#Tiga Sepupu
Explore tagged Tumblr posts
ngisiteko · 10 months ago
Text
Berbagai Kepergian Dalam Hidupku
Tidak ada yang abadi di dalam hidup ini. Tidak ada yang terus menerus akan bersama sepanjang waktu. Pergi adalah kata yang bisa menjadi penyebab dari semua situasi itu. Sesuatu atau seseorang, baik yang telah ada, datang dan berjumpa dengan kita suatu saat akan pergi dari samping kita. Kamu jangan dulu sedih mendengar kalimat tadi. Pergi bukan berarti tak akan bertemu lagi kan? Bisa saja, seseorang pergi karena memang ada hal yang harus dilakukan di tempat yang lebih jauh tanpa kita mengikutinya. Seperti saat aku kecil, ayahku yang harus pergi merantau bekerja di Ibu Kota, sementara aku, ibu dan saudara lainnya tetap tinggal di desa. Kepergian semacam itu sifatnya sementara, karena pada waktu tertentu, ayahku akan kembali pulang.
Ada hal yang cukup mengganjal perasaan memang, namun di sisi lain juga manis. Rindu dan harapan yang setiap bulannya kami tabung membuat momen kepulangan ayahku menjadi hal yang sangat istimewa. Setiap ayahku pulang, hal yang aku harapkan adalah, kami pasti akan pergi ke kota terdekat untuk jalan-jalan ke pusat perbelanjaan, membeli keperluan dan juga mainan. Setelahnya kami pasti akan makan bersama di tempat kuliner favorit kita yaitu warung bakso. Kadang ayah juga memberikan kami kejutan berupa mainan yang tidak dijual di desa. Hadiah yang sangat berkesan hinggga kini adalah ayahku membelikan miniatur rumah beserta orang-orangan mini. Dengan bangga kupamerkan ke teman-temanku dong! Itulah kepergian yang dulu aku selalu rindukan kepulangannya.
Jika tadi adalah pergi untuk kembali yang cenderung membahagiakan, kali ini aku akan menceritakan pergi yang menyedihkan. Pergi yang tak akan pernah kembali. Pergi untuk selamanya. Kamu pasti sudah bisa menebaknya. Betul sekali jika kamu menerkanya adalah kematian seseorang. Kala kecil, aku pernah berpikir, bagaimana ya rasanya jika orang terdekatku ada yang meninggal? Aku bisa berempati ketika ada tetangga yang meninggal namun tidak begitu dalam tentunya. 
Hingga akhirnya aku merasakannnya sendiri saat dewasa. Ada tiga kepergian yang membuat diriku terguncang. Kepergian pertama adalah sahabat dekatku yang meninggal karena kecelakaan. Kepergian kedua adalah Mbah Kakungku yang meninggal di dalam kereta saat hampir saja sampai di stasiun tujuan terakhir Purwokerto. Kepergian ketiga adalah yang paling mengguncang, yaitu meninggalnya sepupu istimewaku karena kecelakaan saat menuju Jogja. Kepergian ketiganya mengguncang hati sebab tidak aku saksikan langsung detik-detik kepulangannya karena sangat mendadak. Kaget, tersungkur kemudian menangis sejadi-jadinya adalah hal yang spontan aku lakukan. Aku telah kehilangan sosok yang selama ini ada bersamaku. Mengisi hari-hariku dan memberi makna terdalam. Butuh waktu untuk terbiasa tanpa mereka. Butuh ruang dan waktu untuk sendiri menerima kenyataan itu. Rela memang tak semudah kata, ya! Al Fatihah untuk mereka semua. Semoga dilapangkan kuburnya, diterima semua amal ibadahnya, diampuni semua dosanya dan semoga kami dipersatukan kembai di surga-Nya. Aamiin
Kepergian berikutnya adalah kepergian seseorang yang sempat singgah di hidupku. Sempat mengisi ruang dalam hati dan kuanggap berarti, namun memang belum jalannya untuk bersama. Kedatangan seseorang yang membawa harapan kepadaku tentang masa depan, mau tidak mau membuatku menyambutnya dengan tangan terbuka. Karena akupun menginginkan apa yang dia tawarkan. Kita saling menyamakan pandangan dan mencoba menerima perbedaan. Mungkin bisa saja aku naif, karena begitu mudahnya percaya dan menaruh rasa serta harapan pada seseorang yang belum lama kukenal. Hingga pada suatu waktu, dia lama-lama menjauh dan  pergi tanpa sepatah kata pun. Ghosting! ya itu istilah kerennya. 
Tidak mudah melalui semuanya setelah kepergiannya. Banyak tanya yang tercipta di dalam kepala hingga membuat kepercayaan diriku runtuh. Ada masalahkah di dalam diriku? Jika dia punya masalah sendiri kenapa memilih pergi tanpa penjelasan? Seberat apakah itu? Aku merasa dikhianati dan tak dihargai. Amarah dari diriku serta tekanan dari sekitar bercampur aduk  membuatku perlahan merasa hancur.
Aku butuh ruang untuk sendiri. Sebab sembuh kali ini tak kutemukan peredanya di tempatku berada sebelumnya. Aku memilih pergi untuk memuntahkan magma yang telah mendidih di dalam diriku. Kulakukan itu karena aku masih sayang mereka. Kubawa pergi semua luka dan duka sampai erupsi mereda. Itulah kepergian seseorang yang menjadi salah satu alasanku pergi dari orang-orang yang kucintai. Kini semua telah berlalu. Aku telah berdamai dengan masa lalu, bahkan dengan yang bersangkutan. Aku menerima bahwa, aku hanyalah figuran dalam hidupnya, begitu juga sebaliknya, aku takkan lagi gegabah menempatkan seseorang menjadi pemeran utama dalam hidupku. I'm done!
4 notes · View notes
arefixxx · 1 year ago
Text
Novel bertemakan perjalanan hidupku!
Aku masih ingat masa perjalanan pulang dari maktab setelah tamat menghadapi peperiksaan spm. Masa tu aku balik naik bas dari alor setar ke arau kemudian akan dijemput oleh siapa yang lapang masa aku sampai tu sama ada abah atau mak atau kadang2 mereka akan suruh sepupu aku datang ambil. Rumah kami berdekatan atau berjiran dengan adik beradik sebelah mak iaitu mak jang dgn mak ngah dan rumah maktok (nenek) aku.
Geng aku ada rancang nak buat perjumpaan terakhir sebelum kami semua membawa haluan masing2 dan entah bila akan mampu sepakat untuk berhimpun seperti ini. Kami semua setuju memilih hari selepas tamat kertas prinsip akaun kerana tiga orang daripada lapan geng kami ambil subjek itu manakala yang lain telah pulang lebih awal.
Kehidupan di asrama selama lima tahun akhirnya telah sampai ke pengakhiran nya. Mengimbau kembali kenangan masa itu amat manis jika dikenang bila kita telah menganjak dewasa aku akan menjejak kaki ke fasa baru dalam kehidupan iaitu fasa umur 30-an. Jadi aku memilih untuk menulis semua pengalaman aku selepas habis spm sampai sekarang lagi lima bulan aku akan genap umur 30. Kenapa aku memilih untuk melakukan ini? Entah. Sebenarnya aku tidak lah berjaya atau mempunyai kerjaya seperti kawan2 aku yang lain apatah lagi geng2 aku yang mana semua ada kerjaya yang tersendiri walhal aku masih terumbang ambing melompat dari satu kerja ke kerja yang lain. Aku bukanlah ingin mengeluh akan tetapi sekarang aku ingin mengubah naratif hidup aku walaupun aku sendiri tidak tahu apa yang perlu aku lakukan.
Aku dan Shazeli mengambil keputusan untuk stay satu malam di asrama. Kenangan ini yang aku sampai sekarang jika terlintas difikiran akan tindakan ini macam tak masuk akal yang kami boleh dengan tanpa fikir panjang membuat persetujuan itu. Bayangkanlah dimalam itu hanya tinggal kami berdua sahaja di asrama maktab dimana semua murid tingkatan lima telah pulang kerumah masing masing. Jika ditanya alasan kenapa? Ialah kalau kami pulang ke rumah masing2 agak sukar untuk hadir di esok hari kerana rumah kami berdua agak jauh dari pekan alor setar. Jadi esok nya kami pulang dari maktab di pendang ke pekan alor setar dan petang itu dengan rasmi nya kami mengucapkan selamat tinggal geng2 ku yang diberi nama bolanita yang tidak dipersetujui pun akan tetapi diambil pakai jugak yang diinspirasikan oleh satu dialog dalam filem gol dan gincu.
Shazeli seorang yang bijak pandai dari semua aspek. Dia merpakan ketua pelajar bagi batch kami. Geng Bolanita terdiri dari ahli yang pelbagai cuma kami tiada antara kami yg ‘sports person’. Aku dengan Shazeli tidaklah terlalu rapat aku lebih rapat dengan Syed, Syafiq dan Kalis. Manakala Addin, Fizi dan Zakuan agak kurang tapi masih lagi rapat kerana dalam geng kami lebih ambil tahu pasal hal yang berkaitan antara kami berlapan. Ya jika ditanya aku tidaklah akrab dengan Zakuan tapi aku rapat jugak dengan Addin yang mana rapat degan Fizi yang mana akrab dengan beliau. Lagipun kami geng kan itu yang penting.
Tak takut kah malam tu? Tidak! Pasal kami punya seronok habis sekolah perasaan tu terlalu overwhelm sampai tak fikir negatif2 hantu2 semua tambahan esok nak keluar berseronok jumpa geng jalan2 kat mall. Bekalan pakaian semua telah diserahkan kepada ibu bapa kami dimana mereka datang ambil dihari terakhir tersebut jadi yang tinggal bersama aku satu beg galas sahaja. Esok tu kami nak naik bas atau teksi aku terlupa bahangian ini dari maktab ke stesen bas pendang. Yang lawaknya masa kami berjalan keluar diesok pagi tu boleh pulak terserempak dengan penolong kanan hal ehwal murid. Masa tu kami dok sembang dengan makcik cleaner dia pun terkejut duk tanya kami kenapa hampa baru balik. Pk Hem masatu Kami panggil pak chot. Dya paling garang dan digeruni pelajar dia pun terpinga pinga mungkin takut jika benda buruk terjadi kerana tindakan itu tidaklah diberitahu siapa2 melainkan geng kami sahaja.
4 notes · View notes
rintihan-galau · 1 year ago
Text
Rumah
Saya udah pernah cerita di tumblr belom, ya, kalo saya tuh sebenernya di awal pernikahan gak berminat punya rumah. Mungkin karena latar belakang saya sebagai orang Betawi, di mana sebagian besar sepupu saya yang udah nikah, tinggalnya di situ-situ aja. Ntar dibikinin rumah kontrakan di tanah bekas kebon ama bapaknya.
Waktu abis nikah kami ngobrol ngobrol, suami saya pengen punya rumah, mobil. Saya orangnya nggak banyak mau kalo barang mahal. Selama bisa hidup tanpa barang itu, gak kepengen. Cuma kalo mau beli, ya gapapa sih saya ngikut aja, tapi harus cash. Saya gamau ngutang. Jadi kita berencana ngumpulin duit total 6 tahun. 1 tahun buat mobil, dan 5 tahun buat rumah.
Saya pas itu cuma tau rumah itu mahal. Tapi gak tau seberapa mahal dan kejamnya kenaikan harganya per tahun. Maklum, gak berminat beli. Cuma saya masih inget muka suami saya pas itu masih polos banget, berbinar-binar membayangkan nanti pas kita seumuran Mbak R (PNS seangkatan kami yang lebih tua 7 tahun dari saya).
"Nanti pas kita seumuran Mbak R udah punya rumah sendiri," kata dia.
"Wah, kasian bener ini bocil ngarep banget," pikir saya.
Waktu itu kami masih muda, polos, dan penuh semangat. Kawan-kawan saya yang lebih tua dan berpengalaman dalam hidup banyak yang merasa kalo saya gak realistis. Mana bisa ngejar harga tanah? KPR itu udah paling bener! KPR bukan riba, KPR itu kebutuhan, KPR itu solusi!!!
"Tabungan doang banyak tapi gak punya aset chuaksss."
Saya emang hobi nabung, jadi saya gak merasa berat hidup prihatin. Sebenernya saya malah gak merasa terlalu hardcore sih, nyaman-nyaman aja. Tapi ada kali 73648302 kali suami saya ngeluh kenapa dia mau beli apa-apa susah, gak kayak temen-temennya yang bisa jajan, bisa jalan-jalan, gonta-ganti hp dan sebagainya.
"Dasar bocil, ini semua kan karena ente yang pengen," batin saya.
Kadang kalo malem saya gak bisa tidur, saya bikin simulasi tabungan dan kenaikan harga properti per tahun. Saya makin gak bisa tidur.
Kadang kalo saya males berangkat kerja, saya langsung buka mbanking ngecek saldo dan ngitung berapa duit lagi buat bisa beli rumah. Saya makin males berangkat kerja.
Tantangan beli properti cash itu di mana mana sama. Kenaikan harga rumah tidak diikuti kenaikan penghasilan. Harga rumah naik terus, gaji PNS gak naik-naik. Kalo pun naik kagak berasa. kayaknya sejak saya nikah sampe sekarang gaji suami saya cuman naik 200 ribuan. Belum lagi COVID yang bikin tunjangan PNS dipotong 50%. Belum lagi saya resign sebelum tanah aja kebeli. Tapi alhamdulillah (anehnya) target pas awal nikah dulu tercapai juga.
Perjalanan dari dulu sampe sekarang tuh panjaaaang banget. Dari nabungnya, nyari tanahnya, ngurus legalitasnya, bangun rumahnya. Kayak lari marathon. Penuh keringat dan air mata.
Ya alhamdulillah juga akhirnya 1 Agustus kemaren bisa nempatin rumah yang baru selesai dibangun. Bahkan setelah pembangunan pun masih ada hal-hal yang belum diperbaiki. Tiga hari lalu kami ulang tahun pernikahan yang ke-6, tapi gak bisa merayakan karena kontraktornya dateng buat benerin cat yang bermasalah. Agak sedih tapi gak apa-apa.
Yang penting udah punya rumah.
2 notes · View notes
prhndini · 2 years ago
Text
Lima Sekawan: Berkelana
Novel anak legenda karangan Enid Blyton ini memiliki judul asli "Five Go Off in a Caravan". Dalam bahasa Indonesia kemudian diberi judul "Berkelana". Buku ini merupakan seri petualangan ke-lima dari Lima Sekawan, yaitu sekumpulan remaja yang gemar menjelajah. Mereka adalah Julian, Dick, Anna, George, dan anjing mereka, Timmy.
Seperti judulnya, plot yang diusung adalah petualangan dan memecahkan misteri. Kali ini, Lima Sekawan bertualang dengan menaiki karavan menuju rombongan sirkus yang sedang bermukim di Danau Merran. Mereka ingin bermain dengan kawan baru mereka, Nobby--salah satu anggota sirkus, orang-orang, dan hewan-hewan sirkus. Namun sesampainya disana ternyata mereka harus menghadapi penjahat yang memiliki rencana licik.
Sudut pandang yang digunakan adalah orang ketiga dan alurnya maju. Narator menceritakan kisah dengan ritme campuran. Ritme lambat digunakan untuk mendeskripsikan latar tempat, waktu, dan suasana, sehingga benar-benar mengantarkan imajinasi pambaca untuk mengikuti perjalanan mereka. Seru sekali! Sedangkan ritme cepat banyak digunakan saat mereka menghadapi penjahat.
Karakter utama dalam tokoh ini tentu saja adalah Lima Sekawan. Julian merupakan anggota tertua, ia adalah kakak kandung Dick dan Anne. Ia memiliki sifat yang bertanggung jawab. Dick yang memiliki sifat cerdik adalah adik Julian dan kakak Anne. Anne sendiri walaupun paling muda tetapi ia sangat pintar memasak. Ia sebenarnya menyukai kedamaian dan paling tidak suka menghadapi konflik. Sedangkan Georgina adalah sepupu dari tiga bersaudara tadi. Ia seorang perempuan tomboy yang keras kepala. Usianya dibawah Dick dan diatas Anne. Mereka berempat selalu ditemani oleh Timmy--anjing Georgina yang sangat lincah, penurut, dan menyayangi tuannya. Lima Sekawan sama-sama memiliki sifat pemberani dan sangat penasaran. Hal inilah yang memicu berbagai konflik baru hingga melibatkan mereka dalam berbagai petualangan.
Dalam "Berkelana", Lima sekawan bertemu dengan Nobby yang ceria dan pandai berteman. Lalu ada Paman Dan--pelawak dan paman Nobby yang berwajah cemberut dan cepat marah serta Lou, ahli atraksi, yang memiliki sifat yang sama sama jahat dan tidak menyenangkan. Sayangnya, karakter penjahat kurang terasa sifat jahatnya. Terlalu lemah dan sembrono, sehingga agak terasa janggal. Namun hal ini bisa dimaklumi karena sasaran utama pembaca adalah anak-anak.
Dialog yang mengalir membantu membangun suasana yang seru dan cukup menegangkan. Selain itu, dialog juga digunakan untuk menceritakan karakter dan menggerakkan plot. Enid blyton juga menyelipkan pesan moral dengan gamblang pada dialog. Yang pertama ditunjukkan saat ayah dari tiga bersaudara mempercayakan Julian sebagai ketua perjalanan, karena dalam suatu perjalanan harus ada satu orang yang bertindak sebagai pemimpin. Ia menasihati anak-anak lain untuk mematuhinya. Pesan yang kedua ditunjukkan saat Julian membeli kebutuhan pokok pada istri petani dengan membayar kontan. Istri petani sangat senang karena Julian tidak berhutang, menurutnya hutang tidak boleh dibiasakan karena dapat membuat kesulitan di masa depan. Hal ini sangat bagus karena anak-anak dapat dengan mudah mempelajari pesan moral ini.
3 notes · View notes
sausallina · 2 years ago
Text
Agil mengabarkan diri ke media sosial bahwa dia sedang perjalanan pulang dari negeri tempatnya merantau yaitu Swiss ke kampung halaman di Cilacap. Bella yang akrab dengan Agil sejak kuliah mengajak Agil menemaninya kondangan di Magelang melalui kolom obrolan pribadi di media sosial, "Gil, tanggal 24 September bisa tolong temani aku kondangan di nikahan sepupu?". Sepupunya menikah dan Bella tak ingin melewatkan kesempatan kepulangan Agil untuk bersamanya dan bisa menunjukkan kepada sanak keluarga Bella bahwa dia dekat dengan Agil. Agil yang seorang karyawan salah satu perusahaan di Swiss menolak ajakan Bella dan meminta maaf, "Ga bisa Bel, maaf ya".
Agil mengambil cuti dari pekerjaan dan pulang kampung untuk menikah, ia telah melamar sejak tiga bulan lalu gadis yang diidamkan nya tanpa diketahui banyak orang, termasuk Bella. Padahal Bella begitu mengharapkan kehadiran Agil di pernikahan sepupunya untuk dikenalkan kepada keluarganya bahwa Agil calon nya di masa depan. Bella berpikir Mama pasti bahagia dan sakitnya seakan bisa reda jika Bella bisa menyusul melanjutkan hidup di Swiss tempat mamanya membangun usaha kafe makanan nusantara.
Mama Bella sudah menginjak usia hampir 65 tahun dan sudah rutin check up ke Dokter selama dua tahun ini. Sementara kafe masih dikelola oleh adik Mama Bella karena Bella belakangan harus menemani dan merawat ibunya check up. Bella adalah anak satu-satunya yang bisa melanjutkan usaha mamahnya dan ia berharap Bella bisa menikah dengan orang yang berencana hidup lama di Swiss. Bella berusaha bertanya kepada Agil waktu luang yang dimiliki selama di Indonesia dan Agil tak membalas. Agil merasa bingung keakraban nya selama ini ternyata membuat Bella mengidamkannya sebagai pasangan hidup.
Tiba hari Agil berbagi kabar bahagia dengan font besar di tengah halaman layar ponsel bertuliskan dua nama insan. Bella mengomentari, "Tria dan Nayla itu kamu?". Agil menjawab, "Iya, betul. Mohon doanya ya, Bel". Agil Triaksana adalah Agil, kerabat di kediamannya banyak yang memanggil Tria. Bella kemudian tak membalas lagi pada kolom obrolan pribadi mereka.
#5CC #5CC7 #dioramacareerclass #bentangpustaka
Tumblr media
2 notes · View notes
nonaatata · 2 years ago
Text
Telat
Aku menikmati pemandangan kebun tembakau yang mulai melebat. Daunnya yang mulai melebar memamerkan serat beludru khas tumbuhan tembakau yang mulai beranjak dewasa. Mataku terpesona melihat pemandangan sehijau ini secara langsung. Sinar matahari yang mulai bersinar malu-malu menambah pemandangan pagi semakin menakjubkan.
Telpon pintarku berbunyi. Tanda pesan whatsapp masuk. Pesan sepagi ini pasti dari ibu. 'Mbak, selama apapun mbak di sana jangan lupa memberi kabar ibu setiap hari, ya.' Ah, ibu, selalu membuatku rindu.
Perjalananku kali ini adalah tentang memulihkan batin atau bolehlah dinamai meredam tekanan. Aku yang tahun ini beranjak ke angka tiga awalan usianya semakin ramai dibicarakan, semakin gaduh diberi tekanan. Tentu saja ini tentang menikah, tentang berumah tangga.
"Tidak malu sepupumu sudah dua lho yang menikah. Usia mereka lebih muda lho darimu."
"Itu sepupu yang sebaya dengan adikmu sudah dua anaknya. Teman-teman yang sebaya adikmu juga sudah banyak yang nikah."
"Pilih yang seperti apa, sih. Jangan terlalu milih, lah. Telat nikah nanti."
"Dek, perempuan itu punya masa subur. Kamu gak nikah-nikah gak takut masa suburmu keburu habis."
"Makanya sholat malamnya yang rutin. Supaya jodohmu cepat datang."
Orang-orang berpendapat, mengomentari tanpa ku minta. Mencercaku dengan perkataan biasa hingga luar biasa. Memberiku nasihat tanpa aba-aba. Terkadang membuatku tersenyum biasa. Namun tak jarang juga membuatku meneteskan air mata.
Hmm, tanpa ditambahi perkataan-perkataan seperti itu pun pikiran dan perasaanku sudah sepenuh ini. Ada malam-malam yang diam-diam ibuku datang ke kamar, memelukku tiba-tiba. Ibu tahu aku tidak baik-baik saja. Tahu betul alasanku ketika izin melakukan perjalanan seperti saat ini. Untuk menenangkan hatiku yang kadang sulit untuk diminta tenang.
'Mbak, coba deh ke pasar dekat situ. Ada penjual jenang dan dawet anget kesukaan ibu. Siapa tahu mbak suka. Ada penjual bakso yang dulu jadi kesukaan mbak juga.'
Pesan dari ibu kembali kuterima. Aku tersenyum, lalu mengetikkan pesan balasan.
5 notes · View notes
sua-kata · 1 month ago
Text
Instead of membandingkan diri sendiri dengan orang lain, merasa diri tak lagi berharga atau overthinking dengan hal-hal receh, mari kita mulai kebiasaan baru di laman tumblr ini. Yaitu dengan memulai jurnal syukur. Minimal tiga hal yang perlu dituliskan setiap harinya sebelum tidur. Aku mulai duluan, ya.
Aku bisa bangun pagi, menyiapkan sarapan dan membereskan rumah dengan cepat sebelum pergi ke rumah ortu
Diberi kesempatan untuk berkumpul dan makan bersama keluarga dengan perasaan sukacita
Melihat anakku bahagia bermain bersama sepupu-sepupunya
Wah, ternyata ada lebih dari 3 yang perlu kusyukuri hari ini. Namun tak apa, ku mulai kebiasaan baru ini dengan hal kecil terlebih dahulu agar berkesinambungan. Bismillah.
0 notes
horrorbanget · 2 months ago
Text
Peristiwa Pohon Jambu
Peristiwa aneh pernah menimpaku ketika aku tak sengaja mengingat tiga kejadian di masa depan, ya, DI MASA DEPAN. Dulu saat usiaku sembilan tahun, tepat di hari ke dua puluh di Bulan Ramadhan, aku terjatuh dari ketinggian yang membuatku tak sadarkan diri dan hilang ingatan sementara. Bukan jatuh dari pesawat atau gedung tinggi, tetapi dari pohon jambu yang tak lebih dari 7 meter tingginya. Saat ingatanku pulih kembali dalam jangka tiga hari, aku mengingat tiga peristiwa yang tidak pernah kualami sama sekali. Justru, peristiwa dalam ingatan itu terjadi ketika aku sudah berusia dua puluh tahun kemudian.
Biar kuceritakan. Sore hari menjelang satu jam menuju waktu berbuka, aku dan temanku naik ke sebuah pohon cermai yang kebetulan sedang berbuah lebat. Kala usiaku saat itu, aku memang hobi memanjat pohon. Bahkan tak jarang di hari biasa bukan Bulan Ramadhan, aku membawa jajananku ke atas pohon dan memakannya di atas sana.
Karena sudah semakin sore, orangtuaku menyuruhku untuk turun, namun tak kuhiraukan. Sementara temanku sudah turun dan pulang. Gemas dan khawatir karena aku belum juga turun, aku sampai diingatkan oleh kakek buyutku. Omong-omong pria tua bangka itu seorang kiai setengah dukun. Atau dukun berkedok kiai? Ah, tidak tahu. Intinya dia menyuruhku turun, namun dari ucapannya terdengar seperti menyumpahiku.
“Turun sia, cilaka siah ku sanékala. Labuh, modar ngké. Turun haburu!” (turun kau, celaka gara-gara senja, loh. Jatuh nanti mati. Cepat turun!) Kakek buyutku itu berteriak di balik pintu rumah reotnya.
Kali ini aku mendengar dan memutuskan untuk turun dari pohon cermai tersebut. Hanya saja, aku tak pulang ke rumah, tetapi kembali naik ke atas pohon yang berbeda. Ke sebuah pohon jambu yang tumbuh di bagian ujung bawah (bagian kaki) kuburan nenek buyutku, istrinya si kakek dukun tadi. Kebetulan, sepupu laki-lakiku sedang di atas pohon juga. Jadi, bisa dikatakan anak-anak lain juga suka sekali memanjat pohon.
Ah, iya, aku ingat saat akan menaiki pohon jambu itu aku membawa sebuah mainan dari lilin berwarna merah yang kubentuk bulat seperti buah apel. Kemudian aku pamerkan mainan itu ke sepupu laki-lakiku yang sudah berada di atas lebih lama tengah bermain dengan ponsel Nokia kuno dengan earphone menyumbat telinganya. Seperti yang bisa ditebak, dia tak mendengarku, lantas tanpa babibu lagi, aku langsung memanjat pohon itu, otomatis menginjak kuburan bagian bawah almarhum buyutku.
Saat di atas, beberapa menit aku menikmati keberadaanku, melihat pemandangan dari atas, merasakan angin sore berembus, suara gemeresik daun yang tertiup udara, namun karena lama kelamaan aku merasa bosan, aku ingat ketika itu dua tanganku meraih sebuah dahan sangat kecil, berniat menggelantung sambil berayun dan … GEDEBUK! Aku tidak ingat apa pun setelah itu.
Tiba-tiba saja aku terbangun di ranjang dengan luka di punggung dan di kepala bagian samping kiri, dan ternyata itu sudah hari ke dua puluh satu Bulan Ramadhan. Pikiranku benar-benar kacau saat itu, orang-orang banyak yang katanya menjenguk, tetapi aku tidak merasa sakit. Kakakku memberikan obat luar berupa salep untuk ia gunakan di punggungku, katanya banyak luka di sana, sungguh aku tidak merasa sakit sama sekali.
Dua hari berlalu, orang-orang kembali membicarakanku. Ibuku, dia merasa geram dengan pohon jambu itu yang ia anggap menjadi penyebab aku kecelakaan, karena itu ia menebang pohon tersebut sehari setelah aku jatuh. Mereka menceritakan semua padaku. Mereka bilang aku jatuh tepat di atas kuburan nenek buyutku, kepalaku hampir saja menimpa sebuah batu besar penanda makam, namun mujur, masih meleset dan hanya menimpa batu kerikil dan tanah kuburan yang keras, tetapi luka-lukanya tidak boleh disepelekan. Aku diberitahu bahwa keadaan sangat ricuh sesaat setelah aku ditemukan jatuh. Kakakku berteriak-teriak meminta tolong sembari memangku tubuhku yang terkulai tak sadarkan diri, ibuku kelimpungan menangis mengira aku … ya tuhan, dia mengira aku mati. Orang-orang berdatangan penasaran siapa anak kecil yang katanya jatuh dari pohon jambu di waktu hendak berbuka puasa. Orang yang biasa menabuh beduk pertanda buka puasa, ia malah ikut mengerumuniku dan melewatkan waktu berbuka tanpa menabuh beduk, akhirnya orang-orang heran kenapa waktu berbuka hari ini terasa lama. Salahkan si penabuh beduk itu.
Mereka juga bilang bahwa aku di bawa ke kakek buyutku yang sebelumnya menyumpahiku. Kakek dukun itu menjampi-jampi dan menyemburkan air dari mulutnya tepat di wajahku. Iyuhh! katanya aku celaka karena ulah jin yang iseng di sore hari menjelang malam atau sanékala.
Kata mereka pula, aku sempat sadar, namun demi apa pun aku tidak ingat. Dan, katanya karena jampi-jampi kakek buyutku tidak mujarab akhirnya aku dibawa ke klinik dan luka tak terlalu besar di kepalaku dijahit di sana. Kakak dan pamanku yang membawaku dengan sepeda motor.
Tiga hari berlalu di mana ingatanku mulai pulih. Saat keadaan kembali normal aku mulai berpuasa kembali karena merasa sudah sehat. Perlahan aku mengingat mengapa aku sampai jatuh, aku ingat mainan dari lilin berwarna merah itu, aku juga ingat aku sempat sadar ketika orang-orang mengerumuniku dan aku memanggil ibuku dengan lirih, aku ingat ketika di pelukan kakakku saat di motor mataku terbuka dan melihat pemandangan kabur malam hari dengan lampu-lampu di jalan raya dan suara deru kendaraan, saat aku di klinik sedang ditangani seorang dokter, aku ingat semuanya.
Aku jadi banyak melamun setelah itu. Hingga suatu pagi setelah mandi, aku kembali mengingat sesuatu. Aku ingat pernah melihat bangkai mayat perempuan berbadan gemuk mengambang di rawa. Tubuhnya semakin besar karena membengkak di air, dan, aku ingat aku turun ke rawa dan mencium bau busuk dari bangkai tersebut, bahkan aku ingat beberapa belatung dari bangkai itu menggerayangi betisku. Rasanya geli.
Beberapa hari kemudian, saat berbuka puasa, dua hari menjelang lebaran, di kepalaku teringat sesuatu, aku berjalan di atas tumpukan mayat dengan kaki telanjang. Aku dapat merasakan kakiku menginjak tulang belulang dan daging manusia yang sudah menghitam. Jumlahnya banyak, benar-benar sebuah tumpukan mayat.
Terakhir, aku teringat di mana aku memasuki sebuah gua yang dialiri sungai. Gua itu gelap, dingin dan senyap. Aku melihat cipratan darah di beberapa batu sungai yang kulewati, serta sebagian air sungai yang mengalir berwarna merah berbau anyir. Hanya dalam ingatan itu aku tidak sendirian, seorang pria yang tak kukenali wajahnya mengatakan padaku bahwa seorang anak kecil telah terbunuh di gua tersebut.
Aku ragu, sempat bertanya pada diri sendiri, apa benar peristiwa dalam ingatan itu benar-benar pernah aku saksikan selama aku hidup? Dan, kapan tepatnya?
Waktu itu aku terlalu kecil untuk memahami semua itu, jadi aku tidak menganggap hal itu serius. Aku pikir itu hanya mimpi buruk di malam hari. Tidak kuceritakan kepada siapa pun. Aku beraktivitas seperti biasa, bermain, sekolah, tetapi untuk beberapa waktu aku tidak mencoba memanjat pohon lagi. Masih ada sedikit rasa trauma ketika melihat pohon tinggi.
Sebelas tahun berlalu, tepatnya saat aku menginjak usia kepala dua. Kejadian terjatuh dari pohon jambu itu selalu terbayang hingga aku dewasa. Aku berusaha melupakannya karena menurutku itu peristiwa yang memalukan, tetapi ingatannya malah semakin jelas. Di usia sepuluh sampai tiga belas tahun tak jarang teman-teman mengejekku karena kejadian itu. Memanggilku si bocah degil yang jatuh dari pohon menimpa kuburan. Menyebalkan.
Dan, terkait ingatan-ingatan janggal itu, aku justru dihadapkan dengan situasi yang berat selama menjalani tahun itu.
Yang pertama, ketika itu aku tengah pulang dari tempat kerjaku di sebuah toko pakaian, aku pulang dengan angkutan umum hanya sampai gapura perbatasan kampung, selebihnya berjalan kaki cukup jauh hingga sampai ke rumah. Hari sudah hampir gelap, dan lampu jalan hanya beberapa yang sudah menyala. Ketika sedang menyusuri jalan menuju rumah, aku melihat kerumunan orang di pinggir danau.
Meskipun harus segera pulang, tetapi aku penasaran apa gerangan terjadi di sana. Akhirnya, aku menghampiri dan menyelusup di antara kerumunan tersebut hingga terlihat garis polisi di pinggiran danau yang menghentikan langkahku. Terdengar dari riuh orang-orang membicarakan sesuatu di ujung danau, tetapi tidak jelas.
Terlihat beberapa orang dengan pelampung oranye turun ke danau. Aku belum mengetahui hendak apa mereka sampai mencemplungkan diri ke danau. Setelah beberapa saat akhirnya mereka menarik sesuatu di balik rimbunan tanaman rambat yang ada di ujung danau. Alangkah terkejutnya aku saat beberapa orang pria itu menarik mayat seorang perempuan ke permukaan.
Tidak, tidak mungkin. Mataku terbelalak dan tak berkedip melihat mayat itu. Mayat yang sama yang aku ingat setelah peristiwa terjatuh dari pohon jambu dulu. Perempuan berbadan besar, tubuh sudah membengkak, hanya saja bukan digerayangi belatung, melainkan ikan-ikan kecil yang memakan bangkai perempuan tersebut. Aku tidak tahu apakah dia warga kampung sini atau bukan. Dilihat dari kondisinya seperti sudah berhari-hari berada di air. Satu bola matanya sudah hilang, entah hanyut di air atau ditelan ikan yang lebih besar. Perutku terasa mual saat itu dan aku memutuskan untuk segera pulang.
Beberapa hari setelah penemuan mayat perempuan itu, diketahui dari keterangan polisi bahwa wanita itu memang bukan warga kampung ini karena tidak ada laporan orang hilang sejauh ini. Identitasnya sulit diketahui karena wajahnya sudah hancur, namun setelah dilakukan autopsi, perempuan malang itu mengalami luka akibat benturan benda tumpul yang terlihat dari retakkan tulang bahunya, tulang lehernya dinyatakan mengalami patah diduga akibat pukulan juga.
Aku tak berbicara pada siapa pun tentang apa yang telah kualami. Aku yakin mereka akan sulit untuk percaya. Di sisi lain, sesuatu seolah menghalangiku untuk membicarakan tentang ingatan-ingatan itu pada orang lain.
Tumblr media
0 notes
nuritawa · 9 months ago
Text
Safari Masjid Musholah
Di malam Ramadhan ini tiap buka pintu rumah setelah sholat terawih, Bapak akan memberikan info terupdate jumlah barisan shaf sholat. Kadang aku membalas informasi itu dengan serius, tapi lebih sering ku jawab bercanda buat mencairkan suasana.
Dalam tradisi masyarakat di dusun kami, masjid bukanlah tempat utama untuk mengikuti shalat terawih selama ramdhan. Karena sepanjang gang dan permukiman masyarakat, selalu ada saja terselip surau-surau kecil yang kadang jamaahnya bisa diisi bapak-bapak dan ibu-ibu, atau khusus untuk jamaah perempuan saja. Itu kenapa masjid di dusun kami isinya tidak bisa diharapkan penuh sampai ke teras masjid. Pertama karena memang masyarakatnya tersebar di surau kecil, atau bisa jadi, ya, memang langkah kakinya yang terasa berat.
Sepanjang sejarah hidup ku selama tinggal di dusun, sepertinya belum sekalipun aku ikut terawih di masjid utama. Langkah ku ke masjid mungkin bisa dihitung jari, dalam setahun paling cuma 2-3 kali saja, yep! saat shalat idul fitri atau idul adha. Sisanya kami para perempuan lebih dianjurkan shalat berjamaah di surau dengan imam shalat adalah bapak,uwak, pak lik, atau abang sendiri.
Surau kecil yang ada disini tergolong sangat banyak dibandingkan dengan jumlah warganya. Di sekitar rumahku saja sudah ada tiga surau, tepat di samping kiri dan dua surau didepan rumah selisih 2 rumah ke arah depan. Terus bagaimana dengan jumlah jamaahnya? Alhamdulillah, saat Ramadhan tiga-tiganya ramai diisi penuh jamaah perempuan.
Sangking banyaknya surau disekitar rumah, dulu almarhumah ibu punya jadwal khusus untuk membagi jadwal shalat terawih. Alasannya sederhana, karena semua surau yang ada adalah peninggalan nenek buyut yang mana kami sebagai cucunya punya kewajiban buat ikut meramaikannya. Terus kata ibu dulu, kalau dalam sebulan tidak ikut nyempil ikut terawih disalah satu surau pasti akan dibombardir pertanyaan marbot surau.
Sepuluh hari Ramadhan pertama ibu akan mengajak ku shalat terawih di langgar (re:surau) panggung, literally memang bangunannya bertingkat dua. Dulu anak-anak kecil punya kepercayaan, hanya anak-anak yang sudah bisa membaca al-qur’an saja yang boleh ikut shalat terawih di langgar atas. Sedang langgar bawah dikhususkan untuk anak-anak kecil yang memang batas ngajinya masih menggunakan iqra berjilid.
Setelah sedewasa ini, aku baru memahami jika langgar panggung adalah tempat ibadah ramah anak. Sejak dulu anak-anak berusia berapapun diperbolehkan untuk ikut terawih. Entah itu sambil diselipi suara teriakan atau tangisan, semua jamaahnya mewajarkan kejadian itu semua. Bahkan imam mushalah selalu memberikan ruang untuk semua anak kecil buat bermain setelah shalat  terawih selesai.
Dulu masih kuingat betul, di langgar bawah ada satu tiang berada ditengah ruangan. Spot itu jadi tempat favorit anak kecil manapun buat lari berputar, macam bermain dance pole. Sampai saat ini pun tiang ruangan itu masih jadi tempat favorit anak-anak.
Di sepuluh malam Ramadhan ke dua, ibu menjadwalkan ikut berjamaah di surau agak jauh dari rumah. Mushalah ini sengaja dibangun saudara kami, dan jadi tempat favorit ku saat kecil. Karena bisa jadi ajang bertemu sepupu, dan tentu saja jam bermain ku akan semakin banyak. Lebih dari itu, anak kecil yang baru memasuki jilid lima sampai enam, bisa mendapatkan kesempatan ikut mengaji menggunakan microphone musholah, yang suaranya bisa didengar masyarakat dusun. Kalau sudah bisa mengaji menggunakan mic, seolah-olah anak kecil di dusun ini sudah mendapatkan prestasi luar biasa dalam sejarah proses belajar mengaji mereka, hahahaha.
Terakhir, di sepuluh malam terakhir Ramadhan, ibu akan mengajak ku terawih di langgar almarhum Nang Muhin persis disebelah timur rumah ku. Kenapa menjadi yang terakhir, karena musholah ini jadi satu-satunya musholah yang mengadakan tadarus malam sampai Ramadhan selesai dibanding musholah lain di sekitar rumah ku. Sedang musholah lain akan menutup pintu setelah hatam beberapa kali dan melanjutkan tadarus di rumah masing-masing.
Yang ku ingat betul, musholah Nang Muhin menjadi musholah paling sepi sekaligus paling kuat bertahan selama Ramadhan. Mungkin dulu karena bangunan musholah yang cukup sederhana, dengan alas lantai berupa tikar jerami, yang tentu saja beberapa helainya sudah lapuk dimakan usia. Biasanya jamaah musholah ini adalah para lansia, dan jarang sekali anak muda yang mau ikut berjamaah disini. Eits, meskipun begitu musholah Nang Muhin jadi berkesan gegara tiap kali tadarus tidak pernah absen jenis makanan yang disediakan para nenek-nenek yang ada disini, hehehe.
Semua perjalanan jamaah ku selama terawih semasa kecil ini menjadi tabungan memori luar biasa. Bayangan betapa serunya berkeliling tempat ibadah itu nyata dalam hidup ku. Karena kebiasaan ibu itulah yang membentuk aku jauh lebih berani berinteraksi dengan siapapun dengan range usia yang berbeda-beda. Bahkan saat ibu mulai sakit dan tidak bisa ikut jamaah di musholah, aku dengan santainya masih bisa berkeliling musholah tanpa rasa sungkan dengan siapapun. dan tentu saja masih berani ikut berkumpul untuk tadarus sampai tengah malam bersama ibu-ibu.
Terkadamg aku juga heran, kenapa aku se-pede ini untuk bertemu siapapun. Berani berkomunikasi langsung bahkan bertukar cerita dengan orang lain tanpa rasa takut. Oh, ternyata itu karena almarhumah ibu yang memberikan pendidikan inetraksi sosial yang luar biasa.
Kalau sudah berkumpul dengan ibu-ibu saat tadarus, aku seolah melihat ibu ikut berkumpul dengan mereka. Cara mereka bercerita seolah terlihat antusias ibu untuk mendengarkan, pun kalau beruntung aku akan mendapatkan cerita baik soal mendiang ibu. Sejauh yang ku tahu ibu adalah pendengar yang baik buat siapapun, itu kenapa ada saja orang yang suka bercerita dengan beliau. Kalau ditelisik lebih jauh, ibu juga menjadi pendengar yang pemilih. Tidak mudah menerima cerita sembarangan, apalagi yang berbau gosip. Aku masih ingat, ibu pernah bilang suka pusing kalau misal diajak rumpi ibu-ibu yang lain, wkwkwkw.
Saat Ramadhan seperti ini, sesibuk apapun aktivitas aku selalu berusaha ingin ikut berjamaah di musholah di sekitar rumah. Karena di sana aku melihat ibu dengan kasih sayangnya, segala ilmu yang ia memiliki, sepenuh rasa taatnya kepada sang pemilik hidup.
Perjalanan mengenang itu memang tidak akan memiliki batas. Karena kenangan bisa jadi tertinggal dalam sebuah tempat, pada satu benda, atau mungkin hanya terciptanya suasana. Layaknya sebuah kenangan yang tercipta di masa lalu, ia cukup dikenang saja sebagai pelajaran, bukan menjadi penghambat perjalanan.
Meskipun kenangan itu membangkitkan rasa rindu mendalam, aku masih ingin terus mengingatnya. Mengingat betapa berharganya ibu dalam setiap pembentukan diri ini.
Banyuwangi, 31 Maret 2024 | nuritawa
0 notes
thallashopile · 10 months ago
Text
*Part 1 Kisah Saidah Hajar, ibunda kota Makkah*
Kisah ini pasti sudah tidak asing lagi, kan?
Dalam rukun haji itu tidak ada rukun minum atau mandi air zam-zam tapi Sai tanda bahwa Allah memuliakan ikhtiar Saidah Hajar ketika mencari Air artinya _se-begitu Allah sangat menghargai ikhtiar)_
And, ada part yang sangat lucu dan gemes menurutku, fokus kepada Saidah Sarah 🤣 btw, Bunda Sarah yang minta nabi Ibrahim nikahin bunda hajar, yang pada awalnya ditolak oleh nabi Ibrahim. _Beliau yang minta, beliau yang cemburu dan beliau yang marah_🤏🤣🤣
Itulah sebab Saidah Hajar di ungsikan ke bakkah lalu ketika nabi Ibrahim hendak meninggalkan Saidah Hajar, Allah perintahkan kepada nabi Ibrahim untuk segera meredakan kecemburuan Saidah Sarah
Btw, nabi Ibrahim dan sayyidah Sarah sepupu ternyata ✌️
"kalau perempuan itu ada di depanku sekarang , demi Allah akan aku ~potong tiga bagian tubuhnya~"
"Perempuan itu, yang dikatakan bukanlah fakta tapi hanya sebatas ungkapan perasaan"
Ust Salim Afillah✌️
0 notes
havinamirsya · 11 months ago
Text
Post Miscarriage Story #3
Let's go on another story.
Gue sedang telat haid, udah telat 6 hari. Tapi udah dua kali testpack dan hasilnya masih negatif. Padahal beberapa hari lalu ngerasain mual, muntah, perut kembung, badan sakit-sakit, lemes. Walaupun kadang berasa kadang engga sih. Gue kepo banget tapi takut sama hasilnya ga sesuai keinginan. Udah mau bulan puasa, mau lebaran, takut nantinya masih berdua aja tanpa ada hilal kapan bertiga. Sementara adek-adek sepupu yang belakangan nikah udah pada lahiran dan hamil.
Nikah udah tiga tahun, tapi tetep belum kebal sama rentetan pertanyaan orang-orang perihal kenapa gue masih belum hamil. Dua hari ini, FYP TikTok gue banyak lewat tentang pejuang garis dua. Banyak yang gue repost. Entah kenapa juga, dua hari ini hati gue perih ngeliat semua FYP itu. Akhirnya tumpah juga malam ini tangisannya. Sering iseng main filter pregnancy dan mostly hasilnya positif. Semakin berharap banyak tetapi semakin besar juga takutnya. Tetapi, kalau melihat kondisi gue yang sampai hari ini ga ada tanda-tanda mau haid, gue pun mulai berpikir harusnya ini jadai. Tapi kenapa testpack nya masih negatif?
Bohong kalau gue ga pernah iri sama istri-istri lain yang effortless dibanding gue. Gue udah berkali-kali eneg dengan semua upaya promil. Berkali-kali menyerah dan memulai lagi. Kenapa mereka diberi kemudahan sementara gue diberi jalan terjal seperti ini. Belum lagi kalo mikir umur udah 30. Gue mau hamil dan lahiran di umur berapa lagi. Masa nanti anak baru tamat kuliah gue nya udah tua banget.
Nyokap gue sempet nanya, untuk lebaran ini apakah gue dan uda mau beli baju couple. Gue bilang kami ga ada pikiran ke sana karena baju tahun lalu masih bagus. Tadi, nyokap gue usul buat beli baju couple bertiga sama mertua untuk dipake di hari pertama. Gue hanya mengiyakan. Due to these past few days circumstances, di pikiran gue hanya lah "untuk apa beli baju lebaran sementara kehadiran anak yang dinanti belum juga muncul". Kayaknya percuma deh beli baju lebaran tapi gue nya masih belum hamil. Buat apa juga. Nanti dilihat keluarga besar tetap gue dan uda yang masih aja berdua sementara yang lain udah pada gendong anak.
Shit, this way hurts too deep.
Begitulah jika sabar dan penantianmu dirasa terlalu panjang sehingga kamu takut untuk menjawab rasa ingin tahu mu. Terlalu perih melihat garis satu itu.
I pray to God, semoga memang sedang hamil namun belum terlihat saja di testpack. Semoga memang hamil. Izinkan kami di ramadhan dan puasa ini memberi kabar gembira yang telah ditunggu-tunggu keluarga besar kami. Izinkanlah keluarga kecil ini berkembang. Hamba sangat memohon kepada-Mu.
0 notes
sausallina · 2 years ago
Text
"Nang, tangi. Ono tamu, jere meh ketemu koe", mama membangunkan Yoda yang sedang tidur siang setelah lelah mengurus berkas pendaftaran berkas kerja mondar mandir dinas daerah. Yoda berusaha mengumpulkan nyawa yang tadinya terbenam dalam lelap yang baru tiga puluh menit itu, ia agak kecewa ada tamu di siang-siang begini. Tapi dia segera beranjak menata rambut dan menemuinya berharap tamu tak lama dan dia bisa kembali tidur. Ternyata tamu nya adalah tetangganya, satu orang.
Tetangganya mengutarakan maksud kedatangan nya bahwa adik sepupunya yang gadis bermaksud ingin proses menikah yang serius dengan Yoda. Yoda yang baru saja bangun tak bisa menahan kagetnya, wanita yang dimaksud bernama Maia yang tidak pernah sama sekali dia berbincang dengannya.
Setelah berbincang cukup lama, kakak sepupu Maia izin pamit dan Yoda kembali ke lorong tengah rumah. Sontak mama Yoda berkata, "Wong wadon kok nembung, ojo gelem lah", dengan bahasa jawa khas Semarang. Yoda memutuskan tidak menolak dan tidak menerima pada saat itu. Mama Yoda beberapa kali menyampaikan tak setuju, salah satu alasan karena Maia masih ada satu silsilah darah keluarga dengan keluarga mama walaupun saudara jauh.
#5CC #5CC6 #dioramacareerclass #bentangpustaka
Tumblr media
2 notes · View notes
herbal-natural · 11 months ago
Link
0 notes
naufal-portofolio · 1 year ago
Text
Negeri Bawah Air oleh Ary Nilandari: Ulasan Buku
2011
Tumblr media
Tweeps yang lagi nganggur, sambil nunggu isya dan teraweh, gue mau tweet berantai seputar #review lagi nih. Cekibrot! :D
Novel ke 2: Negeri Bawah Air dari Ary Nilandari. Penerbit Balai Pustaka, tahun 2009 [t.co]
Eh, lupa kasih hashtag #review di tweet sebelumnya. Well, cek cover bukunya di foto sebelumnya ya!
Dalam novel anak setebal 150 halaman ini, inti ceritanya adalah tentang petualangan tiga sahabat dan Putri Meutia dalam "Negeri Bawah Air" #review
Kenapa Negeri Bawah Air-nya dikasih tanda kutip? Jawabannya lebih seru kalau baca novel ini sampai tuntas. Dijamin jadi gemes sendiri dah! #review
Alkisah, tiga sahabat (Ridwan, Rambe, dan Chang) bertemu Putri Meutia, yang konon merupakan Putri Mahkota Negeri Bawah Air #review
Putri Meutia bercerita, kerajaan Negeri Bawah Air-nya dikuasai Mentri Rangaswazir yang jahat #review
Izin solat teraweh dulu ya, Tweeps! Nanti kita terusin lagi #review Negeri Bawah Air (NBA)-nya! :p
Terusin ya. Selain itu, ayah dan ibunya (Raja dan Ratu Negeri Bawah Air) dibunuh, juga kedua adiknya (dua pangeran kembar) dikutuk jadi batu #review
Kerajaan Negeri Bawah Air ada di bawah kuasa Rangaswazir. Putri Meutia kabur ke darat. Berusaha menghindari Rangaswazir #review
Rangaswazir berusaha membunuhnya, namun Meutia berlindung di keluarga ibunya di Bandung #review
Saat bertemu tiga sahabat, petualangan dimulai. Setelah itu, kita bakal disuguhkan deskripsi tentang Negeri Bawah Air #review
Dari tengah sampai akhir cerita, kita seolah-olah akan dibawa pada petualang seru. Tapi, apakah penuturan Meutia itu nyata? #review
Namanya anak kecil, bisa aja yang dituturkan Meutia tentang Negeri Bawah Air itu cuma imajinasinya aja. Setelah ditilik lg, ternyata ia korban Tsunami #review
Yup, Tsunami Aceh. Ditambah, Ratna, sepupu Meutia, yang mengelak segala penuturan Meutia tentang Negeri Bawah Air. Tiga sahabat menjadi ragu #review
Haruskah mereka percaya dengan Meutia? Namun, ketiganya tetap mengikuti permainan Negeri Bawah Air-nya Meutia karena kasihan terhadap gadis itu #review
Jadi, untuk mengetahui bagaimana akhir petualangan mereka semua di Negeri Bawah Air, maka bacalah novel ini sampai tuntas! #review
Apakah Negeri Bawah Air itu nyata memang ada? Atau, itu hanya khayalan Meutia semata? Semua dikisahkan dengan keseruan khas anak-anak #review
Bagi gue, di awal-awal, cerita ini udah lumayan seru, tapi di tengah sampai akhir, jadi kurang karena alur jadi "nggak nyambung" #review
Penulisnya kurang berani mengeksplor daya imajinasinya untuk mengembangkan Negeri Bawah Air. Jadi, bakal terasa banget Negeri Bawah Air cuma "tempelan" #review
Gue cukup kecewa ketika konflik diselesaikan dengan cara "begitu aja", nggak nyambung, dan kurang logis. Gambaran tentang Negeri Bawah Air jadi sia-sia, menurut gue #review
Yang seru mungkin ide dasar cerita fantasinya yang menggagas Negeri Bawah Air. Tapi, tema tersebut terasa kurang dikembangkan #review
Ditambah, cara bercerita penulisnya yang kurang hidup dan agak ngebosenin. Nambah lagi kekurangan dari novel ini #review
Negeri Bawah Air, gue ganjar 6 dari 10 bintang. Atas ide dasar fantasi Negeri Bawah Air-nya. Namun, cara berkisahnya yang kurang #review
Sekian #review kali ini. Semoga bermangpaat untuk nusa dan bangsa. LOL. Teurima kasih, Maliihhh! :D
Banyak typo amat ini pas nge-tweet #review Negeri Bawah Air. Maap ya, Sodara-sodara. Lagi batuk-batuk nih #uhukuhuk *tutup mulut*
0 notes
mofartumb · 1 year ago
Text
Sinopsis Film Bangalore Days (2014)
Sinopsis Film Bangalore Days (2014) – Perjalanan roller coaster yang menyenangkan tentang tiga anak muda, Aju, Divya, dan Kuttan yang merupakan sepupu, mencapai Bangalore untuk bermimpi, menemukan & menjelajah! Detail Info Judul : Bangalore Days (2014) Rilis : 30 mei 2014 Negara : India Bahasa : Malayalam Sutradara : Anjali Menon Produser : Anwar Rasheed Pemeran : Nazriya Nazim, Dulquer Salmaan,…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
alternatepen · 1 year ago
Text
Chapter One: Key Card?
Tumblr media
Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara
Peter benar-benar seperti orang kelaparan yang belum makan dan terhampar di gurun sahara selama sebulan. Baru saja mereka duduk dan membuka buku menu, Peter sudah siap memesan untuk dirinya sendiri.
"Kak aku pesan duluan ya," Kata Peter kepada server yang baru akan beranjak meninggalkan tiga pemuda bertubuh jangkung untuk memilih pesanan mereka. "aku mau beef katsu set, gyoza, sama yakiniku beef roll. Untuk minum aku mau hot ocha sama mineral water aja. Boleh diorder dulu gak?"
Server yang sudah berusaha mencatat rentetan cepat pesanan Peter dengan sigap mengulangi pesanannya dengan benar dan melenggang pergi untuk memasukkan order pelanggannya.
Gabriel hanya bisa tersenyum sambil menggelengkan kepala melihat kelakuan sepupunya itu. Ia mencoba mencermati foto makanan yang ada di buku menu, tapi pikirannya melayang ke sebuah benda yang baru ia ingat. Ia merogoh kantong celana putihnya dan mengeluarkan sebuah kartu.
"Guys, do you know where this is?" Gabriel meletakkan kartu berwarna hijau tua bertuliskan Greenview Apartments. "Tadi gue nemuin kartu ini di lift. It's not your apartment, right Jo?"
Joey menoleh ke Gabriel dari buku menunya mengamati kartu yang berada di meja, "Ini key card apartemen seberang UMM, yang sebelah FK. Aneh banget bisa sampe di lift apart gue."
"ANJIR!" Sontak Gabriel, Joey, dan beberapa pengunjung lainnya yang sedang makan di seberang meja ketiga pemuda itu terkaget dengan suara lantang dari Peter. "Bentar guys!" Seketika Peter bangkit dan bergegas ke luar restoran diiringi tatapan bingung Gabriel dan Joey. Apakah Peter jadi gila karena kurang makan?
Gabriel hanya bisa terkekeh, "Peter emang ajaib dari kecil Jo, let him be."
"I know..." Joey membalas sambil menghela napas melihat kelakuan Peter yang kadang di luar nalar dan tak bisa ditebak.
"Anyway kalau lu mau—" belum Joey menyelesaikan kalimatnya, jemarinya merasakan tekstur yang aneh di balik kartu hijau itu, seperti sebuah kertas yang menempel "—apa nih?"
Gabriel yang awalnya tidak menyadari akan label kertas yang sudah usang tapi masih menempel erat. Ia memicingkan mata untuk membaca tulisan di label bertuliskan tinta biru itu, "Itsfelixiano's. Who's that?"
"Dude, if I know, I wouldn't be as confused as you are." Joey juga merasa penasaran. Namun Peter yang kembali dengan rusuh membuyarkan perhatian mereka berdua ke key card yang Gabriel temukan.
"Dude, dompet gue ketinggalan di Studiooooo. Fuuuuuuuuuuuuck" Sekarang Gabriel dan Joey tau mengapa Peter yang tadi seperti orang kesetanan sekarang hanya bisa duduk lemas. "Anjing laaaaah e-toll gueeeeee... gimana mau balik ke rumah ini mah." rengekan Peter entah mengapa terdengar lucu di telinga sepupu dan sahabatnya.
"Lu berdua ngapain sih serius amat liatin kartu?" Tangan cepat Peter menyomot kartu yang dipegang Joey dan mulai ikut kepo. "Lah key card Greenview? Itsfelixiano? Kok bisa di elu Jo?"
"Kenal?" tanya Gabriel hanya dijawab dengan gelengan kepala Peter yang mengamati guratan nama yang baginya tak asing.
"Tapi gue ngerasa pernah denger nama ini." dengan cepat Peter membuka Instagram dan memasukkan nama itu ke search bar.
"INI MAH FELIX JUNIOR GUE DI SOD." Peter berkata lantang sambil memamerkan hasil pencariannya.
"Jadi lu kenal?" Gabriel kembali bertanya sambil memerhatikan profil instagram yang menunjukkan seorang pemuda bernama Felixiano Janaraksa. Ia merasa deja vu saat melihat senyuman di wajah Felixiano, sang empunya key card misterius yang ia temukan.
"Siapa sih yang gak Peter kenal di UMM—No, even se-Jakarta ini?" Joey mengutarakan komentar singkat sembari memanggil server yang berdiri dekat meja mereka, perutnya sudah mulai ikut keroncongan.
"Kenal sih gak, gue jarang main sama dia. Tapi circle dia bawahan gue di senat, mau gue yang balikin?" Tanpa menunggu jawaban dari Gabriel, Peter mengutak-atik ponselnya kembali, berniat mengontak salah satu teman Felixiano.
"Aneh banget." Gabriel mencicit pelan mengutarakan perasaannya. Seperti ada hal yang ia lupakan, tapi tak seharusnya dilupakan. Di mana dia pernah menemukan wajah yang tak asing itu? Jakarta? Hong Kong? Los Angeles? New York? Seribu pertanyaan mulai merundung dirinya.
"Gab, do you wanna order something else, or you just wanna share with me?" Joey membuyarkan wajah Gabriel yang mulai kusut.
"Huh? Yeah Jo, I'll just share what you have. Just hot ocha would do for me. Thanks bud." Jawab Gabriel sedikit tersentak.
"You good?" Joey merasa ada sesuatu yang berubah dari Gabriel dalam waktu sesaat.
"Yeah. All good brooooo." Jawab Gabriel berusaha meyakinkan si calon dokter di sampingnya dengan cengiran lebar. "Nothing to worry about, Doc."
[To Be Continued]
this is a narration from an AU I’m writing on twitter, kindly read the whole thread via link below 🥺
Tumblr media
0 notes