#Surat Al-'Ikhlas [112:1-4] -
Explore tagged Tumblr posts
Text
HIGHLY REWARDING GOOD DEEDS ✨
1️⃣ Would You Like To Be Close To Allah?
The Messenger of Allah (ﷺ) said:
"The closest that a person is to his Lord is when he is prostrating, so say a great deal of supplication (in this state)."
📚: Sahih Muslim 482 (1083)
2️⃣ Would You Like The Reward of Hajj?
The Prophet Muhammad (ﷺ) said:
"Perform Umrah in the month of Ramadan as it is equivalent to Hajj or Hajj with me (in reward)."
📚: Sahih Bukhari 1863
3️⃣ Would You Like A Home In Paradise?
The Messenger of Allah (ﷺ) said:
"Whoever builds a mosque in which the Name of Allah is mentioned, Allah will build a house for him in Paradise."
📚: Sunan Ibn Majah 735 | Sahih
4️⃣ Would You Like To Achieve The Pleasure of Allah (سبحانه و تعالى)?
The Prophet Muhammad (ﷺ) said:
"Allah is pleased with His servant who eats some food and then praises Him for it (says Alhamdulillah - Praise be to Allah) or who drinks some drink and then praises Him for it (says Alhamdulillah)."
📚: Sahih Muslim 2734 (6932)
5️⃣ Would You Like Your Duaa To Be Answered?
The Prophet Muhammad (ﷺ) said:
"The supplication made between the adhan and the iqamah is not rejected."
📚: Sunan Abi Dawud 521 | Sahih
6️⃣ Would You Like The Reward For Fasting A Complete Month Written For You?
The Messenger of Allah (ﷺ) said:
"Fasting for three days during the month is like fasting, the whole of the month."
📚: Sahih Muslim 1159 (2736)
7️⃣ Would You Like To Have Good Deeds The Size of Mountains?
Allah's Messenger (ﷺ) said:
"(A believer) who accompanies the funeral procession of a Muslim out of sincere faith and hoping to attain Allah's reward and remains with it till the funeral prayer is offered and the burial ceremonies are over, he will return with a reward of two Qirats. Each Qirat is like the size of the (Mount) Uhud. He who offers the funeral prayer only and returns before the burial will return with the reward of one Qirat only."
📚: Sahih Bukhari 47
8️⃣ Would You Like To Accompany The Prophet Muhammad (ﷺ) In Paradise?
Allah's Messenger (ﷺ) said:
"I and the one who looks after an orphan will be like this in Paradise." showing his middle and index fingers and separating them.
📚: Sahih Bukhari 5304
9️⃣ Would You Like That Your Actions Continue After Your Death?
The Messenger of Allah (ﷺ) said:
"When a person dies, his deeds are cut off except for three: Continuing charity, knowledge that others benefited from, and a righteous son (child) who supplicates for him."
📚: Jami at-Tirmidhi 1376 | Sahih
1️⃣0️⃣ Would You Like A Gem From The Gems of Paradise?
The Prophet Muhammad (ﷺ) said:
"Shall I not tell you of a treasure which is one of the treasures of Paradise?"
He (ﷺ) said: "La hawla wa la quwwata illa billah (There is no power and no strength except with Allah)."
📚: Sunan Ibn Majah 3825 | Sahih
1️⃣1️⃣ Would You Like The Reward of Praying The Whole Night?
The Messenger of Allah (ﷺ) said:
"Whoever prays Isha in congregation, it is as if he spent half the night in prayer, and whoever prays Subh (Fajr) in congregation, it is as if he spent the whole night in prayer."
📚: Sahih Muslim 656 (1491)
1️⃣2️⃣ Would You Like The Reward of Reciting One-Third of The Qur’an?
The Prophet (ﷺ) said to his companions: "Is it difficult for any of you to recite one-third of the Qur'an in one night?"
This suggestion was difficult for them so they said: "Who among us has the power to do so, O Allah's Messenger (ﷺ)?"
Allah’s Messenger (ﷺ) replied: "Allah (the) One, the Self-Sufficient Master, Whom all creatures need.' (Surat Al-Ikhlas 112:1-4) is equal to one-third of the Qur'an."
📚: Sahih Bukhari 5015
1️⃣3️⃣ Would You Like That Your Scale Is Very Heavy With Reward?
The Prophet Muhammad (ﷺ) said:
"(The following are) two words (sentences or utterances) that are very easy for the tongue to say, and very heavy in the balance (of reward), and most beloved to the Gracious Almighty (Allah):
« سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ »
(Glory and praise is to Allah, Glory is to Allah The Most Great)."
📚: Sahih Bukhari 6682
1️⃣4️⃣ Would You Like That Allah Increases Your Provisions?
The Prophet Muhammad (ﷺ) said:
"Whoever would like his rizq (provision) to be increased and his life to be extended, should uphold the ties of kinship."
📚: Sahih Bukhari 5986
1️⃣5️⃣ Would You Like To Have A House In Paradise?
Prophet Muhammad (ﷺ) said:
"Whoever is regular with twelve Rak'ah of Sunnah (prayer), Allah will build a house for him in Paradise.
Four Rak'ah before Zuhr (and) two Rak'ah after it, two Rak'ah after Maghrib, two Rak'ah after Isha and two Rak'ah before Fajr."
📚: Jami at-Tirmidhi 414 | Hasan
1️⃣6️⃣ Would You Like That Allah Protects You?
The Prophet Muhammad (ﷺ) said:
"Whoever prays the Fajr prayer then he is under the protection of Allah.."
📚: Sahih Muslim 657 (1494)
1️⃣7️⃣ Would You Like Allah To Send Salat (Blessings) Upon You?
The Prophet Muhammad (ﷺ) said:
"Whoever sends Salah (Graces, Honours, Blessings and Mercy, etc.) upon me once, Allah will send Salah upon him tenfold, and will erase ten sins from him, and will raise him ten degrees in status."
📚: Sunan an-Nasa'i 1298 | Sahih
1️⃣8️⃣ Would You Like Allah To Increase Your Honor And Raise Your Status?
The Prophet Muhammad (ﷺ) said:
"Charity does not decrease wealth, no one forgives another except that Allah increases his honour, and no one humbles himself for the sake of Allah except that Allah raises his status."
📚: Sahih Muslim 2588 (6592)
1️⃣9️⃣ Would You Like To Be Distant From The HellFire By Seventy Years?
The Prophet Muhammad (ﷺ) said:
"Whosoever observes fast for one day in Allah's Cause (to seek His good pleasure), Allah will keep his face away from the (Hell) Fire (a distance covered by a journey of) seventy years."
📚: Sahih Bukhari 2840
2️⃣0️⃣ Would You Like To Enter Paradise?
Allah's Messenger (ﷺ) said:
"Whoever offers the two cool prayers ('Asr and Fajr) will enter Paradise."
📚: Sahih Bukhari 574
61 notes
·
View notes
Text
The Three Quls of The Quran
The three Quls (An Nas (114: 1-6), Al Falaq (113: 1-5), and Al Ikhlas (112: 1-4)) are also know as “muawazatain”. Reciting them daily holds greater significance and rewards.
Narrated by ‘Aisha (R.A.):
“Whenever the Prophet went to bed, he used to cup his hands together and blow over it after reciting Surat Al-Ikhlas, Surat Al-Falaq, and Surat An-Nas, and then rub his hands over whatever parts of his body he was able to rub, starting with his head, face, and front of his body. He used to do that three times.”
(Sahih Al-Bukhari).
Reciting these Surahs daily can protect us from all harm during our sleep and when we are awake.
#islam#quran#islamic#muslim#islamicquotes#pakistan#islamic group#muslim community#muslim countries#istanbul#allahuakbar#salah#prayer#deen
9 notes
·
View notes
Text
Surat Al-Ikhlas adalah salah satu surat dalam Al-Qur'an yang memiliki kedudukan istimewa. Surat ini merupakan surat ke-112, terdiri atas 4 ayat, dan termasuk dalam kategori surat Makkiyah. Surat Al-Ikhlas mengandung inti tauhid, yakni keyakinan kepada keesaan Allah, dan sering disebut sebagai surat yang setara dengan sepertiga Al-Qur'an dalam hal makna dan keutamaannya.
Teks dan Terjemahan Surat Al-Ikhlas
1. قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa.
2. اللَّهُ الصَّمَدُ
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.
4. وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ
Dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya.
---
Makna dan Penjelasan Ayat
1. Ayat 1: "Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa."
Ayat ini menegaskan sifat tauhid, yaitu keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam hal zat, sifat, maupun perbuatan.
2. Ayat 2: "Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu."
Kata "As-Shamad" mengandung makna bahwa Allah adalah tempat bergantungnya semua makhluk. Allah Maha Sempurna, tidak membutuhkan apa pun, tetapi seluruh makhluk membutuhkan-Nya.
3. Ayat 3: "Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan."
Ayat ini menolak konsep bahwa Allah memiliki anak atau orang tua. Penegasan ini menghapus segala bentuk syirik, seperti keyakinan yang menyamakan Allah dengan makhluk-Nya.
4. Ayat 4: "Dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya."
Ayat terakhir ini menegaskan bahwa tidak ada satu pun yang menyerupai Allah dalam segala aspek, baik dalam zat, sifat, maupun perbuatan.
---
Keutamaan Surat Al-Ikhlas
1. Setara dengan Sepertiga Al-Qur'an
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:
"Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya Surat Al-Ikhlas itu sebanding dengan sepertiga Al-Qur'an." (HR. Bukhari).
2. Penyebab Masuk Surga
Dalam hadis lain, Nabi Muhammad SAW menyebutkan bahwa orang yang sering membaca Surat Al-Ikhlas akan dicintai Allah dan mendapatkan surga.
3. Membentengi Diri dari Gangguan
Surat ini sering digunakan dalam doa perlindungan, terutama dalam kombinasi dengan Surat Al-Falaq dan An-Nas (dalam Al-Mu’awwidzat).
---
Kesimpulan
Surat Al-Ikhlas adalah inti dari akidah Islam yang menegaskan keesaan Allah. Surat ini mengajarkan umat Muslim untuk beriman hanya kepada Allah, menjauhi segala bentuk syirik, dan bersandar penuh kepada-Nya. Membacanya dengan penuh pemahaman dan penghayatan dapat memperkuat keyakinan serta memberikan keberkahan dalam kehidupan.
0 notes
Text
Alhamdulillah Hanya Alloh Tempat Meminta Ajak Umat Untuk Dzikir Tiap Pagi Dan Sore. #Dakwah #Islam
Inilah surat yang dikatakan dalam beberapa hadits seperti sepertiga Al Qur’an yaitu surat Al Ikhlash. Pada kesempatan kali dan beberapa posting selanjutnya, kita akan sedikit mengupas mengenai surat ini. Pada awalnya kita akan melihat dahulu tafsiran ayat-ayat yang ada pada surat tersebut. Setelah itu kita akan melihat keutamaan surat ini. Terakhir, kita akan mengkaji waktu kapan saja surat Al Ikhlash dibaca. Semoga bermanfaat.Allah Ta’ala berfirman, Alhamdulillah Hanya Alloh Tempat Meminta Ajak Umat Untuk Dzikir Tiap Pagi Dan Sore. قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4 (yang artinya) : 1. Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. 2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, 4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”. Pengenalan Surat ini dinamakan Al Ikhlas karena di dalamnya berisi pengajaran tentang tauhid. Oleh karena itu, surat ini dinamakan juga Surat Al Asas, Qul Huwallahu Ahad, At Tauhid, Al Iman, dan masih banyak nama lainnya. Surat ini merupakan surat Makiyyah dan termasuk surat Mufashol. Surat Al Ikhlas ini terdiri dari 4 ayat, surat ke 112, diturunkan setelah surat An Naas. (At Ta’rif bi Suratil Qur’anil Karim) Ada dua sebab kenapa surat ini dinamakan Al Ikhlash.Yang pertama, dinamakan Al Ikhlash karena surat ini berbicara tentang ikhlash. Yang kedua, dinamakan Al Ikhlash karena surat ini murni membicarakan tentang Allah. Perhatikan penjelasan berikut ini. Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin mengatakan bahwa Surat Al Ikhlas ini berasal dari ’mengikhlaskan sesuatu’ yaitu membersihkannya/memurnikannya. Dinamakan demikian karena di dalam surat ini berisi pembahasan mengenai ikhlas kepada Allah ’Azza wa Jalla. Oleh karena itu, barangsiapa mengimaninya, dia termasuk orang yang ikhlas kepada Allah. Ada pula yang mengatakan bahwa surat ini dinamakan Al Ikhlash (di mana ikhlash berarti murni) karena surat ini murni membicarakan tentang Allah. Allah hanya mengkhususkan membicarakan diri-Nya, tidak membicarakan tentang hukum ataupun yang lainnya. Dua tafsiran ini sama-sama benar, tidak bertolak belakang satu dan lainnya. (Lihat Syarh Al Aqidah Al Wasithiyyah, 97) Asbabun Nuzul Surat ini turun sebagai jawaban kepada orang musyrik yang menanyakan pada Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, ’Sebutkan nasab atau sifat Rabbmu pada kami?’. Maka Allah berfirman kepada Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam, ’Katakanlah kepada yang menanyakan tadi, … [lalu disebutkanlah surat ini]’(Aysarut Tafasir, 1502). Juga ada yang mengatakan bahwa surat ini turun sebagai jawaban pertanyaan dari orang-orang Yahudi (Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Qur’an, At Ta’rif bi Suratil Qur’anil Karim, Tafsir Juz ‘Amma 292). Namun, Syaikh Muqbil mengatakan bahwa asbabun nuzul yang disebutkan di atas berasal dari riwayat yang dho’if (lemah) sebagaimana disebutkan dalam Shohih Al Musnad min Asbab An Nuzul.Saatnya memahami tafsiran tiap ayat. Tafsir Ayat Pertama قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) 1. Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Kata (قُلْ) –artinya katakanlah-. Perintah ini ditujukan kepada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam dan juga umatnya. Al Qurtubhi mengatakan bahwa (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) maknanya adalah : الوَاحِدُ الوِتْرُ، الَّذِي لَا شَبِيْهَ لَهُ، وَلَا نَظِيْرَ وَلَا صَاحَبَةَ، وَلَا وَلَد وَلَا شَرِيْكَ Al Wahid Al Witr (Maha Esa), tidak ada yang serupa dengan-Nya, tidak ada yang sebanding dengan-Nya, tidak memiliki istri ataupun anak, dan tidak ada sekutu baginya. Asal kata dari (أَحَدٌ) adalah (وَحْدٌ), sebelumnya diawali dengan huruf ‘waw’ kemudian diganti ‘hamzah’. (Al Jaami’ liahkamil Qur’an, Adhwaul Bayan) Syaikh Al Utsaimin mengatakan bahwa kalimat (اللَّهُ أَحَدٌ) –artinya Allah Maha Esa-, maknanya bahwa Allah itu Esa dalam keagungan dan kebesarannya, tidak ada yang serupa dengan-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya. (Tafsir
Juz ‘Amma 292) Tafsir Ayat Kedua اللَّهُ الصَّمَدُ (2) 2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Ibnul Jauziy dalam Zaadul Masiir mengatakan bahwa makna Ash Shomad ada empat pendapat: Pertama, Ash Shomad bermakna: أنه السيِّد الذي يُصْمَدُ إليه في الحوائج Allah adalah As Sayid (penghulu), tempat makhluk menyandarkan segala hajat pada-Nya. Kedua, Ash Shomad bermakna: أنه الذي لا جوف له Allah tidak memiliki rongga (perut). Ketiga, Ash Shomad bermakna: أنه الدائم Allah itu Maha Kekal. Keempat, Ash Shomad bermakna: الباقي بعد فناء الخلق Allah itu tetap kekal setelah para makhluk binasa. Dalam Tafsir Al Qur’an Al Azhim (Tafsir Ibnu Katsir) disebutkan beberapa perkataan ahli tafsir yakni sebagai berikut. Dari ‘Ikrimah, dari Ibnu Abbas mengatakan bahwa maksud ayat ini adalah : الَّذِي يَصْمُدُ الخَلَائِقُ إِلَيْهِ فِي حَوَائِجِهِمْ وَمَسَائِلِهِمْ Seluruh makhluk bersandar/bergantung kepada-Nya dalam segala kebutuhan maupun permasalahan. Ali bin Abi Tholhah dari Ibnu Abbas mengatakan mengenai (اللَّهُ الصَّمَدُ) :هو السيد الذي قد كمل في سؤدده، والشريف الذي قد كمل في شرفه، والعظيم الذي قد كمل في عظمته، والحليم الذي قد كمل في حلمه، والعليم الذي قد كمل في علمه، والحكيم الذي قد كمل في حكمته وهو الذي قد كمل في أنواع الشرف والسؤدد، وهو الله سبحانه، هذه صفته لا تنبغي إلا له، ليس له كفء، وليس كمثله شيء، سبحان الله الواحد القهار. Dia-lah As Sayyid (Pemimpin) yang kekuasaan-Nya sempurna. Dia-lah Asy Syarif (Maha Mulia) yang kemuliaan-Nya sempurna. Dia-lah Al ‘Azhim (Maha Agung) yang keagungan-Nya sempurna. Dia-lah Al Halim (Maha Pemurah) yang kemurahan-Nya itu sempurna. Dia-lah Al ‘Alim (Maha Mengetahui) yang ilmu-Nya itu sempurna. Dia-lah Al Hakim (Maha Bijaksana) yang sempurna dalam hikmah (atau hukum-Nya). Allah-lah –Yang Maha Suci- yang Maha Sempurna dalam segala kemuliaan dan kekuasaan. Sifat-Nya ini tidak pantas kecuali bagi-Nya, tidak ada yang setara dengan-Nya, tidak ada yang semisal dengan-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Esa dan Maha Kuasa. Al A’masy mengatakan dari Syaqiq dari Abi Wa’il bahwa Ash Shomad bermakna: الصَّمَدُ السيد الذي قد انتهى سؤدده ”Pemimpin yang paling tinggi kekuasaan-Nya”. Begitu juga diriwayatkan dari ’Ashim dari Abi Wa’il dari Ibnu Mas’ud semacam itu. Malik mengatakan dari Zaid bin Aslam, ”Ash Shomad adalah As Sayyid (Pemimpin).” Al Hasan dan Qotadah mengatakan bahwa Ash Shomad adalah (الباقي بعد خلقه) Yang Maha Kekal setelah makhluk-Nya (binasa). Al Hasan juga mengatakan bahwa Ash Shomad adalah الحي القيوم الذي لا زوال له Yang Maha Hidup dan Quyyum (mengurusi dirinya dan makhlukNya) dan tidak mungkin binasa. ’Ikrimah mengatakan bahwa Ash Shomad adalah yang tidak mengeluarkan sesuatupun dari-Nya (semisal anak) dan tidak makan. Ar Robi’ bin Anas mengatakan bahwa Ash Shomad adalah (الذي لم يلد ولم يولد) yaitu tidak beranak dan tidak diperanakkan. Beliau menafsirkan ayat ini dengan ayat sesudahnya dan ini tafsiran yang sangat bagus. Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Sa’id bin Al Musayyib, Mujahid, Abdullah bin Buraidah, ’Ikrimah, Sa’id bin Jubair, ’Atho’ bin Abi Robbah, ’Athiyyah Al ’Awfiy, Adh Dhohak dan As Sudi mengatakan bahwa Ash Shomad adalah (لا جوف له) yaitu tidak memiliki rongga (perut). Al Hafizh Abul Qosim Ath Thobroni dalam kitab Sunnahnya -setelah menyebut berbagai pendapat di atas tentang tafsir Ash Shomad- berkata, ”Semua makna ini adalah shohih (benar). Sifat tersebut merupakan sifat Rabb kita ’Azza wa Jalla. Dia-lah tempat bersandar dan bergantung dalam segala kebutuhan. Dia-lah yang paling tinggi kekuasaan-Nya. Dia-lah Ash Shomad tidak ada yang berasal dari-Nya. Allah tidak butuh makan dan minum. Dia tetap kekal setelah para makhluk-Nya binasa. Baihaqi juga menjelaskan yang demikian.” (Diringkas dari Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim) Tafsir Ayat Ketiga لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) 3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, Kalimat (لَمْ يَلِدْ) se
bagaimana dikatakan Maqotil, ”Tidak beranak kemudian mendapat warisan.” Kalimat (وَلَمْ يُولَدْ) maksudnya adalah tidak disekutui. Demikian karena orang-orang musyrik Arab mengatakan bahwa Malaikat adalah anak perempuan Allah . Kaum Yahudi mengatakan bahwa ’Uzair adalah anak Allah. Sedangkan Nashoro mengatakan bahwa Al Masih (Isa, pen) adalah anak Allah. Dalam ayat ini, Allah meniadakan itu semua.” (Zadul Masiir) Tafsir Ayat Keempat وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4 4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”. Maksudnya adalah tidak ada seorang pun sama dalam setiap sifat-sifat Allah. Jadi Allah meniadakan dari diri-Nya memiliki anak atau dilahirkan sehingga memiliki orang tua. Juga Allah meniadakan adanya yang semisal dengan-Nya. (Tafsir Juz ‘Amma 293) Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di mengatakan makna ayat: ”dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia” yaitu tidak ada yang serupa (setara) dengan Allah dalam nama, sifat, dan perbuatan. Ringkasnya, surat Al Ikhlash ini berisi penjelasan mengenai keesaan Allah serta kesempurnaan nama dan sifat-Nya. Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal Artikel https://rumaysho.com Sumber https://rumaysho.com/907-memahami-surat-al-ikhlas-sepertiga-al-quran.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Alhamdulillah Hanya Alloh Tempat Meminta Ajak Umat Untuk Dzikir Tiap Pagi Dan Sore.
#15DzikirPagiSore#alquran#doa#dzikir#dzikirpagi#dzikirsore#mahadimintai#mahaesa#mahamengabulkan#surat#alikhlas#Alloh#blogAlloh#pagi#sore
1 note
·
View note
Photo
Who is Allah? আল্লাহ্ কে?
Allah is the One and Only True God.
আল্লাহ্ একমাত্র সত্য মাবুদ
Allah, Arabic Allāh (“God”), the One and Only God in Islam.
Allah Says about Himself in
Holy Quran:
Surat Al-Ikhlas
A'oudhu Billahi Minashaytan irrajeem
Bismillah irra'hman irra'heem
Qul huwa Allahu a'had (1) Allahu as-samad (2) Lam yalid walam yoolad (3) Walam yakun lahu kufuwan a'had (4) (Al-Ikhlas, 112: 1 - 4).
I seek refuge with Allah from the stoned Shaytan In the Name of Allah, the Beneficent, the Merciful
Say: He is Allah, (the) One; (1) Allah, the Eternal; (2)He did not beget (give birth) and He was not begotten (given birth to); (3) And there has never been anyone equal to Him. (4) (Surat Al-Ikhlas, 112: 1 - 4)
https://www.youtube.com/watch?v=B7QSUyE–Wo&t=14s
1 note
·
View note
Text
Isi Kandungan Surah Al Ikhlas Ayat 1-4
Isi Kandungan Surah Al Ikhlas Ayat 1-4...
Karena diturunkan di Mekah, Surat Al-Ikhlas (Surat 112) dikategorikan di antara surat-surat lain yang dikenal sebagai Makiyyah. Isi Kandungan Surah Al Ikhlas, yang terdiri dari empat ayat, adalah bahwa Allah SWT adalah satu dan bahwa kita tidak boleh menyekutukan apapun dengan-Nya. Arti dari Al-Ikhlas adalah penegasan keesaan Allah SWT dan penolakan terhadap segala jenis afiliasi dengan Allah…
View On WordPress
0 notes
Text
Half of Deen - Prasangka Baik
Masih tentang mencatat kutipan-kutipan ilmu dari kajian ustadzah fav di serial half of deen hehe. Sebenarnya ini malah part awal dari serial yang sama dengan apa yang sudah tertulis di half of deen [1] dan [2] hihi, gapapa.
Di pembukaan ustadzah bertanya tentang apa yang menarik atau ingin diketahui saat kita sedang membahas tentang pernikahan. Ustadzah menggiring jawaban bahwa yang menarik adalah tentang jodohnya, penasaran tentang nama jodoh. Mm iya benar juga si, penasaran. Kemudian bagaimana cara menjawab rasa penasaran terhadap siapa nama jodoh yang kelak akan datang. Tanya google?
Ustadzah membawa ke satu sudut di Al Qur'an tentang doa Nabi Dzakaria A.S. Doa yang melegenda, karena ada satu adab yang tidak hilang dari diri beliau bahkan saat sudah sampai usia sepuh.
قَالَ رَبِّ اِنِّيْ وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّيْ وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَّلَمْ اَكُنْۢ بِدُعَاۤىِٕكَ رَبِّ شَقِيًّا
"Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, sungguh tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku." QS. Maryam[19]:4
Kenapa ini menjadi menarik?
Di usia beliau yang sudah sangat sepuh bisa dibayangkan beliau mengatakan kepada Allah. Ya Allah sesungguhnya rambutku sudah putih, tulangku sudah renta *kalau bisa dibayangkan hari ini mungkin kakek kakek usia 90 tahun. Usia 90 tahun dan beliau belum dikaruniai putra. Apa yang terjadi kepada beliau di usia yang sudah sangat sepuh ini?
Adab yang tidak pernah hilang dari beliau adalah husnudzan. Dengan mengatakan apa beliau meskipun belum punya putra sampai sesepuh itu? Beliau mengatakan وَّلَمْ اَكُنْۢ بِدُعَاۤىِٕكَ رَبِّ شَقِيًّا. Di situ ada kata lam. Lam ini fungsinya mirip saat kita membaca ayat surat Al Ikhlas.
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ [٣] وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ [٤]
"(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” QS. Al-Ikhlas[112]:3-4
Kata lam ini begitu menarik dalam Al Qur'an karena menjaminkan sesuatu yang "tidak pernah". Apa yang dikatakan Allah di dalam surat Al Ikhlas itu menjaminkan Allah selamanya tidak akan pernah punya putra dan tidak akan ada yang bisa sebanding. Kalau ada yang mengaku sebagai anaknya Allah itu berarti berdusta. Kalau ada yang mengaku hebat seperti Fir'aun yang membandingkan dirinya dengan Tuhannya Musa (Allah) itu sia-sia.
Nah di ayat 4 surat Maryam tadi sedikit memberikan makna yang sama, khusus huruf lam nya. Nabi Dzakaria bilang apa pada doa beliau? "..dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku." Maknanya apa? Ketika beliau sudah sepuh sekali, sudah renta tulangnya, sudah putih ubannya, beliau belum punya putra. Beliau selalu berdoa dan tidak pernah putus.
Kalau orang dengan logika umum, memakai worldview nya manusia biasa, pasti sudah kecewa. "Kenapa sih ga punya putra, kenapa sihh." Nah tapi ini dia, orang yang memiliki cara pandang akhirat akan memiliki ciri yang lain. Apa itu? Akan selalu memiliki husnudzan kepada Allah sampai kapanpun, bahkan ketika kondisi tidak mendukung untuk husnudzan. "Kan aku berhak untuk menyalahkan Allah." نعوذ بالله من ذلك karena sampai tua belum punya putra. Tapi apa yang beliau katakan? Tidak akan pernah kecewa.
Nah prinsip pertamanya adalah kalau sampai hari ini temen-temen ingin menikah dan masih penasaran dengan siapa dia dan sudah berdoa dan belum juga tiba *kebanyakan kata dan yak wkwk, lanjut lanjut. Jangan pernah mengatakan "Ya Allah saya sudah berdoa kenapa tidak segera datang." "Saya sudah berdoa ya Allah kenapa belum dipertemukan." Kalimat ini begitu dibenci. Karena disebut oleh Rasulullah sebagai kalimat yang memburu-buru Allah dan kita menjadi sok tau dengan takdir masa depan. Ini tidak diperkenankan.
Jangan pernah menyalahkan takdir ketika memang sudah berikhtiar namun belum ada yang memang hadir untuk bersanding dengan kita. Terus berdoa tanpa harus menyalahkan, karena itu bagian dari adab. Bicara tentang Keluarga Qurani (tema kajian saat itu) tidak pernah lepas dari yang namanya adab. Adab itu dimulai darimana? Dari sebelum orangnya datang, dari sebelum pasangan hidup itu sendiri datang. Adabnya sudah dimulai dari sana.
Kalau kita pengen punya anak yang shalih shalihah. Jangan harap punya anak kalau sudah jadi anaknya. "Oh aku pengen dia shalih shalihah." Tidak. Keshalihan anak itu bahkan di create, di setting, di design jauh sebelum pernikahan itu terjadi. Kapan itu? Dari jauh, hari ini. Kalau belum menikah ya sekarang ini. Darimana nya dulu? Bahkan dari saat kita berdoa meminta jodohnya pun tidak boleh sampai memberikan sebuah nada dalam doa kita, sebuah bentuk menyalahkan. Itu namanya tidak beradab.
Nah itu point pertama yang disampaikan oleh ustadzah. Begitu banyak pelajaran yang bisa diambil untuk diterapkan. Point selanjutnya adalah setting di dalam Al Qur'an, surat 'Abasa. Setting yang penting untuk menjawab pertanyaan tentang "Apa makna sebuah pernikahan apabila sudah berakhir dalam sebuah kematian?" MasyaAllah. Akan ditulis di postingan selanjutnya InsyaAllah 🌸
1 note
·
View note
Photo
► MY RAMADAN GIFT!
❁ How To Become Sinless & A Hasanaat Billionaire Every Single Day! :) ❁
Bismillah Rabbi Zidnee Ilman “My Lord! Increase me in knowledge.” As our beloved Ramadan is leaving us, I thought this would be the perfect gift for everyone. For each and everyone of us to leave Ramadan sinless bi’ithnillah and become hasanat billionaires. Especially for busy Muslims who are pensive about not achieving their goals or have fallen short when compared to their counterparts. If you are dubious and feel you have not done enough, I pray this article will help you feel content, happy and confident about your ibadah. Make you feel you have achieved a lot this Ramadan – inshaAllah. I also pray that you continue these easy deeds on a daily basis. Before I state the deeds remember that your intention needs to be pure and for the sake of Allah alone. We can only attain perfection by being true slaves of Allah. The more our servitude increases, the more perfect we become and the higher we rise in status and attain Allah’s pleasure. I highly recommend that you take a print out of this article. Else this might end up being yet another article you read online but did not really benefit from. I have listed 7 easy deeds that everyone no matter how busy they are can benefit from. For ease and for tracking your progress I have also included a table. A Visual account of one’s ibadah progress is always an eeman booster. 🌸 DEED 1 | WUDU FOLLOWED BY 2 RAKAT SALAAH 🌸 Make Wudu/Ablution as perfectly as possible and offer 2 rakat Salaah with Khushoo without being distracted. Try your best to be least distracted and offer Salaah like you are seeing Allah and if you cannot do that atleast try to offer Salaah like Allah is watching your every move. Every Allah hu akbar and every Ruku and Sujood. Humble your heart and soul before Allah. Narrated Humran: (the slave of ‘Uthman) I saw ‘Uthman bin ‘Affan asking for a tumbler of water (and when it was brought) he poured water over his hands and washed them thrice and then put his right hand in the water container and rinsed his mouth, washed his nose by putting water in it and then blowing it out. then he washed his face and forearms up to the elbows thrice, passed his wet hands over his head and washed his feet up to the ankles thrice. Then he said, “Allah’s Messenger (ﷺ) said ‘If anyone performs ablution like that of mine and offers a two-rak’at prayer during which he does not think of anything else (not related to the present prayer) then his past sins will be forgiven.’ [Sahih Bukhari] Evidence – http://sunnah.com/bukhari/4/25 🌸 DEED 2 | SUBHAN ALLAHI WA BIHAMDIHI – 100 TIMES 🌸 This simple dhikr of 3-5 minutes will erase mountains of bad deeds. Reflect on what dhikr you are making and let the meaning of the dhikr sink in and change your life. Do not make robotic dhikr where your tongue is at work but your heart is lost. Always remember whenever you remember Allah, ALLAH REMEMBERS YOU! SubhanAllah!! 🙂 🙂 What greater honour there is than Allah, the creator, sustainer and Lord of the Universe remembering us. The door of Allah is always open for us: Remember me and I will remember you. We need to find our way to and through that door. Narrated Abu Huraira (ra) : Allah’s Messenger (ﷺ) said, “Whoever says, ‘Subhan Allahi wa bihamdihi,’ one hundred times a day, will be forgiven all his sins even if they were as much as the foam of the sea. [Bukhari] Evidence – http://sunnah.com/bukhari/80/100 🌸 DEED 3 | SAYING ASTAGHFIRULLAH THIS WAY 🌸 Are your sins worse than leaving Jihaad? Making this dhikr only one time will ensure you gain mountains of good deeds. The Messenger of Allah (ﷺ) said, “He who says: ‘Astaghfir ullah-alladhi la ilaha illa Huwal-Haiyul-Qayyumu, wa atubu ilaihi (I seek the forgiveness of Allah, there is no true god except Allah, the Ever-Living, the Self- Subsisting, and I turn to Him in repentance),’ his sins will be forgiven even if he should have run away from the battlefield (while he was engaged in fighting for the Cause of Allah).” Dua in Arabic: أستغفر الله الذي لا إله إلا هو الحي القيوم وأتوب إليه [Abu Dawud, At-Tirmidhi and Al-Hakim (on conditions of Al-Bukhari and Muslim for accepting Hadith)] Evidence – http://sunnah.com/riyadussaliheen/20/6 🌸 DEED 4 | DUA AFTER EATING 🌸 Reciting this small and beautiful dua after eating a meal will forgive your past sins. Just a little act of praising Allah for providing us with food. Messenger of Allah (ﷺ) said, “He who has taken food and says at the end: الحمد لله الذى أطعمنى هذا ورزقنيه من غير حول مني ولا قوة Al-hamdu lillahi-lladhi at ‘amani hadha, wa razaqanihi min ghairi haulin minni wa la quwwatin (All praise is due to Allah Who has given me food to eat and provided it without any endeavour on my part or any power) all his past sins will be forgiven.” [At-Tirmidhi] Evidence – http://sunnah.com/tirmidhi/48/89 🌸 DEED 5 | HABIT OF RECITING THIS AFTER EVERY WUDU 🌸 Every single one of us wants paradise. Imagine 8 gates of paradise being opened for you 5 times a day! Narrated ‘Umar (ra): Allah’s Messenger (ﷺ) said: “If one after performing ablution completely recites the following supplication: (Ash-hadu an la ilaha ill-Allahu wahdahu la sharika lahu, wa ash hadu anna Muhammadan ‘abduhu wa Rasuluhu) ‘I testify that there is no one worthy of worship but Allah, He is Alone and has no partner and Muhammad (ﷺ) is his slave and Messenger’, all the eight gates of Paradise will be opened for him and he may enter through any gate he wishes”. [Bulugh al-Maram] Evidence – http://sunnah.com/bulugh/1/66 🌸 DEED 6 | RECITE THIS DHIKR 4 TIMES 🌸 Reciting this dhikr one time equals doing ibadah for 6 continous hours. And if you recite this 4 times it will be as if you have been continuously praying 24 hours a day! Imagine the reward of praying 24 hours a day – subhanAllah Juwairiyah bint Al-Harith (May Allah be pleased with her) reported, the Mother of the Believers: The Prophet (saw) came out from my apartment in the morning as I was busy in performing the dawn prayer. He came back in the forenoon and found me sitting there. The Prophet (saw) said, “Are you still in the same position as I left you.” I replied in the affirmative. Thereupon the Prophet said, “I recited four words three times after I had left you. If these are to be weighed against all you have recited since morning, these will be heavier. These are: Subhan-Allahi wa bihamdihi, ‘adada khalqihi, wa rida nafsihi, wa zinatah ‘arshihi, wa midada kalimatihi [Allah is free from imperfection and I begin with His praise, as many times as the number of His creatures, in accordance with His Good Pleasure, equal to the weight of His Throne and equal to the ink that may be used in recording the words (for His Praise)].” [Muslim] Evidence – http://sunnah.com/riyadussaliheen/16/26 🌸 DEED 7 | SURAH IKHLAAS 3 TIMES 🌸 Nearly every single Muslim knows this but how many of us truly put this to practice or benefit from it? قُلْ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ. ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ. وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌۢ. Say, “He is Allah , [who is] One, Allah , the Eternal Refuge. He neither begets nor is born, Nor is there to Him any equivalent.” {Surah Al Ikhlaas 112} Abu Sa’id Al-Khudri (May Allah be pleased with him) reported about Surat Al-Ikhlas (Chapter 112): The Messenger of Allah (ﷺ) said, “By Him in Whose Hand my soul is, it is equivalent to one-third of the Qur’an.” According to another version, he (ﷺ) said to his Companions, “Is anyone of you incapable of reciting one-third of the Qur’an in one night?” They considered it burdensome and said: “O Messenger of Allah, which of us can afford to do that?” He (ﷺ) said, “Surat Al-Ikhlas [Say: He is Allah (the) One] is equivalent to one-third of the Qur’an.” [Al- Bukhari] Evidence – http://sunnah.com/riyadussaliheen/9/20 Islam is beautiful and Islam is easy. Our Rabb is Ar Rahman – Ar Raheem and He azza wa jal has given us so many easy pathways that lead to Jannah. Our beloved Prophet Muhammad ﷺ has encouraged us to follow a middle path without going to either extremes. This is a very small list of good deeds. My hope for my readers is that they continue to do this consistently even after Ramadan ends. And to push their comfort zones and do more good deeds in the form of extra Ibadah, charity, visiting the sick, sponsoring an orphan – the opportunities to please Allah are unlimited. Real eeman once lodged in the heart of a believer should become the center of a believers life who fears and loves Allah. This eeman should never remain in a stagnant phase it should flourish like a mighty tree of righteous deeds and should be unshakable like the strong mountain ranges. Dear reader I pray this little effort of mine is a source of confidence in your life with regards to your worship of Allah and that Allah gives you and I the tawfique to keep increasing our good deeds till we meet Him in Jannah where Allah is well pleased with us. Ameen ya rabbul alameen. If you have benefited from this article please leave a comment and share it with your family and friends. Authored by Shamsiya Noorul Quloob
6 notes
·
View notes
Text
TADABBUR AL-QUR’AN SURAT AL-IKHLASH
Selayang Pandang
Surat Al-Ikhlash adalah surat ke 112 dalam Al-Qur’an, terdiri dari 4 ayat, termasuk ke dalam golongan surat Makiyyah, dan diturunkan setelah surat An-Naas. Membaca surat ini bersama al-muawwidzatain setiap pagi dan petang sebanyak tiga kali adalah masyru’ (disyariatkan), berdasarkan hadits dari Abdullah bin Khubaib, dia berkata:
خَرَجْنَا فِي لَيْلَةِ مَطَرٍ وَظُلْمَةٍ شَدِيدَةٍ نَطْلُبُ رَسُولَ ال��َّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِيُصَلِّيَ لَنَا فَأَدْرَكْنَاهُ فَقَالَ أَصَلَّيْتُمْ فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا فَقَالَ قُلْ فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا ثُمَّ قَالَ قُلْ فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا ثُمَّ قَالَ قُلْ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَقُولُ قَالَ قُلْ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ حِينَ تُمْسِي وَحِينَ تُصْبِحُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ تَكْفِيكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ
“Kami keluar pada malam hari yang hujan dan sangat gelap agar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat bersama kami, dan kami bertemu dengannya. Beliau bertanya: ‘Sudahkah kamu shalat?’ Aku tidak menjawab apa-apa. Beliau bersabda lagi: ‘Katakanlah!’ Aku juga tidak mengatakan apa-apa. Lalu beliau bersabda lagi: ‘Katakanlah!’ Aku juga tidak mengatakan apa-apa. Lalu beliau bersabda lagi: ‘Katakanlah!’ maka aku berkata: ‘Ya Rasulullah apa yang aku katakan?’ Beliau bersabda: katakanlah ‘Qul Huwallahu Ahad dan Al Mu’awwidzatain (Al Falaq dan An Nas) pada sore hari dan pagi hari tiga kali, maka hal itu telah mencukupimu dari segala sesuatu.’” (Diriwayatkan oleh Abu Daud No. 5082. Syaikh Al Albani mengatakan: hasan, dalam Shahih wa Dha’if Sunan Abi Daud, No. 5082)[1]
Surat Al-Ikhlash dinamakan juga Surat Al-Asas, Qul Huwallahu Ahad, At-Tauhid, Al-Iman, dan masih banyak nama lainnya; karena mengandung pengajaran tentang tauhid.[2]
Ada dua sebab kenapa surat ini dinamakan Al Ikhlash.Yang pertama, dinamakan Al Ikhlash karena surat ini berbicara tentang ikhlash. Yang kedua, dinamakan Al Ikhlash karena surat ini murni membicarakan tentang Allah. Penjelasannya sebagai berikut.
Syaikh Muhammad bin Shaleh Al Utsaimin mengatakan bahwa Surat Al Ikhlas ini berasal dari ’mengikhlaskan sesuatu’ yaitu membersihkannya/memurnikannya. Dinamakan demikian karena di dalam surat ini berisi pembahasan mengenai ikhlas kepada Allah ’Azza wa Jalla. Oleh karena itu, barangsiapa mengimaninya, dia termasuk orang yang ikhlas kepada Allah.
Ada pula yang mengatakan bahwa surat ini dinamakan Al Ikhlash (di mana ikhlash berarti murni) karena surat ini murni membicarakan tentang Allah. Allah hanya mengkhususkan membicarakan diri-Nya, tidak membicarakan tentang hukum ataupun yang lainnya. Dua tafsiran ini sama-sama benar, tidak bertolak belakang satu dan lainnya.[3]
Keutamaan Surat Al-Ikhlash
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut surat ini sebagai satu surat yang sebanding dengan sepertiga Al-Qur’an.
عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَقْرَأَ فِي لَيْلَةٍ ثُلُثَ الْقُرْآنِ قَالُوا وَكَيْفَ يَقْرَأْ ثُلُثَ الْقُرْآنِ قَالَ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ تَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ
Dari Abud Darda’ dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda, “Apakah seseorang dari kamu tidak mampu membaca sepertiga al-Qur’ân di dalam satu malam?” Para sahabat bertanya, “Bagaimana seseorang (mampu) membaca sepertiga al-Qur’ân (di dalam satu malam)?” Beliau bersabda: “Qul Huwallaahu Ahad sebanding dengan sepertiga al-Qur’ân.” (HR. Muslim, no. 811)
Maknanya adalah bahwa kandungan al-Qur’an ada tiga bagian: (1) hukum-hukum, (2) janji dan ancaman, (3) nama-nama dan sifat-sifat Allah Azza wa Jalla . Dan surat ini semuanya berisi tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah Azza wa Jalla.[4]
Disebut “sebanding dengan sepertiga al-Qur’an” juga maknanya adalah dalam hal ganjaran pahala, dan bukan berarti membacanya tiga kali cukup sebagai pengganti mambaca al-Qur’an.[5]
Di dalam hadits lain disebutkan bahwa orang yang mencintainya akan dicintai oleh Allah Azza wa Jalla.
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ رَجُلًا عَلَى سَرِيَّةٍ وَكَانَ يَقْرَأُ لِأَصْحَابِهِ فِي صَلَاتِهِمْ فَيَخْتِمُ بِقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ فَلَمَّا رَجَعُوا ذَكَرُوا ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ سَلُوهُ لِأَيِّ شَيْءٍ يَصْنَعُ ذَلِكَ فَسَأَلُوهُ فَقَالَ لِأَنَّهَا صِفَةُ الرَّحْمَنِ ��َأَنَا أُحِبُّ أَنْ أَقْرَأَ بِهَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبِرُوهُ أَنَّ اللَّهَ يُحِبُّهُ
Dari ‘Aisyah bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus seorang laki-laki memimpin sekelompok pasukan, (ketika mengimami shalat) dia biasa membaca di dalam shalat jama’ah mereka, lalu menutup dengan ”Qul huwallaahu ahad”. Ketika mereka telah kembali, mereka menyebutkan hal itu kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Maka beliau berkata: “Tanyalah dia, kenapa dia melakukannya!” Lalu mereka bertanya kepadanya, dia menjawab: “Karena surat ini merupakan sifat Ar-Rahmaan (Allah Yang Maha Pemurah), dan aku suka membacanya”. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Beritahukan kepadanya bahwa Allah mencintainya”. (HR. Al-Bukhâri, no. 7375; Muslim, no. 813)
Asbabun Nuzul
Sebab turun surat al-Ikhlas ini adalah munculnya pertanyaan orang-orang kafir tentang nasab Allah Azza wa Jalla, sebagaimana disebutkan di dalam hadits :
عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ أَنَّ الْمُشْرِكِينَ قَالُوا لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْسُبْ لَنَا رَبَّكَ فَأَنْزَلَ اللَّهُ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ
Dari Ubayy bin Ka’ab radhiyallahu anhu bahwa orang-orang musyrik berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam , “Sebutkan nasab Rabbmu kepada kami!”, maka Allâh menurunkan: (Katakanlah: “Dia-lah Allâh, yang Maha Esa). (HR. Tirmidzi, no: 3364; Ahmad, no: 20714; Ibnu Abi ‘Ashim di dalam as-Sunnah 1/297. Dihasankan oleh Syaikh al-Albani).
Tadabbur Ayat 1:
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa”.
Kata (قُلْ) –artinya katakanlah-. Perintah ini ditujukan kepada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam dan juga umatnya.
Al-Qurtubhi mengatakan bahwa (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) maknanya adalah :
الوَاحِدُ الوِتْرُ، الَّذِي لَا شَبِيْهَ لَهُ، وَلَا نَظِيْرَ وَلَا صَاحَبَةَ، وَلَا وَلَد وَلَا شَرِيْكَ
Al Wahid Al Witr (Maha Esa), tidak ada yang serupa dengan-Nya, tidak ada yang sebanding dengan-Nya, tidak memiliki istri ataupun anak, dan tidak ada sekutu baginya.
Asal kata dari (أَحَدٌ) adalah (وَحْدٌ), sebelumnya diawali dengan huruf ‘waw’ kemudian diganti ‘hamzah’.[6]
Syaikh Al Utsaimin mengatakan bahwa kalimat (اللَّهُ أَحَدٌ) –artinya Allah Maha Esa-, maknanya bahwa Allah itu Esa dalam keagungan dan kebesarannya, tidak ada yang serupa dengan-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya.[7]
Para Ulama penyusun Tafsir al-Muyassar berkata, “Katakanlah wahai Rasul, ‘Dia-lah Allah Yang Esa dengan ulûhiyah (hak diibadahi), rubûbiyah (mengatur seluruh makhluk), asma’ was shifat (nama-nama dan sifat-sifat-Nya), tidak ada satupun yang menyekutui-Nya dalam perkara-perkara itu”.[8]
Buya Hamka mengatakan bahwa inilah pokok pangkal akidah, puncak dari kepercayaan. Mengakui bahwa yang dipertuhan itu ALLAH nama-Nya. Dan itu adalah nama dari Satu saja. Tidak ada Tuhan selain Dia. Dia Maha Esa, mutlak Esa, tunggal, tidak bersekutu yang lain dengan Dia.
Tadabbur Ayat Kedua
اللَّهُ الصَّمَدُ
Allah adalah ash-Shamad.
Ash-Shamad adalah satu nama di antara Asmaul Husna yang dimiliki Allah Azza wa Jalla. Di dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa para ulama memiliki beragam pemahaman berkenaan dengan makna as-Shamad, sebagai berikut:
(Rabb) yang segala sesuatu menghadap kepada-Nya dalam memenuhi semua kebutuhan dan permintaan mereka. Ini pendapat Ibnu Abbas radhiyallahu anhu dari riwayat ‘Ikrimah.
As-Sayyid (Penguasa) yang kekuasaan-Nya sempurna; as-Syarîf (Maha Mulia) yang kemuliaan-Nya sempurna; al-‘Azhîm (Maha Agung) yang keagungan-Nya sempurna; al-Halîm (Maha Sabar) yang kesabaran-Nya sempurna; al-‘Alîm (Mengetahui) yang ilmu-Nya sempurna; al-Hakîm (Yang Bijaksana) yang kebijaksanaan-Nya sempurna. Dia adalah Yang Maha Sempurna dalam seluruh sifat kemuliaan dan kekuasaan, dan Dia adalah Allah Yang Maha Suci. Sifat-Nya ini tidak layak kecuali bagiNya, tidak ada bagi-Nya tandingan dan tidak ada sesuatupun yang menyamai-Nya. Maha Suci Allâh Yang Maha Esa dan Maha Perkasa. Ini pendapat Ibnu Abbas radhiyallahu anhu dari riwayat ‘Ali bin Abi Thalhah radhiyallahu anhu.
Yang Maha Kekal setelah semua makhluk-Nya binasa. Ini pendapat al-Hasan dan Qatadah.
Al-Hayyu al-Qayyûm (Yang Maha Hidup, Maha berdiri sendiri dan mengurusi yang lain), yang tidak akan binasa. Ini pendapat al-Hasan.
Tidak ada sesuatupun yang keluar dari-Nya dan Dia tidak makan. Ini pendapat ‘Ikrimah.
Ash-Shamad adalah yang tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Ini pendapat ar-Rabi’ bin Anas.
Yang tidak berongga. Ini adalah pendapat Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Sa’id bin Musayyib, Mujahid, Abdullah bin Buraidah, ‘Ikrimah, Sa’id bin Jubair, ‘Atha bin Abi Rabbah, ‘Athiyah al-‘Aufi, adh-Dhahhak, dan as-Suddi.
Yang tidak memakan makanan dan tidak minum minuman. Ini pendapat asy-Sya’bi.
Cahaya yang bersinar. Ini pendapat Abdullah bin Buraidah.
Imam Thabarani rahimahullah berkata, “Semua makna ini benar, dan ini semua merupakan sifat Penguasa kita ‘Azza wa Jalla. Dia adalah tempat menghadap di dalam memenuhi semua kebutuhan, Dia adalah yang kekuasaan-Nya sempurna, Dia adalah ash-Shamad, yang tidak berongga, dia tidak makan dan tidak minum, Dia adalah Yang Maha Kekal setelah makhlukNya (binasa)“.
Dan imam al-Baihaqi juga berkata seperti ini.[10]
Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan Allahu as-Shamad, artinya, bahwa segala sesuatu ini adalah Dia yang menciptakan, sebab itu maka segala sesuatu itu kepada-Nyalah bergantung. Ada atas kehendak-Nya.
Kata Abu Hurairah: “Arti Ash-Shamadu ialah segala sesuatu memerlukan dan berkehendak kepada Allah, berlindung kepada-Nya, sedang Dia tidaklah berlindung kepada sesuatu jua pun.”
Husain bin Fadhal mengartikan: “Dia berbuat apa yang Dia mau dan menetapkan apa yang Dia kehendaki.”
Muqatil mengartikan: “Yang Maha Sempurna, yang tidak ada cacat-Nya.”
Tadabbur Ayat 3:
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
Makna Kalimat (لَمْ يَلِدْ) sebagaimana dikatakan Maqatil adalah: ”Tidak beranak kemudian mendapat warisan.” Sedangkan kalimat (وَلَمْ يُولَدْ) maksudnya adalah tidak disekutui. Demikian karena orang-orang musyrik Arab mengatakan bahwa Malaikat adalah anak perempuan Allah. Kaum Yahudi mengatakan bahwa ’Uzair adalah anak Allah. Sedangkan Nashara mengatakan bahwa Al Masih (Isa, pen) adalah anak Allah. Dalam ayat ini, Allah meniadakan itu semua.”[12]
Syaikh Musa’id ath-Thayyâr hafizhahullah berkata, “Yaitu: (Allah) ini Yang berhak diibadahi, Dia tidak dilahirkan sehingga akan binasa. Dia juga bukan suatu yang baru yang didahului oleh tidak ada lalu menjadi ada. Bahkan Dia adalah al-Awwal yang tidak ada sesuatupun sebelum-Nya, dan al-Âkhir yang tidak ada sesuatupun setelah-Nya.”[13]
Tegasnya, di ayat yang ketiga ini Allah Ta’ala membantah anggapan orang-orang musyrikin, kaum Yahudi dan Nasrani yang mengatakan bahwa Allah Ta’ala memiliki anak.
Di dalam Al-Qur’an banyak sekali firman-Nya yang juga membantah aqidah batil ini.
بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُ وَلَدٌ وَلَمْ تَكُنْ لَهُ صَاحِبَةٌ ۖ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Dia Pencipta langit dan bumi. bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-An’am, 6: 101).
Di dalam firman-Nya yang lain, Allah Ta’ala berfirman,
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَٰنُ وَلَدًا ﴿﴾ لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا ﴿﴾ تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا ﴿﴾ أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَٰنِ وَلَدًا
Dan mereka berkata, “Rabb yang Maha Pemurah mempunyai anak”. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka menda’wakan bahwa Allâh yang Maha Pemurah mempunyai anak. (QS. Maryam, 19: 88-91).
Di dalam salah satu hadits Qudsi disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قَالَ اللَّهُ كَذَّبَنِي ابْنُ آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ وَشَتَمَنِي وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ أَمَّا تَكْذِيبُهُ إِيَّايَ أَنْ يَقُولَ إِنِّي لَنْ أُعِيدَهُ كَمَا بَدَأْتُهُ وَأَمَّا شَتْمُهُ إِيَّايَ أَنْ يَقُولَ اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا وَأَنَا الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ أَلِدْ وَلَمْ أُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لِي كُفُؤًا أَحَدٌ
Allâh berkata: “Anak Adam mendustakanKu, padahal dia tidak pantas melakukannya. Dia juga mencelaKu, padahal dia tidak pantas melakukannya. Adapun pendustaannya kepadaKu adalah perkataannya bahwa Aku tidak akan menghidupkannya kembali sebagaimana Aku telah memulai penciptaannya. Sedangkan celaannya kepadaKu adalah perkataannya bahwa Aku memiliki anak, padahal Aku adalah Ash-Shamad, Aku tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara denganKu.” (HR. Bukhari, no. 4975)
Meskipun demikian besar kemurkaan Allah Ta’ala kepada manusia-manusia beraqidah menyimpang tersebut; Dia tetap melimpahkan kesehatan dan rizki kepada mereka. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
لَيْسَ أَحَدٌ أَوْ لَيْسَ شَيْءٌ أَصْبَرَ عَلَى أَذًى سَمِعَهُ مِنْ اللَّهِ إِنَّهُمْ لَيَدْعُونَ لَهُ وَلَدًا وَإِنَّهُ لَيُعَافِيهِمْ وَيَرْزُقُهُمْ
“Tidak ada seorangpun yang lebih sabar daripada Allah terhadap gangguan yang dia dengarkan. Sebagian manusia menganggap Allâh memiliki anak, namun Dia tetap memberikan keselamatan/kesehatan dan memberi rizqi kepada mereka.” (HR. Al-Bukhâri, no. 6099; Muslim, no. 2804).
Tadabbur Ayat Keempat:
وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”
Maksudnya adalah tidak ada seorang pun sama dalam setiap sifat-sifat Allah. Jadi Allah meniadakan dari diri-Nya memiliki anak atau dilahirkan sehingga memiliki orang tua. Juga Allah meniadakan adanya yang semisal dengan-Nya.[14]
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya dalam ayat keempat ini, yakni: tiada beristri; hal ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
بَدِيعُ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ أَنَّى يَكُونُ لَهُ وَلَدٌ وَلَمْ تَكُنْ لَهُ صاحِبَةٌ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ
“Dia pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak, padahal Dia tidak mempunyai istri, Dia menciptakan segala sesuatu.” (QS. Al-An’am: 101)
Dialah Yang memiliki segala sesuatu dan Yang Menciptakannya, maka mana mungkin Dia mempunyai tandingan dari kalangan makhluk-Nya yang menyamai-Nya atau mendekati-Nya, Mahatinggi lagi Mahasuci Allah dari semuanya itu.[15]
Sedangkan Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di mengatakan makna ayat: ”dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia” yaitu tidak ada yang serupa (setara) dengan Allah dalam nama, sifat, dan perbuatan.
Demikianlah tadabbur surat Al-Ikhlash. Semoga Allah Ta’ala mengokohkan ma’rifat kita kepada-Nya.
Wallahu A’lam.
1 note
·
View note
Photo
Mengumpulkan dua telapak tangan. Lalu ditiup dan dibacakan surat al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Naas. Kemudian dengan dua telapak tangan mengusap tubuh yang dapat dijangkau dengannya. Dimulai dari kepala, wajah dan tubuh bagian depan 3x. بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللَّهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌۢ ﴿٤﴾ (1) Katakanlah: Dialah Allah Yang Maha Esa. (2) Allah adalah Ilah yang bergantung kepada-Nya segala urusan. (3) Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan. (4) Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia. (Al-Ikhlas [112]: 1-4). بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَق�� ﴿١﴾ مِن شَرِّ مَا خَلَقَ ﴿٢﴾ وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ ﴿٣﴾ وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِى الْعُقَدِ ﴿٤﴾ وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ ﴿٥﴾ (1) Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai Subuh. (2) Dari kejahatan makhluk-Nya. (3) Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. (4) Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul. (5) Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki. (Al-Falaq [113]: 1-5). بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ﴿١﴾ مَلِكِ النَّاسِ ﴿٢﴾ إِلَـٰهِ النَّاسِ ﴿٣﴾ مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ ﴿٤﴾ الَّذِى يُوَسْوِسُ فِى صُدُورِ النَّاسِ ﴿٥﴾ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ ﴿٦﴾ (1) Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb manusia. (2) Raja manusia. (3) Sembahan manusia. (4) Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi. (5) Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. (6) Dari jin dan manusia. (An-Nas [114]: 1-6). HR. Al-Bukhari 9/62 dengan Fathul Baari dan Muslim 4/1723. Sumber: Hisnul Muslim. #doatidur #adabtidur #fadhilahamal #berdoa #muslim #islam #penaislam #belajar https://www.instagram.com/p/CEhTfNrphgc/?igshid=18uyzbcift9dw
0 notes
Text
1) Dua & Dhikr after Salat
1.1) Recite Astaghfirullah Three Times Followed by Dua
Thawban (ra), the freed slave of Allah's Messenger, narrated that:
Allah's Messenger said: "When Allah's Messenger wanted to finish his Salah, he would seek forgiveness from Allah three times, then say:
Allahumma Antas-Salam, Wa Minkas-Salam, Tabarakta Zal-Jalali Wal-Ikram
استغفر الله استغفر الله استغفر الله
اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ
'O Allah! You are the One free of defects and perfection is from You. Blessed are You, O Possesor of Majesty and Honor.'"
Jami` at-Tirmidhi 300
1.2) Recite Supplication for Being Steadfast and Grateful
Mu'adh b. Jabal (ra) reported that the Messenger of Allah (ﷺ) caught his hand and said:
By Allah, I love you, Mu'adh. I give some instruction to you. Never leave to recite this supplication after every (prescribed) prayer:
Allahumma A'inni 'Ala Zikrika Wa Shukrika Wa Husni 'ibadatik
اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
"O Allah, help me in remembering You, in giving You thanks, and worshipping You well."
Sunan Abu Dawud 1522
1.3) Recite the Recommended Dhikr after Salat
Abu Huraira (ra) reported Allah's Messenger (ﷺ) as saying:
If anyone glorifies Allah (SubhanAllah) after every prayer thirty-three times, and praises Allah (Alhamdulillah) thirty-three times, and declares His Greatness (Allahu Akbar) thirty-three times, ninety-nine times in all, and says to complete a hundred:"
Laa ilaha ill-Allah Wahdahu Laa Shareeka Lahu, Lahul-Mulk Wa Lahu’l-Hamd Wa Huwa ‘Ala Kulli Shay’in Qadeer
سُبْحَانَ اللَّه الْحَمْدُ لِلَّه اللَّهُ أَكْبَر
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ ��َهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
[None has the right to be worshipped but Allah Alone, Who has no partners, to Him belongs Dominion and to Him belong all the Praises, and He has power over all things (i.e. Omnipotent)]." his sins will be forgiven even if they were as abundant as the foam of the sea.
Sahih Muslim 597 a
Ka'b b. 'Ujra (ra) reported Allah's Messenger (ﷺ) as saying:
There are certain statements, the repeaters of which, or the performers of which, after every prescribed prayer will never be caused disappointment: "Glory be to Allah" (SubhanAllah) thirty-three times. "Praise be to Allah" (Alhamdulillah) thirty-three times and" Allah is most Great" (Allahu Akbar) thirty-four times.
سُبْحَانَ اللَّه الْحَمْدُ لِلَّه اللَّهُ أَكْبَر
Sahih Muslim 596
1.4) Recite Ayatul Kursi
“Whoever reads Ayatul Kursi (Surat Al-Baqarah [2:255]) after every obligatory prayer, nothing will prevent this person from entering Jannah except death.”
Collected by an Nasai and authenticated
by ibn Hibban and al Albani in Saheeh al Jaami’ as Sagheer 6464
1.5) Recite the Last Three Surahs of the Quran
Narrated Uqbah ibn Amir (ra):
The Messenger of Allah (ﷺ) commanded me to recite Mu'awwidhat (the last three surahs of the Qur'an) after every prayer.
Last 3 Surahs - Arabic with English
Surat Al Ikhlas (ch-112)
Bismillaahir Rahmaanir Raheem
1. Qul Huwal Laahu Ahad
2. Allah Hus Samad
3. Lam Yalid Wa Lam Yoolad
4. Wa Lam Yakul Lahu Kufuwan Ahad
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
اللَّهُ الصَّمَدُ
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ
1. Say: He is Allah, the One and Only;
2. Allah, the Eternal, Absolute;
3. He begets not, nor is He begotten;4. And there is none like unto Him.
Surat Al Falaq (ch-113)
Bismillaahir Rahmaanir Raheem
1. Qul A'uzoo Bi Rabbil-Falaq
2. Min Sharri Ma Khalaq
3. Wa Min Sharri Ghasiqin Iza Waqab
4. Wa Min Sharrin Naffaa Thaati Fil 'Uqad
5. Wa Min Sharri Haasidin Iza Hasad
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ
مِن شَرِّ مَا خَلَقَ
وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ
وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ
وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
1. Say: I seek refuge with the Lord of the Dawn
2. From the mischief of created things;
3. From the mischief of darkness as it overspreads;
4. From the mischief of those who practice blowing onto knots (magic);
5. And from the mischief of the envious one as he practices envy.
Surat An Nas (ch-114)
Bismillaahir Rahmaanir Raheem
1. Qul A'uzu Birabbin Naas
2. Malikin Naas
3. ilaahin Naas
4. Min Sharril Was Waasil Khannaas
5. Al Lazee Yuwas Wisu Fee Sudoorin Naas
6. Minal Jinnati Wan Naas
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ
مَلِكِ النَّاسِ
إِلَٰهِ النَّاسِ
مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ
الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ
مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
1. Say: I seek refuge with the Lord and Cherisher of Mankind,
2. The King (or Ruler) of Mankind,
3. The God of Mankind, -
4. From the evil of the retreating whisper, -
5. (The same) who whispers into the hearts of Mankind, -
6. Among Jinns and among men.
Sunan Abu Dawud 1523
1.6) Recite Recommended Du'a after Fajr Prayer
It was narrated from Umm Salamah (ra) that when the Prophet (ﷺ) performed the Subh (morning prayer), while he said the Salam, he would say:
Allahumma inni As’aluka ‘ilman Nafi’an, Wa Rizqan Tayyiban, Wa ‘Amalan Mutaqabbalan
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلا
(O Allah, I Ask You for Beneficial knowledge, goodly provision and acceptable deeds).
Sunan Ibn Majah 925
1.7) Recite the Recommended Dhikr after Witr Prayer
Sa'eed bin 'Abdur-Rahman bin Abza (ra) narrated from his father, that:
Ubayy bin Ka'b (ra) said: "The Messenger of Allah (ﷺ) when he said the salam (for witr),
he would say:
Subhanal-Malikil-Quddus
سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ
(Glory be to the Sovereign, the Most Holy) three times."
Sunan an-Nasa'i 1729
1.8) Recite Recommended Du'a after Maghrib Prayer
Umarah bin Shabib As-Saba’i (ra) narrated that the Messenger of Allah (ﷺ) said:
“Whoever says: none has the right to be worshipped but Allah, Alone, without partner, to Him belongs all that exists, and to Him belongs the praise, He gives life and causes death, and He is powerful over all things,
La ilaha ill-Allah, Wahdahu La Sharika Lahu, Lahul-Mulku Wa Lahul-Hamdu, Yuhyi Wa Yumitu, Wa Huwa `Ala Kulli Shai’in Qadir
لا إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
ten times at the end of Al-Maghrib - Allah shall send for him protectors to guard him from Shaitan until he reaches morning, and Allah writes for him ten good deeds, Mujibat, and He wipes from him ten of the destructive evil deeds, and it shall be for him the equal of freeing ten believing slaves.”
Jami` at-Tirmidhi 3534
0 notes
Photo
Who is Allah? আল্লাহ্ কে?
Allah is the One and Only True God.
আল্লাহ্ একমাত্র সত্য মাবুদ
Allah, Arabic Allāh (“God”), the One and Only God in Islam.
Allah Says about Himself in
Holy Quran:
Surat Al-Ikhlas
A'oudhu Billahi Minashaytan irrajeem
Bismillah irra'hman irra'heem
Qul huwa Allahu a'had (1) Allahu as-samad (2) Lam yalid walam yoolad (3) Walam yakun lahu kufuwan a'had (4) (Al-Ikhlas, 112: 1 - 4).
I seek refuge with Allah from the stoned Shaytan In the Name of Allah, the Beneficent, the Merciful
Say: He is Allah, (the) One; (1) Allah, the Eternal; (2)He did not beget (give birth) and He was not begotten (given birth to); (3) And there has never been anyone equal to Him. (4) (Surat Al-Ikhlas, 112: 1 - 4)
https://www.youtube.com/watch?v=B7QSUyE–Wo&t=14s
1 note
·
View note
Text
📖 REMINDER 📖
Dzikir pagi
Untuk waktunya, yang utama dibaca saat masuk waktu Shubuh hingga matahari terbit. Namun boleh juga dibaca sampai matahari akan bergeser ke barat (mendekati waktu Zhuhur).
Bacaan dzikir pagi
1. Dzikir Pagi 1 (Ta’awudz)
Dibaca 1x
أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
A'uudzu billaahi minasy-syaithoonir-rojiim.
Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.
Sumber: Hisnul Muslim.
2. Dzikir Pagi 2 (Ayat Kursi)
Dibaca 1x
اللَّهُ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَّهُۥ مَا فِى السَّمَاوَاتِ وَمَا فِى الْأَرْضِ ۗ مَن ذَا الَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَىْءٍ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ وَلَا يَئُودُهُۥ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ الْعَلِىُّ الْعَظِيمُ ﴿٢٥٥﴾
Allah, tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia Yang Hidup Kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi, dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya. Dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (Al-Baqarah [2]: 255).
"Barangsiapa membaca kalimat ini ketika pagi hari, maka ia dijaga dari (ganguan) jin hingga sore hari. Dan barangsiapa mengucapkannya ketika sore hari, maka ia dijaga dari (ganguan) jin hingga pagi hari." (HR. Al-Hakim 1/562. Al-Albani berpendapat hadits tersebut shahih dalam Shahih At-Targhib wat Tarhib 1/273 dan beliau menisbatkan hadits tersebut kepada An-Nasa'i dan Ath-Thabrani, beliau berkata, isnad Ath-Thabrani jayyid).
3. Dzikir Pagi 3 (Q.S Al-Ikhlas)
Dibaca 3x
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللَّهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌۢ ﴿٤﴾
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
(1) Katakanlah: Dialah Allah Yang Maha Esa.
(2) Allah adalah Ilah yang bergantung kepada-Nya segala urusan.
(3) Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan.
(4) Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.
(Al-Ikhlas [112]: 1-4).
HR. Abu Dawud 4/322, At-Tirmidzi 5/567 dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/182.
"Barangsiapa membaca tiga surat tersebut (surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas, ketiganya dinamakan Al-Mu'awwidzaat) sebanyak 3x setiap pagi dan sore hari, maka itu (tiga surat tersebut) cukup baginya dari segala sesuatu." (Yaitu melindunginya dari segala bentuk bahaya dengan izin Allah).
Sumber: Hisnul Muslim.
4. Dzikir Pagi 4 ( Q.S Al-Falaq)
Dibaca 3x
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ ﴿١﴾ مِن شَرِّ مَا خَلَقَ ﴿٢﴾ وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ ﴿٣﴾ وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِى الْعُقَدِ ﴿٤﴾ وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ ﴿٥﴾
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
(1) Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai Subuh.
(2) Dari kejahatan makhluk-Nya.
(3) Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita.
(4) Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul.
(5) Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki.
(Al-Falaq [113]: 1-5).
HR. Abu Dawud 4/322, At-Tirmidzi 5/567 dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/182.
"Barangsiapa membaca tiga surat tersebut (surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas, ketiganya dinamakan Al-Mu'awwidzaat) sebanyak 3x setiap pagi dan sore hari, maka itu (tiga surat tersebut) cukup baginya dari segala sesuatu." (Yaitu melindunginya dari segala bentuk bahaya dengan izin Allah).
Sumber: Hisnul Muslim.
5. Dzikir Pagi 5 ( Q. S An-Naas)
Dibaca 3x
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ﴿١﴾ مَلِكِ النَّاسِ ﴿٢﴾ إِلَـٰهِ النَّاسِ ﴿٣﴾ مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ ﴿٤﴾ الَّذِى يُوَسْوِسُ فِى صُدُورِ النَّاسِ ﴿٥﴾ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ ﴿٦﴾
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
(1) Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb manusia.
(2) Raja manusia.
(3) Sembahan manusia.
(4) Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi.
(5) Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.
(6) Dari jin dan manusia.
(An-Nas [114]: 1-6).
HR. Abu Dawud 4/322, At-Tirmidzi 5/567 dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/182.
"Barangsiapa membaca tiga surat tersebut (surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas, ketiganya dinamakan Al-Mu'awwidzaat) sebanyak 3x setiap pagi dan sore hari, maka itu (tiga surat tersebut) cukup baginya dari segala sesuatu." (Yaitu melindunginya dari segala bentuk bahaya dengan izin Allah).
Sumber: Hisnul Muslim.
6. Dzikir Pagi 6
Dibaca 1x
أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِيْ هَـٰذَا الْيَوْمِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهُ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيْ هَـٰذَا الْيَوْمِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهُ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوْءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ
Ash-bahnaa wa ash-bahal mulku lillaah, wal hamdulillaah, laa ilaaha illallaah, wahdahu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamd, wa huwa 'alaa kulli syai-in qodiir. Robbi as-aluka khoiro maa fii haadzal yaumi wa khoiro maa ba'dahu, wa a'uudzu bika min syarri maa fii haadzal yaumi wa syarri maa ba'dahu, robbi a'uudzu bika minal kasali wa suu-il kibar, robbi a'uudzu bika min 'adzaabin fin-naari wa 'adzaabin fil qobr.
Kami telah memasuki waktu pagi dan kerajaan hanya milik Allah, segala puji bagi Allah. Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya pujian. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Hai Tuhan, aku mohon kepada-Mu kebaikan di hari ini dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan hari ini dan kejahatan sesudahnya. Wahai Tuhan, aku berlindung kepadaMu dari kemalasan dan kejelekan di hari tua. Wahai Tuhan, aku berlindung kepadaMu dari siksaan di Neraka dan kubur.
HR. Muslim 4/2088.
7. Dzikir Pagi 7
Dibaca 1x
اَللَّهُمَّ بِكَ أَصْبَحْنَا، وَبِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ نَحْيَا، وَبِكَ نَمُوْتُ، وَإِلَيْكَ النُّشُوْرُ
Allaahumma bika ash-bahnaa, wa bika amsainaa, wa bika nahyaa, wa bika namuutu, wa ilaikan-nusyuur.
Ya Allah, dengan rahmat dan pertolonganMu kami memasuki waktu pagi, dan dengan rahmat dan pertolonganMu kami memasuki waktu sore. Dengan rahmat dan pertolonganMu kami hidup dan dengan kehendakMu kami mati. Dan kepadaMu kebangkitan (bagi semua makhluk).
HR. At Turmudzi 3391 dan dishahihkan Al-Albani.
8. Dzikir Pagi 8 (Sayyidul Istighfar)
Dibaca 1x
اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ، لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ، وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْ��ُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ لَكَ بِذَنْبِيْ، فَاغْفِرْ لِيْ، فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ
Allaahumma anta robbii, laa ilaaha illaa anta, kholaqtanii, wa anaa 'abduka, wa anaa 'alaa 'ahdika wa wa'dika mas-tatho'tu, a'uudzu bika min syarri maa shona'tu, abuu-u laka bini'matika 'alayya, wa abuu-u laka bi-dzanbii, faghfir lii, fa-innahu laa yagh-firudz-dzunuuba illaa anta.
Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau, Engkaulah yang menciptakan aku. Aku adalah hambaMu. Aku akan setia pada perjanjianku denganMu semampuku. Aku berlindung kepadaMu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmatMu kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.
HR. Al Bukhari no. 5522, 6306 dan 6323, at-Tirmidzi no. 3393, an-Nasa'i no. 5522 dan lain-lain.
9. Dzikir Pagi 9
Dibaca 3x
اَللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَدَنِيْ، اَللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ سَمْعِيْ، اَللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَصَرِيْ، لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ. اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ، اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ
Allaahumma 'aafinii fii badanii, allaahumma 'aafinii fii sam'ii, allaahumma 'aafinii fii bashorii, laa ilaaha illaa anta. Allaahumma innii a'uudzu bika minal kufri wal faqr, allaahumma innii a'uudzu bika min 'adzaabil qobr, laa ilaaha illaa anta.
Ya Allah, selamatkan tubuhku (dari penyakit dan yang tidak aku inginkan). Ya Allah, selamatkan pendengaranku (dari penyakit dan maksiat atau sesuatu yang tidak aku inginkan). Ya Allah, selamatkan penglihatanku, tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kekufuran dan kefakiran. Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari siksa kubur, tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau.
HR. Abu Dawud 4/324, Ahmad 5/42, An-Nasai dalam 'Amalul Yaum wal Lailah no. 22, halaman 146, Ibnus Sunni no. 69. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad. Syaikh Abdul Aziz bin Baaz menyatakan sanad hadits tersebut hasan. Lihat juga Tuhfatul Akhyar, halaman 26.
10. Dzikir Pagi 10
Dibaca 1x
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي، اَللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي، وَآمِنْ رَوْعَاتِي، اَللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِي، وَعَنْ يَمِينِي، وَعَنْ شِمَالِي، وَمِنْ فَوْقِي، وَأَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي
Allaahumma innii as-alukal 'afwa wal 'aafiyata fid-dunyaa wal aakhiroh, allaahumma innii as-alukal 'afwa wal 'aafiyata fii dinii, wa dunyaaya, wa ahlii, wa maalii, allaahummas-tur 'aurootii, wa aamin rou'aatii, allaahummah-fazhnii min baini yadayya, wa min kholfii, wa 'an yamiinii, wa 'an syimaalii, wa min fauqii, wa a'uudzu bi'azhomatika an ugh-taala min tahtii.
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon maaf (ampunan) dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon maaf (ampunan) dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku (aurat badan, cacat, aib dan sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan tenteramkanlah aku dari rasa takut. Ya Allah, peliharalah aku dari muka, belakang, kanan, kiri dan atasku. Aku berlindung dengan kebesaranMu, agar aku tidak disambar dari bawahku (oleh ulat, tenggelam atau ditelan bumi dan lain-lain).
HR. Abu Daud no. 5074 dan Ibnu Majah no. 3871. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih.
11. Dzikir Pagi 11
Dibaca 1x
اَللَّهُمَّ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ، رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيْكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِيْ، وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ، وَأَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِيْ سُوْءًا، أَوْ أَجُرَّهُ إِلَى مُسْلِمٍ
Allaahumma 'aalimal ghoibi wasy-syahaadati, faathiros-samaawaati wal ardh, robba kulli syai-in wa maliikahu, asyhadu al-laa ilaaha illaa anta, a'uudzu bika min syarri nafsii, wa min syarrisy-syaithooni wa syirkih, wa an aqtarifa 'alaa nafsii suu-an, au ajurrohu ilaa muslim.
Ya Allah, yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, wahai Tuhan pencipta langit dan bumi, Tuhan segala sesuatu dan yang merajainya. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau. Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan diriku, setan dan balatentaranya, dan aku (berlindung kepadaMu) dari berbuat kejelekan terhadap diriku atau mendorongnya kepada seorang muslim.
HR. At-Tirmidzi dan Abu Dawud. Lihat kitab Shahih At-Tirmidzi 3/142.
12. Dzikir Pagi 12
Dibaca 3x
بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي اْلأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاءِ، وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Bismillaahil-ladzii laa yadhurru ma'as-mihi syai-un, fil ardhi wa laa fis-samaa', wa huwas-samii'ul 'aliim.
Dengan nama Allah, yang tidak akan berbahaya dengan namaNya, segala sesuatu di bumi dan langit, Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
HR. Abu Dawud 4/323, At-Tirmidzi 5/465, Ibnu Majah dan Ahmad. Lihat Shahih Ibnu Majah 2/332, Al-Allamah Ibnu Baaz berpendapat, isnad hadits tersebut hasan dalam Tuhfatul Akhyar hal. 39.
13. Dzikir Pagi 13
Dibaca 3x
رَضِيْتُ بِاللَّهِ رَبًّا، وَبِاْلإِسْلاَمِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا
Rodhiitu billaahi robbaa, wa bil islaami diinaa, wa bimuhammadin shollallaahu 'alaihi wa sallama nabiyyaa.
Aku rela Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku dan Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai nabiku (yang diutus oleh Allah).
HR. Ahmad 4/337, An-Nasa'i dalam 'Amalul Yaum wal Lailah no. 4 dan Ibnus Sunni no. 68. Abu Daud 4/418, At-Tirmidzi 5/465 dan Ibnu Baaz berpendapat, hadits tersebut hasan dalam Tuhfatul Akhyar hal. 39.
"Barangsiapa membacanya sebanyak 3x ketika pagi dan sore hari, maka hak Allah memberikan keridhaanNya kepadanya pada hari Kiamat."
14. Dzikir Pagi 14
Dibaca 1x
يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، أَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ، وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ
Yaa hayyu yaa qoyyuum, birohmatika astaghiits, ashlih lii sya'nii kullah, wa laa takilnii ilaa nafsii thorfata 'ain.
Wahai Tuhan Yang Maha Hidup, wahai Tuhan Yang Berdiri Sendiri (tidak butuh segala sesuatu), dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan, perbaikilah segala urusanku, dan jangan Kau serahkan kepadaku meskipun sekejap mata (tanpa mendapat pertolongan dariMu).
HR. An-Nasa'i dalam Sunan al-Kubro, Al-Hakim dalam al-Mustadzrak, Al-Baihaqi dalam Asma wa shifat dan dishahihkan Al Albani dalam Silsilah as-Shahihah no. 227).
15. Dzikir Pagi 15
Dibaca 1x
أَصْبَحْنَا عَلَى فِطْرَةِ اْلإِسْلاَمِ، وَعَلَى كَلِمَةِ اْلإِخْلاَصِ، وَعَلَى دِيْنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلَى مِلَّةِ أَبِيْنَا إِبْرَاهِيْمَ، حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
Ash-bahnaa 'alaa fithrotil islaam, wa 'alaa kalimatil ikhlaash, wa 'alaa diini nabiyyinaa muhammadin shollallaahu 'alaihi wa sallam, wa 'alaa millati abiinaa ibroohiim, haniifan musliman wa maa kaana minal musyrikiin.
Di waktu pagi kami berada di atas fitrah Islam, kalimat ikhlas, agama Nabi kami Muhammad, dan agama ayah kami Ibrahim, yang berdiri di atas jalan yang lurus, muslim dan tidak tergolong orang-orang musyrik.
HR. Ahmad 3/406-407, 5/123. Lihat juga Shahihul Jami' 4/290. Ibnus Sunni juga meriwayatkannya di 'Amalul Yaum wal Lailah no. 34.
16. Dzikir Pagi 16
Dibaca 10x atau 1x. Atau dibaca 100x -pagi-
لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Laa ilaaha illallaah, wahdahu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamd, wa huwa 'alaa kulli syai-in qodiir.
Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya pujian. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
[1] HR. Abu Dawud 4/319, Ibnu Majah dan Ahmad 4/60. Lihat Shahih At-Targhib wat Tarhib 1/270, Shahih Abu Dawud 3/957, Shahih Ibnu Majah 2/331 dan Zadul Ma'ad 2/377.
[2] HR. Al-Bukhari 4/95 dan Muslim 4/2071
17. Dzikir Pagi 17
Dibaca 3x
سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقِهِ، وَرِضَا نَفْسِهِ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ، وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ
Subhaanallaahi wa bihamdihi 'adada kholqih, wa ridhoo nafsih, wa zinata 'arsyih, wa midaada kalimaatih.
Maha Suci Allah, aku memuji-Nya sebanyak makhluk-Nya, sesuai keridhaan-Nya, seberat timbangan arasy-Nya dan sebanyak tinta (yang menulis) kalimat-Nya.
HR. Muslim 2726.
18. Dzikir Pagi 18
Dibaca 1x
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
Allaahumma innii as-aluka 'ilman naafi'an, wa rizqon thoyyiban, wa 'amalan mutaqobbalan.
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal dan amal yang diterima.
HR. Ibnu As-Sunni dalam 'Amalul Yaum wal Lailah, no. 54 dan Ibnu Majah 925. Isnadnya hasan menurut Abdul Qadir dan Syu'aib Al-Arna'uth dalam tahqiq Zad Al-Ma’ad 2/375.
Keterangan:
2 notes
·
View notes
Text
Understanding the Nature of God: A King Like Other Kings?
New Post has been published on https://www.truth-seeker.info/does-god-exist/understanding-the-nature-of-god-a-king-like-other-kings/
Understanding the Nature of God: A King Like Other Kings?
By Shahul Hameed
Understanding the Nature of God
Question:
When used about Allah, the word king means the Source of all Power, the Ultimate Authority, the Unquestionable Ruler, the Law-Giver, etc.
Koran says: “there is nothing in existence like unto Him.” But (I’ll cite just one name here, Big Brother has 99 names), Allah’s name is “the King.” So… either He is like a king or not. If so, then Surat Al-Ikhlas is invalid, for He IS like something. If not, why call Him King in the first place?
Answer:
To understand this concept, we need to understand that Muslims believe that in the noble Qur’an it is Allah Almighty Who addresses humans. And Muslims also believe that Allah is the All-Powerful, All-Knowing, Sovereign God of everything in existence.
Allah is Transcendent (that is, existing beyond our mundane world of space and time), and it is He Who created humans having a body and soul, and placed them on earth as His vicegerents or ambassadors.
Humanity’s Progress… or Not
As humans have been appointed as Allah’s vicegerents on earth, He bestowed on them special powers and capabilities like reason, imagination, memory, inquisitiveness, etc.
It is these powers of humans that have enabled them to make huge progress in the fields of science, technology, and art.
Yet, humanity’s achievements as moral and spiritual beings are quite dismal. Muslims believe that this is because of their negligence of the divine guidance Allah Almighty has given them.
In the noble Qur’an, we find the Transcendent God of the universe addressing temporal humans through revelation. Revelation of the divine message takes place in human language, whether it is Hebrew, Aramaic, or Arabic.
Language: A Part of History and Culture
We know that a language used by a people is part and parcel of the history and culture of that people. And for this reason, the best medium of expression for a particular people is their own language. So we do not have verbal equivalents in one language for certain ideas easily expressed in another language.
For instance, the Eskimo language has a wide range of words to describe the subtle changes in snowfall.
The Arabic language may not have equivalents for all those words. But Arabic has words for different kinds of desert winds, which the Eskimos cannot imagine.
The foregoing means that people in one culture do not understand aspects of life in another culture. If so, how can we humans who are confined within the narrow bounds of this world clearly understand the nature of God whose existence transcends our world of space and time?
Conveying Ideas through Similes and Metaphors
The only possibility is to use similes and metaphors based on our life experiences to convey some ideas of the transcendent reality. That is what we see in the noble Qur’an, when God speaks about Himself.
God has no beginning, no end; while humans have a beginning and an end; so humans have difficulty in conceiving a Being so entirely different from them, while the truth is that there is nothing in the world like God.
As part of the divine guidance in the Qur’an, God teaches us what our role in the world is. To put the whole subject in perspective, He tells us about Himself in the first place, as far as we humans can understand His transcendent nature, which is unique and so unlike anything we know of.
If people have a good idea of the many styles and devices writers adopt to convey abstruse and difficult ideas, they can easily find an answer to the question you raised.
In fact, creative writers employ many literary devices to drive home their ideas or to appeal to people’s aesthetic sense. For instance, there are figures of speech like similes and metaphors commonly used in language for effective expression.
A simile is used for comparison highlighting some point of similarity in essentially different things. Here is the definition of “simile” as given in the American Heritage Dictionary of the English Language, Fourth Edition:
n. A figure of speech in which two essentially unlike things are compared, often in a phrase introduced by like or as, as in “How like the winter hath my absence been” or “So are you to my thoughts as food to life” (Shakespeare).
Look at the two examples of simile quoted from Shakespeare: In both cases, the comparison is between essentially unlike things, but the word “like” is used for suggesting some comparable aspect between the things being compared.
There is another figure of speech called “metaphor” which is defined by the American Heritage Dictionary:
n. A figure of speech in which a word or phrase that ordinarily designates one thing is used to designate another, thus making an implicit comparison, as in “a sea of troubles” or “All the world’s a stage” (Shakespeare).
In the first example above, troubles in large number are compared to a sea, and in the second example, the world is called a stage (that is, a stage for dramatic performances). We know the differences between numerousness and the sea; as well as between the world and a stage. But we do not take those expressions literally.
The Apparent Contradiction in Question
In the light of the foregoing, let us look at the way the comparison you mentioned is used in the glorious Qur’an. Here is a translation of Surat Al-Ikhlas:
“Say: He is Allah, the One and Only; Allah, the Eternal, Absolute; He begets not, nor is He begotten; And there is none like unto Him.” (Al-Ikhlas 112:1-4)
But in Surat An-Nas, we see that Allah calls Himself:
“The King (or Ruler) of Humankind.” ( An-Nas 114:2)
You pointed out that there is a contradiction between the verse “there is none like unto Him” and the verse, “the King of humankind.”
But let us see how expressions of that kind work. For instance, see the following pair of sentences:
1. There has never been a poet like Kalidasa.
2. Kalidasa was the Shakespeare of India.
By way of explanation, we can say: Kalidasa was the greatest poet of India as Shakespeare was the greatest poet of England.
We do not see any incompatibility between the above two statements.
Now see the following:
1. There is no one like Allah.
2. Allah is the King of Humankind.
By way of explanation we can say:
There is no one like Allah.
There is no king like Allah.
And there is no king like the King of Humankind, that is, Allah.
What Does God’s Being a King Mean?
And when we say that Allah is the King of Humankind, we do not mean that Allah has the same limitations as a king on earth has. It is clear as crystal (another simile!) that Allah is the King without any limits, Whose throne encompasses everything in creation.
When used about Allah, the word king means the Source of all Power, the Ultimate Authority, the Unquestionable Ruler, the Law-Giver, etc.
In all these senses, He is a king, but He is so different from all human kings. Thus it is true that He is a king in this special sense. The word king is used because it conveys a concept that we can understand and is useful to give us some idea of God.
This is the way Allah can be described in a human language, as far as He can be described. So there is no contradiction between Surat Al-Ikhlas and Surat An-Nas. That is to say, both surahs convey ideas that are perfectly valid.
————
This article is based on a question and its answer that was published on onislam.net in 2012 by Professor Shahul Hameed.
Professor Shahul Hameed is a consultant to Ask About Islam. He was previously the Head of the Department of English, Farook College, Calicut University, India. He also held the position of president of the Kerala Islamic Mission, Calicut, India. He is the author of three books on Islam published in the Malayalam language. His books are on comparative religion, the status of women, and science and human values. Professor Hameed has published poems and articles in various magazines. He has also presented papers and given talks on topics related to Islam in several conferences and seminars.
#Allah#Creation#Creator#Featured#humanity’s progress#Islam#Language#Muslim#Prophet Muhammad#quran#shahul hameed#Shakespeare#Understanding the Nature of God: A King Like Other Kings?
0 notes
Photo
Tadabbur Al-Qur’an Surat Al-Ikhlash
Selayang Pandang
Surat Al-Ikhlash adalah surat ke 112 dalam Al-Qur’an, terdiri dari 4 ayat, termasuk ke dalam golongan surat Makiyyah, dan diturunkan setelah surat An-Naas. Membaca surat ini bersama al-muawwidzatain setiap pagi dan petang sebanyak tiga kali adalah masyru’ (disyariatkan), berdasarkan hadits dari Abdullah bin Khubaib, dia berkata:
خَرَجْنَا فِي لَيْلَةِ مَطَرٍ وَظُلْمَةٍ شَدِيدَةٍ نَطْلُبُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِيُصَلِّيَ لَنَا فَأَدْرَكْنَاهُ فَقَالَ أَصَلَّيْتُمْ فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا فَقَالَ قُلْ فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا ثُمَّ قَالَ قُلْ فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا ثُمَّ قَالَ قُلْ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَقُولُ قَالَ قُلْ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ حِينَ تُمْسِي وَحِينَ تُصْبِحُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ تَكْفِيكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ
“Kami keluar pada malam hari yang hujan dan sangat gelap agar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat bersama kami, dan kami bertemu dengannya. Beliau bertanya: ‘Sudahkah kamu shalat?’ Aku tidak menjawab apa-apa. Beliau bersabda lagi: ‘Katakanlah!’ Aku juga tidak mengatakan apa-apa. Lalu beliau bersabda lagi: ‘Katakanlah!’ Aku juga tidak mengatakan apa-apa. Lalu beliau bersabda lagi: ‘Katakanlah!’ maka aku berkata: ‘Ya Rasulullah apa yang aku katakan?’ Beliau bersabda: katakanlah ‘Qul Huwallahu Ahad dan Al Mu’awwidzatain (Al Falaq dan An Nas) pada sore hari dan pagi hari tiga kali, maka hal itu telah mencukupimu dari segala sesuatu.’” (Diriwayatkan oleh Abu Daud No. 5082. Syaikh Al Albani mengatakan: hasan, dalam Shahih wa Dha’if Sunan Abi Daud, No. 5082)[1]
Surat Al-Ikhlash dinamakan juga Surat Al-Asas, Qul Huwallahu Ahad, At-Tauhid, Al-Iman, dan masih banyak nama lainnya; karena mengandung pengajaran tentang tauhid.[2]
Ada dua sebab kenapa surat ini dinamakan Al Ikhlash.Yang pertama, dinamakan Al Ikhlash karena surat ini berbicara tentang ikhlash. Yang kedua, dinamakan Al Ikhlash karena surat ini murni membicarakan tentang Allah. Penjelasannya sebagai berikut.
Syaikh Muhammad bin Shaleh Al Utsaimin mengatakan bahwa Surat Al Ikhlas ini berasal dari ’mengikhlaskan sesuatu’ yaitu membersihkannya/memurnikannya. Dinamakan demikian karena di dalam surat ini berisi pembahasan mengenai ikhlas kepada Allah ’Azza wa Jalla. Oleh karena itu, barangsiapa mengimaninya, dia termasuk orang yang ikhlas kepada Allah. Ada pula yang mengatakan bahwa surat ini dinamakan Al Ikhlash (di mana ikhlash berarti murni) karena surat ini murni membicarakan tentang Allah. Allah hanya mengkhususkan membicarakan diri-Nya, tidak membicarakan tentang hukum ataupun yang lainnya. Dua tafsiran ini sama-sama benar, tidak bertolak belakang satu dan lainnya.[3]
Keutamaan Surat Al-Ikhlash
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut surat ini sebagai satu surat yang sebanding dengan sepertiga Al-Qur’an.
عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَقْرَأَ فِي لَيْلَةٍ ثُلُثَ الْقُرْآنِ قَالُوا وَكَيْفَ يَقْرَأْ ثُلُثَ الْقُرْآنِ قَالَ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ تَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ
Dari Abud Darda’ dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda, “Apakah seseorang dari kamu tidak mampu membaca sepertiga al-Qur’ân di dalam satu malam?” Para sahabat bertanya, “Bagaimana seseorang (mampu) membaca sepertiga al-Qur’ân (di dalam satu malam)?” Beliau bersabda: “Qul Huwallaahu Ahad sebanding dengan sepertiga al-Qur’ân.” (HR. Muslim, no. 811)
Maknanya adalah bahwa kandungan al-Qur’an ada tiga bagian: (1) hukum-hukum, (2) janji dan ancaman, (3) nama-nama dan sifat-sifat Allah Azza wa Jalla . Dan surat ini semuanya berisi tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah Azza wa Jalla.[4]
Disebut “sebanding dengan sepertiga al-Qur’an” juga maknanya adalah dalam hal ganjaran pahala, dan bukan berarti membacanya tiga kali cukup sebagai pengganti mambaca al-Qur’an.[5]
Di dalam hadits lain disebutkan bahwa orang yang mencintainya akan dicintai oleh Allah Azza wa Jalla.
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ رَجُلًا عَلَى سَرِيَّةٍ وَكَانَ يَقْرَأُ لِأَصْحَابِهِ فِي صَلَاتِهِمْ فَيَخْتِمُ بِقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ فَلَمَّا رَجَعُوا ذَكَرُوا ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ سَلُوهُ لِأَيِّ شَيْءٍ يَصْنَعُ ذَلِكَ فَسَأَلُوهُ فَقَالَ لِأَنَّهَا صِفَةُ الرَّحْمَنِ وَأَنَا أُحِبُّ أَنْ أَقْرَأَ بِهَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبِرُوهُ أَنَّ اللَّهَ يُحِبُّهُ
Dari ‘Aisyah bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus seorang laki-laki memimpin sekelompok pasukan, (ketika mengimami shalat) dia biasa membaca di dalam shalat jama’ah mereka, lalu menutup dengan ”Qul huwallaahu ahad”. Ketika mereka telah kembali, mereka menyebutkan hal itu kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Maka beliau berkata: “Tanyalah dia, kenapa dia melakukannya!” Lalu mereka bertanya kepadanya, dia menjawab: “Karena surat ini merupakan sifat Ar-Rahmaan (Allah Yang Maha Pemurah), dan aku suka membacanya”. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Beritahukan kepadanya bahwa Allah mencintainya”. (HR. Al-Bukhâri, no. 7375; Muslim, no. 813)
Asbabun Nuzul
Sebab turun surat al-Ikhlas ini adalah munculnya pertanyaan orang-orang kafir tentang nasab Allah Azza wa Jalla, sebagaimana disebutkan di dalam hadits :
عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ أَنَّ الْمُشْرِكِينَ قَالُوا لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْسُبْ لَنَا رَبَّكَ فَأَنْزَلَ اللَّهُ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ
Dari Ubayy bin Ka’ab radhiyallahu anhu bahwa orang-orang musyrik berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam , “Sebutkan nasab Rabbmu kepada kami!”, maka Allâh menurunkan: (Katakanlah: “Dia-lah Allâh, yang Maha Esa). (HR. Tirmidzi, no: 3364; Ahmad, no: 20714; Ibnu Abi ‘Ashim di dalam as-Sunnah 1/297. Dihasankan oleh Syaikh al-Albani).
Tadabbur Ayat 1:
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa”.
Kata (قُلْ) –artinya katakanlah-. Perintah ini ditujukan kepada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam dan juga umatnya.
Al-Qurtubhi mengatakan bahwa (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) maknanya adalah :
الوَاحِدُ الوِتْرُ، الَّذِي لَا شَبِيْهَ لَهُ، وَلَا نَظِيْرَ وَلَا صَاحَبَةَ، وَلَا وَلَد وَلَا شَرِيْكَ
Al Wahid Al Witr (Maha Esa), tidak ada yang serupa dengan-Nya, tidak ada yang sebanding dengan-Nya, tidak memiliki istri ataupun anak, dan tidak ada sekutu baginya.
Asal kata dari (أَحَدٌ) adalah (وَحْدٌ), sebelumnya diawali dengan huruf ‘waw’ kemudian diganti ‘hamzah’.[6]
Syaikh Al Utsaimin mengatakan bahwa kalimat (اللَّهُ أَحَدٌ) –artinya Allah Maha Esa-, maknanya bahwa Allah itu Esa dalam keagungan dan kebesarannya, tidak ada yang serupa dengan-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya.[7]
Para Ulama penyusun Tafsir al-Muyassar berkata, “Katakanlah wahai Rasul, ‘Dia-lah Allah Yang Esa dengan ulûhiyah (hak diibadahi), rubûbiyah (mengatur seluruh makhluk), asma’ was shifat (nama-nama dan sifat-sifat-Nya), tidak ada satupun yang menyekutui-Nya dalam perkara-perkara itu”.[8]
Buya Hamka mengatakan bahwa inilah pokok pangkal akidah, puncak dari kepercayaan. Mengakui bahwa yang dipertuhan itu ALLAH nama-Nya. Dan itu adalah nama dari Satu saja. Tidak ada Tuhan selain Dia. Dia Maha Esa, mutlak Esa, tunggal, tidak bersekutu yang lain dengan Dia.[9]
Tadabbur Ayat Kedua
اللَّهُ الصَّمَدُ
Allah adalah ash-Shamad.
Ash-Shamad adalah satu nama di antara Asmaul Husna yang dimiliki Allah Azza wa Jalla. Di dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa para ulama memiliki beragam pemahaman berkenaan dengan makna as-Shamad, sebagai berikut:
(Rabb) yang segala sesuatu menghadap kepada-Nya dalam memenuhi semua kebutuhan dan permintaan mereka. Ini pendapat Ibnu Abbas radhiyallahu anhu dari riwayat ‘Ikrimah.
As-Sayyid (Penguasa) yang kekuasaan-Nya sempurna; as-Syarîf (Maha Mulia) yang kemuliaan-Nya sempurna; al-‘Azhîm (Maha Agung) yang keagungan-Nya sempurna; al-Halîm (Maha Sabar) yang kesabaran-Nya sempurna; al-‘Alîm (Mengetahui) yang ilmu-Nya sempurna; al-Hakîm (Yang Bijaksana) yang kebijaksanaan-Nya sempurna. Dia adalah Yang Maha Sempurna dalam seluruh sifat kemuliaan dan kekuasaan, dan Dia adalah Allah Yang Maha Suci. Sifat-Nya ini tidak layak kecuali bagiNya, tidak ada bagi-Nya tandingan dan tidak ada sesuatupun yang menyamai-Nya. Maha Suci Allâh Yang Maha Esa dan Maha Perkasa. Ini pendapat Ibnu Abbas radhiyallahu anhu dari riwayat ‘Ali bin Abi Thalhah radhiyallahu anhu.
Yang Maha Kekal setelah semua makhluk-Nya binasa. Ini pendapat al-Hasan dan Qatadah.
Al-Hayyu al-Qayyûm (Yang Maha Hidup, Maha berdiri sendiri dan mengurusi yang lain), yang tidak akan binasa. Ini pendapat al-Hasan.
Tidak ada sesuatupun yang keluar dari-Nya dan Dia tidak makan. Ini pendapat ‘Ikrimah.
Ash-Shamad adalah yang tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Ini pendapat ar-Rabi’ bin Anas.
Yang tidak berongga. Ini adalah pendapat Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Sa’id bin Musayyib, Mujahid, Abdullah bin Buraidah, ‘Ikrimah, Sa’id bin Jubair, ‘Atha bin Abi Rabbah, ‘Athiyah al-‘Aufi, adh-Dhahhak, dan as-Suddi.
Yang tidak memakan makanan dan tidak minum minuman. Ini pendapat asy-Sya’bi.
Cahaya yang bersinar. Ini pendapat Abdullah bin Buraidah.
Imam Thabarani rahimahullah berkata, “Semua makna ini benar, dan ini semua merupakan sifat Penguasa kita ‘Azza wa Jalla. Dia adalah tempat menghadap di dalam memenuhi semua kebutuhan, Dia adalah yang kekuasaan-Nya sempurna, Dia adalah ash-Shamad, yang tidak berongga, dia tidak makan dan tidak minum, Dia adalah Yang Maha Kekal setelah makhlukNya (binasa)“.
Dan imam al-Baihaqi juga berkata seperti ini.[10]
Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan Allahu as-Shamad, artinya, bahwa segala sesuatu ini adalah Dia yang menciptakan, sebab itu maka segala sesuatu itu kepada-Nyalah bergantung. Ada atas kehendak-Nya.
Kata Abu Hurairah: “Arti Ash-Shamadu ialah segala sesuatu memerlukan dan berkehendak kepada Allah, berlindung kepada-Nya, sedang Dia tidaklah berlindung kepada sesuatu jua pun.”
Husain bin Fadhal mengartikan: “Dia berbuat apa yang Dia mau dan menetapkan apa yang Dia kehendaki.”
Muqatil mengartikan: “Yang Maha Sempurna, yang tidak ada cacat-Nya.”[11]
Tadabbur Ayat 3:
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
Makna Kalimat (لَمْ يَلِدْ) sebagaimana dikatakan Maqatil adalah: ”Tidak beranak kemudian mendapat warisan.” Sedangkan kalimat (وَلَمْ يُولَدْ) maksudnya adalah tidak disekutui. Demikian karena orang-orang musyrik Arab mengatakan bahwa Malaikat adalah anak perempuan Allah. Kaum Yahudi mengatakan bahwa ’Uzair adalah anak Allah. Sedangkan Nashara mengatakan bahwa Al Masih (Isa, pen) adalah anak Allah. Dalam ayat ini, Allah meniadakan itu semua.”[12]
Syaikh Musa’id ath-Thayyâr hafizhahullah berkata, “Yaitu: (Allah) ini Yang berhak diibadahi, Dia tidak dilahirkan sehingga akan binasa. Dia juga bukan suatu yang baru yang didahului oleh tidak ada lalu menjadi ada. Bahkan Dia adalah al-Awwal yang tidak ada sesuatupun sebelum-Nya, dan al-Âkhir yang tidak ada sesuatupun setelah-Nya.”[13]
Tegasnya, di ayat yang ketiga ini Allah Ta’ala membantah anggapan orang-orang musyrikin, kaum Yahudi dan Nasrani yang mengatakan bahwa Allah Ta’ala memiliki anak.
Di dalam Al-Qur’an banyak sekali firman-Nya yang juga membantah aqidah batil ini.
بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُ وَلَدٌ وَلَمْ تَكُنْ لَهُ صَاحِبَةٌ ۖ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Dia Pencipta langit dan bumi. bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-An’am, 6: 101).
Di dalam firman-Nya yang lain, Allah Ta’ala berfirman,
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَٰنُ وَلَدًا ﴿﴾ لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا ﴿﴾ تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا ﴿﴾ أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَٰنِ وَلَدًا
Dan mereka berkata, “Rabb yang Maha Pemurah mempunyai anak”. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka menda’wakan bahwa Allâh yang Maha Pemurah mempunyai anak. (QS. Maryam, 19: 88-91).
Di dalam salah satu hadits Qudsi disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قَالَ اللَّهُ كَذَّبَنِي ابْنُ آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ وَشَتَمَنِي وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ أَمَّا تَكْذِيبُهُ إِيَّايَ أَنْ يَقُولَ إِنِّي لَنْ أُعِيدَهُ كَمَا بَدَأْتُهُ وَأَمَّا شَتْمُهُ إِيَّايَ أَنْ يَقُولَ اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا وَأَنَا الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ أَلِدْ وَلَمْ أُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لِي كُفُؤًا أَحَدٌ
Allâh berkata: “Anak Adam mendustakanKu, padahal dia tidak pantas melakukannya. Dia juga mencelaKu, padahal dia tidak pantas melakukannya. Adapun pendustaannya kepadaKu adalah perkataannya bahwa Aku tidak akan menghidupkannya kembali sebagaimana Aku telah memulai penciptaannya. Sedangkan celaannya kepadaKu adalah perkataannya bahwa Aku memiliki anak, padahal Aku adalah Ash-Shamad, Aku tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara denganKu.” (HR. Bukhari, no. 4975)
Meskipun demikian besar kemurkaan Allah Ta’ala kepada manusia-manusia beraqidah menyimpang tersebut; Dia tetap melimpahkan kesehatan dan rizki kepada mereka. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
لَيْسَ أَحَدٌ أَوْ لَيْسَ شَيْءٌ أَصْبَرَ عَلَى أَذًى سَمِعَهُ مِنْ اللَّهِ إِنَّهُمْ لَيَدْعُونَ لَهُ وَلَدًا وَإِنَّهُ لَيُعَافِيهِمْ وَيَرْزُقُهُمْ
“Tidak ada seorangpun yang lebih sabar daripada Allah terhadap gangguan yang dia dengarkan. Sebagian manusia menganggap Allâh memiliki anak, namun Dia tetap memberikan keselamatan/kesehatan dan memberi rizqi kepada mereka.” (HR. Al-Bukhâri, no. 6099; Muslim, no. 2804).
Tadabbur Ayat Keempat:
وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”
Maksudnya adalah tidak ada seorang pun sama dalam setiap sifat-sifat Allah. Jadi Allah meniadakan dari diri-Nya memiliki anak atau dilahirkan sehingga memiliki orang tua. Juga Allah meniadakan adanya yang semisal dengan-Nya.[14]
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya dalam ayat keempat ini, yakni: tiada beristri; hal ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
بَدِيعُ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ أَنَّى يَكُونُ لَهُ وَلَدٌ وَلَمْ تَكُنْ لَهُ صاحِبَةٌ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ
“Dia pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak, padahal Dia tidak mempunyai istri, Dia menciptakan segala sesuatu.” (QS. Al-An’am: 101)
Dialah Yang memiliki segala sesuatu dan Yang Menciptakannya, maka mana mungkin Dia mempunyai tandingan dari kalangan makhluk-Nya yang menyamai-Nya atau mendekati-Nya, Mahatinggi lagi Mahasuci Allah dari semuanya itu.[15]
Sedangkan Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di mengatakan makna ayat: ”dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia” yaitu tidak ada yang serupa (setara) dengan Allah dalam nama, sifat, dan perbuatan.
Demikianlah tadabbur surat Al-Ikhlash. Semoga Allah Ta’ala mengokohkan ma’rifat kita kepada-Nya.
Wallahu A’lam.
Maraji’:
Memahami Surat Al-Ikhlas; Sepertiga Al-Qur’an, Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal
Tafsir Al-Azhar, Buya Hamka
Tafsir Surat Al-Ikhlas Ayat 1 – 4, http://www.alhikmah.web.id
Tafsir Surat Al-Ikhlas, Ustadz Abu Isma’il Muslim al-Atsari
Tafsir Surat Al-Ikhlas, Ibnu Aun.
Takhrij Al-Ma’tsurat, Farid Nu’man Hasan.
Catatan Kaki:
[1] Takhrij Hadits Al-Ma’tsurat, Ustadz Farid Nu’man Hasan.
[2] Lihat: At Ta’rif bi Suratil Qur’anil Karim
[3] Dikutip oleh Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal dari Syarh Al Aqidah Al Wasithiyyah, hal. 97.
[4] Dikutip oleh Ustadz Abu Isma’il Muslim al-Atsari dari Majmu’ Fatawa, 17/103
[5] Dikutip Ustadz Ibnu Aun dari Syarhul aqiidatil waasithiyyah (1/157-158).
[6] Dikutip oleh Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal dari Al Jaami’ liahkamil Qur’an, Adhwaul Bayan.
[7] Dikutip oleh Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal dari Tafsir Juz ‘Amma hal. 292.
[8] Dikutip oleh Ustadz Abu Isma’il Muslim al-Atsari dari Tafsir al-Muyassar, 11/96.
[9] Lihat: Tafsir Al-Azhar, Buya Hamka.
[10] Lihat semua keterangan di atas di dalam Tafsir Ibnu Katsir surat al-Ikhlas
[11] Lihat: Tafsir Al-Azhar, Buya Hamka.
[12] Dikutip Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal dari Zadul Masiir, Ibnul Jauziy.
[13] Dikutip oleh Ustadz Abu Isma’il Muslim al-Atsari dari Tafsir Juz ‘Amma, 1/77, Syaikh Musa’id ath-Thayyaar.
[14] Dikutip oleh Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal dari Tafsir Juz ‘Amma, Syaikh Al-Utsaimin, hal. 293.
[15] Lihat: Tafsir Surat Al-Ikhlash, http://www.alhikmah.web.id
Baca selengkapnya di: https://tarbawiyah.com/2018/01/23/tadabbur-al-quran-surat-al-ikhlash/
0 notes