#Saleh Asnawi
Explore tagged Tumblr posts
Text
Diminta Maju Jadi Bupati Tanggamus, Saleh Asnawi: Tunggu Hasil Survei Dulu
Diminta Maju Jadi Bupati Tanggamus, Saleh Asnawi: Tunggu Hasil Survei Dulu
Setu, BidikTangsel.com – Saleh Asnawi terus mendapat dukungan dari kelompok muda masyarakat untuk maju dalam bursa calon Bupati Tanggamus pada Pilkada 2024 Saleh Asnawi memberikan apresiasi atas dukungan yang terus mengalir deras dari berbagai elemen. “Tunggu Mei nanti ya setelah hasil survei saya terima,” ujar Saleh Asnawi dalam dialog dengan awak media, Jumat 13 Januari 2023. Dikatakan…
View On WordPress
0 notes
Text
Gagasan dan Gerakan P2T H. Shaleh Asnawi Bermanfaat untuk Tanggamus
Tanggamus.- Balonbup M Saleh Asnawi harapkan forum Pemuda Pemudi Tanggamus (P2T) bersama BHS bisa membawa manfaat bagi anak muda Tanggamus. Hal itu disampaikan Balonbup M Saleh Asnawi dalam acara audensi Desak Bang Haji Saleh, yang diselengarakan forum pemuda pemudi bersama bang haji saleh di aula serumpun padi gisting. Mingu 25/8/2024. Kesempatan itu MSA sangat mengapresiasi terselengaranya…
0 notes
Text
Sudah Mulai Gencar Perebutan BE 1 Pilkada Kabupaten Tanggamus
Lampung, Tanggamus – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Tanggamus November mendatang, diperkirakan bakal menjadi persaingan sengit antara dua Balon Bupati Dewi Handajani vs Moh Saleh Asnawi. Mungkinkah pilkada nantinya akan menjadi rekonfigurasi kekuasaan. Berikut penjelasan penulis, Kimas Prasasti sang jurnalis kampung (Aktivis Sosial Tanggamus) Belum hilang dari ingatan kita ingar bingar…
0 notes
Text
Biografi Singkat Syeikh Nawawi Albantani
Ulama ini lebih dikenal dengan sebutan Syekh Nawawi Banten. Nama lengkapnya adalah Muhammad Nawawi bin Umar bin Arabi bin Ali bin Jamad bin Janta bin Masbuqil al-Jawwi al-Bantani. Lahir di Tanara Tirtayasa Serang Banten pada tahun 1230 H/1813 M dan wafat di Mekkah pada 1314 H/1897 M.
Nama al-Bantani digunakan sebagai nisbat untuk membedakan dengan sebutan Imam Nawawi, seorang ulama besar dan produktif dari Nawa Damaskus, yang hidup sekitar abad XIII Masehi. Ayah Syekh Nawawi adalah seorang penghulu di Tanara, setelah diangkat oleh pemerintah Belanda. Ibunya bernama Zubaidah, penduduk asli Tanara. Di masa kecil, Syekh Nawawi dikenal dengan Abu Abdul Muthi. Dia adalah sulung dari tujuh bersaudara, yaitu Ahmad Syihabudin, Tamim, Said, Abdullah, Tsaqilah dan Sariyah. Syekh Nawawi merupakan keturunan ke-12 dari Maulana Syarif Hidayatullah, Sunan Gunung Jati Cirebon. Dari garis keturunan ayah, berujung kepada Nabi Muhammad Saw melalui jalur Sultan Hasanudin bin Sunan Gunung Jati, sedangkan dari garis ibu sampai kepada Muhammad Singaraja.
Saat Syekh Nawawi lahir, kesultanan Cirebon yang didirikan Sunan Gunung Jati pada tahun 1527 M sedang berada dalam periode terakhir, di ambang keruntuhan. Raja saat itu, Sultan Rafiudin, dipaksa oleh Gubernur Raffles untuk menyerahkan tahta kekuasaan kepada Sultan Mahmud Syafiudin, dengan alasan tidak dapat mengamankan negara. Syekh Nawawi mulai belajar ilmu agama Islam sejak berusia lima tahun, langsung dari ayahnya. Bersama-sama saudara kandungnya, Syekh Nawawi mempelajari tentang pengetahuan dasar bahasa Arab, fiqih, tauhid, al-Quran dan tafsir. Pada usia delapan tahun, bersama adiknya bernama Tamim dan Ahmad, Syekh Nawawi berguru kepada KH. Sahal, salah satu ulama terkenal di Banten saat itu. Kemudian melanjutkan kegiatan menimba ilmu ke Raden H. Yusuf di Purwakarta. Pada usia 15 tahun, Syekh Nawawi berangkat pergi ke Arab Saudi. Di samping untuk melaksanakan ibadah haji, keberangkatan itu penting bagi Syekh Nawawi untuk menimba ilmu. Seperti ulama Al-Jawwi pada umumnya, pada masa-masa awal di Arab Saudi, dia belajar kepada ulama Al-Jawwi lainnya. Puncak hubungan Indonesia (orang-orang Melayu) dengan Mekkah terjadi pada abad 19 M. Karena, pada saat itu banyak sekali orang Indonesia yang belajar di Mekkah.
Bahkan, tidak sedikit diantara mereka diberi kesempatan mengajar di Masjidil Haram, seperti Syekh Nawawi Al-Bantani, Syekh Mahfuzh Al-Turmusi asal Tremas Pacitan, Syekh Ahmad Khatib Al-Minankabawi asal Minangkabau, Syekh Muhtaram asal Banyumas, Syekh Bakir asal Banyumas, Syekh Asyari asal Bawean, dan Syekh Abdul Hamid asal Kudus. Ada sekitar 200 orang yang hadir setiap kali Syekh Nawawi Al-Bantani mengajar di Masjidil Haram. Ketika itu Masjidil Haram menjadi satu-satunya tempat favorit, semacam kampus favorit dalam istilah sekarang, di Tanah Suci. Yang menjadi murid Syekh Nawawi tidak hanya orang Indonesia, namun para pelajar dari berbagai negara. Selama mengajar, Syekh Nawawi dikenal sebagai seorang guru yang komunikatif, simpatik, mudah dipahami penjelasannya dan sangat mendalam keilmuan yang dimiliki. Dia mengajar ilmu fiqih, ilmu kalam, tashawuf, tafsir, hadits dan bahasa Arab. Di antara muridnya di Arab Saudi yang kemudian menjadi tokoh pergerakan setelah kembali ke tanah air adalah KH. Hasyim Asyari (pendiri NU), KH. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), Thahir Jamalauddin (Singapura), Abdulkarim Amrullah (Sumatera Barat), Syekhana Chalil (Bangkalan), KH. Asyari (Bawean), KH. Tb. Asnawi (Caringin Banten), KH. Ilyas (Kragilan Banten), KH. Saleh Darat (Semarang), KH. Najihun (Tangerang), KH. Abdul Ghaffar (Tirtayasa Serang), KH. Tb. Bakri (Sempur Purwakarta), KH. Dawud (Perak Malaysia) dan sebagainya.
Di samping itu, Syekh Nawawi juga banyak melahirkan murid yang kemudian menjadi pengajar di Masjidil Haram. Di antaranya adalah Sayyid Ali bin Ali al-Habsy, Syekh Abdul Syatar al-Dahlawi, Syekh Abdul Syatar bin Abdul Wahab al-Makki dan sebagainya. Syekh Nawawi lebih banyak dijuluki sebagai Sayyid Ulama al-Hijaz, karena telah mencapai posisi intelektual terkemuka di Timur Tengah, juga menjadi salah satu ulama paling penting yang berperan dalam proses transmisi Islam ke Nusantara. Pengalaman belajar yang dimiliki cukup untuk menggambarkan bentuk pembelajaran Islam yang telah mapan dalam Al-Jawwi di Mekkah. Dalam konteks keberadaan pesantren di Indonesia, Syekh Nawawi diakui sebagai salah satu arsitek pesantren, sekaligus namanya tercatat dalam genealogi intelektual tradisi pesantren. Nama Syekh Nawawi tidak hanya terkenal di daerah Arab Saudi, tetapi juga di Syiria, Mesir, Turki dan Hindustan. Penguasaan yang mendalam terhadap ilmu agama dan banyaknya kitab karyanya yang sampai sekarang masih menjadi rujukan di mayoritas pesantren di Indonesia, menjadikan nama Syekh Nawawi dijuluki sebagai Bapak Kitab Kuning Indonesia. Syekh Nawawi adalah ulama Indonesia paling produktif yang bermukim di Haramain. Selama hidup, karya Syekh Nawawi tidak kurang dari 99 buku maupun risalah. Bahkan ada yang mengatakan lebih dari 115 buah. Semua tulisan itu membahas berbagai disiplin kajian Islam. Beberapa karyanya yang masih terkenal sampai sekarang adalah:
Hasyiah nawawi Quwt al-Habîb al-Gharîb syarah Fath al-Qarîb al-Mujîb
Tafsir al- Munir
Nashaihul Ibad
Fathul Shamad al-Alim
al-Tausyikh
Kasyifatus Saja
al- Futuhat al-Madaniyyah
Tanqihul Qawl
Nihayatul Zayn
Targhibul Mustaqin
Hidayatul Azkiya
Madarijul Saud
Bughyatul Awam
Fathul Majid dan sebagainya.
5 notes
·
View notes
Photo
[TASK 144: BRUNEI]
In celebration of Asian American Heritage Month, here’s a masterlist below compiled of over 130+ Bruneian faceclaims categorised by gender with their occupation and ethnicity denoted if there was a reliable source. If you want an extra challenge use random.org to pick a random number! Of course everything listed below are just suggestions and you can pick whichever faceclaim or whichever project you desire.
Any questions can be sent here and all tutorials have been linked below the cut for ease of access! REMEMBER to tag your resources with #TASKSWEEKLY and we will reblog them onto the main! This task can be tagged with whatever you want but if you want us to see it please be sure that our tag is the first five tags, @ mention us or send us a messaging linking us to your post!
THE TASK - scroll down for FC’s!
STEP 1: Decide on a FC you wish to create resources for! You can always do more than one but who are you starting with? There are links to masterlists you can use in order to find them and if you want help, just send us a message and we can pick one for you at random!
STEP 2: Pick what you want to create! You can obviously do more than one thing, but what do you want to start off with? Screencaps, RP icons, GIF packs, masterlists, PNG’s, fancasts, alternative FC’s - LITERALLY anything you desire!
STEP 3: Look back on tasks that we have created previously for tutorials on the thing you are creating unless you have whatever it is you are doing mastered - then of course feel free to just get on and do it. :)
STEP 4: Upload and tag with #TASKSWEEKLY! If you didn’t use your own screencaps/images make sure to credit where you got them from as we will not reblog packs which do not credit caps or original gifs from the original maker.
THINGS YOU CAN MAKE FOR THIS TASK - examples are linked!
Stumped for ideas? Maybe make a masterlist or graphic of your favourite faceclaims. A masterlist of names. Plot ideas or screencaps from a music video preformed by an artist. Masterlist of quotes and lyrics that can be used for starters, thread titles or tags. Guides on culture and customs.
Screencaps
RP icons [of all sizes]
Gif Pack [maybe gif icons if you wish]
PNG packs
Manips
Dash Icons
Character Aesthetics
PSD’s
XCF’s
Graphic Templates - can be chara header, promo, border or background PSD’s!
FC Masterlists - underused, with resources, without resources!
FC Help - could be related, family templates, alternatives.
Written Guides.
and whatever else you can think of / make!
MASTERLIST!
F:
Hajah Norsiah binti Haji Abdul Gapar (1952) Bruneian - writer.
Paula Malai Ali (1974) Bruneian / English - actress, model, tv personality, radio personality, and veejay.
Jayna Oso (1981) Bruneian - porn actress.
Chloe Ting (1986) 1/4 Bruneian, 3/4 Chinese - youtuber (Chloe Ting).
Maria / Meria Aires (1989) Bruneian - singer-songwriter.
Eqah (1989) Bruneian - singer.
Wawa Zainal / Nur Hawa binti Zainal Abidin (1991) Bruneian, Bajau Malaysian / Tausug Filipina - actress and model.
Nina Iskandar (1991) Bruneian - actress and model.
Liyana Yus (1993) Bruneian - actress and musician.
Phoebe Chok (1994) Bruneian, Chinese - model.
Adira Salahudi (1996) Bruneian - instagrammer (adirasalahudi).
Muthiah Sabri (2000) Bruneian - singer.
Ezah Hashim (?) Bruneian - singer-songwriter.
Feez Madea (?) Bruneian - actress, singer-songwriter, tv presenter, and lyricist.
Aisyah Zulkarnain (?) Bruneian - musician and producer.
Harisya Hamzah (?) Bruneian - singer-songwriter.
Neecia Majolly (?) Bruneian, Indian - singer, pianist, composer, and conductor.
Siti Kamaluddin (?) Bruneian - director.
Dirah Wong (?) Bruneian, Singaporean - model (instagram: dirahwong).
F - Athletes:
Maziah Mahusin (1993) Bruneian - hurdler.
Maizurah Abdul Rahim (1999) Bruneian - sprinter.
M:
Zul F / Zul Faden / Haji ZulFakhari bin Muksin (1980) Bruneian - actor and singer.
Fakhrul Razi / Fakhrul Razi Ibrahim (1980) Bruneian - singer.
Isa Yahya / Mohammad Noor Isa Yahya (1982) Bruneian - actor.
DJ Daffy (1982) Bruneian - DJ.
Hill / Hill Zaini (1987) Bruneian - actor and singer-songwriter.
Jaz / Jaz Hayat (1993) Bruneian - singer.
Aziz Harun (1998) Bruneian - singer.
Syafiq / Syafiq Abdilah (1999) Bruneian - singer-songwriter.
Ibrahim Kamit (1999) Bruneian - instagrammer (ibrahimkamit).
Abdul Zainidi (?) Bruneian - actor and filmmaker.
Meez Feeq (?) Bruneian - rapper.
Azizi Sabri (?) Bruneian - rapper.
David Sepúlveda-Low (?) Bruneian, Chinese / Spanish - actor, stuntman, and choreographer.
K-Roll / Md. Khairul Anwar (?) Bruneian - singer and guitarist (D’Hask).
Syarif / Ak. Md. Syarif (?) Bruneian - singer and keyboardist (D’Hask).
Reme / Ak. Hairul Azmi (?) Bruneian - bassist (D’Hask).
Daus / Md. Firdaus (?) Bruneian - guitarist (D’Hask).
Luffy / Ak. Ahmad Lutfy (?) Bruneian - drummer (D’Hask).
M - Athletes:
Pengiran Mohamed (1961) Bruneian - darts player.
Zainuddin Kassim (1965) Bruneian - footballer.
Yunos Yusof (1965) Bruneian - footballer.
Rosanan Samak (1965) Bruneian - footballer.
Said Abdullah (1966) Bruneian - footballer.
Jefry Mohammad (1967) Bruneian - footballer.
Suni Mat Jerah (1968) Bruneian - footballer.
Rosli Liman (1969) Bruneian - footballer.
Alizanda Sitom (1970) Bruneian - footballer.
Moksen Mohammad (1971) Bruneian - footballer.
Ali Momin (1973) Bruneian - footballer.
Sallehuddin Damit (1973) Bruneian - footballer.
Haseri Asli (1974) Bruneian - sprinter.
Ali Mustafa (1976) Bruneian - footballer.
Ratano Tuah (1976) Bruneian - footballer.
Fadlin Galawat (1978) Lun Bawang Bruneian - footballer.
Norsillmy Taha (1978) Bruneian - footballer.
Adee Suhardee Muhidin (1979) Bruneian - footballer.
Rosmini Kahar (1979) Bruneian - footballer.
Subhi Abdilah Bakir (1980) Bruneian - footballer.
Rosmin Kamis (1981) Bruneian - footballer.
Jimmy Anak Ahar (1981) Bruneian - middle-distance runner.
Riwandi Wahit (1981) Bruneian - footballer.
Wardun Yussof (1981) Bruneian - footballer.
Sairol Sahari (1983) Bruneian - footballer.
Helme Panjang (1983) Bruneian - footballer.
Shah Azahar Abdullah Ahar (1983) Bruneian - footballer.
Tarmizi Johari (1983) Bruneian - footballer.
Haizul Rani Metusin (1984) Bruneian - footballer.
Mardi Mirza Abdullah (1984) Bruneian - footballer.
Hardi Bujang (1984) Bruneian - footballer.
Azman Ilham Noor (1984) Bruneian - footballer.
Abu Bakar Mahari (1985) Bruneian - footballer.
Amir Ajmal Tahir (1985) Bruneian - footballer.
Affendy Akup (1985) Bruneian - footballer.
Nurul Azami Hussin (1985) Bruneian - footballer.
Shah Razen Said (1985) Bruneian - footballer.
Yusof Matyassin (1985) Bruneian - footballer.
Hardyman Lamit (1986) Bruneian - footballer.
Sahan Mumtazali (1986) Bruneian - footballer.
Abdul Azizi Ali Rahman (1987) Bruneian - footballer.
Amalul Said (1987) Bruneian - footballer.
Baharin Hamidon (1987) Bruneian - footballer.
Rahimni Pundut (1987) Bruneian - footballer.
Helmi Zambin (1987) Bruneian - footballer.
Mu’izzuddin Ismail (1987) Bruneian - footballer.
Hendra Azam Idris (1988) Bruneian - footballer.
Najib Tarib (1988) Bruneian - footballer.
Reduan Petara (1988) Bruneian - footballer.
Adie Arsham Salleh (1988) Bruneian - footballer.
Azwan Saleh (1988) Bruneian - footballer.
Abdul Aziz Tamit (1989) Bruneian - footballer.
Fakharrazi Hassan (1989) Bruneian - footballer.
Naasiruddeen Abdul Wahab (1989) Bruneian - footballer.
Hamizan Aziz Sulaiman (1989) Bruneian - footballer.
Maududi Hilmi Kasmi (1989) Bruneian - footballer.
Nurrul Aleshahnezan Metali (1989) Bruneian - footballer.
Razimie Ramlli (1990) Bruneian - footballer.
Anaqi Sufi Omar Baki (1990) Bruneian - footballer.
Aqmal Hakeem Abdul Hamid (1990) Bruneian - footballer.
Adi Said (1990) Bruneian - footballer.
Ashri Chuchu (1991) Bruneian / Malaysian - footballer.
Afi Aminuddin (1991) Bruneian - footballer.
Abdul Mu’iz Sisa (1991) Bruneian - footballer.
Ak Hafiy Tajuddin Rositi (1991) Bruneian - runner.
Hazwan Hamzah (1991) Bruneian - footballer.
Mohamed Fakhri Ismail (1991) Bruneian - sprinter.
Fakhrul Zulhazmi Yussof (1991) Bruneian - footballer.
Rozaimi Rahman (1992) Bruneian / Malaysian - footballer.
Muhammad l'maadi Abd Aziz (1992) Bruneian - cyclist.
Khairul Anwar Abdul Rahim (1992) Bruneian - footballer.
Azri Zahari (1992) Bruneian - footballer.
Azwan Ali Rahman (1992) Bruneian - footballer.
Khairil Shahme Suhaimi (1993) Bruneian - footballer.
Nur Ikhwan Othman (1993) Bruneian - footballer.
Aminuddin Zakwan Tahir (1994) Bruneian - footballer.
Nadzri Erwan (1995) Bruneian - footballer.
Shafie Effendy (1995) Bruneian - footballer.
Abdul Khair Basri (1996) Bruneian - footballer.
Aman Abdul Rahim (1996) Bruneian - footballer.
Asnawi Syazni Abdul Aziz (1996) Bruneian - footballer.
Abdul Adiq Roslan (1996) Bruneian - footballer.
Yura Indera Putera Yunos (1996) Bruneian - footballer.
Suhaimi Anak Sulau (1996) Bruneian - footballer.
Zulkhairy Razali (1996) Bruneian - footballer.
Christian Nikles (1997) Bruneian - swimmer.
Hanif Hamir (1997) Bruneian - footballer.
Azim Izamuddin Suhaimi (1997) Bruneian - footballer.
Faiq Bolkiah (1998) Bruneian - footballer.
Muhammad Isa Ahmad (1998) Bruneian - swimmer.
Haimie Anak Nyaring (1998) Bruneian - footballer.
Abdul Hariz Herman (2000) Bruneian - footballer.
Problematic:
Putri Norizah (1991) Bruneian / Malaysian - singer-songwriter. - Supported the 2019 new laws in Brunei that targets LGBTQQIP2SAA+ people with punishments up to the death penalty as well as other harsh laws that target women, ethnic minorities, and religious minorities in Brunei (the punishment of death penalty for those with same-sex attraction and those who commit adultery have been overturned but many these harsh laws that criminalize these things still exist and nevertheless, she vocalized support whilst the punishment was still the death penalty).
11 notes
·
View notes
Text
Sebuah Curhat untuk Girlband Jilbab Syar’i
Kalau dihitung-hitung, saya ini berjilbab sudah puluhan tahun. Lha gimana, sejak saya rajin berangkat ke TPA usia tiga tahun, saya sudah pakai jilbab. Plis, nggak perlu bilang Subhanallah, biasa aja.
TPA saya itu juga biasa kok, ya langgar mushala biasa itu lho—bukan sekolah Islam zaman sekarang yang guru-gurunya Masya Allah saleh-saleha, tapi bayarnya mahal naudzubillah. Guru ngaji saya itu dulu kalau di desa ya koloran, wong pekerjaannya cuma tani dan nyambi tukang becak.
Tidak butuh waktu lama, saya pun sudah jago baca Quran lengkap dengan tajwidnya dan sudah bisa menghafal surat-surat pendek. Tapi ketika kemudian datang musim penghujan, saya tidak ragu untuk main hujan-hujanan di perempatan jalan hanya dengan sempak dan kaos dalam. Saya berjoget massal sambil melarung kapal kertas di parit hingga bermuara ke kali.
Jadi, kalau dipikir-pikir, masa kecil saya itu ya syar’i sekaligus porno. Ternyata sejak kecil saya sudah memupuk dosa pornoaksi, tidak seperti anaknya Ustadzah Oki Setiana Dewi junjungan para ukhti yang baru lahir sudah dijilbabi.
Saya sekolah di SMP dan SMA negeri. Walau tak wajib berjilbab, saya berjilbab lho. Alasannya, disuruh Bapak sih. Ya nurut aja. Toh walaupun berjilbab, saya tetep terpilih jadi Ketua OSIS sampai Ketua Pramuka. Saya juga juara pidato, MTQ, dan lomba yang berbau kearifan lokal: Mendongeng bahasa Jawa.
Saya yakin, anaknya Al-Mukarrom Ustadz Felix Siauw nggak akan boleh ikut-ikutan kegiatan yang begitu itu, karena bakal rawan bercampur dengan lawan jenis. Dan, perempuan kok ndongeng dan nembang basa Jawa di atas panggung? Masya Allah, haram! Menyeramkan! Laki-laki mana yang mau menikahi perempuan yang suka ikhtilat begitu?
Dan pas SMP-SMA dulu, temen cowok saya ganteng-ganteng. Sayang ah kalau nggak dilirik dikit-dikit. Ngelirik thok masa nggak boleh? Lagian, ngelirik lawan jenis itu kan sunnatullah. Siswa-siswa Ma’arif, yang kelas laki-laki dan perempuannya dipisah itu, kalau ketemu sepekan sekali di lapangan upacara juga boleh deg-degan dan lirik-lirikan kok.
Setelah bacaan Quran saya tuntas hingga usia remaja, setiap hari saya nyantri kalong di Pondok Pesantren yang sanad kiainya merupakan santri langsung dari Mbah Asnawi Kudus dan Mbah Maimoen Rembang. Setiap malam pulang mengaji, ketika melewati rumah salah seorang beretnis Tionghoa, saya diteriaki, “Pocong lewat! Pocong lewat!” Kadang-kadang, anjing peliharaannya sengaja dilepas agar mengejar saya yang saat itu naik sepeda. Perasaan saya gimana saat itu? Ya, biasa saja. Wong ndak mudheng.
Baru setelah gede dan ngefans Zen Rs, saya jadi paham bahwa jilbab, selembar kain ringan yang ada di kepala saya ini, bisa bermakna banyak hal. Saya dikejar-kejar anjing itu selepas trauma orde reformasi, setelah rumah para etnis Tionghoa dijarah dan dibakari—padahal tidak semua dari mereka paham apa yang terjadi. Semua orang Tionghoa harus ikut menanggung dosa Republik yang hingga hari ini masih belajar berdemokrasi.
Setelah tahu alasannya begitu, perasaan saya gimana? Ya, tetep biasa aja. Kenyataannya memang begitu, simbol memang dipersepsikan mewakili sesuatu, jilbab dianggap mewakili muslimah, seperti all cops dianggap selamanya bastards sebab dipersenjatai negara, seperti sekumpulan redaktur Mojok dianggap sentimental karena memproduksi air mata.
Ketika kuliah di kampus negeri mentereng di Kota Surakarta, pengalaman saya dengan jilbab makin menarik. Di kampus ini, berisik sekali “jilbab syar’i” didengung-dengungkan. Heran saya. Dan pada akhirnya, ya terpaksalah saya terseret pusaran arus dikotomi: yang syar’i dan yang tidak syar’i.
Dalam periode empat belas semester tapi masih berharap bisa sarjana ini, jilbab saya pernah hampir menyentuh mata kaki, kemudian susut ke bokong, kemudian susut lagi sampai sepunggung, kalau sekarang ya suka-suka saya aja. Tergantung model dan bahan jilbabnya (You guys nggak tahu susahnya jadi perempuan di era hijab fashionistas. Rasanya pengen dicobain semuaaa bahan dan model jilbabnya. No need to protest, saya cuma cewek biasa yang peka sama mode dan estetika—yah, menyesuaikan isi dompet dan waktunya mepet nggak sebelum ke acara, fleksibel ajalah!
Nah, jilbab saya yang muler-mungkret itu, sejarahnya tergantung saya lagi pengen belajar mengaji sama siapa. Nggak tahu kenapa, pas kuliah ini saya justru lupa ajaran kitab yang pernah saya kaji di masa kecil: Ta’limul Muta’alim yang mengajarkan untuk berhati-hati dalam memilih guru, termasuk yang harus jelas sanad keilmuannya hingga ke Rasulullah SAW. Saya malah sering ngaji di emperan-emperan masjid kampus, sambil menyesuaikan panjang jilbab dengan mbak-mbak akhwat. Lha kalau mereka brukutan sebadan gitu, masa saya berjilboobs? Lak saru tho!
Ujungnya, ya tetep aja saya bingung. Saya yang udah syar’i dari kecil merasa tidak ada yang perlu dibesar-besarkan. Pake jilbab ya pakai jilbab aja. Nggak perlu tiap hari kampanye di semua akun media sosial. Saya bahkan pernah sangat sedih ketika mendapati meme yang tulisannya begini:
“Jilbab kami syar’i dibilang Islam garis keras. Lha situ ndak berjilbab, Islam bukan?”
Yaa Rabb… Segitunya lho! 2015, ketika bahkan pohon belimbing depan rumah bisa terdeteksi dengan jelas lewat Google Maps cuma dengan satu klik—yang artinya kapanpun Amerika mau, kita bisa aja dimusnahkan sekarang juga. Lha ini generasi-generasi tanggung malah tiap hari sibuk mengecilkan hati sesama saudaranya. Lha wong simbah sama ibu saya juga ndak berjilbab, wah, mereka Islam atau bukan? Sedih saya. Sesedih ketika di Universitas Indonesia ada Kuliah Umum Om Benedict Anderson (Radhiyallahu Anhu), dan di kampus saya seminarnya “Menjadi Perempuan Kembang Surga”. Kembang Surga yang dimaksud itu ya yang begitu tuh, yang nggak perlu baca buku, sebab kalau baca buku nanti jadi terbuka pikirannya dan nanti jadi kurang waktu untuk bersolek di rumah. Heran saya, sebenernya kampus saya ini mau mencetak para pemikir atau versi lain dari aplikasi Tinder Syariah?
Ada lagi sebuah cerita, tentang seorang teman memutuskan untuk melepas jilbabnya. Baru lepas jilbab lho ini, nggak murtad. Dia bilang kalau ingin belajar mengenal dirinya dari awal. Katanya kan, barangsiapa mengenal dirinya, maka Ia mengenal Tuhannya. EEEEH! Dicaci-maki teman saya itu oleh para aktivis jilbab syar’i. Teman saya yang ingin menata ulang diri malah terpikir untuk bunuh diri.
Usut punya usut, setelah saya selidiki, semua keradikalan para girlband hijab syar’i itu pangkalnya adalah Laudya Chintya Bella dan iklan Wardah yang dibintangi oleh Dewi Sandra. Lha kok?
Islamisasi iklan perabot perempuan inilah yang membuat peyorasi kata “hijrah”. Bella berhijab dibilang hijrah. Dewi Sandra berhijab dibilang hijrah. Bahkan di Twitter, Peggy Melati Sukma resmi membranding dirinya jadi Motivator Hijrah. Kata hijrah difestivalisasi melalui talkshow atau siaran infotainmen yang memuat wajah mereka, hingga terkesan bahwa jilbab adalah satu-satunya simbol hijrah. Eh, tunggu, muslimah kaffah tidak cukup hanya berjilbab, tapi juga harus pakai bedak, sampo, dan entah apa lagi itu yang iklannya artifisial itu. Semi tragis betul.
Pada tataran ini, akal sehat dan qalb (hati nurani) yang benar-benar berserah menjadi tak penting lagi.
Nah, kalau sudah lengkap pakai sabun dan sampo syariah itu, bikinlah Moslem Clothing Line, dan peradaban dunia akan jaya tanpa perlu penerus-penerus pemikir Islam seperti Ibnu Rusyd dan Ibnu Sina—eh, lupa saya, bliyo berdua itu kan sudah dikafirkan sodara saya yang salafi karena mereka belajar filsafat.
Modyar.
Susahnya jadi perawan.
0 notes
Text
Jelang Ramadan, Lubana Sengkol Group Bagikan 1.100 Paket Sembako
Jelang Ramadan, Lubana Sengkol Group Bagikan 1.100 Paket Sembako
TANGSEL – Memasuki Ramadan, keluarga besar Lubana Sengkol Group melakukan bakti sosial (baksos) kepada warga Kelurahan Kranggan dan Muncul, Kota Tangerang Selatan, Selasa (15/5).
Baksos dilakukan sebagai bentuk kepedulian pimpinan Lubana Sengkol Group Moh. Saleh Asnawi dan keluarga yang rutin tiap tahun dilakukan. Baksos dilakukan dengan cara membagikan paket sembako sebanyak 1.100 paket dan uang…
View On WordPress
0 notes
Photo
Panduan Tata Cara Shalat Tahajjud
Salat tahajjud adalah shalat sunnat yang dikerjakan di malam hari setelah terjaga dari tidur. Salat tahajjud termasuk salat sunnat mu’akad (salat yang dikuatkan oleh syara’). Salat tahajjud dikerjakan sedikitnya dua rakaat dan sebanyak-banyaknya dua belas rekaat.
Dari Abu Umamah Ra. berkata, “Rasulullah Saw. bersabda, “Menjadi keharusan bagi kalian bangun malam [untuk shalat], sesungguhnya bangun malam adalah kebiasaan orang-orang yang saleh sebelum kalian, [sarana] mendekatkan diri kepada Allah, penghapus dosa, penebus segala kesalahan, dan pengusir penyakit dari tubuh.” (HR. Turmudzi).
[Baca: Tata Cara Shalat Jenazah]
Dari Abu Hurairah Ra. bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda, “Tuhan kita yang Maha luhur dan Maha agung turun setiap malam ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir dan berfirman, “Barangsiapa yang berdoa, pasti Aku kabulkan, barangsiapa yang memohon, pasti Aku memberikannya, dan barangsiapa yang memohon ampunan, pasti Aku mengampuninya.” (HR. Muttafaq ‘Alaih)
Shalat Tahajjud dijalankan setelah tidur setelah menjalankan shalat Isya’. Jika dijalankan sebelum tidur, maka tidak bisa dinamakan dengan Shalat Tahajjud. Waktu paling baik dalam menjalankan shalat Tahajjud adalah sepertiga malam yang terakhir.
[Baca: Cara Shalat Tahajjud]
Untuk niatnya adalah sebagai berikut: Ushalli sunnatat-tahajjudi rak’ataini lillahi ta’ala (Saya berniat mendirikan shalat Tahajjud dua rekaat karena Allah).
Biasanya yang dibaca pada rekaat pertama setelah membaca surat al-Fatihah adalah surat al-Kafirun. Sedangkan pada rekaat yang kedua adalah surat al-Ikhlas. Shalat Tahajjud itu paling sedikit satu rekaat dan dan paling banyak 12 rekaat.
Sumber:
Muhammad Asnawi al-Qudsi, Fashalatan, Kudus: Menara Kudus, Tanpa Tahun.
Chatibul Umam, dkk, Fiqih untuk Madrasah Tsanawiyah, Kudus: Menara Kudus, 2004.
Posting Panduan Tata Cara Shalat Tahajjud ditampilkan lebih awal di Ensiklo.Com.
0 notes
Text
Sudah Mulai Gencar Perebutan BE 1 Pilkada Kabupaten Tanggamus
Tanggamus – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Tanggamus November mendatang, diperkirakan bakal menjadi persaingan sengit antara dua Balon Bupati Dewi Handajani vs Moh Saleh Asnawi. Mungkinkah pilkada nantinya akan menjadi rekonfigurasi kekuasaan. Berikut penjelasan penulis, Kimas Prasasti sang jurnalis kampung (Aktivis Sosial Tanggamus) Belum hilang dari ingatan kita ingar bingar Pemilihan Umum…
0 notes
Text
Drs. H. Moh. Saleh Asnawi Hadirin Khitanan Cucu Batin Matnuri di Padangratu
Tanggamus – Drs. H Moh Saleh Asnawi MA, MH Bakal Calon (Bacalon) Bupati Kabupaten Tanggamus periode 2024-2029 menghadiri Acara Khitanan Anak Yudi Hendra cucu batin Matnuri. Di Kediaman nya, kehadiran Saleh Asnawi di sambut Hangat Warga Pekon/Desa Padangratu Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus Minggu 23 Juni 2024 Begitu Juga ucapan matnuri rasa terimakasih atas kehadiran Bacalon Bupati…
View On WordPress
0 notes
Text
Masyarakat yang Mewakili 3 Kelurahan Siap Dukung H. Moh. Saleh Asnawi
Masyarakat yang Mewakili 3 Kelurahan Siap Dukung H. Moh. Saleh Asnawi
LAMPUNG7COM | Masyarakat yang mewakili 3 Kelurahan undang Relawan H Moh Saleh Asnawi MA MH, untuk menyatakan sikap siap dukung H Moh Saleh Asnawi MA MH, untuk menjadi pemimpin bupati kabupaten Tanggamus, Di undangnya Relawan Di hadiri wakil ketua Nazaruddin dan sekjen Herwan Rozali SE, beserta Para relawan korcam masing-masing dari kecamatan, dalam pertemuan kali ini di gelar pantai Muara Indah…
View On WordPress
0 notes
Text
Persatuan Ojek dari tiga kecamatan siap Dukung H Moh Saleh Asnawi MA MH
Persatuan Ojek dari tiga kecamatan siap Dukung H Moh Saleh Asnawi MA MH
LAMPUNG7COM l Supardi yang mewakili persatuan Ojek di tiga kecamatan berharap dan Siap mendukung drs H Moh Saleh Asnawi MA MH, untuk memimpin sebagai Bupati kabupaten Tanggamus periode tahun 2024 – 2029 akan datang, Minggu (14/8/22). Persatuan Ojek dari tiga kecamatan yakni kecamatan kota Agung barat, kecamatan kota Agung pusat, serta kecamatan kota Agung timur, Siap mendukung dan berharap…
View On WordPress
0 notes
Text
Emak-emak Pasar Kota Agung Antusias Berharap H. Moh. Saleh Asnawi Jadi Pemimpin Tanggamus
Emak-emak Pasar Kota Agung Antusias Berharap H. Moh. Saleh Asnawi Jadi Pemimpin Tanggamus
LAMPUNG7COM – Tanggamus | Tim relawan Wanita tangguh Memperkenalkan sekaligus sosialisasi kepada, Emak-emak di pasar Kota Agung, Kecamatan Kota Agung Pusat, Kabupaten Tanggamus sangat antusias menerima dan berharap siap mendukung untuk mencalonkan H. Moh. Saleh Asnawi, MA., MH., sebagai Pemimpin NKabupaten Tanggamus, Minggu,”(7/8/22). Emak-emak menyampaikan kepada awak media berharap kesiapan H.…
View On WordPress
0 notes
Text
Ojek 3 Kecamatan di Kota Agung Bergabung dalam Relawan Drs. H. Moh. Saleh Asnawi, MA,. MH.
Ojek 3 Kecamatan di Kota Agung Bergabung dalam Relawan Drs. H. Moh. Saleh Asnawi, MA,. MH.
LAMPUNG7COM | Dukungan dan simpatik masyarakat Tanggamus yang merasa terpanggil jiwa emosianalnya dengan tanah tumpah darah kelahirannya terus mengalir Deras dari berbagai profesi dan kalangan kepada Drs.H. Moh. Saleh Asnawi, MA,. MH. untuk di calonkan sebagai Bupati Tanggamus priode 2024-2029 mendatang. Kali ini masyarakat yang berprofesi tukang ojek yang ikut bergabung dalam Relawan Drs.H. Moh.…
View On WordPress
0 notes
Text
Masyarakat Tanggamus Antusias Tonton Film Biografi Drs H. Muhamad Saleh Asnawi
Masyarakat Tanggamus Antusias Tonton Film Biografi Drs H. Muhamad Saleh Asnawi
LAMPUNG7COM, Tanggamus | Keingintahuan masyarakat Gunung Alip tentang biografi Drs H.moh saleh MA,MH, mengundang masyarakat khususnya Pekon Pariyaman kecamatan Gunung Alip kabupaten Tanggamus berdatangan, lebih dari seratus orang. Film biografi H.muhamad saleh ini di gelar di kediaman ir.zainuddin yang di hadiri para sesepuh,saibatin beserta masyarakat Pekon pariyaman. Rabu (29/06,/22)…
View On WordPress
0 notes
Text
Tokoh Masyarakat Sai batin Dan Pepadun Ambil Sikap Harapkan, Drs H, Moh Saleh MA,MH, Jadi Pemimpin Tanggamus
Tokoh Masyarakat Sai batin Dan Pepadun Ambil Sikap Harapkan, Drs H, Moh Saleh MA,MH, Jadi Pemimpin Tanggamus
LAMPUNG7COM | Tokoh masyarakat Dan Lintas suku, beserta Sai batin Dan pepadun, Meskipun tidak pernah mencalonkan diri menjadi bupati, namun masyarakat mengharapkan Drs,H, Moh.Saleh Asnawi MAMH, dapat menjadi Bupati Tanggamus periode 2024-2029, khususnya pribumi maupun putra daerah sangat berharap dirinya untuk maju menjadi pemimpin Tanggamus. Dan Sebelumnya di Kecamatan Gunung Alip para saibatin…
View On WordPress
0 notes