#Pindah Haluan
Explore tagged Tumblr posts
Text
Efek Dinamika Politik, Demokrat Tangsel Pindah Haluan ke Ben-Pilar
Tangerang Selatan – Partai Demokrat Kota Tangsel resmi pindah haluan mendukung pasangan Calon WaliKota Tangsel yang sebelumnya mendukung Riza-Marshel sekarang berpaling ke calon petahana Benyamin-Pilar. Ketua DPC Demokrat Kota Tangsel Julham Firdaus mengatakan alhamdulillah hari ini ada proses komunikasi saya dengan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) atas beberapa konfirmasi yang disampaikan kepada saya…
#Ben-Pilar#Benyamin Davnie-Pilar Saga Ichsan#Benyamin-Pilar#Demokrat Tangsel#Pilkada Tangsel#Pilkada Tangsel 2024#Pindah Haluan#Riza-Marshel
0 notes
Text
Semakin umurku mendewasa, semakin sering aku memimpikan masa remaja. Benar sekali kata orang-orang perihal "Nikmati masa-masa sekolahmu, nanti ini yang akan paling kau rindukan." Meskipun saat itu pelajaran Matematika Peminatan adalah hal yang paling berat, aku yang selalu menangis di toilet sekolah ketika tau nilai ujianku jelek, merasa bersalah pada diri sendiri dan overthinking "Gimana mau lanjut kuliah kalau nilai Matematika Peminatanku hancur kayak gini?." Dulu, bebannya hanya soal itu, sisanya aku lebih banyak senangnya. Berada di lingkungan sekolah yang religius tentu saja sangat nyaman. Meskipun nilai Bahasa Arabku biasa saja, tapi aku yang sebagai anak madrasah kala itu senang sekali. Karena berada di lingkungan yang baik itu. Oh iya sama jajanannya juga tentu saja masih teringat sampai sekarang. Dulu waktu aku masih sekolah, ada penjual minuman dingin yang selalu mangkal di depan sekolah, terkadang ia suka memberiku nutrisari gratis. Padahal di umurku saat itu, aku masih mudah sakit hanya dengan meminum nutrisari atau pop ice dingin, tapi aku selalu senang menerima pemberian beliau (meskipun harus sembunyi-sembunyi dari mama hehehe). Sampai kabar terakhir yang aku tau adalah, Penjual Minuman itu masih menetap di MAN, kini ia punya kulkas baru, jualan minumannya lebih bervariasi, dan kata adik-adik di sekolah, Beliau tetap sering membagikan minuman gratis untuk para siswa. Begitulah, Kehidupan harus tetap berjalan. Kami para siswa telah lulus, mereka pun tetap berjualan demi mencari nafkah untuk keluarga. Selain soal jajanan, tentu saja yang paling utama kurindukan adalah teman-temanku. Benar saja, bukan karena orangnya, tapi karena moment yang dilewati bersama. Terutama dengan teman-teman Excellent yang selalu penuh support. Kami punya keahlian di masing-masing mata pelajaran, maka ketika beberapa diantara kami memiliki nilai jelek di mata pelajaran tertentu, kami akan mengajarkan satu sama lain. Ah.. nyaman sekali berada di lingkungan yang positif itu. Masa remajaku benar-benar berharga karena kulewati bersama mereka. Kami seangkatan pernah main hujan di hari sabtu, saat itu hujan deras. Kami dan beberapa guru mandi hujan di lapangan. Tawa riang yang terukir di hari itu, masih menjadi ingatan favoritku ketika aku berada dalam masa sulit. Sungguh, aku ingin kembali. Tidak apa-apa jika aku harus pulang kesorean hanya karena aku masih diajari matematika oleh temanku, tidak apa-apa jika aku harus menahan kantuk, belajar semalam suntuk di hari-hari Ujian Madrasah. Tidak apa-apa jika aku harus deg-degan, keringat dingin bila telah tiba jadwal kelasku yang memimpin untuk "Iqro' Together" dan aku yang dipilih untuk tilawah. Aku ingin kembali ke masa itu, dengan orang-orang yang sama. Liqo' dengan mem fitri, dan senior rohis yang lain. Perkemahan antar organisasi, meeting class, hari guru,hari kartini, acara 17-an, Milad Madrasah. Senang sekali ketika mengingat aku punya pengalaman menjadi panitia penyelenggara kegiatan-kegiatan tersebut, meski harus berbeda pendapat dan nangis-nangis sakit hati karena habis berdebat dengan yang lain, tapi ternyata masa-masa itu yang jadi core memories di usia menjelang dewasa ini. So, here we are. Menjadi orang dewasa yang dahulu kita inginkan. Masing-masing sudah berada di perjalanan ceritanya. Ada yang sudah berhasil mencapai tujuan, ada yang masih mengusahakan, bahkan ada yang pindah haluan namun tetap dengan tujuan yang tidak kalah kerennya. Semoga mereka sehat selalu dimanapun berada. Semoga langkah mereka selalu dimudahkan dalam menjemput mimpi yang pernah kita ceritakan di masa sekolah. Semoga mereka selalu berada dalam lindungan-Nya.
4 notes
·
View notes
Text
Flash Thoughts: Leaving Plan
Secara naluriah, setiap aku membuat keputusan atau menentukan langkah selanjutnya, aku secara tidak sadar suka membuat beberapa skenario; optimistic, most likely and pessimistic, antisipasi jika apa yang aku rencanakan tidak berjalan sesuai rencana. Hanya saja, akumulasi kejadian beberapa tahun lalu yang menimpaku membuatku sampai di titik muak sama hal kaya gini karena semua yang aku rencanakan secara matang, mulai dari best scenario sampai worst scenario, ga ada yang terealisasikan. Belum lagi kalau orang jadi bilang aku rigid banget ya jadi manusia, apa-apa harus dipetakan, terus greget sendiri kalau ga sesuai estimasi dan kalkulasi.
Aku jadi mempertanyakan idealisme ku yang apa-apa harus planning. Aku juga mulai mempertanyakan, “Apa mungkin aku terlalu saklek sama planku ya? Apa aku ga memberi ruang yang cukup untuk menjadi lebih flexible?”. Aku mulai mengalkulasi ajasih apakah ini sesuatu yang perlu aku pertahankan atau engga atau mungkin kadar yang aku terapkan terlalu berlebihan aja.
Kalau ditelusuri lebih jauh lagi, kayanya sifat apa-apa planning ini karena dulu waktu aku kecil, aku ga punya safety net yang memumpuni dan bukan orang yang bakal berani bilang engga kalau takut, jadi hal yang terbaik yang bisa aku lakukan adalah mempersiapkan segala langkah yang mau aku ambil secara matang, biar setidaknya kalau ada apa-apa, kerugian yang disebabkan atas kegagalan itu ga merugikan aku dan orang di sekitarku. Harapannya, kalau di depan sana aku gagal, aku punya secercah percaya diri dan keyakinan bahwa masih ada banyak jalan yang bisa aku tempuh karena aku udah memikirkan semua jalan keluar itu jauh-jauh hari.
Semakin dewasa, aku semakin percaya ada Zat Maha Tahu yang punya pengetahuan sempurna atas mana yang paling baik untuk hambanya dan waktu seperti apa yang paling tepat untuk mewujudkan hal tersebut. Jadi ya harusnya aku ga perlu sekhawatir itu ketika sesuatu ga berjalan sesuai rencana-rencana matangku. Toh, kemampuan risk management-ku tuh terbatas, variabel yang aku perhitungkan juga apa adanya, apalagi kemampuan untuk menganalisa keadaan dan mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang ada tuh datangnya dari Zat yang Maha Tahu, jadi harusnya ga perlulah aku sekhawatir itu dalam membayangkan setiap langkah yang harus diambil ketika berbagai macam skenario muncul sewaktu eksekusi.
Tapi apa itu jadi membuat naluri planning-ku harus aku tinggalkan?
Pertanyaan itu aku bawa terus, sampai beberapa bulan lalu aku lagi melakukan assessment atas pemetaan hidupku kedepannya,
“Kemungkinan-kemungkinan apa aja sih yang aku punya?”
“Mana sih pilihan yang mudaratnya paling sedikit?”
“Kalau misalnya aku harus pindah haluan, aku masih bisa mengoptimalkan jalan tersebut ga ya?”
Pertanyaan-pertanyaan tersebut bergantian mewawancaraku, dan pertanyaan terakhirlah yang secara tidak langsung memberikan jawaban atas esensi dari planning itu. Tanpa sadar, aku mikirin kemungkinan-kemungkinan yang terjadi tuh biar aku bisa tetap memaksimalkan peranku sebagai hamba. Akutuh membayangkan skenario yang mungkin terjadi agar aku tahu kalau di depan sana aku terpental ke jalur yang lain, aku masih punya bayangan akan hal-hal baik yang bisa aku lakukan untuk sampai ke tujuan akhirku. Dan emang sih setelah aku mikirin berbagai macam kemungkinan, aku jadi merasa lebih tenang…lebih tentram, sampai-sampai aku ga masalah mau dikasih jalan yang mana kedepannya karena Insyaallah aku bisa memaksimalkan porsi yang Tuhan kasih.
Kasarnya, plan B dan C ku udah bukan lagi sembarang plan alternatif. Semua skenario-skenarioku, dengan pemikiran yang matang, malah berubah jadi bebagai macam plan A, tapi dengan bentuk jalan yang berbeda-beda aja. Aku jadi punya banyak opsi plan utama, ga ada exit strategy, ga ada yang namanya leaving plan, dikasih yang manapun aku ga keberatan, tanpa tapi.
Sehabis melakukan risk assessment atas pilihan-pilihan yang aku punya, aku jadi lebih tenang untuk berserah diri karena aku udah menjalankan peranku di awal dengan baik; memaksimalkan hati dan pikiran untuk melakukan analisasi menyeluruh, semampuku, agar bisa sampai pada konklusi bahwa semua skenarioku; skenario A, B, C, masing-masing punya kebaikan-kebaikan yang sama dan mengarah ke tujuan yang sama. Aku tak perlu sekhawatir itu dalam eksekusinya.
Jadi sebenarnya, fungsi utama dari planning itu bukan jadi safety net, tapi lebih sebagai platform buat manusia untuk menyadari bahwa kebaikan-kebaikan dari Tuhan itu banyak wujudnya dan jalurnya. Dan planning ini jadi jembatan untuk memaksimalkan hal-hal yang Tuhan titipkan ke kita; hati, pikiran, jiwa dan raga untuk melihat kebesaranNya.
Aku jadi malu karena lagi dan lagi, akar masalahnya ketemu dan bukan hal baru; segala sesuatu emang harus lurus niatnya. Niat dan intensi tuh jadi fondasi utama dalam bertindak. Mungkin dulu aku mempertanyakan “perlu ga sih aku se-planning ini kalau tiap kali kejadian, ga ada satupun yang sesuai planku, bahkan worst case scenarioku” karena ya niat awalku untuk bikin safety net, jadi ketika ternyata pas eksekusi aku ga merasa ‘safe’, aku mulai mempertanyakan usahaku dalam mengantisipasi, padahal kemampuan planning ini titipan untuk menyadari kebesaran dan kemurahan hatiNya.
==================================
Semoga Tuhan membersamai segala niat kita.
Ditulis di Sydney, April 2023.
2 notes
·
View notes
Text
kantormu masih pakai check clock??!! 😳😱
Buruan pindah haluan ke 𝐚𝐛𝐬𝐞𝐧𝐬𝐢 𝐨𝐧𝐥𝐢𝐧𝐞 𝐅𝐢𝐧𝐠𝐞𝐫𝐬𝐩𝐨𝐭.𝐢𝐎 ✅
Pilihan tepat untuk absensi, dengan penggunaan yang super simple, tinggal selfie pakai ponsel di 𝐀𝐩𝐩 𝐅𝐢𝐎📱
Absensi masa depan di era digital..
Ya jelas 𝐅𝐢𝐧𝐠𝐞𝐫𝐬𝐩𝐨𝐭.𝐢𝐎 dong jagonya!! 😌👍🏻
1 note
·
View note
Text
D'Castello
Kec. Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Indonesia
December, 18th
Sayang saja kalau fotonya dihapus. Menurut diriku sih tidak worthed setelah masuk karena mungkin terlalu ramai kali ya. Selain itu, kebanyakan cuma wahana permainan. Ya sudah, pindah haluan dulu deh.
1 note
·
View note
Text
#BROCALCASTINGCALL
"Make it bigger"
Lagu telah terputar sebanyak ratusan kali bahkan ribuan kali, kepalanya mulai pusing, sambil bersandar di depan kaca tempat latihan dia melakukan berbagai macam tarian.
"Konten apa lagi yang harus gue buat ya? bingung."
Scrolling handphonenya melihat beberapa konten-konten dari tiktok, reels dan shorts, dia merasa bahwa sudah melakukan semua itu. Memang pria itu jago melakukan dance, apapun tipe dancenya dia bisa melakukannya.
Tak disangka saat scrolling handphonenya, dia melihat audisi disalah satu perusahaan yang dia idam-idamkan itu untuk bergabung disana. Tapi disayangkan, karena mereka hanya membuka audisi untuk aktor kali ini, harapannya pupus karena audisi di perusahaan tersebut sangat jarang bisa-bisa sampai setengah tahun sekali.
"Kenapa melenguh kaya gitu, Ris?"
Dia terkejut karena ada temen satu label dancenya tiba-tiba memasuki ruang latihan itu.
"Gapapa, gue bingung kenapa perusahaan BRC jarang banget open buat idol atau dancer. Padahal ya, gue pengen banget jadi idol atau dancer disana."
"Terus mereka buka audisi apa sekarang?"
"Akting,"
"Lah itu cocok buat lu, Ris. Kenapa ngga dicoba aja?"
"Apaan gue ga jago akting kocak, lu ga loat keseharian gue latihan apa?"
"Ya lu kan jago bikin kerisuhan kalo lagi ngumpul."
"YEHHH, KOCAK."
"Tapi kenapa ga coba aja dulu? jujur visual lu aktor banget dan lu jago main ekspresi wajah atau ekspresif lahh, gue yakin mereka bakal naksir lu. Apalagi lu ada bakat sampingan ngedance, nyanyi, dan koreografer, kali aja ya kan misal aktor ga bisa lu bisa ketarik di bakat lu itu? why not?"
"Iyaa juga ya..."
Dia terus berpikir sambil merenungkan dirinya, gimana kalau dia lulus jadi aktor, apakah bakal pindah haluan dari dancer menjadi aktor nantinya? atau ngga lolos dan bakal terus jadi seperti ini aja? dia bingung, tetapi karena temannya berkata seperti itu dia memberanikan tekatnya untuk sedikit belajar melakukan akting sebelum sampai hari dimana audisi itu dimulai.
12 Hari kemudian, tepat dimana hari audisi.
Hari dimana audisi itu telah dimulai, Jonathan Rice, yang sering disapa, Joris, oleh para fansnya. Bangun sangat pagi demi melakukan prepare untuk audisinya, jam 08.00 ya itu sangat pagi baginya untuk seseorang yang bukan morning person. Dia menyeruput kopinya, lalu mengambil beberapa foto sebelum pergi untuk melakukan audisi.
Instagram:
Jonathan Rice memposting sesuatu;
251.726 Likes, 2.516 Comments.
Jonathan Rice WML WML BOSSKU.
Tak disangka, isi komentarnya sudah pada tahu bahwa dia akan melakukan audisi akting. Rumornya sangat cepat, padahal dia tidak memberitahu siapapun kecuali teman dance labelnya.
Padahal 7 hari yang lalu dia terciduk, didepan bangunan dengan bacaan 'Sekolah akting of Harmony' ya dia lupa itu.
"Ini kenapa isi komentarnya pada tahu gue mau audisi akting anjir?? kocakk, yaudah lah ya gue mau fokus aja audisi dulu."
Foto sudah banyak tersebar, tepat didepan jalan gedung perusahaan.
DANCER JONATHAN RICE, SEDANG BERADA DI PERUSAHAAN AGENCY 'BRC'. NETIZEN BERKOMENTAR PRO DAN KONTRA, SERTA BERSPEKULASI BAHWA, JORIS MENGIKUTI AUDISI AKTING DI PERUSAHAAN TERSEBUT.
[-6171, +72889] Kenapa dia tidak fokus menjadi penghibur menari dia platform saja ㅋㅋㅋ
[+627181, -627] heol... dia visualnya sudah seperti aktor, aku rasa dia akan lolos.
[+910101, -6617] Semoga dia bisa melakukan aktingnya dengan baik dan aku akan mendukungnya jika dia sampai melakukan project drama/film.
Handphonenya terus berdering, dia mengecek sesekali dan terkejut ada artikel mengenai dirinya. Lalu dia menggelengkan kepalanya dan menjadi handphonenya mode silent, dia hanya mau fokus dengan audisinya kali ini.
"Jonathan Rice, nomor Audisi 71, boleh masuk ya. Akan ada jeda, beberapa menit sebelum memulai akting saat masuk ke ruangan ya."
Joris hanya, mengangguk dan berterimakasih, lalu dia memasuki ruangan audisi. Betapa terkejutnya lagi dia, saat melihat aktris idamannya Sarah berada didalam sebagai jurinya.
'Gila mati gue, ada Sarah noona, please gue mau pingsan, cakep banget gila.'
Tak lama kemudian, juri menyuruhnya untuk melakukan aktingnya setelah melakukan perkenalan singkat.
"Langsung aja ya, kamu mau akting seperti apa? dan tentang apa?"
"Ah, saya mau akting seperti super hero dan agak tengil tapi dia seorang protagonis gitu."
"Oke boleh, silahkan ya, dimulai aja."
Melakukan aktingnya dengan cermat dan handal seperti brandalan yang menjadi super hero, juri seperti terkesima melihat akting dan ekspresif wajahnya yang begitu sangat baik dimainkan disana.
"Yaaak, mau mati kamu? maju sini aku akan membantaimu dengan habis."
Joris melakukan akting seperti dia tertonjok dan memasang muka menantang, diakhir pun dia sempat mengambil prolog akting dimana dia sedikit menangis sedih seperti kehilangan seseorang yang dia cintai yang dibunuh oleh seseorang.
"Yaa, temanku, kamu tidak boleh mati seperti ini, bangunlahh, kita belum sempat untuk melakukan janji kita untuk pergi ketempat yang kau mau. BANGUN LAHH, TEMANKU, TOLONG BANGUN."
Bahkan akting seperti ditendang dan kesakitan diakhir pun dia lakukan,
"Ahh, sialan membuatku sengat marah, sehingga aku sudah membunuhmu seperti ini. Arrrggh, perutku tertusuk. Sepertinya ini akan sangat lama untuk diobati, sial."
Akting sudah selesai, Joris, mengbungkukan badannya dan para juri langsung berdiri dengan bertepuk tangan, aktris biasnya pun ikut berdiri juga dan dia berkata,
"Aktingmu benar-benar luar biasa, kamu tau dengan bakat dan porsimu dimana, kamu akan menjadi aktor besar nantinya."
Joris tersenyum senang, tetapi juri pun bertanya secara mendadak.
"Tetapi, Joris?"
"Yaa?"
"Kenapa melotot seperti itu, saya bertanya santay saja. Kamu sepertinya sudah terkenal ya menjadi influencer dancer di platform media ya? bahkan ada artikel mengenai dirimu, saya baru saja melihatnya."
"Hehehe, iyaa lumayan, saya juga sering membuat konten dance dan menyanyi, kebetulan juga banyak yang minat untuk menontonnya sehingga saya mendapatkan banyak fans itu merupakan keberuntunganku."
"Kamu siap untuk beralih ke akting? kamu juga sangat cocok sebagai aktor dan aura untuk aktingmu juga sangat bagus, seperti Sarah katakan tadi, aktingmu benar-benar bagus bisa jadi sangat terkenal nantinya, apalagi kamu sudah ada nama,"
"Saya siap dan saya akan belajar lebih banyak lagi dan mendalami akting saya nantinya."
"Bagus, oke sampai sini dulu ya, sepertinya kabar baik akan datang untukmu nanti. Good luck, terimakasih ya."
"Terimakasih, terimakasih, terimakasih."
Dia meninggalkan ruangan tersebut dan keluar dari bangunan perusahaan itu, dan dia terkejut lagi banyak sekali fansnya yang dateng didepan gedung agensi itu meneriaki namanya dan memberikan dia semangat untuk audisinya.
"Hey, kalian boleh pulang, aku udah selesai audisinya, terimakasih sudah datang dan memberikan aku semangat ya."
Joris pamitan dengan fansnya tersenyum dan dadah-dadah layaknya sudah seperti artis, mimpi apa dia bisa sampe seperti serame itu. Tapi dia tidak mau lama-lama karena dia sudah pusing dan lelah karena dari pagi hingga sudah sore hanya untuk melakukan audisi.
Dikamar pagi hari setelah dia bangun dari hari kemarin dia audisi, Joris hanya menatap langit-langit kamarnya dan merenungkan masa depannya, apakah dia akan benar-benar menjadi aktor atau tidak.
Telepon memanggil (+82 7282 7282) tidak dikenal.
"DEG.. SIAPA YANG TELPON INI CUY?"
0 notes
Text
Dokter Rayendra Tetap Hormati Diani Budiarto yang Tiba-tiba Pindah Gerbong ke Atang
BOGOR – Dokter Rayendra tertangkap kamera awak media mencium tangan Diani Budiarto. Sosok yang telah meninggalkannya dan berpindah haluan ke pasangan Atang-Annida. Ya, Dokter Rayendra yang kerap dikanalisasikan ke kalangan profesional itu, rupanya mahir menunjukkan kedewasaan sikap politiknya di hadapan para pendukung dan rival politiknya. Kesantunan politik Dokter Rayendra justeru banyak menarik…
#Atang-Annida#diani Budiarto#dokter Rayendra#Dr. dr. Raendi Rayendra#eka maulana#mimbar politik#politik
0 notes
Text
Eddy Santana Pindah Haluan Dukung Ratu Dewa di Pilkada Palembang 2024, Finda: Doakan yang Terbaik http://dlvr.it/TDZvkq
0 notes
Text
Setiap Kapal sudah Memiliki Rute dan Tujuannya, hanya terkadang ada penumpang belum sampai tujuan sudah mabuk** duluan bahkan ada yang nekat minta Nahkoda untuk putar haluan ada juga yang mau ganti nahkoda eh ada juga yang pindah kapal padahal Rute dan tujuannya sama.
1 note
·
View note
Text
Hey, masih ingatkah dengan tempat ini ?
Ya, tempat dimana kemarin sepekan yang lalu kembali harusnya menjadi tempat terakhir kita bisa bersama sebelum aku kembali ke kotaku, menikmati secangkir kopi hangat sembari saling bercerita tentang apapun yang masing-masing kita selalu sama-sama ingin tahu. Tempat ini masih sama seperti terakhir kita datangi. Hanya bedanya, kali ini aku menemuinya sendiri. Iya, sendiri tanpa kamu..
Sebelum peristiwa sedih itu dimulai sepekan lalu, aku tak mau hari itu akan cepat berlalu. Maka aku merekam segalanya dalam ingatan. Sebut saja ini firasat, sebelum perpisahan bergerak lebih cepat.
Senyummu itu sumber kekagumanku, saat aku duduk di sebelahmu menyusuri jalanan Ibu Kota yang tak pernah lenggang. Lagi-lagi tanpa kamu tahu, senyummu adalah pelabuhan tempat hatiku selalu ingin terjatuh dengan sengaja. Dan hari itu aku sempat mendapatkannya. Semesta mengirimkan lagi bahasa-bahasa yang tak kumengerti, seperti ingin terculik pergi.
Semula, semua berjalan lebih dari baik-baik saja. Senyummu dari hati, senyumku lebih gembira lagi. Namun, bahagia yang berlebihan selalu punya harganya sendiri. Saat pertemuan yang kita rencanakan nyatanya tak berjalan sesuai keinginan, walaupun aku telah mengagendakan ulang pertemuan kita untuk esok harinya. Namun, barangkali itu tak cukup. Dan hanya dengan kepergianmu, semua baru bisa terlunasi.
Kamu dekat tapi terasa lebih jauh dari yang terlihat. Kamu ada tapi terasa lebih tiada dari kenyataannya. Ah, bahkan perasaanku saja sudah bisa mengira, bahagia di dekatmu sepertinya bukan untuk selamanya. Semesta semestinya tahu, menoleh pada yang selain kamu bukan keahlianku. Walau dia akhirnya mengatakan jika langkahku tak seharusnya mengarah padamu.
Aku tak selalu mengerti semesta, dengan segala permainannya. Hingga akhirnya aku semakin tak mengerti tentang kebersamaan yang belum tergapai, namun dipaksa untuk selesai. Kamu hadir tiba-tiba, kemudian pergi tanpa aba-aba. Hanya sebuah kalimat pamit yang tak mampu kau ucap. Paling tidak, beri aku pemberitahuan, supaya aku tahu hatimu telah pindah haluan. Paling tidak, beri aku tamparan, supaya aku tahu bahwa kamu sudah tak lagi ingin sejalan.
Hari itu adalah saksi dari ratusan hari perjalanan hati menginginkanmu jadi penghuni. Ingin rasanya meleraikan pikirku tentang ketidakmungkinan yang mengada-ada dalam kepala. Apa ini yang seharusnya terjadi padaku? Yang seperti ini? Mencintai tak tahu berhenti, tapi selalu ditinggal ketika rasanya hampir memiliki.
Apakah ini semacam firasat, supaya aku mampu melepasmu yang bukan lagi untuk sesaat? Apa ini alasan di balik segala kedekatan? Supaya aku menyadari bahwa yang sudah begitu dekat, belum tentu bagian dari sebuah jawab?
Benar atau pun tidak, mulailah jalani hari-harimu kembali. Biar hati kecil mulai terbiasa untuk melepas dengan rela.
Sepekan sudah berlalu, dan aku masih saja berseteru dengan penyangkalan hati yang masih riuh melantangkan namamu. Mungkin aku masih butuh waktu, setidaknya untuk bisa menganggap kita hanya teman biasa..
@kolaborasirasa
1 note
·
View note
Note
Bel in card: peri kecil bunda, manis kiyowo
Bel in animation: preman kesetanan
AKHIRNYA LIAT BELIUNG CARD SETELAH GW TAHAN-TAHAN SEPANJANG ARC ALLAHUAKBAR
Anjir itu bukan maen kepo nya gua tiba-tiba pada rame sejak ep 1. Tapi gue paksa pindah haluan dulu biar gak ngerasa fomo.
Lega sekarang ampun🙃
Fix next gajian gak mau tau sisihkan buat beli pack Vortex. Sialan itu tujuh prajurit Elemental harus dapet gila desainnya cakep bangeeeeeeeet
#boboiboy#Gak masalah lah gak dapet Beliung emang gua yakin susah pastinya.#Yang penting tujuh elemental harus dapet semuaaaaa😬😬😬😬😬#boboiboy windara#Menjawab anon
1 note
·
View note
Text
Tidak, jalanku bukan disitu . (Pembaca, anak pondok alfithrah. )
Berulangkali berusaha deket & bahkan sampai suka dg mereka , nyatanya masih gagal ,
Apalagi kasusku, riwayatku ketika dipondok yang aku pernah mengalami orangtuaku sampai didatangkan ke kantor pondok .
Sepertinya ustad² pondok juga bukan jalan jodohku, bukan mak-comblangku .
Mungkin ini saatnya , aku harus pindah haluan, untuk tidak mencintai makhluk secara berlebihan, dan lebih mencintai sang Khaliq . Allah swt.
•
Yaa Allah yaa Robbi , masalaluku cukup buruk, aku ingin berubah, jadi lebih baik, YaaAllah .. tolong aku, tuntun aku . Beri aku nasib baik dimasa depanku YaaRabb.. aku mohon kelembutan & rohman rohim & kasih sayangmu disana .
•
Aku juga pernah menunjukkan tabiat burukku dikeluargaku jombang,(kebablasan emosi) , sepertinya keluargaku jombang juga ngga akan menjadi mak-comblang jodoh ku .
•
Boleh jadi sesuatu yg kau anggap buruk , itu yg terbaik untukmu .
Boleh jadi sesuatu yang kau lihat& menurutmu baik, nyatanya buruk untukmu .
0 notes
Text
Tahun 2022 udah mau berakhir nih..
Dan kantormu masih pakai check clock??!! 😳😱
Buruan pindah haluan ke 𝐚𝐛𝐬𝐞𝐧𝐬𝐢 𝐨𝐧𝐥𝐢𝐧𝐞 𝐅𝐢𝐧𝐠𝐞𝐫𝐬𝐩𝐨𝐭.𝐢𝐎 ✅
Pilihan tepat untuk absensi, dengan penggunaan yang super simple, tinggal selfie pakai ponsel di 𝐀𝐩𝐩 𝐅𝐢𝐎📱
Absensi masa depan di era digital..
Ya jelas 𝐅𝐢𝐧𝐠𝐞𝐫𝐬𝐩𝐨𝐭.𝐢𝐎 dong jagonya!! 😌👍🏻
Jangan lupa follow juga IG @fingerspot.official ya❗️ Biar nggak kelewatan info terupdate lainnya 😉👌🏻
1 note
·
View note
Text
Merawat Orangtua
Merawat orangtua memang tidak mudah. Apalagi ketika beliau sedang sakit dan kita sedang sibuk. Tapi ternyata merawat orangtua mengajarkan saya untuk merayakan segala kemajuan kecil. Mama yang bisa buang air setelah operasi yang panjang, Mama yang dapat berpakaian dan mandi sendiri, dan Mama yang bisa menghibur diri sendiri saat saya sedang tidak ada ditempat.
Merawat orangtua juga mengajarkan saya untuk mengikhlaskan kabar-kabar yang tidak saya inginkan. Meskipun sembari berdoa dan berusaha agar kabar tersebut bisa pindah haluan.
Saya mulai menikmati kebiasaan merawat orangtua meskipun saya tetap berharap supaya orangtua bisa cepat mandiri kembali dan sehat tidak berbekas.
0 notes
Text
Jangan salah mengejar
Kalau yang kamu kejar adalah validasi manusia maka akan terasa capek, karena gak ada habisnya
Tapi kalau kamu mengejar validasi Allah, jiwa mu akan hidup dengan orientasi surga. Maka bersegaralah untuk pindah haluan
Kita takut jika memilih kebenaran, kehilangan teman, keluarga, harta, kuasa. Maka, pilihlah jalan yang mulia meskipun harus melalui bebatuan yang terjal, namun Allah Swt punya janji surga
0 notes
Text
#010
Sebenarnya, untuk apa aku dilahirkan? Apa gunanya aku hidup di dunia?
Pikiran itu terus menghantuiku. Habis, bagaimana ya? Kurasa selama 18 tahun aku hidup, hanya 10% hal baik yang terjadi dalam hidupku. Sisanya? Yaa begitulah.
Aku melihat foto-fotoku saat bayi sampai usia 2 tahun. Di foto itu, terlihat ayah dan ibu sangat menyayangiku. Mereka tersenyum lebar sambil menggendong aku yang masih bayi, dan juga kakakku yang saat itu baru berusia 6 tahun.
Namun, setelah usiaku 4 tahun, kurasa orangtuaku sudah tidak menyayangiku lagi. Ayah bahkan tega mengurungku semalaman di dalam ruangan gelap dan menguncinya. Lalu ibuku sama sekali tidak menolongku.
Oh sial, aku benci mengingat hal itu. Aku jadi takut terkunci di ruangan gelap karenanya.
Saat usiaku lima tahun, aku tidak bisa menulis kanji dengan baik. Ayah memarahiku habis-habisan, mengumpat dengan bahasa Jepang sambil memukul tanganku memakai penggaris.
Bayangkan saja, apa selain ayahku, ada orangtua yang tega memukul anaknya yang masih balita?
Kurasa ayah memang tidak menyayangiku. Aku hanya disayang saat masih bayi, saat masih lucu-lucunya. Sudah tidak lucu yasudah, dijadikan samsak.
Hahaha.
Saat itu, mungkin aku menangis. Namun sekarang, aku sudah terbiasa dipukuli jika aku melakukan kesalahan.
Karena itulah, aku tidak bisa mengekspresikan diriku. Aku takut melakukan kesalahan. Aku tidak ingin dipukuli. Aku terus menjadi figur anak baik di hadapan ayah. Itulah yang membuatku menjadi pendiam ketika di rumah.
Aku hanya bisa banyak bicara ketika di luar rumah, atau saat bicara dengan kakakku saja. Aku takut salah bicara kalau dengan ayah, yang berujung dipukuli.
Aku menghela napas panjang. Ujian akhir semesterku sudah selesai. Itu artinya, sebentar lagi akan ada pembagian rapor hasil belajarku selama satu semester. Sejak keluargaku tinggal di Indonesia, ayah tak pernah absen mengambil raporku dan rapor kakak ketika kakak masih sekolah. Ayah akan mengomel jika nilai kami ada yang turun walau satu digit.
Hal itulah yang membuat pikiranku kalut malam ini.
Disaat teman-temanku tengah menikmati waktu habis ujian, aku justru mengurung diri seharian di kamar, memikirkan nasibku di hari pembagian rapor nanti.
Aku tahu, peringkatku memang tidak pernah turun. Tapi bagi ayah, apa gunanya peringkat satu kalau ada satu nilai yang turun?
Sudahlah. Aku lelah.
Teman-temanku mendaftarkanku di tim voli dan badminton tunggal putra untuk class meeting besok (atau hari ini, mengingat sekarang sudah tengah malam) karena kemampuanku dalam 2 bidang olahraga tersebut. Namun aku tak bersemangat mengikutinya, padahal itu adalah kesempatanku untuk memegang raketku lagi.
Aku tak bersemangat untuk menjalani hidup.
Aku sudah lelah. Aku ingin mengakhirinya.
Semester depan adalah saat terakhir masa SMA-ku. Dan itu membuatku semakin tertekan. Dimana ayah selalu memintaku untuk masuk jurusan hukum walau aku tidak berminat. Meskipun ayah sudah mengizinkanku untuk mengambil sastra Jepang, tapi tetap saja beliau masih meracuniku agar aku mengurungkan niatku masuk sastra Jepang dan pindah haluan ke hukum.
Kurasa, ayah hanya menganggapku sebagai investasinya. Benda yang bisa menggantikannya ketika ia sudah tak sanggup menjadi pengacara lagi.
Aku benar-benar ingin mengakhirinya.
Lagipula, saat aku mati, tak akan ada yang berubah. Ayah dan ibu masih punya satu anak, yaitu kakakku. Teman-temanku akan segera mendapat teman baru.
Justru dunia lebih indah tanpa kehadiranku.
Kehadiranku di dunia sudah tidak dibutuhkan.
Tidak ada yang mau mendengarku. Bukankah lebih baik aku segera meninggalkan dunia ini?
Kutarik laci mejaku, dan melihat beberapa pil obat tidur yang kubeli tempo hari. Namun, sebelum meminum obat itu, aku ingin main untuk yang terakhir kalinya.
Maka kuambil cutter dari laci mejaku, lalu menggoreskan benda itu ke goresan-goresan yang pernah kubuat sebelumnya. Yeah, aku membuka luka lama, lebih tepatnya.
Sambil memperhatikan cairan pekat yang mengalir dari tanganku, aku menulis diary ini untuk yang terakhir kali. Dengan satu kata terakhir sebagai penutup.
⠀⠀サヨナラ
Lantunan lagu 2PM yang berjudul Ok or Not mengalun pelan di kamarku, membuat suasana mellow di kamarku semakin mendukungku untuk pergi dari dunia ini.
⠀⠀"実は僕、大丈夫じゃないよ." aku bergumam, sambil kembali membuat garis kedua.
Namun, kala aku hendak mengambil sebutir obatku...
Brak!
"DEK! SECRET ROYAL INSPECTORー HEH KAMU NGAPAIN LAGI?!" teriak si Bang Sat alias kakakku sambil membuka pintu kamarku. Ampun deh, kelakuannya memang sesuai julukannya. Gak ada akhlak banget tengah malam teriak-teriak masuk kamarku.
"KAKAK NGAPAIN SIH?! GANGGU AJA!" protesku kesal. Aku bangkit dari posisiku dan langsung mendorongnya keluar. Namun, tenagaku yang menipis akibat cairan di tanganku yang keluar banyak, tentu tidak bisa mengalahkan tenaganya. Justru kini ia mendorongku hingga aku terjatuh.
"Istigfar, dek. Kamu ini kenapa? Untung pintu kamarmu gak kamu kunci dan aku lagi mau ngobrolin drakor saranmu itu," omel kakakku sambil menutup pintu kamarku. Ia pun meraih tanganku, dan kedua matanya menatapku lekat.
"Kamu sering kayak gini. Tapi ini parah banget. Keluar banyak sampe tanganmu banjir begini."
"Sengaja Kak," jawabku lirih sambil mengalihkan pandanganku.
"Diem dulu, jangan berulah."
Kakakku mengambil cutter dari meja belajarku, lalu keluar dari kamarku. Tak lama, ia pun kembali sambil membawa kotak P3K.
"Yaampun, banyak banget..." komentar kakak sambil mengelap tanganku memakai tisu. Ia mencoba menghentikan pendarahan sebisanya, sementara aku hanya diam mematung.
"Kira? Lukanya dalem banget. Kalo kamu bablas gimana eh!"
"Aku emang sengaja bikin dalam Kak. Aku emang mau bablas," jawabku terus terang.
"アホかお前?!" sahut kakakku dengan nada tinggi.
"Emang. Aku capek Kak. Bener-bener capek."
Kakakku hanya menghela napas, lalu membalut kain kassa di tanganku karena pendarahanku sudah berhenti. "Orang mah kalo capek tidur, bukannya main," cibir kakak.
Kakak memang benar-benar tidak mengerti aku. Karena kakak tidak tahu bagaimana di posisiku. Sebagai anak sulung dan ayah men-capnya anak nakal, tentu saja dia tidak tahu bagaimana rasanya jadi aku.
"Udah? Cepet keluar," bentakku pada kakak.
"Gak, malam ini kakak tidur disini. Mantau kamu."
"Apaan sih?!"
"Kalo kamu gak mau cerita sama kakak, oke. Tapi pikirin akibatnya dong! Kakak, temenmu, semua akan ngeraー"
"Berisik!" potongku. "Kakak gak ngerti gimana apeknya jadi aku. Mending Kakak diem deh!"
"Iya, kakak emang gak ngerti. Kakak akui itu. Udah, besok aja ceritanya, sekarang mending kamu tidur. Daripada kita berantem begini, malah bikin Papa sama Mama bangun. Kalo mereka tahu, kamu malah dimarahin udah main-main begini."
"Tapi Kakー"
Kakakku tidak menjawab. Dia malah menggendongku, dan meniduriku di kasur bak anak kecil.
"Udah, stop. Pikiranmu lagi kacau. Kakak lagi no energy buat ladenin kamu, takut kebawa emosi juga. Jadi mending tidur."
Dia mendorong tubuhku sampai ke pojok, lalu berbaring di sampingku.
"Awas aja kamu macem-macem," ancamnya sambil memejamkan mata.
Sialan. Rencana malam ini gagal gara-gara Bang Sat.
Minggu depan aku akan mencobanya lagi, tentu saja dengan mengunci pintu kamarku. Agar kejadian hari ini tidak terulang lagi.
Jakarta, 13 Desember 2021
Akira Kusumawardhana Fujimine
0 notes