#Pteropsida
Explore tagged Tumblr posts
Text
Nye bregneblade
New fern leaves
8 notes
·
View notes
Text
Cara Praktis Budidaya Bunga Gladiol
Gladiol adalah komoditi tanaman hias yang cukup prospektif untuk diperbudidayakan secara semakin makin tambah meluas, baik sebagai bunga potong atau taman. Bunganya bervariatif dalam warna, wujud dan ukuran.
Masuknya gladiol di Indonesia telah berjalan semenjak beberapa puluh tahun yang lalu. Beragam kultivar dihadirkan, dimulai dari yang berbunga kecil dan kurang memikat sampai tipe hibrida kekinian berbunga besar yang beragam wujud dan berwarna. Tetapi di sejumlah sentral produksi bunga gladiol, kultivar-kultivar yang diperbudidayakan terbatas keberagamannya.
Balai Riset Tanaman Hias sampai tahun 1999 sudah mengintroduksi sekitar 30 kultivar, tetapi biasanya kurang berkembang karena sensitif pada layu fusarium dan kurang menyesuaikan dengan lingkungan tropis. Empat kultivar gladiol hasil persilangan BALITHI sudah dilepaskan, yakni Dayang Sumbi, Kaifa, Clara dan Nabila.
Keproduktifan bunga potong dan bibit gladiol pada tingkat petani masih rendah, yakni baru capai 169.189 batang dan 136.406 subang/ha (Ameriana at al., 1991). Budidaya gladiol biasanya masih dilaksanakan secara sampingan dengan tehnik budidaya yang memiliki sifat tradisionil, hingga hasil yang didapat tidak optimal, baik kualitas atau jumlahnya.
Botani Tanaman Hias Bunga Gladiol
Gladiol datang dari bahasa Latin ‘Gladius' yang memiliki arti pedang kecil, memperlihatkan pada wujud daunnya yang sempit dan panjang seperti pedang. Genus Gladiolus terbagi dalam 180 spesies yang disebut tanaman satu musim berupa herba. Gladiol datang dari Afrika Selatan dan telah menebar di Asia semenjak 2000 tahun yang lalu, selanjutnya di tahun 1730 mulai masuk dataran Eropa dan berkembang baik di Belanda.
Kategorisasi gladiol seperti berikut (Badriah, 1995):
Seksi : Tracheophyta
Subdivisi : Pteropsida
Klas : Angiospermae
Subklas : Monocotyledoneae
Ordo : Iridales
Kerabat : Iridaceae
Genus : Gladiolus
Spesies : Gladiolus hybridus
Seperti ciri-ciri tanaman yang terhitung subklas Monocotyledoneae, tanaman gladiol berakar serabut, akan tetapi tanaman gladiol membuat juga akar kontraktil berdiameter ± 0,7 cm warna putih yang berperan menyokong dan tempatkan subang baru pada susunan tanah yang pas (Pfeifer, 1931).
Akar kontraktil memiliki beberapa rambut lembut yang berperan sebagai penyerap air dan organ penyimpan sebentar. Subang baru semakin berkembang untuk gantikan subang induk yang makin mengkerut dituruti dengan mengecilnya diameter akar kontraktil.
Subang ialah tangkai yang termodifikasi jadi bundar gepeng dan memiliki kandungan buku, batas dan mata tunas. Subang terjadi dari batas tunas terikuth yang membesar dan hasilkan organ stok makanan yang sanggup berperan sebagai alat reproduksi. Sisi yang membesar itu dalam pembentukannya tertutup oleh sisi bawah dari daun yang jadi kering dan mengeras, dan bertindak selaku penutup organ cadangan makanan. Mata tunas berada pada dua segi yang berbeda dari subang.
Sepanjang babak vegetatif sampai babak generatif bisa terjadi pembesaran pada batas terikuth dari tanaman yang selanjutnya berkembang jadi subang baru. Subang baru semakin berkembang dan jadi membesar untuk gantikan subang induk yang lama-lama semakin mengkerut dan pada akhirnya mati.
Bersama dengan mengkerutnya subang induk, tercipta anak subang dari stolon yang dari mata tunas aksilar antara subang induk dan subang baru. Anak subang sebagai jaringan berdaging yang dilapis kulit luar yang keras. Jumlah anak subang yang tercipta bervariatif bergantung kultivar dan kedalaman tanam.
Persyaratan Tumbuh Bunga Gladiol
Tanaman gladiol memberinya tanggapan yang lain pada macam situasi keadaan. Factor lingkungan yang punya pengaruh pada perkembangan dan pembungaan gladiol ialah sinar, temperatur dan kelembapan.
Beberapa tipe tumbuhan pembungaannya dikuasai oleh periodisitas sinar. Dampak periodisitas mulai efisien jika tanaman sudah capai babak dasar vegetatif. Tanaman gladiol memerlukan cahaya matahari penuh untuk perkembangan dan perubahannya. Kondisi kurang maksimal yang terjadi pada babak pertama masa krisis, saat terciptanya daun ke-3 sampai daun ke tujuh, akan mengakibatkan bunga jadi kering dan kuntum bunga tidak tercipta secara normal. Dan jika kekurangan sinar terjadi di saat pembangunan daun ke 5, 6 dan 7, kekeringan cuman terlihat pada kuncup bunganya saja (Badriah, 1995).
Gladiol bisa tumbuh secara baik di wilayah di ketinggian tempat di antara 600 sampai 1400 m dpal, pH sekitar di antara 5,8 sampai 6,5, temperatur 10oC sampai 25oC. Temperatur rerata kurang dari 10oC akan mengakibatkan perkembangan dan perubahan tanaman terhalang. Bila temperatur rendah berjalan lama, perkembangan tanaman akan berhenti. Temperatur optimal untuk perkembangan gladiol ialah 27oC, terkadang bisa beradaptasi sampai temperatur 40oC, jika kelembapan tanah dan tanaman relatif tinggi (Badriah, 1995). Temperatur punya pengaruh juga pada usia tanaman mulai berbunga.
Perbanyakan Tanaman Hias Gladiol
Perbanyakan bisa dilaksanakan secara vegetatif atau generatif. Pergandaan secara generatif hanya untuk maksud pemuliaan, gladiol sebagai tanaman yang heterozigot hingga turunan yang dibuat akan bervariatif. Biji didapat dengan penyerbukan alami atau bikinan. Penyerbukan dengan alami bisa terjadi pada kultivar-kultivar gladiol yang tepung sari dan kepala putiknya masak bertepatan dengan kontribusi serangga atau angin.
Dan pada kultivar-kultivar gladiol yang tepung sari dan kepala putiknya periode pada saat yang berlainan dibutuhkan penyerbukan secara bikinan, yakni dengan menempatkan tepung sari pada kepala putik yang telah masak. Bila penyerbukan sukses, buah akan tercipta 5 sampai 7 hari selanjutnya dan bisa dipanen sesudah buah warna coklat dan rengat, lebih kurang sebulan sesudah penyerbukan. Biji yang dibuat sekitar 1 sampai 200 biji (Herlina, 1995a).
Biji dapat segera disemai, tanpa alami dormansi dan akan berkecambah sesudah 7-12 hari. Daun yang tumbuh dari biji cuman sejumlah 1-2 lembar. Tanaman tumbuh kurang lebih lima bulan dan hasilkan anak subang kecil, anak subang ini ditanamkan kembali sampai 3 transisi penanaman, baru sanggup hasilkan bunga.
Perbanyakan secara vegetatif bisa dilaksanakan dengan memakai subang utuh, subang iris dan anak subang (Herlina, 1995a).
a. Perbanyakan dengan subang utuh
Subang utuh yang jadi bibit untuk memproduksi bunga minimum dengan diameter 2,5 cm. Semakin besar ukuran subang bibit, semakin cepat timbulnya primordial bunga, dan semakin bertambah panjang batang bunga, jumlah kuntum bunga per batang dan diameter bunga mekar.
b. Perbanyakan dengan subang iris
Pada satu subang bisa tumbuh 1-4 mata tunas, tiap mata tunas akan hasilkan satu subang baru dan satu batang bunga, tapi untuk memperoleh kualitas bunga yang bagus cuman dipiara 1-2 tunas saja.
Pemisahan subang bisa dilaksanakan pada subang yang memiliki berat lebih dari 20 gr, bila kurang dari itu akan hasilkan kualitas bunga yang lebih rendah (Soertini dan Syamsulbachri, 1975). Pemisahan subang bisa dilaksanakan dengan 2 langkah, yakni dibelah dua sisi (pemisahan pas di tengah-tengah subang) dan dibelah jadi tiga sisi (sisi tengah, segi kanan dan segi kiri untuk subang yang dengan diameter lebih dari 4 cm).
Yang penting jadi perhatian dalam pemisahan subang ialah:
Pisau yang dipakai harus bersih dan tajam. Tiap pemisahan mengikuti masukkan mata tunas. Sisi sisa belahan perlu dibaluri dengan fungisida pekat supaya tidak ada infeksi oleh pathogen. c. Pergandaan dengan anak subang
Anak subang tercipta dari stolon yang dari mata tunas aksilar antara subang induk dan subang baru di saat mengkerutnya subang induk. Jumlah anak subang yang tercipta bervariatif bergantung kultivar dan kedalaman tanam.
Pemakaian anak subang sebagai bahan pergandaan cuman ditujukan untuk hasilkan subang. Dari anak subang dengan diameter 1 cm dibutuhkan 2 transisi penanaman sampai sanggup menghasilkan bunga potong, lebih kurang sepanjang 16 bulan.
Penyiapan Tempat
Galdiol benar-benar tolerir pada beragam susunan tanah, seperti tanah yang enteng berpasir dengan bahan organik rendah sampai tanah yang berat berlempung atau simak, gladiol bisa tumbuh baik. Tetapi demikin tanah yang berdrainase buruk mengakibatkan akar gladiol gampang hancur.
Penanaman gladiol harus diupayakan pada tempat yang bukan sisa pertanaman gladiol atau keluarga dekatnya, seperti irislah, ixia, freesia dan monbretia, atau minimum setahun selanjutnya. Di Australia dan New Zealand, tempat sisa pertanaman gladiol didiamkan sepanjang tiga tahun saat sebelum ditanam gladiol kembali. Tindakan itu akan punya pengaruh positif untuk menahan penyakit yang muncul dari pertanaman gladiol awalnya. Kalaulah mau tak mau memakai tempat itu karena itu desinfeksi tempat, atau perendaman tempat sepanjang beberapa minggu harus dilaksanakan untuk menghindar penyakit tular tanah (McKay and Hughes, 1982). Saat sebelum tanam, tempat seharusnya disiram sama air, hingga di saat subang gladiol ditanamkan, tanah cukup lembab hingga akar bisa tumbuh secara cepat.
Penyiapan Bibit
Bibit gladiol siap tanam jika sudah melalui periode dormansinya, dengan diidentikkan timbulnya calon akar berbentuk benjolan kecil warna putih melingkar pada bagian bawah subang, dan timbulnya tunas. Jika tunas capai 1 cm, karena itu subang siap tanam. Penanaman yang telat mengakibatkan tunas makin tinggi dan akar makin panjang, hingga terjadi kerusakan tunas dan akar di saat penanaman.
Subang bibit untuk memproduksi bunga dengan diameter minimum 2,5 cm (Dod et al., 1989). Subang bibit harus diputuskan yang sehat dan tidak cacat. Untuk menahan hama dan penyakit yang terikut dari area untuk menyimpan atau mengecilkan kerusakan di lega, seharusnya subang dikasih tindakan insektisida dan fungisida sesuai jumlah saran saat sebelum ditanamkan, dengan pencelupan sepanjang 15-30 menit. Untuk kutu putih, saat sebelum pencelupan pada larutan pestisida, subang dipendam dulu pada air yang sudah dikasih detergen 1 sdm untuk 5 ltr air sepanjang 5 menit, supaya susunan lilin pada kutu putih hancur.
Penanaman Bunga Gladiol
Tempat penanaman jangan ternaungi, sinar matahari secara penuh bisa diterima oleh tanaman. Di Indonesia, gladiol bisa ditanamkan selama setahun. Penanaman disamakan dengan keperluan bunga potong karena usia tanaman gladiol mulai dari tanam sampai berbunga sekitar di antara 60-90 hari bergantung pada kultivar dan temperatur, pada musim kemarau tanaman semakin lebih cepat berbunga dibanding musim hujan.
Langkah penanaman bisa dilaksanakan dengan guludan atau tanpa guludan. Bila pengairan dilaksanakan dengan tergenangi, karena itu penanaman seharusnya dengan guludan supaya drainasenya baik. Tinggi guludan disamakan dengan kedalaman tanam, yakni lebih dari 15 cm, karena kedalaman tanam subang gladiol 10-15 cm. Tepian guludan seharusnya dibikin sepadat kemungkinan supaya tanah tidak gampang longsor hingga tanaman tidak rebah (Herlina, 1995b). Bertepatan dengan penyiangan, tanah disekitaran guludan dibumbun untuk gantikan tanah dalam guludan yang longsor.
Jika penanaman dilaksanakan tanpa guludan, sering tanaman rebah atau batang bunga bengkok yang mengakibatkan turunnya kualitas bunga, seharusnya pakai ajir dari bambu untuk menyokong bunga.
Kerapatan tanaman penting karena tentukan kekekaran tanaman dan kualitas bunga, bila terlampau rapat karena itu tanaman akan kurang kuat dan panjang (etiolasi). Ukuran subang tentukan jarak tanam, untuk subang yang dengan diameter 4 cm karena itu jarak tanam yang dipakai 20 x 20 cm, ukuran subang lebih kecil bisa ditanamkan lebih rapat.
Kedalaman tanam subang perlu memerhatikan struktur tanah dan waktu tanam. Pada tanah simak dan lempung, subang ditanamkan lebih dangkal dibanding tanah enteng dan berpasir. Pada tanah enteng dan berpasir bila ditanamkan dangkal akan menyebabkan tanaman gampang rebah. Pada musim kemarau ditanamkan lebih dalam dibanding musim hujan. Temperatur tanah semakin lebih rendah pada lokasi yang lebih dalam. Kedalaman tanam yang disarankan 10-15 cm untuk subang dengan diameter lebih 2,5 cm (Herlina, 1995b).
Pemupukan
Tanaman gladiol membutuhkan pemupukan supaya tumbuh maksimal dan berproduksi secara baik. Keperluan pupuk benar-benar bervariatif bergantung pada type tanah, curahan hujan, langkah pengairan dan kesuburan tanah. Pada tanah enteng berpasir yang kurang kandungan bahan organiknya dibutuhkan pemupukan yang semakin banyak khususnya pada musim hujan.
Secara umum pemupukan terbagi dalam pupuk nitrogen 90-135 kg/ha, fosfat 90-180 kg/ha dan kalium 110-180 kg/ha untuk satu transisi tanaman. Nitrogen diberi 3x, yakni (Herlina, 1995b):
sesudah daun ke-2 atau ke-3 tercipta. di saat primordia bunga ada (± 60 hari sesudah tanam). sesudah panen bunga. Pupuk fosfat cuman diberi saat tanam yang digabung dengan beberapa pupuk kalium, beberapa pupuk kalium diberi bertepatan dengan pemberian pupuk nitrogen yang ke-2 .
Kekurangan elemen N mengakibatkan pengurangan panjang malai bunga atau jumlah kuntum per malai, dan daun warna hijau pucat. Kekurangan P bisa diidentikkan dengan sisi ujung daun yang warna hijau tua dan daun sisi bawah keungu-unguan, batang bunga gampang patah. Kekurangan K mengakibatkan jumlah kuntum bunga menyusut, malai bunga pendek, pembungaan terhalang, daun tua menguning berikut beberapa bagian antara urat daun pada daun muda.
Kekurangan Ca mengakibatkan kuntum bunga pecah di bawah kuntum ke-2 dan ke-3 . Kekurangan yang berat bisa mengakibatkan kuncup bunga jadi kering atau membusuk. Kekurangan Mg mengakibatkan klorosis pada bagian di antara urat daun-daun tua, dan jika kekurangan Fe terjadi klorosis pada bagian di antara urat daun yang muda. Kekurangan Bo mengakibatkan tepian daun pecah, salah wujud pada daun dan malai bunga pendek. Ujung daun yang kecoklatan sebagai tanda-tanda keracunan F (Herlina, 1995b).
1 note
·
View note
Text
Klasifikasi Tumbuhan Paku Beserta Contohnya
Klasifikasi Tumbuhan Paku Beserta Contohnya
Klasifikasi Tumbuhan Paku Beserta Contohnya – Tumbuhan paku adalah merupakan salah satu kelompok tumbuhan yang tertua yang masih dapat dijumpai di daratan. Tumbuhan paku atau tumbuhan berpembuluh tetapi tidak berbiji berdasarkan morfologinya memiliki 4 divisi yakni Psilopsida, Lycopsida, Equisetopsida atau Sphenopsida, dan Pteropsida. Jadi bila ada perintah dari guru Anda, tuliskan klasifikasi…
View On WordPress
0 notes
Text
Left Column: Upon close study of the engineers and the planet’s flora and fauna, I have come to an enlightened conclusion. That their power and success has not been retarded by being so beholden to history and entrenched custom. A more detailed appraisal yields the conclusion that as simple, primitive systems have a beauty and indeed power in their simplicity and an honesty that I with any previously, progressions view of the development and aesthetics have through overly subjective and too human eyes. There is a strength born of adversity and harsh environments, the vitality of violent existence. Center: Amorphophallus titanium Non-existence to existence to darkness again. Breathe the sweet putrescence of experience Fig A (mature) Fig B (mature) Right column: It also occurs to me to investigate the possibility that the seemingly divergent shift from previously monolithic and simple forms of classic Engineer architecture to the post-industrial aesthetic especially apparent in their interplanetary vehicles and spacesuits are actually the result of a congruent return to even older and natural forms. Possibly the result of both an aesthetic epiphany and the technological means to achieve it. Culminating in a relatively sudden shift combining anthropomorphism, zoomorphism, and phylotomorphic traits. Not to mention the vascularity inherent in mechanically or technologically based branching systems and architectural structures, so that an all-encompassing type of ‘bio-mechanical’ view emerged.
'Corpse lillies' – but of course they'd have 'em! About the first thing I asked on the first day was that while I totally get the aesthetic of the city referencing great civilisations/ancient cultures (and obviously goes hand in hand with the Engineers looking like classical statues), I wanted to know why/how the shift happened to the Giger/biomechanical look. I never did get an answer so I invented one for my backstory/inserted it into my/David's scientific notes, here as it applies to flora and fauna studies. From the right hand side: "It also occurs to me to investigate the possibility that the seemingly divergent shift from previously monolithic and simple forms of classic Engineer architecture to the post-industrial aesthetic especially apparent in their interplanetary vehicles and spacesuits are actually the result of a congruent return to even older and natural forms. Possibly the result of both an aesthetic epiphany and the technological means to achieve it. Culminating in a relatively sudden shift combining anthropomorphism, zoomorphism, and phylotomorphic traits. Not to mention the vascularity inherent in mechanically or technologically based branching systems and architectural structures, so that an all-encompassing type of 'bio-mechanical' view emerged."
A post shared by matt hatton (@matthatt0n) on Jun 5, 2017 at 3:55am PDT
Transcription – David’s Illustrations
This slideshow requires JavaScript.
Etymology
Amorphophallus titanum, in Latin | Ancient Greek = άμορφος + φαλλός
amorphos = without form, misshapen + phallos = phallus + titanum = titan/giant (1)
Amorphophallus titanum
Also known as the titan arum is a flowering plant with the largest unbranched inflorescence(spike) in the world.(3)
Due to its odour, like the smell of a rotting corpse or carcass, it’s characterized as a carrion flower and is also known as the corpse flower or corpse plant.
Kingdom Plantae
By Rkitko – cobbled together by User:Rkitko from images available on Wikimedia Commons., CC BY-SA 4.0,
Taxonomic kingdom comprising all living or extinct plants.
Phylum Tracheophyta
Green plants with a vascular system that contains tracheids or tracheary elements (as vessel elements or fibres) and including the subdivisions Psilopsida, Sphenopsida, Lycopsida, and Pteropsida.
Class Liliopsida
Seed plants that produce an embryo with a single cotyledon and parallel-veined leaves: includes grasses and lilies and palms and orchids; divided into four subclasses or superorders: Alismatidae; Arecidae; Commelinidae; and Liliidae.
Order Arales
By Christian Fischer, CC BY-SA 3.0,
monocotyledonous woody or herbaceous plants that are usually sympodial with cyclic flowers on a spadix — see Araceae, Lemnaceae.
Family Araceae
© 2009 Jee & Rani Nature Photography
The family of plants (order Arales) chiefly of tropical distribution distinguished by having the flowers on a fleshy spadix subtended by a leafy spathe.(2)
Genus Amorphophallus
By Credits: US Botanic Garden
The genus of tropical East Indian aroids having a mottled flowering spathe in advance of the large compound leaf and often attaining a height of several feet — see krubi. 2 plural – es: a plant of the genus Amorphophallus.(1)
�� Easter Eggs
Lyrics
The Essence Of Putrescence by GORGASM album: “Bleeding Profusely” (2001) Here she lies dead, yet crawling with life Rotting entombed and deformed by decay Taking her from death putrid grasp Now her remains return home with me
I reconstruct her corpse to fuck
Wax replacing skin that’s rotted Fasten bones with screws and wire Vaginal tube inserted I’m consumed with sick… DESIRES!
Breathing in her rancid scent Intoxicated as I mount her Cunt and ass joined from the thrusting Her remains crushed while I’m fucking
Embalmed with cum I spew my climax deep inside her Festering lust turning to nymphomania NECROSEXUAL!(4)
References
Walter, K.S. & Gillett, H.J. [eds] (1998) 1997 IUCN Red List of Threatened Plants. Compiled by the World Conservation Monitoring Center. IUCN – The World Conservation Union, Gland, Switzerland and Cambridge, UK.
Royal Botanic Gardens, Kew (August 2003) http://www.rbgkew.org.uk/titan/index.html
Attenborough, D. (1995) The Private Life of Plants. BBC Books, London.
The Essence Of Putrescence by GORGASM, album: “Bleeding Profusely” (2001) http://www.darklyrics.com/lyrics/gorgasm/bleedingprofusely.html
Amorphophallus Titanium
#amorphophallus titanum#botanical illustration#concept art#corpse lily#david 8#gorgasm#matt hatton#PLANET 4#RESEARCH#the essence of putrescence#titan arum
5 notes
·
View notes
Text
Dryopteris carthusiana, Pteropsida, Dryopteridaceae
Dryopteris carthusiana, Pteropsida, Dryopteridaceae kaynak: http://bit.ly/1nqipC4
1 note
·
View note
Photo
Adiantum capillus-veneris, Pteropsida, Cryptogrammaceae
0 notes
Photo
Adiantum pedatum, Pteropsida, Cryptogrammaceae
1 note
·
View note
Photo
Dryopteris filix-mas, Pteropsida, Dryopteridaceae
0 notes
Photo
Dryopteris carthusiana, Pteropsida, Dryopteridaceae
6 notes
·
View notes