Text
30th: What do you feel when you write
Wow akhirnya menamatkan challenge ini juga. Yah meski ga bulat 30 hari karena tulisan ini ku lanjutkan di tanggal 4 setelah mendekam 2 tahun ga dihiraukan (lama amat ya). Sebenarnya hari-hari kemarin cukup sering ngeluh dan sedikit merasa terbebani sama challenge ini. Kayaknya emang perlu effort lebih kalau mau konsisten dalam berbagai hal termasuk menulis.
Tapi aku banyak belajar sih, belajar kalo gapapa banget tulisan ini ga sempurna. Gapapa banget kalo kurang banyak karakternya, kalo ga nyambung sama prompt maupun paragraf berikutnya. Gapapa banget kalo dirasa bingung mau nulis apa, dan berbagai bentuk ketidaksempurnaan lainnya. Toh aku menulis buat diri sendiri, gaada tuntutan harus dinilai bagus oleh siapapun yang kelak menemukan dan membacanya.
Di luar tekanan untuk konsisten nulis tiap hari, bagiku menulis ini kegiatan yang cukup spesial. Setidaknya bagiku, proses menulis yang selama ini dilakukan selalu melibatkan beberapa aktivitas lain. Menulis berarti juga mengeluarkan sebagian isi pikiran, mempertanyakannya kembali, mencari jawaban yang tersembunyi di sela-sela pikiran, mengingat memori yang hampir hilang, merawat ingatan, juga barangkali membuang perasaan. Diam-diam, selain membaca, menulis juga jadi bagian dari prosesku mengenal diri sendiri yang tidak jarang rumit ini.
Meski terkesan menulis bukan untuk siapa-siapa, aku percaya setiap tulisan akan menemukan pembacanya. Seenggaknya diri sendiri di masa depan pasti sekali atau dua akan menengok lagi ingatan yang diam-diam tersimpan dalam tulisan-tulisan ini. Hanya mau bilang pada siapapun yang ada di balik layar tempat alinea yang kutulis berada: terima kasih sudah mampir dan membacanya.
30 hari menulisnya selesai di sini
0 notes
Text
29th: My goals for the future
Salah satu tujuan sejak dulu adalah meneruskan studi sampai lanjut post-doc di luar negeri, lalu berkarir jadi akademisi. Apalagi setelah kemarin visit ke SAHMRI yang membuatku sedikit takjub sama riset di sana. Jalan yang ditempuh sekarang pun masih jalan yang sama nampaknya. Tapi di jalan yang sama ini sekarang sedang mengumpulkan input-input kecil yang mungkin bisa berpengaruh pada keputusan besar berikutnya.
Setelah dipikir-pikir, di pekerjaan sekarang ternyata cukup terpapar dua dunia yang berbeda meski keduanya masih bersinggungan dengan riset dan pengembangan. Jadi masih banyak banget yang bisa dipelajari dan dipikirkan buat rencana-rencana ke depannya. Sebagian diri ini masih punya semangat yang lama dan sebagian diri yang lain sangat terbuka dengan kemungkinan lainnya.
Memang yang paling seru dari hidup ini tuh kayaknya bagian merencanakan ya?. Kayak, kita bisa aja menaruh apapun yang terlintas dalam pikiran kita saat itu untuk jadi tujuan kita di masa depan. Ketika masa depan itu sendiri masih jadi rahasia yang belum disingkap tirainya. Meski nggak jarang juga membuat kita risau akan seperti apa nanti bentuknya.
Yang jelas bagaimanapun jalannya nanti, jangan lupa libatkan Allah, sebaik-baik Perencana.
0 notes
Text
27th: Someone who inspires me: Mother(s)
Btw agak lieur ya ternyata kemarin nulis buat prompt ke 28 padahal harusnya ke 27 dulu, jadi tukeran. --- Sore ini habis ngumpul dan sharing insight sama mbak2 yang udah lebih dulu jadi seorang ibu. Kebanyakan dari mereka membawa buah hati masing-masing. Seketika pikiranku melayang ke masa di mana aku ikut mama kemana-mana, termasuk ketika mengaji. Meskipun belum benar-benar bawa anak sendiri, tapi ku jadi mikir wow ternyata udah mulai ada di ambang pintu masuk ke fase yang satu ini ya. Dan berujung takjub melihat mereka yang menyempatkan waktu untuk belajar di tengah-tengah 24/7 mengurus anak.
Aku selalu terinspirasi melihat seorang ibu, baik ibu sendiri maupun ibu manapun di dunia. Baik yang memilih untuk tinggal di rumah melakukan pekerjaan yang tiada habisnya, maupun yang setiap harinya ke luar rumah untuk bekerja demi kelangsungan hidupnya.
Di setiap pilihan yang para ibu punya, rasanya selalu nampak pengorbanan di dalamnya. Nggak jarang aku mendengar keputusan seorang ibu yang memilih untuk resign setelah punya anak biar bisa menjadi pendidik penuh waktu di rumah. "Mengorbankan" tujuan-tujuan yang selama ini mereka usahakan, menyimpannya sebagian dalam waktu yang lama. Di lain tempat, ada juga ibu yang "mengorbankan" waktunya di rumah untuk bekerja di luar sana, meski barangkali berat rasanya meninggalkan anak di rumah bersama penjaga lainnya. Meski kadang perlu membayar waktu yang hilang selepas bekerja, penat lelah pun bukan masalah baginya.
Sebagai orang yang baru masuk ke dunia penelitian, aku selalu look up to para ibu yang udah ada di bidang ini terlebih dahulu: dosen-dosenku yang gabisa kusebut satu persatu, juga tokoh di bidang yang sama seperti Mba Dewi & Bu Sasti. Ngga kebayang kaya gimana membagi waktunya untuk menjalani dua atau lebih peran yang berbeda dan sama-sama berdampak dengan cara masing-masing.
Semakin lama memperhatikan, semakin menyadarkanku kalau menjadi seorang ibu juga berarti menjadi pengemban beberapa peran yang seringkali tak tergantikan.
0 notes
Text
28th: Write about loving someone
As i grew older and probably a bit wiser, the meaning of the word loving seems to also grow as a more complex term. Let alone loving someone else, Even the struggle to love our own self is sometimes quite real. One day you feel your heart filled with being grateful that you're enough for your self, then another day you keep telling yourself to do more because you thought you haven’t done your best.
0 notes
Text
26th: Your School
Bicara tentang sekolah, sejak dulu, orangtuaku cukup konsisten menyekolahkanku di sekolah islam. Bahkan pernah tiga tahun nyantri di pesantren meski sebenernya ga jauh juga dari rumah sih. Terus memutuskan untuk keluar mencari lingkungan baru di SMA (yang masih islam juga) lalu akhirnya berjuang sekuat tenaga buat bisa masuk kampus impian--dan sangat bersyukur bisa beneran masuk.
Di masa perkuliahan inilah banyak perubahan yang terjadi. Mulai tinggal di kos, berteman sama orang-orang dari daerah asal yang berbeda dengan berbagai latar belakangnya, mengelola keuangan sendiri, juga terpapar berbagai aktivitas kampus yang seru. Di sini mulai nyadar juga ternyata aku tuh cukup santai orangnya dan berada di lingkungan manusia-manusia cemerlang nan ambisius, dalam artian yang baik. Sempat panik sendiri sih, tapi lama-lama tersadarkan itu semua hanya permulaan. Sejak awal emang hidup ini se-kompetitif itu kalau udah masuk ke dunia kerja.
0 notes
Text
25th: Something inspired of 11th image on your phone
Gambar ke-11 yang tersimpan di hp ku adalah tangkapan layar dari tulisan Cak Imin tentang taubat ekologis. Beliau membuka tulisannya dengan ayat ke-41 surat Ar-Rum dari Al-Qur'an serta ensiklik Paus Franciscus: Laudato Si'. Pendekatan yang sungguh baik untuk membawa isu lingkungan ke hadapan masyarakat dari negara yang katanya termasuk negara paling religius di dunia. Aku sendiri baru mendengar istilah taubat ekologis saat debat kemarin. Tapi konsepnya sungguh familiar sejak dulu.
Salah satu hal yang membuatku bersyukur pernah menjadi mahasiswa biologi adalah memiliki kesadaran tentang lingkungan yang mungkin lebih banyak dibandingkan jika aku bukan mahasiswa biologi. Kami mempelajari banyak hal tentang lingkungan, dari ekologi hingga biologi konservasi. Aku nggak asing dengan campaign lingkungan sejak dulu, dan ini juga yang membuatku hingga kini banyak mikirin isu lingkungan, meski ketika masuk ke implementasi tidak semudah itu bahkan sebagai individu.
Dulu aku sempat bilang ke teman kuliah, apa mungkin memang ini cara dunia berakhir, lewat tangan-tangan kotor manusia itu sendiri? (wkwk sangat pesimistik, jangan ditiru). Karena jujur kadang semakin belajar mengenai keadilan lingkungan makin hopeless. Solusi yang diperlukan begitu kompleks dan melibatkan banyak pihak. Aktor yang mendorong perburukan keadaan juga nampaknya sulit sekali dijegal. Belum lagi banyak yang berlindung di balik kekuasaan, membuat diri ini mikir lagi, kita yang rakyat biasa bisa apa?. Makanya aku selalu respect sama perjuangan banyak pihak yang melawan itu semua, cuma bisa mendukung dan menyebarkan kesadaran akan usaha mereka di akun-akun kecilku.
Dari sini juga kepedulianku sama isu-isu pemilu ini hadir. Karena untuk mengatasi masalah kompleks ini, peran pemerintah sangat diperlukan lewat perumusan kebijakan yang baik. Yang bisa menyasar ke titik-titik masalah yang beragam besar kecilnya tanpa pandang bulu. Ini juga yang bikin aku menyimak debat keempat kemarin dengan seksama, meski berujung lebih kecewa dengan kondisi debat yang tidak sekondusif? sesi sebelumnya. Semoga Allah selamatkan Indonesia dari orang-orang yang memandang sebelah mata urgensi isu lingkungan ini.
0 notes
Text
24th: A Lesson I've Learned
Salah satu lesson learned dari seri 30wc/30hbc ini adalah: mulai aja dulu. Sebingung apapun, sejelek apapun, semerasa bodoh dan buntu apapun kita saat memulai dan menjalaninya. Ketika memulai untuk membuat tulisan, seringkali diri ini kebingungan mau nulis apa, ga jarang aku menekan keyboard secara asal saking gataunya mau ngetik apa. Tapi kemudian saraf-saraf berpikir ini jadi kayak ketrigger dan akhirnya mulai mengetik satu kata demi kata. Sampai tiba-tiba jadi kalimat dan paragraf.
Tentu saja ga berenti di sana. Kadang-kadang kalau udah jadi kalimat atau paragraf pun merasa aneh, cringe, ga nyambung. Tapi aku akan terus lanjutkan ketikanku sampai benar-benar buntu. Sering juga kuhapus lagi sambil berpikir kata atau kalimat apa yang lebih masuk di sela-sela paragraf yang mulai ada bentuknya. Tapi aku belajar untuk gak menuntut kesempurnaan pada proses ini. Karena ya memang pada akhirnya gaakan ada yang sempurna. Mungkin kita hanya perlu menikmati prosesnya.
0 notes
Text
23rd: A Letter to Someone, Anyone
Sejujurnya sedang tidak bisa membayangkan mau nulis untuk siapa, tapi teringat fenomena "hi kids" belakangan ini, jadi kepikiran untuk nulis juga.
---
Halo, surat ini ku tulis untukmu yang bahkan saat ini belum terbayang di pikiranku seperti apa elok rupanya. Bagaimana harinya? Semoga selalu dalam lindungan Allah ya, baik susah maupun mudah, senang maupun sedih, selama kita bersamaNya, rasanya dunia akan baik-baik saja. Toh apapun yang kita jalani di sini tidak akan berlangsung selamanya. Ah iya, kalimat itu rasanya datang dari salah satu kutipan favoritku: and this too, shall pass.
Tulisan ini hadir di tengah-tengah proses belajarku untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi, menjadi seorang hamba yang lebih sadar lagi akan perannya di dunia, dan juga untuk menjadi seorang ibu yang pantas untukmu kelak. Meski proses belajar itu tak ada ujungnya selama masih di dunia, mungkin masih akan terus berlangsung sampai saat kamu membaca paragraf ini, semoga.
Aku tak tahu dunia seperti apa yang akan kau jalani di depan sana, mengingat perubahan yang datang tak ada habisnya, bahkan dalam setahun terakhir. Bagaimanapun nanti, semoga kita sama-sama menjadi pribadi yang tidak pernah menyerah pada kemalasan dan ketidaktahuan ya.
Meski akan ada saatnya lelah menghampiri mu, jangan pernah berhenti untuk belajar ya. Bahkan kalau bisa, carilah ilmu dari segala penjuru dunia. Manapun yang kau suka, akan turut kudoakan dan kuusahakan. Tetapi, nak, jangan pernah lupa alasan mengapa kamu melakukan semuanya. Sebab yang terpenting bukan seluas atau sedalam apapun ilmu yang kau punya. Melainkan bagaimana ilmu tersebut bermanfaat bagi diri dan sekitarmu, juga bagaimana ia senantiasa menuntunmu pada kebenaran yang sesungguhnya.
ٱلْحَقُّ مِن رَّبِّكَ ۖ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ ٱلْمُمْتَرِينَ
"Kebenaran itu dari Tuhan mu, maka janganlah sekali-kali engkau menjadi bagian dari orang-orang yang ragu"
Sampai bertemu di masa depan, semoga Allah izinkan.
1 note
·
View note
Text
21st: Write About Love
Bicara tentang "love" mengingatkanku pada kata Ar-Rahmaan. Kata yang kita sebagai muslim ucapkan berkali-kali dalam satu hari.
Jadi, beberapa hari terakhir aku lagi menyimak sesi Deeper Look dari Bayyinah TV yang disampaikan oleh Ust. Nouman Ali Khan. Aku udah cukup sering menyimak paparan beliau sejak Ramadhan tahun kemarin sebenarnya, dan merasa suka sama bagaimana beliau menyampaikan makna dari ayat-ayat Qur'an. Udah kepoin Bayyinah TV dari tahun kemarin juga dan pengen banget subscribe, tapi belum ada budgetnya, jadi kita cari yang gratis dulu di youtube.
Alhamdulillah, tahun ini diberi rezeki buat berlangganan dan merasa seneng banget, kayaknya ini keputusan terbaikku di awal tahun. Perjalanan menyimak ini tentunya ku mulai dari surat Al-Fatihah, surat pembuka Qur'an itu sendiri.
Kata Ar-Rahmaan kalau dalam bahasa inggris diartikan The Most Merciful. Menurut Ust. Nouman, kata mercy sendiri biasanya digunakan ketika seseorang dalam kondisi yang buruk. Beliau bilang lebih cocok mengartikannya dengan loving & caring. Kemudian beliau menjelaskan bagaimana suatu kata dalam bahasa arab tuh bisa punya kaitan maupun gambaran dengan makna lain. Di sini, makna yang paling dekat dengan Ar-Rahmaan itu sendiri adalah "Rahm" yang artinya a mother's womb; rahim seorang ibu.
Hal ini menggambarkan bagaimana kasih sayang Allah pada hambanya itu seperti rahim seorang ibu yang menjaga janin di dalamnya dalam kondisi apapun dengan cara yang tidak diketahui si janin sendiri. Dengan analogi yang sama, begitu pula kasih sayang Allah pada kita, hamba-Nya. Akan terus menerus kita terima dalam kondisi apapun, dengan cara yang kadang tak bisa kita bayangkan.
Unimaginably loving & unimaginably caring.
Baru juga ayat kedua, hatiku udah mencelos dengar penjelasan bagian Ar-Rahmaan ini oleh Ust. Nouman. Tanpa disadari, selama ini diri ini masih banyak khawatirnya sama banyak hal, padahal punya Allah yang sangat menyayangi dan mengasihi hamba-Nya. Bahkan kesempatan belajar yang ku punya saat ini juga bagian dari cinta dan kasih Allah pada diri yang lemah ini.
0 notes
Text
20th: Your Celebrity Crush
Aku baru ngeh kalo selama ini ga pernah benar-benar punya celebrity crush. Dalam artian seorang seleb yang benar-benar kuikuti perkembangan beritanya dan kujadikan role model secara keseluruhan. Ada sih beberapa seleb yang kusuka, tapi ku baru sadar juga kalau selama ini cenderung menyukai sosok seleb tersebut di dalam perannya sebagai karakter fiksi.
Nah kalo yang dimaksud dengan crush itu memang yang sekadar suka, kayanya mah banyak haha. Dari Daniel sebagai Harry & Emma sebagai Hermione sampe Wooshik sebagai Choi Ung & Kim Tae Ri sebagai Ae Shin. Kan, berujung tetap nyebut karakter fiksinya karena kesukaan ku ini kayaknya ga bisa terpisahkan dari peran mereka di tiap karakternya.
0 notes
Text
19th: My First Love
Sampai sekarang, sebenarnya aku sendiri masih terus mencari definisi sebenarnya dari cinta. Tapi aku ingat pernah punya suatu perasaan spesial untuk pertama kalinya, ketika diri ini merasakan kehadiran seseorang yang rasanya dekat meski nyatanya jauh. Meski kedua mata kami belum pernah benar-benar bertemu, meski yang dapat kudengar hanya suaranya yang datang dari puluhan atau ratusan kilometer jauhnya lewat telepon genggam sederhana.
Aku pun gak banyak mengingat bagaimana itu semua terjadi. Apalagi diri ini sejak dulu bukan orang yang mudah terbuka dengan orang lain. Kadang-kadang merasa, kok bisa ya semudah itu rasanya dekat dengan seseorang yang baru. Setelah dipikir-pikir, yah namanya juga remaja.
Bisa jadi perasaan itu cinta yang pertama, bisa jadi juga bukan apa-apa. Bergantung pada definisi cinta yang sampai saat ini bahkan masih kurumuskan untuk diriku sendiri. Pun perasaan apapun itu, yang jelas fase kehidupan tersebut adalah pelajaran pertama yang Allah berikan untukku tentang rasa.
Dari pertemuan kami yang semu, aku belajar sedikit seperti apa sebenarnya cinta yang seharusnya kucari. Juga seperti apa sebenarnya relasi yang kudambakan dengan seseorang. Segala rasa yang singgah sementara menyadarkanku kalau perasaan yang ada di hati ini begitu berharga untuk ku jatuhkan pada seseorang nantinya. Sehingga alangkah baiknya diri ini pandai menjaganya, sampai saatnya bertemu dengan seseorang yang tepat di waktu yang tepat pula.
0 notes
Text
18th: 30 Facts About Me
Since thirty is quite a number and I have to think hard just to write one fact down, I'll just make it ten 🤩
I like to read, but not an avid reader. Just started to like reading again when the pandemic hits. So far I can read 1 book per month and trying quite hard to add the number. I track my reading progress on goodreads, let's be friends if you have one!
Library is my favorite place of the city. Imagine having a free public place where you can sit all day long to read a book or just to do some work in a quiet, calm condition?? Also a place where you can borrow some books to read without even spend a rupiah???
I have two beautiful cats, both of them were adopted. The mixed raced one named Mei (took it from Mei Kusakabe of My Neighbor Totoro) and the domestic one named Kuki (no reason why, it just suits him well).
A loyal customer of TransJakarta. I enjoy using public transportation a lot and like to walk. That's why I dreamed of living in a walkable city someday. When using public transportation, even when I trapped in traffics, I still can read some books or read some paper. Can't do the same thing if I drive my car alone.
Capturing the beauty of the sky is one of my hobby.
I like to run because it was the easiest choice of sports that I can do. Finished my first 5K last October and let's pray for my consistency to increase the distance this year.
A life science graduate currently working on genomics research 🧬 Mostly work with R to make some graph and do the genomic data analysis.
I love rain and the scent it came with, or petrichor. It's the most perfect moments to read a book. When it's raining outside, I can spent the afternoon on the balcony reading a book while sipping a glass of hot tea surrounded by its sound.
Tea over coffee! I enjoy doing some experiments with tea and tisane. I even write a note of some tea mixes and types that I've tried.
Have a sweet tooth but I’m trying my best to maintain a normal to less level of daily sugar intake because it ain’t doin' no good for my health.
0 notes
Text
17th: Ways to win my heart
There's no solid answer for this prompt I think, because it highly depends on how we carried the interaction in real life. But here's a few things that crossed my mind about ways to win my heart. (ngl it sounds a bit cringe for me to talk about this haha)
Talk to me about anything. Be it about your interest, your current reads, politics, favorite books, current trending topics on twitter, or anything. I might not a talkative one, but once I found something interesting, I could talk about it in hours. As long as the other person gave me their answers of course. Ku pikir aku cukup pendiam, tapi ternyata pernah sepanjang jalan ngomongin sejarah Indonesia-Belanda sama seorang teman karena topiknya menarik banget buatku yang jarang bahas hal tersebut.
A reader and/or a learner. I've always think someone who reads many books will have a better or richer? perception about many things in this life. I also think reading habit pretty much portrays someone's desire to learn, to gain knowledge about something new. Well, it depends on what kind of books they read though. Have to admit that sometimes I silently lowkey judged this part. Not in a bad way, I swear, because who am I to judge. Kadang-kadang cuma pengen tau se-diverse apa bacaan bukunya, atau apakah interest kita sama. Soalnya pasti seru kalo bisa punya teman buat bahas buku yang sama kann.
A runner? as in sport of course, not someone who runs from his responsibilities. For me, it's a sign that a person cares about his physical health. Well, other sport is kind of good too, but I just happen to like running recently, so the "same interest" card strikes again. Siapa tau nanti bisa marathon bareng atau ended up punya teman naik gunung lagi.
0 notes
Text
16th: Someone I Miss
Kalau lagi dengerin Dorothea, aku selalu keinget orang-orang yang kukangenin: teman lama. Teman yang dulu pernah dekat dan sering main bareng, tapi seiring berjalannya waktu dan bertambahnya jarak udah gak catch-up lagi. Keinget lagi juga gimana rasanya main & ketawa bareng mereka. Entah mana yang kurindukan sebenarnya, orangnya atau memorinya. Atau bahkan keduanya? Kadang-kadang kalau lagi keinget suka wondering, gimana ya mereka sekarang? kalo ketemu dan main bareng lagi apakah masih sama kayak dulu rasanya? Kadang merasa bersalah juga sih dengan pasifnya diri ini yang jarang menyapa duluan untuk sekadar bertanya kabar.
But perhaps it is how it meant to be?
Beruntungnya kita yang hidup di masa sekarang, punya sosial media untuk saling bertegur sapa atau bahkan sesederhana ngelike story maupun unggahan teman lama. Di balik simbol "suka" yang kuselipkan di sana, selalu ada rasa senang. Senang bisa melihat lagi secuil dari kehidupan, kebahagiaan, dan tawa mereka. It pretty much reminds me of how we used to laugh together back then ◡̈
♪ A tiny screen's the only place I see you now And I got nothing but well wishes for ya ♪
0 notes
Text
15th: Where I would go If I could run away
Baru aja menyelesaikan film One Million Yen Girl. Gak disengaja, ternyata relate banget filmnya sama prompt ini. Membuat diri ini mikir lagi kalau run away tuh capek. Pada akhirnya kita cuma pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menjumpai permasalahan yang mungkin sama beratnya kalau ditimbang. Jadi realistisnya ya kayanya gamau run away ke mana-mana.
0 notes
Text
14th: Describe Your Style
Style di sini kuanggap style berpakaian kali ya. Seiring berjalannya waktu, ternyata salah satu hal yang ketara banget perubahannya dari diri kita itu cara kita berpakaian ya. Sebenernya dari dulu punya preferensi warna tertentu sih, tapi sering dikomentarin warnanya kenapa itu itu aja, coba lah pake warna lain, dst. Hal tersebut bikin aku pada masanya sangat look up into style para influencer di instagram, follow banyak local brand yang lagi hits, dan jadi gampang ter-influence untuk pengen beli baju baru (dan barang lain juga). Ku inget banget dulu pernah belanja baju baru dengan alasan warnanya belum ada di lemari???
Selain itu, entah kenapa dulu tuh rasanya gapernah cukup. Mau mix & match baju tapi kok rasanya adaaa aja yang kurang, alhasil berujung beli lagi (ada istilahnya sendiri kl ga salah perilaku membeli kayak gini, tapi lupa). Sangat amat bersyukur diri yang sekarang udah lebih mindful dari diri yang dulu, meski masih terus belajar juga sih. Sekarang udah ga peduli kalo dibilang pake baju warna itu-itu aja, karena ya memang aku suka & aku nyaman kok. Dan kurasa kita harus mulai normalize pake baju itu-itu aja deh (sepanjang bersih dan dicuci, tentunya). Miris soalnya kalo baca tentang sampah fashion tuh, belum sampah yg lain juga :( Intinya harus lebih mindful kalo mau beli apa-apa sekarang. Terus semenjak sadar akan preferensi dan menyederhanakan pilihan warna di lemari, aku malah merasa jadi lebih gampang untuk mix & match. Ga ngabisin waktu lama juga buat mikir mau pake baju yang mana.
Karena prompt ini, jadi liat-liat lagi di galeri outfit beberapa tahun terakhir. Aku memang lebih suka dan nyaman kemana-mana pakai rok, kalau pakai dress/celana occasional aja. Kebanyakan warna yang ku pakai itu warna netral kayak turunan warna cokelat (iya yg banyak itu), hitam, putih, dan abu. Kira-kira kayak gini:
Oiya aku suka banget style layering sebenarnya. Kalo bisa tiap hari pakai blazer kayanya ku akan pakai haha. Tapi sangat tidak efisien kalau dilakukan di Jakarta karena akan lebih panas untuk aku yang kemana-mana naik transportasi umum, bukan mobil pribadi. Makanya pas di Adelaide kemarin kumaksimalkan mode layeringnya, literally setiap hari pake coat/blazer haha. Karena kebetulan belum summer juga sih, jadi kondisinya mendukung buat pake long coat & blazer yang agak tebal.
0 notes