#Nama perempuan yang artinya menyenangkan
Explore tagged Tumblr posts
Text
Ruthkhala; Ibu Agung Melahirkan Ras Agung.
Dihadiahkan pada selir ke VII, Rutkhala—sebuah lukisan yang tercipta atas manifestasi perasaan Kabala, sang seniman. Lukisan tersebut menampilkan presensi seorang wanita cantik yang tubuhnya terdiri atas ribuan benang merah, dari tubuhnya, salah satu benang tersebut membentuk bangunan-bangunan lain di sekitarnya, rumah, jalan raya, langit, bahkan anak-anak lain yang tengah berlarian menjamah sepetak jalan bekas kereta kuda melintas. Lukisan tersebut menunjukkan seolah-seolah perempuan adalah bagian paling penting yang membentuk tatanan sosial, bahkan mungkin sengaja dilukis untuk mempertegas bahwa perempuan adalah tatanan sosial itu sendiri.
Rutkhala memandang lukisan tersebut dengan tatap yang berbinar, kemudian beradu pandang dengan Kabala. Baginya adalah sebuah keberuntungan ketika selir Yang Mulia menyukai lukisannya—sebab ia akan mendapatkan emas dan pamor setelahnya. “Dirimu memang tidak pernah gagal dalam membuat sebuah karya seni, Kabala….” Suara Rutkhala memecah hening, ia melempar senyum sembari mengisyaratkan kepada para pelayannya untuk menyiapkan emas.
“Anda terlalu bermurah hati bagi saya yang hina ini, Yang Mulia Selir…” Jawabnya. Kabala harus mengendalikan diri sebaik mungkin, tidak boleh berbesar hati. Sebab meski hanya berstatus sebagai seorang selir, Rutkhala tetap membawa nama Yang Mulia di belakang Namanya—sehingga menghina Rutkhala berarti menghina keluarga kerajaan.
“Hm…. Lukisanmu ini berarti, seorang perempuan memiliki tanggungjawab untuk merawat anak-anak dan rumah mereka ya, Kabala?” Rutkhala bertanya, ia meraih 20 keping emas di tangannya.
Kabala terdiam untuk waktu yang cukup lama—adalah sebuah dosa baginya untuk menentang apa yang dikatakan oleh Ibu bagi seluruh kerajaan, tetapi apa yang dikatakan Rutkhala menggetarkan sebagian substansi jiwa yang kosong dalam dirinya, ia menatap wanita cantik itu dengan penuh iba. Rutkhala masih sangat muda ketika ia diminta sebagai tawanan perang saat Yang Mulia berhasil menguasai kampung halamannya, Vasileia. Ia kemudian tumbuh dan besar di lingkungan kerajaan, diajari cara menjadi istri yang baik, diajari cara menenun, menyulam, menyenangkan raja, bahkan cara tertawa dan berbicaranya pun merupakan konstruksi dogma Ibu suri. Akhirnya, cara Rutkhala memandang dunia kian sempit, ia hanya mengetahui bahwa perempuan secara kodrati adalah entitas yang diberi tugas untuk menyenangkan laki-laki dan melahirkan anak.
“Yang Mulia, saya sungguh meminta maaf bahwa kemampuan melukis saya tidak cukup baik, saya memaksudkan untuk menggambar perempuan yang menjadi tokoh penting dalam tatanan sosial itu sendiri, hamba yang memiliki banyak kekurangan ini pasti akan belajar lebih baik lagi untuk melukis, yang mulia.” Jawab Kabala.
“Hum? Perempuan menjadi tokoh penting?” Rutkhala bertanya, “Bukankah memang demikian? Kamilah yang bertugas untuk melahirkan calon-calon pemimpin masa depan. Oleh karena itu, kami harus terampil dan bermartabat.” Jawabnya.
Kabala tidak berani membantah. Ia tersenyum dan membungkuk kepada Rutkhala, “Anda sunggulah bijaksana Yang Mulia….” Setelah itu, Kabala beralih mengangkat lukisannya menuju kuil kecil tempat sang Selir biasan ya berdoa. Bukan rahasia lagi bagi seluruh penduduk Amare bahwa Rutkhala sang Selir merupakan hamba yang paling taat pada Sang Nirmala, bahkan dikatakan apabila ia tak menjadi Selir, pastilah ia akan menjadi pelayan Dewa.
“De man heft grote kunstwerken geschapen; de vrouw heft de mens geschspen; en Grote Moders maken een Groot Ras” lagi-lagi doa yang sama melantun dari bibir Rutkhala, ia menyempatkan diri untuk menyatukan tangan sembari memejamkan mata ketika melihat patung Sang Nirmala berdiri di sana. Kabala menyeringit, asing dengan lantunan doa yang ia dengar—rupayanya, ketidaktahuan itu hadir dengan jelas di wajah Kabala. “Artinya, laki-laki menciptakan karya seni besar; perempuan menciptakan laki-laki dan Ibu Agung menciptakan Ras Agung.” Rutkhala tersenyum, ia mengelus perutnya yang mulai membesar, doa itu selalu ia lantunkan, dari pagi hingga petang, dari ia masih berstatus sebagai tawanan perang hingga kini menjadi selir kesayangan Yang Mulia, harapan Rutkhala selalu sama, ia berharap dapat memperbaiki status sosialnya dengan melahirkan keturunan ras agung.
Ras Agung bukanlah mereka yang pandai dalam beretorika atau berfilsafat, dalam hegemoni masyarakat Vasileila, keluarga kerajaan adalah satu-satunya kelompok manusia yang dianggap sebagai Ras Agung. Mereka dipercaya merupakan keturunan dewa-dewi minor atau bahkan dikatakan mendapatkan berkah langsung dari Sang Nirmala. Oleh karena itu, Raja yang berada pada puncak hirarki mendapatkan privilase berupa hak yang besar atas sejumlah tanah hingga nyawa jutaan orang di Amare.
Surai berwarna putih dan bola mata berwarna ungu merupakan ciri dari keluarga kerajaan yang dianggap sebagai ras agung, umumnya karakteristik tersebut hanya diturunkan oleh raja kepada anak-anak yang dilahirkan oleh permaisuri, sedang anak-anak selir harus puas dengan genetika sang ibu yang diturunkan kepada mereka. Akhirnya, mereka dimarginalkan, dianggap tidak lebih dari sebuah objek tanpa kendali atas diri—permata, perhiasan, bahkan cendramata (tawanan perang) milik Raja. Oleh karena itu Ruthkala, Selir ke VII sang Agung Raja Amare ke XII selalu merapalkan doa yang sama setiap harinya. Ia berdoa kepada sang Nirmala agar mampu melahirkan keturunan Agung yang mewarisi ciri fisik keluarga kerajaan, sehingga ia tak berakhir sebagai pajangan—entitas yang selalu diobjektifikasi.
Satu-satunya jalan keluar atas setiap penderitaan yang dialami Rutkhala adalah menggantungkan hidupnya pada suaminya. Perempuan selalu dianggap sebagai subordinat laki-laki. Kontribusi mereka yang paling besar bagi masyarakat adalah dengan melahirkan anak laki-laki yang akan menjadi pemimpin.
“Semoga Sang Nirmala mendengarkan setiap doa Anda Yang Mulia, hamba akan turut mendoakan.” Balas Kabala, ia tak berniat menjastifikasi keinginan Rutkhala, seba ia tahu betul, yang tersisa darinya hanyalah sebuah keputusasaan. Tanpa sadar, pernikahan telah membuat Rutkhala menjadi perempuan nirkala, perempuan tanpa sisa.
Semoga Sang Nirmala mendengar.
0 notes
Text
MBA Married by Accident,
menikah karena duluan hamil, menyenangkan atau tidak? Tidak perlu mengalaminya untuk tahu bahwa itu akan sangat merepotkan dan menyusahkan bagi perempuan dan laki-laki yang mengalaminya. Senang duluan, nyesel belakangan. Tapi sudah kepalang basah, nikah saja! Dan, masa depan pun suram lah pasti!
BKBN pernah mengupdate bahwa di negeri ini, 20.9 persen remaja hamil di luar nikah! Saya ga mau percaya itu, tapi mungkin harus percaya karena faktor pemicunya banyak dan masiv (besar).
Lalu, kalau sudah terjadi apa yang bisa dilakukan?
Reaksi pertama adalah panik. Orang tua panik, mungkin anaknya sendiri enggak panik karena tidak menyadari resiko dari pernikahan dini (bener-bener seperti si Dini di sinetron yang lugu dan polos). Tapi, sebenarnya, soal seks, anak-anak pemuda dan remaja (ini yang memprihatinkan) banyak sekali mendapat info yang salah soal seks.
Rencana tercepat orang tua pelaku MBA biasanya adalah mengawinkan segera untuk memperbaiki nama baik. Nama baik diperbaiki tapi keluarga baru di ambang kehancuran. Jika berjodoh, mereka bisa tahan sampai beberapa tahun, tapi jika gagal, dalam waktu beberapa bulan, mereka akan putus seperti pacaran. Nah, kita berharap apa pada dua anak muda yang tidak siap membangun keluarga yang dipaksa untuk membangun keluarga? Keduanya tidak siap jadi orangtua dan memikul bebannya. Keduanya tidak siap menjadi ibu dan ayah yang sanggup mengasuh anak, sebab boro-boro mengasuh anak, mereka saja masih harus diasuh dan diberi makan oleh orang lain.
Lalu, apakah kita hanya bisa mengaduh dan menangis? Ini mesti dihadapi dengan sepenuh hati. Dengan kepala dingin dan akal sehat, bukan dengan gegabah. Emosi tidak akan menyelesaikan masalah, apalagi menyalahkan siapa-siapa.
Hantaman MBA memang akan menyerang setiap keluarga dengan anak-anak di dalamnya. Pornografi dan seks bebas mengintai rumah kita. Jika, kita terlalu polos dengan meloloskan pandangan kita dari apa yang anak-anak lakukan, maka konsekuensi yang kita terima akan sangat dahsyat. Saya percaya seks bebas bisa menghantam siapa saja? Tapi, ibarat singa lapar, kita bisa memilih memberi makan nafsu kita atau memberi makan roh kita.
Pandangan bahwa seks adalah sesuatu yang tabu untuk dibicarakan membuat banyak orang tua tertutup memberi pendidikan seks pada anak-anaknya. Kenapa? Mungkin karena ada pikiran bahwa soal seks itu pasti jorok dan kotor (saya pikir banyak orang tua suka bicara pornografi tapi kebingungan memberi penjelasan seks pada anak-anak, karena hanya tahu urusan ranjang saja!) Padahal, seks itu anugerah Tuhan dan Tuhan menguduskannya.
Gampang-gampang susah melakukan pendidikan seks pada anak. Tapi, saat ini, karena maraknya kasus pelecehan seksual pada anak, pendidikan seks sehat usia dini ramai dibicarakan. Lucunya, ketika saya bicara pada beberapa orang, selalu saja konotasi mereka jorok. Padahal, anak mesti tahu anggota tubuhnya, Dari mana bayi ada? Mengapa anak punya ayah dan ibu? Kenapa ibunya bisa hamil? Apa saja bagian tubuhnya yang boleh dipegang? Siapa saja yang boleh memegangnya? Seberapa besar kendali yang kita punya atas tubuh kita? Seberapa besar kita harus menghormati tubuh kita sendiri dan memperlakukannya dengan penuh kemuliaan? Itu semua lebih bernilai dari pada urusan tempat tidur bukan?
Karena itu, wajar saja, ditambah dengan komunikasi yang semakin hambar antara wali/orang tua dan anak, anak makin penasaran dan belajar dari sumber-sumber yang tidak sehat. Peranan orang tua menjadi sangat penting untuk membangun hubungan yang hangat dengan anak-anak termasuk bicara soal perkawinan dan anak-anak ketika anak-anak remaja nya kian besar. Sementara yang ada saat ini, komunikasi orang tua dan anak pemudanya yang saya tahu baru soal, "kapan kamu menikah?" bukannya, "apa kamu siap menikah? Persiapan apa yang kamu punya? Bagaimana kamu memperlakukan pasanganmu? Kamu tahu apa artinya menjadi suami dan istri? Kamu sadar perbedaan menikah dan pacaran? " Hal-hal seperti itu, terluput dari pergaulan antara orang tua dan anak. Sangat sangat menyedihkan.
Anak yang belajar di luar, tentu saja mendapat semua informasi yang tidak disaring. Mereka melihat tanpa mengerti. Mengenai seks bebas, mungkin mereka hanya tahu itu enak, tapi itu merusak. Merusak hati, merusak pikiran, merusak masa depan, merusak relasi mereka dengan calon istri atau suaminya kelak. Sedari dini, mereka sudah dijejali dengan gambar dan perilaku yang membuat diri mereka tidak mampu mengendalikan diri sendiri. Dalam sebuah video penanganan korban pornografi yang saya pernah lihat, efek kecanduan pornografi merusak sebagian besar bagian korteks otak, yang berfungsi untuk mengambil keputusan dan kepribadian. Maka, korban kecanduan pornografi akan sulit sekali menghilangkan semua memori yang tersimpan dalam otak mereka, dan itu mengganggu aktifitas mereka yang sehat: mereka tidak bisa lagi mencintai seseorang secara dalam karena selalu mengidentikkan semua hubungan dengan hubungan badan, padahal, cinta itu melibatkan semua hal. Mereka bahkan kemudian mengalami ketakutan dan keengganan menjalani hubungan yang normal karena merasa dunia virtual lebih mengasyikan dibanding yang nyata.
Kembali lagi ke soal MBA, apa yang bisa kita lakukan sekarang?
Saya pikir, Doa adalah kekuatan paling ampuh pertama kali untuk menolong kita. Kita perlu berdoa agar Tuhan memberi kita hikmat dan waktu untuk berbicara dalam keadaan baik tentang seksualitas pada waktunya. Kita sebagai pendidik dan orang tua harus mengusahakannya jika tidak mau kecolongan start. Tragis, bahwa anak-anak TK pun cenderung keranjingan pornografi saat ini, dan jika itu anda alami bersama anak anda, bertobatlah segera dan ubah apa yang buruk! Tolonglah diri anda sendiri dan anak-anak anda!
Saya sedih berjumpa dengan anak-anak muda yang hancur hidup dan masa depannya karena menikah terlalu dini. Enaknya sesaat, menyesalnya seumur hidup. Ada yang cukup punya banyak waktu untuk merenungkan dan menjalankan pepatah ini. Tapi, tidak sedikit yang terjatuh juga. Pergaulan bebas dan kurangnya perlindungan pendidik-pendidik dan rumah tangga yang sehat memungkinkan ini terjadi.
Film "Juno"Film Juno yang saya tonton, menolong saya untuk melihat betapa, sesantai dan setenang apapun orang tua menghadapi kasus MBA anak-anaknya, tetap saja, anak jadi korban utama. Juno akhirnya menyerahkan anaknya untuk diadopsi dan ia sadar bahwa hubungan yang sehat mesti dibangun bersama pacar-nya. Hubungan seks usia dini menjadi biasa di Amerika (sekarang, mungkin, Indonesia juga!) Tapi, tetap saja, resiko kehamilan dini yang terjadi, dan perceraian yang terjadi, belum lagi kehancuran-kehancuran yang ditimbulkannya tidak kalah menyakitkan.
Ada banyak yang mesti ditinggalkan ketika menikah di usia sangat muda, apalagi dengan seseorang yang dengannya, belum tentu kita mau bersama selamanya. Hubungan seksual itu dilakukan dalam ketidakmatangan dan ketidaksiapan. Lahir dan bathin. Material, fisik, sosial, dan emosional. Semuanya belum sesuai kapasitasnya. Ketika saya melihat salah satu kakak kelas SMA saya harus keluar sekolah karena mesti hamil dan menyusui karena MBA, saya hanya bisa meratapi tatapan kosongnya memandangi kelulusan kami dan keceriaan kami menata masa depan. Dengan anak di tangannya, di usia yang terlalu muda, dia tidak mungkin melanjutkan sekolah dan kuliah. Maka, jika ini terjadi, akankah lebih baik, pendidikan dan masa depan si anak juga diperhitungkan? Daripada dinikahkan, apakah tidak terpikir bagi orang tua untuk mengasuhnya sendiri, atau memberikan jabang bayi pada orang yang mau mengasuhnya? Saya tahu ini berat, karena stigma kita juga yang salah terhadap anak yang dianggap obyek. Anak itu harta, punya saya. Oh, my God!!
Kita mesti berhenti berpikir bahwa anak adalah benda mati. Mereka adalah milik Allah yang dititipkan untuk dijadikan manusia yang berguna, yang sanggup membentuk keluarga lain yang juga bermanfaat bagi dunia ini. Jadi, apapun yang terjadi dengan pilihan salah hidupnya, dia dan jabang bayinya harus mendapat kesejahteraan dan masa depan yang terbaik. Bukan hanya mengejar nama baik keluarga. Saya tahu, kita semua malu, tapi di hari depan, dosa kita lebih besar pada keluarga-keluarga yang hancur berantakan karena keterpaksaan baik menikah ataupun mengurus anak.
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Semoga kita semua sadar, semua konsekuensi yang kita lakukan dan bersikap bijak demi masa depan yang lebih baik.
Anak-anak muda! Hati-hatilah mempergunakan tubuhmu! Tuhan memberimu tubuh bukan untuk menghancurkan dirimu sendiri. Carilah hikmat supaya kamu bisa membuat hidupmu bahagia dengan tidak terjerumus pada kenikmatan-kenikmatan sesaat!
Tuhan memberkatimu!
Awal Advent kedua...Desember 2014
With love,
Rev. Dina
0 notes
Text
Update (Kesepian) Hidup
Hallo, kembali lagi membuka halaman ini yang sudah jarang sekali aku temui, mungkin terlalu sibuk dengan game atau memang sedang males aja. Malam ini, kembali kubaca tulisan-tulisanku dari diriku beberapa tahun ke belakang dan suprisingly kok kayak dinasehatin diri sendiri. Memang, yang paling mengerti kita ya diri sendiri.
Kali ini, aku mau menumpahkan perasaan sepi. Ya lagi dan lagi. Kesepian seperti bayangan yang terus mengikuti kemana saja dan kawan yang sangat setia rupanya. Berulang kali aku merasakan hal seperti ini, tapi berulang kali juga bingung harus menghadapinya seperti apa.
Pedih juga ternyata, di saat punya seseorang tapi entah kenapa kaya jauh aja. Tetap ga dipahami dan tetap merasa sendiri. Akhir-akhir ini merasa seperti dunia menjauh dariku. Semua orang seperti sibuk dengan dirinya masing-masing. Ya sebenernya tidak apa, toh siapa aku, dunia kan tidak berputar di porosnya aku ya hahahahaha. Cuma ya itu, aku merasa hidup kok makin kesini makin minim makna. Makin lelah gitu. Terlebih merasa tidak ada orang yang bisa diajak “ngobrol” dan “ndenger”. Gimana ya kita bicara tapi ga didenger jadi males bicara. Fase kaya gini wajar ga sih? Takut otw gila aja hihi
Aku sadar tidak akan ada yang bisa memahami perasaan seseorang sepaham seseorang yang mengalaminya sendiri. Keinginanku sederhana, hanya butuh telinga yang sanggup mendengar perasaan yang tidak bisa aku ungkapin sendiri dan mau mengerti kenapa aku begini dan begitu. Ga melulu minta dipenuhi seperti itu tapi aku rindu rasanya dimengerti. Dipikir-pikir, keinginan itu ga sesederhana itu juga sih di kehidupan nyata hahahaha.
Pernah ga sih merasa yang bener-bener udah bingung harus ngapain lagi? Kek baca buku udah, nonton udah, olahraga udah, pergi kesana kesini udah. Tapi rasanya masih “haus” dan malah makin merasa sepi. Aneh, diri manusia satu ini maunya apa sih hahaha
Tapi kadang suka seneng sih buka IG melihat teman-temanku bertumbuh satu persatu, terutama yang perempuan. Yang sedang hamil, yang sedang mendidik dan mengasihi anak. Mereka struggle tapi sepertinya they can enjoy it. I am happy for them. Mungkin suatu saat aku juga merasakan struggle nya mereka. Tapi Tuhan lagi kasih aku di struggle yang lain untuk tahap ini, aku yakin lagi disiapin sesuatu nih di depan hehehe semoga aja menyenangkan yaa.
Beberapa bulan kebelakang ini, aku susah tidur, sering di jam 3 atau Subuh baru bisa tidur. Capek sih asli rasanya padahal seharian juga ga ngapa-ngapain, maklum lagi pengacara nih hahahaha tapi jujur sudah rindu akan tidur nyenyak dan cepat.
Hari ini soundtracknya lagu Radiohead - No Suprises, seharian muter lagu itu. Kek feeling capek dan sepinya mewakili banget. Dan of course sebagai orang yang cengeng banget, aku nangis seharian. Karena hari ini dimulai dengan kecewa. Ya gimana engga, janjian jam 7 tapi dicancel 7.06 hahaha dimana basic mannernya lu njing? *mode murka* hahaha
Sepi dan capek menjadi orang yang berusaha pengertian, sementara aku lagi sering banget merasa ga dimengerti siapa pun, jadi wajar kan merasa kecewanya banget. Dan lagi-lagi, pikiran untuk berkumpul bersama keluarga muncul lagi. Semua sudah ada di alam lain.
Kek gimana ya rasanya hidup sekarang misal masih ada mereka, apakah perasaan ini akan tetap sama atau engga? Tuhan ini suka guyon emang ngasih skenario hidup ngene banget. All by myself banget motonya ini. Padahal nama aku aja artinya udah manusia, yang mana artinya butuh seseorang untuk menjadikan kita bermakna. Lah ini dikasih sendiri dan sepi terus hahaha disuruh banyak merenung, menyendiri, lama-lama aku jadi filsuf ini mah hahahaha tapi dipikir-pikir lagi semua sufi, filsuf, pejalan atau apapun disebutnya emang hidupnya sering sendiri sih, bahkan mereka bertapa, menyepi, menjauh dari kebisingan dunia. Sepertinya aku salah doa dan cita-cita, ingin jadi orang bijak, padahal jalan menuju kesana hancur-hancuran dan sepinya ampun-ampunan. Huufffttt.
Wah udah panjang banget tulisan ngalor-ngidul ini, mari disudahi dulu yaa. Sekian dan terima nasib.
1 note
·
View note
Text
Arti Nama Mab Dan Rangkaian Namanya
Arti Nama Mab Dan Rangkaian Namanya
Arti Nama Mab – tanyanama.com. Dalam pernikahan, anak menjadi sesuatu yang berharga. Tak jarang orang tua ingin memberi nama anak dengan arti modern. Dalam memilihkan nama anak tentu harus berhati-hati, dan tidak boleh hanya asal. Pilihan arti nama baik secara tidak langsung akan mendoakan hal baik untuk sang anak, seperti pepatah berkata bahwa nama adalah doa.
Contoh nama perempuan penuh makna…
View On WordPress
#Arti Mab#Makna Nama Mab#Maksud Nama Mab#Nama perempuan yang artinya menyenangkan#Rangkaian Nama Mab
0 notes
Text
Stuck #LewatDuaBelasMalam
"Hai, Nis."
Suara merdu itu mengalun di telingaku.
"Hai, Mas." Jawabku dengan riang dari tempatku berada.
"How's your day?"
"Pusing, deg-degan nih. Takut besok ngga bisa jawab pertanyaan dosen."
"Kenapa takut? Kamu kan udah berusaha keras, tesis kamu juga kamu yang kerjain sendiri. Aku yang jadi saksinya."
"Iya sih, Mas. Tapi kan tetep aja takut. Merasa belum siap."
"Wajar sih. Ngga ada yang bener-bener siap menghadapi sesuatunya."
"Gitu ya?"
"Iya. Coba deh, siapa yang siap dengan sebuah kedatangan, kepergian, hadiah, atau apapun di muka bumi ini? Nggak ada, Nis."
"Termasuk hal-hal baik sekalipun?"
"Betul. Karena di balik hal baik itu pasti banyak pertanyaan dan kekhawatiran."
"Contohnya?"
"Waktu kamu mau ketemu aku kamu seneng ngga?"
"Iya dong."
"Tapi ada rasa khawatir ngga? Takut abis itu ngga ketemu lagi, takut pas ketemu justru berantem, atau takut-takut yang lain?"
"Iya juga sih."
"Nah berarti wajar rasa takutmu itu."
Aku tersenyum. Pria ini memang ahlinya membuatku tenang. "Makasih ya, Mas."
"Anytime, sayang."
Ponselku menampilkan sebuah panggilan dari nomor tidak dikenal. Aku mengerutkan keningku.
"Mas, mas, ada panggilan masuk nih, tapi ngga ada namanya."
"Ya udah diangkat aja. Kali aja penting."
"Oke, bentar ya."
Aku mengangkat panggilan tersebut. Ternyata seorang bapak ojek online. Aku berpikir sejenak, sepertinya aku sedang tidak memesan apapun.
Aku berlari keluar, membuka pintu dan mendapati bapak ojek online di depan pintu.
"Mbak Nisa?"
"Iya, Pak. Betul, saya sendiri."
"Ini, Mbak." Bapak ojek online tersebut memberikan satu buket bunga. Aku bingung menerimanya.
"Buat saya, Pak?"
"Iya, Mbak." Bapak tersebut tersenyum.
"Ya udah, Pak. Terima kasih ya."
"Semangat ya buat sidangnya besok, Mbak. Semoga lancar."
Aku semakin terheran dengan ucapan si bapak. Dari mana dia tahu besok aku sidang tesis?
Aku berjalan kembali ke kamar. Membuka bingkisan bunga dan mencari nama pengirimnya. Bibirku seketika tersenyum mana kala membaca pesannya.
Semangat sidangnya!
Dari Mas, di Bandung.
Aku ingat, panggilanku dengannya masih berlangsung. Kuraih ponselku, segera ingin kusampaikan terima kasihku.
"Udah sampai ya?"
Aku mengangguk, namun seketika menyadari bahwa dia tentu tidak bisa melihat anggukanku.
"Udah mas. Terima kasih ya."
"Aku minta maaf karena ngga bisa datang, jadi aku kirim bunga buat menggantikanku. Ya meski aku tahu itu nggak akan gitu aja bisa menggantikanku."
"Ngga apa-apa. Kamu dateng sewaktu aku wisuda aja."
"Suka ngga?"
"Suka dong. Kamu itu paling bisa ya bikin kejutan."
"Memangnya kamu aja yang bisa tiba-tiba kirim paket buat aku?"
Obrolan dengannya tidak pernah tidak menyenangkan. Lelahku seharian jadi tidak terasa. Rasa takutku karena sidang esok hari juga mulai berkurang.
"Ya udah sekarang kamu tidur, biar besok bisa seger."
"Iya deh, aku mau tidur cepet."
"Bersih-bersih dulu, jangan lupa baca doa. Aku di sini juga."
"Siap! Sekali lagi, makasih ya, Mas. Makasih untuk waktu-waktu terbaik, makasih untuk segala supportnya, makasih buat selalu ada di kala aku lagi merasa di bawah."
"Sama-sama. Aku juga banyak belajar dari kamu. Banyak banget. Ya udah sana, aku tutup ya teleponnya. I love you."
Aku belum sempat membalas ucapannya, namun panggilan itu sudah diputus lebih dulu.
Sempurna sekali hidupku. Dikirimkan pria yang aku kira tidak pernah ada, namun sekarang justru sedang aku berikan hati untuk dijaga. Semesta memang suka sekali memberi kejutan, sama persis seperti dia. Dua tahun menjalani hubungan jarak jauh, sama sekali tidak membosankan.
Pukul 00.13 saat ini, aku tidak bisa tidur, bukan karena ketakutan tidak sukses di sidangku esok. Tapi karena baru saja aku melihat instagram dan menemukan unggahan di akunnya.
Sebuah percakapan telepon yang dia rekam lantas dia unggah ke laman media sosial. Percakapannya dengan seorang perempuan.
Aku tersenyum. Sayang, suara perempuan di unggahannya bukan suaraku.
Sejak beberapa bulan yang lalu, aku memang kerap kali melihat dia mengunggah potret seorang perempuan di akun instagramnya.
Sudah ada perempuan lain di hidupnya, itu artinya aku harus berhenti mengkhawatirkannya. Aku menatap diriku di cermin. Menjijikkan sekali. Mengkhawatirkan pria yang sudah mempunyai wanita lain. Padahal hidupku sendiri saja berantakan.
Aku kembali menitikan air mata. Aku merutuki diriku sendiri. Hampir memencet tombol block, namun kuurungkan.
Aku sudah berjanji akan tetap berteman baik dengannya, namun satu tahun berlalu, ternyata aku tidak bisa. Segala yang dia katakan malam itu tentang kekhawatiran menjadi kenyataan. Kenyatannya dia pergi, kenyataannya sekarang aku sendiri. Dan tidak ada yang benar-benar siap dengan itu semua.
Cerita dengannya, sudah berakhir sejak satu tahun yang lalu. Satu bulan setelah ulang tahunku, satu bulan sebelum wisuda magisterku. Hari itu aku dan dia memutuskan untuk menyudahi hubungan yang ternyata tidak bergerak ke mana-mana. Satu tahun sudah, ponselku tidak menerima panggilan setiap pukul sembilan malam, namun anehnya perih malam itu masih bisa kurasakan satu tahun kemudian. Di kala aku tahu semuanya memang sudah berubah.
Dia sudah benar-benar melanjutkan hidupnya. Dia sudah menjalankan apa yang menjadi keinginannya. Dia sudah memilih menambatkan hati pada sosok yang berbeda. Sedang aku? Hingga hari di mana dia sudah melangkah maju, tapi aku masih setia berdiri di tempatku.
#pemintalkata#cinta#prosa#senandika#sajak#prose#writers on tumblr#writers#luka#ceritapendek#ceritapeta#lewatduabelasmalam
36 notes
·
View notes
Text
Nama Bayi Perempuan: Rangkaian dan Arti Nama Eibhlin
Nama Bayi Perempuan: Rangkaian dan Arti Nama Eibhlin
Arti Nama Eibhlin – namaanakperempuan.net. Maksud nama yang tercantum pada nama anak dapat berarti positif, atau bahkan negatif bagi bayi perempuan. Sebab itulah, pilih nama secara cermat disaat menamai bayi perempuan pertama anda!
Nama anak perempuan modern terbaru contohnya Eibhlin. Dengan kata unik asal negara / bahasa Irlandia ini dijamin bisa menambah aura keanggunan putri kesayangan Ayah /…
View On WordPress
#Arti Eibhlin#Gabungan Nama Eibhlin#Makna Nama Eibhlin#Maksud Nama Eibhlin#Nama perempuan yang artinya menyenangkan cantik dan bercahaya#Rangkaian Nama Eibhlin
0 notes
Video
youtube
MENCETAK GENERASI PEMIMPIN
Ust. Budi Ashari, Lc. (Ammar TV, 2016)
Sebelumnya saya mohon dibenarkan jika dalam penulisan resume ini, terdapat salah dalam penulisan nama, tempat atau lainnya, ya ^^
Kita hari ini adalah masyarakat yang diberi pelajaran mahal soal kepemipinan. Kalau pemimpin baik, masyarakat akan baik. Begitupula sebaliknya, ketika pemimpin tidak bisa memimpin, masyarakat akan terkena imbasnya.
Imam Ahmad pernah mengatakan, “Ketika ia diberikan satu pilihan doa yang akan dikabulkan oleh Allah, maka doa yang ia panjatkan adalah doa untuk pemimpin.” Begitu pentingnya kepemimpinan.
Allah amanahkan dunia ini kepada orang yang bertakwa, tapi kalau sudah tidak ada orang bertakwa di dunia ini, maka kepemipinan akan seperti sekarang. Efeknya merusak masyarakat, kemudian rusaknya bumi.
Imam Ibnu Katsir menjelaskan apa yang dimaksudkan rusak di darat dan di laut dalam Q.S Ar-Rum (tidak ada penjelasan untuk laut):
- Dijelaskan kerusakan di daratan yaitu harga di pasar tidak terbeli oleh masyarakat. Di zaman Umar bin Abdul Aziz harga cenderung naik tapi tetap terbeli masyarakat, sebaliknya di zaman sebelum Umar harga tidak naik, tapi masyarakat tidak bisa menikmatinya. Seperti Indonesia hari ini, banyak buah asli Indonesia tidak dapat terbeli oleh masyarakat.
Penyebab terbesar kerusakan adalah kemusyrikan
Kesmusyrikan yaitu ketika muslimin kehilangan keislamannya, mukminin kehilangan keimanannya, ulama kehilangan keilmuannya, dan mukhlisin kehilangan keikhlasannya.
Ketika itu terjadi, kepemimpinan akan berpindah (tidak ke orang muslim lagi), dan resiko atas hal ini tidak sederhana. Bumi diamanahkan ke muslim yang layak, tidak layak ya dicabut oleh Allah. Negara Islam dahulu makmur dan amat banyak. Coba sekarang? Sekarang banyak yang jatuh. Barang tentu di setiap kejatuhan negeri Islam ada hikmah yang dapat dipetik. Ketika dipelajari kita akan tahu, seluruh unsur yang menjatuhkan negara-negara Islam di Timur Tengah ada di Indonesia sekarang. Contoh: pertikaian kelompok (mahdzab, pemikiran, dan etnis).
Kehancuran Islam di Andalusia (setelah jaya 8 Abad lamanya). Bahkan Andalusia hari ini, tidak bisa lepas dari bayang-bayang muslim. Meski seluruhnya kini Andalusia bukan negeri muslim. Granada adalah kota Islam terakhir. Salah satu faktor kenapa hal itu bisa terjadi adalah muslimin mulai tidak berminat dengan ilmu.
Kemana mereka? Mereka mencari hiburan. Katakanlah belajar dengan membaca buku, perlu serius. Musik/ hiburan dengan mata terpejam saja kita mengerti. Dahulu muslim terlatih serius, terlatih kerja keras. Berbeda dengan hiburan yang tidak perlu keseriusan.
Begitu pentingnya kepemimpinan, Allah sampaikan dalam Al-Furqan 74
Rabbana hablana min azwajina wa dzurriyatina qurrata a'yunin, waj'alna lil muttaqiina imaama.
Artinya: Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
OOT:
Hamba Allah yang Maha Rohman (Ibadurrahman) ciri-cirinya: tenang, tidak mau diksusi/ berantem dengan orang bodoh (ikut tertular kebodohannya) malam harinya dipenuhi dengan sujud dan ruku. Orang mulia (Ibadurrahman) tidak mau kebaikannya berhenti pada dirinya. Menurut pendapatnya, kebaikan harus melebar. Menjadi baik jangan sendiri. Surga Allah terlalu luas untuk sedikit orang. Bagaimana kebaikan bisa menurun/ tidak hanya di diri kita, tapi ke keturunan juga. Kebaikan harus menurun ke keturunan (harus punya pasangan untuk visi besar). Bukan sekadar jumlah keturunan bertambah, hasilnya tidak berkualitas. Tambah dan berkulaitas masyaa Allah.
Membahas ayat:
“Qurrata a’yun”
Kenapa dalam Al-Furqan 74, Allah mengatakan, “Qurrata a’yun” kenapa tidak “Qurrata u’yun”? Keduanya memiliki arti sama: menyejukan, menyenangkan mata.
Kenapa yang dipilih Qurrata a’yun, ya? Arti keduanya sama-sama bentuk banyak (dari; menyejukan, menyenangkan mata), tapi ada bedanya. Kata u’yun berarti banyak sekali, kalau a’yun banyak tapi terbatas. Akhirnya diambillah kesimpulan, kalau qurrata a’yun itu jumlahnya banyak, tapi terbatas (A’yun tidak sampai ke U’yun). Wah~
“Lil muttaqiina imaama”
Jadikan orang bertakwa sebagai pemimpin. Bisa menjadi imam/ pemimpin yang bertakwa, menjadi pelajaran yang luar biasa. Didahulukan lil muttaqin (bangun masyarakat bertakwa), perbaiki diri dulu untuk mewjudukan pemimpin luar biasa.
PR masyarakat Islam sekarang adalah membangun keluarga bertakwa untuk mewujudkan masyarakat bertakwa. Dalam rangka menunggu lahirnya imam yang beriman. Meski pada akhirnya imam yang muncul tidak mesti ideal, setidaknya usahakan.
Mengapa imam menjadi bentuk mufrad (tunggal) harusnya aimma (imam banyak). Kenapa munculnya imam (tunggal)?
Kata imam arti maknanya adalah pola/ contoh (semua akan meniru pola itu). Pengen punya anak pemimpin, harus mendidik mereka sampai menjadi pola yang baik/ contoh/ teladan. Pemimpin adalah pola.
Panduan yang menarik, qurrata a’yun disebut lebih dulu sebelum imam bagi orang yang bertakwa. Menghadirkan keluarga yang menyejukkan hati bagi kita perlu dilakukan lebih dulu, sebelum ke ranah kepemimpinan masyarakat. Nama lain qurrata a’yun adalah ridho. Melihat istri ridho, melihat anak ridho. Imam adalah soal keteladanan (urusan dengan orang lain). Kalau diri belum baik, bagaimana mau jadi teladan?
Kepemimpinan islam yang baik tidak jauh dari kepemimpinan agama. Contohnya adalah Khulafaur Rasyidin.
Generasi yang tidak mudah kalah saat perjalanan panjang dan mampu membawa beban berat disebut Generasi Rohilah, generasi yang seperti unta. Ini yang diharapkan, anak kita seperti itu. Anak yang visioner. Kalau anak gampang mengeluh artinya visi dia kurang panjang. Visi terpanjang itu agama dan panjang berpikir ciri seorang muslim. Pas sekali dengan dunia sebagai lawan katanya. Dunia artinya pendek, rendah, hina. Gampang ngos-ngosan tidak kuat jadi rohilah. Misal mode/ tren mudah diikuti. Amat berbahaya karena mudah hilang. Jangan sampai kita atau anak kita mudah terbawa tren. Alhasil berpikir pendek (pragmatis). Pragmatis tidak pantas jadi pemimpin.
Rohilah itu tidak peduli mau panas atau dinginnya padang pasir, rohilah jalan terus, tidak ada yang bisa menghentikan dia.
Beban/ tanggung jawab yang diberikan di punggung kita mungkin berat sekali. Tanggung jawab itu berat, tapi dosa lebih berat. Kelebihan Rasulullah saw. oleh Allah dia dilapangkan hatinya, dihapus kesalahan yang membebani punggung (menjadikan sakit).
Rohilah diibaratkan hanya 1 dari 100 unta. Indonesia katakan 200 juta orang, berarti anggap saja 2 juta orangnya adalah rohilah. Generasi sahabat katakanlah rohilah, tidak peduli dia akan lahir di mana dan meninggal di mana. Mereka kuat.
Qowamah
Ar-rijālu qawwāmụna ‘alan-nisā`
Artinya: Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita
Qawwāmụna/ qowamah berbicara tentang laki-laki dan sistem kepemimpinan di dalam rumah. Di rumah, laki-laki memposisikan diri dan diposisikan sebagai pemimpin. Laki-laki yang baik dalam Surat An-Nur 36-37, yaitu dia yang bisa menjaga aktifitas ke masjidnya. Laki-laki jangan kehilangan qowamah dan perempuan jangan kehilangan keshalihan.
Contoh Rohilah
- Perempuan: Asma binti Abu Bakar melahirkan Abdullah bin Zubair (Khalifah selama 10 tahun). Asma harus keren.
- Laki-laki: Ali bin Abi Thalib, anak 10 tahun paling muda yang masuk islam. Semalaman ia berpikir (penting mengajari tentang menganalisa sebuah keputusan juga merahasiakan sesuatu). Akhirnya ketika pagi memutuskan untuk masuk Islam.
Perlu direncanakan anak kita akan berhasil di usia berapa, merencanakan, mendesain. Perjelas target. Tidak bisa seperti alur hari ini. Perlu pakai trik tambahan. Agar jelas targetnya untuk anak.
Target harus kita breakdown dengan panduan Islam. Apa saja?
Ada panduannya pola pendidikan anak itu. Sebut saja dengan halte-halte umur: Mulai dari dia lahir. Disusui sampai usia 2 tahun. Pengasuhan 3-7 tahun (pada usia 7 tahun mulai diajari sholat karena sholat adalah panduan untuk ibadah lainnya, puasa dilatih dan bagi anak perempuan adalah berjilbab menurut As-Syafi’i. At tamyiz (7-10) belum baligh secara fisik bisa memilah dan berfikir. Usia 10 tahun persiapan untuk baligh. Pisahkan tempat tidurnya (sex education). Baligh. Rusda. Sampai di halte usia dia berumah tangga.
Di setiap fase, ditengok dulu, berhenti di halte. Dicek, salah apa tidak pola yang diterapkan. Kalau ada salah, dibenerkan dulu. Itulah tugas orang tua. Tidak bisa hanya mengandalkan sekolah. Memang harus berilmu orang tua itu, ya.
PS: Jangan bawa pulang rezeki yang syubhat apalagi haram bagi keluarga.
2 notes
·
View notes
Text
NIGHI ISHARA
Namanya Nighi Ishara, seharusnya Nighi Ishara Nugra Heni, namanya sangat indah bukan? Tapi tidak dengan artinya, Nighi diambil dari kata Night. Kata ayah karena dia lahir tepat pukul jam 12 malam, Ishara yang artinya Ika sengsara, Ika adalah nama ibuku yaitu Saptika, katanya saat melahirkan dia, ibu mengalami kesakitan yang luar biasa dibandingkan ketika melahirkan aku. Nugra itu anugrah, Heni adalah perempuan, jadi Ketika malam ibu ku sengsara dan dianugrahi anak perempuan, padahal ibu selalu bacakan surat Yusuf ketika hamil dia. Dan jadilah Nighi si perempuan yang seperti anak laki-laki, tapi itu waktu kecil saja, ketika dewasa dia tumbuh menjadi gadis cantik jelita, kulitnya putih bersih, mulus, tinggi semampai dan rambutnya sedikit ikal.
Ada banyak hal yang dia tau, dia menguasai 3 bahasa asing, entah itu tempat-tempat baru yang akan kami kunjungi atau bahkan hanya sekedar naik kendaraan umum di negeri orang, dia bahkan ramah pada orang-orang lokal yang mengajaknya bicara, negara baru bukan sesuatu yang menyulitkan baginya, waktu itu aku ingat menggunakan bus lokal disalah satu negara, ada seorang nenek yang tidak kebagian tempat duduk dan dia segera berdiri agar si nenek duduk, ternyata Nighi secool itu, si nenek mengajaknya bicara, dia bilang kami dari Philiphina, kami saling pandang dan tersenyum lalu aku bilang kami Indonesia, si nenek langsung ingat ayam penyet dan memberi masukan apa saja yang harus kami kunjungi disana, ketika kami turun di pemberhentian bus tujuan kami, si nenek bilang “You guys really lucky because a good weather today, happy holiday” lalu Nighi bilang “Have a nice day, Grandma” Aku tersenyum, dia Nighi adikku yang tidak pernah peduli dengan sekitar, tapi aku bersyukur ternyata ada sesuatu yang tak ku ketahui sebelumnya, dia juga seramah itu, sifat dasar manusia yang kupikir tak dia miliki juga dia miliki.
Asal pergi bersamanya, semua terasa mudah, dia maps hidup yang pandai memandumu, dia cerdas dan aku tidak tau dia orang jenis apa? Bagiku dia sangat progresif, dibalik sifat menyenangkan itu semua, bukan berarti dia tidak memiliki kekurangan, dia tidak murah senyum, dia juga tidak pandai bergaul, temannya bisa dihitung pakai jari, aku dan Nighi sama, sama-sama bagian si Introvert di muka bumi, dan kami sama-sama mengambil peran penting didalamnya. Orang bilang kami sangat mirip, si hitam gula jawa dan si putih susu, tapi ada juga yang bertentangan, untuknya mungkin aku seperti adik perempuan, dia selalu dominan memimpin dan aku si penurut ulung yang tak pandai mengambil langkah, semua hal tergantung padanya, aku berikan dia hak penuh untuk menentukan kehidupan, tapi aku tak akan ampuni jika jalan yang dia ambil membuatnya tersesat, sekalipun dia selalu tau jalan untuk pulang, aku mengenalnya lebih dari dirinya sendiri. Aku rindu Nighi Ishara, seseorang yang selalu menonjol dibandingkan kami berempat, meski tidak pernah bilang, kami tau kamu juga rindu ! Hari ini kamu 26 tahun . . .
1 note
·
View note
Text
Orang-orang dalam Perjalanan
Karena setiap orang yang kau temui dalam perjalananmu, punya perannya masing- masing untuk dirimu. Percayalah, Allah azza wa jalla telah mengatur hidupmu dengan begitu indahnya.
Jakarta, 29 Desember 2018.
Sebagai anak rantau, liburan panjang artinya adalah kembai pulang,untuk bertemu orang - orang terkasih, keluarga, saudara, sahabat-sahabat terdekat tentunya.
Nuansa liburan memang sangat terasa di stasiun, sepajang jalan menuju stasiun, orang-orang dengan koper serta barang-barang bawaannya berdesakan mengantri untuk masuk ke ruang tunggu, alhamdulillah meskipun berdesakan, masih banyak orang yang berbaris rapi dengan mengantri. Ini hal yang patut disyukuri, ya kan???
Kali ini mencoba pulang menggunakan kereta ekonomi rasa eksekutif, anak PJKA pasti tau nama keretanya. Perjalanan dimulai dari stasiun pasar senen menuju stasiun tawang,
Saat memasuki gerbong kereta, kursi penumpang sudah penuh terisi. Terpancar wajah kegembiraan di antaranya. Dari pasangan muda, kelurga kecil , hingga anak rantau yang ingin pulang atau sekedar menghabiskan waktu berlibur di kota yang akan disinggahi.
Selalu menyenangkan memperhatikan sekitar selama perjaanan. 6 jam 55 menit pasti tak akan terasa.
Sesaat sebelum kereta berangkat, seorang bapak-bapak mengajakku berbicara.
“Mbak, maaf, boleh tidak ya ini pindah tempat duduknya, supaya saya bisa duduk dengan anak saya. “
akhirnya pindah tempat duduklah dan ternyata ada hikmahnya loh dari pindah tempat duduk itu. Aku bertemu seorang teman baru, tenang, teman ini seorang perempuan kok. Perempuan anggun yang jadi teman berbincang selama 6 jam lebih. Aca namanya.
ada satu hal yang kuingat dari perbincangan kami,
“Mbak, tau enggak sih kalau Allah itu sebaik-baiknya pengatur. Kadang kita mengkhawatirkan hal-hal yang tidak perlu seakan kita tidak percaya punya Allah. Padahal Allah pasti pilihkan yang terbaik buat hambanya. ya kan. ”
DEG.. rasanya tertampar dari kalimat itu.
Aca bercerita, jika Allah tidak memberikannya rasa malas saat akan berangkat ke bandara di tahun lalu, mungkin ia menjadi salah satu korban dari pesawat yang meledak itu.
ia bercerita lagi, seadainya Allah tidak membuat ia ketiduran saat akan berangkat ke kampusnya di Depok, mungkin ia menjadi salah satu korban dari kecelakaan KRL yang biasa ia tumpangi itu.
Terkadang saat ketiduran, kita justru kesal, mungkin bahkan ada yang sampai mengumpat, tapi siapa yang tau ada apa dibalik itu kan. Karena Allah kan yang mengaturnya.
Sebagai hamba kita hanya perlu berikhtiar sebaik mungkin. berdoa dan beribadah kan. Bukankah itu tugas kita selama di dunia sebelum akhirnya benar-benar pulang???
“ Mbak, tidak ada yang tau kita naik kereta ini, bisa sampai Semarang atau tidak, atau semisal besok pulang bisa sampai Jakarta lagi atau tidak”
Iya ya, kalau Allah azza wa jalla berkehendak, sebagai hambanya kita bisa apa selain berpasrah.
Fii amanilah,, semoga engkau selalu dalam lindungan Allah
Kalimat sederhana yang bermakna dalam. yang sekarang mualai kubiasakan dalam kehidupanku. ada doa baik di dalamnya.
saat bertemu Aca, aku seperti diingatkan kembali bahwa Allah adalah sebaik-baiknya perencana dan bagaimana berpasrah dan taak dalam kenjalani kehidupan. Jika bukan Allah yang mengatur untuk bertemu Aca hari itu mungkin aku hanya akan tidur dan mengamati pasangan muda mudi yang membuat baper. hahahaha
Cara Allah untuk mengingatkan hambanya memang semanis itu.
Itu tanda Allah masih sayang kan? Semoga ya. :’)
Semarang, 2 Januari 2019
Qadarullah, saat perjaanan kembali merantau ke ibu kota, bertemu kembali dengan Aca, kebetulan ia akan berkunjung ke neneknya yang ternyata tidak terlalu jauh dari tempatku. Dan diberi tumpangan hingga ke tempat kos.
Rencana Allah itu memang seindah ini.
Kalau Allah tidak mengaturnya sedemikian, mana mungkin bisa bertemu kembali dengan Aca.
Terharu aku jika memikirkannya.
Jakarta, 3 Januari 2019.
Kembali ke rutinitas pekerjaan dan Allah masih berikan rasa syukur di hati untuk semua rencanaNya. Rencana super manis yang membuatku terharu, sesayang itu loh Allah dengan hambanya.
Percayalah, Allah menyayangimu, bagaimanapun terkadang keadaan membuatmu merasa tidak. Selalu ada hikmah disetiap rencanaNya. Percayalah itu, in shaa allah ketenangan hati akan kau dapatkan. :’) :’)
3 of 365
14 notes
·
View notes
Text
TURISIAN.com – Nusa Tenggara Barat (NTB) menyimpan banyak destinasi wisata alam yang menakjubkan. Salah satunya Air Terjun Ai Beling di Kabupaten Sumbawa. Jamin deh begitu melihat objek air terjun ini dari dekat, Sobat Turisian pasti enggan untuk berpaling. Lokasi Air Terjun Ai Beling terletak di Dusun Kuang Amo, Desa Sempe, Brang Rea, Kecamatan Moyo Hulu, Kabupaten Sumbawa, NTB. Berjarak sekitar 30 km dari kota Sumbawa Besar atau 6 km dari Desa Brang Rea. Kalau Sobat Turisian berkendara menggunakan sepeda motor dari Kota Sumbawa Besar atau Bandara Sumbawa akan menempuh perjalanan selama kurang lebih 1,5 jam. Rutenya melalui jalan raya yang menuju selatan Semamung dan selanjutnya ke Brang Rea. Untuk jalan masuk ke Air Terjun Ai Beling sepanjang 6 kilometer. Meskipun jalannya menanjak tajam, tetapi Sobat Turisian tidak perlu khawatir karena jalanan sudah teraspal cukup baik. Selain itu, pemandangan indah di sepanjang perjalanan siap menghipnotis mata Sobat Turisian. Tambah lagi udara sejuk yang menyelimuti desa, sebab letaknya berada di daerah perbukitan. Hal tersebut membuat perjalanan kalian menyenangkan. Baca juga: Mengenal Maen Jaran, Tradisi Pacuan Kuda Masyarakat Sumbawa Setibanya di lokasi air terjun, Sobat Turisian akan dibuat takjub dengan ciptaan Tuhan yang begitu indah. Keindahan air terjun ini membuat mata tak ingin cepat menoleh karena pemandangannya yang begitu mempesona. Inilah yang akan membuat Sobat Turisian malas berpaling dari tempat ini. Kebanyakan air terjun di Sumbawa terletak di tebing yang terjal dengan aliran air yang tegak. Namun berbeda sekali dengan Ai Beling yang berada di dataran tanah miring. Aliran airnya mengalir melalui celah batuan, membuat semua orang betah berada di air terjun yang satu ini. Asal-usul Penamaan Air Terjun Ai Beling Nama “Ai Beling” sendiri berarti “air yang berbicara”. Nama ini muncul pertama kali dari cerita putri Raja Sumbawa pada zaman dahulu yang kabur dari rumahnya. Karena sang raja akan menjodohkannya dengan laki-laki yang tidak ia cintai. Kemudian sang putri lari ke sebuah sungai dekat istana. Dia menangis dalam waktu yang lama di sungai tersebut dan memutuskan untuk bunuh diri di air terjun ini. Pada akhirnya putri ini mati setelah melompat ke aliran air. Konon, sauatu hari ketika beberapa orang menggunakan air sungai tersebut untuk mandi dan mencuci, mereka seperti mendengar suara perempuan menangis. Suaranya sangat jernih dan kejadian yang sama pun terulang hingga berkali-kali. Karena sering mendengar suara-suara itu, makanya warga setempat memberinya nama Ai Beling yang artinya air yang berbicara. Baca juga: Pulau Moyo Sumbawa, Destinasi “Great Escape” Selebritas Dunia Seperti Lady Diana Versi lainnya menyebutkan, bahwa nama tersebut berasal dari suara air yang mengalir dapat terdengar hingga desa terdekat yang berjarak sekitar 5 kilometer. Seolah-olah air terjunnya berbicara karena mengeluarkan suara tadi. Itulah mengapa masyarakat setempat menamainya dengan Ai Beling. Cukup menarik kan asal-usul penamaannya, Sob! Di luar cerita tentang penamaan tersebut, Air Terjun Ai Beling Sumbawa wajib Sobat Turisian pecinta travelling kunjungi. Sebab pesonanya memang sangat indah dan menakjubkan.* Sumber: Dispopar Kab. Sumbawa
0 notes
Text
Haniffa
Artinya jalan terang dalam bahasa arab. Nama yang sangat islami ini dimiliki oleh sahabat lamaku, Haniffa Arista lengkapnya. Kami bertemu ketika aku pindah ke SMP Negri 1 Denpasar dari sekolah lamaku di Jember. Sudah sering aku pindah sekolah, sudah sering aku berganti kawan, dan kali ini, aku pun langsung yakin jika Haniffa akan menjadi teman dekatku.
Tubuhnya mungil, bajunya selalu terlihat kebesaran, rambutnya setengah berantakan meskipun ia sudah berusaha sebaik mungkin mengikat kedua belah rambutnya dengan kepangan yang rapih serta pita merah sebagai pelengkapnya. Warna kulitnya lebih coklat dari kami, ini pun bukan karena ia hitam, tapi karena teman-teman kelas kami saja yang kebetulan memiliki kulit kuning dan putih karena multi-ras dari orang tuanya.
Ia suka membaca dan fotografi. Seingatku, hp yang dikantonginya sehari-hari adalah hp merek sony ericsson yang selalu ia gunakan untuk memotret dedaunan, turunnya hujan, serta foto acak lainnya. Setelah difoto, gambar itu akan diedit olehnya via photoscape untuk menambahkan watermark “Hani” pada sudut gambar tersebut. Orangnya sangat kreatif, serta aktif. Aku juga ingat dia mengikuti ekskul Jurnalisme untuk mendukung hobi fotografinya. Lincah, lincah sekali di ingatanku. Suaranya berisik, namun berisik yang menyenangkan. Tapi entah mengapa, anak perempuan 13/14 tahun ini sering diolok-olok oleh teman laki-laki di kelasku.
Bukan satu-dua orang, namun beberapa. “Jawir jawir....” kata bocah ini kepada Haniffa untuk menegaskan kalau Haniffa adalah orang Jawa. Sebenarnya tidak ada yang salah dari suku ini. Anak laki-laki ini juga belum paham soal rasisme. Kami semua masih bocah belasan tahun kala itu, belum belajar banyak hal tentang dunia. Dan aku, aku merasa gagal menjadi teman Haniffa yang tidak berani berdiri ketika sahabatnya dibully.
Menjadi Haniffa-remaja pasti sangat berat. Dia masih kecil, tapi sudah diserang untuk alasan yang tidak jelas. Ketika disudutkan pun, dia tidak lantas menangis dan menyudutkan diri. Haniffa yang kuingat, dia hanya menarik nafas begitu dalam, lalu menatap tajam para perundungnya kala itu. Sekali-dua kali, mungkin ia pernah meneriaki laki-laki yang mengejeknya, namun lama kelamaan, dia hanya menghela nafas. Kuat dan bijaksana sekali untuk anak usia 13 tahun.
Selepas SMP, kami berpisah dan masuk SMA yang berbeda. Aku jadi jarang bertemu Haniffa. Namun ada saatnya kami bertemu sesekali untuk menceritakan perjalanan hidup kami masing-masing. Aku hanya ingat kami bertemu 1x ketika kuliah, dan 1x lagi ketika kami sudah kerja.
Dia tumbuh menjadi perempuan mandiri dan punya semangat kerja yang tinggi. Karirnya bagus, sepertinya sudah menjadi manager. Harusnya aku tidak kaget dengan fakta ini karena Haniffa-remaja yang kutemui dulu sudah menunjukkan sisi cerdasnya dari lama.
Dia masih aktif dan lincah, bahkan rambutnya ia warnai hijau. Banyak yang ia sampaikan : soal anak buahnya, soal kegiatan sosialnya, soal bagaimana ia sangat peduli pada pendidikan seks untuk anak usia remaja, soal ia mengikuti konferensi di Afrika, soal banyak hal deh yang kuanggap sebagai prestasinya. Sepanjang ia bercerita, aku menangkap ada sedikit muram di balik senyumnya. Aku tanya, “Ada apa?” lalu Haniffa mulai terbuka menyebutkan keresahan hatinya satu per satu.
Kemudian taksiku berhenti, kami terpaksa harus berpisah lagi. Mungkin cerita yang ia sampaikan belum selesai, tapi apapun kisah pilu yang akan disampaikan, aku harap dia tidak merasa sendiri.
Kadang kita lupa kalau masih ada keluarga, kadang kita lupa kalau masih ada teman lama yang kadang mampir di beberapa momen dalam hidupmu, kadang kita lupa banyak hal. Ah apapun itu, semoga Haniffa gak lupa kalau waktu remaja dulu dia keren banget melawan bullying seorang diri dengan satu tarikan nafas.
Haniffa-remaja pasti bangga banget lihat pencapaian Haniffa-dewasa hari ini. Jadi, untuk segala rintangan dan tantangan di depan nanti, tolong selalu ingat ada little-Hani yang kuat dan bijaksana itu. She’s always there Han, di samping kamu, kamu gak sendiri!
0 notes
Text
Arti Nama Tirza Dan Rangkaian Namanya
Arti Nama Tirza Dan Rangkaian Namanya
Arti Nama Tirza – namaanakperempuan.net. Merangkai kombinasi kata untuk bayi memang tak gampang. Bagi calon orangtua sangat wajib mencari nama anak perempuan dari banyak referensi. Tetapi kini telah banyak tersedia pilihan nama super keren. Tetaplah perhatikan arti ataupun makna namanya.
Ayah/ Bunda tidak perlu repot lagi, Tirza asal dari bahasa Ibrani sebagai saran terbaik. Apa arti keindahaan…
View On WordPress
#Arti Tirza#Makna Nama Tirza#Maksud Nama Tirza#Nama perempuan yang artinya menyenangkan#Rangkaian Nama Tirza
0 notes
Text
Anyelir dan Cintanya - Kotos_and_Smiles
Diterjemahkan Oleh Tee-chan
Ringkasan : kehidupan sehari hari chika dan satowa bersama dengan bayi perempuan mereka , hikari
Saat itu masih pagi, tapi orang rumah sudah bangun. Dia bisa mendengar senandung Satowa dari kamar tidur, meninabobokan putri mereka kembali ke ketenangan dengan melodi yang dia ciptakan saat dia hamil. Sebuah lagu yang secara khusus dia tulis untuk bayi mereka, telah mencoba untuk diselesaikan sebelum benjolan itu menjadi tidak praktis. Chika menangis saat pertama kali mendengarnya, mendengar cinta yang dirajut Satowa di setiap nadanya. Itu adalah cara untuk mengekspresikan suara hati mereka. Dia mengatakan itu mengingatkannya pada lagu-lagu yang dimainkan ayahnya untuknya dan itu menggunakan penyetelan yang sama dengan lagu yang diajarkan kakek Chika kepadanya yang tidak memiliki skor, yang diajarkan Chika kepada Satowa. Tentu saja, Chika juga belajar memainkan melodi baru, menanamkan lapisan emosinya sendiri ke dalam setiap suara, dan mereka berharap suatu hari nanti mengajarkannya kepada Hikari, ketika tangannya cukup besar untuk memetik senar. Itu adalah lagu untuk menjauhkan kegelapan, lagu untuk mendengarkan cahaya dan Hikari mereka yang tersayang. Butuh waktu lama bagi mereka untuk menemukan nama itu, tetapi ketika mereka akhirnya memikirkan Hikari, dan artinya ringan, mereka langsung tahu bahwa itu adalah nama anak mereka. Apa yang bisa lebih pas? Mereka berdua telah melalui begitu banyak kegelapan dalam hidup, tetapi bayi perempuan ini adalah cahaya paling terang mereka, cahaya yang mereka bawa ke dunia bersama.
Itu adalah hari pertama Satowa akan kembali bekerja setelah melahirkan bayi perempuan mereka. Chika tahu harus menghabiskan sepanjang hari jauh dari mereka akan sangat berat bagi Satowa. Lebih sulit baginya daripada dia, meskipun akan sulit untuk merawat Hikari sendirian ketika mereka melakukannya bersama selama ini. Pekerjaannya memungkinkan lebih banyak cuti orang tua, dan lebih fleksibel, sehingga dia bisa tinggal di rumah, tetapi pekerjaannya tidak memungkinkan untuk itu, memiliki taruhan yang lebih tinggi.
Untuk menghiburnya, Chika memutuskan dia akan memberinya bunga, hanya satu, seperti yang selalu dia lakukan. Dia tidak bermaksud memulai tradisi bertahun-tahun yang lalu, tetapi itu terus berlanjut. Itu dimulai dengan ranunculus tunggal. Isaki menyuruhnya membeli bunga Satowa, dan itu terdengar seperti ide yang bagus, sepertinya memang benar. Bagaimanapun, Satowa pantas mendapatkannya. Tapi dia berumur enam belas tahun saat itu dan tidak punya uang untuk membelikannya karangan bunga lengkap, bahkan yang kecil, jadi penjual bunga itu cukup baik untuk membantunya memilih satu bunga, yang akan memiliki arti. Ketika mereka datang ke ranunculus, dia pikir itu sepertinya sesuatu yang mungkin disukai Satowa. Warna pinknya lucu dan bunganya sendiri cantik, sama seperti dia imut dan cantik, kuat dan rapuh, keren dan canggung. Dia adalah segalanya.
Jadi dia memberinya bunga, meskipun dia hanya mampu membelinya, dan dia memberikannya secara langsung, meskipun tampaknya sangat tidak memadai pada hari ketika dia menerima begitu banyak bunga. Kemudian, berbulan-bulan kemudian, dia melihat bunga itu digantung dan dibingkai di pintu masuk rumahnya. Satu bunga kecil itu, dan dia mengklaim itu yang paling indah yang dia terima hari itu. Pada saat itu, dia lucu dan canggung dan memiliki keinginan bajanya saat dia mencoba menemukan kata-kata dan mendorongnya, menjauh dari bunga di dinding. Itu tidak menghentikan senyum tulus di wajahnya atau perasaan hangat di hatinya. Ranunculus yang ditekan itu tergantung di rumah mereka sekarang.
Belanja bahan makanan berubah menjadi jalan-jalan kecil yang menyenangkan, mendorong putrinya dengan kereta dorong saat kelopak bunga jatuh dari pepohonan. Dia menemukan toko bunga yang sepertinya selalu dia temukan, meskipun dia jelas tidak banyak membantu bisnisnya dengan hanya membeli satu bunga setiap saat. Dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan tanpa bantuannya. Senyum lebar muncul di wajahnya ketika dia melihatnya, dan hanya tumbuh ketika dia melihat kereta dorong. Dia tahu mereka akan memiliki bayi karena Chika telah membelikan bunga untuk Satowa beberapa kali selama kehamilannya, dan itu muncul dalam proses pembelian bunga yang unik yang selalu dilakukan wanita itu untuknya. Mereka mengobrol tentang bayinya dan bagaimana keadaan Satowa, penjual bunga tersenyum pada Hikari yang manis dan berkomentar tentang kelucuannya saat bayi itu menatapnya dengan mata besar.
Chika akhirnya memilih anyelir merah muda, yang menurut penjual bunga adalah simbol cinta keibuan. Ternyata anyelir bisa menyiratkan banyak hal berdasarkan warna. Yang berwarna merah muda juga memiliki arti rasa terima kasih, dan Chika tidak bisa lebih bersyukur atas kehidupan yang telah dia dan Satowa bangun bersama dengan Hikari. Dia mempertimbangkan untuk mendapatkan yang merah tua untuk cinta romantis, tetapi dia ingin mendapatkan sesuatu yang mewakili cinta keibuan Satowa terhadap putri mereka. Meski baru, dia adalah ibu yang luar biasa, dan meskipun mereka masih memikirkannya, mereka berdua sangat ingin memberikan anak mereka bersama. Chika tersenyum saat bayi mereka merayu kelopak bunga yang jatuh ke kereta dorongnya. Putri mereka adalah hal terindah yang pernah dilihatnya, bahkan lebih dari ibunya ketika dia menyadari bahwa dia telah jatuh cinta padanya. Bagaimana mungkin ada yang lebih indah dari itu, dia tidak tahu, tapi segala sesuatu tentang Hikari terasa seperti keajaiban.
=
Di malam hari, Satowa pulang dari hari yang tak ada habisnya. Dia sangat merindukan mereka berdua sehingga rasanya seperti beban fisik telah terangkat darinya ketika dia membuka pintu untuk keluarganya. Akhirnya dia bisa mencium kepala putrinya, yang ditutupi rambut cokelat tua persis seperti miliknya tetapi lebih indah di kepala kecil yang berharga itu. Dan akhirnya dia bisa melihat ke dalam sepasang mata coklat madu yang serasi yang dimiliki putri dan suaminya.
Ketika dia berjalan melewati pintu, Chika melintasi ruangan untuk menemuinya, Hikari dalam pelukannya. Satowa memperhatikan bunga merah muda yang cantik, segera duduk di vas di atas meja dapur, tetapi perhatiannya dengan cepat beralih ke keluarganya. Dia meletakkan tasnya di lantai, sepatunya sudah lepas, dan Chika dengan lembut menyerahkan bayi itu ke dalam pelukannya. Tersenyum pada putrinya menghilangkan ketegangan yang dia rasakan sepanjang hari berada jauh di tempat kerja.
Sekarang setelah lengan Chika bebas, dia memutuskan untuk mengisinya sekali lagi dengan dua orang terpenting dalam hidupnya, orang-orang yang paling berharga, paling cantik, menarik mereka berdua ke dalam pelukan erat dan mencium kening Satowa.
"Kamu memberiku bunga," Satowa mengamati, masih menempel di dadanya dan menggendong bayi mereka di ruang di antara mereka.
“Ya, kupikir kamu mungkin membutuhkan sesuatu hari ini.” Dia melanjutkan untuk menceritakan kepadanya arti bunga itu, sebaik yang bisa dia ingat.
Dengan desahan lembut, dia menyusup lebih jauh ke lekukan lehernya, "Aku mencintaimu."
"Aku juga mencintaimu," katanya, dan kemudian terkekeh, kebahagiaan jelas berkobar di dalam dirinya. "Tapi aku belum membuat makan malam,"
Dia menarik kembali untuk menatapnya. "Kau tahu betapa mudahnya hari ini untuk pergi darimu dengan si kecil ini untuk dihadapi," katanya membela diri, menggerakkan tangannya dari punggungnya ke pinggangnya dan melirik bayi mereka. “Selain itu, aku masih mengajarimu cara memasak dengan benar.”
Dia menghela nafas. “Kalau begitu mari kita lakukan bersama.” Seperti mereka melakukan segalanya. Mereka berdua mengambil waktu sejenak untuk melihat bayi mereka, masing-masing mengagumi manusia kecil mereka dan cahaya di matanya, sebelum dia menarik diri.
"Ayolah, aku sudah lapar."
"Aku juga," kata Satowa. Dia melihat ke anyelir yang dia dapatkan, merasakan beban putrinya dalam pelukannya, merasakan kehangatan pelukan Chika masih melilitnya. Hidup itu hebat, penuh dengan cinta yang begitu besar sehingga bahkan sekarang dia hampir tidak bisa memahaminya.
"Dan Chika?" Dia mendengus mengakui. "Terima kasih." Dia tahu dia mengerti itu lebih dari sekedar bunga.
Dia berbalik menghadapnya, senyum menghiasi bibirnya dan sedikit rona merah di pipinya, bahkan setelah bertahun-tahun mereka berdua masih tersipu karena satu sama lain. "Ya, 'tentu saja." Satowa memejamkan matanya dan membiarkan perasaan saat itu meresap.
=
Chika hampir selesai dengan piring saat dia melihat Satowa dengan main-main membekap bayi mereka dengan ciuman, menanamnya di seluruh kepala dan wajahnya. Dia tersenyum mendengar suara cekikikan bayi dan ciuman yang terlalu ditekankan. Saat dia melihat, Satowa secara bertahap melambat, tindakannya menjadi kurang ringan dan lebih serius dengan kasih sayang. Dengan mata terpejam, dia mendorong ciuman terakhir yang lembut tepat di atas telinga Hikari, menikmati setiap saat bersamanya.
Syukurlah masakannya sudah selesai sekarang, karena Chika tidak berpikir dia akan bisa menjauhkan diri sejenak. Setelah mengeringkan tangannya, dia duduk di meja, lutut menyentuh lutut Satowa. Chika membaringkan putri mereka di pangkuannya, setelah membebaskannya dari Satowa yang kelelahan, dan menurunkan kepalanya ke perutnya, lalu meniupkan embusan udara yang keluar. Di tengah tawa keras Hikari, dia melakukannya lagi, untuk menyenangkan bayi dan Satowa. Ketika dia melihat ke arah istrinya, dia tersenyum dengan air mata. Alisnya berkerut, kurang khawatir dan lebih simpati.
"Aku baik-baik saja," kata Satowa, menyeka matanya bahkan saat dia terisak. Dia tahu dia tidak bisa sepenuhnya memahami apa yang dia alami, karena dia belum kembali bekerja, tetapi dia mencoba yang terbaik untuk memahami kesedihan kehilangan waktu yang begitu berharga bagi keluarga mereka. Bahkan pemikiran untuk meninggalkan Hikari selama sehari hampir membuat hati Chika tercabik-cabik. Untuk kesekian kalinya, Chika mendapati dirinya mengagumi kekuatan Satowa dan bagaimana kekuatan itu terlihat melalui setiap bagian dari dirinya.
Satowa sedang melihat anyelir sekarang, mengulurkan tangan untuk merasakan kelopaknya tetapi berhati-hati agar tidak mengganggu keindahannya. Itu dimaksudkan untuk menjadi pengingat baginya bahwa cinta keibuannya tidak berkurang dengan kenyataan bahwa dia harus bekerja sekarang. Dan pengingat itu tampaknya berhasil saat air matanya berhenti.
Chika membungkuk untuk memberikan ciuman ke pelipis Satowa, meletakkan dahinya di dahi Satowa setelah itu saat mereka berdua melihat ke bawah ke bayi mereka yang sekarang menderu, masih di pangkuan Chika. Dia melingkarkan tangannya dengan lembut di pergelangan tangan Hikari, dengan lembut memainkannya dan menggerakkannya untuk membuatnya tetap terhibur. Satowa mengulurkan tangan, dan Hikari mengambil salah satu jari Satowa ke tangan mungil yang entah bagaimana sudah memegang dunia. Dia menggerakkan ibu jarinya ke tangan putri mereka yang lain, kapalan musisi kasar ditelan oleh kulit halus bayi, hampir tidak tersentuh oleh dunia, dan dia tahu sensasi itu sama untuk Satowa. Kedua tangan mereka sangat, sangat besar dibandingkan dengan tangan Hikari, dan dia menyukainya, meskipun dia tahu tangan itu akan tumbuh, tapi dia sangat bersemangat untuk itu. Sungguh mengherankan bahwa semua tangan bisa mulai begitu kecil dan tumbuh begitu besar. Chika melepaskan pergelangan tangan Hikari dan meraih tangan bebas Satowa. Tangan mereka tergenggam, dan kemudian mereka bertiga terhubung.
Di sinilah mereka, keluarga kecil dari tiga orang semuanya berpegangan tangan satu sama lain. Bayi yang menghubungkan orang tua, orang tua terhubung di dahi dan lutut dan tangan, di antara mereka, cahaya mereka, Hikari mereka.
"Sudah larut," kata Satowa. "Kita harus segera membawanya tidur." Dia bisa mengatakan dia tidak mau. Dia telah jauh dari Hikari sepanjang hari, hanya untuk pulang dan harus menidurkannya. Tapi Satowa juga lelah, dan menidurkan Hikari berarti memulai rutinitas yang menenangkan yang tampaknya menjadi favorit mereka bertiga.
Saat Hikari mulai rewel, Satowa dengan tenang mengangkatnya dari pangkuan Chika, menggendong kepalanya dan mengguncangnya, tampaknya mencoba menanamkan setiap sentuhan, setiap saat dengan bayi mereka ke dalam kulitnya demi ingatan besok. Satowa berdiri, dan Chika mematikan lampu dapur saat dia mengikutinya ke kamar tidur mereka.
Mereka menyiapkan bayi mereka yang rewel untuk tidur, membaringkannya di atas tikar tatami di dekat futon mereka, lalu mulai menyiapkan dua koto, satu untuk masing-masing. Lagu pengantar tidur Satowa yang ditulis untuk Hikari dapat dengan mudah berubah menjadi duet, ketika mereka berdua ingin memainkannya, dan ketika mereka tidak dapat memainkannya di koto, mereka akan menyenandungkannya dengan suara yang menyatu. Hikari menjadi tenang begitu dia berbaring di atas tikar tatami, tampak mengenali ritual apa yang akan terjadi. Chika dan Satowa memindahkan jembatan koto mereka ke tempatnya, dan lagu pengantar tidur bergema di seluruh ruangan seperti detak jantung.
Itu adalah lagu yang lembut, dengan nada yang mendayu-dayu, dalam, dan melodi yang tinggi dan mengambang, dan ketika mereka memainkannya semuanya terasa damai. Harmoni meresap ke seluruh ruangan saat Hikari tertidur, mampu merasakan setiap getaran senar koto yang dibuat melalui tikar tatami di bawahnya, dan Chika dan Satowa menemukan ritme mereka terhubung melalui nada. Mereka selalu memainkannya lebih lama dari yang dibutuhkan Hikari, karena mereka juga membutuhkannya. Itu adalah pelarian bagi mereka, cara yang dijamin untuk bermain bersama, bahkan dalam masa-masa penuh tekanan memiliki bayi.
=
Ketika cukup waktu telah berlalu, baik Chika maupun Satowa setelah bersantai dengan musik, suara-suara itu berkurang menjadi keheningan malam. Satowa menghela nafas puas. Dia memiliki dua cahaya hidupnya di ruangan ini, Hikari bernafas dengan tenang di sampingnya dan Chika memberinya senyum hangat melalui mata yang lebih hangat. Wadah ekspresinya duduk di depannya, koto anggun yang bisa mengatakan lebih dari yang bisa dia katakan dengan kata-kata. Dan dia tahu sekuntum bunga yang indah sedang duduk di meja dapurnya bahwa Chika telah mendapatkannya karena cinta dan rasa terima kasihnya, seikat kelopak bunga yang melambangkan cinta abadi seorang ibu. Dia benar-benar tidak tahu bagaimana dia selalu berhasil memberinya bunga yang mengatakan apa yang dibutuhkannya.
Suara tenang Chika membuatnya menjauh dari pikirannya. “Terkadang, saya berharap bisa mengubah dawai musik menjadi kata-kata.” Dia menatap Hikari, menelusuri setiap naik turunnya perutnya dengan tatapannya. Ketika Satowa masih tidak mengatakan apa-apa, terdiam oleh apa yang dia katakan, dia menjelaskan. "Saya hanya, saya harap dia tahu apa artinya semua ini." Dia menggerakkan tangannya untuk bertumpu pada koto-nya. "Saya tidak tahu apakah saya bisa benar-benar mengatakannya dengan kata-kata, tetapi dengan lagu yang Anda tulis ini, saya harap mungkin. dia bisa mengerti betapa kita mencintainya.”
“Memang,” kata Satowa dengan senyum yang tak tergoyahkan. “Sejak yang saya ingat, koto adalah cara untuk mengekspresikan cinta. Begitulah cara saya mengetahuinya dulu, setiap kali orang tua saya akan mengajari saya cara bermain atau saya mendengar mereka bermain bersama. Ini menjadi lebih rumit dari itu, tapi itulah salah satu aspek koto yang selalu saya percayai. Dan Anda bersama kakek Anda, ketika dia mengajari Anda lagu itu,” dia memetik beberapa nada, “Anda mungkin tidak memikirkannya. pada saat itu, tetapi kemudian Anda menyadarinya karena cinta yang dimilikinya. Hikari juga akan mengerti. Tidak ada keraguan dalam pikiran saya.”
Chika membungkuk dan mencium pipi Satowa. "Ya, saya pikir Anda benar." Dan dia tidak terdengar apa-apa selain senang tentang itu. Dia meletakkan tangan ke salah satu pipinya, itu bergerak saat dia menarik mulutnya untuk tersenyum, "Dan aku berencana untuk memberitahunya betapa aku juga sangat mencintainya, jadi kupikir dia akan tahu."
Satowa tertawa. “Oh, dia akan tahu. Saya pikir kita akan membuatnya kesal sampai mati dengan itu, suatu hari nanti. ” Chika terkekeh mendengarnya. "Sekarang, ayolah," katanya, mencubit pipinya, "sudah larut dan aku sendiri cukup lelah."
"Oke, oke," dia mencoba menarik diri darinya, pipinya sedikit memerah saat dia melepaskannya. "Tapi satu lagu lagi dulu?"
“Baiklah, satu lagi.” Senyum bertaringnya agak nakal pada jawabannya, dan dia memiliki visi masa depan di mana dia akan memberi tahu Hikari dan dia ketika sudah waktunya untuk berhenti bermain malam itu. Chika kadang-kadang bisa menjadi alasan, tetapi biasanya dalam arti emosional dan bukan dalam arti praktis. Dia memutar matanya, tetapi tidak bisa menahan kebahagiaan dari mereka karena dia bisa menyangkal lagu lain untuknya. Lagi pula, dia sangat ingin kali ini bermain dengannya juga. Tapi pertama-tama, Chika bangun untuk memindahkan putri mereka ke kasur datar.
Dua lagu kemudian mereka akhirnya memutuskan untuk berhenti untuk malam itu. Merangkak ke futon mereka, duduk di sebelah Hikari, malam itu berakhir. Tidur datang dengan mudah, tetapi itu tidak akan bertahan sampai bangunnya matahari membawa cahaya pagi, tetapi hanya sampai kapan cahaya kecil mereka terbangun dan memutuskan dia membutuhkan sesuatu. Dan entah bagaimana, bahkan itu mulia, dengan caranya sendiri, karena cinta berdenyut di setiap nafas kehidupan ini. Ada lebih banyak cahaya dari sebelumnya.
0 notes
Text
Nama Bayi Perempuan: Rangkaian dan Arti Nama Rafifah
Nama Bayi Perempuan: Rangkaian dan Arti Nama Rafifah
Arti Nama Rafifah – namaanakperempuan.net. Memilih nama untuk calon bayi perempuan memang bisa jadi aktivitas menyenangkan. Namun, banyak pula orangtua kebingungan dengan beragam nama yang bertebaran. Apalagi sekarang ini, dimana saat memilih arti nama perempuan berkiblat pada berbagai bahasa.
Nama anak perempuan modern & keren itu tak harus rumit. Misal Rafifah, Rafifah bisa dibentuk jadi…
View On WordPress
#Arti Rafifah#Gabungan Nama Rafifah#Makna Nama Rafifah#Maksud Nama Rafifah#Nama perempuan yang artinya Menyenangkan dan kemewahan#Rangkaian Nama Rafifah
0 notes
Text
Aku menulis ini setelah semalam selesai membaca novel Di Tanah Lada.
Sore kemarin aku pergi ke toko untuk membeli novel ini. Walaupun pada akhirnya aku membeli dua novel lainnya. Dan sekarang aku bingung bagaimana mengatur buku-buku yang aku punya, sebab rak buku ku sudah hampir penuh. Oke, nanti dipikirkan. Sekarang aku menyelesaikan tulisan ini dulu.
Ini bukan review. Aku hanya ingin bercerita saja bagaimana perasaan juga pemikiran baru yang aku punya selepas membaca novel Di Tanah Lada.
Novel ini cukup unik, karena seingatku jarang sekali ada sebuah cerita yang mengambil sudut pandang dari seorang anak. Cerita ini bertutur dari sudut pandang seorang anak perempuan berusia 6 tahun. Salva, tapi dia dipanggil Ava. Namanya cantik, dan aku membayangkan sesosok anak perempuan cantik dan menggemaskan tapi juga terlihat penuh misteri dari sorot matanya. Tapi, kadang ia juga terlihat polos, karena dia anak-anak.
Lalu ada P. Iya, namanya hanya satu huruf "P". Nama yang menurut Ava bukan nama. Mereka bertemu di Rusun Nero karena Ava pindah ke sana. Rusun Nero adalah tempat yang kumuh. Dan P, dari bayi ia tinggal di sana.
Kehidupan Ava bukan kehidupan yang menyenangkan. Begitupun hidup P. Mereka berdua adalah gambaran bagaimana hidup tidak baik dari orang dewasa di sekitar mereka memengaruhi kehidupan mereka menjadi turut tidak baik.
Ava yang mempunyai seorang ayah yang kasar, suka berjudi, memperlakukannya dengan tidak baik. Membuatnya berpikir kalau semua ayah itu tidak baik. Pemikiran yang harusnya tidak mampir di otak seorang anak.
Lalu P, nama yang dia punya membuat dia berpikir kalau orangtuanya tidak sayang karena dia cuma punya nama dengan satu huruf (kenapa namanya P, baca saja novelnya). Hidup P bukan kehidupan menyenangkan untuk dijalani, terlebih bagi seorang anak. P sering menerima kekerasan dari ayahnya, baik kekerasan fisik juga verbal. Bayangkan, seorang anak sejak bayi tinggal bersama seorang ayah yang tidak memperlakukannya dengan baik. Sejak kecil P tidak mengenal bagaimana rasanya disayang oleh orangtua. P hanya tinggal bersama ayahnya di Rusun Nero. Di cerita ini dia gambarkan sebagai seorang anak laki-laki berusia 10 tahun.
Kepindahan Ava ke Rusun Nero membuatnya bertemu P. Dari dari situlah perjalanan cerita ini dimulai. Ava memutuskan memanggil P dengan sebutan Peper, lada. Karena menurut Ava, P itu nama yang bukan nama. Jadi Ava memanggil P dengan Pepper yang artinya lada, lada membuat hangat dan Ava suka perasaan hangat. Lagi pula menurut Ava, namanya mirip garam dalam bahasa inggris, Salt, Salva.
Garam dan Lada kan sepasang, Ava ingin jadi sepasang dengan P.
"Garam nggak apa-apa kalau nggak ada lada, tapi tetap lebih enak kalau ada lada. Menurutku, nggak ada kamu juga nggak apa-apa, tapi lebih enak kalau ada kamu."
Dialog Ava yang ini sweet sekali. Seperti bukan dialog anak kecil 😅
Aku tidak ingin menulis banyak isi cerita dari novel ini (nanti jadi spoiler yang terlalu banyak).
Ava dan P atau Pepper, mereka memulai perjalanan menuju tanah lada, berdua saja. Tapi akhirnya tidak berdua. Mereka melakukan perjalanan darat menuju tanah lada di pulau Sumatera. Tanah lada yang dimaksud adalah daerah penghasil lada. Tempat nenek Ava tinggal, mereka ingin pergi ke sana. Ava ingin jauh dari ayahnya, pun dengan P. Selain itu, P juga ingin punya nama sungguhan, bukan nama dengan satu huruf saja, bukan juga Pepper, karena itu bukan nama orang.
Dan cerita berakhir di sebuah pantai, tempat mereka berhenti untuk istirahat sebelum melanjutkan perjalanan menuju rumah neneknya Ava. Di pantai itu cerita ini berakhir, berakhir setelah P tahu satu rahasia besar tentang hidup, juga setelah P mendapat nama sungguhan dari Ava. Cerita ini berakhir dengan akhir yang membuat aku terdiam lama.
Aku tidak menangis membaca novel ini, tapi aku merasakan sakitnya. Perasaan ku sakit tapi aku tidak menangis.
Di luar sana, di dunia nyata. Mungkin banyak sosok Ava dan P yang tercipta dari keputusan-keputusan yang diambil orang dewasa. Dari kehidupan tidak baik dari orang dewasa. Dari bagaimana mereka diperlakukan oleh orang dewasa.
Cerita ini membuatku berpikir kalau aku tidak boleh jadi orang dewasa yang membuat sosok Ava dan P terbentuk. Jangan sampai.
Menjadi orangtua memang bukan perkara mudah, dan mungkin kita tidak akan pernah benar-benar siap untuk menjadi orangtua. Tapi tiap dari kita bisa belajar untuk menjadi orangtua yang baik. Belajar tanpa henti.
Mempunyai anak bukan semata punya anak. Bukan sebatas membuatnya ada dan lahir ke dunia. Tapi bagaimana sebagai orangtua berusaha agar menjadikan mereka anak yang baik, dan yang paling penting adalah membuat mereka merasa bahagia. Karena tiap anak berhak bahagia bagaimana pun kondisinya.
Dunia ini tidak mudah dihadapi, tapi biarlah anak-anak hanya merasakan sulitnya hidup lewat tidak dapat makanan dan mainan sesuka hati mereka, misalnya. Biarkan mereka menghadapi kesulitan sesuai jenjang umur mereka. Jangan hadapankan mereka dengan masalah orang dewasa yang bukan waktunya mereka hadapi.
Kelak saat mempunyai anak, aku ingin berusaha membuat mereka menjadi anak baik yang bahagia. Aku tidak ingin ada sosok Ava dan P di dalam diri mereka. Karena itu tidak menyenangkan, dan aku tahu rasanya. Dulu, di satu waktu aku pernah menjadi Ava dan mungkin juga P. Tapi aku tidak berakhir seperti mereka.
Penutup tulisan ini, "Kita mungkin tidak akan benar-benar siap menjadi orangtua tapi kita bisa belajar untuk menjadi orangtua yang baik tiap harinya."
- NHD
0 notes
Text
Habis nonton film ciamik lagi 🤗🤗
BUKANNYA BELAJAR, MALAH NONTON SI MAEMUNAH!!!
Gapapa dong, sesekali, *hehehe* *padahal tiap hari*
Hari ini, eh kemarin deng, karena suasana hati 3 bulan terakhir tak menentu *yaelah*, tetiba pen nonton film ttg mental health. Dan yups, terlintas lah film korea, yg kalau dari review netijen yg udah nonton, bagus.
Dan judulnya adalah *terereretterettttttttttt*
"KIM JI YEONG : BORN IN 1982"
Duh, malas kan lu baca judulnya, grace. Kek film dokumenter ga tuh hahahha. Tapi ya udahlah ya, nyari di netfix, gaada ternyata. Iseng cari di yutup, eh ada. Ya udah lah yah yuk kita nonton.
Nih, posternya, biar ga lupa.
Jadi filmnya ttg suami istri, Jiyeong dan siapalah nama suaminya itu, *kebiasaan lupa nama orang* dan anaknya, usia sekitar 26 bulan.
Terus istimewanya film ini apa? Kok sampai nulis d sini?
Film ini istimewa, karena filmnya berkisah tentang perempuan. Harusnya tuh judulnya
KIM JI YEONG : PEREMPUAN DALAM STIGMA
Dah tau kan ya artinya apa hahaha.
Alurnya, maju mundur, cantik. Meskipun ga terlalu suka dng alur campuran gini, tapi ini mudah dimengerti kok. Terus apa nih yg bsa dipelajari dari film ini?
1. Waspada sama omonganmu. Omongan orang tuh, sepelan apapun, sesingkat apapun, dengan maksud atau tanpa maksud tertentu, kalau udah nyampai ke telinga kita, hati-hati, bisa jadi kena mental :( Terus gimana dong? Sebenarnya gaada solusi konkrit sih, sama aja kayak yg selalu digembar-gemborkan :
"Orang bebas ngomong apapun, kamu yg tentuin, mana yg masuk ke hati, mana yg lewat aja gitu".
Iya kalau gw orangnya cukup bijak dan sudah dewasa dlm bersikap. Iya kalau sedari kecil gw dididik jadi orang yg masa bodoh. Iya kalau gw udah terlatih tahan banting sama omongan orang. Kalau belum, lo mau apa? Narik ulang omongan lo? Atau bilang, "idih gitu aja baper".
*jng emosi buk, sabar*
Grace yg ceriwis, bijaklah untuk bertutur. Kau tidak akan pernah tau, kesiapan orang dlam menanggapi lisanmu. Selalu nilai setiap perkataanmu. Tujuan, isi dan cara penyampaiannya, apa iya tidak menyinggung siapa pun. Kita memang tidak bisa menyenangkan semua orang, tapi memilih cara untk menyampaikan dng baik agar bisa dipahami semua orang, jauh lebih bijaksana.
2. Perempuan dan pernikahan. Duh. Bahas nikah lagi kan �� Takut ih. Tapi memang harus belajar. Belajar menerima kenyataan kalau menikah itu proses panjang, seumur hidup. Menikahlah saat betul-betul siap.
Gaada dikisahkan sih, nih Kim Jiyeong nikahnya siap apa ngak, cuma ya, melihat dari kisahnya, harus siap mental sebelum nikah. Kkarena ternyata, nikah bukan cuma urusan hati. Jiwa, raga, fisik, perasaan, emosi, semuanya berperan.
Satu keistimewaan yg didapatkan Kim Jiyeong, dia bertemu dng pria yg tepat. Yang bisa melihat titik kelam dalam diri Jiyeong, dan mau sama-sama keluar dri kekelaman itu. Kebayang ga tuh kalau suaminya ga peka, masa bodoh, dan ga peduli. Kelar hidup Jiyeong :(
Gaada tuntutan, kamu nikahnya harus sama A, B, C. Yg kerjanya gini, atau gitu. Dari keluarga yg ginigitu. Kamu nikahnya harus hari ini, esok, lusa, tahun depan. Nikah bukan kompetisi. Nikah bukan ajang pamer-pameran. Menikahlah ketika kau sudah siap dari segala aspek personalmu. Menikahlah ketika kau sdh menemukan orang yng tepat. Menikahlah, tanpa paksaan. Menikahlah, dan bertumbuhlah bersama.
Nanti lagi yah lanjut nulisnya, kalau semangat dah terkumpul..
0 notes