#Swafoto
Explore tagged Tumblr posts
Text
Jogging di DPRD Pamekasan, Fattah Jasin Serap Aspirasi Pemuda
PAMEKASAN, MaduraPost – Calon Bupati Pamekasan, dari Pasangan Tauhid, Fattah Jasin, terlihat sering melakukan jogging di halaman kantor DPRD Pamekasan. Sore itu, suasana halaman DPRD tampak ramai oleh warga Pamekasan, khususnya generasi muda, yang menjadikan tempat tersebut sebagai lokasi favorit untuk berolahraga. Fattah Jasin mengungkapkan pentingnya memberikan ruang bagi generasi muda…
#Aktualisasi dan Ekspresi#Aspirasi Generasi Muda#DPRD Pamekasan#Fattah Jasin#generasi muda#Industri Kreatif#Jogging#Kumis Khas Fattah Jasin#Olahraga#Pamekasan Religius#Pasangan Fattah - Mujahid#Program Unggulan#Ruang Kreativitas#Seni dan Budaya#Swafoto
0 notes
Text
Salam Persahabatan Bergema di Kampus Reformasi, Anies Disambut Antusias Mahasiswa dengan Swafoto dan Yel-yel Panjang
DEPOK | KBA – Bakal calon presiden (Bacapres) Anies Baswedan dijadwalkan mengisi Kuliah Kebangsaan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP) UI) Depok, pagi ini, Selasa 29 Agustus 2023. Dari pantauan KBA News sepanjang kedatangannya hingga selesai memberikan Kuliah Kebangsaan, mantan Gubernur DKI Jakarta itu disambut antusias mahasiswa FISIP UI dengan penuh…
View On WordPress
#Anies#antusias#Bergema#Dan#dengan#di#Disambut#kampus#Mahasiwa#Panjang#Persahabatan#Reformasi#Salam#Swafoto#Yel-yel
0 notes
Photo
و احرص على قلبي لأنّك فيه. 🤪 . . . . . #selfie #swafoto #latepost #cafe #karanganyar #explorekaranganyar (di Medjora Greenhouse Cafe) https://www.instagram.com/p/CpFP-gxPH-b/?igshid=NGJjMDIxMWI=
1 note
·
View note
Text
Perhatikan, Ini Ketentuan Swafoto pada Pendaftaran CPNS dan PPPK 2023
BNews—NASIONAL— Pendaftaran Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) 2023 telah resmi dibuka. Pendaftaran ini dilakukan secara online di laman Sistem Seleksi Calon Aparatur Sipil Negara (SSCASN). Saat mendaftarkan akun di situs sscasn.bkn.go.id, ada beberapa dokumen yang harus diisi, seperti Nomor Induk Kependudukan (NIK), nomor Kartu Keluarga (KK),…
View On WordPress
2 notes
·
View notes
Text
Swafoto di Atas Jembatan, 15 Orang di Lebak Terjatuh ke Sungai
LEBAK– Diduga sling penyangga jembatan putus, 15 orang yang sedang swafoto di atas jembatan gantung terjatuh ke sungai. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, namun korban mengalami trauma. Informasi yang dihimpun, peristiwa itu terjadi sekitar pukul 09.00 WIB, Rabu (10/4/2024). Para korban terdiri dari anak-anak, remaja hingga dewasa itu akan melaksanakan ziarah kubur dengan…
View On WordPress
0 notes
Text
-an
aku bosan. mungkin juga kesepian. entah karena butuh seorang kawan untuk bertukar gagasan atau murni hasutan setan. dengan kesadaran, ku geser kanan sosok rupawan di aplikasi kencan. potret swafoto cerminan, potret tambahan menghadap lukisan di sebuah pameran, dan tampan yang fokus akan permainan. harapan tuk mendapat balasan pun hanya sebuah angan-angan. oh tuhan, ternyata harapan itu jadi kenyataan. si rupawan pun juga geser kanan untuk ini perempuan.
perbincangan diawali dengan perkenalan dan diisi dengan bahasan ringan. tiba-tiba saja, aku si amatiran seperti berbeda kepribadian. ajakan untuk pergantian tempat percakapan ku ucapkan. aneh, dalam hitungan hari, dari jawaban si rupawan atas pertanyaan-pertanyaan mampu memberikan gambaran akan sosok dambaan.
getaran, desiran, ikatan, semua kurasakan. sialan! aku hanya butuh hiburan, mengapa berubah jadi gebetan dan ingin sekali jadian. himbauan untuk saudara novan, mohon bantuan dan arahan agar ini perempuan tetap memiliki kewarasan. amalan apa yang tlah ku lakukan, hingga bertemu dengan kau yang tampan, rupawan, penuh keanehan namun bikin nyaman. aaaahhhh persetan, intinya kau jadi kesayangan dan tidak ada bantahan.
1 note
·
View note
Text
Aku berjalan dengan ragu menuju ruang dosen pembimbingku. Rasa sesak dalam dada kuhempas dalam beberapa kali helaan. Batinku lirih menyapa seluruh ruangan, “Hai i’m back! Please be nice!” Aku memulai kembali untuk melanjutkan skripsiku yang terbengkalai setelah hampir satu tahun. Sebuah keputusan yang didasari oleh permintaan Mama dan juga kejadian besar beberapa waktu lalu.
Ya, sejak kejadian Nisa mengamuk waktu itu, Mama kembali bisa berbicara meski belum lancar. Papa juga akhirnya mengakui kesalahannya dan berjanji untuk tidak mengulanginya bahkan ia memutuskan untuk mengganti nomor teleponnya dan keluar dari semua grup teman sekolahnya. Papa memang lebih dekat secara emosional dengan Nisa, jadi melihat putri satu-satunya berteriak bagai orang kerasukan mungkin membuatnya takut dan menyadari kesalahannya. Aku meminta Mama dan Nisa untuk berkonsultasi dengan psikolog, dan syukurnya mereka setuju. Papa juga lah yang setia mengantarkan mereka berkonsultasi. Papa, berubah kembali menjadi dirinya dahulu.
“Loh mas Raka!” Sapa suara yang amat ku kenal.
“Eh ya Ra.” Dari sekian banyak mahasiswa, kenapa harus kamu yang pertama kali ku kenal Ra. Batinku
“Wah lama ngga ketemu mas, aku juga nggak bisa ngehubungi mas Raka sejak waktu itu. Apa kabar? Mama gimana kabarnya? Mau ketemu bu Diana ya?”
“Iya Ra, fokus ngurusi Mama kemarin. Baru lanjut nih skripsinya.”
“Ah begitu, semangat ya mas!! Oiya, lusa aku seminar proposal Mas. Kalau luang datang ya??”
“Nggak janji ya Ra, tapi akan aku usahakan.” sahutku.Rara tersenyum dan pamit untuk menemui dosen pembimbingnya.
Aku mengamati punggungnnya yang menjauh, aku berandai-andai, jika waktu itu aku jadi menyatakan cinta, akan seperti apa hubungan kira sekarang Ra?
“Hai Raka! Welcome back! Sudah nunggu lama?” Suara Bu Diana mengagetkanku.
“Selamat siang Bu, belum kok bu.”“Oke, kita langsung bahas saja ya, saya sudah menerima email dari kamu kemarin, bab 4 sudah saya baca, ada beberapa hal yang perlu kamu perbaiki. Target saya 2 minggu ini kamu selesaikan sampai bab 5 agar kita bisa segera sidang. Siap kan ngebut ngerjainnya?”
“Siap bu!” Jawabku tegas.Sepulang dari bimbingan, aku pergi ke perpustakaan untuk melengkapi materi yang aku butuhkan. Aku bertekat kuat agar aku bisa lulus semeter ini dan ikut wisuda di tahun depan, sesuai permintaan Mama.
Dunia memang sedang berbaik hati kepadaku, di perpustakaan pun aku bertemu dengan Rara, ia sedang berkutat dengan buku dan laptopnya, entah kenapa tanganku reflek untuk memotretnya, Rara selalu cantik dalam kondisi serius maupun bercanda.
-----------------------------------oo------------------------------------
Mama terlihat sumringah dibantu Nisa memakai kebayanya. Papa terlihat beberapa kali berdiri di depan kaca, membenarkan posisi jas dan dasinya. Sesuai janjiku, aku berhasil menyelesaikan skripsi dan sidang tepat waktu, hingga tibalah hari ini, aku akan wisuda.
Aku mengenakan dasi pemberian Rara saat sidang kemarin. Padahal aku tak memberitaukan siapapun jadwal sidangku, namun rupanya dialah orang pertama yang aku lihat di depan ruangan sidangku. Dia juga yang membantuku mengurusi yudisium dan pemberkasanku. Sayangnya kami tak bisa wisuda bersama, sebab kami berbeda gelombang kelulusan. Yang aku tau, dia akan wisuda di pertengahan taun nanti.
Prosesi wisuda berjalan dengan lancar, aku memang gagal menjadi wisudawan terbaik, namun melihat swafoto yang Papa dan Mama yang sedang tersenyum lebar di grup keluarga sudah cukup bagiku. Nisa dan Rino tak mau kalah, mereka menunggu di luar sembari makan es krim kesukaan Rino. Tak ada kebahagiaan yang lebih lengkap daripada melihat keluarga kami utuh kembali.
Acara wisuda telah selesai,saat keluar dari gedung aku melihat banyak wisudawan dengan kondisi beragam, ada yang membawa pasangan, ada juga yang berkumpul bersama teman-temannya, ada yang sedang diarak satu fakultas, namun ada juga yang berjalan sendirian. Aku mengajak Papa dan Mama untuk berfoto di studio saja, jadi kuminta mereka langsung menunggu di mobil sementara aku masih menemui beberapa rekanku. Kami mengobrol dan berfoto bersama, mereka memberiku beberapa bucket bunga.
Ketika hendak berpamitan, aku melihat nama Rara muncul di panggilan teleponku. Dia menanyakan dimana aku, apakah sudah pulang? Aku menjawab posisi dimana aku berada. Jantungku tiba-tiba berdegup kencang. Tak lama, suara Rara terdengar.
“Mas Rakaaaa, akhirnya ketemu juga!”
Dia menghampiriku setengah berlari, aku tersenyum kecil melihatnya.
“Pelan-pelan Ra.” ujarku
“Selamat ya sudah sarjana! Nih…” katanya sembari mengulurkan sebuah kotak kado.
“Wah, apalagi ini, kan kemarin sudah?”
“Ini, kemarin aku checkoutnya nggak barengan, jadi yang satu sampai duluan, yang satu telat haha. Yaudah aku kasih aja deh pas wisuda.” Jawabnya.
“Makasih lo Ra, repot-repot.”
“Tenang, nggak repot mas. Eh bentar, dasinya dipakai? Wahhh cakep ya ternyata.” Rara menyadari dasi yang aku pakai. Aku terkekeh.
“Kalian mau difotoin bareng ngga?” tawar temanku tiba-tiba.
“Boleh boleh.” Jawab Rara.
Dia kemudian berdiri di sebelahku, kami berfoto berdua, untuk pertama kalinya.
Tak lama Mama menelpon, memberitahukan kalau si Rino sudah protes berat, lapar dan ingn pulang. Mama pun menyuruhku segera ke mobil.
Aku berpamitan kepada Rara dan rekan-rekanku.
Baru beberapa langkah, aku menoleh kembali ke belakang, ku lihat Rara juga sudah berjalan ke arah berbeda. Ingin rasanya hatiku berteriak, memanggil Rara dan memintanya ikut denganku. Namun sekuat hati ku tahan, saat ini, belum waktu yang tepat. Masih banyak yang perlu aku usahakan untuk diriku sendiri dan keluargaku.
“Ra, aku berdoa semoga Tuhan dengan segala rencana baiknya, bisa mempertemukan kita kembali, dalam keadaan yang sudah lebih baik, dan dalam keadaan aku siap melamarmu. Boleh tunggu sebentar lagi Ra?” batinku sembari memandangi punggung Rara yang perlahan menghilang tertutup keramaian.
EPILOG Aku meminta Nisa untuk mengantarkan kotak kado yang sudah aku sediakan untuk Rara. Kotak kado yang ternyata butuh waktu hampir 4 tahun untuk aku sampai ke pemiliknya. Nisa protes, meminta kotaknya sekalian saja ditaruh di kotak seserahan, namun aku menolak, dia harus tau sebelum acara kami dilangsungkan besok. “Nisa gojekin aja ya mas, capek tau ngurus ini, ngurus itu.” “Hmmm, yaudah deh boleh. Duh kasian adek mas capek, mau ditransfer berapa?” Nisa langsung sumringah, “Ih, kalau ada duitnya ya aku aja yang anter.” ucapnya bersemangat dan berangkat untuk mengantarkan kotak tersebut. Aku tertawa melihat kelakuannya. Nisa sudah mahasiswa saat ini, semester 4. Dia mengambil jurusan kedokteran, sesuai cita-citanya dulu.
20 menit berlalu, Nisa belum tiba di tempat kami menginap, namun sudah ada telepon dari Rara. “Halo mas! Assalamualaikum! Ya ampun ini apa mas? Ini dari kapan buatnya? Niat banget sih.” cecar Rara. “Waalaykumussalam. Inget nggak yang waktu aku ajak kamu ketemu di Cafe Ruang Baca waktu itu? Hehe aku mau kasih itu Ra.” “Ih, mas Raka udah suka sama aku ya dari dulu kalau gitu?” “Ya ampun mas, ini so sweet banget lo. Aduuuh, akadnya nggak bisa dipercepat aja?? Sekarang yuk nikahnya mas!” Aku tertawa mendengar celotehan Rara, calon istriku.
”Ra, akhirnya kesempatan itu rupanya memang milikku, sedari awal. Tuhan dengan semua kuasaNya mengizinkan kita untuk bertemu lagi, makanya aku pernah bilang kan, kalau pertemuan kita bukan kebetulan biasa.”
19 notes
·
View notes
Text
TURISIAN.com - Menjelang Natal dan Tahun Baru, kawasan Braga di Bandung disulap menjadi lebih hidup dengan kehadiran sebuah videotron besar nan interaktif. Inovasi teknologi ini segera menjadi magnet bagi warga Bandung dan wisatawan yang melintasi salah satu ikon kota tersebut. Videotron yang digarap oleh Prisma Advertising ini bukan sekadar layar besar. Ia menawarkan pengalaman unik. Seperti fitur kirim salam yang membawa nostalgia masa lalu—ketika orang berlomba mengudara lewat radio—ke ranah digital. “Warga Bandung bisa mengirim pesan personal yang langsung muncul di layar videotron,” ujar Lauw Freddy, Founder dan Direktur Utama Prisma Advertising, dalam keterangan persnya, Sabtu 21 Desember 2024. Tidak hanya itu, ada pula photobooth interaktif yang memungkinkan pengunjung mengambil swafoto dan melihat hasilnya langsung terpampang di layar. Fitur lain yang tak kalah memikat adalah permainan sederhana berbasis layar sentuh, yang langsung bisa dimainkan oleh siapa saja di tempat. Namun, bintang utama videotron ini adalah Si Cepot, tokoh wayang golek khas Sunda, yang dihidupkan dalam teknologi 3D. BACA JUGA: 5 Ide Liburan Natal dan Tahun Baru di Bandung yang Tak Boleh Anda Lewatkan Terasa Nyata Sementara itu, penampilannya yang terasa nyata, lengkap dengan sapaan khasnya, menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung. “Seru, seperti benar-benar hidup! Si Cepot-nya mencuri perhatian, apalagi lokasinya strategis di Braga,” ujar salah satu pengunjung. Sedangkan, Braga bukan satu-satunya lokasi videotron ini. Dua tempat lain, Jakarta dan Bali, juga dipilih karena tingkat keramaian dan daya tarik yang tinggi. “Ketiga kawasan ini memiliki impresi besar,” ungkap Lauw. Videotron interaktif ini berhasil menyatukan teknologi modern dan budaya lokal dalam satu panggung. Bagi pengunjung seperti Sandi Hernanto, fitur-fitur ini tak hanya menghibur tetapi juga menawarkan cara baru untuk berekspresi. “Besok-besok mau coba kirim salam atau mungkin nembak cewek lewat videotron. Kayaknya lucu,” ujarnya sambil tersenyum. Inovasi ini menjadi bukti bahwa teknologi bisa menjadi medium baru untuk merayakan tradisi sekaligus memperkaya pengalaman masyarakat urban. ***
0 notes
Text
Hati-Hati, Bikin Dokumentasi di Bilik Suara Bisa Berujung Pidana!
INGATLAH.COM – Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Riau, Rusidi Rusdan, menegaskan larangan keras terhadap pemilih yang melakukan swafoto atau mendokumentasikan aktivitas di bilik suara selama Pilkada 2024. Hal ini bertujuan menjaga kerahasiaan dan integritas proses demokrasi. “Kami mengimbau semua pihak untuk mematuhi aturan demi menjaga kerahasiaan dan integritas proses Pilkada,” ujar Rusidi…
0 notes
Text
#23 travelmate
*swafoto bareng Mbak I
Jalan sendiri itu lebih leluasa, bebas, praktis, dan gak kepikiran yang macem-macem. Sedangkan jalan barengan itu sedikit rempong, banyak sabarnya, banyak ngelus dadanya, banyak mikirnya. Tapi kemungkinan banyak juga kebaikannya!
Kata Mas G kurang lebih begini: kalau dalam rombongan berangkat sendiri itu dituntut agar menjadi lebih fleksibel. Saya sepakat. Kalau boleh menambahkan, selain menjadi lebih fleksibel/luwes, ada yang namanya menurunkan ego. Sebelum menjadi luwes, ada menurunkan ego dan mempermudah jalan orang. Sehingga kita menjadi ridho dan berbaik sangka pada Tuhan.
Perihal seat di pesawat, misalnya. Kalau berangkat sendiri, setidaknya kita (saya) bersiap untuk diacak seatnya. Kenapa? Ada orang lain yang ingin duduk bersama pasangannya. Sebab pasangan/keluarganya duduk bersebelahan dengan kita. Rasanya memudahkan jalan/tujuan orang, agak berat prakteknya, ya?
Tapi tidak juga. Sampai saya bertemu orang-orang yang rela (ridho) kursinya diswitch sana-sini. Yang awalnya duduk di kursi aisle jejer dua. Lalu pindah ke belakang di kursi aisle jejer tiga (2-3-2). Terus ada saya menempati kursi aisle. Lalu beliau geser ke kursi aisle sebelahnya menyisakan middle seat. Terus pindah maju di kursi jejer dua di baris lainnya. Dan berakhir duduk nyempal di depan agak jauh dari rombongan. Adalah Mas G. Kelihatan melelahkan, ya? wkwk.
Tapi, setelah melihat Bapak-Ibu yang akhirnya bisa bersebelahan-bersamaan duduknya, terlihat senyum sumringah keduanya—tanda hatinya berbunga-bunga. Yang berangkat sendiri, tentu gak kepikiran gimana-gimana, kan? Karena bebannya ada satu, yaitu dengan dirinya sendiri.
Bertemu orang-orang di perjalanan ini adalah salah satu bentuk rahmat. Mbak & Mas yang berangkat sendiri, yang rela pindah-pindah seatnya. Mbak I switch dengan Mas G, dst (gak hapal kronologinya sampe tukeran). Sampai akhirnya Mbak I duduk bersebelahan dengan saya, setelah saya switch dengan Pak M. Kami duduk di kursi jejer tiga (2-3-2). Saya paling tengah, alias middle seat. Pak M di kursi aisle karena istrinya, Bu Sm, ada di kursi aisle seberangnya. Menjadi long-flight pertama Pak M dan Mbak I, sekaligus perjalanan panjang (literally panjang) dari rumah masing-masing. Satu dari Jawa Tengah, satu dari Bondowoso. Serta Mas G dari Jakarta (tapi tidak sepanjang Pak M & Mbak I, soalnya Mas G menempuh jalur udara—dan beberapa kali long-flight) (kok banding-bandingin yang tidak apple to apple?! wkw)
Beliau-beliau ini, semangat betul. Saya juga senang sekali karena duduk bersebelahan dengan Mbak I. Apa pasal? Soalnya terasa seperti liburan (umrah) bareng keluarga besar. Mbak I adalah guru ((((Fisika)))) di SMA Negeri di Jember (apa Bondowoso ya? lupa percisnya). Ketemu sebagai sesama lulusan Pendidikan Fisika, ituuu aaakkk indescribable wkwkw. Dan sama-sama suka olahraga! (Mbak I aja sih. Saya olahraganya pemula wkwk). Dan nama kita berdua ada unsur 'Lail'-nya. Jadi kemarin, 4/25an jamaah, namanya ada mengandung kata 'Lail' wkwk.
Hal lucu yang saya ingat saat saling sapa dengan senior Fisika ini di awal obrolan, Mbak I tanya, "Dek, kamu suka lari, ya?" Saya tertawa dalam hati. (Apakah Mbak I cenayang? Mau jawab, 'Iya, Mbak. Aku suka lari dari kenyataan', kok, sepertinya sok asik wkwk). Saya jawab, "Gak juga kok, Mbak. Masih pemula banget, aku. Tampangku, kayak pelari, ta mbak?" Sambil menertawakan diri sendiri. "Aku lihat dari sepatumu," kata Mbak I sambil menunjuk sepatu yang saya pakai. Kami berdua tertawa. "Mbak pernah ikutan race, marathon?" "Aku sama temen-temen sih. Pernah yang fun run, terus kemarin di Surabaya ada kan?" "Weehh. Keren ihh. Aku mah larinya pace 10. Keitung lari, gak, Mbak? Itupun di kompleks perumahan tetangga." WKWKW. Memang begitu adanya. Pace siput terhitung jalan cepat ya?
Lalu Mbak I meyakinkan, "Oh yaa gapapa dong. Jalan dulu kan. Terus latihan pelan-pelan." Saya menimpali, "Lagian aku belum pernah ikut turnamen, atau fun run gitu-gitu. Waktunya gak pas." "Oalaah. Iya, makanya tadi lihat sepatumu, pasti suka olahraga, sih. Kalau ini aku pake sepatu jalan," gantian Mbak I yang memperlihatkan sepatu yang beliau pakai. "Oh, beda ya, Mbak?" Soalnya saya gak ngerti apa beda sepatu lari, jalan, sepatu olahraga yang lain wkwk) "Kalau sepatu jalan gak bisa buat lari. Gak enak. Kalau sepatu lari, bisa dipake jalan atau lari," jelas Mbak I.
Isshh. Kali ini dapat wawasan baru wkwk. Padahal ya, sepatu saya ini bukan yang sepatu bagus mentereng kayak atlet atau merek yang biasa dipake pelari kebanyakan wkwk. Cerita morning walk di sini.
"Aku mulai jalan, karena lihat instastorynya mas Iqbal. Tahu dia gara-gara komunitas dulu. Dia sering posting morning walk gitu. Terus yaa kok aku tergerak ikutan haha. Dulu banget pas kecil diajakin Ayah, sih." "Gapapa dong. Ini aku emak-emak suka olahraga ingin hidup sehat."
Jujur saja. Gak nyangka umur mbak I ada di kepala 4. Saya pikir masih 35an 😂🙏🏻. Seneng banget melihat perempuan berdaya. Lalu kami cerita-cerita gimana hidup masing-masing, cerita kok bisa ikutan trip ini. Saya bertanya, "Aku panggil 'Mbak' aja, ya? Soalnya pean mengingatkanku pada kakak-kakak dan ipar-iparku. Ada yang seumuran keknya." "Iyaa. Monggo. Gapapa. Dek, nanti kalau di sana (di Saudi), sama aku ya?" "Okeee Mbak. Siap." "Aku mau tidur. Maafkan ya, kalau nanti keganggu apa gimana." "Aku juga yaa, Mbak." "Dek. Boleh pinjam tasbihnya?" Rupanya Mbak I melihat saya mengambil tasbih di tas yang saya letakkan di bawah kursi. "Boleeh, dong. Aku bawa dua, nih. Satunya tasbih digital yang cetekan itu agak besar," saya menjelaskan sambil tertawa. "Mbak mau pake yang mana?" "Yang itu aja yang kamu pake."
Aaakkk senang sekali barang bawaanku bisa bermanfaat untuk orang lain.
Dengan Pak M, saya diceritain tentang putrinya, mbak L, yang mengajak kedua orangtuanya pergi umrah. Ah, senang sekali masih ada kedua orangtua utuh :) Pak M cerita perjalanannya dari sehari sebelum keberangkatan. Karena lokasi yang jauh harus menempuh beberapa kali transportasi. Jadi tidak sabar ingin segera sampai. Beliau juga cerita sehari-hari ngapain dan manut mbak L untuk urusan umrah kali ini.
Lain cerita dengan Mas G. Dinotice beberapa temen karena melihat unggahan di Instagram, "Mbak kemarin umrahnya sama Mas G, ya?" "Masyaallah" "Keren, Mbak!" gitu-gitu wkwk. Memang iya! hehe. Secara harfiah umrahnya memang dengan Mas G. Tapi almost my 24/7 selama 12 hari itu, yaa sama Mbak I dan beberapa jamaah sekamar (yang masyaallah pada baik-baik banget, seru pokoknya! gak berasa sendirian). Jadi, yang keren (si)apanya, nih? wkwkw. Mas G lebih keren, sih. Saya kecipratan (duiikiit) kerennya (weh, tidak mau kalah soalnya jadi muthowifa amatiran) wkwk.
Ingat qi. Kita perlu memperjuangkan dengan ikhlas keridhoan diri kita sendiri. Ya Allah, semoga aku (& hatiku) ridho dengan ikhlas atas ketetapanMu.
0 notes
Text
Hai mr.enginer!
Apa kabar? Semoga kau sehat dan bahagia ya!
Aku lama tak pernah menulis tentangmu.
Ragaku telah menolak apa yg muncul di hati.
Sebenernya minggu2 kemarin ingin sekali bercerita tentangmu. Tp sekali lagi, raga memaksaku untuk tidak menulis tentangmu lagi. Lelah mendera badan dengan beberapa kegiatan.
Tp malam ini, entahlah. Sudah pukul 23.36 tp aku masih tak bisa memejamkan mata. Mungkin akibat tidur siang terlalu lama.
Hingga akhirnya, disinilah aku.
Tak banyak yg akan aku ceritakan.
Minggu lalu teman kita tlp. Bercerita tentangmu. Dia bilang ketemu kamu dikantornya. Masih humble katanya.
Aku tak penasaran tentangmu.
Kemudian lewat 3 hari twtiba kamu nge share poto di grup. Seolah sedang bilang "apa kabar" ke aku. Haha GR sekali bukan adikmu ini?
Nyatanya, aku hanya komen dua kata. Menyebut nama teman yg sedang kau ajak swafoto. Setelah itu aku menghilang.
Dengan sengaja aku tak meneruskan keinginanku.
Aku sudah bisa menguasai diriku dan perasaanku. Aku telah bisa menghandle cinta ini.
Tenangkanlah, aku tak akan melakukan apapun.
Berbahagialah kau bersama keluargamu, berbahagialah kau bersama dunia kerjamu.
Smoga Allah menjaga dan melindungimu kak!
Salam dari adik, yg entah sampai kapan lagi menunggu untuk bertemu denganmu meski hanya melihatmu dari jauh.
19juni24 23.43 pm
0 notes
Photo
Life is like a mirror. Smile at it and it smiles back at you. . . . . . *berani-beraninya pesek foto dari samping. 😂😅🤌🏼 #mirror #selfie #swafoto #latepost (di Surakarta) https://www.instagram.com/p/CpFCff_vW0e/?igshid=NGJjMDIxMWI=
1 note
·
View note
Text
Hampir Ketinggalan Kereta
Hari ini di tiket keretaku tertulis keberangkatan pukul 07.20 WIB. Aku telah bersiap sejak pukul 06.00 WIB. Setelah siap, aku kemudian bersantap pagi bersama Mustika, temanku. Ditemani pula oleh suami dan anaknya. Kami mengobrol sedikit, sekaligus mengenang masa lalu saat masih kuliah dulu.
Saat aku dan Mustika sedang asik bernostalgia, tiba-tiba suaminya mengatakan bahwa waktu telah menunjukkan pukul 06.45 WIB. Betapa terkejutnya aku, aku langsung bergegas menuju kamar dan mempersiapkan semua tas bawaanku. Bahkan aku tak sempat mencuci gelas setelah menyantap mango sago (meski tak ada sagonya) bikinan Mustika.
Dengan cepat kuambil tasku, kupastikan tidak ada barang yang tertinggal lagi di kamar. Kemudian aku ke ruang tamu untuk mengambil handphone yang sedang kuisi baterainya. Setelah itu, Mustika masih sempat-sempatnya mengajakku foto. Aku jelas menyetujuinya. Sebab, akan sangat disayangkan jika momen langka ini tidak diabadikan. Momen di mana kami masih bisa bertemu.
Kami melakukan swafoto bertiga. Aku, Mustika, dan anak cantiknya bernama Hilya. Setelah beberapa jepretan foto, waktu telah menunjukkan hampir pukul 07.00. Aku kemudian memesan ojek online. Setelah beberapa menit menunggu di pinggir jalan dan berpamitan pada Mustika sekeluarga, tepat pukul 07.00 aku berangkat ke stasiun naik ojek online.
Sekadar informasi saja, rumah Mustika terletak di Bantul, sementara stasiun yang kutuju terletak di Sleman. Jaraknya lumayan jauh. Dan aku sudah siap mental jika aku ketinggalan kereta. Pikirku, kalau ketinggalan kereta, aku naik kereta lain saja.
Dalam perjalanan, awalnya lancar-lancar saja. Tapi, saat mendekati stasiun, macet sekali. Apalagi, di depan stasiun jalan sudah dipenuhi lautan manusia yang membawa tas dan atau koper. Kata pak ojek, biasanya tidak seramai ini. Mungkin, sedang banyak yang berkunjung ke Jogja.
Waktu menunjukkan pukul 07.16 WIB. Kurang 4 menit lagi. Siaran pemberitahuan bahwa keretaku akan segera diberangkatkan telah terdengar. Sudah tidak bisa terkejar rasanya. Aku masih macet-macetan di jalan depan stasiun.
Ketika sampai di pintu masuk stasiun, aku langsung bergegas berlari menuju tempat boarding, dengan membawa tas ransel dan tas jinjing yang berukuran lumayan besar dan lumayan berat di pundak. Aku berlari sampai terengah-engah. Seumur-umur, baru kali ini aku mengalami hal semacam ini. Beruntung, aku masih bisa naik keretanya. Rasanya, tidak sampai 1 menit, keretanya kemudian diberangkatkan.
Kemudian aku menuju kursiku. Beruntung, aku tidak sampai ketinggalan kereta. Ini benar-benar pengalaman baru buat aku. Berlari mengejar kereta di menit terakhir sebelum keberangkatan. Lain kali, kalau sedang mengobrol, aku harus tahu waktu.
(7 Februari 2024 | 10.30 WIB)
0 notes
Text
menghampiri Weverse hari ini untuk menyampaikan “aku akan bekerja keras tanpa henti hingga menjadi penyanyi yang bisa Treasure Maker banggakan! terima kasih banyak untuk semua yang datang hari ini! selamat malam!” disertai swafoto hanya untuk Treasure Maker, tercinta.
0 notes
Text
swafoto dilayangkan kepada banyak pasang mata. tiap rincian sudut wajah rupawan tidak terlewat dari bidikan kamera. katakan “hi!” untuk mereka yang menyapa.
0 notes
Text
☾ ⊹ ₊ ⋆ 𐙚 ⊹ ₊ ⋆ ☽
⠀⠀☽.⋆ Bersama gaun hitam yang mengalun
anggun, menyatu dengan gemerlap
bintang. Swafoto yang memancarkan
pesona seakan menjadi bagian dari
dunia peri, di mana kegelapan
menyatu dengan keindahan,
menciptakan kisah yang terpahat
dalam gemintang dan keanggunan
gaun hitam. ✮⋆˙
0 notes