#Parangritis
Explore tagged Tumblr posts
blqs · 10 months ago
Text
I still can't forgive what's hard for me to accept. give time time.
Tumblr media Tumblr media
2 notes · View notes
dorakssid · 5 years ago
Photo
Tumblr media
parangritis 09.06.
0 notes
kurniautami-blog · 8 years ago
Text
Curhat Random : Intinya, Tentang Bersyukur :)
Kapan hari aku berkesempatan bobo bareng Ibu selama dua malam. Terakhir kali bobo bareng Ibu dan Bapak adalah bulan Agustus 2015 lalu saat bermalam di Pacitan. Dulu, dari kecil sampai dengan SMA kelas 3 aku memang selalu bobo bareng Ibu. Ketika aku memeluk atau sekedar memegang bagian tubuhnya, maka tidurku akan nyenyak dan ngga mimpi buruk. Dalam ingatanku akan masa kecil dahulu, bahkan hingga aku telah menginjak SD aku sering sekali ngompol. Kalau sudah begitu maka Ibu akan pindah ngga tidur bersamaku, kemudian aku pun sering mimpi buruk. Inti dari semua itu adalah selalu nyaman dan tenang kalau bersama Ibu.
Ketika mendewasa, tepatnya ketika memasuki perkuliahan S1, kedekatanku dengan Ibu bukan hanya sekedar fisik melainkan hati dan perasaan. Kami mulai saling berbagi cerita tentang apapun. Apalagi saat itu kakak laki-lakiku satu-satunya telah menikah dan menetap di Banten, jadi satu-satunya yang bisa diajak berbagi cerita dan mengerti betul tentang perasaan Ibu adalah aku. Bapak adalah orang yang cuek, sehingga aku pun jarang dan hampir tidak pernah bercerita padanya, kecuali kalau Bapak bertanya tentang suatu hal, itu pun hampir tidak pernah. Meski begitu, aku yakin bahwa Bapak berbicara dalam doa-doanya untukku, Ibu dan kakak.
Ketika memasuki bangku perkuliahan, banyak hal yang terjadi yang memberiku banyak pembelajaran dan pendewasaan. Saat itu selepas gempa, Bapak dan Ibu menderita DBD dan keduanya harus dirawat di rumah sakit dalam satu kamar. Alhasil kami bertiga menginap selama seminggu di Bethesda saat itu. Setahun berselang, Ibu harus menjalani operasi angkat rahim lantaran ada mioma (sejenis tumor) bersarang di rahimnya. Rahim yang dulu menjadi tempatku tinggal selama lebih dari 9 bulan itu pada akhirnya diangkat. Bila aku mengingat kejadian saat itu, sungguh perasaanku campur aduk, apalagi selepas gempa bumi Mei 2006 itu hubungan Ibu dan Bapak agak tidak harmonis dan sering berselisih paham untuk hal-hal yang mungkin sepele. Alhamdulillah Allah memberi kesembuhan dan kesehatan kembali pada Ibu. Dan saat itu aku semakin menyadari bahwa aku harus selalu ada dan bisa diandalkan untuk Ibu, dan bisa menjadi penengah bagi Ibu dan Bapak.
Hari berganti hari hingga tahun pun berganti. Tahun 2011 pada akhirnya aku merantau ke Bogor untuk kali pertama dalam perjalanan hidupku jauh dari keluarga terutama dari Ibu. Berat rasanya saat itu, apalagi saat menuju Bogor tepatnya menuju kantor pusat Alfamart itu aku ditemani oleh Ibu dari Jogja. Dua malam Ibu menginap di kos bersamaku, kemudian menuju rumah kakak di Cilegon Banten. Selepas itu, hampir tiap malam aku menangis. Sedih, tetapi bukan karena aku hidup sendiri dan harus mandiri di tanah rantau melainkan sedih ketika aku tidak lagi ada di dekat Ibu dengan kondisi yang saat itu Ibu dan Bapak masih dalam keadaan tidak harmonis. Tetapi saat itu aku mencoba melihat dari sisi yang lain bahwa ketika aku jauh dari mereka mungkin saja adalah kesempatan dari Allah supaya Bapak dan Ibu yang hanya berdua saja di rumah dapat memperbaiki hubungannya. Aku tidak mau memilih salah satu diantara mereka, tetapi aku memilih dua-duanya maka aku ingin mereka tetap bersatu dan Alloh satukan.
Rupanya Allah memiliki cara yang luar biasa dalam memperbaiki hubungan mereka, tepatnya ketika di akhir tahun 2012 Bapak mengalami sakit jantung dan harus dirawat di ICU. Saat itu aku dan kakak belum bisa pulang ke Jogja, baru bisa pulang seminggu setelah Bapak dirawat di ICU. Hanya ada Ibu dan Bapak yang berjuang di rumah sakit saat itu. Ketika aku dan kakak pulang ke Jogja, kondisi Bapak sudah membaik dan Alhamdulillah hubungan Ibu Bapak pun membaik pula. Tentu saja hal itu membuatku sangat lega dan bahagia.
Allah memang hanya mengijinkanku merantau selama 26 bulan saat itu, karena pada tahun 2013 Dia memberiku kesempatan untuk kembali melanjutkan studi melalui beasiswa DIKTI. Orang pertama yang sangat mendukungku saat itu adalah Ibu. Maka aku pun dengan sangat ringan melangkahkan kaki resign dari Alfamart dan kembali ke Jogja. Memulai kembali langkah baru bersama Ibu dan Bapak yang keduanya telah pensiun saat itu dan tentu saja menjadi saksi hubungan keduanya yang sudah harmonis lagi. Sebuah kesyukuran yang luar biasa.
Saat ini hampir 4 tahun sudah aku kembali ke Jogja setelah merantau selama 26 bulan. Ada rasa berat ketika aku harus melangkahkan kaki keluar Jogja lagi untuk bekerja atau berkarir. Di satu sisi aku harus sabar menunggu atau menjalani proses yang tidak singkat kalau aku ingin tetap di Jogja dengan pekerjaan yang sesuai. Maka kesabaran dan keteguhan hati adalah kunci dari semua itu. Dalam hati kecilku, aku ingin tetap di Jogja, selalu dekat dengan Ibu dan Bapak terutama sebelum aku menikah. Sebab setelah menikah nanti, aku tidak tahu akan tinggal dimana atau menikah dengan siapa dan orang mana. Maka dari itu, sebelum takdir menikahku sampai, aku ingin selalu berada di dekat mereka, dapat diandalkan oleh mereka dan menjaga mereka. Setiap kali aku melihat mereka, hatiku tenang. Ketenangan ini tak akan bisa dibayar dengan nilai apapun, karena bagiku ketenangan dan melihat senyum mereka adalah tak ternilai harganya.
Kapan hari aku mengalami kegalauan ketika akan tes di luar kota. Belum diterima, tapi pikiranku udah macam-macam, terutama kalau jauh dari Ibu dan Bapak kasihan nanti mereka hanya berdua saja dengan kondisi yang semakin menua, belum lagi aku galau kalau tak lagi bisa menginjakkan kaki ke Jogokariyan yang telah memberiku banyak pembelajaran mulai 2016 lalu. Aku dinyatakan lulus setelah melewati berbagai tahap, tetapi rupanya Allah menjawab kegalauanku tsb ketika akhirnya tidak jadi diterima karena mereka membutuhkan orang teknik. MasyaAllah saat itu aku langsung bersyukur dan merasakan ketenangan yang luar biasa. Bukannya sedih karena tidak dierima, tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Allah sungguh luar biasa.
Berbicara mengenai syukur, Ibu selalu mengingatkanku untuk selalu mensyukuri hidup. Bersyukur dengan apapun yang terjadi, meski mungkin itu tidak menyenangkan. Ibu selalu mengingatkanku akan asal muasal nama Kurnia Utami yang berawal dari kejadian berpuluh tahun silam dimana saat aku dalam kandungan Ibu usia 8 bulan mengalami kecelakaan bersama Ibu di Jalan Parangritis km 5. Saat itu motor Ibu diseruduk dari belakang hingga Ibu yang tengah hamil besar pun jatuh tengkurap dan berdarah-darah. Bersyukur Allah masih berikan kesempatan padaku bertahan hidup dalam kandungan Ibu, bahkan sebulan kemudian lahir dengan berat 3,5 kg. Lalu kejadian gempa bumi 1 dekade silam, dimana Allah masih menyelamatkan dan memberiku kesempatan hidup setelah reruntuhan bangunan melingkupi kasurku. Bila aku telat bangun dalam sekian detik saja, maka aku pun tiada. Setahun kemudian, sebuah kecelakaan juga terjadi di Jalan Parangtritis dimana aku menyerempet motor dan terjatuh tengkurap di jalan raya. Bersyukur tak ada kendaraan melindasku dari arah depan maupun belakang. Dan kejadian terakhir adalah 2014 lalu saat aku bersama rombongan teman S2 akan menghadiri pernikahan teman sekelas kami, saat itu mobil yang kami tumpangi mengalami selip ban hingga oleng di jalan raya dan hampir jatuh ke jurang. Bersyukur mobil kami tidak jatuh ke jurang melainkan menabrak tebing. Lagi-lagi Allah menyelamatkan hidupku dan masih memberiku kesempatan hidup.
Maka, nikmat Allah yang mana kah yang kamu dustakan? Setelah mengalami banyak kejadian yang mungkin tidak menyenangkan, tetapi sesungguhnya itu penuh pembelajaran dan hikmah yang mendewasakan serta membuatku semakin bijaksana, maka tak ada alasan untukku tidak mensyukuri hidup. Tidak ada alasan untukku berkeluh kesah, bersedih dan khawatir. Tetapi aku selalu memiliki alasan untuk selalu dekat dengan Ibu dan Bapak :)
“Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepada Ibu Bapakku dan untuk mengerjakan amal shaleh yang Engkau ridhai, dan masukanlan aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh” (QS An Naml : 19)
©kurniautami -08022017-
2 notes · View notes
carosacados · 8 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Parangritis beach
1 note · View note
iwonindonesia · 8 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Óceán! :) Jogja, másnap kimentünk az óceánhoz, kb 40 perc volt motorral. (Engem Peti vitt, egy nem is olyan kicsi motoron, ami igazából a végére már nagyon megtetszett és élveztem a sebességet is- aka nem kapaszkodtam már görcsösen :D, de tényleg, nagyon jó volt, gyönyörű tájak, helyek, folyók mellett haladtunk el.)
A stand neve Parangritis, hosszú sötét vulkáni homokos strand. A vízbe persze nem ajánlott túlságosan bemerészkedni, mert az óceán könnyen kimossa homokot a talpak alól és elragad- ez sajnos itt is sokakkal megesik. (Aki volt már óceánnál és nem “csak” tengernél, az ezt tudja.) A part gyönyörű, a helyiek énekléssel, sétálással szórakoztatják magukat, vagy körbevitetik magukat a strandon kis lovaskocsikkal- nem nagyon figyeltem, de turistát keveset láttam igazából.
0 notes
awomworld · 8 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media
parangritis, pantai selatan dengan cerita mistisnya
0 notes
stanislav-strilets · 9 years ago
Photo
Tumblr media
1 note · View note
mizanqist · 10 years ago
Photo
Tumblr media
LOVE
0 notes
carosacados · 8 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Pencak Silat in Parangritis
0 notes