#Swafoto
Explore tagged Tumblr posts
Text
Jogging di DPRD Pamekasan, Fattah Jasin Serap Aspirasi Pemuda
PAMEKASAN, MaduraPost – Calon Bupati Pamekasan, dari Pasangan Tauhid, Fattah Jasin, terlihat sering melakukan jogging di halaman kantor DPRD Pamekasan. Sore itu, suasana halaman DPRD tampak ramai oleh warga Pamekasan, khususnya generasi muda, yang menjadikan tempat tersebut sebagai lokasi favorit untuk berolahraga. Fattah Jasin mengungkapkan pentingnya memberikan ruang bagi generasi muda…
#Aktualisasi dan Ekspresi#Aspirasi Generasi Muda#DPRD Pamekasan#Fattah Jasin#generasi muda#Industri Kreatif#Jogging#Kumis Khas Fattah Jasin#Olahraga#Pamekasan Religius#Pasangan Fattah - Mujahid#Program Unggulan#Ruang Kreativitas#Seni dan Budaya#Swafoto
0 notes
Text
Salam Persahabatan Bergema di Kampus Reformasi, Anies Disambut Antusias Mahasiswa dengan Swafoto dan Yel-yel Panjang
DEPOK | KBA – Bakal calon presiden (Bacapres) Anies Baswedan dijadwalkan mengisi Kuliah Kebangsaan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP) UI) Depok, pagi ini, Selasa 29 Agustus 2023. Dari pantauan KBA News sepanjang kedatangannya hingga selesai memberikan Kuliah Kebangsaan, mantan Gubernur DKI Jakarta itu disambut antusias mahasiswa FISIP UI dengan penuh…
View On WordPress
#Anies#antusias#Bergema#Dan#dengan#di#Disambut#kampus#Mahasiwa#Panjang#Persahabatan#Reformasi#Salam#Swafoto#Yel-yel
0 notes
Photo
و احرص على قلبي لأنّك فيه. 🤪 . . . . . #selfie #swafoto #latepost #cafe #karanganyar #explorekaranganyar (di Medjora Greenhouse Cafe) https://www.instagram.com/p/CpFP-gxPH-b/?igshid=NGJjMDIxMWI=
1 note
·
View note
Text
Perhatikan, Ini Ketentuan Swafoto pada Pendaftaran CPNS dan PPPK 2023
BNews—NASIONAL— Pendaftaran Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) 2023 telah resmi dibuka. Pendaftaran ini dilakukan secara online di laman Sistem Seleksi Calon Aparatur Sipil Negara (SSCASN). Saat mendaftarkan akun di situs sscasn.bkn.go.id, ada beberapa dokumen yang harus diisi, seperti Nomor Induk Kependudukan (NIK), nomor Kartu Keluarga (KK),…
View On WordPress
2 notes
·
View notes
Text
Swafoto di Atas Jembatan, 15 Orang di Lebak Terjatuh ke Sungai
LEBAK– Diduga sling penyangga jembatan putus, 15 orang yang sedang swafoto di atas jembatan gantung terjatuh ke sungai. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, namun korban mengalami trauma. Informasi yang dihimpun, peristiwa itu terjadi sekitar pukul 09.00 WIB, Rabu (10/4/2024). Para korban terdiri dari anak-anak, remaja hingga dewasa itu akan melaksanakan ziarah kubur dengan…
View On WordPress
0 notes
Text
-an
aku bosan. mungkin juga kesepian. entah karena butuh seorang kawan untuk bertukar gagasan atau murni hasutan setan. dengan kesadaran, ku geser kanan sosok rupawan di aplikasi kencan. potret swafoto cerminan, potret tambahan menghadap lukisan di sebuah pameran, dan tampan yang fokus akan permainan. harapan tuk mendapat balasan pun hanya sebuah angan-angan. oh tuhan, ternyata harapan itu jadi kenyataan. si rupawan pun juga geser kanan untuk ini perempuan.
perbincangan diawali dengan perkenalan dan diisi dengan bahasan ringan. tiba-tiba saja, aku si amatiran seperti berbeda kepribadian. ajakan untuk pergantian tempat percakapan ku ucapkan. aneh, dalam hitungan hari, dari jawaban si rupawan atas pertanyaan-pertanyaan mampu memberikan gambaran akan sosok dambaan.
getaran, desiran, ikatan, semua kurasakan. sialan! aku hanya butuh hiburan, mengapa berubah jadi gebetan dan ingin sekali jadian. himbauan untuk saudara novan, mohon bantuan dan arahan agar ini perempuan tetap memiliki kewarasan. amalan apa yang tlah ku lakukan, hingga bertemu dengan kau yang tampan, rupawan, penuh keanehan namun bikin nyaman. aaaahhhh persetan, intinya kau jadi kesayangan dan tidak ada bantahan.
1 note
·
View note
Text
Aku berjalan dengan ragu menuju ruang dosen pembimbingku. Rasa sesak dalam dada kuhempas dalam beberapa kali helaan. Batinku lirih menyapa seluruh ruangan, “Hai i’m back! Please be nice!” Aku memulai kembali untuk melanjutkan skripsiku yang terbengkalai setelah hampir satu tahun. Sebuah keputusan yang didasari oleh permintaan Mama dan juga kejadian besar beberapa waktu lalu.
Ya, sejak kejadian Nisa mengamuk waktu itu, Mama kembali bisa berbicara meski belum lancar. Papa juga akhirnya mengakui kesalahannya dan berjanji untuk tidak mengulanginya bahkan ia memutuskan untuk mengganti nomor teleponnya dan keluar dari semua grup teman sekolahnya. Papa memang lebih dekat secara emosional dengan Nisa, jadi melihat putri satu-satunya berteriak bagai orang kerasukan mungkin membuatnya takut dan menyadari kesalahannya. Aku meminta Mama dan Nisa untuk berkonsultasi dengan psikolog, dan syukurnya mereka setuju. Papa juga lah yang setia mengantarkan mereka berkonsultasi. Papa, berubah kembali menjadi dirinya dahulu.
“Loh mas Raka!” Sapa suara yang amat ku kenal.
“Eh ya Ra.” Dari sekian banyak mahasiswa, kenapa harus kamu yang pertama kali ku kenal Ra. Batinku
“Wah lama ngga ketemu mas, aku juga nggak bisa ngehubungi mas Raka sejak waktu itu. Apa kabar? Mama gimana kabarnya? Mau ketemu bu Diana ya?”
“Iya Ra, fokus ngurusi Mama kemarin. Baru lanjut nih skripsinya.”
“Ah begitu, semangat ya mas!! Oiya, lusa aku seminar proposal Mas. Kalau luang datang ya??”
“Nggak janji ya Ra, tapi akan aku usahakan.” sahutku.Rara tersenyum dan pamit untuk menemui dosen pembimbingnya.
Aku mengamati punggungnnya yang menjauh, aku berandai-andai, jika waktu itu aku jadi menyatakan cinta, akan seperti apa hubungan kira sekarang Ra?
“Hai Raka! Welcome back! Sudah nunggu lama?” Suara Bu Diana mengagetkanku.
“Selamat siang Bu, belum kok bu.”“Oke, kita langsung bahas saja ya, saya sudah menerima email dari kamu kemarin, bab 4 sudah saya baca, ada beberapa hal yang perlu kamu perbaiki. Target saya 2 minggu ini kamu selesaikan sampai bab 5 agar kita bisa segera sidang. Siap kan ngebut ngerjainnya?”
“Siap bu!” Jawabku tegas.Sepulang dari bimbingan, aku pergi ke perpustakaan untuk melengkapi materi yang aku butuhkan. Aku bertekat kuat agar aku bisa lulus semeter ini dan ikut wisuda di tahun depan, sesuai permintaan Mama.
Dunia memang sedang berbaik hati kepadaku, di perpustakaan pun aku bertemu dengan Rara, ia sedang berkutat dengan buku dan laptopnya, entah kenapa tanganku reflek untuk memotretnya, Rara selalu cantik dalam kondisi serius maupun bercanda.
-----------------------------------oo------------------------------------
Mama terlihat sumringah dibantu Nisa memakai kebayanya. Papa terlihat beberapa kali berdiri di depan kaca, membenarkan posisi jas dan dasinya. Sesuai janjiku, aku berhasil menyelesaikan skripsi dan sidang tepat waktu, hingga tibalah hari ini, aku akan wisuda.
Aku mengenakan dasi pemberian Rara saat sidang kemarin. Padahal aku tak memberitaukan siapapun jadwal sidangku, namun rupanya dialah orang pertama yang aku lihat di depan ruangan sidangku. Dia juga yang membantuku mengurusi yudisium dan pemberkasanku. Sayangnya kami tak bisa wisuda bersama, sebab kami berbeda gelombang kelulusan. Yang aku tau, dia akan wisuda di pertengahan taun nanti.
Prosesi wisuda berjalan dengan lancar, aku memang gagal menjadi wisudawan terbaik, namun melihat swafoto yang Papa dan Mama yang sedang tersenyum lebar di grup keluarga sudah cukup bagiku. Nisa dan Rino tak mau kalah, mereka menunggu di luar sembari makan es krim kesukaan Rino. Tak ada kebahagiaan yang lebih lengkap daripada melihat keluarga kami utuh kembali.
Acara wisuda telah selesai,saat keluar dari gedung aku melihat banyak wisudawan dengan kondisi beragam, ada yang membawa pasangan, ada juga yang berkumpul bersama teman-temannya, ada yang sedang diarak satu fakultas, namun ada juga yang berjalan sendirian. Aku mengajak Papa dan Mama untuk berfoto di studio saja, jadi kuminta mereka langsung menunggu di mobil sementara aku masih menemui beberapa rekanku. Kami mengobrol dan berfoto bersama, mereka memberiku beberapa bucket bunga.
Ketika hendak berpamitan, aku melihat nama Rara muncul di panggilan teleponku. Dia menanyakan dimana aku, apakah sudah pulang? Aku menjawab posisi dimana aku berada. Jantungku tiba-tiba berdegup kencang. Tak lama, suara Rara terdengar.
“Mas Rakaaaa, akhirnya ketemu juga!”
Dia menghampiriku setengah berlari, aku tersenyum kecil melihatnya.
“Pelan-pelan Ra.” ujarku
“Selamat ya sudah sarjana! Nih…” katanya sembari mengulurkan sebuah kotak kado.
“Wah, apalagi ini, kan kemarin sudah?”
“Ini, kemarin aku checkoutnya nggak barengan, jadi yang satu sampai duluan, yang satu telat haha. Yaudah aku kasih aja deh pas wisuda.” Jawabnya.
“Makasih lo Ra, repot-repot.”
“Tenang, nggak repot mas. Eh bentar, dasinya dipakai? Wahhh cakep ya ternyata.” Rara menyadari dasi yang aku pakai. Aku terkekeh.
“Kalian mau difotoin bareng ngga?” tawar temanku tiba-tiba.
“Boleh boleh.” Jawab Rara.
Dia kemudian berdiri di sebelahku, kami berfoto berdua, untuk pertama kalinya.
Tak lama Mama menelpon, memberitahukan kalau si Rino sudah protes berat, lapar dan ingn pulang. Mama pun menyuruhku segera ke mobil.
Aku berpamitan kepada Rara dan rekan-rekanku.
Baru beberapa langkah, aku menoleh kembali ke belakang, ku lihat Rara juga sudah berjalan ke arah berbeda. Ingin rasanya hatiku berteriak, memanggil Rara dan memintanya ikut denganku. Namun sekuat hati ku tahan, saat ini, belum waktu yang tepat. Masih banyak yang perlu aku usahakan untuk diriku sendiri dan keluargaku.
“Ra, aku berdoa semoga Tuhan dengan segala rencana baiknya, bisa mempertemukan kita kembali, dalam keadaan yang sudah lebih baik, dan dalam keadaan aku siap melamarmu. Boleh tunggu sebentar lagi Ra?” batinku sembari memandangi punggung Rara yang perlahan menghilang tertutup keramaian.
EPILOG Aku meminta Nisa untuk mengantarkan kotak kado yang sudah aku sediakan untuk Rara. Kotak kado yang ternyata butuh waktu hampir 4 tahun untuk aku sampai ke pemiliknya. Nisa protes, meminta kotaknya sekalian saja ditaruh di kotak seserahan, namun aku menolak, dia harus tau sebelum acara kami dilangsungkan besok. “Nisa gojekin aja ya mas, capek tau ngurus ini, ngurus itu.” “Hmmm, yaudah deh boleh. Duh kasian adek mas capek, mau ditransfer berapa?” Nisa langsung sumringah, “Ih, kalau ada duitnya ya aku aja yang anter.” ucapnya bersemangat dan berangkat untuk mengantarkan kotak tersebut. Aku tertawa melihat kelakuannya. Nisa sudah mahasiswa saat ini, semester 4. Dia mengambil jurusan kedokteran, sesuai cita-citanya dulu.
20 menit berlalu, Nisa belum tiba di tempat kami menginap, namun sudah ada telepon dari Rara. “Halo mas! Assalamualaikum! Ya ampun ini apa mas? Ini dari kapan buatnya? Niat banget sih.” cecar Rara. “Waalaykumussalam. Inget nggak yang waktu aku ajak kamu ketemu di Cafe Ruang Baca waktu itu? Hehe aku mau kasih itu Ra.” “Ih, mas Raka udah suka sama aku ya dari dulu kalau gitu?” “Ya ampun mas, ini so sweet banget lo. Aduuuh, akadnya nggak bisa dipercepat aja?? Sekarang yuk nikahnya mas!” Aku tertawa mendengar celotehan Rara, calon istriku.
”Ra, akhirnya kesempatan itu rupanya memang milikku, sedari awal. Tuhan dengan semua kuasaNya mengizinkan kita untuk bertemu lagi, makanya aku pernah bilang kan, kalau pertemuan kita bukan kebetulan biasa.”
19 notes
·
View notes
Photo
2022 Swafoto sendiri.! Yha, kan masih "single" kali aja besok-besok udah jadi "album" 🤪🤟🏻 (at Dimana Mana Hatiku Senang) https://www.instagram.com/p/Cm1lA61p6P4/?igshid=NGJjMDIxMWI=
7 notes
·
View notes
Text
Rintik Hujan dan Kopi Senja
Rintik air hujan menenggelamkan suara pramusaji yang menaruh kopi hangat di mejaku. Laptop dan catatanku sama acuhnya denganku, pramusaji itu pun tidak begitu peduli, kopi ditaruhnya di meja dan ia berselancar kembali ke meja kasir. Hujan semakin rimbun dan aku semakin terbenam dalam pekerjaanku. Kepalaku terasa pusing tetapi kubiarkan lewat begitu saja.
Waktu tak terasa lama memang, dan aku sudah menyelesaikan pekerjaanku. Rupanya beberapa orang sudah minggat dan tinggal aku dan sekitar tiga orang lain yang masih tinggal di kafe. Hujan sudah reda dan gelasku kosong. Aku berdiri, membereskan barang-barangku dan bertolak ke pintu luar.
“Mas, gimana kopinya?” Ujar pria di balik meja kasir, di pin kartu namanya tertera “Andi”.
“Ah, enak mas, makasih ya,” balasku sekenanya.
“Oh, iya mas, nanti balik lagi ya kapan-kapan, saya sampaikan ke baristanya kalau mas suka,” sahut Andi.
Ketika aku membuka pintu kamar kos, kepalaku terasa berdenyut tidak keruan. Benakku, mungkin aku terlalu memforsir diri. Aku mencoba tidur setelah menenggak sekeping tablet Paracetamol.
Pagi datang dan kepalaku makin sakit. Aku mencoba meraih meja untuk mengambil obat namun seluruh tubuhku seakan menolak. Sadar bahwa HPku sejak tadi berdering, aku dengan susah payah mencoba mengangkat telepon.
“Dek, dek, kamu gak apa-apa?” Teriak suara yang terdengar seperti Kak Ahda di speaker.
“Kak Ahda… aku gak masuk kelas hari ini ya, bilangkan ke Bapak karena sakit,” jawabku lemah.
“Kelas apa dek, ini hari Minggu kan?”
“Bukannya ini hari Kamis kak?”
“Ngomong apa sih kamu? Bentar kakak ke tempatmu,”
Kepalaku berputar kencang. Aku baru saja bangun pagi tadi, kenapa Kak Ahda bilang kalau ini sudah hari Minggu?
Akhirnya Kak Ahda datang membawa makanan hangat. Aku sendiri baru selesai mengecek sekelilingku, benar saja kalender di ruang tengah yang selalu dilingkari oleh ibu kos menunjukkan ini hari Minggu. Begitu pula HP, laptop, dan semua barang elektronik yang mempunyai tanggalan. Aku bahkan meminjam HP tetanggaku, Andi, yang terheran-heran karena katanya ia melihatku pulang dan pergi kuliah seperti biasa.
Kak Ahda berkata bahwa kelas Bapak Dodi diliburkan hingga waktu tak tertentu karena musibah di keluarga Bapak. Meskipun demikian, Bapak Dodi masih mengawasi mahasiswanya dengan cara memaksa mereka melakukan swafoto dan menunggahnya di grup kelas. Kak Ahda menunjukkan fotoku yang diunggah dari akunnya.
“Kamu gak mau ambil foto sendiri, katamu kamu lupa sama password HPmu,” jelas Kak Ahda.
“Lupa gimana kak, sandi HP adek enak aja kok dihapal,”
“Gak cuman password HP dek, aku mau pinjem uang aja kamu gak mau, katamu lupa pin ATM,”
“Eh, pinjem berapa kak, bentar,”
“Wah gak usah dek, udah kok kemaren, ini aku dateng cuman mau liat kondisimu karena kamu aneh banget berapa hari ini,”
Ketika kuceritakan bahwa aku tertidur setelah pulang dari kafe, Kak Ahda tertegun. Kami berdua merasa bingung dan mencoba berpikir kembali. Tetapi semua teori kami berujung pada kafe yang kusambangi kemarin.
“Kamu ngapain ke situ?” Celetuk Kak Ahda.
“Hujan kak, gak ada tempat lain,” jawabku.
Lalu sebuah sekring seakan ditekan di kepalaku. Gelagat pramusaji, kasir, dan orang-orang di kafe itu tidak seperti biasanya. Karena hari hujan aku tidak mendengar apa yang dikatakan oleh si pramusaji. Tetapi sampai saat itu aku masih tidak sadar keanehan paling utama.
Kak Ahda datang ke kosku?
“Kamu siapa?” desisku.
“Hah, apa sih dek?” jawab sosok yang menyerupai Kak Ahda.
Orang di hadapanku memang benar-benar mirip dengan ketua kelas Kimia Tanah, Ahda Putri Natasha. Setelannya, nada bicaranya, sepaket memang. Namun Kak Ahda yang kukenal tidak akan pernah datang ke kos laki-laki sendirian.
“Jawab! Kamu siapa!” ujarku panik.
“Dek…” suara sosok itu memelan.
Kepalaku pening tidak karuan, pandanganku gelap dan perutku mual. Aku muntah, cairan hitam beraroma manis mengalir ke lantai keramik. Tunggu, kosku kan lantainya semen.
Seketika aku kembali ke kamarku, di rumah yang terletak ribuan kilometer dari kosku. Di hadapanku sosok serupa Kak Ahda berdiri, dan ia berjalan keluar kamar. Aku mencoba naik ke atas kasur, pikiranku tak keruan. Satu-satunya yang ada di pikiranku adalah mengecek tanggal, karena aku tidak mungkin berada di rumah dalam sekian jam saja.
Telingaku berdesing, suatu suara yang familiar, rintik hujan. Dengan lemah aku berdiri dan mencoba untuk duduk di kasur, kepalaku terasa berat namun terus kupaksa untuk menghadap ke arah laptop. Rintik air hujan menenggelamkan suara pramusaji yang menaruh kopi hangat di mejaku.
2 notes
·
View notes
Text
Hati-Hati, Bikin Dokumentasi di Bilik Suara Bisa Berujung Pidana!
INGATLAH.COM – Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Riau, Rusidi Rusdan, menegaskan larangan keras terhadap pemilih yang melakukan swafoto atau mendokumentasikan aktivitas di bilik suara selama Pilkada 2024. Hal ini bertujuan menjaga kerahasiaan dan integritas proses demokrasi. “Kami mengimbau semua pihak untuk mematuhi aturan demi menjaga kerahasiaan dan integritas proses Pilkada,” ujar Rusidi…
0 notes
Text
#23 travelmate
*swafoto bareng Mbak I
Jalan sendiri itu lebih leluasa, bebas, praktis, dan gak kepikiran yang macem-macem. Sedangkan jalan barengan itu sedikit rempong, banyak sabarnya, banyak ngelus dadanya, banyak mikirnya. Tapi kemungkinan banyak juga kebaikannya!
Kata Mas G kurang lebih begini: kalau dalam rombongan berangkat sendiri itu dituntut agar menjadi lebih fleksibel. Saya sepakat. Kalau boleh menambahkan, selain menjadi lebih fleksibel/luwes, ada yang namanya menurunkan ego. Sebelum menjadi luwes, ada menurunkan ego dan mempermudah jalan orang. Sehingga kita menjadi ridho dan berbaik sangka pada Tuhan.
Perihal seat di pesawat, misalnya. Kalau berangkat sendiri, setidaknya kita (saya) bersiap untuk diacak seatnya. Kenapa? Ada orang lain yang ingin duduk bersama pasangannya. Sebab pasangan/keluarganya duduk bersebelahan dengan kita. Rasanya memudahkan jalan/tujuan orang, agak berat prakteknya, ya?
Tapi tidak juga. Sampai saya bertemu orang-orang yang rela (ridho) kursinya diswitch sana-sini. Yang awalnya duduk di kursi aisle jejer dua. Lalu pindah ke belakang di kursi aisle jejer tiga (2-3-2). Terus ada saya menempati kursi aisle. Lalu beliau geser ke kursi aisle sebelahnya menyisakan middle seat. Terus pindah maju di kursi jejer dua di baris lainnya. Dan berakhir duduk nyempal di depan agak jauh dari rombongan. Adalah Mas G. Kelihatan melelahkan, ya? wkwk.
Tapi, setelah melihat Bapak-Ibu yang akhirnya bisa bersebelahan-bersamaan duduknya, terlihat senyum sumringah keduanya—tanda hatinya berbunga-bunga. Yang berangkat sendiri, tentu gak kepikiran gimana-gimana, kan? Karena bebannya ada satu, yaitu dengan dirinya sendiri.
Bertemu orang-orang di perjalanan ini adalah salah satu bentuk rahmat. Mbak & Mas yang berangkat sendiri, yang rela pindah-pindah seatnya. Mbak I switch dengan Mas G, dst (gak hapal kronologinya sampe tukeran). Sampai akhirnya Mbak I duduk bersebelahan dengan saya, setelah saya switch dengan Pak M. Kami duduk di kursi jejer tiga (2-3-2). Saya paling tengah, alias middle seat. Pak M di kursi aisle karena istrinya, Bu Sm, ada di kursi aisle seberangnya. Menjadi long-flight pertama Pak M dan Mbak I, sekaligus perjalanan panjang (literally panjang) dari rumah masing-masing. Satu dari Jawa Tengah, satu dari Bondowoso. Serta Mas G dari Jakarta (tapi tidak sepanjang Pak M & Mbak I, soalnya Mas G menempuh jalur udara—dan beberapa kali long-flight) (kok banding-bandingin yang tidak apple to apple?! wkw)
Beliau-beliau ini, semangat betul. Saya juga senang sekali karena duduk bersebelahan dengan Mbak I. Apa pasal? Soalnya terasa seperti liburan (umrah) bareng keluarga besar. Mbak I adalah guru ((((Fisika)))) di SMA Negeri di Jember (apa Bondowoso ya? lupa percisnya). Ketemu sebagai sesama lulusan Pendidikan Fisika, ituuu aaakkk indescribable wkwkw. Dan sama-sama suka olahraga! (Mbak I aja sih. Saya olahraganya pemula wkwk). Dan nama kita berdua ada unsur 'Lail'-nya. Jadi kemarin, 4/25an jamaah, namanya ada mengandung kata 'Lail' wkwk.
Hal lucu yang saya ingat saat saling sapa dengan senior Fisika ini di awal obrolan, Mbak I tanya, "Dek, kamu suka lari, ya?" Saya tertawa dalam hati. (Apakah Mbak I cenayang? Mau jawab, 'Iya, Mbak. Aku suka lari dari kenyataan', kok, sepertinya sok asik wkwk). Saya jawab, "Gak juga kok, Mbak. Masih pemula banget, aku. Tampangku, kayak pelari, ta mbak?" Sambil menertawakan diri sendiri. "Aku lihat dari sepatumu," kata Mbak I sambil menunjuk sepatu yang saya pakai. Kami berdua tertawa. "Mbak pernah ikutan race, marathon?" "Aku sama temen-temen sih. Pernah yang fun run, terus kemarin di Surabaya ada kan?" "Weehh. Keren ihh. Aku mah larinya pace 10. Keitung lari, gak, Mbak? Itupun di kompleks perumahan tetangga." WKWKW. Memang begitu adanya. Pace siput terhitung jalan cepat ya?
Lalu Mbak I meyakinkan, "Oh yaa gapapa dong. Jalan dulu kan. Terus latihan pelan-pelan." Saya menimpali, "Lagian aku belum pernah ikut turnamen, atau fun run gitu-gitu. Waktunya gak pas." "Oalaah. Iya, makanya tadi lihat sepatumu, pasti suka olahraga, sih. Kalau ini aku pake sepatu jalan," gantian Mbak I yang memperlihatkan sepatu yang beliau pakai. "Oh, beda ya, Mbak?" Soalnya saya gak ngerti apa beda sepatu lari, jalan, sepatu olahraga yang lain wkwk) "Kalau sepatu jalan gak bisa buat lari. Gak enak. Kalau sepatu lari, bisa dipake jalan atau lari," jelas Mbak I.
Isshh. Kali ini dapat wawasan baru wkwk. Padahal ya, sepatu saya ini bukan yang sepatu bagus mentereng kayak atlet atau merek yang biasa dipake pelari kebanyakan wkwk. Cerita morning walk di sini.
"Aku mulai jalan, karena lihat instastorynya mas Iqbal. Tahu dia gara-gara komunitas dulu. Dia sering posting morning walk gitu. Terus yaa kok aku tergerak ikutan haha. Dulu banget pas kecil diajakin Ayah, sih." "Gapapa dong. Ini aku emak-emak suka olahraga ingin hidup sehat."
Jujur saja. Gak nyangka umur mbak I ada di kepala 4. Saya pikir masih 35an 😂🙏🏻. Seneng banget melihat perempuan berdaya. Lalu kami cerita-cerita gimana hidup masing-masing, cerita kok bisa ikutan trip ini. Saya bertanya, "Aku panggil 'Mbak' aja, ya? Soalnya pean mengingatkanku pada kakak-kakak dan ipar-iparku. Ada yang seumuran keknya." "Iyaa. Monggo. Gapapa. Dek, nanti kalau di sana (di Saudi), sama aku ya?" "Okeee Mbak. Siap." "Aku mau tidur. Maafkan ya, kalau nanti keganggu apa gimana." "Aku juga yaa, Mbak." "Dek. Boleh pinjam tasbihnya?" Rupanya Mbak I melihat saya mengambil tasbih di tas yang saya letakkan di bawah kursi. "Boleeh, dong. Aku bawa dua, nih. Satunya tasbih digital yang cetekan itu agak besar," saya menjelaskan sambil tertawa. "Mbak mau pake yang mana?" "Yang itu aja yang kamu pake."
Aaakkk senang sekali barang bawaanku bisa bermanfaat untuk orang lain.
Dengan Pak M, saya diceritain tentang putrinya, mbak L, yang mengajak kedua orangtuanya pergi umrah. Ah, senang sekali masih ada kedua orangtua utuh :) Pak M cerita perjalanannya dari sehari sebelum keberangkatan. Karena lokasi yang jauh harus menempuh beberapa kali transportasi. Jadi tidak sabar ingin segera sampai. Beliau juga cerita sehari-hari ngapain dan manut mbak L untuk urusan umrah kali ini.
Lain cerita dengan Mas G. Dinotice beberapa temen karena melihat unggahan di Instagram, "Mbak kemarin umrahnya sama Mas G, ya?" "Masyaallah" "Keren, Mbak!" gitu-gitu wkwk. Memang iya! hehe. Secara harfiah umrahnya memang dengan Mas G. Tapi almost my 24/7 selama 12 hari itu, yaa sama Mbak I dan beberapa jamaah sekamar (yang masyaallah pada baik-baik banget, seru pokoknya! gak berasa sendirian). Jadi, yang keren (si)apanya, nih? wkwkw. Mas G lebih keren, sih. Saya kecipratan (duiikiit) kerennya (weh, tidak mau kalah soalnya jadi muthowifa amatiran) wkwk.
Ingat qi. Kita perlu memperjuangkan dengan ikhlas keridhoan diri kita sendiri. Ya Allah, semoga aku (& hatiku) ridho dengan ikhlas atas ketetapanMu.
0 notes
Text
𝗗𝗘𝗦𝗧𝗜𝗡𝗔𝗦𝗜 𝗪𝗜𝗦𝗔𝗧𝗔 • Spot Air Terjun Tumpak Sewu • Goa Bidadari • Tebing Nirwana • Telaga Biru • Goa Tetes
𝗙𝗔𝗦𝗜𝗟𝗜𝗧𝗔𝗦 𝗪𝗜𝗦𝗔𝗧𝗔 𝗢𝗣𝗘𝗡 𝗧𝗥𝗜𝗣 • Transportasi Wisata Mobil/Hiace/ELF • Driver, BBM, dan parkir • Tiket masuk wisata • Asuransi yang tercakup dalam tiket • Tour guide • Dokumentasi foto
𝗙𝗔𝗦𝗜𝗟𝗜𝗧𝗔𝗦 𝗪𝗜𝗦𝗔𝗧𝗔 𝗣𝗥𝗜𝗩𝗔𝗧𝗘 𝗧𝗥𝗜𝗣 • Transportasi Wisata Mobil/Hiace/ELF • Driver, BBM,toll dan parkir • Tiket masuk wisata • Asuransi yang tercakup dalam tiket • 1x Makan • Tour Guide • Dokumentasi foto
𝗔𝗞𝗧𝗜𝗩𝗜𝗧𝗔𝗦 𝗪𝗜𝗦𝗔𝗧𝗔 • Wisata Alam • Swafoto Panorama Air Terjun
𝗣𝗘𝗥𝗟𝗘𝗡𝗚𝗞𝗔𝗣𝗔𝗡 𝗬𝗔𝗡𝗚 𝗛𝗔𝗥𝗨𝗦 𝗗𝗜 𝗕𝗔𝗪𝗔 • Baju ganti • Perlengkapan mandi • Sepatu/sandal gunung • Jas hujan
𝗧𝗜𝗗𝗔𝗞 𝗧𝗘𝗥𝗠𝗔𝗦𝗨𝗞 • Penjemputan di Kota Batu ada tambahan 50k (open trip) dan 100k (private trip) • Makan dan minum di luar program • Pengeluaran pribadi • Tips Guide dan Driver (sukarela tidak mengikat)
🚩 𝙄𝙣𝙛𝙤𝙧𝙢𝙖𝙨𝙞 𝙙𝙖𝙣 ����𝙚𝙨𝙚𝙧𝙫𝙖𝙨𝙞 〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️ 𝐵𝑜𝑜𝓀𝒾𝓃𝑔: 𝒞𝑒𝓀 𝓁𝒾𝓃𝓀 𝒹𝒾 𝐵𝒾𝑜 WA: https://s.id/MyBromo Doc: https://s.id/mybromo_id Web: https://www.bromo.my.id/ Follow: IG @bromo.my.id
#tumpaksewu#tumpaksewulumajang#tumpaksewuwaterfall#tumpaksewusemeru#tumpaksewuwaterfalls#opentrip#opentripmurah#exploretumpaksewu#mybromo
1 note
·
View note
Text
TURISIAN.com - Huawei memperkenalkan inovasi terbarunya, Huawei Mate XT Ultimate, sebagai ponsel lipat tiga pertama di dunia. Desainnya ramping dan elegan, meski mengusung konsep teknologi yang kompleks. Menurut informasi dari situs resmi Huawei China, yang dikutip oleh GSM Arena pada Selasa, 10 September, saat terbuka penuh, ponsel ini memiliki layar berukuran 10,2 inci. Ketika dilipat sebagian, ukuran layarnya menyusut menjadi 7,9 inci, dan saat dilipat penuh menjadi ponsel kompak berukuran 6,4 inci. Walau desainnya terbilang rumit, Huawei Mate XT Ultimate tetap tipis, dengan ketebalan hanya 3,6 milimeter saat terbuka, dan bobotnya mencapai 298 gram. BACA JUGA: Spek Mirip Iphone 14, Iphone SE 4 Bakal Dibanderol 7 Jutaan, Ini Kelebihannya Termasuk pengaturan kamera besar yang diadaptasi dari Mate X5. Layar perangkat ini menggunakan panel LTPO OLED fleksibel dengan refresh rate 120 Hz. Dan mampu menampilkan hingga 10 miliar warna. Resolusi layar penuh mencapai 3.184 x 2.232 piksel, yang dapat disesuaikan menjadi 2.232 x 2.048 atau 2.232 x 1.008 piksel, tergantung pada konfigurasi lipatannya. Dengan rasio layar-ke-bodi sebesar 92 persen dan rasio aspek 16:11 saat layar terbuka penuh. Untuk produk ini, Huawei mengklaim telah meningkatkan kualitas gambar melalui teknologi “komputasi AI.” BACA JUGA: GIIAS 2024 Resmi Dibuka Menghadirkan Kemewahan Otomotif, Fasilitasnya Apa Saja? Sementara itu, di sektor kamera, Mate XT Ultimate dilengkapi pengaturan kamera belakang yang mirip dengan Huawei Mate X5, ditambah fitur dari seri P. Kamera utamanya beresolusi 50 MP, dilengkapi PDAF dan OIS, serta aperture variabel f/1.4 hingga f/4.0 seperti P60 Pro. Tak hanya itu, ada lensa telefoto 12 MP dengan zoom optik 5,5x, kamera sudut ultra lebar 12 MP, serta modul autofokus laser. Sedangkan, untuk kamera depan, perangkat ini menyematkan lensa 8 MP yang bisa digunakan sebagai kamera swafoto saat perangkat dilipat. BACA JUGA: 7 Tips Libur Sekolah Menggunakan Kereta Api Komponen Bergerak Sistem engsel yang dinamai Tiangong—mengacu pada stasiun luar angkasa Chin. Dimana, memungkinkan ponsel ini dilipat dengan mulus tanpa celah. Baik lipatan ke dalam maupun ke luar, berkat mekanisme trek ganda dan komponen bergerak. Meski chip yang digunakan belum diketahui, Huawei Mate XT Ultimate dipastikan membawa teknologi kecerdasan buatan serta RAM sebesar 16 GB. Fitur AI ini mencakup konversi suara ke teks, layar terpisah otomatis, terjemahan dokumen waktu nyata, hingga retouching foto. BACA JUGA: Operator Telkomsel Ingatkan Serangan Penjahat Siber APK Ponsel ini juga dilengkapi asisten suara Xiaoyi, yang dikenal secara internasional sebagai Celia. Huawei Mate XT Ultimate menjalankan sistem operasi HarmonyOS 4.2, berbasis Android Open Source Project (AOSP), tanpa dukungan layanan Google. Baterainya terdiri atas tiga sel komposit silikon-karbida dengan kapasitas total 5.600 mAh. Sehingga, mendukung pengisian daya kabel 66W, nirkabel 50W. Serta, pengisian daya balik nirkabel dan kabel masing-masing 7,5W dan 5W. BACA JUGA: Catat Traveller, 2 Tipe Iphone Ini Tak Lagi Bisa Terima WhatsApp Tersedia dalam pilihan warna hitam dan merah, harga Mate XT Ultimate terbilang premium. Model dengan kapasitas memori internal 256 GB dibanderol 19.999 yuan (sekitar Rp43 juta), sementara model 512 GB dijual 21.999 yuan (sekitar Rp47 juta). Untuk varian dengan kapasitas 1 TB, harganya mencapai 23.999 yuan, atau sekitar Rp51 juta. ***
0 notes
Photo
Life is like a mirror. Smile at it and it smiles back at you. . . . . . *berani-beraninya pesek foto dari samping. 😂😅🤌🏼 #mirror #selfie #swafoto #latepost (di Surakarta) https://www.instagram.com/p/CpFCff_vW0e/?igshid=NGJjMDIxMWI=
1 note
·
View note
Text
Hai mr.enginer!
Apa kabar? Semoga kau sehat dan bahagia ya!
Aku lama tak pernah menulis tentangmu.
Ragaku telah menolak apa yg muncul di hati.
Sebenernya minggu2 kemarin ingin sekali bercerita tentangmu. Tp sekali lagi, raga memaksaku untuk tidak menulis tentangmu lagi. Lelah mendera badan dengan beberapa kegiatan.
Tp malam ini, entahlah. Sudah pukul 23.36 tp aku masih tak bisa memejamkan mata. Mungkin akibat tidur siang terlalu lama.
Hingga akhirnya, disinilah aku.
Tak banyak yg akan aku ceritakan.
Minggu lalu teman kita tlp. Bercerita tentangmu. Dia bilang ketemu kamu dikantornya. Masih humble katanya.
Aku tak penasaran tentangmu.
Kemudian lewat 3 hari twtiba kamu nge share poto di grup. Seolah sedang bilang "apa kabar" ke aku. Haha GR sekali bukan adikmu ini?
Nyatanya, aku hanya komen dua kata. Menyebut nama teman yg sedang kau ajak swafoto. Setelah itu aku menghilang.
Dengan sengaja aku tak meneruskan keinginanku.
Aku sudah bisa menguasai diriku dan perasaanku. Aku telah bisa menghandle cinta ini.
Tenangkanlah, aku tak akan melakukan apapun.
Berbahagialah kau bersama keluargamu, berbahagialah kau bersama dunia kerjamu.
Smoga Allah menjaga dan melindungimu kak!
Salam dari adik, yg entah sampai kapan lagi menunggu untuk bertemu denganmu meski hanya melihatmu dari jauh.
19juni24 23.43 pm
0 notes
Text
Hampir Ketinggalan Kereta
Hari ini di tiket keretaku tertulis keberangkatan pukul 07.20 WIB. Aku telah bersiap sejak pukul 06.00 WIB. Setelah siap, aku kemudian bersantap pagi bersama Mustika, temanku. Ditemani pula oleh suami dan anaknya. Kami mengobrol sedikit, sekaligus mengenang masa lalu saat masih kuliah dulu.
Saat aku dan Mustika sedang asik bernostalgia, tiba-tiba suaminya mengatakan bahwa waktu telah menunjukkan pukul 06.45 WIB. Betapa terkejutnya aku, aku langsung bergegas menuju kamar dan mempersiapkan semua tas bawaanku. Bahkan aku tak sempat mencuci gelas setelah menyantap mango sago (meski tak ada sagonya) bikinan Mustika.
Dengan cepat kuambil tasku, kupastikan tidak ada barang yang tertinggal lagi di kamar. Kemudian aku ke ruang tamu untuk mengambil handphone yang sedang kuisi baterainya. Setelah itu, Mustika masih sempat-sempatnya mengajakku foto. Aku jelas menyetujuinya. Sebab, akan sangat disayangkan jika momen langka ini tidak diabadikan. Momen di mana kami masih bisa bertemu.
Kami melakukan swafoto bertiga. Aku, Mustika, dan anak cantiknya bernama Hilya. Setelah beberapa jepretan foto, waktu telah menunjukkan hampir pukul 07.00. Aku kemudian memesan ojek online. Setelah beberapa menit menunggu di pinggir jalan dan berpamitan pada Mustika sekeluarga, tepat pukul 07.00 aku berangkat ke stasiun naik ojek online.
Sekadar informasi saja, rumah Mustika terletak di Bantul, sementara stasiun yang kutuju terletak di Sleman. Jaraknya lumayan jauh. Dan aku sudah siap mental jika aku ketinggalan kereta. Pikirku, kalau ketinggalan kereta, aku naik kereta lain saja.
Dalam perjalanan, awalnya lancar-lancar saja. Tapi, saat mendekati stasiun, macet sekali. Apalagi, di depan stasiun jalan sudah dipenuhi lautan manusia yang membawa tas dan atau koper. Kata pak ojek, biasanya tidak seramai ini. Mungkin, sedang banyak yang berkunjung ke Jogja.
Waktu menunjukkan pukul 07.16 WIB. Kurang 4 menit lagi. Siaran pemberitahuan bahwa keretaku akan segera diberangkatkan telah terdengar. Sudah tidak bisa terkejar rasanya. Aku masih macet-macetan di jalan depan stasiun.
Ketika sampai di pintu masuk stasiun, aku langsung bergegas berlari menuju tempat boarding, dengan membawa tas ransel dan tas jinjing yang berukuran lumayan besar dan lumayan berat di pundak. Aku berlari sampai terengah-engah. Seumur-umur, baru kali ini aku mengalami hal semacam ini. Beruntung, aku masih bisa naik keretanya. Rasanya, tidak sampai 1 menit, keretanya kemudian diberangkatkan.
Kemudian aku menuju kursiku. Beruntung, aku tidak sampai ketinggalan kereta. Ini benar-benar pengalaman baru buat aku. Berlari mengejar kereta di menit terakhir sebelum keberangkatan. Lain kali, kalau sedang mengobrol, aku harus tahu waktu.
(7 Februari 2024 | 10.30 WIB)
0 notes