#Nama laki-laki yang artinya keteguhan hati
Explore tagged Tumblr posts
Text
Arti Nama Vernados Dan Rangkaian Namanya
Arti Nama Vernados Dan Rangkaian Namanya
Arti Nama Vernados – tanyanama.com. Tahukah mengapa dalam menamai bayi laki laki harus dengan teliti? Sebuah nama akan terus melekat pada diri seseorang sampai tua. Oleh karena itu arti nama bayi akan terus berpengaruh pada kehidupannya.
Nama bayi lelaki keren Vernados bisa menjadi pilihan terbaik saat memilih nama bayi pertama laki2. Kata dari bahasa Jerman ini memiliki kandungan arti nama yang…
View On WordPress
#Arti Vernados#Makna Nama Vernados#Maksud Nama Vernados#Nama laki-laki yang artinya keteguhan hati#Rangkaian Nama Vernados
0 notes
Text
Rangkaian Nama Bayi Laki Laki Dan Artinya: Qudamah
Rangkaian Nama Bayi Laki Laki Dan Artinya: Qudamah
Arti Nama Qudamah – bayilelakiku.com. Apa yang harus diperhatikan saat menamai bayi lelaki? Pilihan katanya? Jumlah kata? Rangkaian nama? Diantara itu semua yang terpenting tentu arti nama atau makna nama yang terkandung didalamnya.
Pilihan nama bayi laki laki yang terdengar indah belum tentu punya makna bagus lho! Karena itulah kita harus teliti saat menamai anak laki-laki. Tetapi Bapak / Ibu…
View On WordPress
#Arti Qudamah#Gabungan Nama Qudamah#Makna Nama Qudamah#Maksud Nama Qudamah#Nama laki-laki yang artinya Keteguhan hati#Rangkaian Nama Qudamah
0 notes
Text
Arjuno wiwoho
Kata wiwoho artinya mulia, dimuliakan. Jadi frasa itu artinya Arjuno yang dimuliakan atau mendapat kemuliaan. Karena artinya baik maka nama Wiwoho ini sering dipakai di kalangan orang Jawa. Cerita ini adalah salah satu karya anak bangsa yaitu Empu Kanwa yang hidup di abad ke 11 di kerajaan Kediri, Jatim. Judul lengkapnya Kekawin Arjuno wiwoho. Karakternya memang diambil dari wiracarita Mahabarata tapi plotnya dan narasinya sepenuhnya karya Empu Kanwa. Berikut ini resumenya.
Sejak Pendowo dan Kurowo masih kecil friksi di antara mereka sudah terasa. Di masa awal itu penyebabnya masih sekedar sifat saja di antara mereka yang kontras. Pendowo yang rajin, sabar, serius, pekerja keras, jujur berbenturan dengan sifat Kurowo yang egois, mau menang sendiri, malas, tamak, serakah, tidak jujur, manja dan pemarah. Kurowo sering merebut bahkan mencuri barang barang milik Pendowo. Awalnya Pendowo mengalah tapi kadang emosi mereka meledak sehingga terjadi pertengkaran dan bahkan perkelahian. Setelah remaja menjelang dewasa potensi konflik makin berkembang karena mereka sama sama merasa sebagai pewaris tahta Ngestino (Hastinapura). Pandu Dewonoto ayah dari Pendowo Limo adalah raja Ngestino maka mereka merasa berhak menjadi pewaris tahta. Raja yang saat itu sedang berkuasa adalah Destoroto. Dia kakak laki laki dari Pandu. Ketika Pandu masih hidup dia tidak diangkat menjadi raja karena sejak lahir sudah buta. Tapi ketika Pandu mati muda maka dialah yang diangkat menjadi raja dengan mengandalkan adiknya Widuro sebagai penasehat ketika harus mengambil keputusan pelik. Anaknya adalah Kurowo (artinya keturunan Kuru) yang berjumlah seratus. Maka Kurowo ini merasa berhak juga menjadi raja.
Sejak kecil sampai remaja Pendowo Limo tetap tinggal di istana Ngestino. Raja Destoroto mengangkat Begawan Durno seorang pendeta yang mumpuni menjadi mahaguru di istana Ngestino. Tugasnya mengajari Kurowo dan Pendowo dalam ilmu perang dan kenegaraan. Karena sifat Pendowo yang positif maka prestasi mereka jauh di atas Kurowo. Di antara semua muridnya Arjunolah yang paling menonjol. Arjuno menjadi murid kesayangan Begawan Durno. Dia menguasai dengan sangat baik ilmu perang dan terutama ketrampilan memanah. Suatu sat pernah diadakan pertandingan perang antara kedua kubu itu dan pemenangnya adalah Pendowo limo. Kenyataan ini menambah dendam di hati Kurowo yang memang iri dengki.
Di tengah ketegangan yang semangkin meningkat itu Pendowo limo semangkin serius menyiapkan kekuatan untuk mengantisipasi perang yang bakal pecah. Di antara Pendowo limo Arjuno dan Brotoseno yang paling kuat dalam ilmu perang. Meskipun demikian mereka masih terus berupaya meningkatkan kekuatan. Maka suatu hari Arjuno bertekad melakukan _topo broto_ (bertapa). Dia lantas mamakai busana sederhana, bukan busana kasatrian atau kaprajuritan (busana formal dan tempur) dan berangkat sendirian ke gunung Indrokilo.
Di gunung Indrokilo Arjuno tinggal di sebuah gua dan mengganti identitasnya menjadi Begawan Ciptoning. Di dalam gua itulah dia bertapa mengurangi makan, minum dan tidur. Setiap hari kegiatannya hanya memuja dan memuji yang maha kuasa. Saking intensifnya Arjuno melakukan olah batin maka getarannya dirasakan sampai ke kahyangan. Para dewa merasakan getaran kuat orang bertapa. Maka Betoro Guru lalu memerintahkan Betoro Narodo mencari tahu siapa orang yang sedang bertapa dan apa permintaannya.
Narodo lantas turun ke _Ngarcopodo_ (dunia) untuk menemui Arjuno yang sedang bertapa di lereng gunung Indrokilo. Dia menanyakan kepada Arjuno apa sebabnya bertapa dan apa permintaannya kepada para dewa. Arjuno menjawab bahwa dia sedang prihatin dengan keadaan di Ngestino khususnya keadaan Pendowo limo yang selalu dizalimi Kurowo. Dia sampaikan permohonan perlindungan kepada dewa. Dia juga memohon diberi kekuatan apabila suatu hari pecah perang antara Pendowo dengan Kurowo. Narodo lalu kembali ke kahyangan untuk menyampaikan permohonan tersebut.
Narodo melapor ke Betoro Guru. Mereka lalu berdiskusi dan Betoro Guru memutuskan akan menguji dulu sampai di mana keteguhan Arjuno. Apabila dia lulus ujian itu maka Betoro Guru berkenan memberikan sebuah senjata ampuh berupa panah. Betoro Guru juga memerintahkan kepada Narodo untuk mengirimkan tujuh bidadari tercantik di kahyangan untuk menggoda Arjuno. Maka diturunkanlah tujuh orang bidadari tercantik dari kahyangan. Di antaranya adalah Dewi Wilutomo, Dewi Tari, Dewi Tara, Dewi Suprobo dll. Mereka masuk ke gua Arjuno dan menggodanya. Ini sunguh sebuah godaan yang sangat berat buat Arjuno karena dia adalah seorang _lelananging jagad (play boy)_. Arjuno adalah seorang laki laki yang memiliki daya tarik yang luar biasa sehingga banyak sekali wanita yang terpikat dengan dia. Bukan hanya gadis bahkan istri orangpun banyak yang terpesona dengan Arjuno. Bahkan tanpa dirayupun sudah banyak yang dengan suka rela menyerahkan diri. Meskipun demikian ketika sedang bertapa Arjuno sangat teguh dalam tekadnya sehingga dia sama sekali idak tergoda. Justru para bidadari itulah yang jatuh cinta kepadanya. Tapi Arjuno tetap tidak mau melayani. Akhirnya para bidadari menyerah. Mereka pulang ke kahyangan dan melapor bahwa misi mereka gagal.
Narodo lantas turun ke gua di gunung Indrokilo sambil membawa hadiah untuk Arjuno berupa sebuah panah pusaka. Kepada Arjuno disampaikan bahwa dia ditakdirkan sebagai satria dengan tugas utama menjaga keamanan, melindungi rakyatnya dan menegakkan keadilan serta kebenaran. Itulah sebabnya dia diberi senjata sakti tersebut. Kemudian dia ditugaskan mempertahankan istana para dewa di kahyangan Jonggring salaka yang sedang diserang bangsa raksasa di bawah pimpinan raja Niwata kawaca. Namun sebelumnya Arjuno harus melindungi warga lerang gunung itu yang sedang diancam bahaya. Narodo juga berjanji Arjuno akan diberi hadiah tujuh bidadari tercantik di kahyangan yang pernah ditugasi menggodanya.
Setelah terkabul permohonannya Arjuno turun gunung untuk melaksanakan tugas mulianya. Tidak lama kemudian dia sampai ke desa di lereng gunung Indrokilo. Desa itu sudah sepi, tidak ada orang berani keluar rumah karena sudah beberapa lama diganggu oleh seekor _celeng_ (babi hutan) yang ganas. Celeng itu tidak hanya memakan hasil pertanian mereka tapi juga menyerang manusia. Sudah banyak korban yang jatuh. Warga juga sudah mencoba melawan dengan senjata tajam. Tapi _celeng_ itu selalu menang meskipun dikeroyok rame rame.
Arjuno mengelilingi desa itu untuk mencari _celeng_ pengganggu. Tidak lama kemudian dia melihat dari jauh seekor _celeng_ berlari mendatanginya. _Celeng_ itu bukan sembarang _celeng_ tapi _celeng_ yang besar sekali dan buas sekali. Sejatinya dia adalah jelmaan seorang raksasa. Dengan cepat Arjuno melepaskan panah saktinya yang baru saja didapat dari Betoro Narodo. Arjuno adalah murid terbaik Begawan Durno yang sudah menguasai ilmu _Sirwendo_ alias ilmu membidik dan dia juga juara panahan di Ngestino. Tidak ada kesulitan buatnya membidik _celeng_ yang sedang berlari ke arahnya. Panah itu tepat mengenai _celeng_ yang lantas jatuh sambil mengeluarkan suara keras lalu mati. Arjuno berlari mendatangi celeng tersebut untuk mencabut anak panahnya. Namun ketika sudah di depan _celeng_ dia terkejut melihat ada dua anak panah tertancap di badan _celeng_. Lebih terkejut lagi ketika mendadak terdengar suara seseorang dari arah lain. Di sana berdiri seorang satria gagah memegang busur. Dia mengatakan bahwa anak panahnyalah yang tepat mengenai jantung _celeng_ sehingga mati seketika. Arjuno tidak terima. Dia juga mengatakan anak panahnyalah yang lebih dulu mengenai _celeng_ maka dialah yang membunuh _celeng_ tersebut.
Pertengkaran semangkin memanas sehingga berlanjut menjadi perkelahian. Arjuno selama ini belum pernah terkalahkan dalam setiap perkelahian karena itu dia sangat percaya diri. Apalagi dia baru saja mendapat pencerahan dan kesaktian dari dewa. Tapi ternyata kali ini dia membentur batu. Satria itu ternyata sangat kuat dan cepat gerakannya sehingga Arjuno terdesak terus dan akhirnya dipukul jatuh. Dia yang murid terbaik Begawan Durno ternyata terpaksa mengakui keunggulan satria itu. Tiba tiba satria itu berubah wujud menjadi dewa Siwa. Arjuno menyembah dan memohon maaf.
Arjuno diperintahkan menuju ke kahyangan Jonggring salaka yang sedang dikepung tentara raksasa dibawah pimpinan Niwata Kawaca. Mereka menyerang kahyangan karena lamaran Niwata Kawaca kepada seorang bidadari tidak dikabulkan para dewa. Sekarang raja raksasa ini mengancam akan menghancurkan Jonggring salaka dan memaksa menikahi bidadari idamannya. Para dewa mengerahkan bala tentaranya tapi dengan mudah mereka dikalahkan tentara raksasa. Untung para dewa masih bisa menyelamatkan diri di dalam benteng. Kedatangan Arjuno segera disambut serangan tentara raksasa. Karena kesaktiannya tidak ada seorangpun tentara raksasa mampu mengalahkannya. Akhirnya Arjuno berhadapan langsung dengan Niwata Kawaca.
Pertarungan satu lawan satu segera terjadi dengan seru. Arjuno mengeluarkan segala macam jurus saktinya yang selama ini berhasil mengalahkan semua musuhnya. Tapi ternyata semua kesaktian Arjuno tidak ada artinya sama sekali buat Niwata Kawaca. Semua pukulan, tendangan, tebasan pedangpun tidak mempan. Bahkan panah sakti pemberian dewa yang baru saja dia dapatkan sama sekali tidak mampu melukai kulit Niwata Kawaca. Dengan nada melecehkan Niwata Kawaca mempersilahkan Arjuno memilih bagian tubuhnya yang mana yang akan diserang. Akhirnya terpaksa Arjuno melarikan diri agar selamat adari amukan sang raja raksasa sambil menantang besoknya dia akan datang lagi.
Malam harinya Arjuno memohon petunjuk para dewa agar bisa memenangi perang dengan raja raksasa itu. Narodo yang datang memberi petunjuk bahwa seorang bidadari Dewi Suprobo akan diutus kepada Niwata Kawaca. Dia ditugasi berpura pura mau menjadi istri Niwata Kawaca tapi sejatinya mencari rahasia kelemahan sang raja.
Esok harinya Niwata Kawaca sangat girang ketika tentara para dewa menyerahkan Dewi Suprobo kepadanya dengan syarat serangan dan kepungan dihentikan dan berjanji akan mengadakan pernikahan. Niwata kawaca menyanggupi syarat itu. Kepungan segera dibubarkan. Sang raja raksasa segera memperlakukan Dewi Suprobo dengan sangat baik. Ketika makan siang hari itu dia diberi hidangan terbaik dan dilayani dengan baik. Saking senangnya Niwata Kawaca memiliki calon istri bidadari idaman hatinya maka kewaspadaanya surut. Dia tidak menyadari bahwa sang dewi sedang memata matainya. Sambil makan siang sang dewi memuji muji sang raja setinggi langit sambil menanyakan rahasia kesaktiannya. Karena mabuk cinta sang raja membocorkan rahasianya bahwa kelemahannya terletak di mulutnya. Semua senjata tidak akan mempan di seluruh tubuhnya kecuali di mulutnya. Kalau dia diserang di mulutnya maka dia bisa mati. Dewi Suprobo diam diam menyampaikan rahasia ini kepada Arjuno.
Dengan berbekal pengetahuan ini esok harinya Arjuno sekali lagi menantang Niwata Kawaca untuk bertarung satu lawan satu. Niwata Kawaca yang pernah menang merasa yakin dia akan menang lagi. Dia bahkan mempersilahkan Arjuno memakai senjata apa saja yang dia sukai. Sambil mementang busurnya Arjuno memancing Niwata Kawaca terus berbicara. ketika mulutnya terbuka maka secepat kilat anak panah pusaka meluncur dan masuk ke mulut Niwata kawaca. Sang raja raksasa tewas seketika.
Para dewa menyambut hangat kemenangan Arjuno. Dia diberi penghormatan tinggi di kahyangan Jonggring salaka dan dinikahkan dengan tujuh bidadari tercantik di kahyangan. Salah satunya adalah Dewi Suprobo.
Tafsir
Saya punya tafsir atas cerita ini. Paling tidak ada dua hal yang saya tafsirkan dari cerita ini. Pertama adegan Arjuno membunuh _celeng_ dengan panah yang ternyata bersamaan dengan seorang satria jelmaan dewa. Saya yakin maksud Empu Kanwa adalah keberhasilan manusia itu tergantung pada usaha manusia itu sendiri plus ijin Allah. Manusia wajib berupaya dengan baik. Ini adalah syarat keberhasilan mencapai apapun. Tapi ijin Allah mutlak diperlukan. Apabila Allah sudah memberi ijin maka upaya manusia akan berhasil. Sebaliknya sebaik apapun upaya jika Allah tidak memberi ijin maka pasti gagal.
Tafsir kedua saya tentang kelemahan Niwata Kawaca di mulutnya. Kegagalan manusia bisa karena mulutnya, alias omongannya. Jadi kita harus menjaga omongan. Jangan sampai ada omongan jelek, tidak sopan, apalagi makian, pelecehan, gibah dsb. Segala sesuatu akan kembali kepada pelakunya, termasuk lisan. Omongan buruk akan kembali kepada pelakunya. Jadi dalam jangka panjang akan merugikan. Maka harus dihindari.
Itulah yang saya tangkap dari cerita Arjuno Wiwoho. Mungkin masih ada lagi metafora lain dari Empu Kanwa yang belum saya tangkap. Sila diutarakan.
1 note
·
View note
Text
Natrium Diozida: Kenapa Ga Dari Dulu? (2)
Fari terbangun dari tidurnya. Lekat dia menatap langit-langit kamarnya.
“Kenapa dadaku sesak?”
Ia coba mengubah posisi berbaringnya. Masih sesak. Kepalanya berdenyut. Matanya perih. Badannya lemas.
“Aku kenapa?”
Fari segera menjangkau HP nya yang terletak di meja sebelah kasurnya. Membuka whatsapp. Langsung matanya tertuju pada nama itu: Nisa Si Apel Merah. Dia buka percakapannya dengan Nisa. Fari menyesal. Lalu ia segera bangkit menuju kamar mandi. Berwudhu.
“Masih ada malam untukku mengadu padaNya.”.
Fari pun larut dalam tangisan shalat malam nya.
“Nisa yang selama ini ada dalam do’aku, Ya Allah. Nisa yang selama ini ku minta padaMu untuk menggenapkan ku. Apa benar aku harus berhenti di tengah perjalanan seperti ini?”
Setelah itu ia pun pergi shalat subuh ke masjid. Sepulang dari masjid, ia lanjutkan alma’tsurat lalu murajaah hafalannya karena semalam ia terlambat bangun sehingga tak sempat murajaah. Setelah semua selesai, Fari duduk diam di pinggiran kasurnya. Tak tahan, ia ambil lagi HP nya. Membuka whatsapp kembali.
[06.00 WIB]
Fari: Ternyata memang bukan mimpi ya... Fari: Yaudah untuk terakhir kali. Fari: Selamat pagi, tembemku 😊
Fari tak yakin Nisa akan membalas. Ia langsung taruh HP nya. Tapi tunggu! Itu ringtone khusus untuk pesan dari Nisa! Buru-buru ia buka.
Nisa Si Apel Merah: Selamat pagi, Fari :)
“Mentariku masih bersinar.”, ucap Fari. Secercah harap. Namun ia sadar diri. “Kau sudah terlambat!”.
Fari: Semangat untuk hari ini :) Nisa Si Apel Merah: Bismillah... Fari: :) Nisa Si Apel Merah: .............. Fari: Kenapa, dek? Nisa Si Apel Merah: Ga apapa:) Fari: Nervous ya? Nisa Si Apel Merah: Bukan Fari: Lalu? Nisa Si Apel Merah: Masih ga nyangka akhirnya bakal jadi kaya gini Fari: Kayak gini gimana? Nisa Si Apel Merah: Ya gini, Nisa harus kehilangan Fari haha
Basah. Mata Fari basah. Di sisi sana, Nisa pun tak tahan menahan air matanya. Perasaan tak dapat dibohongi. Tapi Fari harus kuat. Setidaknya di mata Nisa.
Fari: :) Fari: Bukan hanya kamu yang kehilangan. Tapi ya ini keputusanmu, tembemku. Fari hanya bisa berhenti berjuang di tengah jalan. Nisa Si Apel Merah: Iya, ini keputusan Nisa. Kalau cuma antara Nisa sama ikhwan itu, Nisa masih bisa menghindar. Tapi ini keadaannya Nisa ga bisa menghindar. Udah melibatkan dua keluarga. Dan aa Nisa ngedorong banget Nisa sama ikhwan ini. Fari: Iya. Fari memikirkan bagaimana keluargamu. Itulah kenapa Fari ga minta hal aneh. Demi Allah. Dalam diri Fari bertarung dua sisi. Satu sisi berkata "ikhlaskan lah!". Sedangkan satu sisi lagi berkata "Berdo'alah agar dia izinkan kau memperjuangkan dia lagi.". Dan itu nyesek. Tapi balik lagi. Fari memikirkan keluargamu. Fari: Semuanya tergantung pada dirimu :)
Nisa Si Apel Merah: Ikhlaskan, Fari. Nisa udah ga bisa menolak. Kecuali yg terjadi di depan ga sesuai rencana.
“Kecuali yg terjadi di depan ga sesuai rencana.”???
Fari: Insya Allah Fari selalu berusaha mengikhlaskan. Ini Fari undur kepulangan ke Nangor jadi malam juga supaya Fari ga berbuat aneh-aneh. Fari: Kamu juga harus ikhlas ya. Berat memang. Tapi mari kita lalui.
Lama Nisa tak membalas. Di sisi sana, badannya masih bergetar. Pipinya kembali memerah. Tangis masih mengalir. Padahal siang ini dia akan dikhitbah. Tapi bukan oleh lelaki yang selama ini ia tunggu. Ia harus tegar. Ia harus terlihat kuat. Setidaknya dalam pandangan Fari.
Nisa Si Apel Merah: Iya... Fari: Sarapan udah? :) Nisa Si Apel Merah: Udah, Fari? Fari: Udah Fari: Batuk nih. Makanannya tadi kebanyakan mecin nya Nisa Si Apel Merah: Minum obat Fari: Apa obat penangkal mecin? 😅
Lama lagi Nisa tak membalas. Fari hanya bisa diam menatap HP nya. Tidak ada tanda Nisa sedang online.
“Bagaimana perasaannya saat ini? Apakah sama sedihnya seperti aku? Atau dia sudah berhasil berpindah?”
Fari lanjut diam di pinggiran kasur.
“Apa yang harus ku lakukan? Apa benar harus ku kejar ke rumahnya sekarang juga? Aku pakai sepeda motor cukup 3 jam perjalanan dan aku akan datang lebih dahulu dibanding ikhwan itu. Aku masih bisa bersama Nisa. Tapi......”
HP Fari berbunyi. Pesan dari Nisa.
Nisa Si Apel Merah: Fari, udah ya. Nisa mau siap2. Do'akan. Bismillah. Nisa Si Apel Merah: Assalamu'alaikum :) Fari: Wa'laikumussalam warahmatullahi wabarakatuh Fari: Sip. Insya Allah do'aku selalu menyertaimu, Apel Merahku :)
HP nya terlepas jatuh dari tangannya.
“Semua benar sudah terlambat. Allah, bahagiakanlah Nisa selalu.”.
[MASA INI]
“...Kucoba tuk bertahan, Dalam kisah ini, Tak bisakah sejenak, Kau jangan pergi...”, laptop Fari memainkan lagu Five Minutes yang berjudul Bertahan. Lagu lama yang pas dengan keadaannya kini. Ia masih berbaring di kasurnya. Masih dengan pakaian yang ia gunakan shalat dzuhur tadi. Masih menatap sisa percakapannya dengan Nisa di whatsapp 2 bulan yang lalu dan mengingat kejadian kala itu.
[SAAT ITU]
Akhirnya hari itu dihabiskan Fari untuk berkeliling daerah Kuningan. Mendekati sore, ia datangi pondok pesantren modern Husnul Khatimah. Dia duduk di sana. Menenangkan dirinya. Menangis. “Allah, jangan buat cintaku padaMu lebih besar dari cintaku pada Nisa!”.
“Fari?”, sapa seseorang. Fari menoleh. “Wisam?”, Fari kaget bertemu dengan salah satu sahabat baiknya di sana. Fari langsung memeluk erat Wisam. Di sana ada Nur juga. Istrinya Wisam. Adik kelasnya Fari.
Wisam: “Ada apa? Kok ente nangis?”
Fari: “Patah hati, boy.”, Fari menundukkan kepalanya. Malu.
Wisam: “Wah? Patah hati ama siapa? Kok ane baru tau kalau ente bisa patah hati? Hehe”
Fari: “Ya bisa atuh. Urang ge manusia.”
Wisam: “Hehe becanda, akhi. Boleh ane tau kisah nya?”
Fari: “Ane malu, boy.”
Wisam: “Apa yang dimalukan? Cinta itu fitrah. Tak mungkin manusia bisa menentang fitrah nya. Cinta juga yang menyatukan ane ama istri ane dan pernikahan kami udah 2 bulan ini.”
Fari: “Shadaqta. Baiklah. Bismillah...”
Wisam: “Sok siapa sih akhwat yang bisa ngebikin seorang Fari sahabat ane yang kuat ini jadi seperti ini? Sehebat apa dia?”
Fari: “Ente tau dia kok. Kenal baik mungkin.”
Wisam: “Wah iya kah?”
Fari: “Iya.”
Wisam: “Siapa?”
Fari: “Nisa.”
Wisam: “Nisa? Yang mana? Ada banyak akhwat bernama Nisa..”
Fari: “Charinnisa Badiuzaman.”
Wisam: “Serius ente?”, Wisam benar-benar kaget. Dia tak pernah menyangka.
Fari: “Serius.”
Wisam: “Jadi ada apa antara ente ama Nisa?”
Fari menceritakan semuanya pada sahabatnya itu. Termasuk memperlihatkan chat nya bersama Nisa selama ini. Wisam, yang memang sudah kenal Fari semenjak mereka sama-sama mahasiswa baru, mengangguk paham. Ia paham bagaimana perasaan sahabatnya ini. Bagaimana ia selama ini menjaga diri. Wisam tahu ada beberapa akhwat kenalannya yang juga menanam perasaan pada Fari namun harus bersabar karena Fari memang tegas dalam menjaga dirinya. Dia ingat sekali nasehat Fari kepadanya dan sahabat-sahabat lainnya: “Harta wanita itu kehormatannya. Dan Laki-laki yang tak bisa menjaga kehormatan wanita itu sama saja dengan sampah dunia. Jadilah lelaki seperti lelaki yang kau harapkan akan mendampingi anak gadismu kelak.”. Nasehat yang sangat hebat untuk seorang mahasiswa baru. Jomblo pula.
Setelah selesai bercerita, yang diiringi tangisan lagi, Fari mengangkat kepalanya yang tertunduk saat bercerita tadi. Dia melihat Nur yang sedang melap air matanya dan Wisam yang melipat tangannya di depan dadanya dan mengernyitkan keningnya.
Fari: “Jadi begitu lah, Sam.”
Wisam: “.........”
Fari: “Sam? OI!”
Wisam masih hanya diam. Nur pun heran dengan suaminya.
Fari: “Oi? Kenape lu?”
Wisam: “Ah cocok banget padahal ente ama dia. Ane juga awalnya pengen jodohin ente ama dia.”, tiba-tiba.
Fari: “Walah? Kenapa tuh?”, balik Fari yang kaget.
Wisam: “Kalian tuh cocok banget. Sama-sama terjaga. Ente meski dulunya pernah pacaran, tapi kan itu udah lama banget. Dan yang semua orang tau adalah ente selama ini adalah ikhwan yang sangat terjaga. Ane aja sering berdo’a bisa jadi ikhwan sesoleh ente, boy. Dan Nisa juga adalah akhwat yang sangat menjaga dan terjaga. Cocok kalian teh.”
Fari: “Allah.. Aamiin. Semoga yang baik benar terjadi dan yang buruk diperbaiki.”
Wisam: “Terus sekarang gimana?”
Fari: “Ya di sinilah ane. Hanya bisa mendo’akan kebahagiaan buat Nisa. Ane gak pengen hal lainnya selain kebahagiaan Nisa.”
Wisam melihat kejujuran dan ketulusan di sana. Di wajah dan mata sahabatnya ini. Ia mulai menitikkan air mata. Nur, sebagai wanita, juga memahami hal itu.
Wisam: “Sabar, boy. Allah sedang menguji kalian berdua. Allah sedang ingin melihat keteguhan kalian berdua. Allah sedang rindu tangis rindu kalian berdua. Entah Allah mungkin sedang uji keinginan kalian untuk bersatu. Apakah benar kalian memang ingin bersatu atau tidak.” Fari: “Loh? Maksudnya?”
Nur: “Baru khitbah kan? Itu masih belum tentu jodoh namanya, kak. Apalagi dia sendiri bilang ‘Kecuali yg terjadi di depan ga sesuai rencana’. Itu artinya dia pun dari lubuk hatinya masih berharap bahwa kakak lah yang benar akan jadi imam nya. Nur yakin kondisinya adalah dia sedang galau berat sekarang di prosesi khitbahnya siang ini. Pasti ada dalam dirinya yang mau bilang engga ke si ikhwan itu dan kembali menanti kakak.”
Wisam: “Setuju. Terus ente kenapa ga duluan aja ke sana sebelum itu ikhwan datang?”
Fari: “Wallahi ane kepikiran itu. Tapi coba ente bayangin gimana yang akan terjadi? Mungkin iya Nisa bakal terima ane. Tapi keluarganya? Kalaupun ane memenangkan Nisa, belum tentu ane menangkan keluarganya. Apalagi abangnya dia jodohin dia ama ikhwan itu.” Wisam: “Bahkan dalam keadaan kayak gini pun ente masih mikir sejauh itu ya. Terharu ane, boy.”
Nur: “Nisa akhwat yang beruntung dicintai sampai segininya ama kakak, kak. Aku kenal kakak udah lama dan suami aku ini pun sering ceritain kakak. Yang sabar ya, kak. Allah sedang siapkan yang lebih baik untuk kakak. Insya Allah.”
Wisam: “Iya, boy. Insya Allah ente bakal dapetin yang jauh lebih baik dari Nisa. Atau mungkin ini adalah ujian untuk membuat ente dan Nisa jadi ke-upgrade untuk kelak benar dipersatukan Allah. Karena sampai akad dan ijab qabul terucap, masih belum jodoh namanya. Ane pribadi bakal do’ain ente ama dia.”
Nur: “Mas ih ga boleh gitu.”, Nur protes pada suaminya.
Wisam: “Lah bener kan? Kan ijab qabul belum terucap. Bisa aja si ikhwan itu yang memutuskan atau Nisa menemukan alasan syar’i untuk membatalkan semua proses ini.”
Nur: “Bener sih...”
Wisam: “Semangat, boy. Ane jamin ente bakal galau terus sampe dia akad. Dia pun bakal gitu kalau emang dia jujur ama perasaannya. Masih selalu ada kemungkinan untuk ente dan Nisa bersatu. Ane juga sampe ijab qabul dulu masih was-was banget apakah benar Nur adalah jodoh ane. Setelah ijab qabul, baru ane tenang. Tapi ingat! Ente juga harus belajar tuk mengikhlaskan. Percayakan semuanya pada Allah. Dia sebaik-baik perencana. Ingat nasehat ustadz Salim A. Fillah, boy! ‘Tidak harus dia. Yang penting karena Dia’. Dia lah Allah. Kita hanyalah hamba. Ikhtiar itu batas kita. Do’a lah senjata kita sebagai muslim.”
Fari merasakan dadanya bergemuruh.
Wisam: “Semangat selalu. Do’akan dia. Jika jodoh, akan bersatu. Jika tidak, akan ada yang lebih baik.”
Nur: “Cintai dia lewat do’a, kak. Do’a itu tercatat di langit selamanya. Kalau memang kakak cinta dia, do’a kakak ga akan berhenti untuk dia. Ga peduli dia tau atau engga.”
Wisam: “Yaps. Seperti yang selalu ente bilang ke ane dulu: ‘Mendo’akan adalah cara mencintai yang paling rahasia.’.”
Fari tak tahan. Menangis kembali dirinya.
Fari: “Terima kasih hei pasangan muda. Kalian benar-benar serasi. Semoga benar bisa membangun generasi rabbani. Pembebas Al Aqsa. Aamiin.”
Wisam & Nur: “Aamiin.”.
Fari: “Ngomong-ngomong, kalian ngapain ke sini?”
Wisam: “Jalan-jalan lanjutan bulan madu.”
Fari menyesal bertanya. Jadi kabita.
********************************
Adzan ashar berkumandang. Fari tersadar dari lamunannya. “Tidak harus dia. Yang penting karena Dia.”. Nasehat yang ia terlupa. Allah telah memanggil. Saatnya bercengkerama kembali dalam sujudnya. Memohon keindahan kehidupan untuk Nisa. Harapan itu masih ada.
“Aku percaya pada do’a dan aamiin yang terus berlanjut tanpa jeda. Karena rasaku akan tetap sama. Meski hari-hariku kelabu, aku tak berhenti mengharapkan kebahagiaanmu selalu. Entah bersama dia, atau memang bersamaku.”
Lalu Fari berjalan ke masjid. HP nya ditinggal di kasurnya. Sebuah pesan masuk: “Abang lagi kenapa?”.
0 notes
Photo
Filosofi Semar
Sebagai orang Jawa, tentu sudah tidak asing lagi dengan yang namanya wayang kulit. Karena wayang kulit ini sangat identik dengan kesenian dari Jawa. Pertunjukan wayang kulit biasanya dimainkan oleh dalang dan seringkali dipentaskan semalam suntuk. Lakon yang dimainkan pun juga bermacam-macam. Umumnya mengangkat kisah Mahabharata dan Ramayana. Saya pribadi tidak begitu tahu dengan lakon dan tokoh-tokoh yang ada dalam pertunjukan wayang kulit. Kalaupun saya menonton wayang kulit, biasanya saat adegan "goro-goro" saja. Itupun juga terjadi ketika saya masih kecil, saat diajak oleh ayah saya. Bagi saya adegan "goro-goro" sangat menarik karena banyak sekali pesan moral yang disampaikan oleh sang dalang lewat tokoh wayang yang dimainkan. Tokoh wayang yang selalu dijadikan sebagai sang penyampai pesan itu, tak lain dan tak bukan adalah Semar. Semar merupakan nama tokoh punakawan atau abdi paling utama dalam pewayangan. Tokoh ini dikisahkan sebagai pengasuh sekaligus penasihat para kesatria dalam pementasan kisah-kisah Mahabharata dan Ramayana. Karena merupakan tokoh asli ciptaan pujangga Jawa, maka tentu saja kita tidak akan menemukan nama Semar dalam naskah asli Mahabharata ataupun Ramayana yang berbahasa Sansekerta. Dalam lakon wayang kulit sebenarnya ada tokoh punakawan yang lain yang merupakan "anak-anak" dari Semar, yaitu Gareng, Petruk dan Bagong. Menurut salah satu literatur disebutkan bahwa sesungguhnya Gareng, Petruk dan Bagong bukanlah anak kandung Semar. Gareng sebenarnya adalah putra seorang pendeta yang dikutuk dan Semarlah yang telah berhasil membebaskan kutukan itu. Petruk sendiri sebenarnya adalah putra seorang raja bangsa Gandharwa. Sedangkan Bagong tercipta dari bayangan Semar berkat sabda sakti Resi Manumanasa, leluhur para Pandawa. Namun demikian hanya tokoh Semar saja yang selalu hadir di setiap lakon apapun. Baik itu dalam pewayangan Jawa Tengah, pewayangan Sunda, ataupun pewayangan Jawa Timuran. Sementara ketiga punakawan yang lain belum tentu ada. Artinya tokoh Semar dianggap sebagai figur sentral dalam setiap pementasan wayang kulit karena merupakan sang penyampai pesan. Tentu saja gaya penyampaian pesan ala Semar tidaklah seserius tokoh wayang yang lain karena pada dasarnya Semar seringkali berbicara sambil bercanda. Nah, disinilah letak menariknya tokoh Semar bagi saya. Serius, tapi juga santai. Dengan cara "sersan" inilah mungkin diharapkan pesan moral lewat tokoh Semar, lebih mudah diterima dan dicerna oleh setiap penikmat pertunjukan wayang kulit. Dalam kisah Mahabharata, Semar ditampilkan sebagai abdi atau pengasuh dari para Pandawa yang merupakan keturunan Resi Manumanasa. Sementara dalam kisah Ramayana, Semar juga ditampilkan sebagai abdi atau pengasuh Sri Rama dan Sugriwa. Sehingga boleh dikata tokoh Semar akan selalu muncul dalam setiap pementasan wayang kulit, tidak peduli apapun judul yang sedang dikisahkan. Dalam hal ini Semar tidak hanya berperan sebagai abdi atau pengikut saja, melainkan juga sebagai pelontar humor untuk mencairkan suasana yang tegang. Dalam perkembangan selanjutnya, derajat Semar semakin meningkat lagi. Semar dikisahkan bukan sekadar rakyat jelata biasa, melainkan merupakan penjelmaan dari Batara Ismaya, kakak dari Batara Guru yang sekaligus juga merupakan raja para dewa. Memang ada beberapa versi tentang asal-usul dari tokoh Semar ini. Namun semua pada dasarnya menyebut bahwa tokoh ini merupakan penjelmaan dari dewa. Semar juga merupakan lurah yang berdomisili di Karangdempel. Karang berarti gersang. Sedangkan dempel berarti keteguhan jiwa. Kalau kita perhatikan, betapa banyak filosofi dari tokoh Semar ini yang sangat mengagumkan. Dalam filosofi Jawa, Semar disebut dengan Badranaya. Berasal dari kata bebadra yang artinya membangun sarana dari dasar dan naya atau nayaka yang berarti utusan. Maksudnya mengemban sifat membangun dan melaksanakan perintah Allah demi kesejahteraan manusia. Secara Javanologi, Semar berarti haseming samar-samar. Sedangkan secara harafiah, Semar berarti sang penuntun makna kehidupan. Secara fisik, Semar tidak laki-laki dan bukan pula perempuan. Ia berkelamin laki-laki, tetapi memiliki payudara seperti perempuan, yang merupakan simbol dari pria dan wanita. Tangan kanan Semar ke atas, maknanya bahwa sebagai pribadi tokoh semar hendak mengatakan simbol Sang Maha Tunggal. Sedang tangan kirinya ke belakang, bermakna berserah total dan mutlak serta sekaligus simbol keilmuan yang netral namun simpatik. Semar berambut "kuncung" seperti anak-anak. Maknanya hendak mengatakan bahwa akuning sang kuncung, yaitu sebagai kepribadian pelayan. Semar sebagai pelayan melayani umat tanpa pamrih untuk melaksanakan ibadah amaliah sesuai dengan perintah Allah. Ketika barjalan, Semar selalu menghadap keatas. Maknanya adalah dalam perjalanan anak manusia perwujudannya ia memberikan teladan agar selalu memandang ke atas atau Tuhan Yang Maha Pengasih serta Penyayang umat. Selain itu Semar juga selalu mengenakan kain jarik motif Parangkusumorojo, yang merupakan perwujudan Dewonggowantah atau untuk menuntun manusia agar memayuhayuning bawono, yaitu menegakkan keadilan dan kebenaran di bumi. Ciri fisik Semar yang sangat unik lainnya adalah bentuk tubuhnya yang bulat. Ini merupakan simbol dari bumi atau jagad raya, tempat tinggal umat manusia dan makhluk lainnya. Semar juga tampak selalu tersenyum, tapi matanya sembab. Ini menggambarkan simbol suka dan duka. Wajahnya tampak tua, tapi rambutnya berkuncung seperti anak kecil. Ini merupakan simbol tua dan muda. Ia merupakan penjelmaan dewa, tetapi hidup sebagai rakyat jelata. Ini merupakan simbol dari atasan dan bawahan. Bagi saya Semar mempunyai banyak keistimewaan. Selain ciri-ciri fisik, keistimewaan Semar yang lain adalah tentang statusnya. Meskipun statusnya hanya sebagai abdi, namun keluhurannya disejajarkan dengan Prabu Kresna dalam kisah Mahabharata. Menurut versi aslinya, penasehat pihak Pandawa dalam perang Baratayuda adalah Kresna. Akan tetapi dalam pewayangan, penasehat Pandawa menjadi dua yaitu Kresna dan Semar. Sering dikisahkan bahwa senjata Semar adalah kentut. Konon kentut Semar ini bisa membuat pusing para punggawa keraton yang tidak menjalankan tugasnya sesuai ketentuan yang berlaku. Dengan kata lain ada saja pejabat keraton yang melakukan tindakan melawan hukum yang merugikan masyarakat. Sebagai penjelmaan dewa, Semar dikenal juga sangat arif dan bijaksana. Bisa bergaul dengan siapa saja, baik dengan kalangan atas maupun kalangan bawah. Selain itu juga tanggap terhadap perubahan jaman. Akan tetapi jika menemukan ketidakadilan dan tindakan sewenang-wenang, maka Semar akan dengan tegas melakukan tindakan preventif, persuasif dan represif. Bisa dikatakan kalau Semar ini rela mempertaruhkan segalanya demi amanat yang diterimanya dari Sang Maha Kuasa. Bila kita cermati ucapan Semar setiap kali mengawali dialog : “mbergegeg, ugeg-ugeg, hmel-hmel, sak dulito, langgeng…” Yang artinya diam, bergerak atau berusaha, makan, walaupun sedikit, abadi. Maksudnya dari ucapan Semar itu kira-kira begini, daripada diam (mbergegeg) lebih baik berusaha untuk lepas (ugeg-ugeg) dan mencari makan (hmel-hmel) walaupun hasilnya sedikit (sak ndulit) tapi akan terasa abadi (langgeng). Benar-benar sebuah pesan moral yang sangat dalam agar kita selalu bekerja keras untuk mencari nafkah, walaupun hasilnya hanya cukup untuk makan, namun kepuasan yang didapat karena berusaha tersebut akan abadi. Semar seolah-olah tidak pernah mengenal kata sedih. Bila berbicaranya selalu spontan, tetapi mengandung kebenaran. Setiap bertutur selalu menghibur sehingga orang yang sedih menjadi gembira. Orang yang sedang susah bisa tertawa. Itulah sosok Semar yang selalu tumakninah, mengawal kebenaran dan hati nurani para Pandawa sebagai representasi tokoh dunia putih. Semar merupakan gambaran perpaduan rakyat kecil sekaligus dewa kahyangan. Jadi, apabila para pemerintah, yang disimbolkan sebagai kaum kesatria asuhan Semar, mendengarkan suara rakyat kecil yang bagaikan suara Tuhan, maka bisa dipastikan negara yang dipimpinnya akan menjadi nagara yang unggul dan sentosa. Sekarang coba kita perhatikan para pejabat di negara kita. Apakah mereka sudah benar-benar mengemban amanat rakyat? Apakah mereka berani mempertaruhkan segalanya demi kebenaran? Ah, sepertinya koq masih jauh dari angan-angan ya. Mungkin para pejabat di negara kita ini perlu kali ya belajar dari sosok Semar. Karena dengan memahami falsafah Jawa dan perilaku Semar tadi pasti akan diperoleh banyak manfaat bagi kehidupan di dunia ini. Dan yang pasti jika semua pejabat kita bisa mencontoh sosok Semar, niscaya negara kita akan menjadi negara yang makmur, gemah ripah loh jinawi. Semoga.... NB : diolah dari berbagai sumber Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/edikusumawati/filosofi-semar-yang-mengagumkan_550879e4a333115d312e3933
0 notes
Text
Letter, Birthday Gift (part 1)
Dear Azmi Hafizhah, Teteh luangkan waktu untuk mengingat masa-masa kehadiran kamu, sayang. Selama Teteh masih bisa menyalurkan sedikit memori di otak ke tulisan dengan jemari ini dan menyimpannya di media tulis melalui si Rega (nama laptop Teteh). Sebuah kado yang mungkin terlambat 1 hari karena beberapa alasan. Sebatas seingat Teteh, tanpa konfirmasi ke pihak-pihak lain yang ada di cerita ini. Kamu tahu? Sebelum Azmi ada, di rumah kita tinggal ber-5. Papah yang setiap harinya ke kantor dengan motor putih unik, Mamah yang sibuk di rumah dengan segala hal yang Teteh kagumi, Aa yang senang main dengan teman-temannya, Teteh yang seneng numpang main di rumah orang sampai sore, & Ayang yang semacam kembaran Teteh, si bungsu. Oiya, sempat ada Bi Effi juga, adik Mamah yang ke-6, yang sempat tinggal di rumah. Teteh lupa dari kapan sampai kapannya. Tapi cukup lama sepertinya, makanya berasa deket banget sama Bi Effi, tempat curhat macem-macem. Seinget Teteh, dulu masih mengajar Bahasa Sunda di SD yang Aa, Teteh, Ayang sekolah. Sampai sekarang jadi guru macem-macem. Azmi, sebelum kamu ada, 2 kamar di rumah itu dimanfaatkan untuk hal lain, untuk kamar kosan karena mahasiswa di perguruan tinggi belakang kompleks. Sepertinya, hampir semua penghuni kosn itu laki-laki, karena mungkin jurusan di pergurun tinggi itu jurusan Teknik yang mayoritas tertarik sekolah di sana adalah laki-laki. Tapi, menjelang kamu ada, 2 kamar itu ditinggali oleh pegawai swasta yang pernah menjadi mahsiswa di perguruan tinggi itu. Seorang karyawan di Unilever yang tinggal di kamar Teteh sekarang dan seorang karyawan swasta entah dimana (Teteh lupa) yang tinggal di kamar Papah sekarang. Mungkin kamu masih ingat dengan penghuni kamar itu, karena sampai kamu lahir umur beberapa tahun, hanya si Kakak ini yang masih ada menempati kosan. Tak tahu kapan tepatnya Teteh mendengar kabar kehamilan Mamah, tapi itu hal mengejutkan karena saat itu umur Teteh sudah 9 tahun, dan hei itu jarak yang cukup jauh untuk mempunyai seorang adik kecil, bayi lucu. Senang rasanya, karena memang dari dulu hingga sekarang Teteh senang bermain dengan bayi & anak-anak. Teteh rasa begitu pun yang lain, merasa senang dengan kabar gembira itu. Tapi mungkin ada rasa insecure dari Ayang yang tidak lagi menjadi si bungsu, Ayang sebutan untuk Teteh mu juga, Azmi. Berasal dari kami yang memangilnya Sayang untuk si bungsu, hingga menjadi Ayang, sampai sekarang menjadi Teh Ayang. Saat hamil, bukan hal yang mudah buat Mamah, sering mual morning sick, yang memang awalnya Mamah tidak banyak makan menjadi lebih sulit lagi. Mamah juga mengidam, tapi jenis makanannya apa saja, tidak hafal. Pernah satu saat, Teteh pulang lomba atau pelatihan atau kunjungan Dokcil (Dokter Kecil) dari sebuah SD sekitar Pamulang, Teteh menemukan wafer coklat yang biasa Mamah makan jika sedang mual. Dengan uang jajan yang Teteh punya, Teteh beli dan bawa pulang untuk hadiah, berharap Mamah senang dan memakannya, dan sehat juga kamu di dalam perut Mamah. Dulu, di rumah kita tidak memiliki seorang asisten rumah tangga, hampir seua pekerjaan rumah dilakukan Mamah, pun saatt hamil. Tapi Aa, Teteh & Teh Ayang diberi tugas untuk belajar tanggung jawa mencuci piring, menyapu & mengepel. Pertama kali Teteh belajar dan senang mengepel lantai saat Mamah hamil kamu beberapa bulan. Bukan menggunakan tongkat pel, hanya sebuah kain dari baju bekas yang sudah tidak terpakai lagi. Mengepel jongkok, dengan sabar Mamah memberi penjelasan cara-caranya dan menunjukan bagian-bagian lain yang harus dipel di rumah. Mamah lebih senang mengepel seperti itu, katanya seperti olahraga, juga untuk melatih kesehatan kamu yang ada di perutnya. Pokoknya ada otot (mungkin otot perut) yang terlatih dan baik untuk kondisi janin di dalamnya, Teteh malah lupa part penting dari ajaran Mamah. Di kamar tengah dulu, sempat ada tempat tidur tingkat. Teteh & Teh Ayang di kasur bawah dan Aa di kasur atas. Saat perut Mamah sudah membesar, Mamah masih suka naik ke atas kasur Aa yang berantakan, membereskan kasurnya. Saat itu juga, pernah perut Mamah menyangkut di pintu kasur atas >_< , duh Azmi sepertinya kamu dulu besar sekali ya, cepat tumbuhnya di perut Mamah. Untung saja, ga lama menyangkutnya dan Mamah bisa turun dan melanjutkan aktifitasnya. Sambil mengisi waktu luang, Mamah juga menjahit beberapa baju dan memfeston pinggiran kain agar rapih dengan jahitan tangannya sendiri. Sebelum berangkat ke Jepang, saat beberes lemari, Teteh menemukan beberapa baju bayi mungil, dan pesan Papah baju itu untuk disimpan kelak buat anak Teteh nanti, mungkin itu salah satu hasil tangan Mamah. Dulu perlengkapan bayi kamu sangat banyak, bermaca-macam. Celana, kain alas tidur, kain perlak dan lain-lain, sedikit-sedikit Mamah men-stock untuk kamu. Hal yang paling menyenangkan saat perut Mamah sudah sangat besar itu, saat memegang perutnya dan kamu sedang menendang-nendang. Perut Mamah berubah menjadi menjendol-jendol bergeliat. Senaang sekali kami memegang perut bulat keras secara langsung tanpa ditutupi baju. Senang mencoba menempelkan telinga ke perut Mamah untuk mencoba mendengar suara di dalamnya. Kami semua mengira kamu itu seorang bayi laki-laki lho! Karena sangat aktif bergerak menendang menonjok perut Mamah. Dulu, USG belum secanggih sekarang, apa-apa sudah ada USG 3D atau 4D yang bisa melihat dan memprediksi jenis kelamin. Jadi dulu kami belum tau jenis kelamin kamu apa, dan mungkin bukan hal medesak penting untuk mengetahui secepatnya. Tapi karena hasil tebak-tebakan dan keinginan, jadi banyak kain baju yang disiapkan berwara biru untuk sang jagoan. Jika kamu seorang laki-laki, maka pas lah anak Papah Mamah menjadi 2 pasang, yaitu 1 pasang anak laki-laki (aa & kamu), 1 pasang anak perempuan (Teteh dan Teh Ayang). Hari kelahiran, 22 Januri 2001. Menjelang Subuh, badan Teteh berada di Sukabumi, rumah nenek Tipar. terbayang susana di dapur, kamar mandi, ruang keluarga, ruang tamu di sana. Ada Aa, Teh Ayang, nenek dan entah siapa lagi. Tiba-tiba terdengar suara bayi menangis, kencang. Lama-lama seperti mengganggu dan membuat mata Teteh terbuka. Teteh kembali berada di kamar tengah, terbangun dari mimpi. Tapi suara tangis bayi itu nyata. Teteh langsung duduk dari posisi terlentang dan bangun menghampiri sumber suara. Di kamar belakang (yang sekarang menjadi kamar Tetehn& Ayang), sudah ramai orang, mungkin ada Mamah, Papah, ibu bidan, Bunda, Mbah Uti. Tak jelas siapa saja. Tapi ternyata kamu sudah lahir, Aa, teh Ayang jg bangun melihat bayi perempuan lucu. Katanya sehari sebelumnya, Mamah sudah datang ke bidan di dalam komplek untuk periksa, sudah pembukaan ke sekian. Mamah tidak stay di sana, tapi kembali ke rumah. Mendekati hari kelahiran, Mamah sering tidur di kamar belakang, di sana juga sudah ada tempat tidur bayi dari kayu untuk kamu, asalnya dari Sukabumi, sepertinya kasur itu menjadi kasur bergilir untuk cucu-cucu nenek Tipar. Pagi itu, tiba-tiba Mamah merasakan sakit perut yang sangat, kemudian digotonglah Mamah dari kamar itu menuju garasi mobil Bunda. Dulu, Ayah & Bunda masih ada mobil di garasinya. Bunda & Ayah, panggilan kita semua untuk tetangga sebelah rumah, sudah seperti orang tua kedua kita ya. Namun, belum sampai Mamah masuk dengan posisi yang baik & benar ke dalam mobil, kamu ngebrojol keluar dengan sempurna, melunjur di pintu mobil. Beruntung ada Mba Uti yang menangkap kamu. Mba Uti, memeluk & menggendong kamu. Sepertinya Bunda yang menelpon bidan, sampai akhirnya bidan datang dan mengurusi kelanjutan persalinannya, kembali ke kamar belakang. Cerita kelahiran kamu ini, Teteh hanya ingat mendengar ceritanya, bukan melihat langsung. Welcome to the real world, Azmi! Then, selisih umur Azmi dan `Aa 14 tahun kurang 9 hari. `Teteh 10 tahun kurang 1 bulan 5 hari `Teh Ayang 9 tahun kurang 26 hari Saat kamu lahir, tentu belum diputuskan namanya. Seperti nama anak-anak sebelumnya, Papah Mamah meminta saran dari kakek nenek & ustad. Katanya nama itu doa, menggambarkan orang itu. Baik nama Aa, Teteh, maupun Teh Ayang diambil dari bahasa Arab, saran dari alharhum kakek Enang, seorang ustad & adik nenek Tipar. Mungkin juga Mamah Papah meminta pendapat dari orang lain, tapi kakek memberikan pilihan, nama yang InsyaAllah artinya baik, yang diambil dari bahasa Arab, dan terpilihlah nama Azmi Hafizhah. Azmi berarti keteguhan hati. Kalau dari bahasa Arab berasal dari kata Al-azm yng berarti putusan atau ketegasan, dari kata lain Al-hazm yang berarti kokoh & tegar. Sedangkan Hafizhah berarti pemelihara, penghafal Al-Quran. Jadi kalau digabung namamu berarti apa, hei Azmi Hafizhah? -Hamamatsu, 23 Januari 2017
~~~~~continue to part 2~~~~~
0 notes
Text
Rangkaian Nama Bayi Laki Laki Dan Artinya: Tadzio
Rangkaian Nama Bayi Laki Laki Dan Artinya: Tadzio
Arti Nama Tadzio – bayilelakiku.com. Mengubah nama ataupun makna nama yang telah dimiliki sedari bayi tidak semudah membalikan telapak tangan. Untuk mengganti nama maupun rangkaian nama anak, kita harus melalui prosedur hukum tertentu. Karena itu jangan mengabaikan momen pemberian arti nama bagi buah hati. Pemilihan gabungan nama bayi harus melaui banyak pertimbangan serta pemikiran matang.
Lanta…
View On WordPress
#Arti Tadzio#Makna Nama Tadzio#Maksud Nama Tadzio#Nama laki-laki yang artinya Tegar dan keteguhan hati#Rangkaian Nama Tadzio
0 notes