintangi aktor-aktris tenar, serta diputar di bioskop di mall-mall megah. Melainkan lahir dari inisiatif warga, dari tangan sutradara indie, serta keliling di festival-festival sebelum akhirnya tiba di sebentar di bioskop komersil.
Namun, tak berarti Istirahatlah Kata-kata bukan film penting. Menyaksikan pekan ini film tentang seorang penyair sekaligus aktivis penentang rezim Orde Baru diputar di televisi milik negara, TVRI sebagai bagian dari program edukasi Kemendikbud adalah bukti filmnya punya siginifikansi sekaligus jadi penanda kecil, ya semacam catatan kaki, pengakuan negara pada kesalahan sejarah yang dilakukan rezim lalim di masa lalu.
Filmnya sendiri tampak bersahaja. Mungkin karena alasan biaya maupun kerumitan pembuatannya. Filmnya hanya mengambil sepenggal episode pendek dalam kehidupan Wiji Thukul (dimainkan aktor teater Gunawan Maryanto) saat menyembunyikan diri dari kejaran aparat ke Pontianak, Kalimantan Barat. Tentu saja, sebuah film tentang tokoh demonstran afdalnya menyajikan gambar massa demonstrasi, kekerasan aparat pada massa, atau kerusuhan. Namun, itu akan terlalu mahal buat sebuah film indie. Dan bukankah kekejian rezim lalim tetap bisa disajikan dengan bahasa gambar yang minim?
Syahdan, dalam Istirahatlah Kata-kata kita melulu melihat Thukul yang selalu awas, menatap curiga, atau melakukan yang dilakukan manusia sehari-hari: membaca, menulis, makan, minum, dan tidur. Namun, bukan berarti filmnya tak mencekam. Sejak awal film, kita sudah melihat kehadiran rezim jahat lewat intel yang menanyakan Thukul pada anak dan istrinya (Marissa Anita), maupun sekelebatan di jalan-jalan, di tempat cukur, hingga orang stres yang gagal jadi aparat dan berpolah seolah aparat, bertanya dan mengancam Thukul.
Sepatutnya, orang kecil tapi Besar dengan B kapital macam Wiji Thukul layak mendapat film biopik yang lebih megah, dengan nilai produksi film selayaknya biopik bikinan Hollywood. Kisah tentang misteri penghilangannya, upaya mencarinya, layak pula difilmkan. Dengan begitu, Istirahatlah Kata-kata bukan lagi catatan kaki tapi sebuah mukadimah, pengantar pada film besar tentang sang penyair. * Ade Irwansyah
#ulasfilmkemdikbud #istirahatlahkatakata #wijithukul@pusbangfilm @budayasaya @kemdikbud.ri
0 notes
Text
Horror
Beberapa hari belakangan ini orang-orang indonesia sedang kena syndrome “Pengabdi Setan”. Film karya Joko Anwar yang sebelumnya juga sudah pernah direlease tahun 1980 dengan judul yang sama pula. Film yang sangat populer saat ini dibelahan bumi indonesia. Bahkan menurut kabar burung yang ada, katanya Film Pengabdi Setan hingga saat ini sukses ditonton lebih dari 3juta penonton. Fenomena pengabdi setan ini jadi mengingatkan saya dengan Film Warkop DKI Reborn Part 1 yang juga sempat booming tahun lalu.
Disaat semua orang sibuk membahas “pengabdi setan” dan berbondong-bondong buat nonton. Saya malah sama sekali tidak tertarik dengan film itu. Malahan saya lebih antusias nungguin Thor: Ragnarok yang bakal tayang 1 hari lagi lalu dilanjut Justice League yg bakal tayang bulan depan tepatnya 17 november 2017.
Meski saya ga suka dengan film horror tapi saya sempet menonton beberapa film horror (cause diajak) sebut saja Insidious, Annabele, Evil Dead, Conjuring 1&2, dll. Namun setelah mencoba nonton berbagai judul film horror diatas kesan yang saya dapatkan selalu sama. Keluar dari bioskop tanpa rasa takut dan ngerasa rugi udah bayar tiket dan udah membuang 2 jam hidup saya untuk hal gak guna. Setelah itu saya bener-bener yakin buat ga suka dengan film genre horror, dan benci banget. Ibaratnya itu kayak kamu pacaran tapi isinya cuman dikecewain muluk lalu akhirnya kamu mutusin dia, terus abis putus kamu sama sekali udah ga mau tau apapun perihal dia. Bahkan cuman denger namanya aja ngerasa mual. Sebenci itukah dengan genre horror?. Yups. Bahkan saya menganggap film ber-genre horror adalah sampah, genre yang ada untuk seorang produser film yang nggak punya bakat sama sekali dan untuk audiens dengan IQ medioker.
Hingga akhirnya pada akhir tahun 2016 kemarin teman saya memperkenalkan film horror berjudul “The Shining“. Sebenernya waktu itu saya udah ogah banget nonton yang berbau horror lagi, tapi karna bujuk rayunya yang begitu dahsyat akhirnya saya tonton lah The Shining. Setelah menonton The Shining saya nggak bisa jelasin kenapa film ini bener-bener bikin saya ngeri. Hantunya nggak terlalu serem, lebih serem Valak. Eh lebih serem cowok baru kamu deng. Ceritanya pun agak aneh menurut saya untuk genre horror, dan saya nggak pernah menjerit histeris atau loncat dari kursi saat nonton film ini. Tapi gak tau kenapa The Shinning bener-bener bikin saya takut dan terus menghantui saya sampai cukup lama setelah selesai menonton.
Sejak menonton The Shinning, saya jadi penasaran (lagi) dengan genre horror dan mulai melahap segala macam film horror, yang jelek maupun yang bagus. Necromonicon, Silent Hill, The Silence of the Lambs, Red Dragon. Sampai saya nonton Gameplay-nya Until Dawn 7 3 jam nonstop tanpa makan dan minum, tapi tetep bernafas. Jujur aja saya betah nonton Gameplay-nya karna playernya cute banget. Apalagi dia senyum bahagia pas ngeliat orang kegiles dan digergaji mesin beuhh. Lucuu
Setelah lumayan banyak nelen horor dan mendapatkan beberapa luka psikologis dari horror yang saya telen itu, saya sekarang tau kenapa The Shining bener-bener menghantui saya, dan kenapa saya sempet benci sekali dengan genre horror beberapa waktu yang lalu. Penyebabnya karna saya salah milih produk, atau mungkin juga saya salah tahun lahir. Terlepas dari itu ya karena horror modern cenderung terlalu banyak menggunakan yang namanya “The Jumpscares”.
Jumpscare adalah adegan yang bagi saya selalu memiliki skenario yang sama. Diawali suara berubah menjadi hening, lalu ketegangan meninggi saat si karakter mencoba mencari/menghindari sesuatu, lalu BAAAMM!! suara keras menghantam gendang telingamu sampe budeg, tak sedikit menimbulkan serangan jantung sesaat, diikuti sesuatu yang menyeramkan nongol dilayar. Setelah momen jumpscare, semua perasaan ketegangan itu hilang, kamu merasa lega dan bahkan aman, inilah kenapa orang biasanya ketawa setelah momen jumpscare. Setelah jumpscare selesai, film horror harus memulai dari nol lagi untuk membangun ketegangan yang hilang. Bahkan jika terlalu banyak jumpscare bikin sebuah film horror nggak punya waktu untuk membangun kembali ketegangan yang hilang dan bikin penonton jadi nggak takut lagi.
Menurut saya jumpscare adalah cara paling murahan untuk ngagetin orang. Skenarionya udah dipakai berulang kali sampai orang nggak bisa bedain lagi antara kaget dengan takut, ini yang bikin saya muak sekali dengan jumpscare. Lebih tepatnya film horror yang memakai Jumpscare
Well, cukup ngomel-ngomelnya, sekarang kita bahas the good stuffs. Dari yang saya perhatiin, hampir semua horror yang bagus selalu menggunakan sesuatu yang namanya “Uncanny Valley”. Apa itu uncanny valley? Uncanny valley adalah sebuah konsep dimana semakin realistisnya sebuah objek maka objek tersebut akan makin disukai sampai dimana objek tersebut cukup realistis tapi kurang realistis dikit sehingga bikin kita malah jadi takut akan objek tersebut. Mblibet ya penjelasan saya? Bingung? saya juga bingung kok. Maaf saya bukan penulis yang bagus, Ini grafik buat jelasin penjelasan saya tadi. Semoga ngerti
Hannibal Lecter adalah contoh bagus untuk uncanny valley ini, dari tampilan luarnya bukan monster yang mengerikan, bukan juga sosok hantu kayak valak ataupun hantu muka merah yang ada di Insidious. Bukan. Dia cuma orang tua biasa, tapi cara dia ngomong, cara dia bergerak, cara dia memandang. semua itu agak ehmm, salah dan “aneh”. kamu tau dia itu manusia tapi ada sesuatu yang salah dengan orang ini dan kamu gak bisa jelasin apa yang salah, itulah yang bikin Dia nyeremin.
Begitu juga dengan orang-orang di Silent Hill. Ada yang salah dari semua orangnya, bahkan si karakter utamanya juga. Malahan buat saya, orang-orang di Silent Hill justru lebih nyeremin dibanding monster-monsternya. Uncanny valley juga membuat kita percaya bahwa kejadian yang terjadi di layar bisa terjadi di dunia kita, horror disini bukanlah hantu ataupun monster yang luar biasa sehingga mustahil bagi mereka untuk ada di dunia kita. Horror di uncanny valley hanyalah orang-orang biasa seperti yang biasa kita temuin setiap harinya, dan itu yang membuat uncanny valley nempel terus di kepala kita.
Lalu sub-genre horror yang paling bikin saya takut yaitu “Psychological Horror”. Psychological horror membawa Kita pergi ke tempat gelap yang tabu untuk dibahas, atau mengingatan kita kalau kita memiliki sisi gelap itu. Psychological horror bikin kita bertanya kembali tentang apa yang bener dan apa yang salah, ini yang bikin psychological horror terus nempel di kepala kita berjam-jam setelah matiin TV.
Silent Hill juga masuk ke dalam kategori Psychological Horror. Silent Hill mengeksekusi narasinya dengan cara yang sangat epic. Silent hill bukanlah cerita tentang hantu dan monster, tapi cerita mengenai kegilaan dan kejahatan yang bersembunyi di dalam diri semua orang dan pilihan berat yang harus dihadapi semua orang. Hantu dan monster yang ada di film ini hanyalah personifikasi dari kegilaan dan kejahatan yang dibahas disana.
Uncanny Valley dan Psychological horror, kedua elemen itulah yang membuat The Shining dan Hannibal Lecter terus nempel di kepala saya, dan itulah yang bikin saya suka dengan genre horror. Horror yang terus nempel di kepalamu untuk beberapa lama setelah kamu menontonnya, horror yang membuat kamu melihat ke belakang walau nggak ada siapapun, yang membuat kamu berpikir kembali tentang apa yang benar dan salah.
Sebaliknya dengan horror modern. Horror modern justru membuat kamu merasa aman, setelah semua jumpscare itu. Setelah semua hantu dan monster yang kamu lihat berulang kali. Kamu sadar bahwa semua itu cuma bohongan. Ada garis yang nyata yang memisahkan antara fakta dengan fiksi. Kamu bisa keluar dari bioskop dengan perasaan lega bahwa semua hantu dan monster itu cuma ada di layar.
Ya pokokmen begitulah. Saya pun bingung mau nutup tulisan ini dengan pernyataan apa. Semoga apa yang saya tulis ini bisa menjadi referensi buat kalian semua sebelum nonton film horror, dan bisa membantu kalian bedain horror yang proper dan yang nggak. Jangan sampai kalian mengalami apa yang sama alami dulu, Keluar bioskop ngerasa rugi karna uda ngeluarin uang 50ribu (belum ditambah sama popcorn dan cola nya) untuk film yang tidak menimbulkan kesan yang dalam.
2 notes
·
View notes
Text
Geger perkara Dilan
Rilis secara luas di jaringan bioskop sejak 28 Februari 2019, tak butuh waktu lama bagi Dilan 1991 mengukir sejumlah rekor. Kehadirannya juga bersambut gempita dan menciptakan fenomena seperti pendahulunya, Dilan 1990.
Sejak hari pertama tayang, film adaptasi novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1991 itu berhasil mengumpulkan 720 ribu penonton.
Museum Rekor Indonesia (MURI) mencatatnya sebagai aras tertinggi dalam industri perfilman Indonesia. Predikatnya; film Indonesia dengan jumlah penonton terbanyak saat hari perdana penayangan di bioskop.
Rekor sebelumnya tercatat dua tahun silam atas nama Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 2 yang membukukan 300 ribu penonton.
Pencapaian tersebut sekaligus membuatnya sukses mengangkangi semua film asing yang tayang di Tanah Air, termasuk gerombolan pahlawan super kepunyaan Marvel.
Jurnalis Nancy Tartaglione dari deadline.com tak ketinggalan menulis pencapaian Dilan 1991 yang sukses mengantongi AS$2,05 juta pada hari perdana tayang.
Angka itu mengalahkan rekor Avengers: Infinity War yang saat hari pembukaannya di Indonesia meraup AS$1,79 juta.
Empat hari sebelum tayang resmi, Max Pictures dan Falcon Pictures mengadakan gala premiere di Bandung, Jawa Barat.
Kota berjuluk “Paris van Java” terpilih lantaran jadi tempat sebagian besar kejadian dalam film ini berlangsung.
Seluruh bioskop milik jaringan XXI, CGVblitz, dan Cinemaxx yang berjumlah 17 di kota tersebut khusus menayangkan film Dilan 1991.
Harga tiket yang hanya dibanderol Rp10 ribu membuat film arahan Fajar Bustomi ini langsung berstatus "sold out" alias terjual habis.
Dilanisme --sebutan untuk penggemar berat Dilan-- yang datang bukan hanya dari Bandung dan sekitarnya, tapi dari luar kota semisal Jakarta.
Alhasil sekitar 80 ribu orang terkumpul. Rekor baru lagi tercatat di buku MURI. Mereka yang hadir mengaku sudah tak sabar menyaksikan gombalan Dilan dan respons Milea setelah mendengarnya. Menunggu empat hari lagi rasanya terlalu lama.
“Sengaja ke sini untuk nonton premiere film Dilan. Hanya dapat tiket yang jam 10 malam,” ujar Waila asal Jakarta yang sudah berada di Bandung sejak pagi.
Sepanjang masa penayangannya, Dilan 1991 terus menerus mempertajam pencapaian rekor sebelumnya, antara lain film tercepat yang mengumpulkan 1 juta penonton (dua hari), 2 juta penonton (tiga hari), dan 3 juta penonton (lima hari).
Bukan mustahil jika film ini lebih cepat mengumpulkan 4 juta penonton dalam tempo kurang 10 hari seperti yang dibukukan Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1.
Menurut catatan filmindonesia.or.id (hingga hari kedelapan tayang, 7/3), jumlah penonton Dilan 1991 telah menyentuh angka 3.991.986.
Sejak masih dalam bentuk novel hingga menjadi film yang meraih 6.315.664 penonton alias menjadi film Indonesia terlaris 2018, Dilan sudah menjadi buah bibir.
Kehadirannya menciptakan dan membangkitkan kembali gelombang tren yang sempat mengendur.
Banyak orang seolah terkena jurus rayuan maut Dilan untuk bertingkah atau menjadi seperti dirinya.
Pengaruh Dilan yang paling gampang terihat via media sosial. Rayuan ala Dilan berseliweran di sana.
Sejumlah instansi pemerintah tak luput memanfaatkan kalimat gombalan khas Dilan.
Misalnya akun Twitter Kemdikbud RI yang menulis status berikut; “Jangan jadi admin medsos Kemdikbud. Berat. Kamu nggak akan kuat. Biar aku saja.”
Dilan memang cukup getol melontarkan rayuan. Tak peduli sedang berada di sekolah, kantin Bi Eem, di atas motor, rumah, hingga di telepon umum, Dilan tiada absen merayu Milea.
Peniruan lainnya dilakukan lewat pemakaian jaket denim belel yang kerap digunakan Dilan. Lengkap dengan patch bergambar bendera Amerika Serikat.
Golongan remaja getol memburu item fesyen tersebut di berbagai lapak belanjaan.
Ada yang berburu jaket baru via penjualan dalam jaringan alias online, sebagian lainnya mendatangi sentra pakaian bekas, semisal di Pasar Senen dan Pasar Baru, Jakarta Pusat.
Presiden Joko Widodo bahkan pernah latah ikut mengenakan jaket denim sembari menunggangi motor chopper. Mungkin biar kelihatan mirip Dilan.
Soal motor, banyak yang kembali memburu Honda CB 100 produksi 1973 yang ditunggangi Dilan.
Jika tidak berhasil mendapatkan merek aslinya, langsung bawa ke tukang modifikasi dan minta didandani semirip mungkin dengan model motor yang dulunya dikenal dengan sebutan CB Gelatik.
Aya Sofia dari Puspa Kediri Custom yang bermarkas di Bekasi mengaku kebanjiran pesanan memodifikasi ala motor CB 100 setelah film Dilan populer.
Kesuksesan Dilan juga membuat sebagian orang melakukan napak tilas mengunjungi beberapa lokasi yang menjadi tempat syuting.
Misal melongok rumah Milea di Kawasan Malabar, rumah Dilan di daerah Taman Cibeunying, juga tak ketinggalan mengunjungi SMAN 20 yang berlokasi di Jl. Citarum tempat Dilan dan Milea sekolah.
Ini efek berantai yang sering ditimbulkan film-film sukses. Contoh bagaimana pelancong berlomba ingin merasakan sensasi melihat matahari terbit di Punthuk Setumbu dan Gereja Ayam, Magelang, usai menonton Ada Apa dengan Cinta 2.
Tin, pemilik rumah Milea dalam film, mengaku bahwa rumahnya cukup sering dijadikan lokasi syuting. Pun demikian, baru setelah penayangan film Dilan ia kedatangan banyak tamu yang ingin berfoto-foto.
“Kadang suka terganggu juga. Soalnya ada yang datang jam dua dan jam tiga pagi. Mereka dari luar kota,” ungkap Tin kepada CNN Indonesia.
Ridwan Kamil percaya bahwa popularitas sebuah daerah bisa terangkat lewat film. Tautannya sebagai magnet pariwisata dan ekonomi.
Oleh karena itu, sejak menjabat Walikota Bandung ia telah berkomitmen menjadikan daerahnya ramah untuk keperluan syuting.
Virus Dilan tak hanya menjangkiti generasi remaja masa kini, tapi kelompok usia yang lebih tua.
Seorang Dilanisme asal Palu bernama Devi Borman mengaku telah menonton film Dilan 1990 sebanyak 21 kali di bioskop.
Walaupun hingga sekarang jaringan XXI belum kunjung buka kembali di Palu usai gempa dan tsunami mengguncang pada 28 September 2018, ibu tiga anak ini tak patah arang.
Melalui pesan singkat ia mengaku rela menempuh jarak 192 kilometer menggunakan mobil menuju Mamuju, Sulawesi Barat. “Di sana ada bioskop Cinemaxx,” tulisnya (5/3).
Pengidolaan anak muda sekarang terhadap sosok Dilan hari ini sebenarnya hanya sebuah pengulangan dari yang pernah ada sebelumnya
Medio dekade 80-an orang mengenal tokoh Lupus dari film berjudul sama yang turut meluaskan tren model rambut jambul dan hobi mengunyah permen karet.
Kebiasaan Lupus (diperankan Ryan Hidayat) melontarkan tebak-tebakan juga ramai diikuti. Betapa pun tebakan tersebut berakhir jayus atawa garing alias enggak lucu.
Sukses peredaran film Ada Apa dengan Cinta (2001) turut pula memicu remaja menoleh karya sastra, terutama buku berjudul Aku: Berdasarkan Perjalanan Hidup Dan Karya Penyair Chairil Anwar karya Sjuman Djaya.
Pasalnya buku tersebut jadi bacaan Rangga (Nicholas Saputra) dalam film. Kesukaan terhadap karya sastra pula yang membuatnya berkonflik hingga kemudian dekat dengan Cinta.
Kutipan yang dilontarkan Cinta saat beradu mulut dengan Rangga di lapangan basket turut menjadi hit karena direplikasi oleh banyak orang. Lengkap dengan intonasi dan medok khasnya Dian Sastrowardoyo, pemeran Cinta.
Demikianlah, setiap dekade pasti memunculkan sosok pujaan. Berlaku sebaliknya, generasi remaja tak henti mencari tokoh yang pantas mereka jadikan idola.
Lantas kenapa film-film lain bertopik remaja SMA yang peredarannya sepantaran Dilan tidak berhasil menciptakan fenomena seheboh ini?
Bisa jadi karena film-film tersebut tidak menggambarkan kedekatan dengan penontonnya.
Penggambaran tokoh SMA dalam film-film lain seolah berjarak dan terasa eksklusif, sementara Dilan dkk. adalah tipikal siswa yang biasa kita lihat sehari-hari.
Kelebihan lain yang dimiliki Dilan adalah unsur nostalgia. Itu memicu kecintaan terhadapnya bukan hanya datang dari remaja sekarang, tapi juga menular pada generasi setingkat di atasnya. Seperti yang dialami Devi Borman.
Sebagai film yang merepresentasikan kisah asmara era 90-an, menonton film ini ibarat memutar kembali banyak kenangan masa lalu.
Masa ketika CB Gelatik jadi tunggangan andalan saat kencan bersama pacar tercinta, mengingatkan kembali betapa telepon umum menggunakan koin menjadi sarana komunikasi pilihan untuk mendengarkan suara si doi di ujung telepon sana, dan berbagai pengalaman nostalgia lainnya.
Penonton yang menjalani masa SMA sezaman dengan Dilan seolah mendapat pengalaman untuk menjelajahi kembali masa lalu. Membangkitkan lagi memori kolektif tentang masa remaja yang penuh kenangan.
Campur aduk kenangan atau memori masa lalu yang masih tertanam itu tampaknya masih akan tetap dihadirkan Dilan dalam beberapa film selanjutnya.
“Tahun depan kami akan rilis film Milea. Sudah kelar karena syuting bersamaan dengan Dilan 1991. Dan masih ada lagi film berjudul Bundahara. Itu film dari sudut pandang dari ibunya Dilan,” ungkap Ody Mulya Hidayat, produser dari Max Pictures, saat kami temui di kantornya, Jl. Riau, Gondangdia, Jakarta Pusat (4/3).
Diungkapkan Pidi Baiq, sang penulis novel, setelahnya akan meluncur novel dengan tajuk Dilan yang Bersamaku, Suara Ancika Mehrunisa Rabu. Ancika Mehrunisa adalah pacar kedua Dilan setelah putus dengan Milea Adnan Hussain.
Dus, geger soal Dilan tampaknya masih akan terus langgeng hingga beberapa tahun ke depan.
#film#dilan#milea#iqbaal ramadhan#vanesha prescilla#lupus#ody mulya hidayat#pidi baiq#ekranisasi#ada apa dengan cinta#ryan hidayat
1 note
·
View note
Photo
Live Streaming Film Spesial HUT SCTV Ke-29 Warkop DKI Reborn Jangkrik Bos Part 1 Dailymail.co.id, Jakarta Film Spesial HUT SCTV ke-29 masih berlanjut ditayangkan hingga Sabtu (24/8/2019) siang ini.
0 notes
Text
Nikita Mirzani Tidak Takut Akun Media Sosialnya Diretas Orang
LiputanViral - Di era digital saat ini, akun media sosial menjadi salah satu hal penting dalam kehidupan sehari-hari. Terutama bagi kalangan selebritis. Salah satunya Nikita Mirzani. Meski begitu, tindak kejahatan di media sosial seperti diretas atau dibajak orang tak kenal, tidak membuat pemain film 'Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 1' ini, merasa khawatir. "Enggak (takut diretas), kalau gue kan keamanannya bagus, masuk ke Facebook. Jadi kalau ada sedikit Instagram, langsung ngehubungin email. Jadi enggak bisa diapa-apain," ujar Nikita Mirzani ketika ditemui di kawasan Kapten Tendean, Mampang, Jakarta Selatan, Senin (1/4).
"Gue juga kan contreng birunya memang langsung dari Instagram, bukan beli. Jadi, apapun kejahatan yang mau dilakuin, dari Instagram pasti akan ketahuan," sambungnya. Ibu 2 anak itu juga menepis kabar yang menyebut bahwa dirinya menyewa jasa peretas untuk menutup akun Instagram orang-orang yang berseteru dengannya. "Ngurus yang lainlah. Mending (uang bayar peretas) gue buat yatim piatu lebih jelas, berkah buat gue," kata Nikita Mirzani.
Baginya, media sosial adalah sarana untuk bebas berekspresi. Walaupun banyak laporan terhadap dirinya karena aktivitas di dunia maya, tetapi Nikita merasa semua ada hikmahnya. "Biasa saja sih, namanya juga hidup di dunia kamera, apalagi kan kalau gue bikin sesuatu pasti jadi berita. Jadi gue mah biasa aja, gue ambil berkahnya aja, dari situ gue bisa dapat apa," tutup Nikita Mirzani. Read the full article
0 notes
Link
Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1 Nonton Online
0 notes
Text
'WARKOP DKI REBORN PART 2' Raih 1,75 Juta Penonton dalam 4 Hari
Aruma Manis 'WARKOP DKI REBORN PART 2' Raih 1,75 Juta Penonton dalam 4 Hari Baru Nih Artikel Tentang 'WARKOP DKI REBORN PART 2' Raih 1,75 Juta Penonton dalam 4 Hari Pencarian Artikel Tentang Berita 'WARKOP DKI REBORN PART 2' Raih 1,75 Juta Penonton dalam 4 Hari Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : 'WARKOP DKI REBORN PART 2' Raih 1,75 Juta Penonton dalam 4 Hari
Setelah 4 hari tayang di bioskop, WARKOP DKI REBORN PART 2 terus diminati oleh penonton Indonesia.
http://www.unikbaca.com
0 notes
Text
Watching Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 1
at Kalibata XXI – View on Path.
0 notes