Pada malam 16 Agustus 2024, tim MAPALA PINISI berangkat dari Tondano dengan penuh semangat menuju Camp Gunung Soputan untuk melaksanakan kegiatan Ekspedisi Kabut Samudera. Misi kami adalah pemasangan plakat dan pengibaran bendera merah putih. Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, kami tiba di area camp dengan rasa antusias dan harapan tinggi.
Malam itu, suasana di camp dipenuhi canda tawa tim. Kami bercerita tentang rencana petualangan, sambil menikmati kopi hangat. Namun, suasana ceria itu tiba-tiba pecah saat kami menerima kabar darurat. Salah satu pendaki melaporkan bahwa teman-temannya terjebak di puncak tanpa bekal makanan dan minuman. Jantung kami berdegup kencang; misi kami berubah seketika!
Tanpa membuang waktu, kami merubah agenda Ekspedisi Kabut Samudera menjadi aksi penyelamatan. Dalam waktu singkat, kami berkoordinasi dengan pihak berwenang dan membentuk Tim Aksi Cepat Tanggap di bawah Divisi Tanggap Bencana MAPALA PINISI. Dengan peralatan seadanya—lampu senter, tali, dan sedikit bekal makanan—kami bersiap untuk berangkat. "Ayo, kita tunjukkan pada mereka bahwa kita bukan tim biasa! Kita adalah pahlawan malam!" seru salah satu rekan kami, disambut gelak tawa.
Pukul 5:15 sore, kami memulai perjalanan. Langit mulai gelap, dan hawa malam menyelimuti kami. Tanpa pepohonan yang menghalangi, kami melangkah di jalur terjal Gunung Soputan, merasakan setiap langkah yang menantang. Dalam perjalanan, kami tetap berkomunikasi dengan Basarnas dan pihak berwenang untuk mendapatkan informasi terbaru tentang kondisi pendaki yang terjebak. Setiap langkah terasa semakin berat, tetapi tekad kami untuk menyelamatkan teman-teman pendaki semakin menguat.
Saat malam menjelang, suara angin berdesir menambah suasana dramatis. "Kita harus tetap fokus! Ingat, kita bukan hanya pendaki, kita juga penyelamat!" teriak salah satu anggota tim, berusaha mencairkan ketegangan. Namun, semua lelucon itu seakan sirna saat kami merasakan hawa dingin yang menusuk.
Sekitar jam 11 malam, setelah perjuangan yang melelahkan, kami akhirnya tiba di puncak. Suasana di puncak sunyi dan mencekam. Tanpa membuang waktu, kami langsung memanggil para pendaki yang terjebak. "Halo! Ada orang di sini?!" teriak kami. Suara kami menggema di antara dinding batu. Tak lama kemudian, sebuah senter menyala dari arah tebing. "Ya, kami di sini!" jawab mereka dengan suara penuh harapan. Hati kami berdesir; kami tidak perlu menyisir area gelap ini!
Namun, saat kami mendekati mereka, jalan yang kami lalui semakin curam dan menakutkan. "Jika ini sudah ajal saya, tidak masalah karena ini misi kemanusiaan," ujar salah satu rekan kami sambil tersenyum lemah. "Tapi jika saya terjatuh, entah ke jurang atau kawah, saya akan teriak 'MAPALA PINISI'!" Kami semua tertawa, meski rasa tegang masih menggelayuti.
Akhirnya, kami menemukan lima pendaki yang terjebak, bersandar di tebing yang curam. Meskipun mengalami beberapa goresan luka dan kelaparan, mereka terlihat lega saat kami tiba. "Kami sudah berdoa, lho! Ternyata doanya langsung terkabul!" ujar salah satu pendaki sambil tersenyum lemah. Kami tertawa, meski dalam situasi serius.
Dengan sigap, kami membantu mereka berpindah ke area yang lebih aman. Di tengah gelapnya malam, kami mengeluarkan makanan dan minuman untuk mengembalikan stamina mereka. "Ini dia, energi dari pahlawan malam! Jangan sampai kelaparan lagi!" seru kami sambil membagikan snack. Suasana haru menyelimuti kami saat mereka mengungkapkan rasa terima kasih, dan kami merasakan beban di hati kami sedikit terangkat.
Setelah memastikan semua pendaki dalam keadaan stabil, kami mulai proses evakuasi. Namun, perjalanan kembali ke bawah tidaklah mudah. Medan yang terjal, ditambah pencahayaan yang minim, menambah tantangan. "Bayangkan kita sedang mendaki sambil main petak umpet, ya!" canda salah satu rekan. "Hanya saja, kali ini kita tidak boleh kalah!"
Dengan kerja sama yang solid, setiap anggota tim mengambil peran. Ada yang memimpin jalan, ada yang membantu pendaki yang kelelahan, dan ada pula yang memastikan jalur tetap aman. Setiap langkah kami diiringi dorongan semangat satu sama lain. "Kita bisa! Hanya tinggal sedikit lagi!" teriak salah satu rekan kami untuk memotivasi.
Setelah perjuangan yang melelahkan, akhirnya kami berhasil membawa semua pendaki turun dengan selamat. Ketika kami tiba di camp, suasana haru dan bahagia menyelimuti kami. Kami menyerahkan mereka kepada pihak Basarnas dan kepolisian yang telah menunggu di lokasi untuk memberikan bantuan lebih lanjut. "Dan inilah saatnya kita merayakan keberhasilan penyelamatan dengan makan malam yang layak!" seru salah satu rekan, disambut tawa lepas.
Misi penyelamatan ini menjadi pengalaman berharga bagi kami. Kami belajar betapa pentingnya kerja sama, komunikasi yang baik, dan kesiapan dalam menghadapi situasi darurat. Berbagai tantangan yang kami hadapi mengajarkan kami bahwa dalam keadaan genting, semangat dan persatuan dapat mengatasi segala rintangan.
Dengan hati yang penuh rasa syukur, kami mengucapkan terima kasih kepada semua yang terlibat dalam misi ini. Kami pulang dengan kenangan indah dan pelajaran berharga, siap untuk menghadapi tantangan berikutnya. Misi penyelamatan ini bukan hanya tentang menyelamatkan nyawa, tetapi juga tentang persahabatan, keberanian, dan sedikit bumbu humor yang membuat perjalanan ini tak terlupakan. 💪⛰️
Cerita ini dari Kisah nyata dan saya balut dan Sedikit modifikasi dengan Humor😆
Salam lestari dari HANTU RIMBA 👻
0 notes
Polda Sumbar: 75 Pendaki Gunung Marapi yang Terdata Sudah Ditemukan
Polda Sumbar: 75 Pendaki Gunung Marapi yang Terdata Sudah Ditemukan
#Polri #PoldaSumateraBatar #Pencarian #Pendaki #Korban #Erupsi #GunungMarapi
Hargo.co.id, SUMBAR – Kepolisian Sumatera Barat (Sumbar) menyatakan satu jenazah korban erupsi Gunung Marapi telah ditemukan pagi ini.
Kabid Humas Polda Sumbar, Kombes. Pol. Dwi S mengungkapkan, berdasarkan data pendaki di Posko BKSDA, 75 pendaki itu sudah ditemukan seluruhnya.
“Tadi pagi dapat informasi yang satu ini sudah menuju ke rumah sakit, jadi berdasarkan data sudah lengkap 75,” kata Dwi,…
View On WordPress
0 notes
Jumlah Korban Erupsi Gunung Merapi Terus Bertambah, Yang Kehilangan Anggota Keluarga Harap Melapor ?
Bukittinggi , Detikindo24.Com – Jumlah korban meninggal Dunia [MD] akibat erupsi gunung merapi terus bertambah dari laporan yang di terima Rabu [06/12/2023].
Hingga hari selasa kemaren ,sudah 22 orang korban pendaki berhasil di turunkan tim sar gabungan. Namun masih ada 1 orang lagi yang belum di evakuasi. Khabar itu mengacu pada data badan sar nasional [Basarnas] dan Polda Sumbar. ,”Jumlah…
View On WordPress
0 notes
Alam, dalam keagungannya, tak pernah melanggar hukum-hukum yang ditetapkan. Ia adalah misteri yang dalam, tak terjangkau oleh tangan-tangan manusia yang berusaha menguasainya. Dalam hakikatnya, manusia, sebagai ciptaan yang dianggap paling mulia, tetaplah makhluk yang rentan dan terpinggirkan di hadapan kebesaran alam. Dengan segala ambisi dan daya, manusia tak lebih dari butiran debu yang terombang-ambing oleh arus waktu dan kekuatan alam. Sebab, pada akhirnya, kita semua adalah bagian dari keseluruhan yang lebih besar, di mana alam tetap menjadi penguasa yang tak tertandingi.
_soputan mountain, 18 Agustus 2024
1 note
·
View note
Kronologi Pendaki Asal Jakarta Meninggal Dunia Di Gunung Merbabu
Kronologi Pendaki Asal Jakarta Meninggal Dunia Di Gunung Merbabu
BNews–JATENG-– Seorang pendaki Gunung Merbabu meninggal dunia. Dimana Ia diketahui mendaki dari jalur Desa Tarubatang, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali.
Pendaki bernama Andreas Jonson (35), warga Kampung Pendongkelan Selatan No. 264, Kelurahan Kapuk, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat. Ia dilaporkan meninggal saat melakukan pendakian ke Gunung Merbabu pada Jumat (7/10/2022).
“Kejadian…
View On WordPress
0 notes