Tumgik
#Ponpes Buntet
Video
youtube
KOCAK! Ganjar Diminta Saweran Oleh Puluhan Santri Putri di Ponpes Buntet...
0 notes
cirebonjuara · 3 years
Text
Kunjungi 2 Ponpes Besar Cirebon, Laksamana Yudo Tinjau 'Serbuan Vaksinasi Maritim'
Kunjungi 2 Ponpes Besar Cirebon, Laksamana Yudo Tinjau ‘Serbuan Vaksinasi Maritim’
KABUPATEN CIREBON, CakraNusa.id – Kunjungi Pondok Pesantren Khas Kempek Cirebon, Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono melaksanakan peninjauan “Serbuan Vaksinasi” TNI Angkatan Laut, Selasa (26/09/2021).   Laksamana Yudo mengatakan, dengan tujuan meningkatkan herd imunity warga masyarakat Kabupaten Cirebon, vaksinasi tersebut menargetkan sebanyak 3.000 dosis untuk santri/…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
korandetak · 3 years
Text
Didepan Sekjen Gerindra, Pimpinan Ponpes Buntet Doakan Prabowo
Didepan Sekjen Gerindra, Pimpinan Ponpes Buntet Doakan Prabowo
Wakil Ketua MPR RI Ahmad Muzani bersama Anggota Komisi II DPR Prasetyo Hadi dan Ketua DPRD Provinsi Jawa Barat Taufik Hidayat bersilaturahmi dengan pimpinan pondok Pesantren Buntet, Cirebon, KH. Adib Rofiuddin. Kunjungan ini untuk menyaksikan pelaksanaan vaksinasi yang dilakukan terhadap santri dan warga sekitar di lingkungan pondok pesantren Buntet.  Saat tiba di lokasi, Muzani dan romobongan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
madakipuranews · 3 years
Photo
Tumblr media
PRAJURIT YONMARHANLAN III AMANKAN KEDATANGAN BAPAK KASAL DI CIREBON Kedatangan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana (TNI) Yudo Margono, S.E., M.M., beserta rombongan dalam perihal kunjungan kerjanya, prajurit Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan (Yonmarhanlan) III Jakarta dipimpin oleh Perwira Seksi Operasi (Pasiops) Mayor Marinir S.Irwanto Rusbal, menyambut kedatangan bapak Kasal dengan melaksanakan sterilisasi Bandara, pengamanan dan pengawalan khusus bapak Kasal di area Bandara Cakra Buwana menuju Pondok Pesantren (Ponpes) Kempek Palimanan dan Pondok Pesantren Buntet, Cirebon, Jawa Barat, Selasa (28/09/2021). Keterlibatan prajurit Yonmarhanlan III dalam pengamanan bapak Kasal ini mendapat perintah langsung dari Danlantamal III Brigjen TNI (Mar) Umar Farouq, S.A.P., dalam hal ini Danyonmarhanlan III Mayor Marinir Amin Surya Laga, S.E., M.Tr.(Opsla)., dengan mengeluarkan satu Tim Quick Respon Force (QRF) lengkap dengan senjata. Pelaksanaan pengamanan bapak Kasal dilaksanakan dengan diperkuat personel dari Pomal, Polresta Cirebon, Forkopimda dan komponen masyarakat lainnya, dalam hal Ini prajurit Yonmarhanlan III menunjukan sikap, siap, siaga dan tindakan dengan memberikan jaminan keamanan objek yang terbaik dan maksimal dengan memegang teguh disiplin dan memahami rantai Komando yang efektif dan efisien. Lebih lanjut, Danyonmarhanlan III Mayor Marinir Amin Surya Laga, S.E., M.Tr.Opsla., mengatakan, "Sinergitas dan kerja sama antar unsur pengamanan yang terlibat, manfaatkan sebagai sarana untuk berkordinasi dan berkomunikasi antar unsur pengamanan. Utamanya untuk menjamin kelancaran pelaksanaan tugas. Hindari kesalahan sekecil mungkin, pahami prosedur Pam, Walsus, serta tingkatkan kepekaan dan jangan lengah terhadap situasi yang berkembang," ujarnya. https://www.instagram.com/p/CUaZxlJPhNJ/?utm_medium=tumblr
0 notes
bidiktangsel · 3 years
Text
Didepan Sekjen Gerindra, Pimpinan Ponpes Buntet Doakan Prabowo
Didepan Sekjen Gerindra, Pimpinan Ponpes Buntet Doakan Prabowo
Cirebon – Wakil Ketua MPR RI Ahmad Muzani bersama Anggota Komisi II DPR Prasetyo Hadi dan Ketua DPRD Provinsi Jawa Barat Taufik Hidayat bersilaturahmi dengan pimpinan pondok Pesantren Buntet, Cirebon, KH. Adib Rofiuddin. Kunjungan ini untuk menyaksikan pelaksanaan vaksinasi yang dilakukan terhadap santri dan warga sekitar di lingkungan pondok pesantren Buntet. Saat tiba di lokasi, Muzani dan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
harianpublik-blog · 7 years
Text
Pria Asal Cirebon Ini Sedang Diburu karena Telah Sebar Hoax Tentang Kehamilan Firza Husein
Pria Asal Cirebon Ini Sedang Diburu karena Telah Sebar Hoax Tentang Kehamilan Firza Husein
Tumblr media Tumblr media
Pria Asal Cirebon Ini Sedang Diburu karena Telah Sebar Hoax Tentang Kehamilan Firza Husein
Harianpublik.com – Namanya Iik Fikri Mubarok, status Hoaxnya tentang Kehamilan Firza Husein di Facebook pertama kali dibuat olehnya, lalu dikutip oleh sebuah Media Nasional. Berlanjut ke Media-media Nasional lainnya.
Dibawah ini adalah salah satu link berita yang sudah tersebar melalui portal berita nasional jpnn, seperti pada caputre screen di atas:
http://www.jpnn.com/news/firza-husein-dikabarkan-hamil-begini-reaksi-kuasa-hukumnya
Iik Fikri lalu ketakutan saat tulisannya menjadi viral. Apalagi semua situs2 berita yg dibuat oleh Buzzer Ahok girang, dan mengolah status tsb menjadi seolah2 kenyataan.
Iik Fikri Mubarok lalu membuat Status Klarifikasi. Ia mengaku hanya bercanda soal tulisan tentang Firza Husein yg hamil tsb.
Tumblr media
Ia lalu menghapus status fitnahnya tsb. Menutup akunnya, dan sekarang entah ia lari kemana. Kini Iik Fikri menjadi buronan banyak pihak.
Bagaimana dengan Ahokers?
Jari-jari Ahokers menari gembira dengan berita tsb. Mereka membuat meme tentang Habib Rizieq yg seolah betul2 menghamili wanita yg bukan istrinya. Ahokers menulis komentar-komentar vulgar dan mesum untuk mengadili Sang Habib.
Betul-betul terlihat betapa mudahnya untuk berbuat zholim. Salah satunya ustadz Palsu Abu Janda, yg kontan membuat video sindiran yg menjurus fitnah.
Sekali berita Hoax itu menyebar, sudah sulit untuk ditarik lagi. Bahkan seandainya pun si rantai penyebar sadar bahwa berita itu adalah Hoax, mereka cenderung utk menutupi kesalahannya. Mereka akan terus menjadi pemalsu fakta yg ulung.
Saat ini memang Tuhan2 kecil bertebaran dimana2, tak sadar bahwa Tuhan yg sesungguhnya sedang mengawasi dr atas sana.
**Luaaar biasa memang fitnah yang tengah dihadapi Sang Habib.
TAPI SAYANGNYA PARA PEMBUAT FITNAH DAN PENYEBAR FITNAH ITU TAK MENYADARI, BAHWA SEJAK JAMAN PENJAJAHAN DULU, ISLAM SUDAH AKRAB DENGAN FITNAH.
OTAK PEMBUAT FITNAHNYA ADALAH PENJAJAH, KORBANNYA ADALAH ULAMA, DAN PENYEBARNYA ADALAH ANTEK2 PENJAJAH.
Seperti yang dikutip oleh Suara Netizen Cyber Forums, Iik Fikri Mubarok, yang berdomisili di Kota Cirebon, dan mengaku dirinya sebagai “Wali” akhirnya menuai kecaman dari banyak pihak.
Pasalnya, Iik atau yang suka disapa “Mbah Wali” ini oleh teman-teman nongkrongnya di jembatan, membuat Fitnah kepada Firza Husein sedang hamil.
Iik Fikri Mubarok dikenal sebagai Salah satu Mantan Santri ini, suka Sowan ke Ponpes Buntet, Cirebon.
Dalam Postingannya Iik Fikri Mubarok, ia menyatakan bahwa Firza Husein tengah diperiksa dokter lantar mengandung anak sehingga jppn termakan berita hoax ini dan dilansir di situs resminya.
Iik Fikri Mubarok, kini tengah diburu oleh Aparat Kepolisian dan juga Tim Buser.
Link Facebook Iik Fikri Mubarok yang kini sudah hilang: https://www.facebook.com/iik.f.mubarok
Setelah Mengetahui Iik Fikri Mubarok adalah dalang dari Penyebaran Fitnah Firza Husein Tengah Hamil, Iik Menutup Akun Facebooknya untuk menghindari jeratan Hukum.
Bagi Siapa saja yang tahu soal Keberadaan iik, silahkan infokan ke [email protected]
Sumber : Source link
0 notes
myadipunk-blog · 4 years
Text
RA Kartini Adalah Santri KH Sholeh Darat, Pelopor Penerjemahan Al-Qur’an
Peran Kiai Soleh Darat dalam menyebarkan Islam tak hanya semasa hidupnya maupun warisan pesantrennya. Sebab murid-muridnya adalah para pendiri organisasi Islam, pengasuh pesantren dan pendakwah agama yang terus menghasilkan kader-kader da’i berikutnya. Sampai akhir zaman.Wali ini yang hidup sezaman dengan dua waliyullah besar lainnya, Syekh Nawawi Al-Bantani dan Kiai Kholil Bangkalan, Madura ini disebut sebagai gurunya para ulama tanah Jawa.Murid-muridnya itu, diantaranya, KH Hasyim Asy’ari pendiri Nahdlatul Ulama), KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) dan Syaikh Mahfudh Termas Pacitan (pendiri Pondok Pesantren Termas), KH Idris (pendiri Pondok Pesantren Jamsaren Solo), KH Sya’ban (ahli falak dari Semarang), Penghulu Tafsir Anom dari Keraton Surakarta, KH Dalhar (pendiri Pondok Pesantren Watucongol, Muntilan), KH Munawir (Krapyak Yogyakarta), KH Abdul Wahab Chasbullah Tambak Beras Jombang, KH Abas Djamil Buntet Cirebon, KH Raden Asnawi Kudus, KH Bisri Syansuri Denanyar Jombang dan lain-lainnya. Para murid itu ada yang belajar pada Kiai Soleh Darat sewaktu masih di Mekah maupun setelah di Semarang.
”Bisa dikatakan, Kiai Soleh Darat adalah embahnya para ulama di Jawa, karena menjadi guru dari guru ulama yang ada sekarang,” terang KH Ahmad Hadlor Ihsan, mantan Rois Syuriyah PCNU Kota Semarang yang juga pengasuh Ponpes Al-Islah Mangkang, Tugu, Semarang. Semasa hidupnya, selain mengajar masyarakat awam, Kiai Soleh Darat juga aktif mengisi pengajian di kalangan priyayi. Di antara jamaah pengajiannya adalah Raden Ajeng Kartini, anak Bupati Jepara. RA Kartini pernah punya pengalaman tidak menyenangkan saat mempelajari Islam. Guru ngajinya memarahinya karena dia bertanya tentang arti sebuah ayat Al-Qur’an. Ketika mengikuti pengajian Kiai Soleh Darat di pendopo Kabupaten Demak yang bupatinya adalah pamannya sendiri, RA Kartini sangat tertarik dengan Kiai Soleh Darat. Saat itu beliau sedang mengajarkan tafsir Surat Al-Fatihah. RA Kartini lantas meminta romo gurunya itu agar Al-Qur’an diterjemahkan. Karena menurutnya tidak ada gunanya membaca kitab suci yang tidak diketahui artinya. Pada waktu itu penjajah Belanda secara resmi melarang orang menerjemahkan Al-Qur’an. Dan para ulama waktu juga mengharamkannya. Mbah Shaleh Darat menentang larangan ini. Karena permintaan Kartini itu, dan panggilan untuk berdakwah, beliau menerjemahkan Qur’an dengan ditulis dalam huruf Arab pegon sehingga tak dicurigai penjajah.
Kitab tafsir dan terjemahan Al-Qur’an itu diberi nama Faidh al-Rahman fi Tafsir Al-Qur’an. Tafsir pertama di Nusantara dalam bahasa Jawa dengan aksara Arab. Jilid pertama yang terdiri dari 13 juz. Mulai dari surat Al-Fatihah sampai surat Ibrahim. Kitab itu dihadiahkannya kepada RA Kartini sebagai kado pernikahannya dengan RM Joyodiningrat, Bupati Rembang. Mulailah Kartini mempelajari Islam dalam arti yang sesungguhnya. Kartini amat menyukai hadiah itu dan mengatakan: “Selama ini al-Fatihah gelap bagi saya. Saya tak mengerti sedikitpun maknanya. Tetapi sejak hari ini ia menjadi terang-benderang sampai kepada makna tersiratnya, sebab Romo Kyai telah menerangkannya dalam bahasa Jawa yang saya pahami.”
Melalui kitab itu pula Kartini menemukan ayat yang amat menyentuh nuraninya. Yaitu Surat Al-Baqarah ayat 257 yang mencantumkan, bahwa Allah-lah yang telah membimbing orang-orang beriman dari gelap kepada cahaya (Minadh-Dhulumaati ilan Nuur). Kartini terkesan dengan kalimat Minadh-Dhulumaati ilan Nuur yang berarti dari gelap kepada cahaya karena ia merasakan sendiri proses perubahan dirinya. Kisah ini sahih, dinukil dari Prof KH Musa al-Mahfudz Yogyakarta, dari Kiai Muhammad Demak, menantu sekaligus staf ahli Kiai Soleh Darat. Dalam surat-suratnya kepada sahabat Belanda-nya, JH Abendanon, Kartini banyak sekali mengulang-ulang kalimat “Dari Gelap Kepada Cahaya” ini. Sayangnya, istilah “Dari Gelap Kepada Cahaya” yang dalam Bahasa Belanda “Door Duisternis Tot Licht” menjadi kehilangan maknanya setelah diterjemahkan Armijn Pane dengan kalimat “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Mr. Abendanon yang mengumpulkan surat-surat Kartini menjadikan kata-kata tersebut sebagai judul dari kumpulan surat Kartini.
Tentu saja ia tidak menyadari bahwa kata-kata tersebut sebenarnya dipetik dari Al-Qur’an. Kata “Minazh-Zhulumaati ilan-Nuur“ dalam bahasa Arab tersebut, tidak lain, merupakan inti dari dakwah Islam yang artinya: membawa manusia dari kegelapan (jahiliyyah atau kebodohan) ke tempat yang terang benderang (petunjuk, hidayah atau kebenaran). Kitab Tafsir Kiai Soleh itu, walau tidak selesai 30 juz Al-Qur’an, dicetak pertama kali di Singapura pada tahun 1894 dengan dua jilidan ukuran folio. Sehingga walau pengarangnya telah wafat, pengajian kitab ini jalan terus. Karena referensi pribumi Jawa yang bermukim di tanah melayu. Bahkan kaum muslim di Pattani, Thailand Selatan juga memakai kitab ini. Hingga kini Karya-karya Mbah Soleh Darat masih dibaca di pondok-pondok pesantren dan majelis taklim di Jawa. Sebagian besar bukunya sampai sekarang terus dicetak ulang oleh Penerbit Toha Putera, Semarang.
Sederhana plus Progresif
Sebagaimana umumnya ulama, Kiai Soleh Darat sangat bersahaja dan tawadhu. Akhlaknya sangat terjaga dari kesombongan. Dalam semua kitabnya, ia selalu selalu merendah dan menyebut dirinya sebagai orang Jawa awam yang tak faham seluk-beluk Bahasa Arab. Di prolog kitabnya selalu tertulis “buku ini dipersembahkan kepada orang awam dan orang-orang bodoh seperti saya”. Dalam pendahuluan Terjemahan Matan al-Hikam terbitan Toha Putra Semarang tertera: “ini kitab ringkasan dari Matan al-Hikam karya al-Allamah al-Arif billah Asy-Syaikh Ahmad Ibnu Atha’illah. Saya ringkas sepertiga dari asal agar memudahkan orang awam seperti saya. Saya tulis dengan Bahasa Jawa agar cepat dipahami oleh orang yang belajar agama atau mengaji”. Bahkan, meski beliau keturunan Nabi Muhammad (sayyid/habib), yang nasabnya dari Raden Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang) putra Raden Rahmat (Sunan Ampel), hal itu tak pernah dikatakannya. Bagi Mbah Soleh, orang dihormati karena ilmu dan amalnya. Bukan garis keturunannya. Kiai Soleh Darat selalu menekankan kepada muridnya agar giat menuntut ilmu. Dia berkata: “Inti sari Al-Qur’an adalah dorongan kepada umat manusia agar mempergunakan akalnya untuk memenuhi tuntutan hidupnya di dunia dan akhirat”. Diperingatkannya, orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan dalam keimanannya, maka akan jatuh pada keyakinan sesat. Sebagai misal, paham kebatinan yang mengajarkan bahwa amal yang diterima Allah adalah amaliyah hati yang dipararelkan dengan paham Manunggaling Kawulo Gusti-nya Syekh Siti Jenar dan berakhir tragis pada perilaku taqlid buta (anut asal ikut).
”Iman orang taklid tidak sah menurut ulama muhaqqiqin (ahli hakikat),” demikian tegasnya. Kata itu tersurat dalam Kitab Tarjamah Sabil al-‘Abid ‘Ala Jauharah al-Tauhid karya Mbah Soleh Darat. Lebih jauh beliau peringatkan masyarakat tak terpesona oleh orang yang mengaku memiliki ilmu hakekat tapi meninggalkan syariat seperti sholat dan amalan fardhu lainnya. Kemaksiatan berbungkus kebaikan tetap saja namanya kebatilan, demikian inti petuah beliau.
Tauhid yang Tepat
Kiai Soleh Darat dikenal sebagai ahli ilmu kalam. Ia adalah pendukung teologi Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur Al-Maturudi. Dalam kitab Tarjamah Sabil al-’Abid ‘ala Jauharah at-Tauhid dia mengemukakan penafsirannya atas sabda Rasulillah SAW mengenai terpecahnya umat Islam menjadi 73 golongan sepeninggal Nabi, dan hanya satu golongan yang selamat. Menurutnya, yang dimaksud Nabi Muhammad SAW dengan golongan yang selamat adalah mereka yang berkelakuan seperti yang dilakukan oleh Rasulillah SAW, yaitu melaksanakan pokok-pokok kepercayaan Ahlussunah Waljamaah Al-Asy’ariyah, dan Maturidiyah. Sebagai ulama yang berpikiran maju, ia senantiasa menekankan perlunya ikhtiar dan kerja keras, setelah itu baru bertawakal, menyerahkan semuanya pada Allah. Ia sangat mencela orang yang tidak mau bekerja keras karena memandang segala nasibnya telah ditakdirkan oleh Allah SWT. Ia juga tidak setuju dengan teori kebebasan manusia yang menempatkan manusia sebagai pencipta hakiki atas segala perbuatan. Tradisi berpikir kritis dan mengajarkan ilmu agama terus dikembangkan hingga akhir hayatnya.
Ikon Kota Semarang
Menurut Ketua Pengajian Ahad Pagi KH Muhamamd Muin, Kiai Soleh Darat lahir di Dukuh Kedung Jumbleng Kecamatan Mayong, Jepara, sekitar tahun 1820 (1235 H). Beliau wafat di Semarang, tanggal 18 Desember 1903/28 Ramadhan 1321 H dalam usia 83 tahun.Kata ”Darat” di belakang nama Kiai Soleh adalah sebutan masyarakat untuk menunjukkan tempat dia tinggal, yakni di Kampung Darat, Kelurahan Dadapsari, Semarang Utara. Ayahnya, KH Umar, adalah ulama terkemuka yang dipercaya Pangeran Diponegoro dalam perang melawan Belanda di wilayah pesisir utara. Setelah mendapat bekal ilmu agama dari ayahnya, Soleh kecil mulai mengembara, belajar dari satu ulama ke ulama lain. Lalu bersama ayahnya pergi ke Singapura, belanjut pergi haji sekaligus melanjutkan studi di Mekah. Setelah ayahnya wafat di tanah suci, Soleh berhasil mendapat ijazah dari ulama terkemuka di Mekah dan ia lalu menjadi guru besar di sana. Banyaknya umat yang hadir di haulnya, memang menjadi tengara kebesaran namanya. Tak dapat dipungkiri, ulama besar itu memang telah menjadi ikon Semarang di masa lalu. Mengingat beliau termasuk perintis kemerdekaan, tokoh perlawanan terhadap penjajah melalui ilmu pengetahuan, selayaknya diberi gelar Pahlawan sebagaimana sebagian para muridnya.
Penulis : Muhammad ichw Sumber: Generasi Muda NU
Selamat Hari Kartini ( pahlawan nasional ) 21 April 2020
Raden Ajeng Kartini 21 April 1879 - 17 September 1904
#GenerasiMudaNU
0 notes
aksico · 6 years
Text
Jubir Sandiaga Sayangkan Politisasi Pesantren Oleh Kubu Lawan
Jubir Sandiaga Sayangkan Politisasi Pesantren Oleh Kubu Lawan
Penolakan atas kunjungan calon wakil presiden Sandiaga Uno ke Pondok Pesantren Buntet Cirebon ditanggapi oleh juru bicaranya Anggawira.
Anggawira mengaku menyesalkan kejadian tersebut, mengingat ponpes harus bersikap netral dan merangkul.
“Ponpes Buntet sebagai salah satu yang memiliki nilai sejarah dan peran besar bagi negara dan bangsa jangan sampai dipolitisasi oleh kepentingan Jokowi-Maruf,”…
View On WordPress
0 notes
fenomenal-videos · 7 years
Video
KUIS Presiden JOKOWI - SISWI ini LONCAT Saking Senengnya Dapat SEPEDA - Ponpes Buntet CIREBON
0 notes
yudimariadi · 7 years
Link
0 notes
seputarbisnis · 7 years
Text
Waspadai Kelompok yang Merasa Paling Benar Sendiri
Cirebon (SIB)- Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo berbicara di hadapan 10.000 Santri Pondok Pesantren Buntet pada acara Haul Al-Marhumin Sesepuhan Warga Pondok Buntet, di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (15/4) malam. Dia menyampaikan bahwa sejarah Indonesia tidak bisa terpisahkan dari ulama, santri dan TNI khususnya pada peristiwa 17 Agustus 1945, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. "Bangsa Indonesia merdeka karena peran aktif para kyai dan ulama bersama-sama dengan umat agama lain, berbagai macam suku berjuang bersama-sama sehingga Indonesia menjadi bangsa yang hebat dalam meraih kemerdekaan," kata Jenderal Gatot. Menurut Jenderal TNI Gatot Nurmantyo bahwa perjuangan para ulama dan TNI pertama dipimpin Jenderal Sudirman yang pada masa itu oleh anak buahnya dipanggil kyai. "TNI tidak bisa terlepas dari para kyai dan para ulama serta santri," ucapnya. Panglima TNI juga menyatakan kerisauannya, sudah mulai terbentuk di Indonesia kelompok-kelompok yang merasa hebat sendiri. merasa paling mendirikan bangsa ini. "Inilah yang harus kita waspadai, adanya kelompok yang paling merasa benar, paling hebat, tidak seperti ulama yang bersatu padu bersama agama lainnya dan bangkit pada saat bangsa membutuhkannya," tegasnya. Jenderal TNI Gatot Nurmantyo juga menyampaikan bahwa, dalam mengisi kemerdekaan dan mempertahankan NKRI agar tetap berdiri teguh dan tidak membedakan agama satu dengan yang lainnya. "Negara Indonesia adalah mayoritas beragama Islam yang benar-benar demokrasi dalam mengajarkan kebaikan," ujarnya. Dalam kesempatan tersebut Panglima TNI berharap momentum haul ini untuk membangkitkan kebersamaan sesama ulama dan santri yang turut berperan berjuang merebut kemerdekaan. "Jangan sia-sia kan mereka, kita lanjutkan perjuangan dengan bergandengan tangan agar bangsa Indonesia tetap aman, tenteram dan hidup dalam sendi-sendi Pancasila," ungkapnya. Di akhir sambutannya Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menegaskan santri dan ulama mempunyai peran yang sangat penting dalam merebut kemerdekaan Indonesia, bersama komponen bangsa lainnya, sehingga Indonesia menjadi bangsa yang hebat hingga saat ini. Turut hadir pada acara tersebut antara lain Kasad Jenderal TNI Mulyono, Kapuspen TNI Mayjen TNI Wuryanto, Kapusbintal TNI, KH Anas Arsyad (pengasuh Ponpes Buntet) juga sebagai dewan pengawas Ponpes Buntet Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) dan para sesepuh dan warga Buntet Pesantren 2017. (merdeka/l) http://dlvr.it/NvhD2X
0 notes
Text
Presiden : Ponpes Buntet Pusat Kebajikan Masyarakat Untuk Tunjukkan "Rahmatan Lil Alamin"
Presiden : Ponpes Buntet Pusat Kebajikan Masyarakat Untuk Tunjukkan “Rahmatan Lil Alamin”
Presiden Jokowi saat peletakan batu pertama pembangunan Gelanggang Olah Raga (GOR) di kawasan Pondok Pesantren Buntet, Kamis (13/4).
CIREBON ,13 Apr 2017 -Presiden Joko Widodo mengemukakan, dirinya sejak 3 (tiga) bulan lalu sudah mengetahui jika Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno akan memberikan bantuan ke Pondok Pesantren (Ponpes) Buntet, yang terletak di Desa Buntet,…
View On WordPress
0 notes
suarapesantren-blog · 7 years
Text
Jokowi hadiri Haul di Pesantren Buntet Cirebon
Jokowi hadiri Haul di Pesantren Buntet Cirebon
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan, dirinya sejak 3 (tiga) bulan lalu sudah mengetahui jika Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno akan memberikan bantuan ke Pondok Pesantren (Ponpes) Buntet, yang terletak di Desa Buntet, Kecamatan Astanaja Pura, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
“Tiga bulan yang lalu Menteri BUMN bisik-bisik ke saya, Pak Presiden, BUMN akan memberikan bantuan…
View On WordPress
0 notes
bidiktangsel · 3 years
Text
Didepan Sekjen Gerindra, Pimpinan Ponpes Buntet Doakan Prabowo
Didepan Sekjen Gerindra, Pimpinan Ponpes Buntet Doakan Prabowo
Wakil Ketua MPR RI Ahmad Muzani bersama Anggota Komisi II DPR Prasetyo Hadi dan Ketua DPRD Provinsi Jawa Barat Taufik Hidayat bersilaturahmi dengan pimpinan pondok Pesantren Buntet, Cirebon, KH. Adib Rofiuddin. Kunjungan ini untuk menyaksikan pelaksanaan vaksinasi yang dilakukan terhadap santri dan warga sekitar di lingkungan pondok pesantren Buntet. Saat tiba di lokasi, Muzani dan romobongan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
klobt · 7 years
Quote
Saya cerita sedikit mengenai sri baginda Raja Salman, waktu beliau ke Indonesia, pertama kali ke Bogor. Sudah kita siapkan rapi, sangat rapi tapi Allah berkehendak lain, begitu beliau sampai ke gerbang Istana hujan deras sekali. Tapi itu barokah, saya payungi
Cerita Presiden Joko Widodo tentang momen memayungi Raja Salman.
0 notes
harianpublik-blog · 7 years
Text
Cucu Bung Karno: Masukan Kiai Dibutuhkan Untuk Membangun Bangsa
Cucu Bung Karno: Masukan Kiai Dibutuhkan Untuk Membangun Bangsa
Masukan dari kalangan kiai masih dibutuhkan untuk membangun bangsa, meski sebentar lagi bangsa ini memasuki Hari Kemerdekaan yang ke-72.
Atas alasan itu, Anggota Komisi X DPR RI  Puti Guntur Soekarno silaturahmi dengan kalangan Pesantren di wilayah Cirebon. Salah satunya, Ponpes Al Ikhlas Kangraksan beberapa waktu lalu.
Kedatangan cucu Bung Karno ini disambut hangat oleh para kyai dan santri. Pimpinan Ponpes Kyai Usman Haris Hakim, Kyai Abdullah Syafii dan Kyai Syaeroji dari Ponpes Salafiyyah yang merupakan peninggalan Kyai Hasjim Asyhari menyambut langsung kehadiran Puti.
“72 tahun kita merdeka tetapi masih banyak hal-hal yang perlu kita musyawarahkan bersama para kyai. Bagaimana membangun sumber daya manusia Indonesia. Membangun kepribadian nasional Bangsa Indonesia,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Jumat (11/8).
Menurutnya, silaturahmi yang digelar ini tidak memandang besar kecilnya sebuah pesantren, tapi lebih kepada menjalankan amanah Bung Karno. Kata dia, Bung Karno pernah berpesan kepada ayahnya, Guntur Soekarno, agar senantiasa menjalin hubungan baik dengan kalangan pesantren. Ini karena sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari perjuangan para santri dan kyai.
“Ini silaturahmi memaknai kemerdekaan bersama para santri dengan sowan para kyai dan ziarah,” papar politisi PDIP itu.
Sebelum ke Ponpes Al Ikhlas Kangraksan, Puti juga menyempatkan diri berkunjung ke Pesantren Buntet Cirebon pada Kamis (10/8). Disana ia diterima langsung oleh pimpinan Ponpes KH. Adib Rofiuddin.[rmol]
Sumber : Source link
0 notes