#Sa x Marah
Explore tagged Tumblr posts
Text

Her ass is not listening
felt like the outfits from them going undercover worked best for it
Taglist: @mocha-bunbun @creaturre @diah-the-demon @radioactive-juice @lauch-for-everyone
#art-emis#Star Traveler#Sa x Marah#Sa honkai#Honkai Sa#Marah Honkai#Honkai Marah#Honkai Impact 3rd#Honkai Impact 3#Honkai Impact#Honkai#hi3rd#hi3#honkai impact 3rd fanart#honkai impact 3rd art#honkai impact 3 fanart#honkai impact 3 art#honkai impact fanart#honkai impact art#honkai fanart#honkai art#hi3rd fanart#hi3rd art#hi3 fanart#hi3 art#Sa#Marah
26 notes
¡
View notes
Note
I know this question is a bit strange but if we have Vita x Seele, then how about the new ship - Sa x Seele?
An alternate world where Sa does everything herself instead of creating Vita and then meets Seele's group who are trying to save themselves and the bubble world from her.
We havenât been updated on Saâs behavior since chapter 39 (though I expect we will get insight in chapter 42) but everything I know about her tells me it would be pure yandere/whump if Sa got interested in Seele
Thatâs its own kind of fun~
Iâve been thinking about Sa ships actually! Sa/Hua might also be fun đ¤ since theyâre actually going to be meeting in personâŚ
Sa/Marah the divorcees⌠thatâs also fun, thanks to their history. Then thereâs Sa/Vita if you really want something messed up and abusive considering the power dynamic between them~
Regarding your questions Iâm pretty sure the Salt Snow gang would have lost if Sa was there in person. Remember, Vita was pretty much on their side the entire time, hoping theyâd succeed and free her, so she stalled as long as she could to let them execute their plan, and left a loophole Seele used to bring back everyone (Seele even calls her mercifulâŚ)
Sa though? Sheâd have no reason to do any of that. Looking at how sheâs been portrayed so far⌠Once push came to shove, even generously assuming she kept up the innocent act for some reason, sheâd take what (or who) she wants and slaughter the restâŚ
#hi3#asks#vita#iâm so happy iâm getting vita asks now#feed my brainrot#honkai impact#honkai impact 3rd
4 notes
¡
View notes
Text
kesalahan yg sy bt nikali adalah balik kg. haih padahal dlu sa balik² pikir mau plg ka x last² plg la konon sbb tau 25hb balik jadi tidapalah nikali plg wlupn tiada mamanya ikut.skaliii...... HAHAHAHAHAHA sja laaa sy :') trs pecah lagi airmata yg sy lama tahan , kata² yg mau sa ambur dari dulu,wlupn tiada kna dgr. penat ba mental fizikal sy , stress kpla otak .fikir sng ka jaga budak??? kalau sy reda /ikhlas/gmbira mgkn keadaan sy okey lagi sikit. tapi itulah , sy sdah bilang lagi dr akhr tahun lalu sy x lagi mau jaga budak , tapi cuti saja yg kena bagi. trs sy blg lagi yg bln3 sy x mau ikut , dickp lagi , "best pun disana tu" . fikir sy main² ka tu masa sy bckp. jadi dmna silapnya kalau sy balik² marah. sy cubaa tau kawal marah sy , tapi jjr laaa susah! susah btl. ni lagi ada lagi anak ke 3 mau srh sy lagi yg jga MEMANG TAKKK LAHH!! gila ka sa mau kasi sakit hati sy lagi. dgn duit gaji nya tda cover byk pun hutang sy , dgn trperap dlm rumah .letih + lesu +penat ntahla smua bgabung. hmmmm sy mau ckp just go with the flow pun tentu² sy tipu diri sy sdr sdgkn btl² sy TIDAKMAU sudah tggl jauh. hmmm entahla py
0 notes
Text
Lima Anjani
Adhlino Mananggra x Anjani Rahayu
Cerita di mana semesta berusaha untuk mempersatukan Lino dan Anja.
1. âPermisi. Lo duduk di bangku gue.â Suara tersebut datang dari sebelah kiri Lino yang tanpa sengaja tertidur di tengah menunggu kelas dimulai. Begitu lembut hingga membuat Lino berpikir kalau itu berasal dari mimpi. Tapi ternyata bukan demikian. Sesaat dia ingin melanjutkan tidur nyenyaknya, sebuah tangan meraih untuk menepuk pelan bahu Lino. âPermisi. Ini tempat duduk gue.â Kali ini dengan suara yang lebih tinggi. Sementara Lino yang merasa jam tidurnya terganggu, sontak membuka mata dan menghadapkan tubuhnya ke sumber suara. âEmangnya nggak ada tempat duduk lain, ya?â Tanya Lino yang sedikit jengkel. Di hadapannya berdiri seorang perempuan yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Dengan rambut panjang dan poni yang menutupi keningnya, dia terlihat manis mengenakan kardigan berwarna biru. Terlalu manis bahkan untuk kelas Komunikasi Bisnis pukul 08.00 pagi ini. Sebelum satu patah kata keluar dari mulut Lino, perempuan itu membalasnya dengan nada yang tidak kalah jengkel. âAda. Tapi gue mau duduk di bangku gue. Dan bangkunya sekarang didudukin lo.â Sekian detik terlewati dengan mereka yang saling menatap tajam satu sama lain. Keinginan tidak mau kalah terlihat jelas di raut wajah mereka. âGalak banget lo.â Ucap Lino sinis yang langsung mengambil tasnya dan beranjak dari posisi duduknya.Â
Kedua mata Lino mengarah ke seluruh sudut kelas untuk mencari tempat duduk yang tersisa. Nafas terbesar di pagi itu terhela ketika pandangannya jatuh ke bangku kosong yang terletak di susunan paling belakang kelas. Setidaknya dia bisa melanjutkan tidurnya setelah ini. Kelas dimulai begitu dosen pengajar memasuki ruangan. Setelah salam dan sapaan singkat, nama-nama mahasiswa mulai dipanggil untuk keperluan daftar hadir. Lino harus bertahan selama 5 menit ke depan sampai namanya terpanggil untuk bisa kembali tidur. Ia baru sempat membetulkan posisi duduknya ketika sebuah nama yang terpanggil dan diikuti sumber suara yang tidak asing baginya membuatnya terhenti.
âAnjani Rahayu.â
âSaya, pak.â
Ternyata Anjani Rahayu adalah mahasiswa transfer. Tapi, ini cerita untuk lain waktu.Â
Dengan hati yang saat itu terasa kayak mau meledak, Lino terus mengulangi nama tersebut dalam batinnya. Sehingga tanpa ia sadari senyuman tipis tergambar di wajahnya.
Anjani Rahayu. Anjani. Anja.
2. Lino lagi diskusi sama temen-temen sesama panitia ketika Anjani masuk ke ruangan di mana rapat diadakan.
Kali ini dia nggak sendiri. Anjani diapit oleh kedua temannya yang Lino juga kenal di beberapa kelas Manajemen. Canda dan tawa saling bertukar di antara ketiganya. Di ruangan yang terdapat banyak orang pun, pandangan Lino terus tertuju ke arah Anjani. Sangat jauh beda dengan perempuan yang dia bilang galak beberapa hari yang lalu. Lino berharap dia bisa menarik ucapannya kembali saat pertemuan pertama mereka. Lino tersadar dari lamunannya ketika salah satu temannya melontarkan candaan kepada dirinya. âYa, halo dengan siapa di mana?â Tanya salah satu rekan panitia yang sudah senyum jail meledek Lino. Dia justru tidak membalas temannya karena nggak mau jadi bahan ledekan lebih lanjut.
âNggak usah ngeles deh, No. Gue tau.â
Lino hanya menggelengkan kepalanya heran.Â
Rapat panitia pun akhirnya dimulai. Angkatan mereka sedang merencanakan untuk mengadakan festival musik dalam rangka merayakan ulang tahun fakultas kebanggaan mereka. Acara yang akan diadakan akhir tahun ini menandakan mereka hanya memiliki waktu 4 bulan untuk mempersiapkan semuanya dengan maksimal. Puluhan opini dan ide terkait acara tersebut terus disampaikan oleh para panitia. Demi kelancaran acara berlangsung, maka untuk rapat kali ini mereka menentukan jabatan, tugas serta divisi yang bertanggung jawab hingga hari H.Â
âAdhlino sama Anjani. Atas keputusan temen-temen di sini, kalian mulai sekarang jadi ketua dan wakil divisi acara, ya.â
Saat itu juga, semesta membuka lembaran baru untuk menulis cerita tentang keduanya.
3. Masuk di minggu ke-5 Lino dan Anjani menjalani tugasnya, banyak perubahan yang terjadi di antara mereka berdua. Anjani yang marah-marahnya sedikit berkurang dan Lino yang semakin bisa memahami pola pikir Anjani.
âNo, lo tuh sebelum bikin rundown disesuaikan dulu nggak sih sama ketersediaan pengisi acaranya?â Tanya Anjani tanpa melepas tatapannya dari laptop. âLiat, nih. Banyak yang bentrok.â Bukannya jawaban yang diterima, justru Anjani malah disambut oleh keheningan. Anjani sontak membalikan badannya dan melihat Lino yang tertidur pulas di sofa. Anjani berdecak kesal. âTidur mulu nih orang...â Ujar Anjani dalam hati. Mereka sendiri sudah menghabiskan setengah hari untuk membahas konsep acara secara rinci, mengingat bahwa kesuksesan acara ada di tangan mereka.Â
Hari Sabtu di mana mungkin bisa jadi hari Lino beristirahat dan menghabiskan waktu dengan keluarganya malah dihabiskan di sudut ruang tamu rumah Anjani. Tanpa berpikir panjang, Anjani mengambil salah satu bantal yang ada di sofa dan meletakannya di bawah kepala Lino. Tatapannya terus tertuju ke laki-laki yang sudah mengisi hari-harinya beberapa waktu ini. Walau harus diakui pertemuan mereka bukan pertemuan yang berkesan, Anjani sangat bersyukur kalau dari sekian banyak orang yang dia kenal, Lino menjadi salah satunya.
4. âKALO LO KERJANYA BENER PASTI NGGAK AKAN KAYAK GINI!â Bentak Lino. âSelama ini lo selalu sok ngebenerin kesalahan gue, sekarang lo benerin sendiri tuh kesalahan lo!â
Suasana mobil Lino hening seketika. Sementara perempuan yang berada di sebelahnya hanya bisa terdiam. Lino menghela nafas panjang dan menatap Anjani dengan tatapan penuh sesal. Mereka baru aja pulang dari mensosialisasikan susunan acara kepada pihak-pihak yang terkait. Tapi di tengah kegiatan, ternyata ada kekeliruan yang mengharuskan mereka merombak total susunan acara.
âAnjani...â
Selama ini Anjani berusaha menjalankan tugasnya dengan baik. Dia rela nggak tidur demi memastikan kalau tugasnya udah selesai dan siap untuk dipresentasikan. Dia beneran nggak nyangka kalau orang yang pertama kali mengkritik hasil kerjanya adalah orang yang dia sa-
âKalo kerja gue nggak becus cari aja wakil yang lain sana!â Air matanya nggak bisa ditahan lagi. âWAKIL DIVISI ACARA YANG LEBIH KOMPETEN DAN BISA PENUHIN KEINGINAN LO!â
âBukan itu maksud gue-â
âJelas itu maksud lo, Adhlino!â
Sekarang giliran Lino yang nggak mampu berkata-kata. Ini pertama kalinya Anjani memanggil Lino dengan panggilan penuh. Kalau setelah ini Anjani nggak mau kenal lagi sama Lino, he deserves it. Lino berkali-kali mau menghapus air mata yang udah jatuh di pipi Anjani. Beberapa bulan belakangan ini, dia selalu menghabiskan hampir seluruh waktunya bareng Anjani. Hal ini menyadarkan Lino kalau ternyata dia mau sepenuhnya genggam Anjani. Nggak peduli gimana Lino yang selalu menyibukkan diri dengan tugas kuliah dan tanggung jawab sebagai ketua divisi, hati dan otak Lino pasti akan terus nemuin jalan ke Anjani.
âGue mau pulang.â Anjani berbisik parau. Nafasnya masih terisak-isak dan kedua matanya tertuju ke kedua tangan di pangkuannya.
Lino hanya mengangguk pelan. Perjalanan menuju rumah Anjani hanya diselimuti kesunyian. Kalau biasanya Anjani bisa menghabiskan beberapa menit ngeliatin Lino, kali ini pemandangan lampu jalan dan bangunan-bangunan tinggi di sepanjang jalan jauh lebih menarik. Tibanya di rumah Anjani, perempuan itu langsung melepaskan sabuk pengaman dan keluar dari mobil tanpa mengutarakan satu kata pun. Sementara Lino yang masih dibaluti dengan rasa bersalah, hanya mampu menyaksikan Anjani yang terburu-buru ingin masuk rumahnya, menjauh dari Lino.
5. Hari H acara menandakan tiga minggu berlalu Lino dan Anjani nggak menyapa satu sama lain.Â
Setelah berbulan-bulan bekerja keras, hari yang ditunggu akhirnya tiba. Hari dimulai dengan apel dan doa bersama para panitia. Kemudian, dilanjut dengan tugas-tugas yang tersisa sebelum acara dimulai. Masing-masing ketua divisi mengumpulkan anggotanya untuk briefing singkat dengan maksud memberi arahan dan tugas kepada mereka.Â
Sementara para anggota divisi acara bisa merasakan ketegangan di antara pemimpin mereka. âHari ini kita akan menyelenggarakan acara terbesar fakultas kita.â Ucap Lino. âSebagai divisi acara, kita semua pasti tau kalo divisi ini adalah divisi yang paling sibuk dan paling krusial karena kelancaran acara ada di tangan kita. Jadi, sebelumnya gue mau minta tolong sama kalian untuk bertahan dan berjuang sedikit lagi sampe acara kelar.â Lino menatap satu persatu orang dihadapannya namun tatapan itu nggak sampai di orang yang paling dekat dengannya, Anjani. Briefing dilanjut dengan Lino yang terus mengingatkan anggotanya untuk bertanggung jawab dengan tugasnya.
Festival musik buatan FEB itu semakin meriah dan sejauh ini acara berjalan dengan lancar. Lino yang dari tadi udah was-was akhirnya bisa sedikit bernafas lega. Dia nggak berhenti mengamati pengunjung yang udah ada di venue. Ada yang memilih untuk berada di dekat panggung dan ada yang memilih untuk menyaksikan acara sambil menikmati jajanan kuliner yang tersedia. Tepat pukul jam 11 malam, pengisi acara yang terakhir mulai membawakan lagu terakhir mereka.Â
Kedua mata Lino terus mencari di antara kerumunan pengunjung hingga akhirnya terhenti di orang yang dia cari. Lino bergegas menghampiri Anjani yang sedang asik menyaksikan penampilan yang sedang berlangsung.
âBand kesukaan lo, ya?â Tanya Lino. Perbedaan tinggi badan mereka mengharuskan Lino menurunkan pandangannya untuk menatap Anjani.
Anjani nggak bisa menyembunyikan rasa kagetnya begitu ia berhadapan dengan Lino yang sekarang melihatnya seolah dirinya yang berada di atas panggung. âIya...â Jawab Anjani pelan.
âAnja, gue mau ngomong sesuatu sama lo.â Kata Lino yang langsung menggenggam kedua pundak Anjani dan memutarkan tubuhnya hingga mereka berhadapan.
âGue mau minta maaf karena udah kurang ajar sama lo dan gue tau maaf gue nggak seberapa sama ucapan gue ke lo malem itu. Lo udah menjalankan tugas lo sebagai wakil dengan sempuna. Gue hampir gila begitu lo minta gue buat nyari wakil yang lain karena gue nggak mau. Gue nggak mau orang lain yang ada di samping gue karena gue cuma mau lo. Gue cuma mau lo yang ngechat gue tiap jam 12 malem karena gue harus revisi konsep acara. Gue cuma mau gue yang lo cari pas lo butuh orang buat cerita. Dan gue cuma mau sama lo, Anja.â Degup jantung dan nafas Lino mulai nggak karuan begitu ia menyelesaikan pengakuannya.
âNo, lo minta maaf atau nembak gue sih?â
âDua-duanya!â
Anjani nggak bisa menahan tawa yang keluar dari mulutnya yang membuat Lino panik karena tanpa disadari dia baru aja mengutarakan isi hatinya.
âLo tau nggak, kalo lo tuh satu-satunya orang yang manggil gue Anja.â Ucap Anjani begitu tawanya mereda.Â
âAbisnya kalo manggil Anjani gue malah kayak mau interview kerja. Formal banget.â Ledek Lino yang kemudian Anjani menyenggolnya pelan.
Keduanya kembali jatuh dalam diam dan saling menatap satu sama lain. Kemudian, Lino mengulurkan tangan kanannya ke arah Anjani.
âAnggap aja ini pertemuan pertama kita. Kenalin, gue Adhlino Mananggra.â
Anjani tanpa segan-segan meraih untuk menjabat tangan Lino.
âAnjani Rahayu.â
6 notes
¡
View notes
Text
Thought via Path
MUTIARA YG DIBUANG Sepasang suami isteri kaya masuk rumah n mereka dapati ruang makan yg kotor n tercium aroma pesing. Sementara di sudut meja makan nampak ibu tua sedang berusaha keras untuk bisa menyapu. Dengan suara keras membentak ibu tua itu. L: Ini pasti ulah ibu, kan? Ibu ngompol di lantai ya? Liat tuh, meja kotor dgn makanan yg tercecer, lantai juga (marah n geram) Waduuh, ibu...ibu! Ini rumah atau gudang ? Istri : Sudahlah pak, jgn bentak ibu seperti itu, kasian, ibu kan sudah tua Suami: Tidak bisa begini terus menerus. Kalau tiba² ada tamu yg datang, apa jadix? Sebaikx esok kita bawa ibu ke panti jompo. Saya akan bawa ! Istri: Jangan pak. Itu kan ibumu, masa' dibawa ke panti jompo pak? Setelah ibu tua itu dibawa ke panti jompo, si suami benahi kamar ibux. Dibawah kasur ditemukan sebuah buku lusuh dgn kertas yg agak kuning kusam. Dia tertarik krn koq ada foto dirix sejak kecil n remaja, di halaman depan bertuliskan judul buku : "Putraku buah hatiku" Dia duduk lesu n mulai membaca tulisan ibux itu. Diawali hari n tgl lahir dia. "Aku melahirkan putra, biar terasa sakit n mandi darah, aku bangga, bisa punya anak" Ya, aku bangga bisa berjuang tanpa suami yg mendahuluiku. Aku rawat dgn cinta, aku besarkan dgn kasih, aku sekolahkn dgn airmata, aku hidupi dia dgn cucuran keringat. Kuingat, ketika kubawa ke klinik utk imunisasi, diatas angkot, dia nangis lalu kubuka kancing blus n susui dia, aku tak malu, bahkan tiba² dia kencingi aku, biarlah. Tiba² dia batuk kecil, muntah n basahi rokku. Hari itu terasa indah bagiku, biarpun aku basah oleh kencing n muntahanx, aku tersenyum bangga sekali. Kejadian itu terulang beberapa X. Aku tak peduli apa kata org diatas angkot, asalkan putraku bertumbuh sehat. Itu yg utama bagiku. Sambil baca, airmatax mulai meleleh turun, hati terasa perih, dada sesak. Tiba² dia berteriak keras, meraung "Ibuuu...ibuu.."!! Sambil berdiri, setengah berlari ke garasi. Istrix kaget liat ulah suamix n bertanya : "Kenapa pak, ada apa?" Terisak dia jawab : "Aku hrs bawa kembali ibuku". Tiba² telpon berdering, diterima istrix, lalu.... : "Mohon ibu n pak segra dtg di panti sekarang ya" Mereka buru² ke panti, saat masuk, nampak tubuh tua ibu sedang diperiksa dokter. Si suami bertriak histeris sambil menangis "Ibuuu"! Ibux lemah berusaha memeluk kepala anakx seraya berbisik sendu "Anakku...ibu bangga punya kamu, seluruh cinta kasih hanya buat kamu, nak...Maafkan ibu, i...ibu sa...yang..padamu!" Sang ibupun meninggal. Anakx meraung keras menangis "Ibuu....ibuu.... aku minta ampun buu.... aku durhaka sama ibuu.. ampun...ampuni aku bu. Ibuu...jangan tinggalkan aku bu. Anak macam apa aku ini, ampuni aku buu.." Sobatq, masih adakah ibu n ayah disisimu? Syukur ! Nilai apa yg terbersit dari kisah ini? Ingatlah Sobat : > kegeraman mengantar kita "memeluk dosa" > tindakan bodoh, membuat kita "merangkul durhaka" > sikap ego, mendorong kita "mendekap nista" > sesal yg terlambat, menarik kita "bergelimang keperihan" Berpikirlah arif, bertindak dgn bijak, berucaplah kasih, hiduplah penuh hikmat. Tuhan Yesus mengasihi n memberkatimu sntiasa ! Shalam Pentakosta đ â Read on Path.
0 notes
Text
Asa dan Ibu
Suatu waktu asa bercerita pada ibu . Asa: Bu, putrinya mba x kejang-kejang (lagi) . Ibu: Astaghfirullahaladzim, kaya gitu lagi, dulu putranya dek y juga begitu. Padahal ibu udah wanti-wanti dari dulu. . Asa: Ibu wanti-wanti apa bu? Ke siapa ibu bilangnya? asa ga inget bu *bingung* . Ibu: Sa, inget hal ini baik-baik yaa nak. Anak itu bergantung dari orangtuanya. Kalau hubungan suami-istri berlandaskan agama pasti harmonis. Keharmonisan itu yg menjaga anak. . Asa: maksudnya bu? . Ibu: sakitnya anak atau nakalnya anak itu letak sebabnya ada pada orang tua. Sakit/nakalnya anak bisa jadi karna uang yg digunakan ga halal/syubhat. Tapi lebih banyak karna hubungan orang tuanya yg ga harmonis. Dan hubungan orangtua yg ga harmonis itu penyebabnya cuma satu sa, dia ga menjadikan agama sebagai cara menjalani rumah tangga, termasuk cara menyelesaikan semua permasalahan rumah tangga. Islam mengatur semuanya, tinggal kita sebagai hambaNya mau engga ikut aturannya Allah. . Asa: *jleb, speechless* jadi maksud ibu kejang2 itu karna⌠. Ibu: Ya, kamu bener. Kemarin kamu udah liat sendiri apa yg sebenernya sedang terjadi. Kelak, kalau ada masa dimana rasanya berat sekali menjalani rumah tangga, cukup cerita sama Allah, minta tolong Allah untuk selesaikan dan kembalikan ke aturan Allah bagaimana menyelesaikannya. . Asa: Iya bu, insya Allah asa ingat. Asa sayang putra-putri asa kelak, ga mau mereka jadi korban ke-egois-an asa. Tapi gimana cara ibu bertahan terus baik sama bapak? . Ibu: Beda pendapat itu wajar sa yg penting dikomunikasikan. Kalau kata bapak, samakan ukuran biar satu frame. Kalau ibu marah, bapak ngalah dg diam, pun sebaliknya. Dan ingat sa, batas mendiamkan 3 hari, setelahnya ga boleh marah lagi, harus mengikhlaskan, itu aturan agama. . Asa: Iyaa bu, semoga asa bisa mengamalkannya, mohon doanya yaa bu. . Ibu: Doa itu selalu, ga perlu kamu minta. Ibu selalu berdoa yg terbaik buat putra-putri ibu, termasuk kamu sa. . Asa: Makasii ibu *haru, pengen nangis* . Ibu: Dan, menikah dg seseorang itu jangan karna cinta sa. Menikah-lah dengan ia karna agamanya. Lebih banyak yg gugur pernikahannya atau tidak harmonis rumah tangganya karna dasar menikahnya cuma cinta sekalipun cintanya kuat sekali dan/atau ketika menikah ga menjadikan agama sebagai pedoman menjalani pernikahan. Berat kalau menjalani pernikahan begitu. Allah menjamin ketentraman pada pernikahan karna agama & menjalani pernikahan berlandaskan agama. Insya Allah agama itu-lah yg akan selalu menjaga semuanya akan tetap baik. . Asa: Iya bu, insya Allah asa juga mau menerapkan itu. . Ibu: Cinta itu pasti tumbuh setelah agama menjadi landasan utama atas keyakinan menetapkan ia sebagai calon pendamping. Jadi jangan takut menikah selama menikahinya karna agamanya. . Asa: Bismillah yaa bu *istighfar banyak2 dalam hati* . Ibu: Ibu dulu ketemu bapak di masjid loh, heheh . Asa: Iyaa bu iyaa, nanti asa cari juga di masjid, heheh . *ibu dan asa pun tertawa geli menutup percakapan hari itu* . . Lalu asa merenung di sudut kamar: 1. Ibu benar bahwa jodoh yg baik itu Allah pertemukan di tempat yg baik dan/atau lingkungan yg baik. Maka pastikan diri ini selalu berada di tempat yg baik juga dalam lingkungan pertemanan yg baik . 2. Ibu benar, pada akhirnya cinta itu pasti tumbuh sebagai buah dari keikhlasan mengikuti aturan Allah bahwa kelak menetapkan pilihan ia-kah adalah karna agamanya. Dan agama-lah yg kelak akan menjadi penjaga utama ke-dua insan yg Allah persatukan agar senantiasa sakinah, mawaddah, warahmah. . 3. Ibu benar, bahwa menjadi orangtua adalah tentang memastikan bahwa kita tetap menjaga fitrah putra-putri kita tetap baik lagi dalam kebaikan. Jangan sampai kita menjadi sebab-sebab hadirnya keburukan dalam diri putra-putri kita. . Berat? pada akhirnya kita memang harus melalui fase itu, maka ingat saja bahwa akan terasa ringan jika kita mengikuti aturan Allah, karna Allah-pun berjanji akan membantu hamba-Nya yg senantiasa berupaya menjalankan perintah-Nya juga menjauhi larangan-Nya. Wallahu'alam. . . Buat aku, kamu, dia, dan mereka, semoga Allah selalu mampukan kita menjalani semuanya menggunakan aturan Allah, Aamiin, sekian.
0 notes