#Teladan Rasulullah SAW Menghadapi Wabah
Explore tagged Tumblr posts
ayojalanterus · 3 years ago
Text
3 Cara Rasulullah Hadapi Wabah Mematikan pada Zamannya
Tumblr media
 KONTENISLAM.COM - Salah satu wabah yang menyerang pada zaman Rasulullah adalah penyakit tha'un. Penyakit ini menular dengan cepat dan membahayakan nyawa seseorang. Dalam Syarah Riyadhush Shalihin Jilid V, dijelaskan bahwa penyakit tha'un adalah penyakit menular. Tidak setiap wabah merupakan tha'un, tapi tha'un biasanya sudah pasti wabah. Penyakit-penyakit tha'un mengakibatkan pembengkakan, borok, dan nanah. Kata tha'un digunakan untuk mengungkapkan tiga hal. Pertama, tanda-tanda yang tampak seperti yang dikatakan para dokter. Kedua, kematian yang terjadi akibat tha'un, sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih, Rasulullah SAW bersabda: "Tha'un adalah kematian syahid bagi setiap Muslim." Ketiga, tha'un juga digunakan untuk mengungkapkan faktor penyebab penyakit ini. Dalam hadits shahih disebutkan: "Tha'un adalah sisa hukuman yang diturunkan kepada Bani Israil." Disebutkan pula dalam hadits lain bahwa, "Sesungguhnya tha'un adalah sengatan jin." Ada juga hadits yang mengatakan tha'un adalah doa seorang Nabi. Disebutkan dalam Ensiklopedi Shalat Jilid 2 oleh Sa'id bin 'Ali bin Wahf al-Qahthani, ada yang menerangkan bahwa tha'un (ath-tha'un) sebagai kematian massal. Ada juga yang mengatakan sebagai penyakit menular yang merusak udara dan anggota tubuh. Tha'un menjangkiti banyak orang di suatu tempat tertentu. Untuk menekan persebaran penyakit tha'un, ada banyak cara yang dilakukan Rasulullah SAW sebagaimana dijelaskan dalam beberapa hadits riwayat. Berikut 3 cara Rasulullah SAW dalam menghadapi wabah mematikan pada zamannya: 1. Berdiam Diri di Rumah Dalam sebuah hadits yang berasal dari Aisyah ra. salah satu cara yang dilakukan ketika wabah melanda adalah dengan menahan diri di rumah dengan sabar seraya mengharap ridho-Nya. نْ عَائِشَةَ، أَنَّهَا قَالَتْ: سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الطَّاعُونِ ؟ ��َأَخْبَرَنِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " أَنَّهُ كَانَ عَذَابًا يَبْعَثُهُ اللهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ، فَجَعَلَهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِينَ، فَلَيْسَ مِنْ رَجُلٍ يَقَعُ الطَّاعُونُ، فَيَمْكُثُ فِي بَيْتِهِ صَابِرًا مُحْتَسِبًا يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا يُصِيبُهُ إِلَّا مَا كَتَبَ اللهُ لَهُ إِلَّا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ الشَّهِيدِ Artinya: "Dari Siti Aisyah ra, ia berkata, 'Ia bertanya kepada Rasulullah SAW perihal tha'un, lalu Rasulullah SAW memberitahukanku, 'Zaman dulu tha'un adalah azab yang dikirimkan Allah kepada siapa saja yang dikehendaki oleh-Nya, tetapi Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi orang beriman. Tiada seseorang yang sedang tertimpa tha'un, kemudian menahan diri di rumahnya dengan bersabar serta mengharapkan ridha ilahi seraya menyadari bahwa tha'un tidak akan mengenainya selain karena telah menjadi ketentuan Allah untuknya, niscaya ia akan memperoleh ganjaran seperti pahala orang yang mati syahid," (HR. Ahmad). 2. Tidak mendatangi tempat terjadinya wabah dan tidak meninggalkan tempat terjadinya wabah Apabila terjadi wabah di suatu tempat, maka dianjurkan untuk tidak memasuki tempat tersebut. Namun, apabila wabah terjadi di tempat di mana kita tinggal, maka dilarang untuk meninggalkan tempat tinggal. عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَامِرِ بْنِ رَبِيعَةَ أَنَّ عُمَرَ خَرَجَ إِلَى الشَّامِ فَلَمَّا جَاءَ سَرْغَ بَلَغَهُ أَنَّ الْوَبَاءَ قَدْ وَقَعَ بِالشَّامِ فَأَخْبَرَهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ بِأَرْضٍ فَلَا تَقْدَمُوا عَلَيْهِ وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا تَخْرُجُوا فِرَارًا مِنْهُ فَرَجَعَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ مِنْ سَرْغَ Artinya: "Dari Abdullah bin Amir bin Rabi'ah, Umar bin Khattab ra. menempuh perjalanan menuju Syam. Ketika sampai di Sargh, Umar mendapat kabar bahwa wabah sedang menimpa wilayah Syam. Abdurrahman bin Auf mengatakan kepada Umar bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, 'Bila kamu mendengar wabah di suatu daerah, maka kalian jangan memasukinya. Tetapi jika wabah terjadi wabah di daerah kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.' Lalu Umar bin Khattab berbalik arah meninggalkan Sargh," (HR Bukhari dan Muslim). Hal tersebut juga dijelaskan dalam hadits derajat Muttafaq 'alaih. Dari Usamah bin Zaid ra, dari Nabi SAW, beliau bersabda: "Apabila kalian mendengar wabah tha'un melanda suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Adapun apabila penyakit itu melanda suatu negeri sedang kalian berada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar dari negeri itu." (HR. Muttafaq 'alaih). 3. Mencari Pengobatan dan Mengharap Ridho-Nya Allah SWT menurunkan penyakit lengkap dengan obatnya. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang berasal dari Abu Hurairah ra. عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ـ رضى الله عنه ـ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏ "‏ مَا أَنْزَلَ اللَّه�� دَاءً إِلاَّ أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً ‏" Artinya: "Diceritakan Abu Huraira, Rasulullah SAW mengatakan, "Tidak ada penyakit yang Allah SWT ciptakan, kecuali Allah SWT telah menciptakan obatnya." (HR. Bukhari). Selain itu, sebagaimana dijelaskan dalam hadits riwayat Ahmad, ketika wabah melanda, dianjurkan untuk senantiasa mengharapkan ridha ilahi seraya menyadari bahwa tha'un tidak akan mengenainya selain karena telah menjadi ketentuan Allah untuknya, niscaya ia akan memperoleh ganjaran seperti pahala orang yang mati syahid," (HR. Ahmad). Sahabat hikmah, cara yang dilakukan Rasulullah SAW tersebut dapat menjadi teladan untuk menghalau persebaran virus COVID-19 seperti saat ini. Wallahu a'lam.(detik)
from Konten Islam https://ift.tt/3qQCw2h via IFTTT source https://www.ayojalanterus.com/2021/07/3-cara-rasulullah-hadapi-wabah.html
0 notes
anekaislam · 5 years ago
Text
Babe Haikal Hasan: Ini Teladan Rasulullah SAW Menghadapi Wabah | Damai Indonesiaku tvOne | #islam #viral >>> Click Link !!!
Jakarta, tvOnenews.com – Babe Haikal Hasan: Ini Teladan Rasulullah SAW Menghadapi Wabah | Damai Indonesiaku tvOne
Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, mestinya kita tahu bahwa pesan untuk selalu menjaga kebersihan sebenarnya telah disampaikan oleh Rasulullah SAW sekitar 14 abad yang lalu, baik melalui ucapan maupun teladan langsung dari Nabi Muhammad SAW. Tujuanya agar umat…
View On WordPress
0 notes
pesantrenpandeglang · 5 years ago
Text
Sikap Rasulullah SAW menghadapi Wabah Penyakit (Bagian 1)
Corona, atau Covid19 masih menjadi ancaman di dunia. Banyak negara menempuh berbagai cara untuk menghentikan penyebaran wabah penyakit ini. Dalam waktu dua bulan, kematian akibat terinfeksi virus Corona telah mencapai lebih dari 2.800 orang
Wabah yang merenggut begitu banyak nyawa dengan sangat cepat tidak hanya terjadi di zaman ini. Bahkan pernah terjadi di zaman Amirul Mukminin, Umar bin Khattab ra.
Saat itu, para sahabat meneladani sikap Rasulullah SAW dalam menghadapi wabah penyakit. Wabah penyakit apakah yang terjadi di zaman sahabat? Dan sikap teladan seperti apakah yang rasulullah ajarkan kepada para sahabat dalam menghadapi wabah penyakit?
Para ulama seperti Ibnu Qayyim dan Imam Nawawi rah.a., menyampaikan bahwa wabah penyakit Tha’un bersumber dari binatang, yakni tikus. Saat itu, Tha’un menjadi penyakit yang mematikan. Bahkan pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, Tha’un pernah menjangkiti negeri Syam, hingga menewaskan sekitar 25.000 muslimin termasuk para sahabat terbaik r.a.
Kisah Tha’un dan Sikap Pemimpin Syam dalam meneladani Rasulullah SAW
Suatu hari, Umar bin Khattab r.a. beserta rombongan melakukan perjalanan dari pusat pemerintahan di Madinah menuju Syam. Ketika sampai di perbatasan Yordania, Umar mendapat kabar bahwa Negeri Syam tengah di serang wabah Tha’un. Maka beliau menghentikan perjalanannya untuk sementara waktu.
Gubernur Syam ketika itu Abu Ubaidah bin al-Jarrah langsung menemui Umar di tempat tersebut. Wabah Tha’un yang terkenal dalam sejarah setelah masa Rasulullah SAW adalah Wabah Tha’un di Amwas Palestina yang terjadi pada tahun 18 H.
Umar dan para sahabat sebenarnya sudah sampai di pintu masuk Syam. Namun wabah itu membuat Umar harus berpikir ulang untuk meneruskan perjalanannya. Di situasi seperti inilah kepemimpinan serta kecerdasan amirul mukminin Umar bin Khattab teruji.
Umar bin Khattab adalah sahabat yang memiliki level tertinggi untuk Ijtihad Ilmu, dan itu berdasarkan mimpi Rasulullah SAW, Umar adalah sahabat yang paling tinggi secara Ilmu. Umar saat itu memerintahkan untuk mengumpulkan orang-orang Muhajirin.
Umar tidak langsung memutuskan sendiri, ia menggelar musyawarah untuk menimbang pendapat para sahabat. Pertama-tama ia meminta pendapat kalangan Muhajirin untuk menyampaikan pendapatnya.
Para Muhajirin ternyata berbeda pendapat. Sebagian mengusulkan untuk meneruskan perjalanan ke Syam, ditambah kaum muslimin disana sedang membutuhkan pertolongan. Namun sebagian berpendapat bahwa wabah perlu dihindari untuk menyelamatkan nyawa para sahabat, sehingga mereka harus kembali ke Madinah.
Kemudian Umar juga memberikan kesmepatan kepada kalangan Anshar untuk menyampaikan pendapatnya. Diantara merekapun terjadi perbedaan seperti yang terjadi dikalangan Muhajirin.
Terakhir, Umar meminta pendapat kalangan sahabat yang ikut dalam peristiwa Fathul Makkah. Ternyata para pembuka kota Makkah itu bersepakat untuk kembali ke Madinah dan tidak meneruskan perjalanan ke Syam. Maka Umar memutuskan untuk kembali ke Madinah. Dan keputusan tersebut dipertanyakan oleh Abu Ubaidah bin al-Jarrah.
Abu Ubaidah bin al-Jarrah; “Bagaimana anda bisa lari dari takdir Allah?” Umar menjawab: “Andai kalimat ini keluar bukan dari dirimu” (menurut Umar, kalimat ini tidak pantas keluar dari orang secerdas Abu Ubaidah, sahabatnya).
Umar: “Kalau anda punya sekian banyak kambing, kemudian di hadapanmu ada dua padang rumput. Satu padang rumput yang sangat subur, dan satunya lagi tidak terlalu subur. Bukankah kalau anda kembalakan kambing ke tempat yang subur adalah takdir Allah dan bila anda kembalakan kambing ke tempat yang kurang subur juga takdir Allah?”
Disaat seperti itu, Umar seolah ingin mengatakan; kalaupun Umar dikatakan lari dari takdir Allah, sesungguhnya umar sedang pergi ke takdir yang lain. Karena dua-duanya takdir dari Allah SWT.
Ditengah perbedaan pendapat antara Umar dan Abu Ubaidah munculah sahabat mulia Abdurrahman bin Auf, r.a. Umar dengan kecerdasan dan posisinya sebagai pemimpin Islam serta Abu Ubadiah yang merasakan pedihnya Tha’un di Syam, keduanya tunduk dengan apa yang keluar dari lisan Abdurrahman bin Auf, r.a..
Umar dan Abu Ubaidah seketika menahan pendapatnya, dan mengikuti apa yang di sabdakan oleh Rasulullah SAW “Jika kalian mendengar suatu negeri dilanda wabah maka janganlah kalian memasukinya. Jika wabah itu terjadi di negeri tempat kalian tinggal, maka jangan keluar darinya.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Dari hadits tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa melakukan karantina (Lockdown) menjadi sikap Rasulullah SAW dalam mencegah wabah penyakit menjalar ke negeri lain. Sebuah tindakan yang saat ini dilakukan banyak negara dalam mencegah penularan Virus Corona atau Covid19.
Istilah karantina kita hari ini adalah berasal dari kalimat Rasulullah SAW. Berdasarkan hadits tersebut Rasulullah SAW memerintahkan untuk karantina wilayah (bahkan sebuah negeri), bukan karantina gedung. Setelah di karantina, maka harus dicarikan solusinya. Bukan dibiarkan mati bergelimpangan.
Seluruh sahabat sepakat untuk kembali ke Madinah. Umar tidak jadi masuk ke Negeri Syam. Sementara Abu Ubaidah bin al-Jarrah kembali ke Negeri Syam, negeri yang sedang terkena wabah penyakit.
Bersambung DI SINI [WARDAN/DR]
Source: Khalifah Trans7
from WordPress https://ift.tt/2IPkQij via IFTTT
0 notes