#Politik Sampang
Explore tagged Tumblr posts
madurapost · 2 months ago
Text
PPP Sokobanah Dukung Mandat di Pilkada Sampang 2024
SAMPANG, MaduraPost – Para kader Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di Kecamatan Sokobanah, Kabupaten Sampang, secara tegas menyatukan suara untuk mendukung dan memenangkan pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Sampang, Ra Mamak dan H. Abdullah Hidayat (Mandat), dalam Pilkada 2024 mendatang. Acara deklarasi ini berlangsung di kediaman Kiai Abdul Muni, yang terletak di Dusun Pangpajung Timur,…
0 notes
lintasbatasindonesia · 10 months ago
Text
0 notes
iik-hikmat · 6 years ago
Text
Orang-orang yang Mesti Kita Waspadai setelah Teror di ChristchurchBy
Written by; Arman Dhani, cum jurnalis kesayangku
- 17 March 2019
Daoud Nabi adalah imigran asal Afganistan yang pertama syahid dibunuh teroris di Selandia Baru. Dalam rekaman video, ia mengucapkan “HelloBrother” kepada pembunuh yang mencabut nyawanya. Kemudian, orang-orang merespons kebaikan itu dengan hashtag #HelloBrother di Twitter, bagaimana orang baik, yang menyapa dengan hangat, tersenyum, dibalas dengan tembakan mematikan.
Kita sedang membela kemanusiaan, membela hati nurani, membela keadilan, dan membela sesuatu yang suci.
Apa yang dilakukan penjagal di Christchurch, Selandia Baru adalah produk kebencian. Dalam manifesto yang ditulis dengan buruk, penjagal itu hanya meneruskan apa yang telah dikatakan para fasis dan islamofobik. Seperti kata-kata Trump dan senator bodoh dari Australia yang menyalahkan imigran muslim terhadap pembunuhan tadi. Saya tak perlu menuliskan di sini, jangan sampai kita memberikan ruang untuk kebencian hadir dan menyebar.
Seorang teman menulis bahwa ia khawatir kebencian ini akan menular ke Indonesia. Ia takut akan ada retorika kebencian yang diteruskan orang fasis ke kehidupan sehari-hari. Tapi, ia salah.
Kebencian orang fasis tadi sudah hadir di Indonesia. Pembakaran vihara, pengusiran orang syiah di Sampang, penyegelan masjid Ahmadiyah, hinggga seruan untuk membunuh Ahmadiyah. Hasilnya? Pembunuhan orang-orang Ahmadiyah di Cikeusik.
Salah satu hal yang menyuburkan kebencian tadi adalah rasa sombong. Bahwa satu kelompok manusia lebih baik dari yang lain. Bahwa satu ajaran lebih mulia dari yang lain.
Kita lupa bahwa perbedaan itu semestinya tidak dijadikan alasan untuk membenci, tapi usaha untuk lebih peduli. Akan ada orang-orang keji yang merasa bahwa perbedaan ras, perbedaan mazhab, dan perbedaan haluan politik sebagai ancaman. Orang-orang ini yang semestinya kita waspadai.
Retorika kebencian ras, misalnya kecurigaan kepada orang-orang Arab dan Tionghoa mengakar karena produk stigma rasialis yang tak juga diruntuhkan. Orang-orang Tionghoa kaya raya karena menghisap upah murah dari ‘pribumi’, orang-orang arab adalah keturunan Nabi yang tak bisa salah meski terbukti melakukan kekerasan. Label-label semacam itu perlu kita gugat, runtuhkan, dan kembalikan pada tempatnya. Dalam peradaban gelap yang tak perlu lagi dibuka.
Xenofobia bukan hal baru di negara-negara barat baik di Eropa, Amerika, maupun Australia. Sejak dulu sudah ada, tapi belakangan kebencian itu makin meningkat dengan label agama.
Legitimasi ayat dalam Alkitab, argumen kebudayaan, sampai apologis ala-ala filsafat juga disertakan untuk membenarkan kebencian kepada Islam. Islam disebut tidak bisa hidup dengan adat istiadat, tata nilai, dan kebudayaan Eropa, Amerika, atau Australia. Beberapa yang fasis menyebut kalau imigran muslim mau ke eropa, ya mereka yang mesti menyesuaikan diri dengan Eropa dan bukan sebaliknya.
Di Indonesia, hal serupa juga ada. Orang-orang yang menjual ketakutan akan “Aseng”, “Kafir”, “Cina”, “Komunis”, “Liberal”, “Syiah”, hingga “LGBT”. Kata-kata itu digunakan untuk menakut-nakuti umat Islam di Indonesia. Sentimen tadi digunakan untuk pra-kondisi, seolah ada ancaman pemurtadan, ada usaha liberalisme, hingga melabeli Ahmadiyah dan Syiah sebagai orang-orang sesat. Retorika yang menyerempet xenofobia ini semestinya diakhiri.
Saat ini adalah waktu yang tepat untuk membentuk solidaritas lintas kelompok. Umat muslim sudah waktunya bergandeng tangan dengan kelompok LGBT untuk saling melindungi. Feminis bersama kaum buruh memperkuat barisan. Para pelajar dan aktivis saling mendorong untuk mempromosikan keberagaman.
Pesannya sederhana, jangan sampai keyakinan kita dalam beragama, membuat kita saling membunuh satu sama lain.
Kampanye ini telah dilakukan di Eropa, Amerika, dan Australia. Orang-orang menunjukkan simpati pada kaum muslim. Kelompok LGBT dan anarko membantu muslim. Bahkan, sinagoge yahudi mengumpulkan uang untuk membantu korban penembakan di Selandia Baru.
Keyakinan dalam beragama semestinya digunakan untuk menyebarkan cinta kasih. Kita harus ambil bagian dalam mempromosikan kebaikan, bukan menyebarkan ancaman, rasa takut, apalagi retorika kebencian.
Kini, sebagai umat muslim, terutama jika kita punya akal sehat dan mengaku orang baik, harus memilih siapa yang kita anggap ulama. Sebab, belakangan banyak orang yang disebut-sebut sebagai ulama, tapi menyebarkan ancaman, rasa takut, dan retorika kebencian. Sementara, kata-kata yang diucapkan tak mencerminkan sedikit pun keilmuan. Apakah mereka pantas dianggap sebagai ulama?
Atau, kita akan mencari ulama-ulama dengan rekam jejak keilmuan yang jelas, anti-kebencian, dan mendorong perdamaian untuk menjadi panutan? Pilihan ini ada pada diri masing-masing, orang baik maupun yang merasa punya akal sehat. Kita harus sadar kebencian ras, superioritas agama, atau tradisi adiluhung yang fasis mesti dilawan.
Hanya karena kamu tinggal duluan di satu tempat, punya tradisi panjang, dan mengklaim penduduk asli, bukan berarti kamu boleh melakukan penjagalan atas nama Zionisme seperti di Israel.
Hanya karena kamu pendatang, bukan berarti kamu bisa seenaknya merebut tanah, menghapuskan tradisi, melakukan genosida, atas nama Tuhan dan peradaban seperti yang dilakukan imigran pada suku asli di Amerika atau Aborigin di Australia.
Konteks, sejarah, semestinya digunakan untuk membela kemanusiaan, membela yang lemah, bukan pembenaran atas kejahatan, apalagi kekerasan.
2 notes · View notes
jualanbukusastra-blog · 3 years ago
Photo
Tumblr media
Abdur Rozaki, Menabur Karisma Menuai Kuasa; Kiprah Kiai dan Blater sebagai Rezim kembar di Madura, Yogayakarta, Ircisod, Juni 2021, 200 hlm, 70.000 Buku ini adalah teror mental. Bagaimana tidak. Gambaran saya mengenai Madura adalah Syaikhona Kholil, para kiai, masjid, dan pesantren. Juga saya sudah membaca arsip-arsip kolonial dari 18501940, tetapi tidak secuil kata pun menyebut blater (jagoan). Namun, tiba-tiba buku ini menulis tentang keberadaan blater, jaringan sosial, keterlibatan mereka dalam politik, dan keterlibatan mereka dalam Pilkades dan Pilbub. Malahan diungkapkan pula hubungan mereka dengan para kiai. Jadi, rasanya saya harus berpikir ulang tentang Madura, setidaknya tentang Bangkalan dan Sampang. (Prof. Dr. Kuntowijoyo, M.A., penulis buku Perubahan Sosial dalam Masyarakat Agraris Madura, 18501940, Guru Besar Ilmu Sejarah UGM.) #AbdurRozaki #MenaburKarismaMenuaiKuasa #KiaidanBlater #Blater #Madura #Ircisod #KatalogJBS (di Kedai JBS) https://www.instagram.com/p/CRBchDdHsHs/?utm_medium=tumblr
0 notes
kadaryanto97 · 4 years ago
Photo
Tumblr media
GORO-GORO MENJERAT GUSDUR Marah, Sedih, Tawa, Rindu Penulis : Ahmad Zainul Hamdi Penerbit : Gading ISBN : 978-623-7177-53-1 Tahun : 2020 Ukuran : 14 x 21 cm Tebal : xvi + 203 hlm Original Harga : Rp 60.000 Sinopsis Gus Dur bukanlah orang yang menebar janji manis untuk bisa meraih kesuksesan. Dia menjadi presiden karena selama ini telah menunaikan kebajikan dalam hidupnya. Orang bisa mengatakan bahwa Gus Dur menjadi presiden dinamika politik waktu itu, tapi orang juga harus bisa menjawab mengapa Gus Dur yang harus dipilih, mengapa bukan orang lain, Amien Rais, misalnya. Jelaslah bahwa pilihan itu karena semua orang memandangnya sebagai sosok yang bisa memnawa Indonesia menyebrangi arus Reformasi karena dia telah menunjukkan kualitas untuk itu. #gusdur #gusdurian #jaringangusdurian #nahdlatululama #indonesia #alanu #gusduriansumenep #sabdaperubahan #gusdurquote #santrigusdur #islamramah #gurubangsa #pancasila #toleransi #madura #ikhwanmadura #pamekasan #sampang #islam #rahmatanlilalamin #sumenep #bangkalan #cybergusdurian #gusdurquotes #gusdurians #gusdurianmalang #repost #gusduriansemarang #santri #gusdurianjogja https://www.instagram.com/p/CFCrBGJpWdm/?igshid=16znziktfde7h
0 notes
rmolid · 4 years ago
Text
0 notes
madurapost · 3 months ago
Text
Politisi Berparas Cantik Ini Kembali Jadi Wakil Rakyat, Janji Utamakan Aspirasi Warga Sampang
SAMPANG, MaduraPost – Hj. Sri Rustiana resmi dilantik sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, untuk periode 2024-2029. Dalam momen penting tersebut, Sri Rustiana menegaskan, bahwa ia akan memprioritaskan kepentingan masyarakat selama masa jabatannya. Sri Rustiana, yang maju dalam Pemilihan Legislatif 2024 melalui Partai Demokrat dan bertarung…
0 notes
lintasbatasindonesia · 1 year ago
Text
0 notes
portalmaduracom · 5 years ago
Photo
Tumblr media
Pilbup Sumenep, Mungkinkah NasDem Koalisi dengan PPP, Bupati Sampang Ikut Jadi Penentu?
PortalMadura.Com, Sumenep – Partai politik besutan Surya Paloh, NasDem adalah salah satu partai yang diperhitungkan untuk membangun koalisi pada Pemilihan Bupati dan
Baca Selengkapnya di Source link
0 notes
satukanal · 5 years ago
Text
Bermuara Kemana Suara Nahdliyin di Pilkada Malang 2020?
https://www.satukanal.com/bermuara-kemana-suara-nahdliyin-di-pilkada-malang-2020/
Bermuara Kemana Suara Nahdliyin di Pilkada Malang 2020?
Tumblr media
Suara Nahdliyin di kancah perebutan kursi pemerintahan selalu seksi. Baik di tingkat pusat sampai daerah, keberadaan suara warga Nadhlatul Ulama (NU) ini telah jadi kunci sebuah kemenangan dalam berbagai kontestasi politik di negeri ini.
Terbaru, adalah melenggangnya Joko Widodo (Jokowi) kembali menjadi presiden setelah menggaet Ma’ruf Amin sebagai Wakil Presidennya.
Dari jejak Pilpres 2019 lalu, Jokowi-Ma’ruf meraih suara perkasa Nahdliyin di Jawa Timur (Jatim) yakni di 32 kabupaten/ kota. 6 kabupaten/ kota di Jatim berada di pihak Prabowo-Sandiaga. Kemenangan itu tak lepas dari pengaruh NU sebagai organisasi massa Islam terbesar di Indonesia, serta yang paling solid dan banyak anggotanya di Jatim.
Jejak itu pun dimungkinkan berlanjut dalam Pilkada serentak 2020 di Jawa Timur (Jatim) umumnya dan Kabupaten Malang pada khususnya. Terutama setelah PKB Kabupaten Malang yang memiliki sejarah lekat dengan NU mampu bersaing dengan PDI-Perjuangan dalam perebutan suara legislatif di tahun 2019 lalu, yakni sama-sama mendulang 12 kursi.
Kedua parpol inilah yang memiliki hak mengusung pasangan calonnya tanpa perlu berkoalisi di Pilkada Malang 2020.
Tapi, mungkinkah kedua parpol itu, khususnya PDI-Perjuangan tak menggandeng Nahdliyin serta melaju hanya dengan mengandalkan kader internalnya sebagai calon bupati dan wakil bupatinya? Cukupkah kekuatan nasionalis meraup suara masyarakat tanpa menggandeng Nahdliyin yang bukan sekedar struktural lewat NU?
Mengutip pernyataan M Faishal Aminudin, pengajar Ilmu Politik di Universitas Brawijaya (UB) Malang, dengan melihat jejak Pilpres 2019 lalu, kemenangan Jokowi-Ma’ruf di Jatim sebagai basis NU bukan ditentukan oleh PBNU secara struktural.
“Melainkan oleh patron-patron yang mengakar di masyarakat. Bagi warga Nahdliyin hal tersebut memang lumrah, karena bagi mereka kiai adalah teladan yang amat dihormati,” ucapnya yang dikuatkan dengan hasil survei Indikator Politik Indonesia.
Patron Nahdliyin yang berada di berbagai pondok pesantren di Kabupaten Malang inilah yang juga menjadi kekuatan utama NU selama ini. Walau pilihan politik NU dalam sejumlah pilpres biasanya bersandar pada kesamaan amaliyah, fikrah (pemikiran), dan harakah (gerakan). Tapi, keberadaan kharisma para patron yaitu kiai inilah yang membuat suara Nahdliyin mengerucut pada sosok yang akan dipilihnya.
Tak heran Prabowo-Sandiaga pun di Jatim, waktu pilpres, masih mampu memenangkan suara nahdliyin di Bondowoso, Pacitan, Pamekasan, Sampang, Situbondo, dan Sumenep. Dikarenakan para kiai dan pondok pesantren di wilayah itu memiliki hubungan historis dan emosional yang dekat dengan Prabowo. Seperti yang pernah juga diungkapkan Hasanuddin Ali pendiri Alvara Research Center.
Para patron Nahdliyin dan pondok pesantren inilah yang menjadi kekuatan suara pada nantinya. Walau mereka tak berpolitik praktis, tapi hak politik mereka sama dengan warga lainnya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Malang mencatat, keberadaan pesantren mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sebut saja dari tahun 2013 hanya 590 ponpes di Kabupaten Malang, meningkat dalam kurun waktu 4 tahun (2017) menjadi 638. Dimungkinkan besar di awal tahun 2020 ini pun angkanya semakin naik.
Peta inilah yang menjadi seksi di mata parpol di Kabupaten Malang. Walau Nahdliyin tersebar di berbagai organisasi maupun parpol itu sendiri, tapi peran para kiai dan pondok pesantren tak mungkin diabaikan oleh parpol yang akan berkontestasi di tahun ini. Bila ingin mendulang kemenangan dalam Pilkada 2020 yang masih terkesan saling intai dan tunggu antara para kontestannya.
“Kantong NU tentu akan jadi rebutan dalam Pilkada Kabupaten Malang. Baik PDI-Perjuangan maupun PKB nantinya. Karena suara Nahdliyin ini besar dan menentukan,” ujar Maulidin dari lembaga studi agama dan demokrasi (eLSAD).
Maulidin melanjutkan, dalam pengamatannya PDI-Perjuangan dan PKB dimungkinkan mengusung calonnya sendiri. Atau tak mungkin berkoalisi karena kalkulasi politik yang relatif berimbang.
“Kalau berdasar otak-atik politik, kedua partai yakni PDIP dan PKB tidak mungkin berkoalisi. Keduanya mempunyai ego besar karena basis massa yang kuat,” ujarnya.
Dengan posisi itu pula, maka pertarungan memperebutkan suara Nahdliyin yang tak bisa begitu saja diikat oleh NU secara struktural dan parpol, akan sengit pada nantinya. Kemahiran menaklukkan hati para patron dan pondok pesantren oleh para calon yang diusung parpol akan menjadi penentu, bila PDI-Perjuangan dan PKB benar-benar saling berhadapan.
Ada beberapa opsi yang sempat juga dilontarkan oleh petinggi PKB terkait hal itu. Seperti yang disampaikan Sekretaris DPC PKB Kabupaten Malang Muslimin, beberapa waktu lalu, yang menegaskan bila memang NU bisa menjadi pendulang suara dan bisa memberikan dukungan all-out ke PKB, maka tentunya tak perlu berkoalisi dengan yang lain (parpol lain, red).
Pernyataan Muslimin tentunya juga tak lepas dari para kader NU potensial yang ikut menumpang ke parpol lain dalam Pilkada tahun ini. Seperti Hasan Abadi dan Umar Usman yang merupakan Ketua PCNU Kabupaten Malang yang mendaftar ke PDI-Perjuangan dan partai NasDem.
Kontelasi politik itulah yang membuat PKB pun gencar mendekatkan diri dengan NU dalam berbagai kegiatan. Tak terkecuali Sanusi yang digadangkan menjadi calon Bupati dari PKB, intens melakukan berbagai komunikasi. Tak hanya di tubuh NU tapi juga diberbagai kegiatan pondok pesantren di Kabupaten Malang.Lantas akan kemana suara Nahdliyin pada nantinya bermuara?
Maulidin mengatakan, bila memang PDI-Perjuangan dan PKB jadi seteru, maka jejak para calon yang diusunglah yang akan jadi kunci merebut suara Nahdliyin Kabupaten Malang. Misalnya, Sanusi selama menjadi pejabat teras, baik sejak di DPRD, Wakil Bupati hingga Bupati Malang.
“Apakah Sanusi cukup memberikan kontribusi yang benar-benar bisa dirasakan oleh basis massa NU atau tidak selama menjadi pimpinan selama ini,” ujarnya yang melanjutkan, roda parpol untuk menggandeng para patron dan pondok pesantren dalam lingkarannya akan slbisa menguatkan posisi.
Hal senada juga disampaikan beberapa pengamat dengan melihat manuver para kader potensial di tubuh NU. Saat Hasan Abadi secara tegas juga menyampaikan, dirinya tetap mengajukan diri sebagai calon N-1 dalam Pilkada tahun ini. Sehingga tentunya akan sulit bagi PKB yang suaranya telah bulat mendukung Sanusi untuk melenggang jadi calon bupatinya.
Umar Usman yang melabuhkan diri di PDI-Perjuangan maupun NasDem yang merupakan basis pemilih nasionalis, memiliki peluang lebih besar bila bersedia menjadi tandem calon bupati. Peluang ini tentunya membuka lebar pintu suara Nahdliyin ke PDI-Perjuangan, bila memang dimanfaatkan secara matang oleh partai banteng moncong putih ini.
Hal ini kalau kita melihat jejak pilpres 2019 yang berhasil menggulingkan lagi Prabowo, dimana PDI-Perjuangan menggandeng kader NU Ma’ruf Amin dan bermanuver secara lincah dengan merangkul berbagai patron NU di pondok pesantren.
Maka, suara Nahdliyin memang ditentukan nantinya pada sosok calon yang diusung dan kemampuan mesin parpol dalam merangkul hati para kiai dan pondok pesantren. Sedangkan warga NU yang tersebar diberbagai parpol lainnya pun tentunya akan menyamakan pilihannya dengan berkoalisi pada nantinya. Karena, suara di Kabupaten Malang sampai saat ini, melihat jejak perolehan suara di pemilu 2019, masih dikuasai oleh suara nasionalis dan religius.
Tak heran, Partai Golkar pun kini sedang masif menggiatkan corak warnanya. Dimana, Siadi sebagai calon yang digadangkan Golkar pun merangkul aktivis nasional dalam kegiatan internal partainya. Seperti kegiatan sarasehan yang digelar DPD Partai Golkar dengan menghadirkan mantan Bupati Malang Sujud Pribadi yang dikenal sebagai sosok kuat di eranya bahkan sampai saat ini di tubuh banteng bermoncong putih ini.
Partai lainnya Gerindra, Demokrat, NasDem, dan Hanura juga kental dengan ideologi nasionalis-nya. Sehingga kemungkinan untuk berkoalisi dengan ideologi yang dianut akan semakin mengerucut.
Maka, PKB tentunya sangat membutuhkan sekutu potensial dalam menghadapi Pilkada tahun ini. Suara Nahdliyin akan sangat menentukan, saat warga berideologi nasionalis yang berkarakter militan dalam setiap pemilu telah juga bersiap mengawal jagoannya.
0 notes
malangtoday-blog · 5 years ago
Photo
Tumblr media
Mahfud MD Memilih Patuh kepada Jokowi
Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan atau Menko Polhukam Mahfud MD. Foto: Aristo Setiawan/jpnn
jpnn.com, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan atau Menko Polhukam Mahfud MD mendukung terbitnya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang atau Perppu untuk menganulir UU KPK.
Bahkan, Mahfud bersama tokoh lain pernah menyampaikan pendapat kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi tentang perlunya diterbitkan Perppu. Pendapat itu disampaikan Mahfud sebelum dilantik sebagai Menko Polhukam di kabinet Indonesia Maju.
Menurut Mahfud, Perppu ialah jalan keluar terbaik untuk menganulir UU KPK hasil revisi. Sebab, cara uji materi di MK dan legislatif review sulit menganulir UU KPK hasil revisi.
“Sejak sebelum pembentukan kabinet. Kami sudah menyampaikan ke presiden pendapat tentang perlunya Perppu dan kami mengatakan, ada tiga alternatif, legislatif review, judicial review, dan Perppu. Kami mendukung Perppu. Namun, kan ada kelompok lain menyatakan tidak perlu Perppu,” kata Mahfud ditemui di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Selasa (5/11).
Di sisi lain, Presiden Jokowi sudah menyatakan belum perlunya mengeluarkan Perppu. Jokowi menunggu proses uji materi di MK atas UU KPK hasil revisi.
Setelah menjadi menteri, Mahfud tetap pada sikap awal terkait Perppu KPK. Dia tetap mendukung terbitnya Perppu.
Namun, dia tidak menentang pendapat Jokowi. Pria Sampang itu menghargai pendapat Presiden Jokowi yang belum mengeluarkan Perppu. Terlebih, urusan menerbitkan Perppu ialah wewenang mutlak yang dimiliki Jokowi.
“Namun, kami mendukung Perppu. Nah, kalau itu wewenang dan tidak dipilih sebagai kebijakan, kan, itu wewenang penuh presiden di dalam tata negara,” tutur dia. (mg10/jpnn)
Source : https://malangtoday.net/flash/nasional/mahfud-md-memilih-patuh-kepada-jokowi/
MalangTODAY
0 notes
jualanbukusastra-blog · 3 years ago
Photo
Tumblr media
Abdur Rozaki, Menabur Karisma Menuai Kuasa; Kiprah Kiai dan Blater sebagai Rezim kembar di Madura, Yogayakarta, Ircisod, Juni 2021, 200 hlm, 70.000 Buku ini adalah teror mental. Bagaimana tidak. Gambaran saya mengenai Madura adalah Syaikhona Kholil, para kiai, masjid, dan pesantren. Juga saya sudah membaca arsip-arsip kolonial dari 18501940, tetapi tidak secuil kata pun menyebut blater (jagoan). Namun, tiba-tiba buku ini menulis tentang keberadaan blater, jaringan sosial, keterlibatan mereka dalam politik, dan keterlibatan mereka dalam Pilkades dan Pilbub. Malahan diungkapkan pula hubungan mereka dengan para kiai. Jadi, rasanya saya harus berpikir ulang tentang Madura, setidaknya tentang Bangkalan dan Sampang. (Prof. Dr. Kuntowijoyo, M.A., penulis buku Perubahan Sosial dalam Masyarakat Agraris Madura, 18501940, Guru Besar Ilmu Sejarah UGM.) #AbdurRozaki #MenaburKarismaMenuaiKuasa #KiaidanBlater #Blater #Madura #Ircisod #KatalogJBS (di Kedai JBS) https://www.instagram.com/p/CRBchDdHsHs/?utm_medium=tumblr
0 notes
merisaseana-blog · 6 years ago
Text
Presiden Jokowi Sesalkan Aksi Pembunuhan di Sampang yang Dipicu Beda Pandangan Politik
Merisa Seana Presiden Jokowi Sesalkan Aksi Pembunuhan di Sampang yang Dipicu Beda Pandangan Politik Artikel Baru Nih Artikel Tentang Presiden Jokowi Sesalkan Aksi Pembunuhan di Sampang yang Dipicu Beda Pandangan Politik Pencarian Artikel Tentang Berita Presiden Jokowi Sesalkan Aksi Pembunuhan di Sampang yang Dipicu Beda Pandangan Politik Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : Presiden Jokowi Sesalkan Aksi Pembunuhan di Sampang yang Dipicu Beda Pandangan Politik Mantan gubernur DKi itu sudah berkali-kali menyampaikan bahwa berbeda pilihan dalam pemilu apapun tidak boleh membuat hubungan antar-warga tidak baik. http://www.unikbaca.com
0 notes
madurapost · 3 months ago
Text
Resmi Dilantik Jadi Wakil Rakyat, Ini Komitmen Imam Buchori Muslim Untuk Masyarakat Sampang
SAMPANG, MaduraPost – Imam Buchori Muslim resmi dilantik sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, untuk periode 2024-2029. Politisi yang maju dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini menegaskan komitmennya untuk menjaga hubungan baik dengan masyarakat, terutama di Daerah Pemilihan (Dapil) 6 yang meliputi Kedungdung dan…
0 notes
totobesar-blog · 6 years ago
Text
Kronologi Penembakan Adu Cekcok di Facebook Soal Pilpres
Kronologi Penembakan Adu Cekcok di Facebook Soal Pilpres
Pendukung Jokowi VS Pendukung Prabowo
Kapten Berita – Pendukung calon Presiden-Wakil Presiden Joko Widodo-Ma’ruf Amin menembak simpatisan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dengan senjata rakitan di Sampang, Jawa Timur, Rabu (22/11/2018).
Ahmad Alfateh alias Subaidi (30 tahun) warga di Sampang, Madura, Jawa Timur, tewas pada Kamis (22/11/2018).
Subaidi tewas karena peluru yang menerjang dadanya,…
View On WordPress
0 notes
salmanania · 7 years ago
Text
KPU Sampang temukan PNS, anggota TNI dan Polri masuk partai politik
Salma Nania KPU Sampang temukan PNS, anggota TNI dan Polri masuk partai politik Artikel Baru Nih Artikel Tentang KPU Sampang temukan PNS, anggota TNI dan Polri masuk partai politik Pencarian Artikel Tentang Berita KPU Sampang temukan PNS, anggota TNI dan Polri masuk partai politik Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : KPU Sampang temukan PNS, anggota TNI dan Polri masuk partai politik Hasil verifikasi berkas administrasi keanggotaan dan kepengurusan partai politik yang dilakukan KPU Kabupaten Sampang, Jatim menemukan sejumlah fakta. Ada PNS, anggota TNI dan Polri aktif yang masuk partai politik. http://www.unikbaca.com
0 notes