Tumgik
#Universitas Pendidikan Indonesia
infokampusnews · 2 years
Text
9 Bahasa ASEAN yang Paling diminati untuk dipelajari, Bahasa Indonesia juga Termasuk
Tumblr media
infokampus.news, Nasional –   Berikut ini 9 Bahasa ASEAN yang Paling diminati untuk dipelajari, ada juga Bahasa Indonesia, lho. SEAMEO
https://infokampus.news/9-bahasa-asean-yang-paling-diminati/
1 note · View note
chillinaris · 2 days
Text
Kita tidak membayar pajak—mereka 'majakin' kita 🤭
2 notes · View notes
lenterablog · 1 year
Text
Program Kegiatan Kunjungan Ke UNPRI Medan
Universitas Prima Indonesia Medan di Sumatera Utara, akan berkunjung melakukan kegiatan kunjungan ke beberapa daerah sumatera utara pada hari Jum’at dari pukul 08.00 hingga 15.00. Saat tiba di lokasi UNPRI, rombongan disambut oleh ketua penyelenggara, kepala Universitas Prima Indonesia, bersama dengan kepala Teknik dan para wakil kepala UNPRI di aula gedung. Program Kegiatan Kunjungan Ke UNPRI…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
camcandelaria · 1 year
Text
youtube
This is such a fascinating project, considering the scorching temperatures we experience here in Southeast Asia, now that we're in the peak of the dry season. Staying indoors doesn't really give respite in the hot weather because it seems that the heat continues to seep through the roof and walls, making the air feel more humid inside. If one really wants to cool down, staying in front of the electric fan and drinking cool liquids all day is a must. Keeping the air conditioning on isn't really advisable not just because of high electricity costs, but it can also emit greenhouse gases and worsen the effects of climate change further.
Slapping on a cooling paint will be a more cost-effective option, especially for homeowners seeking relief from temperatures that can go between 30 and 50 degrees Celsius (86 and 122 degrees Fahrenheit). Residents who participated in this project in Indonesia attested to the decrease of warm air indoors, resulting in greater comfort, as shown in the CNA Insider's video report above. This shows such promising implications for families looking for alternatives in cooling down their homes under the sweltering return of the El Niño phenomenon this year.
The increasing temperatures in our planet illustrates a need for us to come up with and take part in sustainable solutions that will help us maintain comfortable living conditions without exacerbating the current state of our climate problems. The cool roof initiative of Universitas Pendidikan Indonesia is just one of the uplifting options we can take into account. There's a lot of possibilities out there like solar energy, hydroelectric power, geothermal heating, among others.
A case has to be put forward to harness natural resources responsibly and creatively so we can have more hope in achieving our universal ambition to keep global warming within safe levels for all life on earth. As citizens, we can solicit for better options to cope with our climate challenges and a greater focus to improving our environment for the better in today's technological age. This will, however, require political will from government bodies and cooperation from leading electricity service providers, at the very least. If we want to have a future where we and succeeding generations can comfortably live, then we have to uphold sustainable development that doesn't compromise our planet.
0 notes
dinisuciyanti · 4 months
Text
Pendidikan tersier
Seminggu terakhir di beberapa sosial media riuh soal tingginya UKT pasca SK Kemdikbud yang baru launching dan pernyataan staff Kemdikbud soal Perguruan Tinggi itu termasuk pendidikan tersier, bukan wajib 12 tahun SD-SMA.
Mari kita lihat datanya. Per 2017, hanya 9.35% lulusan Universitas (D3/D4/S1/S2/S3), 7 tahun kemudian, menjadi 10.15% di 2023.
See? Dalam 7 tahun, hanya naik 0.75% dari total penduduk. HANYA 0.75%, menuju Indonesia Emas 2045. Itu pun dengan sistem UKT yang belum naik 4-5x lipat seperti sekarang.
APBN pendidikan 20%, setara 665 T. Yang didapat Universitas? hanya 1,2% atau 8 T, dibagi ke 184 PTN, tergantung besar-kecil PTN tersebut.
Info nya juga, 50% dari 665 T angggaran pendidikan diberikan ke Dinas Pendidikan daerah. Padahal kalau Universitas dapat porsi 10% saja, itu sudah sangat membantu.
Tapi, the gov is not willing to improve it. Bukan prioritas :) tapi bikin patung api 335 M bisa, bikin rumah menteri 14 M x 36 menteri ada, tunjangan DPR seumur hidup ada, lucu memang.
Katanya 10 juta genZ tidak sekolah juga tidak bekerja, tanggapan orang pajak apa? "beresiko rendah penerimaan pajak", ya gak salah sih, kan orang pajak, memang kaum middle class hanya diharapkan untuk support negara, tapi negara is not willing to support them first. What do you expect? Golden era in 2045? :)
Memang mencerdaskan bangsa adalah tugas muhammadiyah.
18 Mei 2024
256 notes · View notes
nonaabuabu · 8 months
Text
Pandangan Politik dari Rakyat Biasa
Zaman mahasiswa, kayaknya adalah masa di mana aku paling melek sama politik. Selain karena status mahasiswa, obrolan yang pasti memasukkan politik, aku juga punya ketertarikan tersendiri. Apalagi pernah jadi korban politik kampus. Padahal aku bukan aktivis, dan bukan mahasiswa yang suka bersuara juga. Mungkin kalau bukan karena itu, aku udah jadi aktivis kali. Tapi yang terjadi lain, sehingga bagi aku masa itu cukup untuk melihat seberapa nggak menyenangkan politik itu bahkan masih di tingkat mahasiswa.
Saking skeptisnya, aku sampai percaya teori ini, siapapun yang jadi pemimpin negeri ini, dia pasti dikendalikan oleh yang punya kuasa. Kuasa di sini nggak mengacu kepada elit global ya apalagi Tuhan, tapi suatu sistem yang terstruktur untuk menguasai negeri ini.
Tahun 2014 dan 2019, aku nggak memilih karena waktu itu juga aku menganut, nggak memilih adalah bentuk pilihan. Secara ringkas aku nggak melihat kalau pak Jokowi sudah cukup layak jadi presiden di tahun 2014, apalagi sebelum mencalonkan diri sebagai presiden aku ingat meski samar ia mengadakan kunjungan ke Undip, dan bilang nggak akan mencalonkan diri sebagai presiden.
Tahun ini kontestasinya beda, begitu banyak euforia yang rasanya nggak cuma hitam dan putih. Jadi sekali lagi aku terpanggil untuk melihat politik dari aku yang sudah bukan mahasiswa lagi. Omong-omong dulu aku beranggapan mahasiswa adalah orang yang paling bebas kepentingan dalam politik sehingga punya penilaian paling objektif dan rasional, tapi makin kesini anggapan itu mulai bergeser. Apalagi melihat fenomena yang terbaru, mahasiswa almet merah yang menangis untuk salah satu capres (menangis kan bagian emosi bukan nalar) dan memilih karena kesan yang nggak memberikan kesan.
Ketiga paslon sekarang ini awalnya nggak ada yang cukup banyak aku soroti, kecuali apa yang dihidangkan media tanpa dicari. Tapi memang karena aku kuliah di Semarang dan sempat kerja di sana (2013-2019) aku punya pengamatan yang lebih panjang terhadap pak Ganjar dibanding yang lain. Apalagi di awal-awal kepemimpinan beliau jadi gubernur, ya meski sejak lulus akhirnya blas stres mikirin pasca kampus, mana lagi mengkonsumsi berita politik.
Pak Anies yang menjabat sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan di zaman aku kuliah nggak memberikan peran signifikan karena saat itu universitas ada di bawah kemenristekdikti yang menterinya kebetulan rektor terpilih Undip pak Nasir, jadi secara otomatis nggak cuma aku mungkin juga teman-temanku di kampus, lebih banyak ngomongin pak Nasir daripada pak Anies. Pula aku bukan rakyat Jakarta yang dulu nggak pernah berniat ke Jakarta, ya semacam urusan kalian lah itu pemilihan gubernur, kami mah ya penonton.
Sedangkan pak Prabowo, nggak akan aku denial kalau beliau aku blacklist sebagai pilihan di tahun 2014 dan 2019 karena cerita 1998. Apalagi di tahun itu aku nggak pernah membaca kiprah politik beliau di pemerintahan (kecuali ketua partai yang bagi aku nggak dihitung sebagai peran dalam pemerintahan) untuk bisa dijadikan acuan akan bagaimana beliau memimpin Indonesia. Karir teranyar beliau untuk negara ini dicopot di tahun 1998 karena pelanggaran HAM. Makanya pas 2019 beliau dipilih jadi Menhan, aku bingung karena kalau dalam pemahaman aku sebagai orang awam, dari tahun 1998-2019 artinya udah ada 21 tahun beliau nggak bekerja untuk pertahanan negara. Kalau aku jadi bos dalam suatu usaha yang membutuhkan pengalaman, jelas aku nggak akan memilih seseorang yang sudah vakum 21 tahun. Jadi pada akhirnya kolaborasi 2019 waktu itu dalam pandangan awamku ini adalah bentuk monopoli kekuasaan.
Bayangin aja waktu itu, eksekutif (presiden) dan legislatif (ketua DPR) udah dari partai yang sama, eh ada oposisi diajak kolaborasi, mau lagi. Ya apa kabar demokrasi?
Sekarang pas beliau mencalonkan diri lagi, aku udah pasti nggak akan pilih beliau, apalagi pas cawapres yang dia gandeng datang dari pelanggaran etik. Nggak cukup di situ, beliau juga tampil dengan kontradiktif, di satu sisi joget gemoy di sisi lain ngatain. Dibilang tegas nggak pas dibilang bersahabat lebih jauh. Semakin kuat nih AsalBukan02.
Untuk menentukan pak Anies atau pak Ganjar, aku maraton nonton debat. Jujur aja aku nggak nonton pas live. Jadi testimoni orang-orang dulu, warganet unek-unek dulu, baru aku nonton. Jadi cukup mengherankan bagi aku kenapa banyak orang menilai pak Anies terlalu manis mulutnya, padahal sebagai calon pemimpin negara, retorika beliau itu adalah standar.
Debat pertama, aku merasa pak Ganjar lebih kontekstual, seandainya aku cuma nonton debat pertama, mungkin aku bakal pilih pak Ganjar.
Tapi akhirnya kan aku harus melihat lain, visi misi, jejak peran, jejak digital, siapa yang mengusung bahkan pendukungnya bagaimana dan siapa juga harus jadi pertimbangan.
Itu kenapa akhirnya aku memilih pak Anies.
Dari banyak berita, atau sikut-sikutan orang pak Anies adalah yang paling adem menanggapi setiap peristiwa. Kalau dalam bahasa sehari-hariku beliau yang paling pintar manajemen emosi. Buat aku itu poin penting, kalau mau ngikutin bahasa gen Z, kan nggak mungkin kita dipimipin presiden tantrum.
Testimoni pak Anies semakin diperkuat sama warga DKI yang sebenarnya mereka lebih pengen pak Anies jadi gubernur aja. Apalagi ditambah bukti kerja nyata. Itu memberikan validasi bahwa kepemimpinan pak Anies itu baik, sampai mereka nggak rela bagi-bagi.
Puncaknya adalah, gerakan warga di media sosial, yang nggak dibayar apa-apa tapi seikhlas itu mendukung pak Anies demi perubahan. Fenomena pak Anies membuktikan bahwa masih banyak rakyat yang nggak bisa dibeli dengan uang. Mereka memilih dengan kesadaran.
Ini warna baru dalam dunia politik yang aku lihat, di mana banyak sekali partisipan pendukung pak Anies yang serela itu mengocek kantungnya sendiri di saat kita tahu bersama, sebelum ini banyak pilihan orang yang bisa dibeli dengan amplop yang isinya tak seberapa. Ya meski dengar-dengar sekarang banyak influencer dan artis yang dibayar mahal untuk dibeli nuraninya.
Belum lagi konsep desak Anies, itu adalah dialog nyata rakyat, tempat aspirasi masyarakat. Beliau keliling dari satu kota ke kota lain, menjawab pertanyaan tanpa mempertanyakan kemampuan berpikir si penanya.
Aku tahu, kita nggak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi di sana. Tapi seandainya pun ada plot twist yang dihidangkan di masa depan, setidaknya kita nggak memilih tanpa berpikir dengan matang. Dan ini adalah narasi yang juga sering aku dengar dari pemilih pak Anies lain.
Aku berani katakan, aku pilih pak Anies dengan komposisi visi misi, jejak kepemimpinan (pengalaman), jejak digital (sikap), pendidikan (intelektual dan bahasa), strategi kampanye, juga sikap dan solidaritas pendukungnya.
Dan aku rasa kamu juga harus memiliki pertimbangan ini setidaknya tiga dari ini untuk memilih, mana yang menurutmu layak. Kalau masih nggak ada yang menurutmu paling layak, singkirkan aja yang nggak layak. Kalau ketiganya masih nggak layak, ya wassalam.
03 Februari 2023.
20 notes · View notes
4rz4a · 2 months
Text
Tugas Sejarah Mauza Wulandari(18) & Neng Arla Cantika(29).
Resensi Novel : Gadis Kretek.
Judul Buku: Gadis KretekPenulis
Buku: Ratih Kumala
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta (Kompas Gramedia)
Tahun Terbit: 2012
Jumlah Halaman: 274
ISBN: 978-979-22-8141-5
Novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala termasuk dalam sepuluh besar penerima penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa tahun 2012. Novel Gadis Kretek ini sudah diterjemahkan dalam 3 bahasa yaitu Inggris, Mesir dan Jerman.
Sang penulis novel, Ratih Kumala merupakan seseorang yang mengenyam pendidikan di jurusan sastra, tepatnya di Sastra Inggris di Universitas Sebelas Maret. Buku pertama Ratih Kumala yang ia tulis berjudul Tabula Rasa yang juga mendapatkan penghargaan di Sayembara Novel Dewan Kesenian di tahun yang sama saat buku ini pertama kali diterbitkan yaitu tahun 2004.
Novel "Gadis Kretek" karya Ratih Kumala menggambarkan latar belakang sejarah industri rokok kretek di Indonesia dan perjalanan cinta di masa pergerakan nasional. Berikut adalah resume yang berfokus pada aspek pergerakan nasional dalam novel ini:
Cerita bermula pada masa penjajahan Belanda, ketika bisnis rokok kretek mulai berkembang di Indonesia. Salah satu tokoh utama, Soeraja, adalah anak seorang pengusaha rokok kretek yang ambisius. Soeraja bertemu dengan Jeng Yah, seorang gadis desa yang penuh semangat dan berpengaruh besar dalam hidupnya. Hubungan mereka tidak hanya dibangun di atas cinta, tetapi juga pada semangat pergerakan nasional.
Jeng Yah terlibat dalam kegiatan pergerakan nasional, memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda. Keberaniannya dalam menyuarakan kemerdekaan dan melawan penindasan menjadi inspirasi bagi Soeraja dan orang-orang di sekitarnya. Namun, perjalanan cinta mereka tidak berjalan mulus. Konflik dan perbedaan pandangan politik memisahkan mereka.
Selama masa pendudukan Jepang, industri kretek mengalami tantangan besar, tetapi semangat nasionalisme tetap membara di antara para tokohnya. Ketika Indonesia merdeka, industri kretek kembali bangkit, dan kisah cinta serta perjuangan mereka menjadi simbol dari kekuatan dan ketahanan bangsa.
Dalam novel *Gadis Kretek* karya Ratih Kumala, periode pergerakan nasional yang digambarkan mencakup akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, khususnya pada masa penjajahan Belanda. Novel ini mengisahkan tentang pergerakan nasional Indonesia melalui kehidupan seorang wanita muda, dan latar belakang sejarah yang digambarkan mencerminkan perjuangan melawan penjajahan kolonial Belanda serta kebangkitan kesadaran nasional.
Periode yang digambarkan dalam novel ini melibatkan beberapa fase penting dalam pergerakan nasional Indonesia, termasuk:
1. Awal Pergerakan Nasional Penggambaran kehidupan sosial dan politik di masa awal pergerakan kemerdekaan, ketika berbagai organisasi dan tokoh mulai muncul untuk menentang kekuasaan kolonial.
2. Pertumbuhan Gerakan Kemerdekaan Menunjukkan bagaimana ide-ide nasionalisme mulai berkembang dan menginspirasi berbagai lapisan masyarakat untuk berjuang melawan penjajahan Belanda.
3. Perubahan Sosial dan Politik Menggambarkan dinamika dan perubahan sosial serta politik yang terjadi di Indonesia pada masa tersebut, serta bagaimana perjuangan kemerdekaan mempengaruhi kehidupan sehari-hari rakyat.
Novel ini memberikan perspektif fiksi yang kaya tentang bagaimana pergerakan nasional dan perjuangan kemerdekaan Indonesia berlangsung di tengah latar belakang sejarah yang penuh tantangan.
Gadis Kretek dikisahkan dengan dua sudut pandang. Sudut pandang orang pertama dari tokoh Lebas, sebagai “aku”. Ia adalah anak ketiga dari pasangan Soeraja dan Purwanti. Gaya bercerita yang asyik membuat kami ikut merasakan dengan apa yang dirasakan Lebas. Penulis juga menggunakan sudut pandang orang ketiga, si serba tahu sehingga memudahkan pembaca dalam memahami alur cerita dan ikut terhanyut dalam kisah masing-masing tokoh.
Kelebihan novel ini yaitu penulis mampu menggabungkan berbagai latar, kisah, sisi budaya dan sejarah dengan porsi yang pas. Kita diajak melihat perjuangan pergerakan menuju Indonesia merdeka dari segi industri kretek. Diksi yang digunakan dalam novel ini mampu membuat para pembaca untuk memahami ceritanya serta mampu menghadirkan suasana dengan alur yang menarik dan menyenangkan sehingga para pembaca dapat merasakan hadir di dalamnya.
Adapun kekurangan tidak banyak, mungkin karena buku ini menarik dari awal, kekurangan-kekurangannya jadi terlewat. Namun alangkah baiknya keterangan tentang istilah bahasa Jawa diletakkan sebagai footnote, tidak di belakang bab, supaya memudahkan pembaca yang tidak bisa berbahasa Jawa. Ada pula beberapa typo di sana-sini juga penulisan nama tokoh yang sepertinya tertukar.
Melalui narasi yang menggabungkan sejarah keluarga dan dinamika industri rokok kretek, novel ini menyoroti pentingnya semangat pergerakan nasional dalam membentuk identitas dan masa depan bangsa Indonesia. "Gadis Kretek" menggambarkan bagaimana perjuangan, cinta, dan nasionalisme saling berkaitan dan membentuk perjalanan hidup para tokohnya.
3 notes · View notes
ahmaddumyati · 2 months
Text
kebebasan Berekspresi
Tumblr media
Kebebasan Berekspresi
KEBEBASAN berekspresi adalah “hak untuk mengekspresikan ide-ide dan opini secara bebas melalui ucapan, tulisan maupun komunikasi bentuk lain, tetapi semua dilakukan dengan tidak melanggar hak orang lain, misalnya menyampaikan pendapat baik secara lisan maupun tulisan, jurnalisme warga, memakai meme, tagar dan infografis, kebebasan pers, menulis status facebook, twitter, instagram dan WhatsApp”, dikutip dari Donny (ed) dalam “Kerangka Literasi Digital Indonesia”. Bagaimana melakukannya, kembali Donny menjelaskan:
1. sampaikan pendapat, ide, opini, perasaan tanpa merasa takut termasuk kritik kepada penerintah. Kritik memiliki fungsi yang sangat penting bagi kemajuan suatu peradaban. Lao Tsu seorang filosof China mengatakan, “Apabila kesalahan tidak dikritik, maka kesalahan tersebut akan menjadi kebenaran”. Pakar pendidikan sependapat bahwa “Tiada pendidikan tanpa kritik
2. jika belum merasa pasti, hindari menyebut nama orang, institusi, atau lembaga yang bersangkutan
3. jika perlu sertakan data berupa dokumen atau fhoto untuk mendukung pendapat, ide atau opini
4. ingat, pendapat Anda di internet dapat diakses banyak orang, maka Anda harus siap dengan konsekwensinya
5. berekspresi bukan berarti bebas menyebarkan informasi palsu, fitnah atau kebencian, menyinggung suku, agama, ras dan golongan.
Kebebasaan berekspresi adalah penting, setiap manusia memiliki hak untuk mengungkapkan pendapat, ide, opini dan perasaannya agar didengar oleh pihak lain dalam usaha memenuhi keinginannya yang hakiki, Kebebasan berekspresi merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM).
Namun ada baiknya jika kebebasan berekspresi ini tidak melanggar hal pihak-pihak lain, khususnya kepentingan publik. Kebebasan berekspresi tumbuh dan berkembang dalam atmosfir yang memerdekakan atau membebaskan. John Struart Mill dalam bukunya “On Liberty” mengatakan, “Saya tidak sependapat dengan Anda. Dan saya akan membela Anda sampai mati karena kita berbeda pendapat.
Uraian di atas menjelaskan bahwa kebebasan berekspresi adalah Hak Asasi Manusia (HAM) yang sangat diperlukan dalam proses membangun sebuah peradaban yang beradab dan bermartabat. Namun sayangnya kecerdasan mengekspresikan pendapat, ide, opini, perasaan, sikap kritik masyarakat masih sangat lemah, indikasinya antara lain.
sekalipun berekspresi mendapat kebebasan dan dijamin undang-undang, namun masyarakat masih banyak takut melakukannya, masih sering ditemui kebebasan berekspresi tanpa bukti, lebih berorientasi memuaskan hawa nafsu atau subjektif bukan untuk menegakkan kebenaran.
Kondisi kurang cerdas masyarakat dalam kebebasan berekspresi tersebut disebabkan oleh banyak faktor, antara lain proses pendidikan yang tidak memerdekakan, masih lemahnya hukum dalam mensikapi sikap kritis masyarakat dan sikap skeptif masyarakat terhadap kebebasan berekspresi juga menyebabkan kebebesan berekspresi ini menjadi sangat lemah.
Tumblr media
Contoh kasus, kebebasan berekspresi berupa kritik yang dilakukan secara individu, baik melalui tulisan atau bentuk lain jarang mendapat respons dari pihak yang dikritik, sangat berbeda jika kebebasan ekspresi berupa kritik dilakukan secara kolektif dalam bentuk penggalangan massa (demonstrasi) yang sering diikuti penumpang gelap, justru dengan cepat mendapat respons.
Dalam suatu seminar, seorang nara sumber menceritakan pengalamannya mengajar di sebuah perguruan tinggi di Australia. Selama ia menjadi dosen di perguruan tinggi tersebut demonstrasi sering dilakukaan oleh mahasiswa dalam jumlah yang sangat terbatas, yakni 3 hingga 5 orang mahasiswa. Mereka mengkritik kebijakan rektornya melalui foster.
Rektor dan sivitas akademika mendengar kritik mereka, akhirnya kebijakan rektor mengalami perubahan. Sangat berbeda dengan kebebasan menyampaikan kritik yang terjadi di kampus-kampus di negeri ini. Seorang rektor sebuah universtas negeri bercerita kepada penulis. Beliau didemo oleh mahasiswanya karena kebijakan kenaikan SPP di universitas yang dipimpinnya. Demo sangat anarkis, kaca-kaca kampus dihancur dan dipecah, namun beliau tetap tidak merubah kebijakannya.
Beliau mengatakan kepada penulis, “Dana yang terkumpul dari kebijakan kenaikan SPP jauh lebih besar dari dana yang digunakan untuk merehabilitasi gedung yang dirusak mahasiswa. Lebih dari 25 (dua puluh lima) tahun, penulis melakoni sebuah kebiasaan menulis opini di media massa, baik cetak maupun elektronik secara terus menerus, menjadi nara sumber di berbagai forum seminar/rapat dan menjadi nara sumber dialog di beberapa televisi dan radio.
Pengalaman menyampaikan pikiran dan perasaan di forum-forum tersebut di atas semua berjalan lancar tanpa ada rasa takut. Penulis menyadari bahwa seringkali ketakutan itu diciptakan sendiri. Frederick Rosevent, presiden Amerika Serikat merasakan hal yang sama, “Yang paling saya takuti di dunia ini adalah rasa takut yang diciptkan sendiri
Tumblr media
Setiap ingin menyampaikan pikiran dan perasaan terutama kepada publik, penulis selalu mendasarkan pada firman Allah SWT, yakni “Wahai orang-orang yang beriman. Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan) yang akhirnya kamu menyesali perbuatan itu” (QS Al-Hujarat : 6) dan nasehat Aristoteles seorang filosofi Yunani yang menyatakan bahwa “Sampaikan kebenaran yang diperlukan untuk kebaikan dengan penuh tanggung jawab”. Aristoteles menasehati kita para komunikator untuk memperhatikan 3 (Tiga) pintu yang harus ditaati ketika menyampaikan pesan berupa: pikiran, perasaan, opini, pendapat dan apapun istilahnya secara berurutan.
yakni pintu pertama; KEBENARAN, yakni pastikan bahwa sesuatu yang akan anda sampaikan adalah pesan kebenaran, terutama yang bersumber dari wahyu, hadist, ijma’ dan qiyas, ilmu pengetahuan, hasil pengamatan dan pikiran. Setelah Anda yakin betul atau tidak ragu sedikitpun bahwa yang ingin Anda sampaikan tersebut adalah pesan kebenaran, maka silakan Anda memasuki
pintu kedua: YANG DIPERLUKAN, artinya Anda yakin betul bahwa pesan kebenaran tersebut sangat diperlukan untuk disampaikan, setelah itu Anda diizinkan memasuki pintu ketiga: UNTUK KEBAIKAN, artinya Anda tidak ragu (yakin seyakin-yakinnya) bahwa pesan kebenaran yang diperlukan tersebut membawa kebaikan bagi semua orang
pintu ketiga inilah Anda diizinkan menyampaikan pesan kebenaran tersebut. Setelah pesan kebenaran tersebut disampaikan, maka pesan tersebut menjadi milik banyak orang yang mendengarnya, barangkali banyak orang yang senang mendengarnya dan berterima kasih kepada Anda, sebaliknya barangkali ada diantara pendengar justru tersinggung atas pesan yang Anda sampaikan, mereka merasakan bahwa pesan yang Anda sampaikan itu adalah pencemaran nama baik dan/atau perbuatan yang tidak menyenangkan sehingga mereka akan meneruskan persoalan ini ke ranah hukum meminta pertanggung jawaban Anda. Mengsikapi fenomena tersebut, maka Anda harus siap memasuki pintu keempat, yakni BERTANGGUNG JAWAB.
2 notes · View notes
aisndry · 4 months
Text
How Game Changing Social Media?
Platform media sosial yang hampir dilihat 3 miliar manusia di dunia termasuk anak-anak tanpa editorialisasi, dimana hal ini sangat berdampak negatif. Konten-konten yang ditampilkan pada instagram dan tik-tok banyak informasi yg telah disajikan namun mostly sampahnya banyak pada konten-konten di platform tersebut. Jika hal ini tidak tereditorialisasi, kita harus sadar bahwa diri kita bahkan terutama anak-anak bakal terekspos dari paparan sosial media. Hal ini menjadi tidak bijaksana karena berkorelasi tidak sehatnya kemajuan dalam 3 pilar yaitu:
Anak muda mostly secara general mudah terpolarisasi dan hal ini berkorelasi dengan tingkat depresi maupun anxiety dan bunuh diri. Hal ini menjadi kanker utama dalam dunia media sosial karena ditemukannya tombol "Like", "retweet", "share" sejak 2009 dan berdampak signifikan terhadap kesehatan moral, batin, dan mental.
Polarisasi dalam bidang pendidikan terlihat nyata karena adanya sayap kanan dan kiri yang tidak bertemu pada titik tengah sehingga tidak terjadi spektrum percakapan dan ide. Intelektual-intelektual di seluruh dunia terkhususnya dalam bidang tersier pada dunia Universitas terdapat kecenderungan untuk condong pada ideologinya masing-masing sehingga tidak adanya pertemuan sentralisasi.
Impact Sosial Media terhadap demokrasi liberal terdapat amplifikasi narasi-narasi kurang bijaksana berkat algoritme yang diperdayakan pemilik teknologi disamakan sebagai demokrasi liberal yang belok dari prinsip utama awal demokrasi. Sedangkan, narasi-narasi bijaksana terdapat pada "silent majority".
Pak Gita pernah menyampaikan dalam argumennya bahwa
"Kalau hal ini terus berlanjut maka 10, 20, 30 tahun yang mendatang ini akan menyongsong era-era pada kemudian hari dimana posisi kepemimpinan itu lebih berdasarkan festivalisasi maupun sensasionalisasi, bukan intelektualisasi. Hal ini berbahaya untuk masa generasi selanjutnya yaitu anak-anak dan cucu kita nanti. Apakah kita mau memilih pemimpin warga yang hanya bisa joget tapi tidak bisa debat?"
Mari mitigasi risiko dan kita sikapi hal ini kedepannya karena hal ini telah menjadi boomerang untuk di seluruh dunia terutama di Indonesia. Game changing agar hal ini bisa diminimalisir dengan membudayakan literasi membaca buku dan dibudayakan kapasitas seseorang untuk bisa menunjukkan keterbukaan agar kita bisa melihat diri kita sendiri dan bermuhasabah dengan introspeksi diri. Welcome untuk mengisi kekurangan dan skill set yang perlu datang dari orang lain.
2 notes · View notes
pjkusu · 7 months
Text
Halo Job Seekers! kali ini Kami membuka kesempatan bagi Kalian yang ingin bergabung menjadi Insan Wismilak.
Wismilak merupakan perusahaan rokok Indonesia yang didirikan pada tahun 1962 di Surabaya. PT Wismilak Inti Makmur Tbk merupakan perusahaan induk dari PT Gelora Djaja (produsen) dan PT Gawih Jaya (distributor) yang memiliki 4 Fasilitas Produksi, 4 Sentra Logistik Regional, 22 Area Distribusi, 2 Stock Points dan 26 Agen yang tersebar di seluruh pulau besar di Indonesia.
Untuk kalian yang tertarik dengan Management Trainee / Program Percepatan, kami membuka lowongan yaitu Program Pendidikan Sales Marketing Supervisor (PPSMS). Program Pendidikan Sales Marketing Supervisor (PPSMS) adalah salah satu program percepatan karir di Wismilak Group. Program ini dirancang untuk mempersiapkan leader pada Divisi Sales and Field Marketing.
Kualifikasi PPSMS:
Pendidikan minimal S1 dari semua jurusan, manajemen bisnis lebih diutamakan
Minimal IPK 3,3 dari universitas dengan akreditasi minimal “Baik”
Memiliki pengalaman memimpin dan mengelolah sebuah tim atau organisasi di kampus
Terbuka untuk fresh graduate (lulusan tahun 2023 & 2024) atau memiliki pengalaman kerja maksimal 1 tahun
Memiliki SIM A dan C
Memiliki ketertarikan untuk bekerja di lapangan dan bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Indonesia
Kalian dapat mendaftar melalui link dibawah ini, thankyou & goodluck!
Tumblr media
2 notes · View notes
faramuthiaa · 2 years
Photo
Tumblr media
Aku masih ingat cara pengajaran dan teknik yang dipakai oleh guruku di SD, SMP, sampai SMA, dan tanpa sadar cara pengajaran tsb mulai mengawali sebuah gambaran perbandingan besar di kepalaku ketika aku berkuliah di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir. Tentunya setiap negara memiliki sistem pengajaran dan pendidikan yang berbeda-beda. Ada kelebihan maupun kekurangan di setiap sistem pengajaran dan pendidikan sebuah negara. Sebagai seorang pembelajar, kita perlu untuk selalu kritis dan berusaha mengadopsi bagian-bagian baik ke dalam lini proyek pendidikan yang sedang kita jalani. Di acara training guru dan staff Andalusia Qur’anic School (AQS), aku mendapatkan kesempatan untuk sharing mengenai perbandingan antara sistem pengajaran guru di Indonesia dan luar negeri (terkhusus Mesir), juga mengenai pembahasan “Mengapa seorang guru harus berkualitas?” Banyak paradoks yang aku temukan dalam proses penelaahanku terhadap sistem pendidikan di Indonesia selama ini, dan tanpa sadar paradoks tsb menemukan muaranya; ladang yang siap untuk dijadikan titik awal perubahan baik (AQS). Hasil telaah yang aku temukan bisa dilihat di cuplikan ppt yang ada di slide postingan ini, dan aku menunggu adanya ruang diskusi yang lebar dengan siapapun yang memiliki concern yang sama (pendidikan) :)) Aku berharap Andalusia Qur’anic School dapat menjadi salah satu ladang kecil di dunia pendidikan yang luas ini, kemudian terus menerus membesar, dan dapat menjadi salah satu agent of change bagi seluruh masyarakat Indonesia. Bersama-sama, dengan posisi dan porsi masing-masing, yuk kita benahi diri dan sekitar agar dapat menjadi agent of change di dunia pendidikan. 🤗 (at Andalusia Quranic School) https://www.instagram.com/p/Cm-yJA-rqHs/?igshid=NGJjMDIxMWI=
53 notes · View notes
wafaauliya · 1 year
Text
Marketplace Guru dalam Tinjauan Prinsip Birokrasi Ideal Max Weber
oleh Devi Ernawati dan Wafa Auliya Insan Gaib
Pendahuluan
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia masih menghadapi berbagai persoalan terkait tata kelola guru serta reformasi birokrasi yang tentu berdampak terhadap kualitas pendidikan Indonesia. Tak terhitung banyaknya guru yang hingga sekarang masih mendapatkan gaji di bawah upah minimum regional, atau guru honorer yang tak kunjung mendapatkan kepastian kapan mereka diangkat menjadi ASN. Salah satu masalah guru yang baru-baru ini sedang ramai dibahas adalah terkait rekrutmen guru. Memang benar bahwa sejak lama, permasalahan ketersediaan guru merupakan hal yang cukup memprihatinkan lantaran upaya pemenuhan guru baru tidak selaras dengan jumlah guru yang pensiun (Andina & Arifa, 2021). Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia, Nadiem Makarim, berpendapat bahwa permasalahan kekurangan guru di sekolah-sekolah terjadi akibat perekrutan guru yang tidak real time. Guru bisa pindah, pensiun, mengundurkan diri, atau meninggal sewaktu-waktu tetapi sekolah tidak dapat langsung menggantikan mereka karena harus menunggu perekrutan guru ASN yang terpusat (Hikmia, 2023). 
Sistem rekrutmen guru ASN yang dilakukan secara terpusat dengan mengikuti pola penerimaan CPNS nyatanya memang menuai banyak masalah. Perekrutan sistem CPNS berfokus pada lulusan baru dengan penggunaan batasan usia sehingga tidak memberikan kesempatan bagi mereka yang sedang berada di tengah karier namun telah melebihi usia 35 tahun yang berakibat pada guru yang sudah memiliki pengalaman mengajar justru tidak dapat melakukan seleksi CPNS (Andina & Arifa, 2021). Tidak hanya itu, kebutuhan guru yang selalu ada setiap tahunnya tidak diimbangi dengan penyelenggaraan rekrutmen CPNS guru oleh pemerintah daerah sehingga sekolah-sekolah terpaksa merekrut guru honorer yang berakibat pada melonjaknya jumlah guru honorer dan distribusi guru semakin tidak merata. Berangkat dari permasalahan rekrutmen guru ini, Nadiem Makarim kemudian menciptakan terobosan baru yakni marketplace guru.
Studi Kasus
Marketplace guru dicetuskan oleh Nadiem Makarim dalam rapat kerja dengan Komisi X DPR RI pada 24 Mei 2023 sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan rekrutmen guru. Sesuai dengan namanya, sistem marketplace guru sendiri tak ubahnya dengan sistem berbelanja di e-commerce. Marketplace guru merupakan basis data berisi daftar guru yang layak mengajar dan data ini dapat diakses oleh seluruh sekolah di Indonesia. Melalui basis data ini, sekolah dapat merekrut guru secara langsung sesuai dengan kebutuhan dan kualifikasi sekolah berdasarkan dengan data guru yang ditampilkan dalam profil. Sistem rekrutmen guru melalui marketplace ini diperuntukkan bagi para guru dengan syarat telah dinyatakan lulus sebagai calon ASN dan/atau merupakan lulusan pendidikan profesi guru yang memenuhi kualifikasi sebagai calon ASN.  Perekrutan guru yang sebelumnya dilakukan secara terpusat kini dikembalikan kepada kluster sekolah dengan kepala sekolah sebagai pemegang kendali sehingga sekolah tidak perlu menunggu pemerintah daerah maupun pusat membuka formasi ASN. 
Berdasarkan keterangan dari laman Universitas Islam An-Nur Lampung yang termuat dalam portal berita harian Detik.com, sistem operasional rekrutmen guru melalui marketplace ini melalui beberapa tahapan. Pertama adalah penginputan data calon guru ke dalam database yang kemudian akan menampilkan profil lengkap dari para guru. Kedua, profil guru yang ditampilkan dalam database tersebut akan digunakan oleh sekolah-sekolah untuk mengakses informasi terkait kualifikasi dari guru yang dibutuhkan untuk mengisi kekosongan tenaga pengajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dari sekolah. Ketiga, setelah menemukan kriteria dari calon guru yang sesuai dengan kebutuhan melalui proses seleksi pada marketplace, sekolah dapat langsung melakukan tahapan selanjutnya yakni wawancara sekaligus uji kompetensi yang dilanjutkan dengan keputusan penerimaan dari pihak sekolah. Sistem rekrutmen guru melalui marketplace ini memberikan kuasa penuh kepada sekolah dalam menentukan jalannya proses perekrutan dan penerimaannya di mana pihak sekolah bebas untuk membuat kesepakatan dan menentukan sistem kerja dari guru tersebut apakah sebagai pekerja tetap atau kontrak dengan penentuan insentif berdasarkan performa kinerja serta capaian prestasi yang diraih. 
Selain itu, marketplace guru ini juga menawarkan sistem rekrutmen yang lebih fleksibel dalam hal waktu karena memiliki jangka waktu perekrutan yang lebih pendek serta proses rekrutmen yang dilalui calon guru terbilang lebih cepat, lantaran tahapan seleksi yang dilakukan tidak terlalu banyak. Ditambah lagi dengan penggunaan lokasi seleksi yang tersebar serta dapat diakses dimanapun dan kapanpun, memberikan opsi kepada calon guru sebagai tenaga pengajar dan sekolah sebagai perekrut yang dapat dengan mudah melakukan penyesuaian lokasi kerja. Kemudian, rekrutmen pada sistem marketplace guru ini terbuka dan menyasar berbagai kalangan calon guru dengan rentang usia yang lebih beragam lantaran sistem ini tidak memiliki batasan usia tertentu yang menjadi kriteria dari para calon guru yang akan mendaftar. Terakhir, bentuk seleksinya yang bukan berdasarkan pada perolehan hasil tes tertulis dari materi tertentu yang diujikan meminimalisir standarisasi atas nilai sebagai bahan pertimbangan diterima atau tidaknya calon guru sebagai tenaga pengajar, melainkan lebih pada melihat kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya. 
Analisis Teori Berdasarkan Kasus
Kebijakan Nadiem dalam pembentukan sistem marketplace guru sebagai upaya mengatasi masalah rekrutmen guru dalam perspektif Weber masuk ke dalam ranah rasionalitas instrumental yang mencangkup dua hal yaitu tujuan dan alat. Tujuan yang ingin dicapai dalam pembentukan marketplace guru yakni untuk mengatasi masalah-masalah rekrutmen guru yang tidak dapat terselesaikan lewat rekrutmen CPNS dan PPPK. Sistem rekrutmen lewat CPNS dan PPPK dilakukan secara terpusat sehingga sekolah yang membutuhkan guru harus menunggu hingga CPNS dan PPPK diselenggarakan untuk dapat merekrut guru baru. Berangkat dari permasalahan ini, maka solusi yang ditawarkan sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan membuat sebuah sistem rekrutmen secara real time, melalui penyesuaian proses serta pengelolaan tata cara rekrutmen dengan memanfaatkan teknologi agar lebih efektif dan efisien dalam hal kecepatan dan kemudahan layanan perekrutan yang disediakan. 
Dalam konteks birokrasi, Weber berpendapat bahwa terdapat lima tipe birokrasi ideal yaitu: (1) standarisasi dan formalisasi; (2) pembagian kerja dan spesialisasi; (3) hierarki otoritas; (4) profesionalisasi; serta (5) dokumentasi tertulis (Weber, 1947). Berdasarkan lima tipe ideal birokrasi menurut Weber, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kebijakan marketplace guru ini, meliputi pertama adalah standarisasi dan formalisasi terkait kebijakan marketplace guru. Robbins dalam (Kadir, 2018) menjelaskan bahwa formalisasi dalam organisasi adalah tingkat standarisasi dari pekerjaan dalam organisasi tersebut serta sejauh mana peraturan, instruksi, komunikasi, dan prosedur ditulis. Pada konteks marketplace guru, diperlukan prosedur yang jelas dalam sistem rekrutmen guru serta landasan hukum yang kuat agar hak-hak guru dapat terpenuhi. Apabila prosedur pengangkatan guru tidak jelas serta tidak ada landasan hukum yang melindungi guru, maka tidak menutup kemungkinan bahwa pihak sekolah dapat berlaku semena-mena terhadap guru lantaran proses rekrutmen kini dipegang sepenuhnya oleh sekolah. 
Prinsip kedua yang harus diperhatikan adalah prinsip pembagian kerja dan spesialisasi. Weber berpendapat bahwa birokrasi yang baik adalah ketika setiap orang memiliki bagian kerja yang sesuai dengan keahliannya.  Dalam sistem rekrutmen marketplace guru, pihak sekolah dapat memilih secara langsung guru yang dinilai memiliki kualifikasi sesuai dengan kriteria kebutuhan sekolah. Namun, perlu diingat bahwa guru bukan komoditas yang dapat dipilah-pilih melainkan sebuah pekerjaan yang memiliki hak-hak tersendiri. Untuk itu, sistem marketplace guru perlu memberikan jaminan bahwa guru tetap memiliki hak untuk menerima atau menolak pekerjaan apabila tidak sesuai dengan spesialisasi profesi keguruannya. Hal ini ditujukan agar guru terhindar dari pekerjaan yang tidak sesuai dengan keahlian atau mendapat beban pekerjaan yang terlalu berat. 
Ketiga, perlu diperhatikan terkait hierarki otoritas. Dalam marketplace guru, proses rekrutmen tidak lagi dipegang oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah melainkan oleh pihak sekolah. Untuk itu, kembali pada pembahasan pertama, dibutuhkan prosedur yang jelas serta landasan hukum yang kuat agar kebijakan yang dikeluarkan oleh sekolah sebagai pemegang otoritas tertinggi dalam rekrutmen guru selalu berdasarkan hukum dan prosedur yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat dan bukan berdasarkan kepentingan pihak tertentu saja. Terakhir, perlu diperhatikan pula terkait profesionalisasi. Bevir (dalam Kadir 2018) mendefinisikan profesionalisasi sebagai suatu proses yang mendorong dan melindungi kepentingan pemangku jabatan secara profesional. Perlu dipastikan bahwa guru yang terdaftar pada marketplace guru dipilih secara obyektif yang mana pemilihan guru selalu mengutamakan keahlian dan kualifikasi tertentu dan bukan karena alasan lainnya. Hal ini penting dilakukan agar proses rekrutmen guru terhindar dari praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme yang dilakukan baik oleh pihak sekolah maupun pihak calon guru.
Kesimpulan
Secara substansial kebijakan marketplace guru ini layak dan patut dilakukan uji coba untuk diaplikasikan. Akan tetapi, perlu diingat bahwa seperti sebuah sistem baru pada umumnya yang masih dalam tahapan awal perencanaan, diperlukan adanya tinjauan kembali sebelum benar-benar diimplementasikan. Evaluasi dan saran yang dapat kami sampaikan adalah pertama dari segi penamaan. Penggunaan istilah “marketplace” hanya sebagai upaya peniruan dan adopsi sistem rekrutmen dari konteks belanja online yang mengedepankan efektifitas, efisiensi, dan fleksibilitas pelaksanaan. Untuk itu, setelah publikasi ide dari sistem marketplace ini dimuat, diperlukan adanya peninjauan kembali dari penggunaan istilah penamaan yang disesuaikan dengan konteks pendidikan. 
Kedua, dari segi kebijakan dalam sistem marketplace guru ini, terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan. Pertama, diperlukan adanya ketetapan batasan periode waktu tertentu bersifat paten yang nantinya digunakan sebagai patokan dalam hal pengangkatan guru sebagai ASN maupun pemecatan yang didasari hukum. Dengan adanya indeks penetapan waktu, maka menjadi pertimbangan yang jelas dari pihak sekolah guna melakukan pengangkatan berdasarkan evaluasi kerja sebelum berakhirnya periode tersebut dan dari pihak guru terkait kepastian status yang dimilikinya. Kedua, terkait gaji dan tunjangan, perlu dilakukannya standarisasi dengan menetapkan gaji pokok yang diikuti dengan tunjangan yang akan diperoleh sesuai dengan masa kerjanya dimana dapat menggunakan pertimbangan gaji dan tunjangan yang setara dengan ASN. Ketiga, terkait persaingan kerja dari calon guru yang mendaftar untuk diberikan pembatasan dengan skala regional yang digunakan untuk meminimalisir terpusatnya para pendaftar pada satu wilayah saja, dengan begitu tenaga pengajar yang ada dapat disebar di berbagai wilayah tanpa adanya dominasi atas wilayah tertentu terhadap wilayah lainnya. 
Daftar Pustaka
Andina, E., & Arifa, F. N. (2021). Problematika Seleksi dan Rekrutmen Guru Pemerintah di Indonesia. Aspirasi: Jurnal Masalah-Masalah Sosial, 12(1), 85–105. https://doi.org/10.46807/aspirasi.v12i1.2101
Hikmia, Z. (2023). Mendikburdristek Nadiem Makarim Bakal Lakukan Rekrutmen Guru Lewat Marketplace. Jawa Pos. https://www.jawapos.com/nasional/01685213/mendikbudristek-nadiem-makarim-bakal-lakukan-rekrutmen-guru-lewat-marketplace 
Kadir, A. (2018). Prinsip-Prinsip Dasar Rasionalisasi Birokrasi Max Weber Pada Organisasi Perangkat Daerah Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. JAKPP: Jurnal Analisis Kebijakan Dan Pelayanan Publik, 40–54.
Admin. (2023). Pro dan Kontra Marketplace Guru. Universitas Islam An Nur Lampung. https://an-nur.ac.id/blog/pro-dan-kontra-marketplace-guru.html
Isnanto, B. A. (2023). Marketplace Guru Adalah: Pengertian, Cara Kerja, dan Pro-Kontra. Detik.Com. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6763110/marketplace-guru-adalah-pengertian-cara-kerja-dan-pro-kontra 
Kusuma, S. P. (2023). Menyoal ”Marketplace” Guru. Kompas.Id. https://www.kompas.id/baca/opini/2023/06/04/menyoal-marketplace-guru 
Mujib, A. (2023). Marketplace Guru, Mewujudkan Solusi Efektif Kesejahteraan dan Ketersediaan Guru. Detik.Com. https://www.detik.com/edu/edutainment/d-6763676/marketplace-guru-mewujudkan-solusi-efektif-kesejahteraan-dan-ketersediaan-guru 
Ragam Info. (2023). Marketplace Guru : Pengertian dan Cara Kerja. Kumparan.Com. https://kumparan.com/ragam-info/marketplace-guru-pengertian-dan-cara-kerja-20Zzmmtz0KN 
Utomo, U. (2023). Lokapasar Guru, Solusi atau Ilusi? Jawapos.Com. https://www.jawapos.com/opini/01704997/lokapasar-guru-solusi-atau-ilusi 
Weber, M. (1947) From Max Weber: Essays in Sociology. Diedit oleh H. H. Gerth dan C. Wright Mills. New York: Oxford University Press.
Ditulis oleh Devi Ernawati (20512010011103) dan Wafa Auliya Insan Gaib (205120107111011) sebagai tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah Hubungan Kerja dan Industrial
8 notes · View notes
beritapendidikan · 11 months
Text
beritapendidikan
Dapatkan informasi dan analisis terkini seputar dunia pendidikan. Ikuti perkembangan terbaru, inovasi, dan kebijakan yang mempengaruhi sekolah dan universitas di Indonesia. Edukasi diri Anda dengan sumber berita pendidikan terpercaya. 6282211111111 Jln. Amd No. 11, Batoh Kec. Lueng Bata Banda Aceh 23246 Aceh Indonesia https://www.acehground.com/kategori/pendidikan/ https://www.facebook.com/beritapendidikan2/ https://vimeo.com/beritapendidikan https://www.pinterest.com/beritapendidikan2/ https://flipboard.com/@beritapendidika https://www.youtube.com/@beritapendidikan/about https://groups.google.com/g/beritapendidikan/c/cmEoFtPeJ7w https://scholar.google.com/citations?view_op=list_works&hl=vi&user=3FqlAmQAAAAJ https://gravatar.com/beritapendidikan2a421987ff7 https://form.jotform.com/233124263660045 https://archive.org/details/@beritapendidikan https://support.advancedcustomfields.com/forums/users/beritapendidikan/ https://www.couchsurfing.com/people/beritapendidikan
2 notes · View notes
titoadiyatma16 · 1 year
Text
MENGENAL POLITIKUS MUDA
Tito Adiyatma Dwiyanto (20652060, 7C) 21 Agustus 2023
Tumblr media
Mengenal lebih dekat dengan Faldo Maldini,
Faldo Maldini sejak 14 Juli 2021 merupakan staf khusus Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) bidang komunikasi dan media. Sebelumnya, laki-laki kelahiran 9 Juli 1980 ini adalah politikus dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Pada 2019 saat kampanye pemilihan presiden, Faldo Maldini dipercaya sebagai juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi. Pada tahun yang sama, Faldo Maldini pernah maju sebagai calon anggota DPR RI pada 2019 serta bakal calon Gubernur Sumatera Barat dan Bupati Pesisir Selatan pada 2020.
Faldo Maldini dikenal sebagai sosok vokal organisasi sejak di bangku kuliah. Selepas menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 3 Padang, Faldo Maldini melanjutkan studi di Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Indonesia. Faldo Maldini menjadi kader Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Faldo Maldini juga pernah menjabat posisi penting dalam organisasi mahasiswa, mulai dari Ketua Himpunan Mahasiswa Departemen Fisika UI (2002), Ketua BEM FMIPA UI (2003), hingga Ketua BEM UI (2004).
Karir politiknya dimulai Setelah menyelesaikan studi sarjana di UI pada 2013, Faldo berencana bergabung dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), tetapi urung. Ia merasa PKS tidak memberinya "tempat" dan melihat peluang ada di Partai Amanat Nasional (PAN). Dalam wawancara dengan BBC Indonesia, ia mengaku mendapat tawaran bergabung dengan PAN dari Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan melalui Ray. Faldo diberi jabatan sebagai kepala departemen dalam struktur kepengurusan PAN.
Pada 2017, dalam waktu relatif singkat, Faldo menduduki jabatan Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PAN. Dalam posisi itu, ia bertanggung jawab berkoordinasi dengan DPW dan DPC di daerah, membangun sistem pengkaderan yang sistematis, hingga mengupayakan Zulkifli Hasan untuk ikut dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Dalam ajang pemilihan umum legislatif 2019, Faldo maju sebagai calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari PAN daerah pemilihan Jawa Barat V, tetapi tidak terpilih.[6] Pada Oktober 2019, ia mengundurkan diri dari PAN dan bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Di PSI, ia mendapat posisi sebagai Ketua DPW PSI Sumatra Barat.
Selaku politikus PSI, Faldo menyatakan dukungannya terhadap Perda Syariah, yang bertentangan dengan sikap PSI di pusat. Pernyataan ini ia sampaikan dalam pidato politik pencalonan dirinya di ajang Pemilihan umum Gubernur Sumatra Barat 2020.
Sejak 14 Juli 2021, Faldo menjabat sebagai Staf Khusus Menteri Sekretaris Negara bidang Komunikasi dan Media
Selain aktif di dunia politik, Faldo Maldini juga merupakan seorang pebisnis. Faldo Maldini adalah manajer pengelola dari Longgar Group. Pada 2015, Faldo Maldini bekerja sebagai anggota Komite Pengembangan Usaha dan Pemantauan Risiko PT Garuda Indonesia.
2 notes · View notes
bekhamalditama · 1 year
Text
Tugas Senin, 21 Agustus 2023
Nama : Muhammad Bekham Alditama
Nim : 20652070
Kelas : 7C Manajemen Pemasaran
Mata Kuliah : Marketing Politik
Tumblr media
Agustina Hermanto, S.Kom., M.H.
Mengenal Politikus Muda
Profil dan Jejak Digital Agustina Hermanto:
Agustina Hermanto atau lebih populer kita kenal sebagai nama Tina Toon adalah seorang aktris, penyanyi dan politisi Indonesia berdarah Tionghoa-Indonesia. Ia populer lewat lagu Bolo-Bolo, dan gerakan lehernya yang khas. Ia lahir di Jakarta pada tanggal 20 Agustus 1993 (30 tahun).
Agustina Hermanto atau yang lebih dikenal dengan nama panggung Tina Toon merupakan seorang penyanyi cilik yang kini menjadi salah satu politisi dari fraksi PDI Perjuangan.
Ia maju dalam Pileg 2019 lalu dengan mencalonkan diri sebagai Calon Legislatif (Caleg) 2019 dari partai PDIP untuk DPRD Provinsi DKI Jakarta periode 2019-2024.
Perempuan muda ini memiliki motivasi untuk maju di Pileg 2019 karena ingin menjadi anak bangsa Indonesia yang memiliki sumbangsih bagi bangsa dan negara dalam hal pembangunan serta kemajuan Indonesia.
Pada tahun 2019 lalu Ia pun akhirnya resmi terpilih oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai anggota DPRD DKI Jakarta pada periode 2019 hingga 2024 mewakili Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Pendidikan:
Tina Toon telah menyelesaikan pendidikan S-1 Sistem Informasi Universitas Bina Nusantara tahun 2015.
dan ia pun juga telah pula menyelesaikan pendidikan S-2 Magister Hukum dari Universitas Tarumanagara pada tahun 2017, saat ia berusia 23 tahun.
2. Elektabilitas dan Kapabilitas Al Ghazali sebagai anggota Partai Gerindra.
Tumblr media
Ahmad Al Ghazali Kohler
Sering kita Jumpai nama sapaan biasanya ialah Al Ghazali yang merupakan putra sulung dari artis musisi Ahmad Dhani. Al lahir di jakarta pada tanggal 1 September 1997.
Latar Belakang Al Ghazali:
Ia mulai kariernya secara profesional pada tahun 2009 bersama band Lucky Laki, yang merupakan grup musik keluarga dengan adik-adiknya. Lucky Laki merilis single pertama mereka yang berjudul Superman, dari single itulah nama Lucky Laki naik daun dan banyak dikenal orang.
Single itu ada di dalam album yang berjudul, New Beginning 09. Pada tahun 2012, Lucky Laki merilis single kedua yang berjudul Aku Suka Bersama Orang Yang Aku Suka yang disingkat menjadi ASBOYS.
Dua tahun berlalu, Al merilis lagu solonya yang berjudul Ku Rayu Bidadari dan Kasidah Cinta di tahun 2014.
Ia juga memulai debut kariernya di dunia peran di tahun 2014, berperan sebagai Musa di film Runaway garapan Guntur Soerharjanto, yang ia bintangi bersama aktris muda cantik, Tatjana Saphira dan Kimberly Ryder.
Pada tahun berikutnya, meneruskan karier beraktingnya, ia berperan di film yang berjudul LDR, garapan Guntur Soerharjanto, bersama lawan mainnya, Verrel Bramasta, Mentari De Merelle, dan Aurelie Moeremans. Al juga berperan di film lanjutan LDR Part 2: Where Is My Romeo?
Setelah filmnya, Al dan adik-adiknya membuat grup musik lagi, yang diberi nama baru yaitu Ahmad Bersaudara dengan single mereka, Jika Kau Percaya. Selain berkarier dengan Ahmad Bersaudara, Al masuk ke dunia periklanan dan membintangi beberapa iklan untuk brand-brand ternama, seperti Indomie, IM3, O-Mayo, Pocari Sweat, Biore Men, BeeTalk, dan BonCabe.
Tak puas dengan kariernya di dunia peran dan juga di dunia musik sebagai musisi, Al memutuskan untuk mencoba dunia baru, yakni dunia musik elektronik. Dengan nama Al Ghazali, ia memulai kariernya menjadi seorang DJ atau Disk Jockey.
Bersama dengan partnernya, Ranggaz Laksmana, ia kerap tampil di berbagai klub dan event-event besar, salah satunya adalah event It's The Ship, yang merupakan perjalanan di dalam kapal pesiar yang mempunyai event festival musik elektronik terbesar di Asia yang berlangsung di atas kapal pesiar itu.
Wajahnya yang tampan dan bakatnya berhasil mendapatkannya penghargaan di ajang penghargaan Silet Awards 2014, di kategori Idola Baru TerSilet dan juga di Bright Awards Indonesia 2016 di kategori Bintang Iklan Pria.
Fokus berkarier, Al yang telah menyelesaikan SMA-nya di tahun 2015 silam, kabarnya berkeinginan untuk melanjutkan pendidikannya di Kota London, Inggris, mengikuti jejak adiknya di sana.
Alasan lain dirinya ingin melanjutkan pendidikan di sana adalah karena pacarnya, Alyssa Daguise, yang kini tengah menuntut ilmu di Kota Paris.
Alasan Bergabung Partai Gerindra:
Adapun alasan Al Ghazali masuk Partai Gerindra ialah karena ia mengaku mengemari sosok Prabowo Subianto.
Prabowo selaku ketua umum Partai Gerindra dinilai memiliki sikap-sikap yang membuat Al merasa kagum.
Dia mengatakan, Prabowo dinilai seorang tokoh yang memiliki semangat bak api yang sedang membara dalam memimpin.
“Saya sudah ngfans dengan Pak Prabowo itu sudah sejak tahun 2014,” ujar Al Ghazali.
Jiwa semangat yang membara di dalam kepribadian Prabowo inilah yang diakui oleh All Ghazali dapat membantu mengobarkan semangat pula kepada para pemuda-pemuda indonesia.
Selain itu, Al Ghazali juga menilai sosok Prabowo adalah seseorang yang selalu ikhlas kepada rakyatnya.
Ia merasa kagum dan senang dengan kepemimpinan Prabowo, sehingga itu yang memberi alasan ia bergabung dengan Gerindra.
Oleh karena itulah Al Ghazali tertarik untuk ikut bergabung masuk kedalam partai politik khususnya Partai Gerindra.
Sekian dan Terima Kasih
3 notes · View notes
iisnabila · 1 year
Text
Tugas 21 Agustus 2023
Rian Ernest , SH, MPA
adalah politikus yang dikenal sebagai mantan staf ahli hukum Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, yang lahir pada tanggal 24 Oktober 1987 dan menikah pada tahun 2016 dan mempunyai seorang istri yang bernama Nurul Luntungan. Mereka menikah secara beda agama di Hongkong. Dari pernikahannya ini, Rian dan Nurul dikaruniai 2 anak, putra dan putri.
Pendidikan dan Karir
Rian lahir dari pasangan Jörg Cichosz dan almarhum Levi Mulyati Tanudjaja. Ia memulai pendidikan dasar di SD Maria Fransiska, Bekasi dan lulus pada tahun 1999, lalu melanjutkan ke SMP Marsudirini Bekasi yang lulus pada tahun 2002 kemudian SMAN 82 Jakarta dan merupakan lulusan dari tahun 2005, dan Rian menyelesaikan pendidikan sarjananya di Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, tepatnya di bidang Hukum Bisnis.
Sebelum terjun ke dalam dunia politik dan pemerintahan, di tahun 2013-2015, Rian merupakan Associate untuk firma hukum Hadiputranto, Hadinoto & Partners, bagian dari firma hukum global Baker & McKenzie. Ia juga menjadi Junior Associate bagi Melli Darsa & Co pada kurun waktu 2009-2013. Sebagai konsultan hukum, dia fokus dalam pemberian advis dan analisa tentang investasi, jual beli perusahaan, menyiapkan IPO serta audit dari sisi hukum.
Saat bekerja di firma hukum, Rian pernah membantu Anies Baswedan dalam tim transisi Presiden-Wakil Presiden Terpilih 2014, dalam mensinkronkan kebijakan dalam bidang pendidikan agar sesuai dengan janji kampanye. Ia juga alumni Indonesia Mengajar pada tahun 2011-2012 dan menjadi guru kelas 5 SD atas 28 murid di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT) selama setahun penuh.
Karena terpanggil ke dunia politik dan pemerintahan, Rian lalu meninggalkan praktek hukum swasta untuk menjadi staf hukum bagi Basuki Tjahaja Purnama, Gubernur DKI Jakarta saat itu. Kemudian Rian meneruskan pendidikan dan bergelar Master Public Administration di Lee Kuan Yew School of Public Policy, Singapura, atas beasiswa penuh. Rian sempat bekerja sebagai Asisten Staf Khusus Presiden bidang hukum, sebelum akhirnya mengundurkan diri di Desember 2021 untuk aktif di DPP PSI hingga Desember 2022, saat dia mengumumkan keluar dari partai tersebut. Di Januari 2023, Rian resmi diperkenalkan sebagai Ketua Biro Pemuda Partai Golkar DKI Jakarta di kantor DPD Golkar Jakarta.
2 notes · View notes